KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT AMANAH UMAT PURWOREJO
NOMOR: 197/SK.3.2/II/2019
TENTANG
PANDUAN INDIKATOR MUTU
RUMAH SAKIT AMANAH UMAT PURWOREJO
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT AMANAH UMAT PURWOREJO
NOMOR : 197/SK.3.2./II/2018
TENTANG
PANDUAN INDIKATOR MUTU
RUMAH SAKIT AMANAH UMAT PURWOREJO
MENIMBANG :
a. Bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki
peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan
derajat kesehatan masyarakat;
b. Bahwa rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien
c. Sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit;
d. Bahwa rumah sakit berkewajiban membuat, melaksanakan, dan
menjaga standar mutu pelayanan kesehatan sebagai acuan dalam
melayani pasien;
e. Bahwa untuk memudahkan dalam pemilihan, pelaksanaan,
penerapan dan pengukuran indikator mutu pada setiap unit, rumah
sakit menyusun panduan indikator mutu;
f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
a,b, c dan d, perlu diterbitkan Surat Keputusan Direksi tentang
Panduan Indikator Mutu di Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo.
MENGINGAT :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Praktik Kesehatan
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2009 tentang
Praktik Kedokteran.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
1333/MENKES/SK/XII/1999 Tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan Pasien 3
Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK II/2008 tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
7. Specification Manual for The Joint Commission International
Library of Measures Version 2,0 Januari 2013
8. Surat Keputusan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Nomor : 562.62/001/IORS/I/2018 tentang Ijin
Operasional dan Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Amanah
Umat Purworejo .
9. Surat Keputusan Direktur Utama PT. Amanah Kesehatan Umat
Purworejo Nomor: AKU.002/SK.3.1/IX/2016 Tentang pengangkatan
Direksi Rumah Sakit Umum Amanah Umat Purworejo Masa Bakti
23 September 2016 sampai dengan 23 September 2021
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN :
Ditetapkan di : Purworejo
Tanggal : 08 Februari 2018
Lampiran
Keputusan Direktur Rumah Sakit Amanah
Umat Purworejo
Nomor : 197/SK.3.2/II/2018
Tanggal : 08 Februari 2018
Tentang : Panduan Indikator Mutu Rumah
Sakit Amanah Umat Purworejo
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT AMANAH UMAT PURWOREJO
NOMOR : 197/SK.3.2/II/2018
TENTANG
PANDUAN INDIKATOR MUTU
RUMAH SAKIT AMANAH UMAT PURWOREJO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu pelayanan rumah sakit merupakan derajat kesempurnaan pelayanan
rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat/ konsumen akan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dengan menggunakan
potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan
efektif serta di berikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika,
hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah dan masyarakat sebagai
konsumen.
Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan 3 (tiga) variabel, yaitu:
1. Input (struktur) ialah segala sumber daya yamg diperlukan untuk
melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas,
peralatan, bahan teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain. Pelayanan
kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula.
Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah dalam
perencanaan dan penggerakan
2. pelaksanaan pelayanan kesehatan.
3. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan
konsumen (pasien/ masyarakat). Proses ini merupakan variabel
peningkatan mutu yang penting.
4. Output/ outcome ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan
yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Memberikan panduan dalam pelaksanaan indikator mutu pada tiap unit RS
terkait untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo.
2. Tujuan khusus :
a. Dapat terselenggaranya pemilihan indikator mutu sesuai dengan yang
diperlukan tiap-tiap unit RS.
b. Memudahkan unit dalam pelaksanaan, penerapan dan pengukuran
indicator mutu.
c. Memperjelas alur pelaksanaan dan pelaporan untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan indikator mutu.
BAB II
DEFINISI
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan
untuk mengukur mutu pelayanan rumah sakit. Berikut beberapa definisi aspek-aspek
dalam pelaksanaan indikator mutu.
A. Indicator
Indikator adalah suatu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan
dengan
menggunakan instrumen. Menurut WHO, indikator adalah variabel yang
digunakan
untuk mengukur perubahan. Indikator yang ideal harus memiliki 4 (empat)
kriteria:
1. Sahih (valid), yaitu benar-benar dapat dipakai untuk mengukur aspek
yang akan dinilai.
