Anda di halaman 1dari 9

KONSEP PEMBANGUNAN PERMUKIMAN

BERWAWASAN LINGKUNGAN

Matsyuri Ayat
Fakultas Teknik Prodi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah Palembang

Abstrak

Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan manusia, oleh karena itu
pengelolaan sumberdaya alam harus dilaksanakan dengan sebijaksana mungkin. Manusia sebagai komponen
ekosistem alam, secara alami kehidupannya sangat tergantung kepada lingkungan tempat tinggalnya. Namun dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dapat merekayasa sumberdaya alam serta memanfaatkannya untuk
kesejahteraannya.
Permukiman adalah area tanah yang digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan merupakan kawasan perkotaan maupun pedesaan. Pembangunan
berwawasan lingkungan atau pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah adalah upaya sadar dan
berencana dalam menggunakan dan mengelola sumberdaya secara bijaksana dalam pembangunan yang
berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Syarat-syarat permukiman yang berwawasan lingkungan adalah
bebas dari bencana banjir, jauh dari sumber pencemar dan kebisingan, kondisi lahan yang stabil, tersedianya sumber air
bersih yang cukup, mempunyai aksesibilitas yang baik dan mempunyai lahan hijau terbuka yang cukup.
Pemeliharaan lingkungan di perumahan dan permukiman sering menjadi permasalahan bagi penghuni, pengembang
dan pemerintah setempat terutama pada ruang-ruang terbuka untuk kepentingan umum. Daerah-daerah ini dapat
meliputi jalan-jalan utama, pedestrian, taman-taman dan jalur hijau terbuka. Tujuan sosio-ekonomi pembangunan akan
tampak jelas bilamana permukiman sudah dihuni. Bila dikemudian hari terwujud suatu komunitas yang mampu
memelihara dan mengembangkan kehidupan sosial serta lingkungan fisik, tidak saja secara internal, melainkan juga
dengan lingkungan disekitarnya. Maka satuan permukiman tersebut dapat memberikan harapan lebih pasti akan
terwujudnya cita-cita pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).

Kata Kunci : Pembangunan, Permukiman, Lingkungan.

PENDAHULUAN Dalam kehidupan modern, secara sadar


permukiman diciptakan untuk meningkatkan
Dalam pembangunan, manusia merupakan produktivitas dan kualitas hidup. Untuk itu,
pelaku yang sangat berperan dan menentukan pembangunan permukiman diorganisasikan
keberhasilan dari pembangunan serta sekaligus dan diarahkan untuk mencapai suatu
juga menikmati hasil dari pembangunan kehidupan yang terus meningkat. Sedangkan
tersebut. Tujuan pembangunan pada dasarnya permukiman yang telah direhabilitasi atau juga
adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan dibangun kembali dengan maksud
kesejahteraan manusia itu sendiri, oleh karena meningkatkan kualitas penghuninya. Sumber
itu pengelolaan sumber daya alam harus daya alam terus dijaga, sehingga secara lestari
dilaksanakan dengan sebijaksana mungkin. dapat mendukung dan menampung
Manusia sebagai komponen ekosistem alam, kehidupan yang terus berkembang. Kehidupan
secara alami kehidupannya sangat tergantung yang layak tidak dapat dicapai tanpa
kepada alam atau lingkungan tempat dukungan sumber daya alam yang memadai
tinggalnya. Namun dengan kemajuan manusia yang langsung menopang kehidupan, seperti
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan air dan udara. Segala upaya yang terus
teknologi (IPTEK), manusia dapat merekayasa menerus dilakukan untuk menyerasikan,
sumberdaya alam serta memanfaatkannya memadukan dan meningkatkan nilai ekonomi,
dengan semaksimal mungkin untuk sosial serta ekologi inilah yang dapat disebut
kesejahteraannya. sebagai pengembangan permukiman yang
berwawasan lingkungan.

