Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah

berkembang pada sepuluh tahun terakhir karena kontribusinya yang mendasar

terhadap keseluruhan kinerja ekonomi (Rodríguez & Tejada, 2015). Sektor bisnis

dengan skala kecil yang jumlah pekerjanya kurang dari dua puluh orang

berkontribusi besar terhadap penciptaan lapangan kerja dan perkembangan

ekonomi secara nasional (Fritsch & Storey, 2014).

Di Indonesia, UMKM terbukti menjadi sektor yang tetap bertahan hingga krisis

1998 yang menghantam perekonomian era tersebut selesai. UMKM telah menjadi

tulang punggung perekonomian negeri ini (Gie, 2006). Menurut kementerian

keuangan di salah satu kegiatan seminar pada 2015, disebutkan bahwa UMKM

berkontribusi besar terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data

moneter, sektor ini (UMKM—red) berkontribusi terhadap PDB sebesar 59,89% dan

menyumbang 16% terhadap ekspor nasional. Dari segi pertumbuhannya, UMKM

terus tumbuh dan mencapai tingkat 2,4% YoY pada 2013. Inilah mengapa UMKM

menjadi topik yang menarik dalam berbagai penelitian dan obyek perhatian berbagai

pihak untuk terus dikembangkan.

Selain itu, Menteri Keuangan RI (2015) juga telah menegaskan bahwa UMKM

berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan kontribusi

yang begitu besar terhadap kinerja ekonomi, tentunya pertumbuhan UMKM juga

1
harus mendapatkan perhatian tersendiri. Ketua Asosiasi Franchise Indonesia atau

AFI (2016) mengungkapkan bahwa tingkat survival rate UMKM Indonesia hanya

mencapai dua persen. Ini artinya, setiap seribu UMKM yang muncul, hanya dua

puluh usaha yang bertahan hingga saat ini.

Bisnis yang mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan tinggi secara

relatif, misalnya dua puluh persen per tahun, dalam tempo yang lama, memiliki

perbedaan mendasar dari mayoritas bisnis kebanyakan lainnya. Mereka bisa

menunjukkan kinerja di atas rata-rata karena mampu menciptakan kondisi yang

mampu mendorong dan mendukung laju pertumbuhan dan profitabilitas secara

agresif. McKaskill (2010) juga menyebutkan bahwa untuk mencapai pertumbuhan

bisnis yang tinggi, diperlukan keunggulan bersaing. Mengacu pada Porter (1980),

keunggulan bersaing dapat dicapai melalui bermacam strategi salah satunya

dengan strategi kompetitif generik, baik itu kepemimpinan biaya, diferensiasi,

maupun fokus.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Leitner dan Güldenberg (2010)

terhadap seratus SMEs (UKM—red) di Austria, UKM yang menerapkan strategi

kompetitif murni memiliki kinerja yang lebih baik daripada mereka yang gagal

memilih strategi. Hubungan positif antara penggunaan strategi kompetitif dengan

kinerja perusahaan sudah ditunjukkan oleh berbagai penelitian (Pulaj et al., 2015;

Tripathy, 2014; Parnell, 2011; Pertusa-Ortega et al., 2009; Allen & Helms, 2006;

Dess & Davis, 1984). Penelitian lainnya yang melibatkan UKM sebagai obyek

penelitian juga menunjukkan bahwa kurangnya kejelasan sebuah perusahaan

dalam menentukan strategi akan menghasilkan kinerja yang buruk (Chi, 2015).

2
Meskipun demikian, berbagai macam kontroversi dan perdebatan di antara

peneliti kerap muncul, mempertanyakan apakah UKM memerlukan strategi

kompetitif (Zahra et al., 2008). Meskipun strategi tersebut diperlukan, perlu

diteliti jenis strategi apa yang akan berpengaruh paling signifikan terhadap kinerja

perusahaan. Sebagai sektor yang dianggap memiliki flesibilitas yang tinggi

terhadap dinamika lingkungan bisnis dan ekonomi, UMKM tetap memerlukan

strategi kompetitif (Leitner & Güldenberg, 2010).

Metode kelompok strategik akan digunakan dalam penelitian ini untuk

mengetahui perbedaan kinerja di antara kelompok-kelompok bisnis dalam skala

usaha yang relatif sama. Selain itu, cara ini juga sejalan dengan tipologi Porter

(Dess & Davis, 1984). Dengan demikian, nantinya bisa ditemukan manakah

kelompok strategik UMKM yang menunjukkan kinerja paling signifikan.

B. Rumusan Masalah

Penelitian terkait topik ini sudah dilakukan sejak awal tahun 1990 dan hingga

saat ini masih menjadi perdebatan tentang strategi mana yang jauh lebih baik

(Banker, Mashruwala, & Tripathy, 2014). Dengan kata lain, penelitian terhadap

topik ini masih terbilang menarik di kalangan akademisi. Pertanyaan mengenai

kelompok bisnis dengan strategi apa yang memang menunjukkan kinerja yang

paling tinggi selalu menjadi isu penting dalam bidang penerapan teori manajemen

strategik.