2. Dapat dipercaya (reliable), yaitu mampu menunjukkan hasil yang
sama pada saat yang dinilai berulangkali, untuk waktu sekarang
maupun yang akan datang.
3. Sensitif, yaitu cukup peka untuk mengukur, sehingga jumlahnya tidak
perlu banyak.
4. Spesifik, yaitu memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas.
B. Mutu
Menurut Crosby, mutu adalah sesuai yang disyaratkan atau distandarkan
(Conformance to requirement), yaitu sesuai dengan standar mutu rumah
sakit yang telah ditentukan, baik inputnya, prosesnya maupun outputnya.
C. Indikator Mutu
Indikator mutu adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
mutu keadaan atau status dan memungkinkan dilakukan pengukuran
terhadap perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu atau tolok ukur
presentasi kuantitatif/ kualitatif yang digunakan untuk mengukur
terjadinya perubahan terhadap besaran target atau standart yang telah
ditetapkan sebelumnya/cara untuk menilai mutu atau kualitas dari suatu
kegiatan dalam hal ini mutu pelayanan di rumah sakit.
D. Indikator Mutu Utama
Adalah indikator mutu yang diutamakan yang akan diimplementasi di
rumah sakit meliputi kegiatan: penyusunan indikator mutu, sosialisasi, uji
coba, implementasi, validasi, analisa, pencatatan dan pelaporan,
benchmarking, publikasi, monitoring dan evaluasi, pelaporan ke direksi
dan yayasan dengan kriteria high risk, high volume, high cost dan
problem prone. Sedangkan indikator mutu yang lainnya akan tetap
dijadikan indikator mutu unit.
E. Indikator Mutu Unit
Adalah indikator mutu yang tetap dijalankan pada unit terkait, sebagai
upaya peningkatan mutu pelayanan. Dimana kegiatan validasi,
monitoring dan evaluasi dan bencmarking dilakukan menyusul setelah
indikator mutu utama terlaksana sesuai dengan yang diharapkan.
F. Indikator Mutu Area Klinis
Indikator mutu area klinis adalah cara untuk menilai mutu atau kualitas
dari suatu kegiatan dalam hal ini mutu pelayanan di rumah sakit yang
berkaitan langsung dengan proses perawatan dan pelayanan terhadap
penyakit pasien (kepentingan klinis).
G. Indikator Mutu Area Manajerial
Indikator mutu area manajerial adalah cara untuk menilai mutu atau
kualitas dari suatu kegiatan dalam hal ini mutu pelayanan di rumah sakit
yang berkaitan dengan proses me-manage/ mengatur dalam hal
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Dimana
penyelesaian pekerjaan inti melalui orang lain (definisi menurut Mary
Parker Follet). Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal/ target.
H. Indikator Mutu Area Sarana Keselamatan Pasien
Indikator mutu area sasaran keselamatan pasien adalah cara untuk menilai
mutu atau kualitas dari suatu kegiatan dalam hal ini mutu pelayanan di
rumah sakit dalam upaya menurunkan angka kejadian/ insiden di rumah
sakit untuk meningkatkan keselamatan pasien.
I. Kamus Profil Indikator
Kamus profil indikator berisi poin- poin indikator mutu dari tiap unit
rumah sakit, di dalamnya mencakup judul, dimensi mutu, tujuan, definisi
operasional, nominator, denominator, frekuensi pengumpulan data,
periode analisa, sumber data, PIC, standar dari indikator mutu sebagai
acuan dalam pelaksanaan indikator mutu.
J. Dimensi Mutu
Suatu pandangan dalam menentukan penilaian terhadap jenis dan mutu
pelayanan dilihat dari akses, efektifitas, efisiensi, keselamatan dan
keamanan kenyamanan, kesinambungan pelayanan, kompetensi teknis,
dan hubungan antar manusia berdasarkan WHO.
K. Definisi Operasional
Dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari indikator.
L. Frekuensi Pengumpulan Data
Adalah frekuensi pengambilan data dari sumber data untuk tiap indicator.
M. Periode Analisa
Adalah rentang waktu pelaksanaan kajian terhadap indikator kinerja yang
dikumpulkan.
