Dokumen - Tips - Aspek Hukum Dalam Keperawatan 55cd827727b1e
Dokumen - Tips - Aspek Hukum Dalam Keperawatan 55cd827727b1e
Di susun oleh :
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun maksud pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas yang
diberikan dalam mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar 1. Dengan selesainya makalah
ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing kami, yang
telah memberikan masukan dan sarannya di setiap pertemuan.
Akhirnya penyusun mohon maaf apabila ada suatu kekurangan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penyusun
i
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar.........................................................................................................i
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
2.1 Informed Consent Dalam Pelayanan Kesehatan dan Pasien Tidak Sadar........ 2
3.1 Kesimpulan....................................................................................................... 21
Daftar Pustaka......................................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik dan konflik yang
mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam praktik
profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial dan
hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik.
Keperawatan sebagai suatu profesi harus memiliki suatu landasan dan lindungan
yang jelas. Para perawat harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan dengan
praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap keputusan dan
tindakan profesional yang mereka lakukan.
1.3 Tujuan
Secara umum terdapat dua alasan terhadap pentingnya para perawat tahu tentang
hukum yang mengatur praktiknya, yaitu:
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Informent Consent dalam Pelayanan Kesehatan dan Pasien Tidak Sadar
Informed consent secara harfiah terdiri dari dua kata yaitu informed dan consent.
Informed berarti telah mendapat penjelasan atau informasi; sedangkan consent berarti
memberi persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian informed consent berarti
suatu persetujuan yang diberikan setelah mendapat informasi. Atau juga juga
dikatakan informed consent adalah pernyataan setuju dari pasien yang diberikan
dengan bebas dan rasional, sesudah mendapatkan informasi dari dokter dan sudah
dimengerti olehnya.
Dalam berkas rekam medis pasien di rumah sakit terdapat satu lembaran yaitu
lembar persetujuan tindakan medis. Lembaran ini akan diisi/diberi persetujuan oleh
pasien atau keluarganya apabila telah mendapat penjelasan dari tenaga kesehatan.
Istilah Informed consent dalam Undang-Undang Kesehatan kita tidak ada, yang
tercantum adalah istilah persetujuan, menerima atau menolak tindakan pertolongan
setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut. Informed
consent atau persetujuan Medik adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien sesuai
dengan pasal 1(a) Permenkes RI Nomor 585/MEN.KES/PER/X/1989. Di mana pasal
1(a) menyatakan bahwa persetujuan tindakan medik (informed consent) adalah
persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar penjelasan
mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Suatu
persetujuan dianggap sah apabila:
(2) Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk
memberikan keputusan/persetujuan;
2
b. Informent Consent untuk Pasien dalam Keadaan Tidak Sadar
Untuk pasien dalam keadaan yang tidak sadar atau pingsan dan tidak didampingi
oleh keluarga terdekat dan secara medis berada dalam keadaan gawat atau darurat
serta memerlukan tindakan medis yang segera karena apabila terlambat
penanganannya dapat mengakibatkan sesuatu yang fatal dalam arti cacat atau
kematian, maka tidak dibutuhkan persetujuan siapapun juga.
Keadaan tidak sadar atau mampu yang dialami pasien dalam hal persetujuan
tindakan medis, berdasar Peraturan Menteri Kesehatan No 585 Tahun 1989 tentang
Persetujuan Tindakan Medik menyatakan bahwa yang berhak memberikan
persetujuan yaitu :
a. Belum dewasa (di bawah umur 21 tahun atau belum menikah) yang
memberikan persetujuan adalah orang tua atau walinya,
c. Menderita gangguan mental dan atau sakit jiwa, yang memberikan persetujuan
adalah orang tua atau walinya atau kuratornya,
d. Belum dewasa (di bawah umur 21 tahun atau belum menikah) dan tidak
mempunyai orang tua atau walinya atau orang tua atau walinya berhalangan yang
memberikan persetujuan adalah keluarga yang ada atau induk semangnya,
e. Untuk pasien dalam keadaan yang tidak sadar atau pingsan dan tidak
didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medis berada dalam keadaan gawat atau
darurat serta memerlukan tindakan medis yang segera, maka tidak dibutuhkan
persetujuan siapapun juga.
