Kesuburan Tanah
Kesuburan Tanah
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, yang menduduki
sebagian besar permukaan bumi yang mampu menumbuhkan tanaman dan
memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak
terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu
tertentu pula.
Tanah merupakan faktor terpenting dalam tumbuhnya tanaman dalam
suatu sistem pertanaman, pertumbuhan suatu jenis dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya ialah tersedianya unsur hara, baik unsur hara makro
maupun unsur hara mikro. Tanah sebagai medium pertumbuhan tanaman
berfungsi pula sebagai pemasok unsur hara, dan tanah secara alami memiliki
tingkat ketahanan yang sangat beragam sebagai medium tumbuh tanaman.
Tanaman memerlukan makanan yang sering disebut hara tanaman (plant
nutrient) untuk memenuhi siklus hudupnya. Apabila suatu tanaman kekurangan
suatu unsur hara, maka akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu
yang spesifik yang biasa disebut gejala kekahatan. Unsur hara yang diperlukan
tanaman tidak seluruhnya dapat dipenuhi dari dalam tanah. Oleh karena itu
perlu penambahan dari luar biasanya dalam bentuk pupuk. Pupuk adalah bahan
yang diberikan kedalam tanah atau tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur
hara bagi tanaman dan dapat berfungsi untuk memperbaiki sifat fisika, kimia
dan biologi tanah.
Pemupukan yang dilakukan harus memenuhi 5 tepat yaitu tepat jenis,
tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, dan secara ekonomi menguntungkan.
Berdasarkan jenisnya atau komponen utama penyusunnya, pupuk digolongkan
pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berasal dari sisa-sisa makluk
hidup atau limbah rumah tangga yang telah mengalami dekomposisi misalnya
pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dll. Sedangkan pupuk anorganik berasal
dari bahan mineral dan secara kimia dan seyawa kimia yang dapat diserap
tanaman misalnya pupuk Urea, SP36, KCl dll. Berdasarkan cara pemberiannya,
pupuk digolongkan menjadi pupuk akar atau tanah dan pupuk daun karena
1
2
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah awal pada lahan yang
digunakan.
2. Untuk mengetahui pengaruh dosis pemupukan organik (pupuk kandang) dan
pupuk anorganik (pupuk urea, SP-36, dan KCL) terhadap pertumbuhan
tanaman jagung.
bervariasi besar tergantung pada tempat dan sifat. Jika dipupuk cukup dan
jika pemberian air dapat dikendalikan, beberapa diantaranya sangat produktif.
Tetapi pembatasan kedalaman, kandungan lempung atau keseimbangan air
membatasi penggunaan intensif daerah luas dari tanah ini (Buckman & Brady,
1969).
B. Kesuburan Tanah
Kesuburan Tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk
menghasilkan produk tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat
tanah itu berada. Tanah memiliki kesuburan yang berbeda-beda tergantung
sejumlah faktor pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut, yaitu:
Bahan induk, Iklim, Relief, Organisme, atau Waktu. Tanah merupakan fokus
utama dalam pembahasan ilmu kesuburan tanah, sedangkan kinerja tanaman
merupakan indikator utama mutu kesuburan tanah (Anonimb, 2010).
Dua cara umum penetapan yang menggambarkan air tanah yang
biasa dipakai. Pertama, melalui suatu cara kadar air diukur secara langsung
atau tidak langsung, dan kedua, berbagai teknik digunakan untuk menentukan
potensial kelengasan tanah (Soepardi, 1983).
Nilai kritikal daya simpan lengas tanah disesuaikan dengan daya
tahan tiap kelompok pertanaman disatu tempat yang masing-masing tempat
besarnya berbeda-beda. Nilai Kritikal lengas tanah adalah kadar pertengahan
antara kapasitas lapangan dan titik layu tetap (Notohadiprawiro, 2001).
Bahan organik merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, serta
berperan cukup besar dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis
tanah serta lingkungan. Di dalam tanah, pupuk organik akan dirombak oleh
organisme menjadi humus atau bahan organik tanah. Bahan organik berfungsi
sebagai “pengikat” butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam
pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini berpengaruh besar pada
porositas, penyimpanan dan penyediaan air serta aerasi dan temperatur tanah.
