Anda di halaman 1dari 8

Modul 4

Tes Formatif 2 (No 2, 4, 5, 8. 15)


Untuk menjawab No 2 dan No 4, kita gunakan data yang tersedia, yaitu:
-PT. Swasembada diketahui meproduksi satu jenis produk saja
-Penjualan (proyeksi): 50.000 unit
-Harga satuan (proyeksi): Rp 5.000
-Marjin Kontribusi = Penjualan - Biaya Variabel
= (50.000 unit x Rp 5.000) – Rp 144.000.000
= Rp 106.000.000
-Laba Operasi = Marjin Kontribusi - Biaya Tetap
= Rp 106.000.000 – Rp 81.620.000
= Rp 24.380.000

2. Margin pengaman merupakan suatu tingkat penurunan dalam penjualan sebelum perusahaan
mulai merugi. Berbeda dengan titik impas dimana merupakan tingkat penjualan minimum yang
diperlukan untuk menghindari kerugian. Secara nominal uang, nilai titik impas akan lebih besar
dari margin pengaman.

Rumus untuk menghitung margin pengaman adalah penjualan yang diharapkan – penjualan
pada titik impas.
Margin pengaman = 50.000 unit – 38.500 unit = 11.500 unit.
Dalam satuan unit jawabannya adalah seperti ini, namun apabila tidak ada di dalam pilihan
jawaban saat UAS nanti, kalian cari biaya variabelnya. Karena margin berhubungan erat dengan
perubahan naik-turunnya biaya (variabel), sehingga 11.500 unit x Rp 5.000 = Rp 57.500.000

4. Penjualan diumpamakan naik 20%, maka berapa kenaikan laba operasinya?


Kita dapat menggunakan dua cara saat menjawab soal seperti ini.
Cara 1: Menggunakan Target Laba dan Target Penjualan berdasarkan presentase (Modul Hal 4.7 poin 3)

(1+20%) x (50.000 unit x Rp 5.000) = Rp 300.000.000


-Penjualan setelah kenaikan target sebesar 20% adalah sebesar Rp 300.000.000
-Kita juga harus ingat bahwa ketika penjualan naik, maka biaya variabel pun juga akan
naik. Namun, biaya tetap tidak. Mengapa? Hayo coba diingat-ingat lagi akuntansi
dasarnya tentang pengertian dua jenis biaya ini.

Marjin Kontribusi = Rp 300.000.000- (Rp 144.000.000 x kenaikan 20% juga)


= Rp 127.200.000
Laba Operasi = Marjin Kontribusi – Biaya Tetap
= Rp 127.200.000 – Rp 81.620.000
= Rp 45.580.000
-Sekarang kita bandingkan antara Laba Operasi (sebelum) dan Laba Operasi (sesudah)
Tingkat kenaikan laba operasi = [[Laba Operasi (sesudah) - Laba Operasi (sebelum)] / Laba Operasi (sebelum)] x 100%
= (Rp 45.580.000 – Rp 24.380.000) / Rp 24.380.000
= 86,95 % ………… dapat kita bulatkan menjadi 87%

Cara 2: Menggunakan Target Laba dan Target Penjualan berdasarkan presentase (Modul hal
4.7 poin 3)
Menggunakan rumus ini sama dengan yang digunakan oleh pembahas soal di modul yaitu
istilah yang kalian kenal dengan pengungkit operasi.
Untuk mengetahui pengungkit operasi, harus ada data margin kontribusi , laba operasi.
Jika terdapat kedua data itu, kita dapat menggunakan rumus marjin kontribusi/laba
operasi = Rp 106.000.000/Rp 24.380.000 = 4,35x

Di soal nomor 4 ditanyakan, apabila penjualan naik 20%, maka laba operasi naik berapa?
Kita tinggal mengkalikan pengungkit operasi dengan 20%. Sehingga 4,35x20%= 87%.
Ingat, gunakan cara 2 apabila kalian sudah paham konsep cara 1.

