Anda di halaman 1dari 14

14

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berkomunikasi disetiap situasi itulah hal yang sering kita lakukan dan pasti
kita lakukan. Karena manusia sebagai mahluk sosial tak luput dari komunikasi.
Suatu proses penyampaian pesan dari sumber terhadap penerima pesan bisa
melalui perantara atau media dengan adanya efek-efek atau timbal balik. Dalam
konteks komunikasi beragam adanya salah satunya adalah Komunikasi Antar
Pribadi. Dimana proses komunikasi yang terjadi antar individu-individu dan
biasanya terjadi antara dua orang secara langsung.
Komunikasi antar pribadi adalah suatu proses komunikasi antara pribadi
ataupun antar perorangan dan bersifat pribadi baik yang terjadi secara langsung
(tanpa medium) maupun tidak langsung (melalui medium). Kegiatan-kegiatan
seperti percakapan tatap muka (face to face communication), percakapan melalui
telepon, surat menyurat pribadi, merupakan contoh-contoh komunikasi antar
pribadi.
Komunikasi sendiri adalah proses penyesuaian yang terjadi hanya bila
komunikator menggunakan sistem isyarat yang sama. Dengan itu, bagaimana kita
untuk selalu mampu menyesesuaikan agar terciptanya kesamaan makna. Manusia
selalu berkomunikasi dan berkomunikasi yang paling sering dilakukan adalah
komunikasi antar pribadi maka, komunikasi sebagai perwujudan kesamaan akan
makna perlu dipelajari sebagaimana salah satu karakteristik dari komunikasi antar
pribadi itu sendiri adalah komunikasi antar pribadi sesuatu yang dipelajari. Karena
semua orang pasti berkomunikasi namun, tidak semua orang memiliki skill dalam
berkomunikasi.
Setiap hubungan antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik,
pertentangan pendapat atau perbedaan kepentingan. Konflik adalah situasi dimana
tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu
tindakan pihak lain. Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut
komunikasi. Hal ini berarti, bila kita ingin mengetahui konflik, kita harus
mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung
15

komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk.
Konflik dalam hubungan antar pribadi tersebutyang akan menjadi kajian pada
pembahasan dalam makalah ini, diharapkan mampumemberikan pengetahuan
serta wawasan yang lebih memberikan referensi serta pengetahuan dalam
berkomunikasi yang lebih baik dan lebih jauh lagi dalam perkembangan positif.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian konflik?
2. Apa saja jenis konflik komunikasi
3. Apa saja faktor penyebab konflik
4. Bagaimanakah strategi dalam mengatasi konflik?
5. Bagaimana tindakan penanganan konflik ?
6. Apa saja manfaat konflik ?

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui apa pengertian konflik.
2. Untuk mengetahui apa saja jenis konflik komunikasi.
3. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab konflik.
4. Untuk mengetahui bagaimanakah strategi dalam mengatasi konflik.
5. Untuk mengetahui bagaimana tindakan penanganan konflik.
6. Untuk mengetahui apa saja manfaat konflik.
16

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konflik


Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.Setiap hubungan antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik,
pertentangan pendapat atau perbedaan kepentingan. Konflik adalah situasi dimana
tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu
tindakan pihak lain (Johnson, 1981).
Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan bahwa
konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian
antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas pihak-pihak yang
terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif. Sedang menurut Luthans
(1981) konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling
bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia.
Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut komunikasi. Hal ini
berarti, bila kita ingin mengetahui konflik, kita harus mengetahui kemampuan dan
perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung komunikasi, tapi tidak semua
konflik berakar pada komunikasi yang buruk.
Berbagai mitos tentang konflik dipahami berdasarkan dua sudut pandang,
yaitu tradisional maupun kontemporer. Dalam pandangan tradisional, konflik
dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari. Bahkan sering kali
konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, pertentangan baik secara fisik
maupun dengan kata-kata kasar. Sebaliknya, pandangan kontemporer mengenai
konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik adalah sesuatu yang tidak dapat
dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia.
Menurut Myers, jika komunikasi adalah suatu proses transaksi, yang
berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama untuk
17

mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik. Konflik pun
tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara nonverbal
seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan
pertentangan.

2.2 Konflik Interpersonal

Konflik interpersonal ialah konflik yang terjadi antar individu. Konflik ini
terjadi dalam setiap lingkungan sosial, seperti dalam keluarga, kelompok teman
sebaya, sekolah, masyarakat dan negara. Konflik ini dapat berupa konflik antar
individu dan kelompok, baik di dalam sebuah kelompok (intragroup conflict)
maupun antar kelompok (intergroup conflict).

