Anda di halaman 1dari 9

1

PENGARUH MEDIA TANAM DAN KELAS INTENSITAS CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN


BENIH GAHARU (Gyrinops versteegii)
Irwan Mahakam Lesmono Aji 1), Raden Sutriono2) dan Yudistira 1)
Program Studi Kehutanan Universitas Mataram
Jl. Majapahit No. 62 Mataram, Kode Pos 83125, NTB
Email: ytira91@yahoo.co.id

ABSTRAK: Gaharu adalah gumpalan padat, berwarna cokelat kehitaman sampai hitam dan berbau harum,
yang terdapat pada bagian batang, cabang atau akar dari jenis tumbuhan penghasil gaharu yang telah terinfeksi
oleh mikroba tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam terhadap
perkecambahan dan pertumbuhan benih gaharu, untuk mengetahui pengaruh kelas intensitas cahaya terhadap
perkecambahan dan pertumbuhan benih gaharu serta mengetahui interaksi antara media tanam dan kelas
intensitas cahaya terhadap perkecambahan dan pertumbuhan benih gaharu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimental menggunakan rancangan Split
Plot (Rancangan Petak Terbagi) yang terdiri atas 2 faktor perlakuan. Faktor pertama (anak petak) adalah media
tanam yang terdiri atas 3 aras yaitu tanah saja (M1), tanah + pupuk kandang sapi (M2), dan tanah + pasir (M3),
dengan perbandngan 1:1. Faktor kedua (petak utama) adalah kelas intensitas cahaya terdiri atas 3 aras yaitu
146,44 lux/hari (C0), 12,06 lux/hari (C1), dan 43,80 lux/hari (C2).
Hasil pengamatan menggunakan analisis sidik ragam pada taraf nyata 5% menunjukkan bahwa, media
tanam tidak berpengaruh nyata terhadap perkecambahan dan pertumbuhan benih gaharu, sementara cahaya
berpengaruh nyata terhadap perkecambahan dan pertumbuhan benih gaharu. Pertumbuhan terbaik terjadi pada
perlakuan C1(12,06 lux/hari), sedangkan kombinasi perlakuan antara media tanam dan kelas intensitas cahaya
menunjukkan tidak adanya interaksi.

PENDAHULUAN penghasil HHBK. Karena itu, salah satu alternatif


yang sangat potensial untuk meningkatkan
Gaharu adalah gumpalan padat, berwarna pendapatan ekonomi masyarakat Nusa Tenggara
cokelat kehitaman sampai hitam dan berbau harum, Barat (NTB) adalah melalui pemanfaatan lahan
yang terdapat pada bagian batang, cabang atau akar kering yang masih sangat luas tersebut, salah satu
dari jenis tumbuhan penghasil gaharu yang telah komoditas lahan kering yang sangat berpontensi
terinfeksi oleh mikroba tertentu (Setyaningrum dan untuk dikembangkan di Nusa Tenggara Barat
Saparinto, 2014). Produk gubal gaharu sangat (NTB) adalah komoditas gaharu.
diminati oleh masyarakat dunia bahkan permintaan
dipasaran melebihi hasil produksi petani. Sumarna Adapun beberapa penelitian sebelumnya
(2002) menyatakan bahwa, permintaan pasar tentang budidaya gaharu yang berkaitan dengan
terhadap komoditas gaharu terus meningkat dari intensitas cahaya yaitu tanggap pertumbuhan dua
tahun ke tahun. Dari total produksi gubal gaharu spesies gaharu terhadap intensitas cahaya (Wawo
dunia, kuota ekspor gaharu dunia ditetapkan sekitar dan Utami, 2012). Penelitian-penelitian lain yang
300 ton/tahun. Namun kapasitas produksi gaharu berkaitan dengan budidaya gaharu diantaranya
Indonesia hingga 2002 hanya mencapai 10-20% keragaman pertumbuhan semai pohon penghasil
atau rata-rata sekitar 45 ton/tahun. gaharu (Aquilaria microcarpa Bill) dari berbagai
asal benih (Ningsih, 2009), pertumbuhan biji gaharu
Seiring dengan permintaan pasar yang terus (Gyrinops versteegii) pada media knudson (Kn-c)
meningkat, harga jual gaharu pun terus meningkat (Wianimo, 2010), pertumbuhan bibit gaharu pada
dari tahun ke tahun. Suharti (2009) menyatakan beberapa jenis naungan (Zubaidi, 2008). Karena
bahwa, pada tahun 1980 harga gaharu ditingkat masih kurangnya penelitian yang berkaitan dengan
pengumpul berkisar antara Rp 30.000-50.000/kg intensitas cahaya dan belum adanya penelitian-
untuk kualitas rendah dan Rp 80.000/kg untuk penelitian tentang pengaruh media tanam dan kelas
kualitas super. Kondisi tersebut menggambarkan intensitas cahaya pada pembibitan gaharu (Gyrinops
bahwa gaharu sangat prospektif untuk versteegii), maka hal inilah yang menjadi latar
dikembangkan di Indonesia. Salah satu daerah yang belakang penelitian ini dilakukan, untuk dapat
sangat berpotensi sebagai tempat pengembangan mengetahui jenis media tanam dan kelas intensitas
tanaman penghasil gaharu adalah Nusa Tenggara cahaya yang cocok digunakan dalam melakukan
Barat (NTB). pembibitan gaharu (Gyrinops versteegii) itu sendiri.
Siddik (2010) menyatakan bahwa, Nusa METODE PENELITIAN
Tenggara Barat (NTB) memiliki luas lahan kering
yang mencapai 84% dari luas wilayah daratannya, A. Metode Penelitian
atau setara dengan 1,8 juta hektar. Dari luas tersebut
sekitar 749 ribu hektar diantaranya sangat potensial Penelitian yang dilaksanakan ini
dikembangkan menjadi lahan pertanian dan menggunakan metode eksperimental.