Bahan organik dengan C/N tinggi seperti jerami dan sekam memberikan
pengaruh yang lebih besar pada perubahan sifat-sifat fisik tanah dibanding
bahan organik yang telah terdekomposisi seperti kompos (Anonimc, 2010).
6
lebih lambat, namun setelah umur 4 minggu meningkat dengan cepat. Pada
saat keluar bunga jantan, akumulasi P pada tanaman jagung mencapai 35%
dari seluruh kebutuhannya. Selanjutnya akumulasi meningkat hingga
menjelang tanaman di panen. Gejala kekurangan unsur hara P, tampak pada
fase pertumbuhan, yaitu daun jagung berwarna keunguan. Kekurangan hara P
menyebabkan perakaran tanaman menjadi dangkal dan sempit penyebarannya
serta batang menjadi lemah. Selain itu, pembentukan biji tidak sempurna,
barisan biji tidak teratur dan tongkol ukurannya menjadi kecil. Kalium
dibutuhkan oleh tanaman jagung dalam jumlah paling banyak dibanding
dengan unsur N dan P. Pada fase pembungaan akumulasi hara K telah
mencapai 60-75% dari seluruh kebutuhannya (Anonime, 2010).
Penggunaan pupuk buatan NPK secara terusmenerus dapat
menipiskan unsur-unsur mikro Zn, Fe, Cu, Mg, Mo, dan Br yang
mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, produktivitas menurun,
dan tanaman rentan terhadap hama/penyakit. Selain itu, harga pupuk semakin
mahal dan sulit untuk diperoleh terutama pada daerah-daerah yang sarana
angkutannya terbatas. Penggunaan pupuk organik dapat menjadi alternative
untuk mengurangi berbagai dampak pupuk buatan, antara lain dengan
memanfaatkan limbah sisa panen tanaman sela dengan cara mendaur ulang
menjadi kompos. Penggunaan kompos limbah kebun berpotensi dapat
mengurangi atau menyubstitusi penggunaan pupuk buatan sampai dengan
50% selain dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kadar unsur makro
limbah padi mengandung N 0,82%, P 0,50% dan K 1,63% serta limbah
jagung mengandung N 0,92%, P 0,29%, dan K 1,39%. Kandungan N, P, dan
K pada limbah padi dan jagung tersebut bila dimanfaatkan akan mengurangi
penggunaan pupuk buatan (anorganik). Percobaan ini bertujuan untuk
mengetahui pertumbuhan, hasil dan nilai ekonomi tanaman sela jagung di
antara kelapa dengan pemberian pupuk buatan 25% dari takaran rekomendasi
ditambah kompos limbah kebun serta pemberian kompos tanpa pupuk buatan
(Ruskandi, 2005).
9
Umur tanaman lebih genjah dan memiliki tongkol yang lebih kecil serta dapat
dipanen umur 60–75 hari. Jagung manis dapat tumbuh pada semua jenis
tanah, dengan syarat drainase baik serta persediaan humus dan pupuk
tercukupi. Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan 5,5–7,0
(Iskandar, 2006).
Jagung adalah tanaman yang penting untuk pangan dan pakan. Lebih
dari 120 juta ha lahan kering pada berbagai area di dunia menjadi media
utama pengusahaannya. Di Indonesia, selain pada lahan kering, jagung
diusahakan pada lahan sawah setelah panen padi dengan produktivitas
mencapai sekitar 7,0 t/ha. Dalam kaitan kehilangan hasil jagung, organisme
pengganggu tanaman (OPT) menjadi penyebab penting apabila menginfeksi
tanaman pada fase vegetatif, semakin muda tanaman terinfeksi semakin besar
peluang kehilangan hasil. Selanjutnya pada fase pascapanen, OPT yang perlu
menjadi perhatian adalah hama kumbang bubuk dan patogen tular benih yang
menyebabkan penurunan kualitas hasil. Biji jagung, baik sebagai pakan,
maupun pangan mudah rusak akibat faktor eksternal dan internal, sehingga
kurang bermanfaat, bahkan dapat membahayakan kesehatan manusia dan
ternak yang mengonsumsinya (Pakki dan Talanca, 2006).
