Anda di halaman 1dari 28

KESELAMATAN TRANSPORTASI DAN LINGKUNGAN

LAPORAN AUDIT KESELAMATAN JALAN


(Jalan Mr. Teuku Moh. Hasan)

Disusun oleh:
KELOMPOK 5
1. IRMALISA MARFIRRAH 1504101010018
2. AZZAKI MUBARAK 1504101010074
3. TASYA KUMALA 1504101010086
4. AGUNG WAHYUDI HIDAYAT 1504101010087

Dosen Pembimbing :
Yusria Darma, ST. M. Eng
(197301301999031002)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2019
1.1. Latar Belakang
Keselamatan lalulintas merupakan salah satu bagian
yang penting dalam rekayasa lalulintas untuk mencapai tujuan
teknik lalulintas yang aman, nyaman, dan ekonomis.
Kecelakaan lalu lintas adalah suatu kejadian yang bersifat
jarang, acak, di pengaruhi banyak faktor dan selalu didahului
oleh suatu situasi dimana satu atau beberapa orang gagal
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. (Odgen 1996)
Kota Banda Aceh sebagai Ibukota dari Provinsi Aceh
merupakan pusat perkembangan dan pembangunan di
Provinsi Aceh, mulai dari pusat perdagangan, perbelanjaan,
pendidikan, perkantoran, bisnis, ekonomi dan kegiatan
lainnya. Semakin maju dan berkembangnya Kota Banda Aceh
akan meningkatkan ekonomi masyarakat dan pertumbuhan
jumlah penduduk. Namun pertumbuhan penduduk ini diikuti
dengan bertambahnya penggunaan kendaraan pribadi di Kota
Banda Aceh, hal ini terus berlangsung sehingga menyebabkan
kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.
Seringnya terjadi kecelakaan di jalan- jalan tertentu
di Kota Banda Aceh membuat perlunya dilakukan audit
terhadap jalan tersebut. Audit keselamatan jalan merupakan
salah satu upaya untuk mengenali potensi bahaya yang
timbul dari prasarana lalu lintas maupun lingkugan sekitar.
Kecelakaan terjadi memiliki banyak faktor, diantaranya
kelalaian pengguna jalanm ketidakpatuhan pengguna jalan
dan kondisi infrastruktur jalan yang kurang baik ataupun
kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Audit dilakukan
terhadap kondisi permukaan jalan, rambu- rambu lalu lintas
dan geometrik jalan. Meskipun kecelakaan lalu lintas bukan
suatu hal yang dapat dikendalikan, namun hal tersebut dapat
diminimalisir dengan mengetahui potensi- potensi yang dapat
menyebabkan kecelakaan terutama faktor kondisi jalan.
Jalan Mr. Teuku Moh. Hasan Kota Banda Aceh
adalah jalan perkotaan yang merupakan salah satu akses
menuju kabupaten. Angka penggunaan Jalan Mr. Teuku
Moh. Hasan Kota Banda Aceh sukup tinggi mengingat daerah
tersebut merupakan daerah komersil berupa daerah
perindustrian, perkantoran, perdagangan dan terminal bus.
Fasilitas keselamatan jalan seperti rambu, lampu
penerangan, dan sarana prasarana jalan lainnya sangat
berpengaruh dalam mengurangi angka kecelakaan. Parasarana
pada ruas Jalan Mr. Teuku Moh. Hasan Kota Banda Aceh
sendiri terdapat beberapa kekurangan, setelah dilakukan
pengamatan ditemukan beberapa masalah yang berpotensi
menjadi penyebab terjadinya kecelakaan sepert memudarnya
marka jalan, ramu yang tidak sesuai standar dan
penempatannya yang tidak strategis, penerangan jalan yang
belum optimal, kerusakan ada lapisan perkerasan jalan,
penggunaan area jalan sebagai lapak jualan dan perkiran pada
badab jalan.
Pemerikasaan audit jalan di lakukan dengan pedoman
daftar periksa audit keselamatan jalan untk tahap operasional
jalan (Pd-T-17-2005-b)

1.2. Lokasi Survey


Jalan Mr. Teuku Moh. Hasan Kota Banda Aceh adalah
jalan perkotaan yang merupakan salah satu akses menuju kabupaten
yang sering dilalui oleh berbagai jenis kendaraan, baik itu kendaraan
ringan maupun kendaraan berat. Angka penggunaan Jalan Mr.
Teuku Moh. Hasan Kota Banda Aceh sukup tinggi mengingat daerah
tersebut merupakan daerah komersil berupa daerah perindustrian,
perkantoran, perdagangan dan terminal bus.Audit keselamatan jalan
dilakukan sepanjang Jalan Mr. Teuku Moh. Hasan Kota Banda Aceh
dimulai setelah Simpang Surabaya hingga Break Coffe. Seperti yang
dilingkar pada peta Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Banda
Aceh dibawah ini.

