Anda di halaman 1dari 7

PERHITUNGAN PORTOFOLIO OPTIMAL DENGAN MODEL SINGLE INDEX

1. Komposisi Portofolio Optimal Menurut Metode Single Index


Sebelum menentukan apakah portofolio yang dimiliki optimal atau tidak, terlebih dahulu
harus mengetahui komposisi saham yang akan dipilih untuk dijadikan portofolio optimal
saham. Untuk mengetahui komposisi tersebut, terdapat beberapa langkah yang akan dilakukan:
a. Menghitung Expected Return, Variance, Standar Deviasi dan Kovarian saham.
Untuk dapat menghitung expected return, sebelumnya harus diketahui realized return.
Realized return dihitung dengan mengurangkan harga saham periode sekrang dengan harga
saham periode sebelumnya kemudian dibagi harga saham periode sebelumnya. Setelah
realized return diketahui, maka dalam menghitung expected return yaitu dengan membagi
realized return dengan jumlah periode. Selanjutnya, untuk variance dihitung dengan cara
mengurangkan realized return dengan expected return lalu dibagi dengan jumlah periode
saham, sedangkan standar deviasi dihitung dengan mengkudratkan variance. Kemudian,
untuk kovarian saham dihitung dengan membandingkan hasil perhitungan return saham
dengan return market.
Dari tiga perusahaan yang dijadikan sampel, saham yang memberikan tingkat expected
return tertinggi adalah saham BBNI yaitu sebesar 3,5813. Sedangkan saham dengan expected
return terendah dimiliki oleh AKRA sebesar 3,0300. Pada analisis ini, tidak terdapat saham
dengan expected return negative, sehingga investor rasional dapat memilih ketiganya, karena
investor rasional akan memilih expected return positif.
Variance saham individual digunakan untuk mengetahui risiko dari expected return
saham. Dari perhitungan ketiga saham perusahaan, variance paling besar terdapat pada BBNI
yaitu sebesar 11,7969, sedangkan saham dengan variance terendah dimiliki oleh HMSP
sebesar 8,4990. Investor rasional tentunya akan memilih saham dengan risiko terendah,
namun hal tersebut juga tergantung pada preferensi risiko masing0masing investor.
Perhitungan kovarian dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara return saham
dengan market return, yaitu dihitung dengan mengurangkan expected return dengan realized
return saham kemudian dikalikan dengan hasil dari realized return market dikurangi dengan
expected return market.
b. Menghitung Market Return
Market return dihitung dengan megurangkan IHSG periode sekarang dengan IHSG
periode sebelumnya. Dari ketiga perusahaan yang dianalisis, data IHSG yang digunakan untuk
memperoleh expected return market sebesar 0,1997 pertahun dan standar deviasi sebesar
1,9172. Sedangkan risiko pasar yang ditanggung sebesar 3,6758. Expected return yang
bernilai positif ini membuktikan bahwa invetasi pada pasar modal memberikan return bagi
investor.
c. Menghitung Risk Free Rate
Menghitung komponen risk free return (tingkat bebas risiko) pada portofolio optimal
dengan model single index menggunakan data Sertifikat Bank Indonesia. Return bebas risiko
sebesar 0,0052 perbulan membuktikan bahwa investasi di Bursa Efek Indonesia memberikan
return lebih besar yaitu sebesar 0,1997 perbulan dibandingkan dengan berinvestasi di BSI.
d. Menghitung Beta, Alpha, Variance Error Residual saham, Excess Return to Beta.
Beta dihitung dengan membandingkan kovarian saham dengan variance saham. Alpha
dihitung dengan cara mengurangkan expected return saham dengan hasil kali beta dengan
expected return market. Variance error residual saham merupakan risiko tidak sistematis
saham, sedangkan ERB merupakan kelebihan pengembalian atas return bebas risiko terhadap
asset lain. ERB menunjukkan hubungan antara return dan risiko yang merupakan factor
penentu investasi.
Alpha adalah nilai expected return saham yang independen terhadap market return.
Apabila ada perubahan pada market return yang berupa peningkatan atau penurunan, maka
tidak berpengaruh terhadap return saham individual. Alpha merupakan bagian dari tingkat
return saham individual yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar.
Variance error residual saham adalah risiko tidak sistematis, yaitu risiko yang dapat
dihilangkan dengan cara diversifikasi. Beta adalah risiko unik dari saham, beta merupakan
sensitivitas return saham terhadap return market. Beta positif mengindikasikan bahwa apabila
market return meningkat, maka return saham juga akan meningkat. Kenaikan market return
akan mengakibatkan kenaikan return saham-saham perusahaan yang dianalisis. Sebaliknya,
apabila beta negative, maka kenaikan market return akan diikuti penurunan return saham.
Berdasarkan perhitungan ketiga perusahaan ini, perusahaan yang mempunyai beta
tertinggi yaitu BBNI sebesar 0,9344, hal tersebut berarti apabila terdapat kenaikan market
return sebesar satu satuan, maka akan diikuti kenaikan return saham.
Untuk dapat menentukan pilihan portofolio dari saham perusahaan yang dianalisis ini,
selanjutnya dilakukan perhitungan excess return to beta (ERB). ERB merupakan kelebihan
pengembalian atas return bebas risiko terhadap asset lain dan menunjukkan hubungan antara
return dan risiko yang merupakan factor penentua investasi. Berdasarkan perhitungan ketiga
perusahaan, saham dengan ERB tertinggi dimiliki oleh HMSP yaitu sebesar 0,3779,
sedangkan ERB terendah yaitu AKRA sebesar 3,747. Saham portofolio yang optimal haruslah
memiliki ERB yang tinggi.

