Anda di halaman 1dari 3

Pusaka Sang Punggawa

Tragedi marhum tumbang dirumput adalah sebuah kisah sejarah masa silam pada tahun
1661,pada waktu itu merupakan pintu awal perjalanan sang punggawe. Berawal dari kisah
atau tragedi ini lah banyak terlahir anak keturunan nya yang melegenda.

Setelah tragedi itu terjadi,anak seorang Sultan yang berkuasa saat itu melarikan diri ke Negri
Sambas dan memulai hidup barunya disambas. Anak Sultan itu bernama Pangiran Muda
Bungsu, ya..... Pangeran Muda Bungsu adalah anak dari Sultan Haji Muhammad Ali yang
melarikan diri ke Negri Sambas setelah membunuh anak Datok Bendahara Hakul Mubin.
Merasa tidak puas terhadap putusan hukum untuk keadilan anaknya yang di bunuh oleh
Putra Sultan Haji Muhammad Ali,yakni Pangeran Muda Bungsu,akhirnya Datok Bendahara
Hakul Mubin membunuh Sultan Haji Muhammad Ali sebagai ganti darah anaknya yang
dibunuh oleh anak Sultan Haji Muhammad Ali. Setelah membunuh Sultan Haji Muhammad
Ali, akhirnya Datok Bendahara Hakul Mubin menobatkan dirinya menjadi sultan di brunei.

Kisah Pangeran Muda Bungsu yang telah melarikan diri kesambas


Pelarian Pangeran Muda Bungsu Ke Negri Sambas adalah merupan sebuah kisah dan babak
baru dalam membina hidupnya, dia melepaskan gelar kebangsawanan nya di sambas dan di
sambas ia mendapat keturunan,diantara nama zuriatnya itu bernama Mau Makki dan Mau
Muhammad. Sedang lamanya pangiran muda bungsu menetap di sambas dan membina
bahtera dengan keluarga nya di sambas,datanglah pesan dari brunei yang menyatakan
bahwa Pangiran Muda Bungsu harus kembali ke Negri Brunei Darussalam untuk menerima
penobatan pewaris tahta Kesultanan Brunei selanjutnya. Dan pada waktu itu yang menjadi
Sultan Brunei Adalah abang ipar Pangiran Muda Bungsu yang bergelar Sultan Muhyiddin.
Namun sayangnya sebelum sampai ke brunei,didalam perjalanan Pangiran Muda Bungsu
meninggal Dunia yang disebabkan sakit,dan pada waktu keberangkatan pangiran muda
bunsu tidak hanya seorang diri,tetapi ia berangkat dengan anak dan istrinya juga ikut
menuju ke brunei. Sebelum wafatnya Pangiran Muda Bungsu,ia sempat berwasiat kepada
anak-anaknya. Isi wasiat itu adalah “ wahai anak – anak ku,sepertinya keadaan ku sudah
tidak kuat lagi untuk menempuh perjalanan ke kampung halaman ku,maka aku berwasiat
kepada kalian semua,jika aku mati disini maka lanjutkanlah perjalanan kalian ke brunei dan
sampaikan kepada Sultan Bahwa Aku Sangat merindukan Negriku dan kalian jadilah Abdi
Sultan yang setia dan lindungilah Negri Brunei dari segala ancaman,dan jika sultan
menginginkan diantara kalian menjadi pewaris tahta selanjutnya, maka aku serahkan
kepada engkau wahai Mau Muhammad,dan untukmu Mau Makki, jadilah pelindung bagi
Adikmu Mau Muhammad “. Pangiran Muda Bungsu Wafat di teluk Madong dan di makam
kan disana. Setelah menyelesaikan dan mengemaskan jenazah ayahndanya,maka Mau
Makki dan Mau Muhammad pun berangkat dan melanjutkan perjalanan nya ke brunei
darussalam demi memenuhi janji wasiat ayahnda nya, sesampainya mereka di negri brunei
darussalam. Mau Makki dan Mau Muhammad menghadap ke bawah duli Yang Mulia Sultan
dan dipertuan Rakyat Brunei Sultan Muhyiddin dan memberikan kabar duka kepada Baginda
Sultan, Bahwa ayahnda nya Mangkat di dalam perjalanan menuju Negri brunei darussalam.
Mendengar kabar itu Sultan Muhyiddin merasakan kesedihan yang mendalam.

Pemberian Gelar Kepada Kedua Putra Pangiran Muda Bungsu, Mau


Makki dan Mau Muhammad
Setelah beberapa waktu menetap di Negri Brunei,maka sultan Muhyiddin Menobatkan
Gelar kepada ke dua putra Pangiran Muda Bungsu yakni Mau Makki bergelar Pangiran Anak
Jaafar Suan dan Mau Muhammad Bergelar Pangiran Anak Muhammad. Tidak sampai di situ
saja,sultan Muhyiddin mengutarakan niatnya untuk mengembalikan Tahta kepada yang
berhak, pertama Sultan menawarkan kepada Pangiran Jaafar Suan atau Mau makki untuk
menerima waris Tahta kesultanan namun Pangiran Jaafar Suan menolak tawaran itu kepada
sultan sebab, ianya tidak mempunyai ambisi untuk berkuasa di Negri Brunei Darusslam,di
kernakan sifat dan kepribadian Pangeran jaafar Suan adalah sebagai pelindung. Setelah
penolakan itu di tolak oleh pangiran Jaafar Suan,maka sultan menawarkan kepada Pangiran
Muhammad untuk menerima Penobatan Pewaris Tahta Kesultanan Brunei dan Singkat
cerita Pangiran Muhammad pun Menerima Tawaran Paman Nya itu yakni Sultan Muhyiddin,
dan tidak lama kemudian di berilah gelar oleh sultan atas pangiran muhammad dengan
gelar Pangiran Bendahara Muhammad Alam atau raja bendahara Alam. Kemudian setelah
penobatan itu di terima maka pangiran bendahara muhammad alam di nobatkan menjadi
Sultan Husein Kamaluddin dan Sultan Kamaluddin menjadi sultan brunei ke 16.