Keadaan tidak mampu yang dialami pasien dalam hal persetujuan tindakan medis,
berdasar Undang-undang, adalah :
a. Orang yang belum dewasa, yaitu belum berusia 18 tahun atau belum pernah
menikah.
3
b. Orang dewasa tetapi di bawah pengawasan atau pengampuan dengan alasan
kurang atau tidak sehat ingatannya, pemboros, dan kurang cerdas pikirannya atau
tidak mampu mengurus kepentingannya sendiri
a. Keadaan gawat darurat, dalam dunia kedokteran ada 4 hal sebagai keadaan
darurat
i. Terguncang (Shock)
b. Pembiusan (anesthesia)
4
2.2 Etik Euthanasia dan Hak Asasi Manusia
a. Pengertian Euthanasia
Euthanasia berasal dari bahasa Yunani, yaitu Eu, yang berarti Indah, bagus,
terhormat atau Gracefully and With Dignity, dan thanatos yang berarti mati, jadi
secara etimologis, euthanasia dapat diartikan sebagai mati dengan baik.
b. Jenis-jenis Euthanasia
Pada dasarnya euthanasia dibedakan atas dua jenis yaitu :
Ditinjau dari permintaan Euthanasia dapat dibedahkan atas dua jenis yaitu:
1. Euthanasia voluntir ( atas permintaan pasien)
2. Euthanasia involentir (tidak atas permintaan pasien, biasanya keluarga
pasien yang memerintahkan)
5
1. Euthanasia Aktif
Jadi bisa disimpulkan bahwa faktor penyebab pelanggaran HAM pada jenis
euthanasia ini adalah tindakan yang dilakukan dokter yang memberikan suntikan zat
mematikan kepada pasien yang memintah mengakhiri hidupnya.
2. Euthanasia Pasif
a) Euthanasia Pasif Voluntir
Tindakan dokter yang menghentikan atau mencabut tindakan atau pengobatan
yang diperlukan untuk mempertahankan hidup pasien. Walaupun tindakan ini
dilakukan atas permintaan pasien. Jika dipikirkan dari sisi pasien ada beberapa
aspek yang memungkinkan pasien melakukan itu, misalnya sudah merasa siap
untuk menemui ajalnya atau berpikir berobat tidak akan berguna lagi
6
menyelamatkan hidupnya dan akan menghabiskan biaya saja dan akhirnya tetap
berujung pada kematian. Dalam euthanasia jenis ini tidak ada pelanggaran HAM,
dalam pandangan iman bisa saja euthanasia ini dilakukan dengan catatan bahwa
sang pasien sudah bebar-benar siap secara iman untuk meninggal secara
bermartabat dengan suasana damai di tengah keluarganya.
7
2.3 Malpraktik Medik dan Non-Medik
a. Pengertian Malpraktik
Malpraktik (malapraktik) atau malpraktik terdiri dari suku kata mal dan praktik
atau praktik. Mal berasal dari kata unani, yang berarti buruk. Praktik (Kamus Umum
Bahasa Indonesia, Purwadarminta, 1976) atau praktik (Kamus Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia, 1991) berarti menajalankan perbuatan
yang tersebut dalam teori atau menjalankan pekerjaan (profesi). Jadi, malpraktik
berarti menjalankan pekerjaan yang buruk kuatlitasnya, tidak lege artis, tidak tepat.
Apapun definisi malpraktik medic pada intinya mengandung salah satu unsure
berikut.
1. Dokter kurang menguasai ilmu pengetahuan kedokteran dan keterampilan yang
sudah berlaku umum dikalangan profesi kedokteran.
2. Dokter memberikan pelayanan medic di bawah standar (tidak lege artis)
3. Dokter melakukan kelalaian berat atua kurang hati hati, yang dapat mencakup:
a) Tidak melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya dilakukan, atau
b) Melakukan sesuatu tindakan yang seharusnya tidak dilakukan
Sedang malpraktik non-medks adalah malpraktik yang terjadi tapi tidak dalam
lingkup medik. Contohnya adalah sebagai berikut :
8
Adapun isi dari tidak dipenuhinya perjanjian tersebut dapat berupa :
Ada kerugian
Ada hubungan sebab akibat (hukum kausal) antara perbuatan yang melanggar
hukum dengan kerugian yang diderita.