Gambar 1. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banda


Aceh

Gmabar 2. Zona audit sepanjang 3 KM di Jl. Mr. Teuku.


Moh Hasan

1.3. Audit keselamatan jalan


Audit Keselamatan Jalan adalah suatu bentuk pengujian
formal suatu ruas jalan yang ada atau sebuah proyek jalan/lalulintas
dimana sebuah tim yang independen dan berkualifikasi memberikan
laporan mengenai potensi tabrakan pada proyek tersebut (Austroads,
2009, dalam Departemen Pekerjaan Umum, 2010 ).
Audit keselamatan jalan merupakan salah satu cara untuk
mencegah kecelakaan bagi yang sudah beroperasi atau jalan yang
baru dibuka. Audit keselamatan jalan pada jalan baru perlu
dilakukan pada semua pangkat jalan mulai dari perancangan, bentuk
jalan, pembinaan dan operasi. Audit keselamatan jalan pada awalnya
dikembangkan untuk jalan-jalan baru, akan tetapi semakin banyak
digunakan untuk memeriksa dan meningkatkan keselamatan jalan
yang ada.

Mayuna (2011) mengatakan bahwa audit keselamatan jalan


(Road Safety Audit) dilakukan oleh orang atau tim yang mandiri dan
berkualifikasi untuk mengidentifikasi potensi bentuk yang tidak
aman pada tahap perubahan desain atau pengaturan operasional yang
dapat merugikan keselamatan pengguna jalan. Menurut Mayuna
(2011), tujuan utama dari Audit Keselamatan jalan adalah :
1. Mengidentifikasi potensi permasalahan keselamatan bagi
pengguna jalan.
2. Mengidentifikasi bentuk atau operasional pada jalan yang
sudah ada.
3. Memastikan bahwa semua perencanaan / desain jalan baru
dapat beroperasi semaksimal mungkin secara aman dan
selamat.
Audit kaselamatan jalan merupakan bagian dari
strategi pencegahan dari kecelakaan lalulintas dengan suatu
pendekatan perbaikan terhadap kondisi desain geometrik,
bangunan pelengkap jalan, fasilitas pendukung jalan yang
berpotensi mengakibatkan konflik lalulintas dengan suatu
konsep pemeriksaan jalan yang komprehensif, sistematis dan
independen. (Departemen Pekerjaan Umum, 2005, dalam
Mayuna, 2011).
Manfaat audit keselamatan jalan adalah untuk :
1. Mencegah dan mengurangi kemungkinan terjadinya
suatu kecelakaan pada suatu ruas jalan.
2. Mengurangi parahnya korban kecelakaan.
3. Menghemat pengeluaran negara untuk kerugian yang
diakibatkan kecelakaan lalulintas.
4. Meminimumkan biaya pengeluaran untuk penanganan alokasi
kecelakaan suatu ruas jalan melalui pengefektifan desain jalan.

Sasaran dilakukan audit pada jalan ini , antara lain:


a. mengidentifikasi lokasi-lokasi yang memiliki potensi
kecelakaan lalu lintas,
b. mengidentifikasi bagian - bagian jalan, bangunan pelengkap
jalan, fasiltas jalan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan
lalu lintas,
c. mengidentifikasi masing-masing permasalahan kaitannya
dengan bagian-bagian jalan, bangunan pelengkap jalan, fasilitas
jalan yang diidentifikasi berpotensi menimbulkan kecelakaan,
d. mengidentifikasi teknik-teknik penanganan berkaitan dengan
bagian-bagian jalan, bangunan pelengkap jalan, fasilitas jalan
yang diidentifikasi berpotensi menimbulkan kecelakaan.
e. Melakukan audit pada beberapa objek seperti berikut :
a. Nama jalan
b. Status jalan dan fungsi
c. Jumlah lajur dan jalur
d. Median
e. Kerusakan jalan
f. Kemiringan jalan
g. Drainase
h. Perlengkapan jalan (rambu, marka,dll)
i. Fasilitas pejalan kaki dan keamanannya
j. Penerangan jalan umum
k. Potensi kecelakaan

1.4. Klasifikasi Jalan


Klasifikasi menurut fungsi jalan :
A. Jaringan jalan primer
1. Jalan arteri primer adalah jalan yang secara efisien
menghubungkan antar pusat kegiatan nasional atau
antar pusat kegiatan dengan pusat kegiatan wilayah.
2. Jalan kolektor primer jalan yang secara efisien
menhubungkan antar pusat kegiatan wilayah atau
menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah dengan
pusat kegiatan lokal.
3. Jalan lokal primer adalah jalan yang secara efisien
menghubungkan pusat kegiatan nasional dengan persil
atau pusat kegiatan lokal dengna pusat kegiatan lokal,
pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan bawahnya,
pusat kegiatan lokal dengan persil, atau pusat kegiatan
di bawahnya sampai persil.

