Anda di halaman 1dari 12

1. Gambarkan penampang melintang bola mata (beri keterangan dengan lengkap) !

2. Sistem lakrimalis
Appartus lakrimalis terdiri dari kel lakrimal aksesorius (glandula Krause dan Wolfring) yang
terletak di substansia propria di konjungtiva palpebra. Aliran air mata berjalan melalui lactus
lacrimalis ke punctum superius dan inferius serta kanalikuli kemudian melewati saccus
lacrimalis di fossa glandula lacrimalis ke ductus nasolacrimalis dan berakhir di meautus
inferior rongga hidung.

3. Visual pathway
Retina -> saraf optik ->khiasma optikum-> traktus optikus -> korpus genikulatum laterale ->
radiasio optika traktus genikulokalkarina-> korteks visual (area striata/17) -> korteks asosiasi
visual

4. Fungsi air mata


Lapisan lemak-> mencegah penguapan berlebihan, meningkatkan tekanan permukaan,
melubrikasi kelopak mata.
Lapisan aqueus->pelarut bagi oksigen, karbondioksida dan mengandung elektrolit, protein,
antibodi,enzim, mineral, glukosa; menghancurkan dinding sel bakteri yang masuk ke mata;
mempertahankan integritas bola mata dan mempercepat penyembuhan luka kornea.
Lapisan musin->melapisi sel epitel kornea dan konjungtiva agar air mata dapat membasahi
permukaannya dan mempertahankan stabilitas air mata.

5. Sebutkan otot-otot ekstra okuler pergerakan bola mata beserta inervasinya.


a. Musculus rectus superior → N. oculomotorius (N.III)
b. Musculus rectus inferior → N. oculomotorius (N.III)
c. Musculus rectus medialis → Inervasi : N. oculomotorius (N.III)
d. Musculus rectus lateralis → Inervasi : N. abducens (N.VI)
e. Musculus obliquus superior → Inervasi : N. trochlearis (N.IV)
f. Musculus obliquus inferior → N. oculomotorius (N.III)

6. Jelaskan bagaimana cara pemeriksaan Hirschberg test dan interpretasi hasilnya.


a. Hirschberg test merupakan salah satu metode pengukuran derajat deviasi bola mata
dengan melihat refleks pada kornea. Dari jarak 60 cm langsung di depan pasien,
arahkan cahaya lampu senter pada kedua mata pasien, kemudian inspeksi pantulan
cahaya pada tiap kornea. Ketidakimetrisan pantulan kornea menunjukkan deviasi dari
kesejajaran mata yang normal.
b. Deviasi mata dari posisi normal disebut strabismus atau juling. Strabismus dapat
diklasifikasikan menjadi dua kelompok; yaitu nonparalitik (dengan deviasi yang konstan
pada semua arah pandangan) dan paralitik (dengan deviasi bervariasi meurut arah
pandangan). Strabismus nonparalitik dapat diklasifikasikan menurut arahnya menjadi
strabismus konvergen (esotropia) dan strabismus divergen (eksotropia).
c. Berikut merupakan interpretasi deviasi mata berdasarkan derajat deviasi refleks sinar.
i. Juling 5-6 derajat : refleks sinar dekat tengah pupil dibanding tepi pupil
ii. Juling 15 derajat : refleks sinar satu di tengah, yang lain di tepi pupil
iii. Juling 45 derajat : refleks sinar berada antara tepi pupil dengan limbus
iv. Deviasi 60-80 derajat : refleks sinar diluar limbus

7. Jelaskan cara dan tujuan melakukan Placido test.


a. Placido test dilakukan untuk melihat kelengkungan kornea. Papan plasido diletakkan
menghadap pada sumber cahaya, sedangkan pasien diposisikan membelakangi sumber
cahaya tersebut. Melalui lubang di tengah plasidoskop, dapat dilihat gambaran
bayangan plasido pada kornea.
b. Interpretasi normal placido test berupa lingkaran konsentris yang menunjukkan bahwa
permukaan kornea licin dan regular. Bila terdapat gambaran lingkaran lonjong, berarti
terdapat astigmatisme kornea. Garis lingkaran tidak teratur menunjukkan astigmatisme
iregular.