Kata Kunci:Media Tanam, kelas intensitas cahaya, pertumbuhan benih gaharu


1)Program Studi Kehutanan
2)Program Studi Agro ekoteknologi
2

dilakukan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada


B. Waktu dan Tempat Penelitian jenjang nyata 5%.
Penelitian ini dilaksanakan selama 90 hari, HASIL DAN PEMBAHASAN
dari bulan september sampai desember 2014, yang
bertempat di kebun Pembibitan Program Studi A. Hasil Analisis Tanah
Kehutanan, Universitas Mataram.
Adapun kondisi awal media tanah pada saat
C. Alat dan Bahan penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:
Adapun Alat dan bahan yang digunakan Tabel 4.1. Data Hasil Analisis Tekstur, Kadar
yaitu alat tulis, cangkul, gelas/ember, polibag, Lengas, Berat Volume (Bv), Berat Jenis (Bj) dan
paranet, label, timbangan, kamera, ayakan, mistar, Kimia Tanah.
sprayer, jangka sorong, oven, lux meter, hygro
No Sifat Tanah Nilai (%) Harkat*
meter, tanah, air, pasir, pupuk kandang sapi, benih
1. Pasir:Debu:Liat 75:13: 12 Lempung Berpasir
gaharu (Gyrinops versteegii). (Hidrometer)
2. Kadar Lengas 3,17 -
D. Rancangan Penelitian 3. PH Tanah (H 2 O) 8,2 Agak alkalis/Basa
4. N Total (Kjeldahl) 0,10 Rendah
5. P Tersedia (Olsen) 60,84 Sangat tinggi
Rancangan penelitian yang digunakan dalam 6. K-Tertukar (Amonium 2,36 Sangat rendah
penelitian ini adalah Rancangan Split Plot Acetat 1N pH 7)
7. Berat Volume (pipet) 1,22 -
(Rancangan Petak Terpisah) yang ditata secara 8. Berat Jenis (pipet) 3,51 -
faktorial. Faktor pertama (anak petak) adalah Keterangan : *Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan
penggunaan media tanam yang terdiri atas 3 aras Pertanian Departemen Pertanian (BP3DP) (2005).

dan faktor kedua (petak utama) adalah kelas


Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa, tekstur
intensitas cahaya matahari yang terdiri atas 3 aras.
sampel tanah penelitian termasuk ke dalam
Adapun faktor pertama (anak petak) yaitu
golongan lempung berpasir. Hardjowigeno (2007)
media tanam. Media tanam yang digunakan terdiri
menyatakan bahwa, tanah-tanah yang bertekstur
atas: M1 (tanah), M2 (tanah + pupuk kandang sapi),
pasir butiran-butirannya berukuran lebih besar,
M3 (tanah + pasir). Faktor kedua (petak utama)
maka setiap satuan berat (misalnya setiap gram)
berupa pemberian naungan yang terdiri atas 3 aras,
mempunyai luas permukaan yang lebih kecil
yaitu: C0, tanpa naungan (146,44 lux/hari), C1,
sehingga sulit menyerap (menahan) air dan hara.
paranet 2 lapis (12,06 lux/hari), C2, paranet 1 lapis
Sementara tanah-tanah yang bertekstur liat memiliki
(43,80 lux/hari)
butiran-butiran partikel lebih halus, sehingga setiap
satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih
E. Cara Kerja
besar, menyebabkan kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara lebih tinggi.
Tahap Persiapan
Dari hasil perhitungan pH tanah yang telah
Tahap persiapan terdiri dari persiapan media dilakukan, menunjukkan nilai pH sebesar 8,2%,
tanah, analisis pH, kadar air, N, P, K-tertukar, Bj, nilai tersebut menurut BP3DP (2005) sudah
Bv dan tekstur tanah, persiapan benih gaharu, tergolong dalam kelas bereaksi agak basa.
persiapan alat dan bahan, serta persiapan tempat
penelitian. Kandungan nilai N total yang didapatkan
dari hasil analisis sampel tanah yaitu sebesar 0,10%.
Tahap Pelaksanaan Menurut BP3DP (2005), jumlah N total tersebut
tergolong ke dalam harkat rendah. Hilangnya N dari
Tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan tanah dapat disebabkan penggunaan oleh tanaman
penyemaian, pemeliharaan dan penyiraman. atau mikroorganisme, N dalam bentuk nitrat (NO 3 -)
mudah tercuci oleh air hujan, serta N dalam bentuk
F. Parameter yang Diamati amonium (NH 4 +) dapat diikat oleh mineral liat
sehingga tidak dapat digunakan oleh tanaman
Parameter yang akan diamati yaitu (Hardjowigeno, 2007).
persentase perkecambah, persentase tumbuh
tanaman, tinggi tanaman, jumlah daun, berat Hasil analisis unsur P tersedia menunjukkan
brangkasan kering tanaman. nilai sebesar 60,84%. Menurut BP3DP (2005), nilai
tersebut sudah termasuk dalam harkat sangat tinggi.
G. Analisis Data Unsur P sangat penting bagi tanaman karena
berfungsi untuk perkembangan akar, pembelahan
Hasil pengamatan dianalisis dengan analisis sel, memperkokoh batang agar tidak mudah roboh,
sidik ragam (Analisis of Varian) pada jenjang nyata menyimpan dan memindahkan energi, serta
5%. Untuk mengetahui perlakuan beda nyata membuat tanaman tahan terhadap penyakit
(Hardjowigeno, 2007).

