Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


TRAUMA URETRA

Pembimbing:
dr. Rosadi Putra, Sp. B

Oleh:
Roderick Samuel Prentice
406181068

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI-KAB. BOGOR
PERIODE 11 MARET 2019 – 18 MEI 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

Trauma Uretra

Disusun oleh :

Roderick Samuel Prentice

406181068

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Bedah
RSUD Ciawi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Ciawi, April 2019

dr. Rosadi Putra, Sp. U

ii
HALAMAN PENGESAHAN

REFERAT

Trauma Uretra

Disusun oleh :

Roderick Samuel Prentice

406181068

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Ilmu Bedah
RSUD Ciawi

Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Mengetahui,

Kepala SMF Ilmu Bedah

dr. Sjaiful Bachri, Sp.B-KBD

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Trauma uretra adalah kondisi dimana uretra mengalami cedera baik berasal dari
luar (eksternal) maupun cedera iatrogenik (akibat suatu tindakan medis).1 Trauma
uretra pada umumnya biasanya jarang terjadi. Jarang terjadi pada wanita namun
lebih sering terjadi pada pria. Trauma uretra biasanya berhubungan dengan fraktur
pelvis atau straddle-type falls.3
Trauma uretra posterior merupakan jenis trauma uretra yang paling sering
terjadi yang berhubungan dengan fraktur pelvis dengan angka kejadian 5-10%.
Angka kejadian sekitar 20 fraktur pelvis dari 100.000 penduduk setiap tahunnya.4

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Uretra adalah tabung atau saluran yang menyalurkan urine ke luar dari
buli-buli atau kandung kemih melalui proses miksi. Secara anatomis,
uretra dibagi menjadi 2 bagian, yaitu uretra posterior dan uretra anterior.1
Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada
perbatasan antara buli-buli atau kandung kemih dan uretra, serta sfingter
uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan
posterior.1
Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh
sistem somatik yang dapat diperintah sesuai keinginan seseorang. Pada
saat miksi, sfingter ini terbuka dan tetap tertutup saat menahan miksi. 1
Panjang uretra pada laki-laki kurang lebih 23-25 cm sedangkan pada
wanita kurang lebih 3-5 cm. Perbedaan panjang inilah yang
menyebabkan keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi
pada pria. 1
Uretra posterior pada pria terdiri atas pars prostatika (bagian uretra
yang dikelilingi kelenjar prostat) dan uretra pars membranasea. Pada
bagian posterior lumen uretra pars prostatika terdapat suatu tonjolan
(verumontanum) dan di sebelah proksimal serta distal dari tonjolan
tersebut terdapat krista uretralis. Bagian akhir dari vas deferens, yaitu
kedua duktus ejakulatorius terdapat di pinggir kiri dan kanan
verumontanum, sedangkan sekresi daripada kelenjar prostat bermuara di
dalam duktus prostatikus yang tersebar di uretra prostatika. 1
Uretra anterior adalah bagian dari uretra yang dikelilingi atau
dibungkus oleh korpus spongiosum penis. Uretra anterior terbagi ke
dalam beberapa bagian, yaitu pars bulbosa, pars pendularis, fossa
navikularis, dan meatus uretra eksterna. Di dalam lumen uretra anterior
terdapat beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses

2
reproduksi, yaitu kelenjar Cowperi yang berada di dalam diafragma
urogenitalis dan bermuara di uretra pars bulbosa, serta kelenjar Littre
yaitu kelenjar parauretralis yang bermuara di uretra pars pendularis. 1

Panjang uretra wanita kurang lebih 4 cm dengan diameter 8 mm.


Berada di bawah simfisis pubis dan bermuara di sebelah anterior vagina.
Di dalam uretra bermuara kelenjar periuretra, di antaranya adalah
kelenjar Skene. Kurang lebih sepertiga medial uretra, terdapat sfingter
uretra eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot sfingter uretra
eksterna dan tonus otot Levator ani berfungsi mempertahankan agar
urine tetap berada di dalam buli-buli pada saat perasaan ingin miksi.
Miksi terjadi jika tekanan intravesika melebihi tekanan intrauretra akibat
kontraksi otot detrusor, dan relaksasi sfingter uretra eksterna. 1