8. Sebutkan pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi air mata.
a. Uji Anel
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi anastesi lokal dan
dilakukan dilatasi punctum lakrimal. Jarum anel dimasukkan ke dalam punctum dan
kanalikuli lakrimal lalu semprotkan garam fisiologis. Tanyakan ke pasien apakah ada cairan
masuk ke tenggorokkan/ ada refleks menelan. Bila ada, fungsi ekskresi sistem lakrimal baik
sedangkan bila tidak, ada penyumbatan duktus nasolakrimal.
b. Uji Rasa
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi 1 tetes sakarin pada
konjungtiva lalu tunggu hinga 5 menit. Bila pasien merasa rasa manis, sistem eksresinya
dalam kondisi baik.
c. Uji Schirmer I
Uji untuk menilai kualitas dan kuantitas air mata yang tidak berhubugan dengan kadar
musin yang dikeluarkan oleh sel goblet. Mata pasien sebaiknya tidak dimanipulasi. Pertama,
selipkan kertas filter pada forniks konjungtiva bulbi bawah dan biarkan ujung lainnya
menggantung. Biarkan selama 5 menit. Apabila kertas tidak basah, kuantitas air mata
kurang. Hal itu dapat disebabkan oleh refleks yang terlalu kuat. Apabila kertas filter yang
basah sebesar <10 mm, fungsi sekresi air mata terganggu.
d. Uji Schrimer II
Uji ini dilakukan jika kertas filter yang basah sebesar <10 mm setelah 5 menit. Uji ini menilai
apakah gangguan sekresi terjadi karena hambatan kelelahan sekresi atau fungsi dari refleks
sekresi kurang. Salah satu mata pasien ditetesi anastesi topikal dan diletakkan kertas
Schirmer. Beri rangsang pada hidung selama 2 menit lalu tungu selama 5 menit. Jika kertas
tidak basah, refleks eksresi gagal. Dikatakan normal apabila kertas basah sebanyak 15 mm.

9. Hal-hal apa sajakah yang perlu diperhatikan sebelum memberikan midriatikum pada seorang
penderita yang akan kita periksa?
Obat midriatikum memiliki kontraindikasi yaitu pada penderita glaucoma, hipertensi, dan
penyakit jantung bawaan. Hal ini disebabkan oleh karena midriatikum bersifat anticholinergic
agent, yang kompetitif dalam memblock reseptor muskarinik. Pada mata, sehingga
menimbulkan midriasis (dilatasi pupil) yang dapat menyebabkan menutupnya kanal
schlemm. Pada sistem kardiovaskular, midriatikum dapat menimbulkan efek yang berbeda
menurut dosisnya, pada dosis rendah dapat memberikan efek bradikardia, pada dosis tinggi
akan menyekat reseptor jantung pada nodus SA dan memberikan efek takikardia.
Maka sebelum memberikan midriatikum, cek terlebih dahulu:
- Cek tekanan darah
- Cek tekanan intraokular pasien. Penggunaan midriatikum pada pasien glaukoma
merupakan kontraindikasi. Pada pasien glaukoma penyaluran cairan intraokular akan
terhambat, terutama pada glaukoma sudut tertutup, sehingga dapat meninggikan
tekanan intraokular. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan midriasis saluran Schlemm
yang terletak di sudut bilik depan mata terbendung.
- Usia pasien. Untuk pasien anak menggunakan midriatikum 0,5% satu tetes dengan
pelarut efrisel, sedangkan pasien dewasa menggunakan midriatikum 1% satu tetes.
- Penyakit jantung bawaan. Pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan tidak boleh
diberikan efrisel, cukup diberikan midriatikum.
-
10. Jelaskan prosedur pemeriksaan tajam penglihatan dekat!
Alat pemeriksaan visus untuk jarak dekat adalah dengan menggunakan Jaeger eye chart.
Jaeger eye chart digunakan untuk membaca dekat dan untuk menentukan penglihatan jarak
dekat seseorang. Pada chart tersebut, ada notasi J1 kemudian ada paragraf dengan teks yang
paling kecil, selanjutnya tulisan di paragraf berikut (seterusnya) menjadi lebih besar ditandai
dengan peningkatan nomor J (misalnya J2, J3).
Nomor 15 pada gambar di atas berada di tengah atas dari baris tulisan yang paling kecil yang
ditandai dengan J1. Nomor ini mewakili penglihatan 20/15. J2 mempunyai nomor 20, untuk
penglihatan 20/20. Semakin besar huruf pada paragraf, menunjukkan penurunan kejelasan
penglihatan. Standar kejauhan Jaeger eye chart untuk memeriksa seseorang adalah 12-14
inci, atau 305-356 mm.