Perhitungan Exepected Return, Beta, Variance Error Residual Saham, dan Excess
Return to Beta (ERB)
No Kode E(Ri) Rf Beta (βi) Variance ERB
Saham Error
Residual
(σei²)
1. AKRA 0,3030 0,0052 0,7948 8,2538 0,3747
2. BBNI 0,3581 0,0052 0,9344 11,3992 0,3777
3. HMSP 0,3049 0,0052 0,7931 8,2088 0,3779

e. Menghitung Cut-Off Rate


Cut-off rate (Ci) dihitung dengan mengalikan variance market dengan nilai Aj lalu
dibagi dengan penjumlahan konstanta dengan hasil kali variance market dengan nilai Bj. Nilai
Ci tertinggi adalah nilai cut-off point (C*). Nilai Ci ini yang nantinya dibandingkan dengan
nilai ERB dalam menentukan portofolio optimal. Saham yang mempunyai nilai ERB>=Ci
akan dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal saham, sebaliknya saham yang
mempunyai nilai ERB<Ci tidak dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal saham.
f. Menentukan Cut-Off Point (C*)
Nilai cut-off point (C*) adalah nilai Ci yang tertinggi. Nilai C* digunakan untuk
menentukan titik pembatas saham mana saja yang akan masuk sebagai kandidat portofolio
optimal. Langkah terakhir untuk mengetahui komposisi saham yang masuk pada portofolio
optimal adalah memilih saham yang mempunyai nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai
Ci. Berdasarkan perhitungan kegita perusahaan, menunjukkan bahwa saham dari ketiganya
memiliki nilai ERB lebih besar dari cut-off rate (Ci), sehingga dapat dimasukkan dalam
portofolio optimal.
No Kode βi σei² ERB Ai Bi Aj Bj Ci
Saham
1. AKRA 0,7948 8,2538 0,3747 0,0287 0,0765 0,0287 0,0765 0,0823
2. BBNI 0,9344 11,3992 0,3777 0,0289 0,0766 0,0576 0,1531 0,0830
3. HMSP 0,7931 8,2088 0,3779 0,0290 0,0766 0,0866 0,2298 0,0577
C*=0,0830

2. Besarnya Proporsi Dana yang Harus Diinvestasikan pada Masing-Masing Saham


Setelah menentukan saham-saham mana yang masuk kedalam portofolio optimal, langkah
selanjutnya adalah melakukan perhitungan proporsi dana (Wi) untuk masing-masing saham.
Untuk memperoleh nilai Wi, maka harus melakukan perhitungan terhadap skala tertimbang
masing-masing saham (Zi).
No Kode βi σei² ERB Ci Zi Wi
Saham
1. AKRA 0,7948 8,2538 0,3747 0,0823 0,0281 0,3479
2. BBNI 0,9344 11,3992 0,3777 0,0830 0,0242 0,2992
3. HMSP 0,7931 8,2088 0,3779 0,0577 0,0285 0,3529
0,0807 1

Berdasarkan perhitungan tersebut, menunjukkan bahwa proporsi dana terbesar yaitu pada
saham perusahaan HMSP sebesar 0,3529, sedangkan proporsi dana terendah yaitu pada saham
perusahaan BBNI yang hanya sebesar 0,2992 atau dalam presentase HMSP 35% dan BBNI
30%. Saham dengan proporsi dana tertinggi merupakan alternative investasi yang seharusnya
dipilih oleh invetor rasional. Selain itu, saham tersebut juga memiliki nilai ERB yang lebih
besar dari Ci.
3. Besarnya Return dan Risiko dari Portofolio Optimal Saham
a. Hasil Perhitungan Return Portofolio
Setelah mengetahui proporsi dana untuk saham yang terpilih dalam pembentukan
portofolio optimal, maka langkah selanjutnya yaitu menghitung expected return portofolio.
namun, sebelum menghitung expected return terlebih dahulu menghitung alpha portofolio
dan beta portofolio. Alpha portofolio diperoleh dari rata-rata tertimbang dari alpha setiap
saham, sedangkan beta portofolio diperoleh dari rata-rata tertimbang beta setiap saham.
No Kode Wi βi αi αp=Wi. αi βp=Wi. βi
Saham
1. AKRA 0,3479 0,7948 0,1443 0,0502 0,2765
2. BBNI 0,2992 0,9344 0,1716 0,0513 0,2796
3. HMSP 0,3529 0,7931 0,1466 0,0517 0,2799
0,1533 0,8360
E(Rp) = αp + {βp.E(Rm)}
E(Rp) = 0,1533 + (0,8360.0,1997)
E(Rp) = 0,3202