Perjalanan Pangiran Jaafar Suan Atau H.Mau Makki


Perjalan Hidup Pangiran Jaafar Suan dalam kiprahnya berdakwah dan melindungi negri
brunei darussalam, pangiran jaafar suan ini merupakan seseorang yang berbadan
tegap,gagah,berani dan bersahaja dan berperawakan tampan. Ia sangat di cintai oleh rakyat
brunei dikernakan sifatnya dan kedalaman ilmu agamanya. Suatu ketika ia pergi menemui
ibunya di Sambas dan menziarahi makam ayahnda nya, disana ia bertemu dengan seorang
gadis yang cantik dan menawan. Singkat cerita Pangiran Jaafar suan menikahi wanita
tersebut, dan setelah menikah dengan gadis tersebut yang saat ini tidak di ketahui namanya
menurut sejarah, ia pamit dengan ibundanya untuk pulang ke Negri Brunei dan disana lah ia
membina bahtera rumah tangganya dengan istrinya,dan hasil pernikahan itu pangiran jaafar
suan di karuniai seorang putra bernama Mau Malik ( dalam sejarah hanya di ketahui hanya
seorang saja anak pangiran jaafar suan ).

Perjalanan Pangiran Abdul Rashid Atau H.Mau Malik


Mau malik atau Pangiran anak Abdul Rashid adalah anak dari Pangiran Anak Jaafar Suan, Ia
terlahir dari lingkungan bangsawan dan besar dalam ruang lingkup kerajaan. Ia mempunya
sifat yang sama dengan ayahnya, kata orang bialang bahwa buah tidak akan jauh jatuhnya
dari pohonya, itulah yang pantas sebutan bagi pangiran Abdul Rashid. Pangiran Abdul
Rashid Sempat menjadi Pengawal Kesultanan Brunei yang mana ketika itu yang menjadi
Sultan Adalah sultan Muhammad Alauddin yakni Sultan Ke 17. Pangiran Abd Rashid menikah
dengan seorang Gadis ( tidak di temui Sejarah Yang Kongkrit dimana ia menikah dan siapa
nama istrinya ) dan dari hasil pernikahan itu terlahirlah seorang Putra yang nanti disebut
Punggawe Sambas yang termasuk dalam daftar nama panglima bantilan. Nama anak dari
Pangiran Abdul Rashid adalah Pangiran Anak Muhammad Shaleh atau H.Mau Ma’akal
Muhammad Shaleh.

Perjalanan Sang Punggawa Sambas


Beranjak dewasa PA H.Mau Ma’akal M. Shaleh di kenal dengan kepribadian yang tidak jauh
kalah dengan para leluhurnya,ia sangat tangkas dalam ilmu bela dirinya dan ilmu kesaktian
nya sehinga ada utusan dari sambas ketika itu memohon bantuan kepada kesultanan brunei
untuk membantu kesultanan Sambas yang mana Kesultanan Sambas juga adalah kerabat
dekat kesultanan brunei. Mendengar permohonan bantuan dari kesultanan sambas,maka
sultan brunei pada waktu itu menitahkan Pangiran anak Muhammad Shaleh atau H.Mau
Ma’akal Muhammad Saleh untuk membantu kesultanan sambas yang mana pada waktu itu
kesultanan sambas mengalami gangguan dari pada kesultanan siak Indra Pura. Disanalah
kiprah Pangiran Anak Muhammad Shaleh Memuncak dan di sukai oleh Sultan sambas pada
waktu itu. Nama gelar beliau juga di sebut dalam catatan sejarah sambas yakni bernama
Awang Tandi, setelah memenangkan perperangan antara Sambas dan siak maka sultan
mengangkatnya menjadi punggawe Sambas atau pengawal setia kerajaan. Kiprah beliau di
negri sambas diakhiri Perang Lanun di daerah perairan Sambas, di dalam pertempuran itu
banyak yang memakan korban,kerna lawan yang dihadapi cukup kuat,setelah pertempuran
selesai ternyata Pangiran Anak Muhammad Shaleh terkena tusukan dari keris beracun ketua
lanun sehingga beliau merasakan sakit yang perih dan akhirnya Wafat dalam perjalanan
pulang Ke Kesultanan Sambas dan di makam kan di sutu teluk yang bernama teluk keramat.

Pangiran Anak Muhammad Shaleh atau H.Mau Ma’akal Muhammad Shaleh Mempunyai istri
anak yang bernama H.Mau Abdurrahman Atau H.Ateh atau H.Awang Abdurrahaman yang
mana anaknya juga merupakan salah satu Punggawe Sambas

Perjalanan Hidup Sang Punggawe Sambas Jilid 2 Datok Haji


Ateh/H.Mau Abdurrahman/Awang H Abdurrahman

Anda mungkin juga menyukai