11. Jelaskan tentang alur aliran humor akuos mata!


Cairan mata (humor akuous) diproduksi oleh epitel proccesus ciliares dan mengalir melalui
pupilla ke ruang mata sebelah depan dan lalu terbawa ke dalam kanal Schlemm di area sudut
iridokorneal (sudut ruang). Di tempat ini pula reticulum trabeculare yang juga disebut
ligamentum pectinatum membentuk jalinan jaringan yang rapat dengan celah-celah di
antaranya, spatium anguli iridokornealis.

12. Sebutkan 10 lapisan retina secara urut!


a. Membran limitan interna
b. Lapisan serabut sel saraf
c. Lapisan sel ganglion
d. Lapisan pleksiform dalam
e. Lapisan nukleus dalam
f. Lapisan pleksiform luar
g. Lapisan nukleus luar
h. Membran limitan eksterna
i. Lapisan fotoreseptor (terdiri dari sel batang dan kerucut)
j. Lapisan epitel pigmen
k. Sebutkan lapisan-lapisan kornea beserta jaringan penyusunnya!
13. Sebutkan lapisan-lapisan kornea beserta jaringan penyusunnya!
Kornea terdiri dari lima lapisan penyusun :
a. Epitel
Epitel kornea meruakan lapis paling luar kornea dan berbentuk epitel gepeng berlapis
tanpa tanduk dimana bagian terbesar ujung syaraf kornea berakhir. Lapisan epitel
memiliki daya regenerasi, sehingga mampu diperbaiki tanpa membentuk jaringan parut
atau fibrosis.
b. Membran Bowman
Merupakan membrane tipis homogeny yang terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang
mempertahankan bentuk kornea. Kerusakan pada membrane Bowman dapat berakibat
terbentuknya jaringan parut atau fibrosis
c. Stroma
Merupakan lapisan tebal terdiri atas jaringan kolagen yang tersususn dalam lamel-lamel
dan terisi oleh matriks, berjalan sejajar dengan permukaan kornea. Stroma bersifat
higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan. Serat dalam stroma sedemikian
teratur sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau jernih. BIla terjadi
gangguan dari susunan serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea
akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.
d. Membran Descemet
Merupakan suatu lapisan tipis enyal, kuat, tidak berstruktur dan bening, terletak di bawah
stroma, yang berfungsi sebagai barrier terhadap infeksi dan tempat masuknya pembuluh
darah.
e. Endotel
Merupakan lapisan penyusun kornea yang terdiri atas sel-sel endotel kornea. Sel endotel
mengatur cairan dalam stroma kornea, dan tidak memiliki daya regenerasi.

14. Sebutkan secara urut lapisan penyusun air mata (tear film) dan beserta organ yang
memproduksi masing-masing lapisan!
Terdiri dari tiga lapisan, yakni
1. Oily layer / lapisan lemak
Lapisan lemak pada bagian luar, disekresikan oleh kelenjar meibom
2. Water layer / lapisan air
Lapisan akuos atau air, disekresikan oleh kelenjar lakrimalis
3. Mucin layer / lapisan mucus
Lapisan mucus, disekresikan oleh sel goblet konjungtiva