5. Untuk menjawab No.5 ini, bukalah halaman 4.8. Poin 4.


Pajak atas penghasilan perusahaan (laba) dikenakan apabila laba > 0 atau di atas titik impas.
Di soal ini yang ingin kita cari adalah laba operasi, bukan laba bersih (laba setelah pajak). Ingat
laba bersih berbeda dengan operasi.
Target laba bersih di dalam soal diketahui sebesar Rp 15.900.000. Yang ditanyakan adalah
berapa unit produk yang harus dijual jika laba bersih yang diinginkan adalah Rp 15.900.000 dan
pajak penghasilan (pph badan) yang dikenakan adalah 40%.
Rumus umumnya adalah sbb:
Laba bersih = laba operasi – pajak penghasilan
= laba operasi – (tarif pajak x laba operasi)
= laba operasi – (1-tarif pajak)

Namun, karena di dalam soal laba bersih sudah diketahui, maka kita dapat menggunakan rumus:
Laba operasi = laba bersih / (1-tarif pajak)
= Rp 15.900.000 / (1-40%)
= Rp 15.900.000 / 60%
= Rp 26.500.000
Hasil nominal rupiah di atas adalah laba operasi yang harus dihasilkan perusahaan apabila laba
bersih yang dikehendaki sebesar Rp 15.900.000. Sedangkan, yang ditanyakan adalah unit. Hayo
gimana yah menghitungnya… Mungkin mbak Eka Wahyu, mbak Erfin dan mbak Sefi bisa bantu
saya?
Oke jika menyerah, saya bantu.
Silahkan buka kembali modulnya, halaman 4.7.
Unit disimbolkan dengan huruf Q, singkatan Quantity.
Q = (kos Tetap + target laba operasi) / Marjin Kontribusi per unit
Loh pak ngitung Marjin Kontribusi per unit bagaimana?
Di dalam “diketahui” kita sudah tahu Margin Kontribusi diketahui sebesar Rp 106.000.000. Unit
yang diproduksi adalah 50.000. Jadi tinggal kita hitung Rp 106.000.000/50.000 unit = Rp 2.120
/unit.

atau jika belum diketahui marjin kontribusi nya, kalian dapat menggunakan rumus;
Marjin Kontribusi per Unit = Harga produk per unit – biaya variabel per unit

Kembali lagi ke soal no 5, setelah rumus mencari Q sudah kita ketahui, sekarang kita masukkan.
Q = (Rp 81.620.000 + Rp 26.500.000) / Rp 2.120
= 51.000 unit

No. 8
Untuk menjawab soal ini, data yang diketahui adalah:
Diketahui perusahaan PT. Tanganmetika merupakan produsen kalkulator. Perusahaan ini
memiliki dua produk yaitu kalkulator ilmiah dan kalkulator bisnis.
Estimasi penjualan kalkulator ilmiah = 2.000 unit
Estimasi penjualan kalkulator bisnis = 10.000 unit
Laporan laba rugi periode sebelumnya atas keseluruhan kalkulator:
Penjualan kalkulator ilmiah Rp 50.000.000
kalkulator bisnis Rp 200.000.000
Biaya varibel kalkulator ilmiah Rp 24.000.000
kalkulator bisnis Rp 90.000.000
Biaya tetap langsung kalkulator ilmiah Rp 12.000.000
kalkulator bisnis Rp 96.000.000
Biaya tetap umum kalkultor ilmiah dan bisnis Rp 14.400.000
Masih ingat kan biaya tetap langsung dan biaya tetap umum? Coba diingat dulu sendiri ya.
Laba operasi (laba sebelum pajak) yang diperoleh PT. Tanganmetika dari penjualan kedua
produk adalah Rp 13.600.000

8. Soal ini mengumpamakan jika terjadi peningkatan biaya iklan untuk produk kalkulator
ilmiah sebesar Rp 3.000.000, maka margin segmen produk kalkulator ilmiah berapa?

