Materi Daurah Shalat - Surabaya Mengaji
Materi Daurah Shalat - Surabaya Mengaji
“Daurah Shalat”
Ahad, 27 Januari 2019
Diselenggarakan oleh: Surabaya Mengaji
َّ َمنَذُ ِ ِّريَّتِيَ ِبوادٍَغي ِْرَذِيَز ْرعٍَ ِعندَب ْيتِكَا ْل ُمح َّر ِمَربَّناَ ِليُ ِقي ُمواَال
َصلَة ْ َّربَّناَإِنِِّيَأ
ِ ُسكنت
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat”
(QS. Ibrahim: 37)
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di
dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia
adalah seorang rasul dan nabi. Dan ia menyuruh keluarganya untuk shalat dan
menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya” (Maryam:
54, 55)
“Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
(kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS:Thaahaa
Ayat: 13-14).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama “Allah” gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-
ayat-Nya bertambahlah iman mereka, dan kepada Rabb-Nya mereka bertawakkal.
Yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizqi yang
Kami berikan kepada mereka.” (Al Anfal: 2-3)
َاء
ِ َوإِيْت،صلَ ِة
َّ َوإِق ِامَال،س ْو ُلَهللا َّ َّ َشهاد ِةَأ ْنََلَإِلهَإَِل:سل ُمَعلىَخ ْم ٍس
ُ ََّللاَُوأنَّ َ ُمح َّمدااَر ْ َاإل
ِ بُنِي
ْ َّ
َِ َوح ِّجَِالب ْي،َوص ْو ِمَرمضان،الزكا ِة
ت
“Islam dibangun di atas lima (rukun): Syahadat Laa Ilaaha Illallahu Muhammadur-
Rasulullah, menegakkan shalat, menunaikan zakat, shaum Ramadhan dan berhaji ke
Baitullah (Makkah).” (Muttafaqun ‘Alaihi)
4. Shalat adalah amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat dan sebagai
tolok ukur dari seluruh amal ibadah yang lainnya.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َْم ْنَعم ِل ِهَصلتُهَُف ِإ ْنَصلحتْ َفقدَْأ ْفلحَوأ ْنجَحَوإِ ْنَفسدت ِ بَبِ ِهَالع ْبدَُي ْومَال ِقيام ِة
ُ إِنََّأ َّولَماَيُحاس
َِيَم ْن
ِ َانظ ُر ْواَهلَْ ِلع ْبد:َبَتباركَوتعالى َّ َم ْنَف ِريْضتِ ِهَش ْي ٌءَقال
ُّ َالر ْ
ِ فقدَْخابَوخسرَف ِإ ِنَانتقص
ُ
َ”ََمنَالف ِريْض ِةَث َّمَيك ُْونُ َسائِ ُرَعم ِل ِهَعلىَذ ِلك ِ تط ُّوعٍَ؟َفيُ ْكم ُلَبِهاَماَا ْنتقص
“Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah
shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan
keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang
kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa a’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah
pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut
akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya
seperti itu.” (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386.
Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan oleh
Bukhari dan Muslim, penilaian shahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi)
“Jagalah shalat, jagalah shalat dan budak-budak kalian” (HR. Ahmad 6: 290. Syaikh
Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dilihat dari jalur lainnya).
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat
dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.”
(QS. Maryam: 59).
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas
tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas.
Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka
menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (QS. An Nisa’: 142).
“Perintahlah anak-anak kalian untuk shalat (mulai) pada usia 7 tahun, dan pukullah
mereka (yang enggan untuk shalat) setelah usia 10 tahun, dan pisahkanlah tempat
tidur mereka.” (HR. Ahmad, lihat Irwaul Ghalil 2/7)
1. Dalam keadaan bahaya, seperti perang dan semisalnya. Allah subhanahu wata'ala
berfirman (artinya): “Jika kalian dalam keadaan takut, maka shalatlah sambil berjalan
atau berkendaraan.” (Al Baqarah: 239)
“Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu berdiri maka (shalatlah) dengan duduk,
jika tidak mampu duduk maka (shalatlah) dengan berbaring.” (HR. Al Bukhari, dalam
riwayat Al Baihaqi ada tambahan: “Jika tidak mampu berbaring maka cukup dengan
isyarat.”