B. Jaringan jalan sekunder


1. Jalan arteri sekunder adalah jalan yang menghubungkan
kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu atau
menghubungkankawasan sekunder kesatu dengan kawasan
sekunder kesatu atau menghubungkan kawasan sekunder
kesatu dengan kawasan sekunder kedua.
2. Jalan kolektor sekunder adalah jalan yang menghubungkan
kawasan sekunder kedua atau menghubungkan kawasan
sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga.
3. Jalan lokal sekunder adalah jalan yang menghubungkan
kawasan sekunder kesatu dengan perumahan,
menghubungkan kawasan sekunder dengan perumahan,
kawasan sekunder ketiga dengan perumahan

1.5. Karakteristik Geometrik Jalan


Karakteristik geometrik jalan perkotaan menurut Dirjen
Bina Marga (1997:5-6) meliputi tipe jalan, lebar jalur lalu lintas,
kereb, bahu jalan, dan median
Dari hasil audit dilapangan diperoleh bahwa jalan Mr.
Teuku Moh. Hasan memiliki karakteristik sebagi berikut:
 Nama jalan : Mr. Teuku Moh. Hasan
 Status jalan : Jalan Perkotaan
 Fungsi jalan : Arteri Sekunder (dilihat dari Peta RTRW
Kota Banda Aceh)
 Tipe jalan : 4/2 D ( 4 lajur 2 arah dengan median)

1.5.1. Lebar jalur lalu lintas


Jalur lalulintas merupakan bagian jalan yang di
pergunakan untuk lalulintas kendaraan yang secara
fisik berupa perkerasan jalan. Batas jalur lalulintas
dapat berupa median, bahu, trotoar, pulau jalan dan
sparataor. Lebar minimum adalah 4,5 meter dimana
memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan.
Sedangkan saat sewaktu-waktu terjadi papasan 2
kendaraan besar bisa mempergunakan bahu jalan.
Dari hasil audit diperoleh lebar jalur lalu lintas
perarah adalah 7 meter. Hal ini memenuhi persyaratan
untuk jalan arteri.

1.5.2. Lajur
Lajur merupakan bagian jalur lalulintas yang memanjang,
di batasi oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk
di lewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana.
Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota
tahun 1997, lebar lajur ideal untuk jalan arteri sebesar 3.50 m
sampai 3.75 m.
Dari hasil audit diperoleh lebar lajur lalu lintas perarah
adalah 3,5 meter ,dengan kemiringan jalan 1 %. Hal ini memenuhi
persyaratan untuk jalan arteri.

Gambar 3. Pengukuran lebar badan jalan

1.5.3. Bahu jalan


Bahu jalan merupakan bagian jalan yang terletak di tepi
jalur lalulintas dan harus di perkeras. Kemiringan bahu jalan
normal antara 3 – 5 %
Dari hasil audit diperoleh lebar bahu lalu lintas adalah 1,0
meter , dengan kemiringan 3 %. Hal ini memenuhi persyaratan
untuk jalan arteri.

1.5.4. Median
Median adalah jalur yang terletak ditengah jalan untuk
membagi jalan dalam masing-masing arah.
Dari hasil audit diperoleh lebar median adalah 2,65 meter ,
tinggi median 35 cm. Lebar median di area uturn 1,1 m, jarak
bukaan Uturn 28,5 m.
1.5.5. Dimensi marka
Marka jalan adalah suatu tanda yang berada di permukaan
jalan atau di atas permukaan jalan yang meliputi peralatan atau
tanda yang membentuk garis membujur, garis melintang, garis
serong serta lambang lainnya yang berfungsi untuk mengarahkan
arus lalu lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas
Marka membujur terdiri atas :
a. Marka membujur garis utuh, berfungsi sebagai larangan
bagi kendaraan melintasi garis tersebut, di pergunakan
untuk tepi jalur lalulintas. Marka membujur garis utuh
harus di gunakan pada lokasi menjelang persimpamngan
sebagai pengganti garis putus-putus pemisah arah lajur
dan di lokasi yang jarak pandang terbatas, misalnya
pada tikungan atau bagian jalan yang sempit untuk
melarang kendaraan yang akan melewati kendaraan lain
pada lokasi tersebut.