Gambar 1. Saluran kemih pria2

Gambar 2. Saluran kemih wanita2

3
2.2 Definisi
Trauma uretra adalah kondisi dimana uretra mengalami cedera baik
berasal dari luar (eksternal) maupun cedera iatrogenik (akibat suatu
tindakan medis).1
2.3 Epidemiologi
Trauma uretra pada umumnya biasanya jarang terjadi. Jarang terjadi pada
wanita namun lebih sering terjadi pada pria. Trauma uretra biasanya
berhubungan dengan fraktur pelvis atau straddle-type falls.3
Trauma uretra posterior merupakan jenis trauma uretra yang paling
sering terjadi yang berhubungan dengan fraktur pelvis dengan angka
kejadian 5-10%. Angka kejadian sekitar 20 fraktur pelvis dari 100.000
penduduk setiap tahunnya.4
2.4 Klasifikasi
Trauma uretra dapat diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan anatomis
daripada uretra itu sendiri, yaitu:3
1. Trauma uretra posterior
Yang termasuk ke dalam uretra posterior adalah uretra pars
prostatika dan par membranasea. Klasifikasi trauma uretra
posterior melalui gambaran uretrogram adalah uretra posterior
masih utuh dan hanya mengalami peregangan, uretra posterior
terputus pada perbatasan pars prostatika dan pars membranasea,
dan uretra posterior, diafragma urognital, dan uretra pars bulbosa
proksimal ikut rusak.
2. Trauma uretra anterior
Yang termasuk ke dalam uretra anterior adalah uretra pars
bulbosa dan pars pendularis. Jenis-jenis trauma uretra anterior,
yaitu kontusio dinding uretra, ruptur parsial, dan ruptur total
dinding uretra

4
2.5 Etiologi
Trauma uretra terjadi karena cedera yang berasal dari luar (eksternal) dan
cedera iatrogenik (akibat instrumentasi pada uretra). Trauma tumpul
yang dapat menyebabkan fraktur tulang pelvis akan menyebabkan ruptur
uretra pars membranasea, sedangkan trauma tumpul pada selangkangan
atau straddle injury dapat menyebabkan ruptur uretra pars bulbosa.1
Pemasangan kateter atau businasi pada uretra yang kurang hati-hati
juga dapat menyebabkan robekan pada uretra karena salah jalan atau
false route. Tindakan operasi pada uretra pun juga dapat menyebabkan
trauma uretra (cedera iatrogenik).1
Pada trauma uretra posterior, penyebabnya dapat karena trauma
tumpul maupun trauma tajam. Trauma tumpul yang dapat menyebabkan
trauma pada uretra posterior adalah adanya deselerasi seperti pada jauh
dari ketinggian atau tabrakan kendaraan yang biasanya juga
menyebabkan fraktur pelvis.4 Saat terjadi fraktur pelvis akibat trauma
tumpul, maka uretra pars membranasea dapat sobek dari apeks prostat
hingga prostatomembranous junction. Dengan mekanisme yang sama
juga dapat menyebabkan transeksi pada uretra pars membranasea dan
prostatika.3

Gambar 3. Cedera pada uretra posterior


(uretra pars membranasea)3

5
Pada trauma uretra anterior, trauma tumpul merupakan
penyebab yang paling sering terjadi adalah adanya tendangan di
daerah perineum (straddle injury). Trauma tajam yang biasanya
menyebabkan trauma uretra anterior adalah trauma tajam pada
uretra pars penis karena gigitan binatang, trauma tembakan, dan
trauma tusuk. Masuknya benda asing ke uretra anterior juga
merupakan salah satu penyebab terjadinya trauma uretra anterior,
yang biasanya disebabkan pemasangan kateter atau operasi di
daerah uretra anterior, stimulasi seksual atau mungkin karena ada
gangguan kejiwaan.4
Uretra anterior terbungkus di dalam korpus spongiosum
penis. Korpus spongiosum bersama dengan korpora kavernosa penis
dibungkus oleh fasia Buck dan fasia Colles. Jika terjadi ruptur uretra
beserta korpus spongiosum, darah dan urine keluar dari uretra tetapi
masih terbatas pada fasia Buck, dan secara klinis terlihat hematoma
yang terbatas pada penis. Namun jika fasia Buck ikut robek,
ekstravasasi urine dan darah hanya dibatasi oleh fasia Colles
sehingga darah dapat menjalar hingga skrotum atau ke dinding
abdomen. Oleh karena itu robekan ini memberikan gambaran seperti
kupu-kupu sehingga disebut butterfly hematoma atau hematoma
kupu-kupu

Gambar 4. Cedera pada uretra pars bulbosa akibat trauma


tumpul ada perineum (straddle injury).3

6
2.6 Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya trauma uretra adalah:1,3,4
1. Trauma tumpul pada pelvis dan perineum (seperti kecelakaan
kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian, straddle injury)
2. Trauma tajam pada daerah genital dan perineum
3. Pemasangan kateter atau businasi
4. Tindakan operasi area uretra