3. Dalam keadaan bersafar juga wajib melaksanakan shalat, bahkan Allah memberikan
keringanan bagi musafir (orang yang bepergian) untuk menjama’ (menggabungkan
dua shalat dalam satu waktu) seperti menjama’ shalat zhuhur dengan shalat ‘ashar di
waktu zhuhur (jama’ taqdim) atau di waktu ‘ashar (jama’ ta’khir) dan juga seperti
menjama’ shalat maghrib dengan shalat isya’ dengan cara seperti semula. Dan juga
diperbolehkan baginya untuk mengqashar (meringkas shalat yang 4 rakaat menjadi 2
rakaat seperti shalat isya’, zhuhur ataupun ‘ashar).
Allah subhanahu wata'ala telah menyediakan neraka Saqar yang dikhususkan bagi
orang-orang yang meninggalkan shalat. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka). Mereka menjawab: ‘Kami
dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat ...” (Al Muddatstsir: 42-
43)
َصلةَُف ِإذاَتركهاَفقدَْأشْرك
َّ انَال ِ بيْنَا ْلع ْبدَِوبيْنَا ْل ُك ْف ِرَو
ِ اإليْم
“Pembeda antara seorang hamba dengan kekufuran dan keimanan adalah shalat, bila
ia meninggalkannya berarti ia telah berbuat kesyirikan.” (HR. Ath Thabari, lihat
Shahih At Targhib no. 566)
ََلَتُش ِْركََُباهللَِش ْيئ ااَوإِ ْنَقُ ِط ْعتَوإِ ْنَ ُح ِر ْقتَوَلَتتْ ُر ْكَصلةاَم ْكت ُ ْوبةاَ ُمتع ِ ِّمدااَفم ْنَتركهاَ ُمتع ََّمداا
َم ْفتاحَُ ُك ِ ِّلَش ٍ َِّر ِ َم ْنهَُال ِذِّ َّمةَُوَلَتش ِْر
ِ ُبَا ْلخ ْمرَف ِإنَّه ِ ْفقدَْب ِرئت
“Janganlah kamu berbuat kesyirikan sedikit pun walaupun kamu dipenggal atau pun
dibakar, dan jangan pula meninggalkan shalat dengan sengaja, maka barangsiapa
yang meninggalkan shalat dengan sengaja sungguh lepas jaminan baginya, serta
jangan pula minum khamr (arak dan semisalnya –pent) karena sesungguhnya khamr
itu pintu setiap kejelekan.”
Dalam riwayat Mu’adz bin Jabal radhiallahu anhu: “Sungguh telah lepas jaminan dari
Allah”, sedangkan dalam riwayat Ummu Aiman dan Umayyah: “Sungguh telah lepas
jaminan dari Allah dan Rasul-Nya”. (lihat Shahih At Targhib no. 567. 569)
“Tidak ada bagian (sedikit pun) dalam Islam bagi seseorang yang meninggalkan
shalat.” (Al Mughni 3/355)
“Barangsiapa yang tidak shalat maka dia kafir.” (Al Mughni 3/355)
َّ م ْنَتركَال
ُصلةَفلَ ِديْنَل َه
“Barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka tidak ada agama baginya.” (Shahih
At Targhib no. 574)
Abu Darda’ radhialallahu anhu berkata:
“Tidak ada keimanan bagi yang tidak shalat, dan tidak ada (sah) shalat bagi yang
tidak berwudhu’.” (Shahih At Targhib no. 575)
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” [HR. Al-Bukhâri, no. 631,
6008, 7246; dari hadits Mâlik bin al-Huwairits Radhiyallahu anhu]
Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad rahimahullah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
ََم ْنَصلتِ ِه؟
ِ قُ س ِر
ْ َوكيْفَي،ََِّللا ُ َياَر:َقالُوا،َم ْنَصلتِ ِه
َّ سول ِ قُ س ِرْ اسَس ِرقةاَالَّذِىَي ِ َّسوأَُالن
ْ أ
س ُجودها ُ ََركُوعهاَوَل ُ َ“َلَيُتِ ُّم:قال
‘Pencuri terjelek adalah orang yang mencuri (sesuatu) dari shalatnya.’ Para Shahabat
Radhiyallahu anhum bertanya, ‘Wahai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Bagaimana seseorang mencuri sesuatu dari shalatnya ?’ Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab, ‘Dia tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.’