Untuk menghitungnya kita dapat menggunakan rumus CVP (Cost-Volume-Profit). CVP sangat
berguna untuk mengetahui peningkatan penjualan dengan adanya peningkatan pos biaya iklan,
kedua CVP juga berguna untuk mengetahui peningkatan penjualan dengan adanya pemberian
diskon kepada segmen produk tertentu, dan ketiga CVP berguna juga untuk mengetahui
peningkatan penjualan dengan adanya peningkatan iklan dan diskon produk. Coba buka halaman
4.19.
Di soal ini, tidak diketahui berapa estimasi peningkatan unit yang terjual setelah adanya
peningkatan biaya iklan. Sehingga, diasumsikan bahwa biaya variabel dan penjualan yang terjadi
adalah sama dengan sebelum adanya peningkatan biaya iklan. Satu hal yang berubah adalah
terjadi peningkatan biaya tetap langsung, karena biaya iklan termasuk ke dalam biaya tetap
langsung, bukan biaya variabel.

Rumus marjin segmen:


Marjin segmen = Marjin kontribusi – biaya tetap langsung
= (Penjualan – biaya variabel) – biaya tetap langsung
= (Rp 50.000.000 – Rp 24.000.000) – ( Rp 12.000.000 + Rp 3.000.000)
= Rp 11.000.000 (positif, maka ini terjadi peningkatan laba operasi)
Jadi, jawabannya, dengan adanya peningkatan biaya iklan sebesar Rp 3.000.000, maka terjadi
peningkatan laba operasi sebesar Rp 11.000.000.

Ingat saja seperti ini:


-Jika kenaikan biaya tetap langsung > marjin kontribusi , maka dengan adanya peningkatan biaya
iklan atau penambahan tenaga kerja kasar (buruh), perusahaan akan mengalami kerugian.
-Jika kenaikan biaya tetap langsung < marjin kontribusi, maka dengan adanya peningkatan biaya
iklan atau penambahan tenaga kerja kasar (buruh), perusahaan akan mengalami kenaikan
keuntungan.

15. Cara menjawab No. 15 ini sama dengan cara menjawab di soal No.4, dalam hal hubungan
kenaikan penjualan dan kenaikan laba operasi tidak ada perbedaan yang berarti antara
menggunakan pendekatan CVP dan juga ABC.

Untuk mengetahui pengungkit operasi, harus ada data margin kontribusi , laba operasi. Jika
terdapat kedua data itu, kita dapat menggunakan rumus marjin kontribusi/laba operasi = (Rp
100.000-Rp 40.000) x 18.000 unit / Rp 120.000.000 = 9x

Di soal nomor 15 ditanyakan, apabila penjualan naik 30%, maka laba operasi naik berapa?
Kita tinggal mengkalikan pengungkit operasi dengan 30%. Sehingga 9 x 30% = 270%... atau 2,7x

Modul 5
Tes Formatif 1

7. Dalam soal no.7, terdapat data yang dapat kita catat, yaitu sebagai berikut:
PT. Swallow merupakan produsen sandal.
-Produk sandal dijual dengan harga Rp 15.000 per unit (harga pesanan umum)
-Produk sandal dapat dijual dengan harga Rp 12.500 per unit apabila terdapat pesanan khusus
(misal untuk pelanggan loyal, pelanggan yang beli dalam jumlah besar, dll)
-Kos variabel = Rp 7.500 per unit
-Kos tetap = Rp 2.500 per unit
-Unit yang dijual = tidak diketahui
-Unit minimal yang harus diproduksi saat menerima pesanan khusus = 10.000 unit
-Kapasitas produksi = tidak diketahui, namun pastinya > 10.000 unit, karena dalam soal juga
dikatakan bahwa masih terdapat alokasi produksi yang menganggur sehingga mampu menerima
pesanan khusus

Yang ditanyakan dalam soal ini adalah perusahaan akan laba atau rugi apabila menerima pesanan
khusus ini? Dan berapa jumlah laba/ruginya?

Kalian masih ingat dong menerima atau menolak pesanan khusus itu termasuk bagian dari analisis
kos diferensial (modul hal 5.4). Analisis diferensial sangat berguna untuk keputusan jangka
pendek, dan pengguna analisis ini adalah manajer tingkat bawah (supervisor bagian produksi)
karena tidak terpakai untuk keputusan taktis. Namun, bukan berarti keputusan ini tidak penting.
Analisis diferensial sangat berguna untuk menelisik lebih jauh biaya variabel di dalam perusahaan
manufaktur. Berguna karena dapat mengkategorikan mana biaya perusahaan yang relevan dan
tidak relevan.