Vol 5. No. 1 Juni 2017 40


Perumahan dan permukiman merupakan salah lain dari kawasan perkotaan atau kawasan
satu kebutuhan dasar manusia, yang juga pedesaan. Menurut Supriyanto (2004), secara
mempunyai peran sangat strategis sebagai umum permasalahan perumahan dan
pusat pendidikan keluarga, persemaian permukiman adalah :
budaya, dan peningkatan kualitas generasi 1. Belum melembaganya sistem
mendatang, serta merupakan pengejawantahan penyelenggaraan perumahan dan
jati diri. Permasalahan perumahan dan permukiman yang meliputi :
permukiman tidak dapat dipandang sebagai a. Sistem penyelenggaraan perumahan
permasalahan fungsional dan fisik semata, dan permukiman masih belum mantap
tetapi lebih kompleks lagi sebagai baik di tingkat pusat, wilayah maupun
permasalahan yang berkaitan dengan dimensi lokal, ditinjau dari segi sumber daya
kehidupan masyarakat yang meliputi aspek manusia, organisasi, tatalaksana dan
sosial, ekonomi, budaya, teknologi, ekologi dukunganprasarana serta sarananya.
maupun politik. b. Belum mantapnya pelayanan dan akses
Sebagai bagian dari sistem masyarakat terhadap hak atas tanah untuk
internasional, penyelenggaraan perumahan perumahan, khususnya bagi kelompok
dan permukiman di Indonesia tidak dapat masyarakat miskin dan berpendapatan
dipisahkan dari beberapa agenda global yang rendah.
terkait, khusunya Agenda 21 tentang c. Belum efisiennya pasar perumahan,
pembangunan berkelanjutan dan Agenda karena adanya intervensi yang
Habitat yang telah dideklarasikan secara mengganggu penyediaan dan
bersama dalam “The United Nation menyebabkan distorsi permintaan akan
Conference on Environment and development perumahan.
di Rio de Jeneiro 1992”. Persoalan perumahan 2. Rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan
dan permukiman di Indonesia sesungguhnya perumahan yang layak dan terjangkau.
tidak terlepas dari dinamika yang terjadi a. Tingginya kebutuhan perumahan yang
dalam kehidupan masyarakat maupun layak dan terjangkau masih belum
kebijakan pemetintah baik di pusat maupun di diimbangi kemampuan penyediaan
daerah di dalam mengelola perumahan dan baik oleh masyarakat, dunia usaha dan
permukiman. pemerintah.
b. Ketidakmampuan masyarakat miskin
TUJUAN yang berpenghasilan rendah untuk
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji mendapatkan rumah yang layak dan
dan mensosialisasikan kepada masyarakat terjangkau serta memenuhi standar
tentang masalah pembangunan permukaiman lingkungan permukiman yang
yang berwawasan lingkungan responsif.
c. Belum tersedianya dana jangka
SASARAN panjang bagi pembiayaan perumahan
Sasaran yang diharapkan dari tulisan ini yang menyebabkan terjadinya
adalah agar masyarakat dan pihak-pihak yang mismitch pendanaan dalam pengadaan
terkait dapat mengetahui konsep-konsep perumahan.
permukiman yang berwawasan lingkungan. 3. Menurunnya kualitas lingkungan
permukiman.
PERMASALAHAN PERUMAHAN DAN Secara fungsional, sebagian besar kualitas
PERMUKIMAN perumahan dan permukiman masih belum
memenuhi standar pelayanan yang memadai
Pengertian dasar permukiman menurut sesuai skala kawasan yang ditetapkan, baik
Unsdang-Undang No. 1 Tahun 2011 adalah sebagai kawasan perumahan maupun kawasan
bagian dari lingkungan hunian yang terdiri dari permukiman yang berkelanjutan.
atas lebih dari satu satuan perumahan yang Secara fisik lingkungan, masih banyak
mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, ditemui kawasan perumahan dan permukiman
serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi yang telah melebihi daya tampung dan daya