Dalil yang menunjukkan perintah untuk thuma’ninah dapat dilihat pada hadits musii’
sholatuhu (orang yang jelek shalatnya).
َس ِجدَفدخلَر ُجلٌَفصلَّىَث ُ َّمَجاء ْ ىَ–َصلىَهللاَعليهَوسلمَ–َدخلَا ْلم َّ ِع ْنَأبِىَ ُهريْرةَأنَّ َالنَّب
َسلم َّ ىَ–َصلىَهللاَعليهَوسلمَ–َعل ْي ِهَال ُّ ِىَ–َصلىَهللاَعليهَوسلمَ–َفردََّالنَّب ِّ ِ ِفسلَّمَعلىَالنَّب
َىَ–َصلىَهللاَعليهَوسلم ِّ ِ َِث ُ َّمَجاءَفسلَّمَعلىَالنَّب،َار ِج ْعَفص ِلَِّف ِإنَّكَل ْمَتُص ِلَِّ»َفصلَّى ْ َ«َفقال
َُسنَُغيْره ُ
ِ ْقَِّفماَأح ْ َّ ا
ِ َفقالَوالذِىَبعثكَبِالح.ََثلثا.َ»َِّار ِج ْعَفص ِلَِّف ِإنكَل ْمَتُص ِل َّ ْ َ«َ–َفقال
ََارك َْعَحتَّى ُ
َْ َث َّم،َآن ُ
ِ َمنَالق ْرْ ِ سرَمعك ْ ْ ُ
َّ َث َّمَاقرأَماَتي،َصل ِةَفكبِِّ ْر ُ
َّ َقالَإِذاَق ْمتَإِلىَال.َفع ِلِّ ْمنِى
َََّارف ْعَحَتَّىَت ْطمئِن ْ َث ُ َّم،َاجدااِ س ُجدَْحتَّىَت ْطمئِنَّ َس ْ َث ُ َّمَا،ََارف ْعَحتَّىَت ْعتدِلَقائِ اما ْ َث ُ َّم،َت ْطمئِنَّ َرا ِكعاا
َافعلَْذ ِلكَفِىَصلتِكَ ُك ِلِّها ْ َث ُ َّم،َاجداا
ِ س ُجدَْحتَّىَت ْطمئِنَّ َس ْ َث ُ َّمَا،َسا
جا ِل ا
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masuk masjid, maka
masuklah seseorang lalu ia melaksanakan shalat. Setelah itu, ia datang dan memberi
salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau menjawab salamnya. Beliau
berkata, “Ulangilah shalatmu karena sesungguhnya engkau tidaklah shalat.” Lalu ia
pun shalat dan datang lalu memberi salam pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau tetap berkata yang sama seperti sebelumnya, “Ulangilah shalatmu karena
sesungguhnya engkau tidaklah shalat.” Sampai diulangi hingga tiga kali. Orang yang
jelek shalatnya tersebut berkata, “Demi yang mengutusmu membawa kebenaran, aku
tidak bisa melakukan shalat sebaik dari itu. Makanya ajarilah aku!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengajarinya dan bersabda, “Jika
engkau hendak shalat, maka bertakbirlah. Kemudian bacalah ayat Al Qur’an yang
mudah bagimu. Lalu ruku’lah dan sertai thuma’ninah ketika ruku’. Lalu bangkitlah
dan beri’tidallah sambil berdiri. Kemudian sujudlah sertai thuma’ninah ketika sujud.
Kemudian bangkitlah dan duduk antara dua sujud sambil thuma’ninah. Kemudian
sujud kembali sambil disertai thuma’ninah ketika sujud. Lakukan seperti itu dalam
setiap shalatmu.” (HR. Bukhari no. 793 dan Muslim no. 397).
Khusyu’ dalam shalat
Allah Ta’ala memuji hamba-hamba-Nya yang khusyu’ dalam shalat mereka dalam
firman-Nya:
Semakin seseorang berilmu, semakin tinggi perasaan takutnya kepada Allah. Perasaan
takut yang diiringi pengetahuan tentang pengagungan Dzat yang ditakuti. Semakin
bertambah keilmuan seseorang, semakin kokoh ketauhidannya terhadap Allah. Hal itu
akan semakin membuatnya khusyu’ di dalam sholat. Ilmu yang bermanfaat hanya bisa
didapatkan jika bersumber dari AlQuran dan as-Sunnah yang shahihah dengan
pemahaman para Sahabat Nabi ridlwaanullahi ‘alaihim ‘ajmain.