N. Numerator/ Pembilang
Adalah besaran sebagai nilai pembilang dalam rumus indikator kinerja
O. Denumerator/ Penyebut
Adalah besaran sebagai nilai pembagi dalam rumus indikator kinerja
P. Sumber Data
Adalah sumber bahan nyata/ keterangan yang dapat dijadikan dasar kajian
yang berhubungan langsung dengan persoalan
Q. Standar/ Target
Adalah nilai atau ukuran pencapaian mutu/ kinerja tertentu yang telah
ditetapkan dan wajib dicapai langsung atau bertahap berdasarkan
kemampuan pemilik rumah sakit.
Standar adalah sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas,
berat, nilai atau mutu. Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan
acuan dari berbagai sumber, benchmarking dengan rumah sakit yang
setara, berdasarkan tren yang menuju kebaikan
R. Populasi
Adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2007:90)
S. Sampel
Adalah bagian dari jumlahdan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut
BAB III
RUANG LINGKUP
Konten form profil indikator mutu meliputi: judul indikator, dimensi mutu,
tujuan, definisi operasional, frekuensi pengumpulan data, periode analisa,
numerator, denumerator, sumber data, standar, penanggungjawab. (Sumber:
dr. Luwharsih)
1. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2007:90)
2. Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil
menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan
dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Pada
penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan
menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan adalah kekayaan informasi.
Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya
lebih bermanfaat.
Indikator mutu terpilih yang telah disetujui oleh direksi dan disepakati
bersama dilakukan sosialisasi kepada unit terkait, agar unit terkait dapat
melakukan tindak lanjut. Sosialisasi indikator mutu antara lain dilaksanakan
di website, media informasi, dan sosialisasi baik tertulis maupun lisan.
Uji coba indikator mutu terpilih pada unit terkait dalam waktu 1 (satu) bulan
atau dalam waktu yang telah ditentukan.
Revisi dari hasil uji coba indikator mutu terpilih dari unit terkait.
Penerapan indikator mutu pada unit terkait untuk dilaksanakan dalam rangka
Total sampel
7. Data baik jika hasil ketidak akurasian data tidak melebihi dari 10 %
8. Data hasil ketidakakurasian ≥ 10 %, maka dilakukan corrective action,
kemudian di implementasikan kepada unit terkait, setelah corrective action
dilakukan; lakukan proses pengumpulan data lagi sampai akurasi data
mencapai >90%.
9. Data dari sasaran mutu baru, setelah corrective action dilakukan
pengukuran frekuensi analisa data oleh unit.
10. Penentuan frekuensi analisa data sasaran mutu corrective action sesuai
dengan kebutuhan dan urgensi dari proses pengumpulan data tersebut
yang ditentukan oleh Direktur.
11. Tampilan data hasil analisa setelah corrective action, dengan
menggunakan data statistik deskriptif pada tinjauan manajerial/ rapat
pimpinan.
12. Komite Mutu melaporkan hasil analisa data corrective action kepada
Direktur Rumah Sakit untuk mendapatkan legalitas sesuai dengan tujuan
validasi data terutama untuk kepentingan publikasi pimpinan rumah sakit
memastikan reliabilitas data.
Analisa data secara diskriptif (meliputi tampilan dan kesesuaian hasil sesuai
target). Instrumen atau data yang diorganisir, diklasifikasi sampai
pengambilan keputusan yang digunakan dalam setiap langkah untuk
mengukur hasil akhir.
a. Di dalam RS/trend
b. Dengan RS lain
c. Dengan standar
d. Dengan best practice
Jika hasil lebih jelek dari standar dilakukan langkah sesuai siklus PDCA:
Plan : plan lagi sesuatu yang baru, redesign lagi sesuatu yang baru
Do : lakukan trial selama 3 (tiga) bulan
Cek :cek/diukur penggunaannya selama 3 (tiga) bulan. Selama
proses kerja baru wajib membuat sasaran mutu atas proses
kerja baru tersebut, untuk menentukan bagus atau tidak.
Action :action apabila ada yang perlu dibenahi kembali SPO sasaran
mutu tersebut
Dalam program menjaga mutu, pelaksanaan kegiatan ini tercakup dalam suatu
siklus kegiatan tertentu yang dikenal dengan nama siklus PDSA ( Plan, Do,
Study, Action).