Vol 5. No. 1 Juni 2017 41


dukung lingkungan diantaranya adalah dengan umumnya mengacu kepada hal-hal yang
meningkatnya lingkungan permukiman kumuh menyangkut keseuaian dengan
pertahunnya. peraturan dan keamanan serta
Secara visual lingkungan, juga terdapat keselamatan penghuni.
kecenderungan yang kurang positif bahwa Menurut Kuswartojo dan Suparti (997),
sebagian kawasan perumahan dan permukiman faktor-faktor penentu antara lain adalah :
telah mulai bergeser menjadi lebih tidak  keseuaian dengan tata kota pemerintah
teratur, kurang berjati diri, dan kurang setempat
memperhatikan nilai-nilai kontekstual sesuai  mudah dicapai
sosial budaya setempat serta nilai-nilai  harus bebas dari banjir
arsitektural yang baik.  kondisi lahan stabil
 tidak dekat dengan sumber pencemar
TINJAUAN PUSTAKA  dan menpunyai aksesibilitas yang baik
KONSEP PERMUKIMAN YANG  serta tersedianya sumber air bersih
BERWAWASAN LINGKUNGAN yang cukup
Penyelenggaraan perumahan dan
 seperti tiga dari luas lahan harus
permukiman dilaksanakan dengan
terbuka hjau
mengutamakan pencapaian tujuan
Untuk pembangunan permukiman yang
pembangunan lingkungan yang responsif,
berskala besar diwajibkan melakukan analisis
namun secara komprehensif sekaligus dapat
mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
mengakomodasikan dalam satu kesatuan
Ketidak-adaan informasi mengenai rencana
sistem dengan pencapaian pembangunan
tata ruang pada suatu wilayah dapat digantikan
sosial dan pembangunan ekonomi.
oleh informasi dari studi Analisis Mengenai
Pembangunan perumahan dan
Dampak Lingkungan tersebut.
permukiman, yang memfaatkan ruang terbesar
Disamping itu juga pembangunan
dari kawasan baik di perkotaan maupun di
permukiman baru bagi masyarakat
pedesaan merupakan kegiatan yang bersifat
berpendapatan menengah dan tinggi sangat
menerus. Karenanya pengelolaan
penting untuk memperhitungankan dampak-
pembangunan perumahan permukiman harus
dampak seperti meningkatnya arus transfortasi
senantiasa memperhatikan ketersediaan
dan kegiatan lainnya. Bangkitan kendaraan
sumberdaya pendukung serta dampak akibat
dari permukiman baru mungkin terlalu besar
pembangunan tersebut. Dukungan sumberdaya
bagi kapasitas jalan yang tersedia, sehingga
yang memadai, baik yang utama maupun
dapat meninmbulkan kemacetan.
penunjang diperlukan agar pembangunan
dapat dilakukan secara berkelanjutan, di
2. Pembebasan lahan
samping dampak pembangunan perumahan
Proses pembebasan lahan merupakan
dan permukiman terhadap kelestarian
persoalan yang sangat penting untuk dilakukan
lingkungan serta keseimbangan daya dukung
dengan benar dan baik. Karena hal ini sering
lingkungannya yang harus senantiasa
memacu permasalahan dengan masyarakat
dipertimbangkan.
setempat baik dengan yang berkenaan
Kesadaran tersebut harus dimulai sejak
langsung maupun yang tidak langsung.
tahap perencanaan dan perancangan,
Pada tahap ini sering terjadi
pembangunan, sampai dengan tahap
permasalahan sosial, terutama kalau
pengelolaan dan pengembangan, agar arah
pengembang dan pemilik lahan berbeda
perkembangan tetap selaras dengan prinsip-
pendapat tentang soal harga, atau bilamana
prinsip pembangunan berkelanjutan secara
pengguna atau pemilik tanah tidak mau
ekonomi, sosial , dan lingkungan.
melepaskan tanahnya. Pengembang dapat saja
menawarkan kerja sama dengan masyarakat
Tahap Pembangunan Fisik
setempat untuk melakukan konsolidasi lahan
1. Pemilihan lokasi
atau menjadikan masyarakat setempat sebagai
Dalam panduan perencanaan perumahan
pemegang saham pada proyek tersebut. Bila
dan permukiman, persyaratan lokasi
hal ini dapat terjadi , maka pengembang dapat

Vol 5. No. 1 Juni 2017 42


menjadi bagian yang menciptakan keadilan berakibat langsung pada perubahan bentang
dan pemerataan dalam pembangunan. alam, penggalian, potong dan papas,
penebangan pohon dan lain sebagainya.
3. Perancangan Pada pembangunan permukiman,
Pembangunan permukiman mencakup perubahan ini akan menyangkut wilayah yang
unsur lindungan atau gedung-gedung dan cukup luas, sehingga penting untuk ditelaah
sistem jejaring dan lain-lain yang diperlukan. secara tersendiri. Standar kinerja perancangan
Kedua unsur tersebut terpadu dalam satu sudah mempertimbangkan kenerja–kinerja
rancangan yang lazim disebut sebagai yang ingin dicapai diproses selanjutnya.
perencanaan tapak. Perencanaan tapak ini Menurut Handler (1970), standart kinerja yang
dapat menyangkut kawasan secara keseluruhan harus dilakukan dan dikembangkan adalah
atau juga merupakan rencana tapak individu. seperti pada tabel 1 berikut ini.
Rencana tapak ini sangat penting karena akan

Tabel 1. Standar kinerja berwawasan lingkungan

Unit Perancangan/ Tapak/Kawasan Bangunan


Standar Kinerja Internal : Eksternal Internal : Eksternal
Kinerja teknik dan : :
lingkungan : :
Kinerja manusia : :
Kinerja simbolis : :
Kinerja ekonomi : :