13
3) Penanaman
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 30 x 50 cm dan pada masing-
masing lubang ditanam 3 benih kemudian lubang ditutup dengan tanah.
c. Pemeliharaan
1) Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 1 minggu setelah
tanam dan disisakan 1 tanaman yang paling baik.
2) Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang mati
3) Variabel pengamatan :
Tinggi tanaman : diukur dari pangkal batang (antara akar dan
batang) sampai ujung daun tertinggi.
13
Berat brangkasan kering dan berat brangkasan basah.
14
2) Destilasi
a) Setelah larutan dalam tabung Kjeldahl dingin, menambahkan
aquades 30 ml dan menuangkan dalam tabung destilasi (tanah tidak
ikut), tambahkan 2 butir Zn dan 20 ml NaOH pekat.
b) Mengambil larutan penampung 10 ml (merupakan campuran H2SO4
0.1 N dan 2 tetes metyl red) pada beker glass atau erlenmenyer.
c) Melakukan destilasi hingga volume larutan penampung 40ml.
3) Titrasi
a) Mengambil larutan penampung 10ml dan melakukan titrasi pada
larutan dalam beker glass hasil destilasi, dengan NaOH 0.1 N
sampai warna hampir hilang/ kuning bening.
b) Melakukan prosedur diatas untuk blangko.
c) Menghitung nilai pupuk.
2. P Tersedia Tanah
a. Alat:
1) Flakon
2) Kertas saring whatman
3) Timbanan analitik
4) Gelas ukur
5) Spektofotometer panjang gelombang 660 nm.
b. Bahan:
1) Contoh tanah kering angin
2) Larutan standar P
3) HCl 0.025 N
4) NH4F 0.03N
5) Filtrat
6) aquades
7) Amonium molybdat
8) SNCl2
c. Cara kerja:
1) Mengencerkan larutan standar P
16
a. Alat:
1) Flakon
2) Gelas ukur
3) pH meter
b. Bahan:
1) Contoh tanah kering angin
2) Aquades
3) KCl
c. Cara Kerja:
1) Menimbang contoh tanah kering angin 6 gram, dimasukkan ke dalam
flakon
2) Menambah 15 cc aquades atau KCl
3) Mengocok hingga homogen selama 10 menit
4) Mendiamkan selama 30 menit
5) Mengukur pH dengan pH meter
2) Tabung erlemenyer
3) Timbangan analitik
b. Bahan
1) Contoh tanah kering angin 0.5mm
2) K2Cr2 O7
3) H2SO4
4) H3PO4
5) Aquades
6) Indikator DPA
7) FeSO4
c. Cara Kerja
1) Memasukkan contoh tanah kering angin ke dalam tabung erlemenyer
2) Menambahkan 10 ml K2Cr2 O7 dan 10 ml H2SO4, digojok 1 menit dan
kemudian didiamkan 30 menit
3) Menambahkan 5 ml H3PO4 dan aquades sampai 50 ml
4) Mengambil 5 ml larutan bening, ditambahkan 5 ml aquades dan 2
tetes indikator DPA, kemudian digojog
5) Titrasi dengan FeSPO4 sampai hijau cerah.
7. Tekstur
a. Alat:
1) Gelas ukur
2) Timbangan analitik
3) Mixer
4) Tabung sedimentasi
5) Pengukur suhu
b. Bahan:
1) Contoh tanah kering angin
2) Na-pirofosfat
3) Aquades
c. Cara Kerja:
1) Menimbang 25 gram tanah, dimasukkan dalam gelas ukur
19
20
21
2 17 26 44 66
3 13 23 39 59
4 17 26 44 63
5 17.8 28 50.5 69.5
P9 1 20.4 29.1 47.1 62
2 19 27.5 42.4 31.5
3 18.5 28.9 49.3 62
4 13.7 27.5 41.2 63
5 13.2 16.9 27.5 51
Sumber : Laporan Sementara
Tabel 4.7. Tinggi Tanaman, Berat basah, Berat kering, Interaksi K dan L dan
Trans Tinggi Tanaman.