Kata Kunci:Media Tanam, kelas intensitas cahaya, pertumbuhan benih gaharu


1)Program Studi Kehutanan
2)Program Studi Agro ekoteknologi
3

Dari hasil analisis K tertukar didapatkan Selanjutnya nilai rata-rata pengaruh


nilai sebesar 2,36%. Menurut BP3DP (2005), nilai perlakuan media tanam dan kelas intensitas cahaya
tersebut termasuk dalam harkat sangat rendah. terhadap persentase perkecambahan dapat dilihat
Hardjowigeno (2007) menyatakan bahwa, tanah pada Gambar 4.1 dan 4.2 di bawah ini:
dengan KTK tinggi mampu menjerap dan
menyediakan unsur hara lebih baik dari pada tanah 80

Perkecambahan (%)
dengan KTK rendah, tanah dengan KTK tinggi bila 60

Persentase
didominasi oleh kation basa, Ca, Mg, K, Na 40
(kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan 20
kesuburan tanah, tetapi bila didominasi oleh kation 0
asam, Al, H (kejenuhan basa rendah) dapat M1 M2 M3
Perlakuan Media Tanam
mengurangi kesuburan tanah.
Analisis kadar lengas sampel tanah Gambar 4.1. Pengaruh Media Tanam Terhadap Persentase Perkecambahan
menunjukkan nilai sebesar 3,17%. Hardjowigeno Tanaman.
(2007) menyatakan bahwa, kemampuan tanah
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan
menahan air dipengaruhi oleh tekstur tanah.
selama 3 bulan terlihat bahwa, perkecambahan
Sedangkan berat jenis sampel tanah penelitian
gaharu (Gyrinops versteegii) mulai terjadi pada hari
menunjukkan nilai sebesar 3,51% dan berat
ke 14 setelah proses persemaian dilakukan, dan
volumenya sebesar 1,22%.
pada perlakuan media tanam tanah + pasir (M3)
B. Hasil Analisis Pertumbuhan Tanaman menunjukkan persentase perkecambahan paling
tinggi yaitu sebesar 66,66%, disusul oleh perlakuan
Persentase Perkecambahan media tanam tanah + pupuk kandang sapi (M2)
yaitu sebesar 55,55%, persentase terendah terlihat
Hasil analisis sidik ragam terhapat pada media tanam tanah (M1), yaitu sebesar
persentase perkecambahan gaharu (Gyrinops 33,33%, namun pada beberapa hari berikutnya
versteegii) dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah benih yang terdapat pada M1 mulai berkecambah
ini: lagi, hal ini diduga karena pengaruh dari masa
Tabel 4.3. Analisis Sidik Ragam Terhadap dormansi atau kematangan biji itu sendiri.
Persentase Perkecambahan.
100
Perkecambahan (%)

Source Of P- 80
SS DF MS F
Variation Value 60
Persentase

Media Tanam 5185.18 2 2592.59 2.33 0.12 Ns 40


Intensitas
Cahaya 36296.29 2 18148.15 16.33 0.0001 s 20
Interaktion 0
Media 5925.92 4 1481.48 1.33 0.29 ns C0 C1 C2
Tanam*Cahaya Perlakuan Intensitas Cahaya
Error 20000 18 1111.11
Total 67407.40 26
Keterangan: s = signifikan, ns = non signifikan Gambar 4.2. Pengaruh Kelas Intensitas Cahaya Terhadap Persentase
Perkecambahan.
Hasil analisis sidik ragam di atas
menunjukan bahwa, media tanam tidak memberikan Pada kelas intensitas cahaya, persentase
pengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan tertinggi terlihat pada perlakuan C1
perkecambahan, sedangkan cahaya memberikan (12,06 lux/hari) dan perlakuan C2 (43,80 lux/hari)
pengaruh yang nyata terhadap persentase yaitu sama-sama sebesar 77,77%, persentase
perkecambahan. Sementara pada kombinasi antara terendah terlihat pada perlakuan M3 (146,44
media tanam dan kelas intensitas cahaya tidak lux/hari) yaitu sebesar 0%, dengan kata lain tidak
menunjukkan adanya interaksi. Selanjutnya hasil uji ada satu pun benih yang mampu berkecambah pada
beda nyata terkecil (BNT) pada taraf nyata 5% kelas intensitas cahaya tersebut. Dari data yang
terhadap kelas intensitas cahaya dapat dilihat pada didapatkan terlihat bahwa, persentase
Tabel 4.4 di bawah ini: perkecambahan yang paling baik terjadi pada
perlakuan media tanam tanah + pasir dengan kelas
Tabel 4.4. Hasil Uji BNT Perlakuan Kelas intensitas cahaya 12,06 lux/hari. Hasil ini sedikit
Intensitas Cahaya Terhadap Persentase Kecambah berbeda dengan pernyataan Sumarna (2002), yang
Tanaman. menyatakan bahwa benih gaharu umumnya akan
mulai berkecambah dan tumbuh menghasilkan
Non-Significant
Rank Mean name Mean n
Ranges anakan setelah 10-15 hari disemaikan pada naungan
1 C0 0 9 a dengan intensitas cahaya sekitar 50-75%. Hasil
2 C1 77.77 9 b
3 C2 77.777 9 b
tersebut menunjukkan bahwa, gaharu (Gyrinops
Keterangan: Notasi huruf yang sama pada tabel menunjukkan tidak beda versteegii) masih bisa berkecambah pada kelas
nyata yang signifikan, notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata intensitas cahaya matahari di bawah 50-75%.
yang signifikan.