1. Design
Tahap dalam siklus layanan dan sebuah element yang penting didalam
suatu perubahan dalam rangka peningkatan mutu dan keselamatan pasien,
peran design dalam proses perubahan dapat di jelaskan sebagai
perancangan dari fungsi proses peningkatan mutu dan keselamatan pasien
di Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo.
2. Meassure
Untuk menilai dari suatu design yang telah dibuat dilakukan proses
meassure yaitu pengukuran terhadap proses peningkatan mutu dan
keselamatan pasien yang dapat menentukan kinerja sekarang dan sebelum
mengalami perubahan dalam pelaksanaan penialian tersebut
menggunakan internal database
3. Assess
Data dari unit yang telah dimasukkan dalam internal data base kemudian
dilakukan analisa terhadap data tersebut dengan menyesuaikan dengan
SPO dan informasi yang ditampilkan. Untuk dilakukan validasi dari data
yang di input apakah sudah sesuai dengan SPO yang ada. Sehingga dapat
dilakukan perbandingan pada informasi yang muncul dan dapat diambil
keputusan untuk perbaikan pada prioritas.
4. Improvement
Dari data yang telah dikumpulkan dilakukan perbaikan inovasi yang
dapat memunculkan trobosan baru dalam peningkatan mutu dan
keselamatan pasien sehingga dapat diputuskan proses perbaikan
selanjutnya.
5. Redesign
Perbaikan dari keseluruhan proses yang ada dalam siklus monitoring dan
evaluasi harus bersifat mencakup pada semua aspek yang berkaitan
dengan proses PMKP,proses ini terus berputar sehingga dapat
memonitoring dan mngevaluasi suatu progam yang berjalan sesuai
dengan pedoman yang ada.
Q. Pelaporan Ke Direksi
BAB IV
TATALAKSANA
1. Profil Indikator Mutu Unit Rumah Sakit Amanah Umat Purworejo ini menjadi
acuan bagi seluruh unit di RS.
2. Profil ini di susun dan di terapkan dalam rangka meningkatkan mutu dan
keselamatan pasien di rumah sakit.
3. Dalam menyusun Profil ini, hal-hal yang di perhatikan :
a. Keselamatan Pasien, pada setiap jenis pelayanan kesehatan perorangan di
Rumah Sakit wajib mengutamakan keselamatan pasien.
b. Pelayanan fokus pada pasien, merupakan pelayanan yang menghormati
dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai pasien menjadi
panduan bagi semua keputusan klinis.
c. Konsensus, berdasarkan kesepakatan bersama berbagai komponen atau
sektor terkait dari unsur-unsur kesehatan dan unit terkait yang secara
rinci.
d. Sederhana, Pofil ini di susun dengan kalimat yang mudah di mengerti dan
di pahami.
e. Nyata, Profil ini di susun dengan memperhatikan dimensi waktu, ruang
dan persyaratan atau prosedur teknis.
f. Terukur, seluruh indikator dan standar di dalam Panduan ini dapat di ukur
baik kualitatitif ataupun kuantitatif.
g. Terbuka, Profil ini dapat di akses oleh seluruh Pegawai.
h. Terjangkau, Indikator mutu dapat di capai dengan menggunakan sumber
daya dan dana yang tersedia.
i. Akuntabel, Indikator mutu dapat di pertanggung jawabkan kepada Publik.
j. Bertahap, Indikator mutu ini mengikuti perkembangan kebutuhan dan
kemampuan keuangan, kelembagaan dan personil dalam pencapaiannya
di RS.
No. Unit Judul indicator standar
Kepatuhan dokumentasi 80 %
asuhan keperawatan
2. Efektifitas
3. Aksesibilitas
V
4. Keselamatan
V pasien
5. Fokus kepada
6. Kesinambungan
Tujuan Terlaksananya proses identifikasi pasien agar menjamin keselamatan
pasien.
Definisi Identifikasi pasien adalah proses pengecekan identitas pasien
Operasional menggunakan minimal 2 identitas dari 3 identitas yang tercantum pada
gelang, label atau bentuk identitas lainnya sebelum memberikan
pelayanan sesuai dengan regulasi yang berlaku di rumah sakit.
Disebut patuh bila proses identifikasi pasien dilakukan secara benar oleh
petugas pada saat, antara lain :
1. pemberian obat
2. pemberian pengobatan termasuk nutrisi
3. pemberian darah dan produk darah
4. pengambilan specimen
5. sebelum melakukan tindakan diagnostik / therapeutic.
2. Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Cedera akibat Pasien Jatuh pada pasien
Rawat Inap
Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Cedera akibat Pasien Jatuh pada pasien Rawat Inap
Area SKP
judul Indikator Kepatuhan Upaya Pencegahan Risiko Cedera akibat Pasien Jatuh pada
pasien Rawat Inap
Dasar Permenkes 11/2017 tentang SKP
pemikiran
Dimensi Mutu 1. Efisiensi
2. Efektifitas
3. Aksesibilitas
v 4. Keselamatan
5. Fokus kepada
v pasien
6. Kesinambungan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan efektif bagi
pasien dalam upaya mencapai pemenuhan sasaran keselamatan pasien.
Definisi Upaya pencegahan jatuh meliputi :
Operasional 1. Screening di rawat jalan/ IGD
2. Asesmen awal risiko jatuh
Asesmen Awal risiko jatuh adalah penilaian dengan Asesmen
Resiko Jatuh dalam waktu 4 jam dan pasien masuk rumah sakit dan
mencatat hasil asesmen awal ke dalam rekam medik pasien.
• Asesmen resiko jatuh pada pasien dewasa menggunakan “ Morse
Fall Scale (MFS)”.
• Asesmen resiko jatuh pada pasien anak menggunakan” The
Humpty Dumpty Scale “.
• Assesmen resiko jatuh pada usia di atas 60 thun dengan “Sydney
Scale”
- Tindakan pencegahan standar pasien dengan risiko jatuh
dilakukan pada pasien dengan resiko jatuh rendah dan resiko
jatuh sedang.
- Tindakan pencegahan pada pasien dengan resiko tinggi jatuh
dilakukan pada pasiendengan risiko jatuh tinggi
3. Assesment Ulang risiko jatuh
Asesmen Ulang risiko jatuh adalah Asesmen ulang tentang resiko
jatuh yang dilakukan: setiap pergantian shift, saat transfer ke bagian
/ unit lain,keluar rumah sakit, adanya perubahan kondisi pasien,
adanya kejadian jatuh pada pasien.
4. Edukasi pencegahan pasien jatuh.
Edukasi pencegahan pasien jatuh adalah:
Faktor resiko pasien jatuh.
Tingkat resiko jatuh.
Akibat dan pencegahan dari resiko jatuh
Disebut patuh apabila melaksanakan seluruh upaya pencegahan jatuh pada
pasien yang berisiko sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh rs.
Catatan :
1. Assessment awal hanya dilakukan pada pasien rawat inap
2. Untuk pasien rawat jalan dan IGD hanya dilakukan screening
Jenis Indikator
v
Struktur Proses Outcome Proses & Outcome
Numerator Jumlah kasus yang mendapatkan ketiga upaya pencegahan pasien jatuh
(pembilang)
Denominator Jumlah kasus yang berisiko jatuh. Semua pasien
(penyebut)
Target 100%
Pencapaian
Kriteria:
- Inklusi Semua kasus berisiko jatuh
- Eksklusi Pasien yang tidak dapat dilakukan asesmen ulang maupun edukasi seperti
pasien meninggal, pasien gangguan jiwa yang sudah melewati fase akut,
dan pasien menolak edukasi.