Trans
K L Blok Tinggi Berat Basah Berat Kering K*L Tinggi
0 0 1 143 355.931 65.103 0 11.9583
0 1 1 145 643.2 31.277 0 12.0416
0 2 1 154.26 472.048 90.903 0 12.4201
0 3 1 138 430.552 56.438 0 11.7473
1 0 1 100 114.454 9.81 0 10
1 1 1 205 957.536 89.73 1 14.3178
1 2 1 183 685.854 15.3 2 13.5277
1 3 1 158 901.704 67.095 3 12.5698
2 0 1 186 636.9 45.515 0 13.6382
2 1 1 0 0 0 2 0
2 2 1 0 0 0 4 0
2 3 1 0 0 0 6 0
Sumber: Data Minitab
.999
.99
.95
.80
Probability
.50
.20
.05
.01
.001
0 100 200
Tinggi
Average: 117.688 Kolmogorov-Smirnov Normality T est
StDev: 75.7878 D+: 0.125 D-: 0.272 D : 0.272
N: 12 Approximate P-Value: 0.020
Gambar 4.1. Grafik Uji Normalitas 1 Tinggi Tanaman (Normal Prob Plot:
Tinggi)
.999
.99
.95
.80
Probability
.50
.20
.05
.01
.001
0 5 10 15
Trans Tinggi
Average: 9.35174 Kolmogorov-Smirnov Normality T est
StDev: 5.74297 D+: 0.194 D-: 0.328 D : 0.328
N: 12 Approximate P-Value < 0.01
Gambar 4.2. Grafik Uji Normalitas 2 Tinggi Tanaman (Normal Prob Plot:
Trans Tinggi)
.999
.99
.95
.80
Probability
.50
.20
.05
.01
.001
0 500 1000
Berat Basah
Average: 433.182 Kolmogorov-Smirnov Normality Test
StDev: 345.875 D+: 0.155 D-: 0.139 D : 0.155
N: 12 Approximate P-Value > 0.15
Tabel 4.11. Uji F (Uji Pengaruh Perlakuan Terhadap Hasil): Berat Basah
Versus K
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
K 2 522099 522099 261050 2.96 0.103
Error 9 793825 793825 88203
Total 11 1315924
Sumber: Data Minitab
Tabel 4.12. Uji F (Uji Pengaruh Perlakuan Terhadap Hasil): Berat Basah
Versus L
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
25
.999
.99
.95
.80
Probability
.50
.20
.05
.01
.001
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Berat Kering
Average: 39.2643 Kolmogorov-Smirnov Normality Test
StDev: 34.5362 D+: 0.173 D-: 0.107 D : 0.173
N: 12 Approximate P-Value > 0.15
Tabel 4.13. Uji F (Uji Pengaruh Perlakuan Terhadap Hasil): Berat Kering
Versus K
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
K 2 5142.8 5142.8 2571.4 2.90 0.107
Error 9 7977.4 7977.4 886.4
Total 11 13120.2
Sumber: Data Minitab
Tabel 4.14. Uji F (Uji Pengaruh Perlakuan Terhadap Hasil): Berat Kering
Versus L
Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
L 3 62 62 21 0.01 0.998
Error 8 13059 13059 1632
Total 11 13120
Sumber: Data Minitab
0,08548
= 0235,9091 100%
= 3,6234 10 4 100%
28
= Harkat rendah
55,642 55,355
= 55,355 50,650 100 %
0,287
= 4,705 100 %
= 6,099
61,262 60,986
KL Ø 0,5mm B = 60,986 56,266 100 %
0,276
= 4,75 100 %
= 5,847
KL0,5mmA KL0,5mmB
KL Ø 0,5mm rata-rata =
2
6,099 5,847
=
2
= 5,973
39,185 38,909
KL Ø 2 mm A = 38,909 34,187 100 %
0,276
= 4,722 100 %
= 5,844
38,004 37,724
KL Ø 2mm B = 37,724 33,007 100 %
0,28
= 4,717 100 %
= 5,935
KL 2mmA KL 2mmB
KL Ø 2mm rata-rata =
2
5,844 5,935
=
2
= 5,8895
29
2820
= 100%
36344
= 7,759%
100
BO = kadarC
58
100
= 7,759
58
= 13,378%
7. Tekstur Tanah
A= 30 gr/L ( Fraksi campuran debu dan lempung)
B= 13 gr/L ( Fraksi lempung)
C= 43,75 % (% Bahan Organik)
30
Fk =
= 0,944
25 ( 25C ) ( A a )
fk 100 2
100%
% pasir =
25 25C
0,944 100
25 ( 25 13,378) (30 0)
0,944 100
2
100%
=
25 25 13,378
0,944 100
26,483 3,3445 15 100%