Perancang mungkin lebih mudah Secara eksternal, kinerja eksternal


memasukkan gagasan yang berkaitan dengan memperlihatkan bagaimana unsur buatan
kinerja teknik dan lingkungan daripada dengan memperlakukan alam atau bagaimana alam
kinerja manusia yang bersifat luas atau sosial harus diperlakukan. Sebenarnya antara
masyarakat. Demikian juga dengan kinerja eksternal dan internal dapat saling terkait pula,
ekonomi, sejauh itu menyangkut efisiensi misalnya untuk standar prosentase luas
pengembang dan positif terhadap daya jual terbangun. Luas terbangun dapat merupakan
properti. hasil pertimbangan antara unsur buatan dan
unsur buatan sendiri, tetapi juga perlu
4. Kinerja teknik dan lingkungan masukan eksternal, antara lain dengan
Secara internal, kinerja teknik dan mempertimbangkan bagaimana dampak
lingkungan mengacu kepada sejauh mana dan luasan tertutup lahan kepada alam, karena ada
seefisien apa komponen bangunan dan unsur kaitannya dengan larian air. Kinerja eksternal
fisik membangun fungsi-fungsi yang harus juga mencerminkan bagaimana hubungan
dipikulnya. Dalam rancangan tapak, hal ini antara lingkungan buatan yang terbangun
misalnya menyangkut kinerja teknik sistem dengan lingkungan buatan sekelilingnya.
jejaring : material, Ukuran; Luas tapak Pemahaman terhadap adanya
terbangun dan sebagainya. Sedangkan dalam keterkaitan yang saling mempengaruhi antara
rancangan bangunan, menyangkut hal-hal berbagai unsur ekosistem, alam umumnya
untuk menjaga keselamatan manusia dan diperlakukan sebagai objek bagaimana unsur
ketahanan bangunan, misalnya tentang tersebut dapat bermanfaat bagi manusia.
penerangan, ventilasi dan lain-lain. Kinerja Dalam perancangan arsitektur, misalnya alam
teknik dan lingkungan internal secara umum lebih dilihat untuk kepentingan struktur dan
melihat bagaimana unsur-unsur alam terhadap estetika bangunan atau ruang agar pengguna
unsur buatan dan unsur buatan terhadap unsur bangunan atau sarana tersebut merasa aman
buatan sendiri. dan nyaman. Sebagai perancang tentunya telah
memikirkan tentang daya dukung tanah, arah