Terkait pertanyaan mengenai strategi apa yang paling tepat bagi UMKM,

masih banyak perbedaan temuan dan perdebatan yang terus berlangsung di antara

para peneliti. Di satu sisi, dikatakan bahwa dalam kaitannya dengan profitabilitas

3
dan pertumbuhan, UMKM yang fokus pada strategi kepemimpinan biaya atau pun

diferensiasi menunjukkan hasil kinerja yang relatif sama (Leitner & Güldenberg,

2010). Di sisi lain, penelitian longitudinal yang dilakukan terhadap ribuan

perusahaan menemukan bahwa, perusahaan yang mengadopsi strategi diferensiasi

akan menghasilkan kinerja yang berkelanjutan dibandingkan perusahaan yang

menerapkan strategi efisiensi-biaya (Banker et al., 2014). Sedangkan di sektor

lainnya, yaitu perbankan, dikatakan bahwa bank yang menggunakan strategi

diferensiasi menunjukkan hasil kinerja yang tidak lebih baik daripada bank yang

menerapkan strategi kepemimpinan biaya (Powers & Hahn, 2004). Sementara itu,

temuan oleh penelitian Dess dan Davis (1984) menunjukkan bahwa, perusahaan

dengan strategi kepemimpinan biaya menunjukkan tingkat kinerja yang jauh lebih

tinggi. Setiap penelitian tersebut menunjukkan temuan yang berbeda untuk

menentukan strategi apa yang lebih baik bagi perusahaan. Selain itu, dengan

pengelompokan bisnis ke dalam grup strategik, bisa ditemukan variasi kinerja

yang berbeda-beda.

Perdebatan tentang mana strategi yang lebih baik tidak hanya sampai di sini.

Dalam konteks UMKM, masih terjadi perdebatan yang terus berlanjut mengenai

kebutuhan UMKM akan strategi kompetitif yang akan mendampingi proses

investasi dan analisis terhadap perilaku pasar dengan cara mengidentifikasi

hambatan atau keunggulan kompetitif mereka yang muncul dari kemampuannya

untuk merespon kebutuhan pasar secara fleksibel, terutama di lingkungan yang

sangat kompetitif di mana keterikatan terhadap suatu strategi yang spesifik bisa

mengganggu keungggulan yang dimiliki (Hair et al., 1998; Zhara et al., 2008).

4
Selain itu, penggunaan pilihan strategi generik dalam klasifikasi kelompok

strategik bisa menghasilkan variasi pada berbagai industri (Dess & Davis, 1984;

Hambrick, 1983), sehingga layak diteliti juga apakah ada variasi temuan pada

bisnis-bisnis di dalam skala usaha tertentu.

Kondisi di Indonesia pun tidak jauh berbeda. Menurut Julita dan Eka (2015),

hampir semua UMKM menjalankan strategi bisnisnya secara konvensional di

mana mereka tidak bisa mendefinisikan strategi kompetitif yang diambil karena

tidak ada fokus untuk melakukan efisiensi biaya dan juga ketidakmampuan

mereka untuk melakukan inovasi. Ketua Indonesia Marketing Association (2015)

mengungkapkan bahwa masalah besar yang dihadapi oleh UMKM di Indonesia

terletak pada kurangnya pengetahuan bisnis dan pemasaran. Bahkan persoalan

modal—yang biasanya kerap menjadi alasan sulitnya mengembangkan UMKM,

bisa diatasi apabila pelaku bisnis memiliki ide dan kemampuan pemasaran.

Menurut Bordean et al. (2010), strategi diferensiasi adalah hasil dari kuatnya

kampanye pemasaran yang didesain untuk memperkuat karakteristik unik produk

atau jasa di benak konsumen.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian apakah benar strategi kompetitif

mempengaruhi kinerja perusahaan di sektor UMKM dan apakah perusahaan

dengan strategi diferensiasi menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan

mereka yang menerapkan strategi kepemimpinan biaya.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat disusun dua pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

5
1. Apakah strategi kompetitif, yaitu kepemimpinan biaya dan

diferensiasi, menghasilkan kinerja yang lebih tinggi dibandingkan

perusahaan yang gagal memilih strategi?

2. Apakah perusahaan UMKM yang menerapkan strategi diferensiasi

menghasilkan kinerja yang lebih tinggi daripada perusahaan yang

menggunakan strategi kepemimpinan biaya?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menguji dan menganalisis perbedaan hasil kinerja perusahaan yang

menerapkan strategi diferensiasi atau kepemimpinan biaya dengan

perusahaan yang gagal memilih strategi

2. Menguji dan menganalisis perbedaan hasil kinerja pada perusahaan

yang menerapkan strategi diferensiasi dengan mereka yang

menerapkan strategi kepemimpinan biaya

E. Batasan Penelitian

1. Penelitian ini terbatas hanya untuk menguji dan menganalisis variabel

strategi diferensiasi, strategi kepemimpinan biaya, dan kinerja perusahaan.

2. Penelitian ini dilakukan pada UMKM di Indonesia di berbagai sektor

industri.

6
F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa mengisi ruang research gap dan

perbedaan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman bagi pemilik dan

eksekutif bisnis di sektor UMKM dalam menentukan strategi kompetitif

yang akan diterapkan guna memacu pertumbuhan dan kinerja usahanya.

Anda mungkin juga menyukai