Kata Kunci:Media Tanam, kelas intensitas cahaya, pertumbuhan benih gaharu


1)Program Studi Kehutanan
2)Program Studi Agro ekoteknologi
4

Persentase Tumbuh (%) (2002), untuk tumbuh dengan baik, gaharu tidak
memilih lokasi khusus. Umumnya gaharu masih
Hasil analisis sidik ragam terhadap dapat tumbuh baik pada kondisi tanah dengan
persentase tumbuh tanaman dapat dilihat pada Tabel struktur dan tekstur yang subur, sedang, maupun
4.5 di bawah ini: ekstrim, gaharu pun dapat dijumpai pada kawasan
hutan rawa, gambut, hutan dataran rendah, atau
Tabel 4.5. Analisis Sidik Ragam Terhadap
hutan pegunungan dengan tekstur tanah berpasir.
Persentase Tumbuh Tanaman.
80

Persentase Hidup (%)


Source of variation SS DF MS F
P- 60
Value
40
Media tanam 5066.66 2 2533.33 2.11 0.15 ns
Intensitas Cahaya 18488.88 2 9244.44 7.70 0.003 s 20
Interaction
Media 3111.11 4 777.77 0.64 0.63 ns 0
Tanam*Cahaya C0 C1 C2
Error 21600 18 1200
Perlakuan Intensitas Cahaya
Total 48266.66 26
Keterangan: s = signifikan, ns = non signifikan
Gambar 4.4. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Persentase Tumbuh
Hasil analisis sidik ragam di atas Tanaman.

menunjukkan bahwa, media tanam tidak Pada kelas intensitas cahaya, persentase
memberikan pengaruh nyata terhadap persentase tumbuh tanaman tertinggi terjadi pada perlakuan C1
tumbuh tanaman, sedangkan cahaya memberikan (12,06 lux/hari), dengan nilai rata-rata sebesar
pengaruh yang nyata terhadap persentase tumbuh 62,22%, kemudian perlakuan C2 (43,80 lux/hari),
tanaman. Sementara kombinasi antara media tanam dengan nilai rata-rata sebesar 44,44%, nilai tersebut
dan kelas intensitas cahaya menunjukkan tidak menunjukkan tidak adanya beda nyata antara
adanya interaksi. Hasil uji BNT pada perlakuan perlakuan C1 dan C2, sedangkan pada perlakuan C3
kelas intensitas cahaya dapat dilihat pada Tabel 4.6 (146,44 lux/hari), terlihat bahwa tidak satupun
di bawah ini: tanaman yang mampu untuk tumbuh, sehingga
Tabel 4.6. Hasil Uji BNT Pada Kelas Intensitas menunjukkan hasil beda nyata terhadap persentase
Cahaya Terhadap Persentase Tumbuh Tanaman. tumbuh tanaman. Data tersebut memperlihatkan
bahwa jenis tanaman gaharu (Gyrinops versteegii)
Rank
Mean
Mean n
Non-Significant merupakan jenis tanaman yang toleransi terhadap
name Ranges
sinar matahari. Hanum (2008) menjelaskan bahwa,
1 C0 0 9 a
2 C1 62.22 9 b cahaya matahari merupakan salah satu faktor yang
3 C2 44.44 9 b mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman
melalui tiga sifatnya yaitu intensitas cahaya,
Keterangan: Notasi huruf yang sama pada tabel menunjukkan tidak beda nyata kualitas cahaya (panjang gelombang) dan lamanya
yang signifikan, notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata yang
signifikan. penyinaran (panjang hari). Pengaruh ketiga sifat
cahaya tersebut terhadap pertumbuhan tanaman
Selanjutnya nilai rata-rata pengaruh adalah melalui pembentukan klorofil, pembukaan
perlakuan media tanam dan kelas intensitas cahaya stomata, pembentukan antosianin (pigment merah),
terhadap persentase tumbuh tanaman dapat dilihat perubahan suhu daun dan batang, penyerapan hara,
pada Gambar 4.3 dan 4.4 di bawah ini: permeabilitas dinding sel, transpirasi dan gerakan
protoplasma.
60
Persentase Hidup (%)

50
Meskipun hasil analisis sidik ragam
40
30 menunjukkan bahwa media tanam tidak
20 menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap
10 persentase tumbuh tanaman, namun dari hasil
0
M1 M2 M3
pengamatan data mingguan terhadap persentase
Perlakuan Media Tanam tumbuh tanaman (Lampiran 1) terlihat dengan jelas
perbedaan persentase tumbuh pada tiap-tiap
perlakuan. Dapat dilihat pada (Lampiran 1)
Gambar 4.3. Pengaruh Media Tanam Terhadap Persentase Tumbuh Tanaman.
persentase tumbuh tanaman yang paling baik terjadi
Gambar di atas menunjukkan bahwa, pada perlakuan M1C1, M3C1, M3C2 dengan nilai
persentase tumbuh tanaman tertinggi terjadi pada sebesar 66,66%, disusul oleh perlakuan M1C2
media tanam tanah + pasir (M3) dengan nilai rata- dengan nilai 33,33%. Pada perlakuan media tanam
rata sebesar 53,33%, disusul oleh media tanam M2C1, M2C2, beberapa hari sebelumnya
tanah (M1) dengan nilai rata-rata sebesar 33,33%, menunjukkan persentase tumbuh yang baik, namun
kemudian persentase terendah terjadi pada media pada beberapa hari berikutnya tanaman tiba-tiba
tanam tanah + pupuk kandang sapi (M2) dengan menjadi layu dan mati, hal tersebut diduga karena
nilai rata-rata sebesar 20%. Menurut Sumarna tanaman mengalami titik layu permanen yang
Kata Kunci:Media Tanam, kelas intensitas cahaya, pertumbuhan benih gaharu
1)Program Studi Kehutanan
2)Program Studi Agro ekoteknologi
5

disebabkan oleh pengaruh cuaca dan iklim pada saat 3.5

Tinggi Tanaman (Cm)