Donohue dan Kolt (1992) mendefinisikan konflik interpersonal sebagai


situasi dimana individu yang saling bergantung, mengekspresikan perbedaan
(baik termanifes atau laten) dalam upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan
masing-masing dan mereka mengalami gangguan dari satu sama lain untuk
mencapai tujuannya. Wilmot dan Hocker (2007) mendefinisikan konflik
interpersonal sebagai pertentangan antara setidaknya dua pihak yang saling
bergantung, yang merasakan tujuan yang tidak sesuai, keterbatasan sumber daya,
dan gangguan dari orang lain dalam mencapai tujuan mereka.
Berdasarkan beberapa definisi diatas peneliti memilih definisi dari
Wilmot dan Hocker (2007) yang mendefinisikan konflik interpersonal sebagai
pertentangan antara setidaknya dua pihak yang saling bergantung, yang
merasakan tujuan yang tidak sesuai, keterbatasan sumber daya, dan gangguan
dari orang lain dalam mencapai tujuan mereka.

2.3 Aspek-Aspek Konflik Interpersonal


Wilmot dan Hocker (2007) menyebutkan lima aspek konflik yaitu : an
expressed struggle, interdependence, perceived incompatible goal, perceived
scarce resources dan interference.
18

1. An Expressed Struggle
Orang yang terlibat dalam konflik memiliki persepsi tentang pikiran dan
perasaan mereka sendiri dan persepsi tentang pikiran dan perasaan orang lain.
Konflik hadir saat mereka mengkomunikasikan persepsi tentang pikiran dan
perasaan mereka sendiri dan persepsi tentang pikiran dan perasaan orang lain.
Komunikasi dapat terjadi secara verbal dan non verbal. Seringkali, perilaku
komunikatif mudah diidentifikasi dengan konflik, seperti ketika salah satu
pihak secara terbuka tidak setuju dengan yang lain. Namun, konflik
interpersonal dapat terjadi dalam tingkat yang tidak diucapkan atau
dikomunikasikan. Komunikasi adalah elemen utama dalam semua konflik
interpersonal.

Konflik dapat terjadi saat ada peristiwa yang memicu konflik. An


expressed struggle menjelaskan bahwa konflik terjadi saat seseorang
mengkomunikasikan perbedaan persepsi dengan orang lain serta konflik dapat
terjadi karena ada peristiwa pemicu.

2. Interdependence
Pihak yang berkonflik terlibat dalam sebuah perjuangan dan merasa
terganggu satu sama lain karena mereka saling bergantung. Seseorang yang
tidak tergantung pada yang lain, yaitu yang tidak memiliki special interest
dalam perilaku ataupun hal-hal yang orang lain lakukan tidak memiliki
konflik dengan orang tersebut. (Braiker & Kelley dalam Wilmot & Hocker
2007). Pilihan masing-masing orang mempengaruhi orang lain karena konflik
adalah aktivitas yang sama (mutual activity). Pihak-pihak yang berkonflik
tidak pernah benar-benar bermusuhan dan harus memiliki kepentingan yang
sama (mutual interest), walaupun kepentingan tersebut hanya ada selama
konflik berlangsung. Interdependence menjelaskan bahwa konflik terjadi
pada pihak-pihak yang saling bergantung yang ditandai dengan adanya
aktivitas yang sama (mutual activity) dan kepentingan yang sama (mutual
interest).
a. Perceived Incompatible Goal
Orang-orang biasanya terlibat dalam konflik karena adanya tujuan
19