Nyok, kita kembali lagi ke soal no. 7. Rumus yang digunakan dalam menjawab soal ini yaitu:
Laba/Rugi operasi pesanan khusus = [Harga jual pesanan khusus per unit x unit yang dijual (Q)]
– Biaya Variabel

Pak Budi, mengapa biaya yang kita masukkan ke rumus adalah biaya variabel bukan Total Biaya.
Adakah yang berpikir seperti ini? Oke saya jawab. Biaya variabel kita gunakan sebagai pengurang
karena laba/rugi yang hendak kita cari disini adalah pos pesanan khusus sehingga dinamakan
laba/rugi pos pesanan khusus. Nanti untuk laba/rugi keseluruhan dapat dihitung dengan rumus:
Laba/rugi operasi = Laba/rugi pesanan regular + laba/rugi pesanan khusus
Harga jual yang kita pakaipun juga merupakan harga jual pesanan khusus, bukan harga jual
pesanan regular.

Sehingga, dapat kita hitung:


Laba/Rugi operasi pesanan khusus = [Rp 12.500 x 10.000 unit] – [Rp 7.500 x 10.000 unit]
= Rp 50.000.000 (positif…. Laba)

Tes Formatif 2
No 2, No 3, No 4, dan No.5
Untuk menjawab no 2 dan no 3 kita bedah data dari PT. Sumber Ayu terlebih dahulu.
PT. Sumber Ayu merupakan perusahaan lulur yang memiliki dua varian produk yaitu Junho dan
Hera. Bahan baku yang digunakan sama. Bahan baku didapat dengan cara impor.
-Satu unit produk Junho membutuhkan 2kg bahan baku
-Satu unit produk Hera membutuhkan 3kg bahan baku
-Total persediaan bahan baku sebesar 16.000kg

Saat periode berikutnya, perusahaan berencana mengimpor lagi sebesar 8.000kg


-Untuk 2.000 unit Junho (4.000kg)
-Untuk 4.000 unit Hera (12.000kg)
Data tambahan:
-Margin kontribusi per unit Junho sebesar Rp 30.000
-Margin kontribusi per unit Hera sebesar Rp 60.000
-Perusahaan batal mengimpor 8.000kg karena adanya embargo

2. Soal no 2 menanyakan berapa ya margin kontribusi per unit Hera?


Jujur, soal ini sebenarnya agak rancu. Margin kontribusi per unit Hera sudah diketahui sebesar
Rp 60.000. Harga jual produk Hera juga tidak kita ketahui berapa. Biaya variabel dan biaya tetap
juga tidak kita ketahui.. Bisa jadi yang ingin ditanyakan sebenarnya adalah marjin segmen per
unit. Lalu gimana dong Pak?

Oke. Saya menduga mungkin saja yang dimaksud pembuat soal adalah menanyakan rasio
marjin kontribusi , namun rumus ini saja berbunyi:
Rasio marjin kontribusi = margin kontribusi per unit / harga per unit
Namun, kita dapat menggunakan total bahan baku yang dibutuhkan dalam satu masa proses
produksi (satuan ukur seperti kg, cm, liter, dll). Sehingga rumusnya menjadi:
Hera: Rp 60.000 / (2kg+3kg) = Rp 12.000
Junho: Rp 30.000 / (2kg+3kg) = Rp 6.000

3. Soal no 3 menanyakan mengenani bauran kedua produk untuk mengoptimalkan 16.000kg


bahan baku yang tersedia dengan asumsi alokasi untuk Junho sebesar 2.000 unit.

Dari jawaban no 2, dapat kita simpulkan bahwa rasio margin kontribusi Hera > Junho. Ini artinya
pasti Hera lebih diutamakan daripada Junho apabila bahan impor diembargo (Hal 5.32). Namun,
disini pembuat soal sudah mengalokasikan untuk Junho 2.000 unit.
Rumus yang dapat digunakan yaitu:
Bahan baku sisa tersedia = Bahan baku tersedia awal - bahan baku terpakai untuk Junho
= 16.000kg – (2kg x 2.000 unit)
= 12.000kg
Kita dapat mengetahui bahan baku sisa tersedia untuk produk Hera adalah sebesar 12.000kg.
Artinya perusahaan dapat membuat 4.000 unit Hera.
Selanjutnya kita dapat menggunakan alokasi minimum per unit produk :
Hera = [3kg/(3kg+2kg)] x 4.000 unit = 2.400 unit
Junho = [2kg/(3kg+2kg)] x 2.000 unit = 800 unit