Formula N/D x 100%
Sumber data Rekam Medis pasien rawat inap
Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data
Periode analisis 3 bulan
Cara Retrospektif
Pengumpulan
Data
Rencana Menggunakan diagram Garis atau diagram batang:
Analisis Data - diagram garis digunakan untuk menampilkan data dari waktu ke waktu
- diagram batang digunakan untuk menampilkan data perbandingan antar
unit
Instrumen 1. formulir sensus harian
Pengambilan 2. formulir rekapitulasi bulanan
Data
Metodologi Retrospektif
pengumpulan Sensus harian
data
Standart 85 %
Penanggung IPCN
jawab
pengumpul data
Metodologi Retrospektif
pengumpulan Sensus harian
data
Standart 2%
perifer X 1000
data
a. Criteria
Inklusi
Metodologi □ Retropektif
pengumpulan □ Concurrent
data
Standart 2%
Frekwensi Perbulan
penilaian data
Periode Perbulan
Pelaporan
Cakupan data Semua pasien yang terpasang kateter urine menetap ≥ 24 jam
Metodologi □ Retropektif
pengumpulan □ Concurrent
data
Standart 4.7 %
Frekwensi Perbulan
penilaian data
Periode Perbulan
Pelaporan
a. Criteria
Inklusi
Metodologi □ Retropektif
pengumpulan □ Concurrent
data
Standart 0%
Frekwensi Perbulan
penilaian data
Periode Perbulan
Pelaporan
Mekanisme 1. IPCLN melakukan surveilans rutin kejadian decubitus
2. Mengisi lembar surveilans
3. Mencatat dalam formulir pemantauan data
4. IPCLN melaporkan kecurigaan kejadian deubitus ke
IPCN
5. IPCN melakukan validasi data dan supervisi kejadian
decubitus
b. Criteria -
Ekslusi
Metodologi □ Retropektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Standart 100 %
Frekuensi 3 bulanan
pengumpulan
data
Warna Merah:
Warna Kuning:
Warna Hijau:
Kriteria Penilaian :
Numerator Jumlah KKM, KKK dan KKH yang sudah ditanggapi dan
ditindaklanjuti
Denumerator Jumlah seluruh KKM, KKK dan KKH
keluhan
data
a. Criteria
Inklusi
b. Criteria -
Ekslusi
Frekuensi Bulanan
analaisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Metodologi PDSA
analisa data
Penanggung PKRS
jawab
pengumpul
data
a. Criteria
Inklusi
b. Criteria -
Ekslusi
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 80 %
pencapaian
Metodologi PDSA
analisa data
Mekanisme
data
a. Criteria
Inklusi
b. Criteria -
Ekslusi
Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data
Frekuensi 3 bulanan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 80 %
pencapaian
Metodologi PDSA/RCA
analisa data
data
a. Criteria
Inklusi
b. Criteria -
Ekslusi
Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data
Frekuensi 3 bulanan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 5%
pencapaian
Metodologi PDSA
analisa data
a. Criteria
Inklusi
b. Criteria -
Ekslusi
Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data
Frekuensi 3 bulanan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 100 %
pencapaian
Metodologi RCA
analisa data
Catatan:
d. RS Swasta
Numerator Jumlah visite dokter spesialis sebelum jam 14:00 pada hari
berjalan
data
b. Criteria -
Ekslusi
Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data
Frekuensi 3 bulanan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 100 %
pencapaian
Metodologi PDSA
analisa data
Numerator Jumlah kumulatif pasien pulang rawat inap yang dinilai dalam
satu bulan
Denumerator Jumlah total pasien pulang rawat inap yang dinilai dalam satu
bulan.
data
a. Criteria
Inklusi
Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data
Frekuensi 3 bulanan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 100 %
pencapaian
Metodologi PDSA
analisa data
Area Klinis
data
a. Criteria
Inklusi
Frekuensi Bulanan
pengumpulan
data
Frekuensi 3 bulanan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 60 %
pencapaian
Metodologi PDSA
analisa data
Area Klinik
data
a. Criteria
Inklusi
Frekuensi mingguan
pengumpulan
data
Frekuensi Bulanan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 80 %
pencapaian
Metodologi PDSA
analisa data
Numerator Jumlah foto rontgen yang dibaca dan diverifikasi oleh dokter
spesialis radiologi dalam 1 bulan
data
a. Criteria
Inklusi
b. Criteria Pasien rawat jalan
Ekslusi
Frekuensi 1 bulan
pengumpulan
data
Frekuensi 3 bulan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 100 %
pencapaian
Metodologi PDSA
analisa data
Mekanisme
Area Klinis(wajib)
Definisi Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium adalah waktu yang
operasional diperlukan untuk memberikan jawaban kepada dokter yang
mengirim setelah keluar hasil pemeriksaan dan mulai dibaca
oleh dokter atau analis laboratorium sampai hasilnya diterima
oleh dokter yang mengirim (lisan atau tulisan).