penelitian yang membuat jenis media tanam tanah + 3
pupuk kandang sapi (M2) menjadi sangat lembab 2.5
2
dan basa akibat dari intensitas curah hujan yang 1.5
sangat tinggi. Dugaan lain yang menyebabkan 1
tanaman pada media M2 menjadi layu dan mati 0.5
yaitu pemberian dosis pupuk yang kurang tepat atau 0
M1 M2 M3
berlebihan, yang bisa saja menjadikan pupuk Perlakuan Media Tanam
tersebut menjadi racun, pendapat tersebut diperjelas
oleh De La Cruz (1982 dalam milling, 2011) yang
Gambar 4.5. Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Tinggi
menyatakan bahwa, penambahan hara yang Tanaman.
berlebihan pada media tanam dapat bersifat racun
yang bisa menghambat pertumbuhan tanaman. Gambar di atas menunjukkan bahwa, media
tanam memang tidak memberikan pengaruh nyata
Tinggi Tanaman terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini
Hasil analisis sidik ragam terhadap diduga karena media tanam yang digunakan
pertumbuhan tinggi tanaman dapat dilihat pada memang tidak memiliki tingkat kesuburan yang
baik, apalagi setelah penelitian pendahuluan
Tabel 4.7 di bawah ini:
menunjukkan bahwa nilai N total sebesar 0,10%,
Tabel 4.7. Analisis Sidik Ragam Terhadap Tinggi yang menurut BP3DP (2005) termasuk kedalam
Tanaman. harkat rendah. Campbell (2003) menyatakan bahwa
nitrogen merupakan mineral yang paling sering
Source of P- membatasi pertumbuhan tumbuhan dan produksi
SS DF MS F
variation Value
Media Tanam 13.26 2 6.63 0.69 0.51 Ns tanaman. Tumbuhan memerlukan nitrogen sebagai
Intensitas suatu unsur penyusun protein, asam nukleat, dan
Cahaya 77.75 2 38.87 4.09 0.03 s
Interaction molekul organik penting lainnya. Namun dari hasil
Media 15.70 4 3.92 0.41 0.79 ns pengamatan dan data di atas dapat dilihat bahwa
Tanam*Cahaya
Error 170.83 18 9.49 pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman yang paling
baik ditunjukkan pada media tanam tanah (M1),
Total 277.55 26
Keterangan: s = signifikan, ns = non signifikan
dengan nilai rata-rata sebesar 3,10 cm, disusul
dengan media tanam tanah + pasir dengan nilai rata-
Hasil analisis sidik ragam di atas rata sebesar 2,39 cm, dan nilai terendah ditunjukkan
menunjukkan bahwa, penggunaan media tanam oleh media tanam tanah + pupuk kandang sapi
tidak memberikan pengaruh nyata terhadap dengan nilai rata-rata sebesar 1,39 cm. Media tanam
pertumbuhan tinggi tanaman, sedangkan cahaya tanah + pupuk kandang sapi (M2) menunjukkan
memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan nilai terendah, hal ini diduga karena pemberian
tinggi tanaman. Sementara kombinasi antara media dosis yang tidak sesuai menyebabkan tanaman tidak
tanam dan kelas intensitas cahaya tidak tumbuh secara optimal. Dugaan tersebut dipertegas
menunjukkan adanya interaksi. Selanjutnya hasil uji oleh De La Cruz (1982) dalam millang (2011)
beda nyata terkecil (BNT) terhadap kelas intensitas menyatakan bahwa penambahan hara yang
cahaya dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini: berlebihan pada media tanam dapat bersifat racun
yang bisa menghambat pertumbuhan tanaman.
Tabel 4.8. Hasil Uji BNT Pada Perlakuan Kelas
Intensitas Cahaya Terhadap Tinggi Tanaman. 5
Tinggi Tanaman (Cm)

4
Rank Mean name Mean n Non-Significant Ranges
3
1 C0 0 9 a 2
2 C1 4.04 9 b
1
3 C2 2.86 9 ab
0
Keterangan: Notasi huruf yang sama pada tabel menunjukkan tidak beda nyata C0 C1 C2
yang signifikan, notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata yang
Perlakuan Intensitas Cahaya
signifikan.

Selanjutnya nilai rata-rata pengaruh Gambar 4.6. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan Tinggi
perlakuan media tanam dan kelas intensitas cahaya Tanaman.
terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar
4.5 dan 4.6 di bawah ini: Pada perlakuan kelas intensitas cahaya
terjadi perbedaan nyata antara perlakuan C0 (146,44
lux/hari), dengan C1 (12,06 lux/hari), namun tidak
terjadi beda nyata antara kelas perlakuan C1,
dengan perlakuan C2 (43,80 lux/hari). Begitu juga
antara perlakuan kelas intensitas cahaya C2, dengan
kelas intensitas cahaya C0, tidak terjadi perbedaan
yang nyata. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
Kata Kunci:Media Tanam, kelas intensitas cahaya, pertumbuhan benih gaharu
1)Program Studi Kehutanan
2)Program Studi Agro ekoteknologi
6

pada setiap perlakuan yaitu pada C0 tidak Selanjutnya nilai rata-rata pengaruh
menunjukan pertumbuhan tinggi tanaman sama perlakuan media tanam dan kelas intensitas cahaya
sekali, pada perlakuan C1 menunjukkan nilai rata- terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar
rata tertinggi yaitu sebesar 4,04 cm, disusul oleh 4.7 dan 4.8 di bawah ini:
perlakuan C2 dengan nilai rata-rata sebesar 2,86
cm. Dengan demikian terlihat bahwa pertumbuhan 0.1

Diameter Tanaman
tinggi tanaman gaharu (Gyrinops versteegii) yang 0.08
0.06
optimum terjadi pada perlakuan C1 (12,06 lux/hari).