=
26,483 3,3445
8,1385
= 23,1385 100%
= 35,17%
( A a) B b
2 2
% debu = 100%
25 25C
fk 100
(30 0) 13 0
2
2
= 100%
25 25 13,378
0,944 100
8,5
= 23,138 100%
31
= 36,74%
B b
2
% lempung = 100%
25 25C
fk 100
13
2
= 100%
25 25 13,378
0,944 100
6,5
= 23,138 100%
= 28,09%
Jumlah fraksi = % pasir + % debu + % lempung
V. PEMBAHASAN
Kesuburan tanah secara tidak langsung berhubungan dengan komposisi
kimia dari mineral-mineral anorganik primer. Faktor yang paling penting adalah
tingkatan bentuk hara yang tersedia bagi tanaman. Tingkatan semacam itu
tergantung dari banyak faktor di antaranya kelarutan zat hara, pH tanah, kapasitas
pertukaran kation, tekstur tanah, dan jumlah bahan organik yang ada.
Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh pH baik langsung maupun tidak
langsung. Setiap kelompok jenis tanaman membutuhkan pH tertentu untuk
pertumbuhan dan produksi maksimum. Nilai pH tanah mempengaruhi
ketersediaan N, P, K, Ca, Mg dan unsur mikro serta kelarutan unsur beracun
32
seperti Al dan Mn. Di samping itu juga mempengaruhi kehidupan jasad mikro
dalam tanah.
Praktikum kesuburan tanah ini dilakukan pada tanaman jagung (Zea mays)
menggunakan jenis tanah Entisols. Tanaman jagung termasuk ordo Zea dengan
famili poaceae, mempunyai tinggi batang antara 60 – 300 cm, batang berbentuk
bulat atau agak pipih, beruas- ruas dan umumnya tidak bercabang.
Dari hasil praktikum, tinggi rata-rata tanaman jagung yang ditanam pada
tanah Entisols tanpa pemberian pupuk organik maupun pupuk anorganik (P1)
mempunyai rata-rata tinggi tanaman 35,635 cm dengan berat brangkasan basah
sebesar 355,931gr dan brangkasan kering sebesar 65.103. Perlakuan (P2) yaitu
dengan memberikan pupuk organik sebanyak 7,5kg/petak, tinggi rata-rata
tanaman jagungnya adalah 25,01cm, berat brangkasan basah adalah 114,554gr dan
berat brangkasan kering 9,810gr. Pada tanaman jagung yang diberi perlakuan (P3)
pupuk pupuk organik 15 kg/petak tinggi rata-rata jagung 46,57 cm, berat
brangkasan basah sebesar 636,900 gr dan brangkasan keringnya 45,515 gr. Untuk
33
perlakuan (P4) pupuk organik 7,5gr/petak dan ditambah pupuk urea 300gr/petak,
tinggi rata-rata tanaman jagung yaitu 51,3cm dengan berat brangkasan basah
957,536gr dan berat brangkasan kering 89,73gr. Pada perlakuan (P5) pupuk
organik 7,5kg/petak ditambah pupuk urea 300gr/petak dan SP-36 150 gr/petak,
tinggi rata-rata jagung yaitu 45,8 cm dengan berat brangkasan basah 658,854gr
dan berat brangkasan kering 15,3 gr. Untuk perlakuan (P6) pupuk organik
7,5Kg/petak ditambah pupuk urea 300gr, pupuk SP-36 150gr dan pupuk KCL
150gr. Tinggi rata-rata tanamannya adalah 39,6cm dengan berat brangkasan basah
901,704 dan brangkasan kering 67,095 gr. Perlakuan (P7) diberikan pupuk urea
300gr/petak tanpa diberikan pupuk organik, tinggi rata-rata tanaman jagungnya
adalah 36,325cm dengan berat brangkasan basah 643,2gr dan berat brangkasan
kering 31,277gr. Perlakuan (P8) diberikan pupuk urea 300gr/petak dan ditambah
SP-36 150gr/petak, tinggi rata-rata tanaman jagung adalah 38,565 cm dengan
berat brangkasan basah 472,048gr dan berat brangkasan kering 90,903.