a. Criteria
Inklusi
Frekuensi mingguan
pengumpulan
data
Frekuensi Bulanan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 100 %
pencapaian
Metodologi PDSA
analisa data
Mekanisme
Area Klinis
berdasarkan:
data
Frekuensi Bulanan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan
data □ sensus harian
Target 100 %
pencapaian
Metodologi PDSA/RCA
analisa data
21. Kelengkapan asessmen medis dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk
rawat inap
Kelengkapan Asessmen Medis Dalam Waktu 24 Jam Setelah Pasien Masuk
Rawat Inap
Area Klinis
Denumerator Jumlah total pasien yang masuk rawat inap dalam waktu 24 jam
data
Frekuensi Bulanan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 100 %
pencapaian
Metodologi PDSA/RCA
analisa data
Area Klinis
Penanggung Nutrisionis
jawab
pengumpul data
a. Criteria
Inklusi
b. Criteria -
Ekslusi
Frekuensi mingguan
pengumpulan
data
Frekuensi Bulanan
analisa data
Metodologi □ Retrospektif
pengumpulan □ sensus harian
data
Target 0%
pencapaian
Metodologi PDSA
analisa data
Indikator mutu utama terpilih yang telah disetujui oleh direksi dan
disepakatibersama dilakukan sosialisasi kepada unit terkait, agar unit terkait
dapat melakukan tindak lanjut. Sosialisasi indikator mutu antara lain
dilaksanakan di website (IT Blog), media informasi, majalah dinding (mading)
dan sosialisasi baik tertulis maupun lisan.
Pencatatan adalah catatan pada sensus harian unit rumah sakit tentang
pelaksanaan indikator mutu utama pada unit terkait. Pelaporan berisi laporan
hasil pelaksanaan indikator mutu pada unit terkait. Pelaporan dari unit ke komite
mutu setiap 1 (satu) bulan, pelaporan dari komite ke direksi setiap 3 (tiga) bulan,
pelaporan dari direksi ke yayasan setiap 1 (satu)tahun.
3. Formulir laporan bulanan (form B) rumah sakit diisi oleh manajer/ Kabag/
Kasi/ Kepala Instalasi/ Penanggung jawab unit terkait berdasarkan pada
data-data yang ada pada form. A. Formulir ini harus sudah diserahkan
selambat-lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya pada komite mutu.
6. Hasil analisa rekapitulasi (selesai di komite mutu sampai tanggal 15) dari
indikator mutu pelayanan rumah sakit oleh komite mutu harus dilaporkan
pada direktur selambat-lambatnya tanggal 18 bulan berikutnya.
a. FORM A. Sensus Harian Indikator Mutu Dari Unit Kepada Komite
UNIT : ………
JUDUL INDIKATOR AREA : ……… (Misal kelengkapan pengkajian awal pasien baru di IGD
dalam 24 jam – Area Klinis
BULAN : ………
TAHUN : ………
AREA MONITORING : ……… (Rawat Jalan/ Rawat Inap, dll)
SUMBER DATA : ……… (Populasi >1000, sampel 10%; populasi ≥100, sampel
30%; populasi <100, sampel 100%
Tanggal Tabulasi Jumlah Indikator Tabulasi Jumlah Indikator
Numerator Denumerator
(sesuai dengan formula) (sesuai dengan formula)
10
30
Jumlah
Purworejo………………….2018
Penanggungjawab
Manajer/ Kepala Bagian/ Kasi/
Verifikator Indikator Mutu Utama/
Kepala Instalasi - Penanggung jawab
Indikator Mutu Unit
Unit
Nama Unit :
Indikator Sasaran Mutu :
Area :
Numerator :
Denumerator :
……………………………………….……………………………………….
……………………………………….……………………………………….
……………………………………….……………………………………….
……………………………………….……………………………………….
……………………………………….……………………………………….
……………………Rekomendasi
……………………………………….……………………………………….
……………………………………….……………………………………….
……………………………………….……………………………………….
……………………………………….……………………………………….
……………………………………….……………………………………….
……………………
BAB VI
ANALISA MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
Beberapa tahapan harus dilalui pada waktu menerima data-data dari unit:
a. Pemeriksaan tentang kelengkapan dan kebenaran laporan yang diterima.