9
2) Malpraktek Pidana (Criminal Malpractice)
Terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat akibat dokter atau
tenaga kesehatan lainnya kurang hati-hati atua kurang cermat dalam melakukan
upaya penyembuhan terhadap pasien yang meninggal dunia atau cacat tersebut.
Misalnya melakukan tindakan yang tidak lege artis atau tidak sesuai dengan
standar profesi serta melakukan tindakn tanpa disertai persetujuan tindakan medis.
Misalnya terjadi cacat atau kematian pada pasien sebagai akibat tindakan dokter
yang kurang hati-hati atau alpa dengan tertinggalnya alat operasi yang didalam
rongga tubuh pasien.
Terjadi apabila dokter atau tenaga kesehatan lain melakukan pelanggaran terhadap
hukum Administrasi Negara yang berlaku, misalnya menjalankan praktek dokter
tanpa lisensi atau izinnya, manjalankan praktek dengan izin yang sudah kadaluarsa
dan menjalankan praktek tanpa membuat catatan medik.
10
b. Konsekuensi Hukum Malpraktik
Berikut adalah beberapa contoh yang diambil dari Kitab Undang – Undang
Hukum Pidana ( KUHP ) tentang pasal dan konsekuensi huku malpraktik:
b) Pengguguran Kandungan
Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama
dua belas tahun
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama lima belas tahun
Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan
seorang wanita dengan persetujuannya diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun enam bulan
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukankejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
11
dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
c) Tentang Penganiayaan
Pasal 351
( 1 ) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah
( 2 ) Jika Perbuatan mengakibatkan luka – luka berat yang bersalah dikenakan
pidana penjara paling lama lima tahun.
( 3 ) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun
( 4 ) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan
( 5 ) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana
Pasal 360
(1) Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain mendapat luka –
luka berat, diancam dengan dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau
kurungan paling lama satu tahun
(2) Barang siapa karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka – luka
sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencaharian selama waktu tertentu diancam dengan pidana penjara
paling lama Sembilan bulan atau kurungan paling lama enam bulan atau denda tiga
ratus rupiah.
Pasal 361
Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan
suatu jabatan atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang
bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian dalam mana dilakukan
kejahatan, dan hakim dapat memerintahkan supaya putusannya diumumkan.
12
Barangsiapa sengaja merampas nyawa orang lain , diancam karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 340
Barangsiapa sengaja dan dengan rencana lebih dahulu merampas nyawa orang lain
diancam karena pembunuhan dengan rencana , dengan pidana mati atau pidana
penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu.
Pasal 344
Barangsiapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang
jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam denan pidana penjara paling lama
dua belas tahun .
Pasal 345
Barangsiapa dengan sengaja membujuk orang lain untuk bunuh diri, menolongnya
dalam perbuatan itu atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan
pidana penjara paling lama empat tahun, kalau orang itu jadi bunuh diri
Pasal 359
g) Mengenai Percobaan
Pasal 53
(1) Mencoba melakukan kejahatan dipidana jika niat untuk itu telah ternyata dari
adanya permulaan pelaksanaan dan tidak selesainya pelaksanaan itu, buka semata –
mata disebabkan karena kehendaknya sendiri
13
(2) Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan dalam hal percobaan dapat
dikurangi sepertiga
(3) Jika kejahatan diancam dengan pidana mati dan pidana penjara seumur hidup ,
dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun
Mengenai mekanisme untutan malpraktik ada beberapa upaya yang dapat ditempuh
dalam hal terjadi kelalaian oleh tenaga kesehatan yakni:
b. Melakukan mediasi;
Jika ternyata ada kesengajaan dalam tindakan tenaga kesehatan tersebut, maka dapat
dilakukan upaya pelaporan secara pidana.
Syarat Perawat Sebagai Saksi Ahli Pengacara melihat beberapa faktor ketika
mereka mempertahankan perawat baik konsultan hukum atau saksi ahli, dengan
syarat :
14
b. Perawat yang memiliki pengalaman klinis saat ini di bidang minat atau
perhatian.
Saksi ahli Perawat terlibat dalam kegiatan yang mirip dengan perawat konsultan
hukum. Sebagai contoh, mereka mungkin akan diminta untuk mengatur catatan
medis, menyiapkan garis waktu, penelitian literatur terkait, dan menyelidiki standar
asuhan keperawatan. Namun, juga diharapkan bahwa mereka akan bersedia untuk
bersaksi di deposisi dan sidang harus perlu timbul.