Sedangkan perlakuan terakhir (P9) tanpa pemberian pupuk organik, namun
diberikan pupuk urea 300gr/petak, SP-36 150 gr/petak dan KCL 150gr/petak.
Rata-rata tinggi tanaman jagungnya adalah 34,585cm, dengan berat brangkasan
basah 430,552gr dan berat brangkasan keringnya 56,438 gr.
Pertumbuhan tanaman jagung yang paling tinggi yaitu pada perlakuan
pupuk organik 7,5Kg ditambah urea 300gr (P4). Kendala unsur N rendah yang
terdapat pada tanah Entisols dikendalikan dengan penambahan pupuk N(urea)
sehingga hasil pertumbuhan tanaman jagung pada perlakuan juga meningkat.
Adanya penambahan pupuk artinya membantu ketersediaan unsur hara tanaman
terutama unsur hara makro. Pupuk organik(pupuk kandang) dapat memperbaiki
sifat kimia, fisika dan biologi tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation,
menambah kemampuan tanah menahan air, meningkatkan ketersediaan unsur
mikro, serta tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan. Oleh karena itu, pupuk
organik juga membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung.
urea, dimana nitrogen ini sangat berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif
tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman jagung menjadi lambat.
Nilai N total tanah rata-rata pada tanah Entisols, yaitu 0,69 % (rendah).
Kandungan N total tanah rendah karena dipengaruhi kadar air yang lebih rendah
dan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar. Kandungan P
tersedia tanah rata-rata sebesar 0,007 % (sangat rendah). Kandungan K tersedia
tanah rata-rata yaitu 0,08 % (sangat rendah). Kandungan K dan P tersedia tanah
rendah menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat karena ketersediaan unsur
tersebut belum mencukupi kebutuhan tanaman (Nuryani, 2003).
35
Unsur N total tanah yang ada pada tanah ini sangat rendah yaitu hanya
0,0178%, sehingga apabila tidak dilakukan penambahan pupuk baik itu pupuk
organik maupun pupuk anorganik, maka pertumbuhan tanaman tidak akan
maksimal. Unsur P tersedia tanah yaitu 2,1022. Sedangkan unsur K tersedia tanah
adalah 0,036234%.
Menurut hasil analisis tanah awal, dapat dilihat bahwa tanah Entisolss ini
cukup subur. Hal ini dikarenakan kandungan bahan organik yang cukup tinggi, hal
ini berhubungan erat dengan tekstur tanah yang ada. Tekstur tanah pada tanah ini
tergolong pada tekstur yang halus, sehingga tanah pada ini terdapat banyak
mikroorganisme yang hidup yang dapat menguraikan sisa-sisa tanaman maupun
hewan dan mempengaruhi peningkatan kandungan bahan organik. Dengan tekstur
yang halus ini pula dapat mempengaruhi pH tanah, sehingga pH tanah ini menjadi
masam. Hal tersebut terjadi karena faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pH
dalam tanah antara lain kapasitas pertukaran kation (KPK), dan kejenuhan basa.
Apabila kapasitas pertukaran kation semakin besar maka pH tanah juga akan
meningkat karena akan semakin banyak ion-ion yang akan dijerap oleh tanah.
Dimana besarnya kapasitas tukar kation ini ditentukan oleh tekstur tanah. Apabila
tekstur semakin halus maka semakin besar pula kapasitas tukar kationnya.