15. Jelaskan tentang fungsi sel cone dan rod retina serta dimana letak distribusi masing masing sel!
Sel batang dan sel kerucut merupakan bagian dari fotorespetor pada sistem penglihatan
manusia. Fotorespetor diaktifkan ketika fotopigmen yang terkandung di dalamnya menyerap
secara berbeda berbagai panjang gelombang cahaya. Penyerapan cahaya menyebabkan
perubahan biokimia di fotopigmen yang akhirnya diubah menjadi perubahan dalam laju
perambatan potensial aksi di jalur penglihatan yang keluar dari retina. Perubahan rangsangan
cahaya menjadi sinyal listrik dikenal sebagai proses fototransduksi. Pesan visual ditransmisikan
melalui jalur kompleks ke korteks penglihatan di lobus oksipitalis otak untuk pemrosesan
preseptual
Sel kerucut memperlihatkan ketajaman yang tinggi tetapi hanya dapat digunakan untuk
meilhat pada siang hari atau pada keadaan terang, karena sensitivitasnya yang rendah terhadap
cahaya. Perbedaan stimulasi ketiga jenis sel kerucut (sel kerucut merah, hijau, dan biru) oleh
panjang gelombang yang berbeda menghasilkan penglihatan warna. Sel batang hanya memberi
gambaran kabur dalam bayangan abu-abu, tetapi karena sangat peka terhadap cahaya, maka sel
ini dapat digunakan untuk penglihatan malam hari. Distribusi sel batang terdapat lebih bayak di
tepi retina, sedangkan sel kerucut terkonsentrasi di daerah fovea.
16. Jelaskan cara pemeriksaan BMD dengan menggunakan senter dan apa saja yang dievaluasi!
Bilik mata depan disinari dengan cahaya senter membentuk sudut dengan iris (45-60
derajat). Pemeriksaan menggunakan cahaya senter dapat mengevaluasi kedalaman bilik mata
depan, temuan cahaya akan menyebar menandakan bilik mata depan dalam dan sudut terbuka,
sedangkan pada temuan cahaya yang tidak tersebar merata sehingga ada bagian yang gelap,
menunjukkan bahwa bilik mata depan dangkal dan sudut tertutup. Bilik mata depan dangkal
terdapat pada dislokasi lensa, tumor iris, sinekia anterior, blokade pupil, dan glaukoma subakut.
Penyinaran menggunakan cahaya senter pada bilik mata depan dapat menemukan
penimbunan sel radang dibagian bawah bilik mata depan (hipopion), dan transudat cairan darah
(hifema). Hipopion dapat ditemukan pada kasus ulkus kornea, endoftalmitis, dan tumor
intraokular, sedangkan hifema dapat ditemukan pada trauma mata, hemophilia, dan tumor
intrakranial.

17. Jelaskan bagaimanakah cara melakukan pemeriksaan tes konfrontasi!


Tes Konfrontasi
Tujuan : pemeriksaan dilakukan untuk melihat gangguan lapang pandang penderita
Dasar : membandingkan lapang pandang penderita dengan pemeriksa
Alat : tidak ada alat khusus
Teknik :
1. Penderita dan pemeriksa duduk dengan berhadapan muka dengan jarak kira-kira 60
cm
2. Mata kiri pemeriksa ditutup dan mata kanan penderita ditutup
3. Sekarang mata kanan pemeriksa dengan mata kiri penderita saling berpandangan
4. Benda diletakkan antara penderita dengan pemeriksa pada jarak yang sama
5. Benda digerakkan dari perifer kearah sentral, dan penderita diminta untuk
memberitahu apabila mulai melihat benda obyek
6. Hal ini dilakukan untuk semua arah (atas, bawah, nasal, temporal)
7. Percobaan dilakukan juga pada mata satunya baik pada pemeriksa maupun penderita
Nilai : bila penderita dapat melihat sama dengan pemeriksa maka lapang pandangan
sama, namun bila penderita terlambat maka lapang pandangan lebih sempit
dibandingkan pemeriksa
Catatan : pemeriksa harus memiliki lapang pandangan normal. Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan kasar lapang pandangan. Apabila dilakukan dengan obyek
tertentu kadang-kadang dapat ditentukan adanya scotoma dan lokasi titik buta