Seperti perawat konsultan hukum, saksi ahli juga bisa disewa oleh organisasi
perawatan kesehatan di posisi pengurangan risiko. Ahli saksi biasanya cukup dibayar
sedikit lebih untuk layanan mereka.
15
2.4 Etika Khusus Keperawatan Aborsi
a. Pengertian Aborsi
b. Pembagian Aborsi
Keguguran ini terjadi bukan karena kesengajaan, melainkan karena kelalaian atau
kecerobohan selama ibu mengandung seorang anak. Keguguran bisa terjadi antara
lain karena penyakit, luka, gangguan hormonal selama mengandung, atau kecelakaan
lalu lintas. Ini berarti keguguran terjadi sebagai efek samping yang tak terencana.
Hanya aborsi tak disengaja dan tak langsung saja dengan alasan yang tak
terhindarkan yang bisa diterima. Tentu itu semua setelah diadakan peninjuauan secara
menyeluruh. Latar belakang dan penyebab aborsi perlu diteliti secara komprehensif.
Ini termasuk pembunuhan langsung atas manusia yang tak bersalah. Pengguguran
buah kandungan oleh manusia dengan sengaja atau terencana dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu aborsi langsung dan tak langsung.
(1) Aborsi langsung adalah pembunuhan langsung atas buah kandungan dari
dalam rahim ibu. Ini tergolong tindakan kriminal pembunuhan yang melenyapkan
hidup manusia. Mereka yang terlibat dalam aborsi ini dengan sendirinya mendukung
tindak aborsi, yakni tindak kejahatan pembunuhan.
16
(2) Aborsi tak langsung adalah penggugran yang terjadi antara lain karena efek
samping dari pengobatan ibu. Jenis pengguran ini ada dua.
(b) Aborsi eugenic adalah aborsi yang dilakukan karena alasan genetis dari
anak yang dikandung dengan tujuan memilih anak yang memiliki genetikan yang
baik. Istilah yang berbau rasis ini sudah tidak digunakan lagi. Aborsi ini akhirnya
terarah pada aborsi terapeutik karena kemungkinan besar janin mengalami cacat
serius akibat ketidak teraturan genetik, gangguan penyakit penyakit tertentu yang tak
terhindarkan, dan ketidakseimbangan sosial dalam keluarga.
Berikut adalah beberapa contoh kasus yang kami ambil dari media cetak dan
internet untuk contoh kasus aborsi.
17
"Rudi kita jerat pasal 348 KUHP sedangkan Sri kita kenakan pasal 346 KUHP,"
kata Kapolsek. Disinggung terkait sejauh mana perampungan berkas Berita Acara
Pemeriksaan (BAP), akan segera dilimpahkan kepada pihak Kejaksaan Negeri
Balikpapan sebagai proses pengiriman tahap 1. “Persyatan formil di berkas,
meyakinkan jaksa dan hakim nantinya di pengadilan,” terangnya.
Yakni Rudi dijerat pasal 348 ayat 1 KUHP, barangsiapa dengan sengaja
menggugurkan atau mematikan kandungannya seorang wanita dengan izin wanita itu,
diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.
Sedangkan Sri dijerat pasal 341 KUHP, seorang ibu yang karena takut akan
ketahuan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian,
dengan sengaja merampas nyawa anaknya,diancam karena membunuh anak sendiri,
dengan pidana penjara paling lama 7 tahun. Juga subsider 346 KUHP, seorang wanita
yang dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh
orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.
Kasus penemuan mayat bayi yang dikubur di kebun milik Wasimo (75) warga
Km 14, Gang Giri Mulyo RT 25 Karang Joang Balikpapan Utara, nyaris buntu
penyelidikannya. Sebab, hingga mayat diautopsi dan dikubur oleh pihak RSKD
Balikpapan, tidak diketahui siapa ibu dan bapak sibayi, juga tak diketahui siapa
pelaku yang mengubur bayi itu.
Berkat kejelian aparat Polsek Balikpapan Utara, akhirnya terungkap ibu dan
bapak bayi, sekaligus pelaku yang menguburkan di bawah pohon lai. Yakni si ibu
bernama Sri (18) cewek yang baru lulus SMA dan si bapak bernama Rudi (20).