Vol 5. No. 1 Juni 2017 43


pemandangan yang indah untuk menjadi b. Bekerja sama dengan ekosistem, misalnya
orientasi bangunannya, bagaimana bentang menyesuaikan batas banjir dengan
alam harus dirubah agar mendapat posisi intensitas dan frekuensi banjir yang dapat
bangunan serta ruang yang lebih baik dan diterima serta dengan melindungi sema
cantik. Manusia sebagai pengguna menjadi struktur yang rentan terhadap bahaya
sangat sentral, dan semua peraturan ditujukan banjir
untuk menjamin keselamatan, keamanan dan c. Mengikuti proses ekosistem yang ada,
kenyamanan penghuni yang lazim disebut yaitu dengan menerima ekosistem seperti
sebagai persyaratan kelaikan huni atau pakai apa adanya. Misalnya tidak membangun
itu. di wilayah-wilayah yang berpotensi terjadi
Ketika manusia mendirikan bangunan banjir, mengikuti arah angin dan cahaya
atau sarana ruang lainnya, maka dia sedang matahari.
mengintervensi kondisi ekologi ditempat
tersebut. Curahan air hujan dibuatnya tidak Tindakan layak lingkungan dalam kaitan
dapat menyerap kedalam tanah, karena tanah yang lebih teknis sifatnya, umumnya adalah
ditutup dengan bangunan dan atau pengerasan. tindakan yang menjaga keanekaragaman
Vegetasi yang dapat menahan air hujan dan hayati, misanya pada vegetasi lansekap,
melepaskannya kembali melalui penguapan ke penggunaan bahan-bahan dan peralatan yang
udara mungkin menjadi berkurang. Perubahan hemat energi dan sumberdaya alam lainnya,
bentang alam dengan papas dan isi (Cut and penggunaan bahan-bahan yang terhancurkan
Fill), mungkin memotong aliran air tanah secara alami, tidak mencemari, dapat didaur
permukaan akan mengakibatkan air larian ulang dan digunakan kembali.
yang berpotensi sebagai penyebab banjir Dalam kaitan dengan pencemaran,
menjadi semakin besar, dan ada kemungkinan transfortasi seringkali diangkat menjadi
daerah lain mengalami kesulitan untuk permasalahan dikemudian hari. Kendaraan-
memperoleh air bersih karena sumber air kendaraan bermotor, yang sering digunakan
menjadi hilang. untuk membantu mobilitas masyarakat
Suatu permukiman dapat disebut sebagai merupakan sumber pencemar udara yang
layak lingkungan, maka pertama-tama proses mungkin terbesar untuk didaerah perkotaan.
ekologi merupakan faktor yang menjadi dasar Pola penggunaan tanah dapat digunakan untuk
pengelolaannya. Perencanaan lingkungan dan menbantu mengatasi masalah tersebut,
pengelolaan tanah harus bertumpu pada misalnya dengan menggunakan
informasi ekologis tentang keterkaitan antara pengembangan kawasan campuran. Pola ini
iklim, geologi dan gemorfologi, air, tanah dan memungkinkan jarak dari tempat tinggal
hewan (Hough, 1984). Yeang (1995) ketempat kerja dan tempat –tempat kebutuhan
menyebutkan bahwa dengan pendekatan hidup sehari-hari dapat ditempuh dengan
ekologis, maka setiap tapak harus benar-benar kendaraan tidak bermotor.
dianalisis secara tersendiri, karena setiap Sebagai upaya untuk meningkatkan
tapak secara ekologis masing-masing berbeda. kualitas lingkungan alami, dalam arti menjaga
Rancangan tidak dapat dibuat semata-mata kebersihan udara dan mengurangi suhu udara
seragam untuk komoditi ekonomi tanpa lokal, serta menjaga peresapan air,
memperhatikan perbedaan ekosistem tempat penghijauan tidak dapat ditinggalkan. Upaya
pemukiman. Menurut Yeang (1995), ada 3 yang umum dianjurkan adalah dengan
strategi yang mungkin dilakukan oleh menanami semua lahan atau ruang diantara
perancang untuk merancang lingkungan bangunan, termasuk atap, dan atau dengan
binaan dalam kaitannya dengan lingkungan, membuat hutan-hutan buatan didaerah
yaitu : perkotaan. Daerah-daerah yang diperkirakan
a. Pengendalian proses ekositem, misalnya akan terkena pencemaran udara yang tinggi,
dengan membuat kolam retensi untuk seperti misalnya di daerah sekitar terminal atau
mengendalikan banjir atau memanipulasi industri semestinya pula mempunyai daerah
arah angin. hijau yang cukup luas.