Hal ini penting untuk menjamin validitas dan akurasi data secara statistik
b. Adanya pemahaman bahwa yang diperhatikan adalah pelayanan yang jelek
saja sedang yang baik tidak perlu diperhatikan.
c. Untuk mendapatkan gambaran umum dari data yang terkumpul, perlu
disusun table umum, bar chart dan line graft untuk seluruh bulan. Pada
visualisasi data tersebut dapat dipilih kecenderungnan dari tingkat mutu
pelayanan yang diukur
d. Untuk mengetahui apakah tingkat mutu pelayanan yang dicapai pada bulan
tertentu perlu diketahui beberapa angka sederhana yang ada pada statistik
deskriptif, antara lain angka rata-rata (mean), angka simpangan (SD,
Standar Deviasi), dan rentang (range). Pengukuran cara sederhana ini
disebut time series analysis (Analisis Kecenderungan menurut waktu
BAB VII
SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN DI RUMAH SAKIT
1. Sensus Harian Indikator Mutu Rumah sakit (Format sederhana unit terkait,
A1,A2,A3) dibagikan pada semua unit terkait. Petugas penanggungjawab
format sensus harian indikator mutu adalah kepala ruangan unit terkait.
Kepala ruangan mengkopilasikan formulir A1, A2, A3 dan harus diserahkan
kepada kepala Instalasi / kabag unit terkait.
2. Formulir laporan bulanan rumah sakit (B1, B2, B3) diisi oleh manajer/
kabag/ kasi/ kepala instalasi/ penjab unit terkait berdasarkan pada data-data
yang ada pada form A1, A2, A3. Ketiga form B tersebut (B1, B2, B3)
diserahkan pada komite mutu.
3. Laporan bulanan (B1, B2, B3) yang telah lengkap dan telah dianalisa
dengan menggunakan formula oleh unit, akan diterima oleh komite mutu
kemudian direkapiulasi dan dimasukkan ke dalam formulir C yang sudah
disediakan.
4. Laporan bulanan (B1, B2, B3) yang telah lengkap dan telah dianalisa
dengan menggunakan formula oleh unit, akan diterima oleh komite mutu
kemudian direkapiulasi dan dimasukkan ke dalam formulir D oleh komite
mutu.
5. Hasil analisa dari indikator mutu pelayanan rumah sakit oleh komite mutu
harus dilaporkan pada direktur setiap 3 (tiga) bulan untuk dilakukan tindak
lanjut.
6. Hasil akhir pencapaian indikator mutu rumah sakit dilaporkan oleh direksi
kepada yayasan setiap 1 (satu) tahun sekali untuk dilakukan tindak lanjut.
BAB VIII
PENUTUP
Keberadaan suatu indikator untuk mengukur mutu pelayanan di rumah sakit
akan mempunyai manfaat yang sangat banyak bagi pengelolaan rumah sakit, terutama
untuk mengukur kinerja rumah sakit itu sendiri (self assessment). Manfaat tersebut
antara lain sebagai alat untuk melaksanakan manajemen kontrol dan juga sebagai alat
untuk mendukung pengambilan keputusan di dalam rangka perencanaan kegiatan
untuk masa yang akan datang. Namun fungsinya hanya sebagai alat pemandu. Upaya
peningkatan mutu tetap herus merupakan kesepakatan / komitmen diantara seluruh
karyawan dan pimpinan rumah sakit.
Dengan semakin berkembangnya globalisasi, maka persaingan antar rumah
sakit juga akan semakin sengit, oleh karena itu implementasi suatu indikator rumah
sakit akan menjadi suatu kebutuhan. Pengelola yang ingin unit kerjanya tetap berada
didepan dalam persaingan yang terus meningkat harus dapat memenfaatkan brerbagai
instrumen mutu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kepmenkes RI no. 129/ SK/II/2008 tentang Standart pelayanan minimal
Rumah Sakit.
2. Buku Pedoman Penyusunan Standart Pelayanan Minimal di Rumah sakit,
Kemenkes RI 2012.
3. Buku Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi, Komisi Akreditasi Rumah
Sakit (KARS), Jakarta 2012.
4. Djasri hanevi, Penyusunan Indikator Mutu, Workshop SPM, Yogjakarta 2013
5. Kuntjoro Tjahyono, Panduan monitoring dan evaluasi, Workshop SPM,
Yogjakarta 2013
6. Yahya Adip, Indikator mutu untuk peningkatan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien, Seminar PMKP, Yogyakarta 2013