Keduanya belum menikah sehingga bayi hasil dari hubungan cinta terlarang.
Ternyata, kunci pembuka misteri ini selembar kain spanduk bertuliskan tournament
18
golf. Spanduk itu, digunakan untuk membungkus mayat bayi ketika dikuburkan.
Selain spanduk, bayi juga dibungkus kain jarik.
Akhirnya, Rabu (18/7) lalu Unit Buser Reskrim Polsek Balikpapan Utara berhasil
menangkap Rudi dan Sri, tepat dua pekan setelah penemuan bayi . Dua pelakunya
diketahui merupakan pasangan belia. Rudi dan Sri, sebelumnya melakukan
perbuatan layaknya suami istri bekali-kali di rumah Sri. Situasi rumah kosong dimana
kedua orangtua Sri tengah bekerja dimanfaatkan keduanya. Keduanya mengaku
terpaksa melakukan aborsi (penguguran, Red) untuk menutupi aib keluarga.(noq)
2. Seorang pelajar SMAN 2 Kota Tegal, Jawa Tengah, nekat melakukan aborsi
atas bayi yang dikandungnya dari hasil hubungan gelap dengan kekasihnya. Untuk
menghilangkan jejak pelaku membuang janin berusia 5 bulan hasil aborsi ke dalam
closet rumahnya.
Pelaku aborsi berinisial YS, kini masih menjalani perawatan di ruang ibu dan
anak Rumah Sakit Islam Harapan Anda Kota Tegal. Pelaku dilarikan ke rumah sakit
oleh keluarganya karena banyak mengeluarkan darah pasca melakukan aborsi sendiri
dikamar mandi rumahnya.
Pelaku yang keduanya masih berstatus sebagai pelajar kelas 2 ini nekat
melakukan aborsi diduga lantaran malu dan takut dengan keluarganya karena hamil
diluar nikah. Untuk menghilangkan jejak, pelaku bahkan sempat membuang janin
aborsinya ke dalam closet.
19
“Pelaku dijerat pasal 80 UU Nomor 23 Tahun 2002, karena diduga sengaja
menggugurkan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya. Ia terancam
hukuman pidana penjara sekitar 10 tahun,” ujar Kapolres Tegal Kota AKBP Haryadi
Muktas SIK kepada sejumlah wartawan
Haryadi menyebutkan, kasus aborsi yang dilakukan pelajar SMA sampai saat ini
masih dalam penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pastinya hal
tersebut. adanya informasi dari Polsek maupun Polres yang mendatangi tempat
kejadian perkara (TKP), kemudian disana ditemukan bayi yang masih kecil sekitar 15
sentimeter dari dalam janin Yelicia Saraswati (16) berumur lima bulan yang
digugurkan di toilet rumahnya jalan Citarum Kelurahan Mintaragen Kecamatan Tegal
Timur. “Hingga saat ini kami terus melakukan pendalaman-pendalaman, karena YS
sendiri masih dirawat di RSI Harapan Anda dan belum bisa dimintai
keterangan,”terangnya.
Selain memintai keterangan dari pelaku dan kekasihnya, polisi juga mengorek
keterangan dari sejumlah saksi dari pihak keluarga damn teman-teman korban.
sementara itu jasad janin berusia lima bulan hasil aborsi langsung dimakamkan.@boy
20
BAB III Penutup
3. 1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, bisa disimpulkan bahwa di dalam dunia kesehatan atau
medis pun mempunyai dasar hukum yang melindunginya. Apalagi hal hal yang sering
kita dengar seperti aborsi atau malpraktik adalah hal yang harus kita waspadai bahkan
hindari ketika kita bekerja di ruang lingkup kesehatan.
Pada dasarnya, apapun yang akan kita lakukan mempunyai dampak atau
konsekuensinya sendiri sendiri. Maka, sebagai makhluk yang tidak sempurna, perlu
adanya kewaspadaan dan kehati hatian kita sebagai perawat dalam menjalani
profesinya.
21
DAFTAR PUSTAKA
6. forum.kompas.com/nasional/197552-gempar-siswi-sman-2-tegal-kepergok-
lakukan-aborsi-di-kamar-mandi.html
22