Vol 5. No. 1 Juni 2017 44


Standar kinerja manusia/sosial berkembang saat ini sekarang. Keputusan
Berbagai kriteia teknik dan lingkungan, perancangan juga cenderung berorientasi
internal dan eksternal sebenarnya bermuara kedalam, misalnya kebutuhan untuk
pada kinerja manusia. Mengapa pembangunan mengamankan lingkungan umumnya
mesti berwawasan lingkungan, jawabnya mesti diselesaikan dengan menggunakan benteng
untuk kehidupan manusia itu sendiri. Menurut (pagar) dan portal-portal sekeliling kawasan
Handler (1970), kinerja manusia permukiman. Masing-masing blok dalam satu
menggambarkan keefektifan manusia secara kawasan sering melindungi dirinya sendiri
fisik, mental dan cerapan (perceptual) dan dengan portal dan polisi tidur. Cara ini, dapat
sejauh mana keefektifan fungsi serta tugas dikatakan dengan jelas membentuk segregasi
yang mereka harus jalankan dalam lingkungan antar kawasan dan menghambat mobilitas
yang dibangun tersebut. Kinerja ini mencakup penduduk.
kesehatan, kesejahteraan, kesiagaan dan Pentingnya kawasan campuran antar
efektivitas tugas. Sedangkan kriteria eksternal, status sosio-ekonomi dapat dijelaskan melalui
menyangkut hubungan unsur masyarakat teori konsumsi kolektif. Menurut Kuswartojo
dengan masyarakat dan manusia dengan dan Suparti (1977), masyarakat desa
manusia, atau menggambarkan tujuan-tujuan melakukan migrasi ke kota untuk memperoleh
sosial yang ingin dicapai. Tujuan eksternal konsumsi kolektif yang tidak ada ditempat
kemanusiaan menyangkut hubungan asalnya. Sementara masyarakat elit kota
masyarakat dan manusia di dalam lingkungan cenderung mengamankan konsumsi tersebut
yang diciptakan dan antara lingkungan yang untuk dirinya sendiri. Pembangunan kawasan
diciptakan dengan lingkungan sekitarnya. permukiman yang berwawasan lingkungan
Permukiman disyaratkan mempunyai semestinya memberikan peluang kepada
sarana pendidikan, kesehatan dan keagamaan. masyarakat yang tidak mampu untuk
Akan tetapi, permukiman itu sendiri belum memperoleh konsumsi kolektif yang tidak
dilihat sebagai suatu sarana yang harus sehat dapat dibangun atas bebannya. Dalam
bagi kehidupan sosio-ekonomi, sosio budaya keadaan seeperti ini seharusnya ada subsidi
dan sosio politik, serta sebagai tempat silang untuk pelayanan yang bersifat publik,
generasi muda berkembang dan mendapat dari masyarakat yang lebih mampu ke status
pendidikan supaya tumbuh menjadi generasi sosio-ekonomi dibawahnya. Bila rumah sangat
muda yang lebih baik di masa mendatang. sederhana atau rumah sederhana dibangun
Bilamana dalam kelaikan huni (kinerja internal) dalam kawasan tersendiri, maka kawasan
disebutkan perlunya lingkungan yang tersebut mungkin akan miskin oleh pelayanan
mendukung kesehatan jasmani penduduknya, yang diperlukan, misalnya fasilitas tempat
maka secara singkat dapat dikatakan bahwa bermain, Lapangan olahraga dan fasilitas
dalam kelaikan lingkungan, haruslah umum lainnya.
diciptakan lingkungan yang mampu
mendukung kesehatan sosial, budaya dan Kinerja simbolis
politik penghuninya. Kinerja ini lebih berkaitan dengan
Kinerja sosial dan ekonomi, estetika lingkungan, baik dalam arti
sebagaimana dikonsepkan keberlanjutan, bangunan individual maupun kawasan secara
tampaknya merupakan bagian yang sukar keseluruhan. Kinerja ini memberikan suatu
dapat dipenuhi oleh pengembang, terutama identitas kepada penghuninya, yang
pengembang skala kecil dan menengah yang mengungkapkan bagaimana lingkungan yang
berorientasi provit. Pengembang berskala bersifat perangkat keras memberikan arti
besar mungkin mempunyai kemampuan untuk kepada manusia penghuninya. Kinerja ini
berbuat lebih, akan tetapi bila tidak ada tampaknya perlu diangkat dari persoalan
insentif ekonomi, mungkin juga tidak akan sosial yang dihadapi, sehingga kinerja simbolis
tertarik. Konsep sosial tampaknya perlu ini memang mencerminkan identitas yang
dipecahkan ditingkat yang lebih makro. Cukup dikehendaki oleh penghuninya.
banyak konsep sosial yang memerlukan kajian
kembali dengan telaah-telaah sosial yang