(Cm)
0.04
Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian yang
0.02
dilakukan oleh Wawo dan Utami (2012) yang 0
menyatakan bahwa semai gaharu (Gyrinops M1 M2 M3
versteegii) yang tumbuh dalam media semai selama Perlakuan Media Tanam
1-3 bulan dan diletakkan pada intensitas cahaya
100% memiliki laju pertumbuhan tinggi semai yang Gambar 4.7. Pengaruh Media Tanam Terhadap Perkembangan Diameter
lebih rendah jika dibandingkan dengan semai Batang Tanaman.
gaharu (Gyrinops versteegii) yang diletakkan di
bawah intensitas cahaya 70% dan 30%, hal ini Gambar di atas menunjukan bahwa, media
karena naungan menyebabkan jumlah cahaya merah tanam memang tidak memberikan pengaruh beda
jauh yang dipantulkan oleh daun-daun dan batang nyata, hal ini diduga karena tingkat kesuburan tanah
semai Gyrinops versteegii meningkat sehingga dari media yang digunakan tidak begitu baik. Dari
merangsang pertumbuhan tinggi tanaman. gambar pertumbuhan diameter di atas terlihat
bahwa pertumbuhan diameter paling baik terjadi
Diameter Tanaman pada perlakuan media tanam tanah + pasir (M3)
dengan nilai rata-rata sebesar 0,07 cm, disusul oleh
Hasil analisis sidik ragam terhadap perlakuan media tanam tanah (M1) dengan nilai
perkembangan diameter tanaman dapat dilihat pada rata-rata sebesar 0,05 cm, dan pertumbuhan
Tabel 4.9 di bawah ini: diameter paling rendah terjadi pada media tanam
tanah + pupuk kandang sapi (M2) dengan nilai rata-
Tabel 4.9. Analisis Sidik Ragam Terhadap Diameter rata sebesar 0,03 cm. Media tanam tanah + pupuk
Tanaman. kandang sapi menunjukkan nilai rata-rata
P- pertumbuhan yang terendah diduga karena
Source of
variation
SS DF MS F Valu pemberian dosis pupuk kandang sapi yang kurang
e
Media Tanam 0.009 2 0.004 1.27 0.30 ns
tepat.
Intensitas
Cahaya 0.044 2 0.022 5.79 0.01 s 0.1
Diameter Tanaman (Cm)

Interaction
Media 0.009 4 0.002 0.60 0.66 ns 0.08
Tanam*Cahaya
Error 0.06 18 0.003 0.06
0.04
Total 0.13 26
Keterangan: s = signifikan, ns = non signifikan 0.02
0
Dari hasil analisis sidik ragam di atas C0 C1 C2
terlihat bahwa, media tanam tidak memberikan Perlakuan Intensitas Cahaya
pengaruh beda nyata terhadap pertumbuhan
diameter tanaman, sedangkan pada pemberian Gambar 4.8. Pengaruh Intensitas Cahaya Terhadap Perkembangan Diameter
perlakuan kelas intensitas cahaya menunjukkan Batang Tanaman.
beda nyata, sementara kombinasi antara media
tanam dan kelas intensitas cahaya juga tidak Pada perlakuan kelas intensitas cahaya,
menunjukkan adanya interaksi. pertumbuhan diameter tanaman yang paling baik
terjadi pada perlakuan C1 (12,06 lux/hari) dengan
Hasil dari uji beda nyata terkecil (BNT) nilai rata-rata sebesar 0,094 cm, disusul oleh
pada kelas intensitas cahaya terhadap diameter perlakuan C2 (43,80 lux/hari) dengan nilai rata-rata
tanaman dapat dilihat pada Tabel 4.10 di bawah ini: sebesar 0,074 cm, sedangkan pada perlakuan C0
(146,44 lux/hari) tidak ada satu pun tanaman yang
Tabel 4.10. Hasil Uji BNT Pada Kelas Intensitas tumbuh. Hasil penelitian Wawo dan Utami (2012)
Cahaya Terhadap Diameter Tanaman. menunjukkan bahwa, laju pertumbuhan semai
Non-significant
(Gyrinops versteegii) pada umur lima bulan berada
Rank Mean name Mean n
ranges di bawah naungan dengan intensitas cahaya 70%
1 C0 0 9 a dan 30% memiliki laju pertumbuhan diameter
2 C1 0.09 9 b batang lebih tinggi dibandingkan dengan semai
3 C2 0.07 9 b
yang berada di bawah intensitas cahaya 100%.
Keterangan: Notasi huruf yang sama pada tabel menunjukkan tidak beda nyata Perangsangan tumbuh tinggi dan diameter batang
yang signifikan, notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata yang
signifikan. semai disebabkan oleh pantulan sinar merah jauh
Kata Kunci:Media Tanam, kelas intensitas cahaya, pertumbuhan benih gaharu
1)Program Studi Kehutanan
2)Program Studi Agro ekoteknologi
7

(infra red) dari semai (Gyrinops verstegii) yang nyata terhadap jumlah daun. Hal ini diduga karena
berada dalam naungan sehingga terjadi media tanam yang digunakan memiliki tingkat
pemanjangan batang semai. kesuburan tanah yang tidak begitu baik. Namun
berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa nilai
Jumlah Daun (Helai) rata-rata jumlah daun terbanyak ditunjukkan pada
media tanam tanah + pasir (M3) dengan nilai rata-
Hasil analisis sidik ragam terhadap jumlah
rata sebesar 2,51 (3 helai), disusul oleh media tanam
daun dapat dilihat pada Tabel 4.11 di bawah ini:
tanah (M1) dengan nilai rata-rata sebesar 1,91 (2
Tabel 4.11. Analisis Sidik Ragam Terhadap Jumlah helai), sedangkan pada media tanah + pupuk
Daun Tanaman. kandang sapi (M2) menunjukan nilai rata-rata
terendah yaitu sebesar 0,93 (1 helai). Media tanam
M2 menunjukkan nilai terendah, hal ini diduga
P- karena pemberian dosis pupuk kandang sapi yang
Source of variation SS DF MS F
Value
Media Tanam 11.41 2 5.70 1.18 0.32 ns
kurang tepat mengakibatkan terjadinya
Intensitas Cahaya 47.13 2 23.56 4.88 0.02 s pertumbuhan tanaman yang tidak optimal.
Interaction 7.84 4 1.96 0.40 0.80 ns
Media Tanam*Cahaya 4