Gambar 4. Marka membujur garis utuh

b. Marka membujur garis putus-putus, marka ini berfungsi


untuk mengarahkan lalulintas dan memperingatkan akan
ada marka membujur di depan dan pembatas jalur pada
jalan 2 arah.
Gambar 5. Marka membujur garis putus-putus

c. Marka membujur garis ganda terdiri dari garis utuh dan


putus-putus memiliki arti bahwa lalulinntas yang berada
pada sisi garis putus-putus dapat melewati garis ganda
tersebut, sedangkan lalulintas pada sisi garis utuh
dilarang melintasi garis ganda tersebut.
Dari hasil audit diperoleh panjang marka 3 meter, jarak
antar marka 5 meter.

Gambar 6. Marka yang menunjukkan jalur persimpangan

1.6. Rambu Lalu Lintas


Menurut Dirjen Bina Marga (199116) posisi rambu lalu
lintas jalan dapatditempatkan sebagai berikut:
a. Jika rambu ditempatkan pada trotoar, maka minimum jarak
tepi perkerasan jalan adalah 60 cm, sedangkan tinggi tiang
rambu minimum 2 m dari trotoar.
b. Jika rambu ditempatkan di atas permukaan jalan, maka tinggi
rambu dari permukaan jalan minimum 5 meter dan jarak
pondasi tiang rambu dari tepi bahu jalanbagian luar minimum
60 cm.
c. Rambu ditempatkan pada jarak 1,8 meter dari tepi bahu jalan
bagian luar.
d. Rambu yang dipasang pada pemisah jalan (median)
ditempatkan dengan jarak 0,3 meter dari bagian paling luar
dari pemisah jalan.

Gambar 7. Pengukuran jarak rambu peringatan terhadap letak


simpang

Klasifikasi atau gambar jenis-jenis rambu lalu lintas yang memiliki


bentuk dan warna yang berbeda juga akan memiliki makna dan
fungsi yang berbeda, untuk membedakan dari jenis-jenis rambu
dapat dilihat pada standar- standar rambu lalu lintas yang
dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan. Rambu lalu lintas
mengandung berbagai fungsi yang masing-masing memiliki
konsekuensi hukum sebagai berikut:
1. Rambu Peringatan
Menunjukkan kemungkinan adanya bahaya dijalan yang akan
dilalui. Rambu peru=ingatan berbentuk bujur sangkar berwarna
dasar kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam
Rambu yang memperingatkan adanya bahaya agar para pengemudi
berhati-hati dalam menjalankan kendaraannya.
Biasanya rambu jenis ini memiliki warna dasar kuning dengan list
hitam.

Gambar 8. Rambu peringatan adanya persimpangan tiga ganda


kiri

Gambar 9. Rambu peringatan persimpangan prioritas dengan


persimpangan dan lampu pengatur lalu lintas
Gambar 10. Rambu peringatan adanya lintasan bus

Gambar 11. Rambu peringatan hati-hati

Gambar 12. Rambu peringatan adaranya penyebrangan orang

2. Rambu Larangan
Yaitu bentuk pengaturan yang jelas dan tegas melarang para
pengguna jalan untuk melakukan hal-hal tertentu, tidak ada pilihan
lain kecuali tidak boleh dilakukan.

Gambar 13. Rambu larangan masuk bagi mobil barang

Gambar 14. Rambu larangan berhenti karena daerah


persimpangan
Gambar 15. Rambu larangan kecepatan berkendara lebih 40 km
per jam

Gambar 16. Rambu larangan masuk kendaraan bermuatan lebih


dari 5 ton

Gambar 17. Rambu larangan memutar arah


3. Rambu Perintah
Yaitu bentuk pengaturan yang jelas dan tegas tanpa ada interpretasi
lain yang wajib dilaksanakan oleh pengguna jalan. Pelanggar atas
perintah ini akan dikenai sanksi sesuia dengan perundang-
undangan yang berlaku.

Gambar 18. Rambu perintah wajib melalui salah satu lajur yang
ditunjuk

4. Rambu Petunjuk
Berfungsi memandu pengguna jalan selama perjalanan atau
memberi informasi lain kepada pengguna jalan. Rambu ini
biasanya menunjukan jurusan, batas wilayah, dan lokasi fasilitas
umum.