yang penting bagi mereka. Tujuan tersebut dianggap tidak sesuai karena
pihak-pihak yang berkonflik menginginkan hal yang sama atau hal yang
berbeda. Pertama, pihak yang berkonflik mungkin menginginkan hal yang
sama. Kedua, kadang-kadang orang yang berkonflik memiliki tujuan yang
berbeda. Mereka berjuang atas pilihan-pilihan yang tidak sesuai. Kadang-
kadang tujuan tidak bertentangan sebagaimana yang tampak. Terlepas
dari apakah orang yang berkonflik melihat tujuan yang sama atau berbeda,
tujuan yang tidak sesuai dirasakan sangat penting untuk semua konflik.
Perceived incompatible goal menjelaskan bahwa konflik terjadi karena
adanya ketidaksesuaian tujuan diantara pihak-pihak yang berkonflik.
b. Perceived Scarce Resources
Sumber daya dapat didefinisikan sebagai "hal-hal yang dirasakan
positif baik secara fisik, ekonomi dan sosial" (Miller dan Steinberg 1975
dalam Wilmot & Hocker, 2007). Sumber daya mungkin obyektif nyata
atau dianggap sebagai nyata oleh orang. Demikian juga, kelangkaan, atau
pembatasan, dapat terlihat atau aktual.
Uang, sumber daya alam seperti minyak atau tanah, dan pekerjaan
mungkin memang sumber daya yang langka atau terbatas. Komoditas
berwujud seperti cinta, penghargaan, perhatian, dan peduli juga dapat
dianggap sebagai hal yang langka. Dalam perjuangan interpersonal, dua
sumber daya yang sering dianggap langka adalah kekuasaan (power) dan
harga diri (self-esteem). Terlepas dari persoalan tertentu yang terlibat,
orang dalam konflik biasanya merasa bahwa mereka memiliki terlalu
sedikit kekuasaan dan harga diri dan bahwa pihak lain memiliki terlalu
banyak kekuasaan dan harga diri. Perceived scarce resources
menjelaskan bahwa konflik terjadi apabila seseorang merasakan
langkanya atau berkurangnya sumber daya seperti cinta, penghargaan,
perhatian, rasa peduli, kekuasaan serta harga diri.
c. Interference
Orang-orang yang saling tergantung, melihat tujuan yang tidak
sesuai, dan sumber daya yang sama-sama langka mungkin masih tidak
memenuhi persyaratan untuk konflik. Gangguan, atau persepsi gangguan,
20

diperlukan untuk melengkapi kondisi konflik. Jika kehadiran orang lain


mengganggu tindakan yang diinginkan, konflik meningkat. Konflik terkait
dengan menghalangi, dan orang yang melakukan menghalangi tersebut
dianggap sebagai masalah. Dihalangi dan digganggu adalah pengalaman
yang biasanya menimbulkan rasa marah dan menyalahkan. Interference
menjelaskan bahwa konflik terjadi apabila seseorang merasa terganggu
dengan tindakan orang lain dan merasa terganggu dengan tindakan orang
lain dan merasa kepentingannya dihalangi oleh orang lain.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konflik Interpersonal


Robbin dan Judge (2013) menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi
konflik interpersonal yaitu :
1. Komunikasi
Komunikasi dapat menjadi sumber konflik. Komunikasi mewakili kekuatan
yang bertentangan, kesulitan dan kesalahpahaman. Komunikasi yang terlalu
banyak atau terlalu sedikit dapat menjadi dasar terjadinya konflik.
2. Struktur
Struktur berkaitan dengan peran dan tugas-tugas individu yang berhubungan
dengan orang lain. Tugas masing-masing pihak yang dapat dijelaskan
dengan baik akan mengarahkan pada pengelolaan konflik yang bersifat
konstruktif. Sedangkan tugas yang tidak dapat dijelaskan dengan baik akan
mengarahkan pada pengelolaan konflik yang bersifat destruktif.

3. Variabel Pribadi

Variabel pribadi meliputi kepribadian, emosi dan nilai-nilai. Kepribadian


yang keras kepala, emosi dan pencemas lebih sering terlibah cekcok dan
bereaksi buruk ketika konflik terjadi.

2.5. Tipe Konflik Interpersonal

Menurut Taylor, dkk (2009) tipe konflik interpersonal dibedakan menjadi tiga,
yaitu :
21

a. Perilaku Spesifik
Beberapa konflik terjadi karena perilaku spesifik dari pasangan. Pada level ini
pasangan mengalami masalah pengkoordinasian aktivitas tertentu.
b. Norma dan Peran
Beberapa konflik berfokus pada isu yang lebih umum seperti hak dan
tanggung jawab pasangan dalam suatu hubungan. Pada level ini pasangan
mengalami masalah dalam menegosiasikan aturan dan peran dalam hubungan
mereka.
c. Disposisi Personal
Beberapa konflik berfokus pada niat dan sikap pasangannya. Pada level
disposisional, pasangan mungkin berselisih soal personalitas dan niat mereka.

2.6. Faktor Penyebab Konflik


Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan terjadinya konflik dalam suatu
hubungan antar pribadi. Beberapa penyebab tersebut antara lain :
1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang
memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang
nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik, sebab dalam menjalani
hubungan, seseorang tidak selalu sejalan dengan orang lain.Misalnya, ketika
berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik,
tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi
yang berbeda.
3. Perbedaan kepentingan antara individu.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan
yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing
orang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat
melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.