Menurut data minitab yang ada, pada uji normalitas tinggi tanaman
menunjukkan data tersebut tidak normal karena P(Value) < 0,05 yaitu P(Value)
hanya 0,02 sehingga data tinggi tanaman harus dinormalkan terlebih dahulu
sehingga dihasilkan Trans Tinggi. Dari data Trans Tinggi dilakukan uji normalitas
37
kembali namun nilai P(Value) < 0,01 sehingga data menunjukkan data tidak
normal.
Uji pengaruh perlakuan yang digunakan yaitu Uji F karena data berat
basah menunjukkan data normal. Pada uji pengaruh perlakuan K terhadap berat
basah menunjukkan nilai P = 0,103 yang artinya perlakuan pemberian pupuk
anorganik (K) terhadap tinggi tanaman berpengaruh tidak nyata (Not Signifikan)
karena nilai P>0,05. Perlakuan L terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa
perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata (Not Signifkan) terhadap berat basah,
karena P = 0,955 atau P>0,05. Data yang didapat adalah Non Signifikan baik
untuk uji pengaruh perlakuan K maupun uji pengaruh perlakuan L. hal ini
menggambarkan bahwa pemberian pupuk anorganik ataupun pemberian pupuk
organic tidak memberikan hasil berat basah yang jauh beda dengan hasil yang di
dapat oleh (P1) sebagai kontrol.
Uji pengaruh perlakuan yang digunakan yaitu Uji F karena data berat
kering menunjukkan data normal. Pada uji pengaruh perlakuan K terhadap berat
kering menunjukkan nilai P = 0,107 yang artinya perlakuan pemberian pupuk
organic (K) terhadap tinggi tanaman berpengaruh tidak nyata (Not Signifikan)
terhadap berat kering karena nilai P>0,05. Perlakuan L terhadap berat kering
menunjukkan bahwa perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap berat
38
basah, karena P = 0,998 atau P>0,05. Kedua data yang didapat adalah non
signifikan yang artinya hasil yang didapat tidak memberikan hasil yang jauh beda
dengan hasil (P1) sebagai control.
5. Unsur N total tanah yang ada pada tanah ini sangat rendah yaitu hanya
0,0178%
7. Pada tanah Entisolss memiliki kadar lengas kering angin pada tanah 0,5
mm sebesar 5,973 dan pada tanah lolos 2 mm sebesar 5,8895.
9. Menurut hasil analisis tanah awal, dapat dilihat bahwa tanah Entisolss ini
cukup subur.
10. Dari semua data hasil minitab menunjukkkan hasil yang Non Signifikan,
yang artinya hasil dari perlakuan pemberian pupuk organik maupun
anorganik memberikan hasil yang tidak jauh beda dengan (P1) yang tidak
diberikan perlakuan apapun sebagai kontrol.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Kuruseng, Hari dan Muh Askari Kuruseng. 2008. Pertumbuhan dan Produksi
Berbagai Varietas Tanaman Jagung pada Dua Dosis Pupuk Urea. Jurnal
Agrisistem. Vol. (4)1.
Notohadiprawiro. Kadar Lengas dari Tanah. Soil.faperta.ugm.ac.id. Diakses
tanggal 11 Januari 2010. Surakarta.
Nuryani, Sri. 2003. Sifat Kimia Entisol pada Sistem Pertanian Organik.
http://agrisci.ugm.ac.id/vol10_2/7_yani_entisol.pdf. Diakses: 2 Januari
2010.
Pakki, Syahrir dan A. Haris Talanca. 2006. Pengelolaan Penyakit Pasca Panen
Jagung. http://balitsereal.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 9
Januari 2010. Surakarta.
Reisenauer, H.M. 1976. Soil and Plant Tissue Testing in California. Divison of
agricultural sciences university of California. California.
Rinsema, W.T. 1983. Bemesting en Mesttoffen. Terjemahan: H.M.Saleh. Pupuk
dan Pemupukan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Ruskandi. 2005. Teknik Pemupukan Buatan dan Kompos pada Tanaman Sela
Jagung di antara Kelapa. Buletin Teknik Pertanian. Vol(10) 2.
Saleh, H.M. 1982. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara Karsa Aksara. Jakarta.
Soepardi, S. 1983. Fisika-Kimia Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Jakarta.
Syukur, Abdul. 2008. Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan .Vol. (8) 2.