Vol 5. No. 1 Juni 2017 45


Kinerja ekonomi permukiman untuk berpartisipasi dalam
Kinerja ini berkaitan dengan masalah mewujudkan pengembangan permukiman
alokasi sumberdaya diantara berbagai yang berwawasan lingkungan. Dalam hal
penggunaannya. Masalah ini timbul karena ini, pengembangan permukiman menjadi
sumberdaya umumnya bersifat langkah, bagian dari pemerataan kesempatan kerja
karena itu perlu ada pemanfaatan dan kepada berbagai skala usaha serta
pengalokasian yang efisien dan efektif. berbagai sarana mengembangkan
Kriteria kinerja ini adalah kemampuan untuk kemitraan antara berbagai pelaku
menghasilkan keuntungan kepada pembangunan.
pengembang dan atau investor. Dalam Pembangunan permukiman dapat
permukiman yang berwawasan lingkungan, merupakan bagian pertumbuhan ekonomi
kinerja ekonomi tidak hanya untuk mengukur dalam arti yang sangat luas, bukan hanya
efisiensi penggunaan sumberdaya dalam dalam arti swastanisasi produsen rumah.
proses pembangunan dan operasi lingkungan Kebijaksanaan ekonomi dan sektor lain untuk
yang dibangun, melainkan juga masalah memacu pertumbuhan, banyak berdampak
alokasi sumberdaya diantara berbagai pada ruang. Misalnya kegiatan eksploitasi
pengguna dilingkup yang lebih luas yaitu sumberdaya alam, akan melahirkan
masyaarakat sebagai penghuni dan kawasan permukiman bagi pekerjanya. Pembangunan
sekitarnya. semacam ini sebenarnya sama dengan
Perkara ekonomi yang paling populer pembangunan permukiman, hanya saja titik
dipembangunan adalah pemerataan dalam masuknya dari tempat kerja.
semua aspek kehidupan masyarakat. Dalam
pembangunan permukiman yang berwawasan Proses Konstruksi
lingkungan permasalahan pemerataan ini dapat Rancangan yang berwawasan
ditinjau dari beberapa aspek, seperti : lingkungan dapat merupakan awal yang baik
a. Pemerataan pembangunan dapat diartikan bagi pengembangan permukiman terencana.
secara politis, yaitu bahwa setiap daerah Akan tetapi, yang akan lebih menentukan
mendapat alokasi yang sama dalam tercapainya tujuan adalah implementasinya.
pembagunan permukiman. Dalam Bagian rancangan yang mempunyai pengaruh
pemerataan pengembangan permukiman terhadap perubahan ekologis, seperti misalnya
semestinya adalah peluang yang sama perubahan bentang alam.
bagi setiap wilayah untuk Perubahan ekologis sendiri baru akan
mengembangkan permukimannya sesuai terjadi pada tahap konstruksi, oleh karena itu
dengan karakter unsur-unsur yang ada pengawaan dan pemantauan jelas sangat
didaerah tersebut. diperlukan agar rencana yang berwawasan
b. Adanya kesempatan yang sama untuk lingkungan tidak diubah kearah sebaliknya
mendapatkan akses kepada semberdaya demi mengejar efesiensi dan keuntungan
alam, yaitu tanah, air dan udara yang semata. Kondisi lingkungan alami yang
bersih. Jika sumberdaya alam ini hanya mungkin akan mengalami perubahan terutama
dikuasai oleh sebahagian kecil masyarakat adalah :
maka akan terjadi permasalahan a. perubahan rona awal kawasan lingkungan
dikemudian hari antar pengembang b. Penggalian dan penimbunan serta
dengan penghuni atau antar penghuni menghilangnya berbagai macam flora dan
dengan penghuni lainnya. fauna
c. Adanya peluang yang sama bagi semua c. Tanah yang dibiarkan terbuka tanpa
kelompok masyarakat untuk tanaman dan pepohonan akan mudah
mengembangkan dan memperoleh menimbulkan erosi yang dapat
permukiman yang sesuai dengan karakter menyebabkan pendangkalan sungai, banjir
dan unsur-unsur yang mendukung kedaeah yang lebih rendah.
kehidupannya. d. Terjadi pencemaran air, udara dan
d. Adanya peluang yang sama bagi semua kebisingan
pelaku yang terlibat dalam pengembangan