21
22

2.7 Strategi dalam mengatasi konflik


Walaupun suatu konflik juga dapat memberikan kontribusi positif dalam
suatu hubungan, beberapa kalangan memilih untuk meminimalisir terjadinya
konflik. Mereka mungkin tidak yakin dapat menyelesaikan konflik itu dengan
baik, atau mungkin untuk menjaga suatu hubungan agar tampak selalu ada
hambatan dan sebagainya. Konflik dapat dicegah atau dikelola dengan beberapa
cara antara lain :
a. Disiplin: Mempertahankan disiplin dapat digunakan untuk mengelola dan
mencegah konflik. Manajer perawat harus mengetahui dan memahami
peraturan-peraturan yang ada dalam organisasi. Jika belum jelas, mereka harus
mencari bantuan untuk memahaminya.
b. Pertimbangan pengalaman dalam tahapan kehidupan: Konflik dapat dikelola
dengan mendukung perawat untuk mencapai tujuan sesuai dengan pengalaman
dan tahapan hidupnya. Misalnya; Perawat junior yang berprestasi dapat
dipromosikan untuk mengikuti pendidikan kejenjang yang lebih tinggi,
sedangkan bagi perawat senior yang berprestasi dapat dipromosikan untuk
menduduki jabatan yang lebih tinggi.
c. Komunikasi: Suatu komunikasi yang baik akan menciptakan lingkungan yang
kondusif. Suatu upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari konflik adalah
dengan menerapkan komunikasi yang efektif dalam kegitan sehari-hari yang
akhirnya dapat dijadikan sebagai satu cara hidup.
d. Mendengarkan secara aktif: Mendengarkan secara aktif merupakan hal penting
untuk mengelola konflik. Orang lain yang sedang berbicara tidak kita potong
kalimatnya akan menimbulkan kesan bahwa kita menghargainya sehingga
orang tersebut merasa nyaman. Selain menghasilkan komunikasi yang efektif,
dengan mendengarkan secara aktif, kita akan mendapatkan informasi yang
benar sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang menyebabkan konflik.

2.8 Tindakan Penanganan Konflik


1. Berkompetisi
Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat itu membutuhkan
keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama dan pilihan

22
23

kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang-kalah akan terjadi
disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi konflik
yang berkepanjangan.Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan-
bawahan, dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan
organisasi) di atas kepentingan bawahan.
2. Menghindari konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari situsasi tersebut
secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah menunda konflik
yang terjadi. Menghindari konflik bisa dilakukan jika masing-masing pihak
mencoba untuk mendinginkan suasana, membekukan konflik untuk
sementara.Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang tepat
konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi stres
karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
3. Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa kepentingan sendiri agar
pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik itu. Hal ini dilakukan jika
kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih utama atau kita ingin tetap
menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut. Pertimbangan antara
kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang utama di sini.

4. Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa bahwa kedua hal
tersebut sama-sama penting dan hubungan baik menjadi yang utama. Masing-
masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk
mendapatkan situasi yang saling menguntungkan.
5. Berkolaborasi
Menciptakan situasi seri dengan saling bekerja sama. Pilihan tindakan ada
pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing tindakan. Jika
terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan antar pribadi
menjadi hal yang harus kita pertimbangkan.
2.9. Manfaat Konflik

23
24

Pada umumnya setiap orang tak dapat menghindari konflik antar pribadi,
tetapi setiap orang berpendapat bahwa konflik perlu dihindari agar tak merusak
hubungan harmonis yang telah terjadi sebelum konflik. Konflik sering dituduh
sebagai penyebab terjadinya pertengkaran, perpisahan, perceraian, penyakit jiwa,
kericuhan sosial bahkan tindakan kekerasan. Di lain pihak, tidak adanya konflik
menunjukkan pertanda adanya ketidak pedulian dan ketidak terlibatan (pertanda
hubungan yang tak sehat). Untunglah bahwa di saat ini banyak orang menyadari
bahwa kegagalan dalam menangani konflik itulah yang akan merusak hubungan
baik antar pribadi, bukannya adanya konflik itu sendiri. Konflik bila ditangani
dengan baik, dapat bermanfaat bagi diri sendiri maupun demi tetap terjalinnya
hubungan baik yang telah terjadi sebelum konflik. Beberapa manfaat konflik dapat
disebutkan di sini, yakni:
 Konflik dapat membuat yang mengalami akan lebih sadar bahwa ada
masalah yang perlu diselesaikan dalam hubungan antar pribadi.
 Konflik dapat meningkatkan kesadaran yang mengalami mengenai
masalah yang ada, siapa saja yang terlibat dan cara mengatasinya.
 Konflik dapat mendorong adanya perubahan.
 Konflik akan membangkitkan tenaga dan menambah motivasi untuk
mengatasinya. Kesadaran adanya konflik dapat merangsang reaksi fisik
yang selanjutnya memberikan energi fisik cukup besar serta pemusatan
intensitas psikologis. Selanjutnya energi ini akan memotivasi yang
bersangkutan untuk menyelesaikannya dengan melaksanakan rencana
sebaik-baiknya.
 Konflik akan membuat kehidupan lebih menarik. Keberadaan dalam
konflik sering menyulut keingintahuan dan minat yang mengalaminya.
Diskusi perbedaan pendapat mengenai politik, olah raga, pekerjaan,
masalah-masalah sosial dan sebagainya akan membuat hubungan antar
pribadi lebih terdorong untuk mencari informasi mengenai hal yang
didiskusikan menjadi lebih terbuka.
 Konflik yang dibuka serta diselesaikan akan mengurangi kejengkelan
dalam hubungan antar pribadi. Permusyawarahan yang baik akan
mengurangi ketegangan dalam berinteraksi antar pribadi.