2.7 Tanda dan Gejala


Pada trauma uretra posterior, gejala yang biasanya muncul pada pasien
adalah nyeri pada perut bagian bawah dan kesulitan untuk buang air
kecil, biasanya disertai dengan riwayat trauma pada pelvis.3
Untuk tanda pada trauma uretra posterior adalah seperti darah pada
meatus uretra eksterna. Jika terdapat darah pada meatus uretra eksterna
maka perlu dilakukan urethrografi segera untuk penegakkan diagnosis.3
Keluhan dapat disertai dengan adanya nyeri tekan pada suprapubis
dan ditemukannya fraktur pelvis pada pemeriksaan fisik. Jika terdapat
hematome pelvis yang cukup besar maka dapat dipalpasi. Pada
pemeriksaan colok dubur, prostat dapat teraba pindah posisinya ke arah
superior (floating prosate).1,3
Pasien yang mengalami trauma uretra anterior biasanya memiliki
riwayat terjatuh dari ketinggian atau pemasangan instrumen. Dapat
muncul perdarahan dari uretra. Terdapat rasa nyeri di sekitar perineum
dan terkadang ada hematoma perineal yang luas.3
Gejala yang dialami pasien dengan trauma uretra anterior adalah
dapat ditemukan massa di daerah perinum, darah pada meatus uretra
eksterna. Pada pemeriksaan colok dubur didapatkan prostat yang masih
normal. Kulit di daerah sekitar uretra anterior dapat bengkak dan terjadi
perubahan warna.3

7
2.8 Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis trauma uretra maka dapat dilakukan
rontgen pelvis untuk melihat apakah ada fraktur pelvis. Selain itu perlu
dilakukan urethrogram (menggunakan 20-30ml kontras) untuk
menunjukkan adanya ekstravasasi dari kontras tersebut di daerah uretra
pars prostatika dan pars membranasea. Serta perlu juga dilakukan
pemeriksaan darah untuk melihat adanya peningkatan leukosit akibat
infeksi yang terjadi.3

2.9 Diagnosis Banding


- Ruptur kandung kemih
- Batu saluran kemih

2.10 Tatalaksana
Pada trauma uretra, yang harus diberikan tatalaksana pertama kali ada
menangani syok dan perdarahannya terlebih dahulu. Tidak boleh
dilakukan pemasangan kateter uretra karena dapat memperburuk kondisi
uretra itu sendiri. Setelah syok dan perdarahan tertangani, maka dapat
dilakukan sistotomi suprapubis untuk pengeluaran urine dari kandung
kemih.1,3
Setelah pasien dalam keadaan stabil, maka dapat dilakukan
pemasangan kateter uretra dengan menggunakan uretroskopi agar kedua
ujung uretra yang terpisah dapat saling didekatkan.1,3
Adapula tindakan yang bernama uretroplasti yang dapat dilakukan 3
bulan setelah trauma terjadi dengan asumsi jaringan parut pada uretra
telah stabil dan cukup matang sehingga tindakan rekonstruksi dapat
berakhir dengan baik.1,3

8
2.11 Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada trauma uretra adalah striktur uretra
yang dapat terjadi berulang, disfungsi ereksi, dan inkontinensia urine.
Disfungsi ereksi terjadi pada 13-30% kasus yang disebabkan karena
kerusakan saraf parasimpatik atau terjadinya insufiseiensi arteri.
Inkontinensia urine lebih ajrang terjadi yaitu sekitar 2-4% yang
disebabkan karena kerusakan sfingter uretra eksterna.1,3

2.12 Prognosis
Jika komplikasi dapat dihindari, maka prognosisnya biasanya baik.
- Ad vitam : dubia ad bonam
- Ad functionam : dubia
- Ad sanationam : dubia

9
BAB III

KESIMPULAN

Trauma uretra adalah kondisi dimana uretra mengalami cedera baik berasal dari
luar (eksternal) maupun cedera iatrogenik (akibat suatu tindakan medis). Trauma
uretra biasanya lebih sering terjadi pada pria karena anatomisnya. Trauma uretra
terbagi menjadi 2 jenis berdasarkan anatominya, yaitu trauma uretra anterior dan
posterior. Tanda dan gejala yang biasanya muncul pada trauma uretra adalah
perdarahan dari uretra, nyeri di perut bagian bawah, hematom pada daerah
perineum, dan sulit buang air kecil. Untuk menegakkan diagnosis maka perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu uretogram (rontgen uretra menggunakan
kontras). Tatalaksana awal untuk trauma uretra adalan menangani syok dan
perdarahan yang terjadi karena trauma uretra biasanya terjadi bersamaan dengan
fraktur pelvis maupun perdarahan massive lainnya. Setelah pasien stabil, maka
dapat dilakukan rekonstruksi uretra.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. Bab 1: Anatomi Sistem Urogenitalia. Dasar-dasar Urologi. 2nd


ed., Jakarta: Sagung Seto; 2003, p. 7–9.
2. Paulsen F, Waschke J. Pelvis and Retroperitoneal Space. Sobotta Atlas of
Human Anatomy Internal Organs, vol. 2. 15th ed., Munchen: Elsevier; 2015,
p. 179–80.
3. McAninch JW, McAninch JW, Lue TF. Injuries to the Genitourinary Tract.
Smith & Tanagho's General Urology. 18th ed., California: McGraw-Hill;
2013, p. 292–6.
4. Urethral Trauma. Practice Essentials, Relevant Anatomy, Pathophysiology
2019. https://emedicine.medscape.com/article/451797-overview#a7 (accessed
April 13, 2019).

11

Anda mungkin juga menyukai