Gambar 19. Rambu petunjuk adanya pompa bahan bakar


Gambar 20. Rambu petunjuk tempat penyebrangan dengan zebra
cross yang memudar

Gambar 21. Rambu petunjuk adanya tempat pemberhentian bus

Gambar 22. Rambu petunjuk adanya masjid


Gambar 23. Rambu petunjuk tambahan untuk pengguna jalan

Gambar 24. Rambu petunjuk tempat berbalik arah

Gambar 25. Rambu petunjuk adanya rumah sakit


1.7. Fasilitas Penerangan
Lampu jalan adalah lampu yang digunakan untuk
penerangan jalan dimalam hari sehingga pejalan kaki, pesepeda
dan pengendara dapat melihat dengan lebih jelas jalan yang akan
dilalui pada malam hari, sehingga dapat meningkatkan keselamatan
lalu lintas dan keamanan dari para pengguna jalan.
Dari audit di lapangan diperoleh data, jarak antar tiang
lampu jalan adalah 26,8 meter, dengan tiang lampu diletakkan
ditengah-tengan dari lebar median.
Tabel 1. Persyaratan perencanaan dan penempatan fasilitas
penerangan
Besaran-
Uraian besaran
Tinggi tiang lampu (H)
Lampu standar 10-15m
tinggi tiang rata-rata digunakan 13m
Lampu monara 20-50m
tinggi tiang rata-rata digunakan 30m
Jarak interval tiang lampu (e )
Jalan arteri 3.0H - 3.5H
jalan kolektor 3.5H - 4.0H
jalan lokal 5.0H - 6.0H
minimum jarak interval tiang 30m
jarak tiang lampu ke tepi perkerasan (s1) minimum 0.7m
Jarak dari tepi perkerasan ke titik
penerangan
terjauh (s2) minimum L/2
sudut inklinasi 20o - 30o
Sumber : Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan
Jalan, 2006
Tabel 2. 11 Ketentuan penempatan fasilitas penerangan jalan yang
di sarankan

Lokasi Penempatan
di kiri atau kanan jalan L < 1.2H
di kiri dan kanan jalan berselang-seling 1.2H < L < 1.6H
di kiri dan kanan jalan berhadapan 1.6H < L < 2.4H
di median jalan 3L < 0.8H
Sumber : Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan
Jalan, 2006
Gambar 26. Pengukuran jarak lampu tiang

1.8. Waktu Siklus Lalu Lintas


Pada Jalan Mr. Teuku Moh. Hasan terdapat persimpangan yang
dikenal dengan nama Simpang AMD Batoh. Simpang AMD Batoh
memiliki empat lengan. Berikut waktu siklus lalu lintas pada setiap
lengan
No Lengan Nama Jalan Lampu
Hijau (dtk) Merah (dtk)
1 Utara Mr. Teuku Moh. Hasan 27 104
2 Timur AMD Manunggal XLI 17 104
3 Barat AMD 17 104
4 Selatan Mr. Teuku Moh. Hasan 27 104

1.9. Kondisi Permukaan Jalan


Permukaan jalan terdiri dari perkerasan lentur (aspal). Terdapat
beberapa kerusakan pada permukaan jalan, seperti pekerasan yang
berlubang, adanya genangan air disekitar bahu jalan. Jenis
kerusakan dapat dilihat pada gambar dibawah
Gambar 27. Genangan air yang terdapat di bahu jalan

Gambar 28. Kondisi jalan yang berlubang kecil

Gambar 29. Gangguan jalan yang merupakan lubang di bagian


persimpangan

1.10. Pelanggaran lalu lintas


Terdapat beberapa pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar, seperti berkendara melawan arah jalur, tidak
menggunakan helm, mendirikan kios disekitar bahu jalan dan area
belokan. Dapat diliht pada gambar yang dilampirkan dibawah:

Gambar 30. Pelanggar lalu lintas melawan arah


LAMPIRAN

Gambar 31. Pedagang kaki lima di atas trotoar

Gambar 32. Pedangang kaki lima di atas trotoar

Gambar 33. Marka kejut yang mulai memudar


Gambar 34. Rambu yang tertupi oleh pepohonan

Gambar 35. Marka yang sudah memudar

Gambar 36. Kereb yang sudah memudar dan tidak terdapatnya marka
sebagai pembagi lajur
Gambar 37. Lampu peringatan hati-hati yang tertutup pepohonan

Gambar 38. Tidak adanya rambu petunjuk bahwa adanya pomba bahan
bakar
Gambar 39. Persimpangan tanpa adanya rambu petunjuk

Gambar 40. Drainase yang tidak berfungsi


Gambar 41. Trotoar yang tidak adanya perkerasan

Gambar 42. Pedestrian yang kurang aktif

Anda mungkin juga menyukai