24
25

 Konflik dapat menyenangkan bila tidak dianggap terlalu serius. Banyak


orang mencari konflik lewat kegiatan, misalnya olah raga yang bersaing,
film, sandiwara, sinetron bahkan menggoda orang lain. Hal - hal
semacam ini dilakukan orang karena menyenangi situasi konflik.
 Konflik menyebabkan yang mengalaminya memahami dirinya sendiri
sebagai pribadi. Apa yang membuat diri kita marah, yang menakutkan
nilai - nilai yang dianggap penting dan cara menangani konflik,
semuanya menonjol bila diri kita sedang berkonflik dengan orang lain.
Kita dapat belajar banyak tentang diri kita sendiri di saat kita sedang
menyelesaikan konflik itu.
 Konflik dapat memperdalam dan memperkaya suatu hubungan serta
memperkuat keyakinan masing-masing bahwa hubungan tersebut cukup
erat dan tangguh untuk menghadapi tekanan.
 Konflik dapat menunjukkan rasa tanggung jawab satu pihak yang harus
dipertimbangkan oleh pihak lain. Umumnya hal ini akan menyebabkan
hubungan menjadi lebih terbatas dari kejengkelan dan keengganan,
sehingga perasaan positif lebih dihayati sepenuhnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.Setiap hubungan antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik,
pertentangan pendapat atau perbedaan kepentingan. Konflik adalah situasi dimana

25
26

tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu


tindakan pihak lain.
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang
lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara
dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik
interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku
organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari
beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses
pencapaian tujuan organisasi tersebut.

3.2 Saran
Untuk terjalinnya kerjasama yang baik antara pribadi, tentunya harus ada
komunikasi yang baik, sehingga tidak terjadinya diskomunikasi atau konflik.
Akibatnya dapat menimbulkan rasa ketidakpercayaan antar sesama, hal ini akan
merugikan dari kedua pihak yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

A Supratiknya.1995.Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: KANISIUS.

A.G. Lunandi. 1987. Komunikasi Mengena : meningkatkan efektivitas komunikasi antar


pribadi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

A. Supratiknya. 1995. Komunikasi Antarpribadi : Tinjauan Psikologis. Yogyakarta :


Penerbit Kanisius.

26
27

E. Atwater; 1983, Psychology of Adjustment. Prantice Hall. F.Luthans; 1981,


Organizational Behavior. Mc. Graw Hill.

Fauzan,Lutfi .2008. “Teknik – Teknik Komunikasi Untuk Konselor”. Malang.UM Press.

J. J Deviler; 1984, The Psychology of leadership. New American hibrary.

Johnson, David W; 1986, Reaching Out: Interpersonal Effectiveness and Self-


actualization. Englewood Cliffs, Prentice Hall.
Lickona, Thomas; 1991, Educating for Character: How our Schools can Teach Respect
Responsibility. Bantam Books.
R. Townsed; 1984, Further up the Organization

Indrasutanto, Tjondro. 2009. Skripsi: Konflik antar Pribadi dan Strategi


Menghadapinya. Magister Scientiae-ISSN edisi no 26

http://erepo.unud.ac.id/8674/3/27a59569068ff1b1cabee4666e2d2167.pdf

http://kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/4e-MANAJEMEN%20KONFLIK(revJan’03).doc

http://vhalleandra.blog.friendster.com/2008/12/manajemen-konflik-dan-komunikasi-
organisasi/

27

Anda mungkin juga menyukai