Dari hasil perhitungan tersebut, menunjukkan bahwa return portofolio yang dihitung
dari ketiga saham perusahaan yang terpilih dalam pembentukan portofolio optimal sebesar
0,3202. Return tersebut akan memengaruhi keputusan investor untuk berinvestasi pada saham
ketiga perusahaan tersebut karena memiliki expected return yang lebih tinggi dibandingkan
expected retun market atau expected return risk free.
b. Hasil Perhitungan Risiko Portofolio Optimal
Langkah terakhir yaitu menentukan risiko portofolio, sebelumnya terlebih dahulu
menghitung beta dari portofolio yang dikuadratkan, market variance, dan risiko tidak
sistematis dari portofolio.
No Kode Wi σei² σep²=Wi. σei² βp² σm²
Saham
1. AKRA 0,3479 8,2538 2,8715 0,6989 3,6758
2. BBNI 0,2992 11,3992 3,4107
3. HMSP 0,3529 8,2088 2,8969
9,1790

Variance portofolio 11,7478


σp² = βp².σm² + σep²
σp 3,4275

Berdasarkan perhitungan tersebut, diketahui bahwa variance portofolio sebesar 9,1790 dan risiko
portofolio 3,4275. Apabila dibandingkan antara return saham individual dan return saham
portofolio, terdapat saham individual yang memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan
return portofolio. Namun, risiko dari saham individual ternyata juga lebih tinggi dibandingkan
dengan risiko portofolio. hal ini membuktikan bahwa dengan membentuk portofolio optimal, dapat
melakukan diversifikasi atau pengurangan risiko.

ANALISIS
1. Analisis Penentuan Portofolio Saham
Investasi adalah kegiatan pemanfaatan atau komitmen sejumlah dana aupun sumber daya
pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi akan
menghadapi risiko sistematis dan risiko tidak sistematis dalam berinvestasi. Untuk menghindari
risiko tidak sistematis dapat dilakukan dengan diversifikasi saham. Salah satu cara diversifikasi
adalah dengan membentuk portofolio optimal saham.
Pada analisis ini, metode yang digunakan dalam pembentukan portofolio optimal adalah
model single index. Penentuan portofolio single index yaitu berdasarkan besarnya nilai ERB dan
cut-off rate. Apabila nilai ERB lebih besar atau sama dengan cut-off rate, maka saham tersebut
dimasukkan kedalam kandidat portofolio optimal. Sebaliknya, jika nilai ERB lebih kecil dari cut-
off rate, maka tidak dapat dijadikan sebagai kandidat portofolio optimal saham.
Penggunaan ilia ERB dan cut-off rate mempunyai kelebihan yaitu mempertimbangkan
risiko sistematis (beta). Risiko sistematis memang tidak dapat dihindari akan tetapi investor dapat
memilih saham dengan nilai ERB yang tinggi. Beta dan nilai dari ERB dapat digunakan untuk
mempertimbangkan alternative investasi dan mengoptimalkan portofolio. risiko tidak sistematis
dapat dihindari dengan diversifikasi itu sendiri. Investor tentu akan memilih return saham yang
positif.
Berdasarkan perhitungan, dari ketiga saham perusahaan yang dijadikan sampel, semua
menjadi kandidat portofolio optimal saham. Ketiga saham perusahaan ini memiliki tingkat return,
sehingga investor dapat memilih ketiganya.
2. Proporsi Dana Portofolio Optimal Saham
Pembentukan portofolio optimla saham dilakukan untuk mengurangi risiko dengan cara
diversifikasi. Proporsi dana ini diperoleh dengan melakukan perhitungan skala tertimbang terlebih
dahulu dengan tujuan agar memperoleh proporsi dana yang tepat. Skala tertimbang diperoleh dari
beta individual dibagi dengan variance error residual saham kemudian dikalikan dengan nilai
ERB yang telah dikurangi cut-off point. Setelah diperoleh skala tertimbang saham kemudian
proporsi saham dapat dihitung yaitu dengan membagi skala tertimbang masing-masing saham
dengan jumlah keseluruhan skala tertimbang.
Skala Presentase Proporsi Dana
Kode Saham Dana Investasi
Tertimbang Proporsi Investasi
AKRA 3% 34% 338.230.183
BBNI 2% 29% 290.183.879
Rp 1.000.000.000
HMSP 3% 37% 371.585.937
8% 100%

3. Return dan Risiko Portofolio Optimal Saham


Semua ketiga perusahaan yang dijadikan sampel menjadi kandidat portofolio optimal dan
menghasilkan expected return dan risiko terbaik. Portofolio optimal dari saham-saham perusahaan
tersebut memiliki expected return sebesar 0,3202, sedangkan risiko yag harus dihadapi dari
portofolio optimal tersebut sesua dengan hasil perhitungan adalah sebesar 3,4275.

Anda mungkin juga menyukai