18. Sebutkan 3 tehnik pemeriksaan TIO dan bagaimanakah cara serta interpretasi hasilnya!
Tonometri Schiotz
Tujuan : melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer
Dasar : Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata ke dalam dan
mendapat perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea. Keseimbangan tekanan
tergantung pada beban tonometer. Tonometer schiotz merupakan tonometer indentasi.
Dalam nya indentasi menunjukkan sejauh mana bola mata dapat ditekan. Beban akan
memberikan indentasi lebih dalam bila tekanan mata lebih rendah dibanding mata dengan
tekanantinggi.
Alat :
- Obat tetes anestesi lokal
- Tonometer Schiotz
Teknik :
1. Penderita diminta tidur terlentang
2. Mata ditetes obat tetes anestesi lokal
3. Ditunggu sampai penderita tidak merasa pedas
4. Kelopak mata penderita dibuka dengan telunjuk dan ibu jari (jangan menekan bola
mata penderita)
5. Setelah telapak tonometer terletak pada kornea, skala tonometer akan
menunjukkan angka yang tetap
Nilai : pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk mengetahui tekanan bola mata
dalam mmHg. Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg maka dicurigai adanya
glaucoma, apabila tekanan lebih tinggi dari 25 mmHg maka pasien dinyatakan penderita
glaucoma
Catatan : tonometer schiotz tidak dapat dipercaya pada myopia dan penyakit
tiroid dibanding dengan memakai tonometer aplanasi. Tonometer harus dibersihkan
atau disterilisasi setiap sebelum pemakaian paling sedikit dengan alcohol untuk cegah
penularan infeksi.
Tonometer Aplanasi
Tujuan : pemeriksaan ini untuk mendapatkan TIO dengan menghilangkan pengaruh
kekakuan sklera (scleral rigidity)
Dasar :
tekanan adalah sama besar dengan tenaga dibagi dengan luas yang ditekan.
P=F/A P = Pressure F = Force A = Area
Tonometer aplanasi goldmann mempunyai diamteter 3.06 mm. Pada tonometer
goldmann jumlah tekanan dibagi penampang dikali sepuluh dikonversi langsung dalam
mmHg bola mata. Dengan tonometer aplanasi tidak diperhatikan kekakuan sclera
(scleral rigidity) karena pada tonometer aplanasi prisma yang dipakai hanya
menggeser cairan dalam mata 0,5 mm kubik shingga tidak terjadi pengembangan
sklera yang berarti
Alat :
- Slit lamp, dengan lampu biru
- Tonometer aplanasi
- Fluoresensi
- Obat tetes anastetik topical
Teknik :
1. Diberi anestesi lokal pada mata yang diperiksa
2. Fluoresensi diberikan pada mata penderita
3. Sinar oblik warna biru dari slit lamp disinarkan pada dasar telapak prisma
tonometer aplanasi goldmann
4. Pada skala tonometer aplanasi dipasang tombol tekanan diameter 10 mm
5. Telapak prisma aplanasi didekatkan pada kornea perlahan-lahan
6. Tekanan ditambah sehingga gambar kedua setengah sehingga gambar
kedua setengah lingkaran pada kornea yang sudah diberi fluoresensi
terlihat bagian luar berimpit dengan bagian dalam
7. Dibaca tekanan pada tombol putaran tonometer aplanasi yang memberi
gambaran setengah lingkaran berimpit. Tekanan tersebut merupakan
tekanan intraokuler dalam mmHg
Nilai : dengan tonometer aplanasi bila tekanan mata lebih dari 20 mmHg maka
dianggap sudah menderita glaucoma
Tonometri Digital Palpasi
Dasar : merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari pemeriksa
Alat : tidak menggunakan alat khusus
Teknik :
1. Mata penderita ditutup
2. Pandangan kedua mata menghadap ke bawah
3. Jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien
4. Kedua jari telunjuk menekan bola mata pada bagian belakang kornea
bergantian (alternate)
5. Satu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya menekan bola
mata
Nilai :
- Didapat kesan berupa ringannya bola mata dapat ditekan
- Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya yang dapat dicatat, maka
N+1, N+2, N+3 atau N-1, N-2, N-3 yang menyatakan tekanan lebih rendah dari
pada normal
- Tekanan dapat dibandingkan dengan tahanan bagian lentur telapak tangan
dengan tahanan tekanan bola mata bagian superior. Bila tekanan lebih tinggi
dapat dicurigai adanya glaucoma.
- Catatan : pemeriksaan ini terdapat faktor subyektif
19. Hal – hal apa sajakah yang perlu diperhatikan sebelum memberikan midriatikum pada seorang
penderita yang akan kita periksa?
Obat midriatikum memiliki kontraindikasi yaitu pada penderita glaucoma, hipertensi, dan
penyakit jantung bawaan. Hal ini disebabkan oleh karena midriatikum bersifat anticholinergic
agent, yang kompetitif dalam memblock reseptor muskarinik. Pada mata, sehingga
menimbulkan midriasis (dilatasi pupil) yang dapat menyebabkan menutupnya kanal
schlemm. Pada sistem kardiovaskular, midriatikum dapat menimbulkan efek yang berbeda
menurut dosisnya, pada dosis rendah dapat memberikan efek bradikardia, pada dosis tinggi
akan menyekat reseptor jantung pada nodus SA dan memberikan efek takikardia.
Maka sebelum memberikan midriatikum, cek terlebih dahulu:
- Cek tekanan darah
- Cek tekanan intraokular pasien. Penggunaan midriatikum pada pasien glaukoma
merupakan kontraindikasi. Pada pasien glaukoma penyaluran cairan intraokular akan
terhambat, terutama pada glaukoma sudut tertutup, sehingga dapat meninggikan
tekanan intraokular. Hal ini disebabkan karena dalam keadaan midriasis saluran Schlemm
yang terletak di sudut bilik depan mata terbendung.
- Usia pasien. Untuk pasien anak menggunakan midriatikum 0,5% satu tetes dengan
pelarut efrisel, sedangkan pasien dewasa menggunakan midriatikum 1% satu tetes.
- Penyakit jantung bawaan. Pada pasien anak dengan penyakit jantung bawaan tidak boleh
diberikan efrisel, cukup diberikan midriatikum.
-
20. Jelaskan tentang tujuan, cara, dan interpretasu hasil dari siedel test!
Siedel test
Tujuan : tes untuk mengetahui letak kebocoran pada luka operasi pasca bedah intraocular
Dasar : kebocoran kornea scleral akan terlihat dengan pewarnaan fluoresin
Alat : Fluoresin 2% tetes mata
Teknik :
1. Konjungtiva dibuka pada bleb yang dicurigai tempat adanya kebocoran
2. Fluoresin 2% diteteskan pada mata yang diperiksa
3. Dilihat dengan filter kobalt
4. Dilihat bagian yang diwarnai
Nilai : aquous humor yang bocor dari luka kornea scleral akan membersihkan fluoresin
sehingga tidak tampak warna hijau di tempat tersebut dengan demikiran diketahui letak
kebocoran
Catatan : kadang-kadang diperlukan sedikit penekanan pada bola mata untuk menambah
pengaliran aquous humor keluar pasca bedah
21. Gambarkan secara skematik sistem lakrimalis mata dengan lengkap!
Glandula Concha nasalis
lakrimalis superior