Di soal ditanyakan rasio bauran Junho;Hera bukan Hera:Junho, ingat kalian harus teliti.
Jadi rasio nya adalah rasio Junho : alokasi minimum Hera = 2.000 unit:2.400 unit Hera
= 5:6
Untuk No. 4 dan No.5 data yang kita ketahui
-Perusahaan ini bernama PT. Semarak Dunia yang memproduksi 4 jenis barang, yaitu K, L, M,
dan N
-Keempat produk menggunakan bahan baku yang sama
-Penjualan masing-masing produk
K = Rp 140.000.000
L = Rp 95.000.000
M = Rp 32.000.000
N = Rp 45.000.000
Total Penjualan Rp 312.000.000
-Keempat produk memiliki rincian biaya gabungan yaitu
Biaya bahan baku langsung Rp 130.000.000
Tenaga kerja langsung Rp 58.000.000
Overhead Rp 82.000.000

Data tambahan:
-Perusahaan sedang ingin meningkatkan penjualan produk N menjadi Rp 75.500.000
- Biaya yang ditimbulkan untuk meningkatkan penjualan produk N diantaranya biaya sewa
peralatan khusus Rp 15.000.000 dan biaya utama tambahan sebesar Rp 8.500.000.000

4. Soal ini menanyakan berapa total kos relevan untuk melanjutkan keputusan (peningkatan
penjualan produk N)?

Untuk menjawab soal ini, kalian harus sudah memahami perbedaan kos relevan dan kos relevan.
Buka hal 5.12. Ini sebenarnya juga berkaitan dengan soal yang telah di jawab di atas mengenai
pesanan khusus apakah biaya yang ditimbulkan merupakan biaya relevan dan tidak relevan, lalu
juga apakah biaya ini dapat dihindari (avoidance) atau tidak dapat dihindari (silahkan buka hal
5.4 dan 5.10).

Oke, singkat cerita, biaya relevan merupakan kos masa depan (pak Budi, kalau tidak ingin punya
biaya, saya tidak harus punya masa depan dong?? Haduh -.- ). Maksudnya adalah biaya ini
memiliki pengaruh terhadap keputusan, dengan syarat antara satu alternatif keputusan dengan
pilihan keputusan lainnya memiliki nominal yang berbeda (tidak bersifat periodik).

Kalau masih bingung, nanti saat ada pertanyaan seperti nomor empat di UAS, kalian jumlahkan
saja biaya-biaya yang sifatnya tidak periodik, atau biaya yang timbul akibat adanya rencana
situasional perusahaan. Di dalam soal, terdapat dua biaya yang termasuk dalam kategori ini,
yaitu biaya-biaya yang timbul akibat adanya rencana peningkatan penjualan produk N.
Sehingga rumus yang dapat kita terapkan:
Biaya relevan untuk proses lebih lanjut = Rp 15.000.000 + Rp 8.500.000
= Rp 23.500.000
5. Untuk menjawab soal ini, mudah saja. Kalian tinggal menjumlah Total Penjualan keempat
produk, kemudian dikurangkan dengan total biaya variabel dan total biaya tetap perusahaan.
Sehingga, rumus yang dapat digunakan adalah:
Laba operasi = (Rp 140.000.000 + Rp 95.000.000 + Rp 32.000.000 + Rp 45.000.000) – (Rp
130.000.000 + Rp 58.000.000) – (Rp 82.000.000)
= Rp 312.000.000 – Rp 188.000.000 – Rp 82.000.000
= Rp 42.000.000

Kalau ada yang masih heran mengapa biaya peningkatan penjualan produk N kok tidak
dimasukkan Pak Budi?..... Karena biaya ini masih dalam rencana, jika nanti sudah dieksekusi
maka akan menjadi pengurang dalam penghitungan laba operasi periode berikutnya

Anda mungkin juga menyukai