Jumlah Daun (Helai)


Error 86.8 18 4.82
3
Total 153.19 26
Keterangan: s = signifikan, ns = non signifikan 2
1
Hasil analisis sidik ragam jumlah daun tidak
jauh berbeda dengan hasil pada parameter yang 0
C0 C1 C2
lainnya, dimana media tanam tidak menunjukkan
Perlakuan Intensitas Cahaya
beda nyata, perbedaan nyata hanya terjadi pada
perlakuan kelas intensitas cahaya saja, sementara
pada kombinasi antara media tanam dan kelas Gambar 4.10. Pengaruh Kelas Intensitas Cahaya Terhadap Pertumbuhan
Jumlah Daun Tanaman.
intensitas cahaya juga menunjukkan tidak adanya
interaksi. Pada perlakuan kelas intensitas cahaya
terdapat beda nyata terhadap pertumbuhan jumlah
Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) pada daun, yaitu antara perlakuan C1 (12,06 lux/hari), C2
taraf nyata 5% pada perlakuan kelas intensitas (43,80 lux/hari), dengan perlakuan C0 (146,44
cahaya terhadap jumlah daun dapat dilihat pada lux/hari). Pada perlakuan C1 menunjukkan nilai
Tabel 4.12 di bawah ini: rata-rata tertinggi yaitu sebesar 3,15 (3 helai),
Tabel 4.12. Hasil Uji BNT Pada Perlakuan Kelas disusul oleh perlakuan M2 dengan nilai rata-rata
Intensitas Cahaya Terhadap Jumlah Daun Tanaman. sebesar 2,2 (2 helai), sedangkan pada perlakuan C0
tidak menunjukkan nilai apapun karena pada kelas
Rank Mean Name Mean n Non-Significant Ranges intensitas cahaya tersebut tidak ada satu tanaman
pun yang mampu untuk tumbuh. Faktor naungan
1 C0 0 9 a
2 C1 3.15 9 b mempunyai pengaruh yang dominan terhadap
3 C2 2.2 9 b jumlah daun yang terbentuk. Menurut Pujiyanto
Keterangan: Notasi huruf yang sama pada tabel menunjukkan tidak beda nyata (2006 dalam Mulyono, 2013), hal ini kemungkinan
yang signifikan, notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata yang disebabkan karena cahaya juga berhubungan
signifikan.
dengan kerja hormon auksin. Aktivitas hormon
Selanjutnya nilai rata-rata pengaruh auksin dipacu oleh cahaya, pada kondisi cukup
perlakuan media tanam dan kelas intensitas cahaya cahaya kerja auksin menjadi sangat optimal
terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar sehingga akan memacu pembelahan dan
4.9 dan 4.10 di bawah ini: pemanjangan sel.

3
Berat Brangkasan Kering (Kg/g)
Jumlah daun (Helai)

2 Hasil analisis sidik ragam terhadap berat


brangkasan dapat dilihat pada Tabel 4.13 di bawah
1 ini:
0
M1 M2 M3 Tabel 4.13. Analisis Sidik Ragam Terhadap Berat
Perlakuan Media Tanam Brangkasan Kering Tanaman.

Gambar 4.9. Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Jumlah Daun


Tanaman.

Gambar di atas menunjukkan bahwa, media


tanam memang tidak memberikan pengaruh beda
Kata Kunci:Media Tanam, kelas intensitas cahaya, pertumbuhan benih gaharu
1)Program Studi Kehutanan
2)Program Studi Agro ekoteknologi
P- 8
Source of variation SS DF MS F
Value
Media Tanam 0.06 2 0.03 2.28 0.13 ns
Intensitas Cahaya 0.05 2 0.02 2.10 0.15 ns 0.15

Berat Brangkasan (Gram)


Interaksi
Media Tanam*Cahaya 0.03 4 0.008 0.61 0.66 ns
Error 0.24 18 0.013
0.1

Total 0.39 26 0.05

Keterangan: s = signifikan, ns = non signifikan 0


C0 C1 C2
Hasil analisis sidik ragam di atas Perlakuan Intensitas Cahaya
menunjukkan bahwa, media tanam, kelas intensitas
cahaya, serta kombinasi antara media tanam dan Gambar 4.12. Pengaruh Kelas Intensitas Cahaya Terhadap Berat Brangkasan
kelas intensitas cahaya tidak menunjukkan Kering Tanaman.
pengaruh beda nyata terhadap berat brangkasan. Hal
tersebut juga dipengaruhi oleh kandungan dari Pada perlakuan kelas intensitas cahaya
unsur hara yang terkandung di dalam media tanam terlihat bahwa, nilai rata-rata berat brangkasan
yang menunjukkan tingkat kesuburan tanah yang tertinggi terjadi pada perlakuan C1 (12,06 lux/hari),
tidak begitu baik. dengan nilai rata-rata sebesar 0,10 gram, disusul
oleh perlakuan C2 (43,80 lux/hari) dengan nilai
Adapun hasil rata-rata dari pengukuran berat rata-rata sebesar 0,09 gram. Sedangkan pada
brangkasan yang dilakukan selama proses penelitian perlakuan C3 (146,44 lux/hari) tidak
dapat dilihat pada Gambar 4.11 dan 4.12 di bawah memungkinkan tanaman untuk dapat tumbuh.
ini.
KESIMPULAN
0.12
Berdasarkan hasil analisis data penelitian
Berat Brangkasan

0.1
0.08 dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu sebagai
(gram)