Duktus Duktus
lakrimalis nasolakrimalis

Konjungtiva sakus lakrimalis

sebagian masuk ke punctum


lakrimal lalu ke kanalikuli

membasahi seluruh bola mata saat berkedip

22. Jelaskan bagaimanakah cara melakukan pemeriksaan dan evaluasi segmen anterior secara urut!
a. Pasien dan dokter duduk berhadapan dengan jarak ± 60 cm.
b. Perhatikan kulit palpebra: terdapat edema, hiperemi, hematoma, benjolan-benjolan, dan
kulit di atas benjolan terfiksasi atau bisa digerakkan.
c. Perhatikan rima palpebra: kanan dan kiri sama lebar, gerakan membuka dan menutup mata
ada yang tertinggal atau tidak.
d. Perhatikan apakah palpebra menutupi daerah pupil atau tidak (normalnya menutupi ± 2
mm kornea bagian superior).
e. Amati silia dan margo palpebra.
f. Lakukan eversio palpebra lalu amati: warna mukosa, adanya benjolan sikatriks, benda asing,
bangunan-bangunan folikel, cabble’s stone, dan lain-lain.
g. Perhatikan konjungtiva bulbi: warna, oedema, bangunan/penonjolan, pelebaran pembuluh
darah, berkelok-kelok atau lurus, ikut pergerakan konjungtiva/tidak, ada sekret/tidak.
h. Perhatikan sklera apakah ada penipisan atau penonjolan.
i. Perhatikan kornea (menggunakan senter dari arah 45° temporal kornea supaya tidak silau,
sesekali boleh bergerak ke nasal) lalu amati: kejernihan, bentuk, ukuran, kecembungan,
permukaan licin/kasar, adanya pembuluh darah, pterygium, dan lainnya.
j. Periksa kedalaman bilik mata anterior dengan sinar yang diarahkan dari temporal limbus.
Tentukan kedalam dan kejernihannya.
k. Lakukan pemeriksaan refleks pupil terhadap cahaya (direct dan indirect). Perhatikan pula
bentuk pupil, bulat/tidak, sentral/tidak.
l. Periksa iris: bentuk, gambarannya, warna, adakah synechia.
m. Periksa kejernihan lensa (sebaiknya pupil dilebarkan jika tidak ada kontraindikasi). Sinari dari
arah 30°-45° temporal kornea. Perhatikan letak dan kejernihannya (shadow test).
23. Jelaskan bagaimana cara pemeriksaan Shadow test dan interpretasinya!
Shadow test bertujuan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa.
Cara melakukan: Sinari pupil dari arah 30°-45° temporal kornea lalu lihat bayangan iris pada
lensa keruh.
Interpretasi:
a. Positif: bayangan iris pada lensa terlihat lebih besar dan jauh terhadap pupil. Hal ini
menandakan bahwa lensa belum keruh sepenuhnya. Hasil positif sering dijumpai pada
katarak imatur.
b. Negatif: bayangan iris pada lensa terlihat lebih kecil dan dekat terhadap pupil. Hal ini
menandakan bahwa lensa telah keruh sepenuhnya. Hasil negatif sering dijumpai pada
katarak matur.