Vol 5. No. 1 Juni 2017 46


Kegiatan penggalian dan penimbunan sampah harus dikurangi dan banyak digunakan
yang dilakukan dengan tidak secara cermat, sebagai bahan pengelolaan 4 R (Renewal,
dapat membahayakan penduduk setempat yang Reuse, Recycling dan Regeneration).
menggunakan areal konstrusi untuk lalu lintas Dalam hal tahap prakonstruksi,
atau tempat bermain lainnya. pelaksanaan pengelolaan sampah akan sangat
ditentukan oleh prilaku penghuninya sendiri.
Proses Penghunian dan Biokimia manusia Di kawasan perkotaan, masalah sampah sudah
Tujuan sosio-ekonomi pembangunan ditangani oleh pemerintah kota malalui dinas
akan tampak jelas bilamana permukiman kebersihan dan keindahan kota sampai
sudah dihuni. Bila dikemudian hari terwujud kepemerintahan paling rendah yaitu rukun
suatu komunitas yang mampu memelihara dan tetengga. Tetapi semakin tingginya
mengembangkan kehidupan sosial serta pertambahan penduduk dan perkembangan
lingkungan fisik, tidak saja secara internal, permukiman dikawasan perkotaan,
melainkan juga dengan lingkungan pertambahan volume sampah akan semakin
disekitarnya. Maka satuan permukiman banyak pula sehingga sulit untuk dikendalikan.
tersebut dapat memberikan harapan lebih pasti Dalam membantu perintah untuk memecahkan
akan terwujudnya cita-cita pembangunan yang permasalahan sampah dikawasan permukiman
berkelanjutan (sustainable development). perlu adalah usaha kreatif dari masyarakat
Proses penghunian umumnya tidak segera seperti misalnya pendaur-ulangan dan
berlangsung meskipun fasilitas yang tersedia pembuatan kompos. Setiap rumah tangga
sudah selesai dibangun, karena komunitas dapat berperan membantu proses pembuangan
masih memerlukan waktu untuk tumbuh sampah ini, misalnya dengan memisahkan
berkembang. Menurut Kuswartojo dan Suparti sampah organik dan sampah anorganik.
(1997), hal –hal yang sangat pentig menjadi
perhatian dalam merujudkan permukiman Pemeliharaan kawasan permukiman,
berwawasan lingkungan adalah : Pemeliharaan lingkungan di perumahan
Proses penghunian yang terhambat dan permukiman sering menjadi permasalahan
secara ekologi sangat tidak menguntungkan, bagi penghuni, pengembang dan pemerintah
karena pekarangan yang dibiarkan tidak setempat terutama pada ruang-ruang terbuka
ditanami tanah mudah tererosi dan dapat untuk kepentingan umum. Daerah-daerah ini
mendangkalkan saluran-saluran pembuangan dapat meliputi jalan-jalan utama, pedestrian,
air. Pada pembangunan permukiman rumah taman-taman dan jalur hijau terbuka.
sederhana secara umum terdapat tenggang Sedangkan daerah-daerah yang masih dapat
waktu cukup lama untuk mewujudkan diidentifikasikan menjadi bagian penghuni,
permukiman berwawasan lingkungan kareana seperti misalnya penggalan jalan dan saluran
banyak pembatas-pembatas yang dihadapi oleh air hujan di muka rumah, biasanya dipelihari
penghuni. Tetapi bagi permukiman oleh penghuni masing-masing.
masyarakat kelas menegah keatas, proses
mewujudkan permukiman berwawasan SIMPULAN
lingkungan relatif lebih cepat karena semua
fasilitas sudah dibuat oleh pengembang. 1. Permukiman adalah area tanah yang
Sampah (waste) merupakan masalah digunakan sebagai lingkungan tempat
yang sangat krusial bukan saja diperkotaan, tinggal atau lingkungan hunian dan tempat
dipermukiman tetapi juga sudah masuk kegiatan yang mendukung perikehidupan
kewilayah pedesaan karena sampah akan dan merupakan kawasan perkotaan maupun
berdampak terhadap kehidupan masyarakat. pedesaan.
Keberadaan sampah di kawasan permukiman 2. Pembangunan berwawasan lingkungan atau
yang tidak ditangani dengan baik akan sangat pembangunan berkelanjutan (sustainable
mengganggu kesehatan dan kenyamanan development) adalah adalah uapaya sadar
masyarakat terutama oleh penghuni kawasan dan berencana dalam menggunakan dan
permukiman tersebut. Konsep permikiman mengelola sumberdaya secara bijaksana
berwawasan lingkungan menganjurkan bahwa dalam pembangunan yang

Vol 5. No. 1 Juni 2017 47


berkesinambugan untuk meningkatkan
mutu hidup
3. Syarat-syarat permukiman yang
berwawasan lingkungan adalah bebas dari
bencara banjir, jauh dari sumber pencemar
dan kebisingan, kondisi lahan yang stabil,
tersedianya sumber air bersih yang cukup,
mudah dijangkau atau mempunyai
aksesibilitas yang baik.
4. Tujuan sosio-ekonomi pembangunan akan
tampak jelas bilamana permukiman sudah
dihuni. Bila dikemudian hari terwujud suatu
komunitas yang mampu memelihara dan
mengembangkan kehidupan sosial serta
lingkungan fisik, tidak saja secara internal,
melainkan juga dengan lingkungan
disekitarnya. Maka satuan permukiman
tersebut dapat memberikan harapan lebih
pasti akan terwujudnya cita-cita
pembangunan yang berkelanjutan
(sustainable development).

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, Undang-Undang Republik
Indonesia No.32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup

Handler, Benyamin, 1970. System Approach


to Architecture. Amerika Elsivier
Publishing Company

Hough, Michael, 1989. City Form and Natural


Process, Towards a NewUrban
Vernacular. London, Routledge

Kuswartojo, Tjuk dan Suparti, Amir Salim


(1997). Perumahan dan Permukiman
yang Berwawasan Lingkungan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta Indonesia.

Yeang, Ken. 1995. Designing With Nature,


The Ecological Basis for architectural
Design. MicGraw Hill, Inc.

Vol 5. No. 1 Juni 2017 48

Anda mungkin juga menyukai