0.06 berikut:
0.04
0.02
1. Jenis media tanam tidak memberikan pengaruh
0
M1 M2 M3 nyata terhadap persentase perkecambahan,
Perlakuan Media Tanam persentase hidup, tinggi tanaman, diameter,
jumlah daun, dan berat brangkasan tanaman
Gambar 4.11. Pengaruh Media Tanam Terhadap Berat Brangkasan Kering
gaharu.
Tanaman. 2. Kelas intensitas cahaya memberikan pengaruh
nyata terhadap perkecambahan dan pertumbuhan
Gambar di atas menunjukkan bahwa tanaman, dimana pada kelas intensitas cahaya
pengaruh media tanam dan kelas intensitas cahaya 12,06 lux/hari menunjukkan pertumbuhan
tidak menunjukkan nilai beda nyata, namun dari tanaman paling baik dan pertumbuhan terendah
data tersebut terlihat bahwa, berat brangkasan terjadi pada kelas intensitas cahaya 146,44
tertinggi terdapat pada media tanam tanah (M1) lux/hari.
dengan nilai rata-rata sebesar 0,11 gram, disusul 3. Interaksi media tanam dan kelas intensitas
oleh media tanam tanah + pasir (M3) dengan nilai cahaya tidak menunjukkan pengaruh terhadap
rata-rata sebesar 0,08 gram, sedangkan pada media perkecambahan dan pertumbuhan tanaman
tanam tanah + pupuk kandang sapi (M2) tidak gaharu.
menunjukkan nilai apapun. Ini disebabkan oleh
tidak adanya tanaman yang mampu tumbuh selama DAFTAR PUSTAKA
3 bulan pada media tersebut. Hal ini diduga karena
pengaruh iklim dengan intensitas curah hujan yang Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan
begitu tinggi pada saat penelitian membuat tanaman Pengembangan Pertanian Departemen
pada media tanam tanah + pupuk kandang sapi Pertanian (BP3DP) (2005).
mencapai titik layu, dugaan lainnya yaitu pemberian
dosis pupuk kandang sapi yang diberikan pada saat Campbell. N.A., Reece. J.B., dan Mitchell. L.G.,
penelitian tidak tepat atau terlalu banyak, yang bisa 2003. BIOLOGI. Erlangga. Jakarta.
saja membuat pupuk kandang sapi bersifat racun
Hanum. C., 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid
dan membuat tanaman pada media tanam dengan
1. Sumber Bahagia Concern. Jakarta.
campuran pupuk kandang sapi tidak dapat tumbuh
dengan baik. Hardjowigeno. S., 2007. Ilmu Tanah. Akademika
Pressindo. Jakarta.
Indriyanto., 2008. Pengantar Budi Daya Hutan.
Bumi Aksara. Jakarta.
Millang. S. Bachtiar, B. dan Makmur A., 2011.
Awal Pertumbuhan Pohon Gaharu

Kata Kunci:Media Tanam, kelas intensitas cahaya, pertumbuhan benih gaharu


1)Program Studi Kehutanan
2)Program Studi Agro ekoteknologi
9

(Gyrinop sp.) Asal Nusa Tenggara


Barat Di Hutan Pendidikan Universitas
Hasanudin. Jurnal Hutan dan
Masyarakat Vol. 6, No 2. Universitas
Hasanudin. Makasar.
Mulyono. D., 2013. Pengaruh Kombinasi Intensitas
Naungan Dengan Zat Pengatur Tumbuh
Indole Butiric Acid (IBA), Naphthalene
Acetic acid (NAA), dan Vitamin B1
Dalam Aklimatisasi Pertumbuhan Bibit
Gaharu (Aquilaria beccariana). Jurnal
Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 14,
No.3. BPPT. Jakarta.
Ningsi. M. K., 2009. Keragaman Pertumbuhan
Semai Pohon Penghasil Gaharu
(Aquilaria microcarpa bill) Dari
Berbagai Asal Benih. Jurnal Bioprospek
Vol. 6, No. 1. FMIPA Universitas
Mulawarman. Samarinda.
Setyaningrum. H. D., dan Saparinto. C., 2014.
Gaharu. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siddik. M., 2010. Pengembangan Rantai Nilai
Komoditas Gaharu Sebagai Alternatif
Pengentasan Kemiskinan di Propinsi
Nusa Tenggara Barat Jurnal Agroteksos
Vol. 20 No. 2-3. Fakultas Pertanian
Universitas Mataram. Mataram.
Suharti. S., 2009. Prospek Pengusahaan Gaharu
Melalui Pola Pengelolaan Hutan
Berbasis Masyarakat (PHBM). Jurnal
Info Hutan Vol. VII, No. 2. Pusat
Litbang Hutan dan Konservasi Alam.
Bogor.
Sumarna. Y., 2002. Budidaya Gaharu. Seri
Agribisnis. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sumarna. Y., 2009. Budidaya Gaharu dan
Rekayasa Produksi. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Wawo. A. H dan Utami. N. W., 2012. Tanggap
Pertumbuhan Semai Dua Spesies
Gaharu Terhadap Intensitas Cahaya
dan Media Tanam. Jurnal Littro Vol. 23
No 1. LIPI. Cibinong.
Wianimo. A., 2010. Pertumbuhan Biji gaharu
(Gyrinops Versteegii) Pada Media
Knudson (Kn-C) Yang Diperkaya
Dengan Air Kelapa. Skripsi. Fakultas
Kehutanan Universitas Negeri Papua.
Manokwari.
Zubaidi. A., dan Farida. N. 2008. Pertumbuhan
Bibit Gaharu Pada Beberapa Jenis
Naungan. Jurnal CropAgro Vol 1 No 2.
Universitas Mataram. Mataram.

Kata Kunci:Media Tanam, kelas intensitas cahaya, pertumbuhan benih gaharu


1)Program Studi Kehutanan
2)Program Studi Agro ekoteknologi

Anda mungkin juga menyukai