24. Jelaksan perbedaan antara Conjunctival Vascular Injection dan Pericorneal Vascular Injection!

Conjunctival Vascular Injection Pericorneal Vascular Injection


Asal a. konjungtiva posterior a. siliar
Memperdarahi Konjungtiva bulbi Kornea segmen anterior
Lokalisasi Konjungtiva Dasar konjungtiva
Warna Merah ungu
Arah aliran Ke perifer Ke sentral
Konjungtiva digerakkan Ikut bergerak Tidak ikut bergerak
Ditetesi Epinefrin 1:1000 Menciut Tidak menciut
Penyakit Konjungtiva Kornea, iris, glaukoma
Sekret + -
Penglihatan Normal Menurun

25. Sebutkan pemeriksaan apa saja yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi air mata!
a. Uji Anel
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi anastesi lokal dan
dilakukan dilatasi punctum lakrimal. Jarum anel dimasukkan ke dalam punctum dan
kanalikuli lakrimal lalu semprotkan garam fisiologis. Tanyakan ke pasien apakah ada cairan
masuk ke tenggorokkan/ ada refleks menelan. Bila ada, fungsi ekskresi sistem lakrimal baik
sedangkan bila tidak, ada penyumbatan duktus nasolakrimal.
b. Uji Rasa
Uji untuk mengetahui fungsi ekresi sistem lakrimal. Pasien diberi 1 tetes sakarin pada
konjungtiva lalu tunggu hinga 5 menit. Bila pasien merasa rasa manis, sistem eksresinya
dalam kondisi baik.
c. Uji Schirmer I
Uji untuk menilai kualitas dan kuantitas air mata yang tidak berhubugan dengan kadar
musin yang dikeluarkan oleh sel goblet. Mata pasien sebaiknya tidak dimanipulasi. Pertama,
selipkan kertas filter pada forniks konjungtiva bulbi bawah dan biarkan ujung lainnya
menggantung. Biarkan selama 5 menit. Apabila kertas tidak basah, kuantitas air mata
kurang. Hal itu dapat disebabkan oleh refleks yang terlalu kuat. Apabila kertas filter yang
basah sebesar <10 mm, fungsi sekresi air mata terganggu.
d. Uji Schrimer II
Uji ini dilakukan jika kertas filter yang basah sebesar <10 mm setelah 5 menit. Uji ini menilai
apakah gangguan sekresi terjadi karena hambatan kelelahan sekresi atau fungsi dari refleks
sekresi kurang. Salah satu mata pasien ditetesi anastesi topikal dan diletakkan kertas
Schirmer. Beri rangsang pada hidung selama 2 menit lalu tungu selama 5 menit. Jika kertas
tidak basah, refleks eksresi gagal. Dikatakan normal apabila kertas basah sebanyak 15 mm.

Anda mungkin juga menyukai