5. Menghayati dan meyakini bahwa setiap kita berdzikir ( di dalam atau di luar
sholat), kita sedang berdialog dengan Allah. Allah menjawab bacaan kita dengan
jawaban yang sesuai. Juga diiiringi keyakinan bahwa Allah senantiasa melihat gerak-
gerik dalam sholat kita.
6. Meminta tolong kepada Allah agar kita bisa mempersembahkan ibadah yang terbaik
kepadaNya, kemudian bertawakkal (berserah diri) hanya kepada Allah.
Salah satu doa yang diajarkan oleh Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam adalah:
7 berlindung dari godaan syaitan yang akan selalu berusaha mengganggu dalam sholat.
Dari ‘Abbad bin Tamim Radhiyallahu anhu, dari pamannya: “Ada seseorang yang
mengadu kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang sesuatu (hadats)
yang seolah-olah terjadi dalam shalatnya. Lalu beliau bersabda:
َر ْي احا
ِ سمعَص ْوت ااَأ ْوَي ِجد َْ أ ْوََلَي ْنص ِر-ََْلَي ْنفتِل.
ْ َحَتَّىَي-ف
2. Meninggalkan salah satu rukun atau syarat dengan sengaja atau tanpa alasan
Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang buruk
shalatnya:
Ibnul Mundzir rahimahullah berkata, “Para ahlul ilmi sepakat bahwa orang yang
makan atau minum dengan sengaja ketika shalat wajib, maka dia wajib mengulang
shalatnya. ”
Begitupula pada shalat sunnah menurut jumhur (mayoritas ulama). Karena apa yang
membatalkan shalat wajib, juga membatalkan shalat sunnah.
4. Berbicara dengan sengaja bukan untuk kemaslahatan shalat
Dari Zaid bin Arqam, dia berkata, “Dulu kami berbicara dalam shalat. Seseorang di
antara kami bercakap-cakap dengan kawan di sebelahnya yang sedang shalat. Hingga
turunlah ayat:
َّ ِ وقُو ُم
.َواََلِلَِقانِتِين
5. Tertawa
6. Lewatnya perempuan baligh, keledai, atau anjing hitam di antara orang yang shalat
dan tempat sujudnya
“Jika salah seorang dari kalian shalat, maka dia terbatasi jika di hadapannya terdapat
(pembatas) seukuran pelana hewan tunggangan. Jika di hadapannya tidak terdapat
(pembatas) seukuran pelana hewan tunggangan, maka shalatnya terputus oleh
keledai, wanita, dan anjing hitam.”
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz, Penulis Syaikh
Abdul Azhim bin Badawai al-Khalafi, Edisi Indonesia Panduan Fiqih Lengkap,
Penerjemah Team Tashfiyah LIPIA – Jakarta, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir, Cetakan
Pertama Ramadhan 1428 – September 2007M]
1. Melafadzkan niat dalam sholat, seperti ucapan sebagian orang ketika hendak
mengangkat tabirotul ihrom
“Aku berniat mengerjakan sholat dzuhur empat roka’at secara berjama’ah karena
mengharapkan (ridho) Allah Ta’ala”
4. Tidak mengangkat tangan pada saat dimana terdapat hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam yang menyebutkan disunnahkan mengangkat tangan ketika itu. ketika
hendak berdiri dari sujud.
6. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri namun meletakkan kedua (terlalu) dekat
dengan leher.
7. Sebagian orang ketika hendak melaksanakan sholat subuh, hal ini lebih terlihat lagi
pada saat pelaksanaan sholat tarawih pada bulan Romadhon bersandar di tiang-tiang
mesjid yang ada di belakangnya. Kemudian ia barulah akan berdiri ketika imam
hendak ruku’.
11. Sebagian orang yang sholat jika masuk ke mesjid dan imam sedang bangkit dari
ruku’ atau sedang sujud sebagian orang menunggu imam tasyahud atau menunggu
imam bangkit berdiri.
13. Sujud dengan menempelkan dahi saja ke tempat sujud tanpa mengikut sertakan
hidung padahal tidak dalam keadaan darurat.
Demikianlah pembahasan singkat seputar masalah kesalahan sholat yang sering kali
terjadi, mudah-mudahan kita dapat memperoleh faidah dari pembahasan ini.