Anda di halaman 1dari 74

Analisis Perbandingan Heat Exchanger Tipe Plate-Frame

dengan Perancangan Tipe Shell and Tube pada


Intercooler

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Diploma III Program Studi Teknik Konversi Energi
Di Jurusan Teknik Mesin

Oleh :
Muthia Sari Atikayanti NIM. 1215020035
Sagita Firza Nur NIM. 1215020022

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


2018
LEMBAR PENGESAHAN

Analisis Perbandingan Heat Exchanger Tipe Plate-Frame


dengan Perancangan Tipe Shell and Tube pada
Intercooler

Oleh :
Muthia Sari Atikayanti NIM. 1215020035
Sagita Firza Nur NIM. 1215020022

Tugas Akhir ini telah disidangkan pada tanggal 13 Juli 2018


dan telah sesuai dengan ketentuan.

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ir. Budi Santoso, M.T Arifia Ekayuliana, S.T, M.T


NIP. 19591116 199011 1 001 NIP. 19910721 201803 2 001

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


2018

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Analisis Perbandingan Heat Exchanger Tipe Plate-Frame


dengan Perancangan Tipe Shell and Tube pada
Intercooler

Oleh :
Muthia Sari Atikayanti NIM. 1215020035
Sagita Firza Nur NIM. 1215020022

Tugas Akhir ini telah disidangkan pada tanggal 13 Juli 2018


dan telah sesuai dengan ketentuan.

Dewan Penguji: Tanda Tangan

1. Ir. Budi Santoso, M.T 1……………………..


NIP : 19591116 199011 1 001
2. Indra Silanegara, S.T, M.T 2……………………..
NIP : 19690605 198911 1 001
3. Ir. Emir Ridwan, M.T 3……………………..
NIP : 19600202 199003 1 001
Disahkan oleh
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta
Ketua Jurusan

Dr. Eng. Muslimin, S.T . M.T


NIP. 19770714 200812 1 005

iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Kami yang bertandatangan dibawah ini :

Muthia Sari Atikayanti 1215020035

Sagita Firza Nur 1215020022

Menyatakan bahwa judul dan isi Laporan Tugas Akhir ini bebas dari plagiasi.
Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.

Depok, 13 Juli 2018

Penulis,

Muthia Sari Atikayanti Sagita Firza Nur

NIM. 1215020035 NIM. 1215020022

iv
ABSTRAK
Heat exchanger merupakan salah satu komponen penting di PLTP, karena berfungsi untuk
memindahkan energi panas antara dua atau lebih fluida yang memiliki perbedaan
temperatur. Studi ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan kinerja heat exchanger
tipe plate-frame dan shell and tube pada intercooler di PLTP Kamojang Unit 2, dimana air
pendingin primary digunakan untuk mendinginkan air pendingin secondary. Heat exchanger
yang digunakan di PLTP Kamojang Unit 2 adalah tipe plate heat exchanger. Namun,
beberapa masalah ditemukan pada plate heat exchanger ini, yaitu mudahnya terjadi
kebocoran pada seal yang diakibatkan dari gasket yang mudah mengalami deformasi bentuk
dan apabila terjadi kerusakan pada pelat, pelat tersebut harus diganti dan tidak bisa
diperbaiki, sedangkan material yang digunakan pada heat exchanger ini adalah titanium
yang memiliki harga relatif mahal. Penelitian ini akan membahas perancangan berupa
perhitungan dimensi heat exchanger tipe shell and tube satu pass shell dan dua pass tube
aliran berlawanan. Dengan hasil perancangan tersebut, maka akan diketahui perbandingan
tipe heat exchanger yang memiliki kinerja dan keunggulan yang lebih baik dengan metode
pengambilan data, wawancara dan analisis. Hasil perancangan heat exchanger tipe shell
and tube ini memiliki nilai efektivitas sebesar 0,4565 dengan dimensi panjang 1,83m,
diameter shell 0,405m, diameter luar tuber 0,01905m, diameter dalam tube 0,01483m, luas
daerah per tube 0,00017m dengan material baja (SUS304).

Kata kunci: desain, efektivitas, heat exchanger, intercooler.

ABSTRACT
Heat exchanger is one of important component in geothermal power plant, because it serves to
move the heat energy between two or more fluids which have a temperature differences. This
research aims to analyze the comparison of plate-frame with shell and tube heat exchanger
performance in intercooler at Kamojang Geothermal Power Plant Unit 2, where the primary
cooling water is used to cool the secondary cooling water. The type of Heat exchanger used in
Kamojang Geothermal Power Plant Unit 2 is plate heat exchanger. However, some problems are
found in this plate heat exchanger type, which is the seals that easily to leak due to the shape of
gaskets that easily deformed. Moreover, if there is a problem on the plate, the plate must be
replaced and can not be repaired, while the material used in this heat exchanger is titanium which
has a relatively high price. With some of these problems, the effectiveness of plate heat exchanger
is 30,7%. In the industrial world, the use of shell and tube type heat exchanger is generally used
because the construction is relatively simple, moreover if there is a leak in the tube it can be
handled by plugging. Therefore, this research will discuss the design of the calculation of shell
and tube one pass shell and two tube counterflow type heat exchanger by calculation analysis of
LMTD (Log Mean Temperature Difference) method. The effectiveness of design of shell and tube
heat exchangers is 45.65% which means that shell and tube heat exchanger has better
performance than the plate-frame type.

Keyword: design, effectiveness, heat exchanger, intercooler

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Perbandingan Heat
exchanger Tipe Plate-Frame dan Shell and tube pada Intercooler”.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang diperlukan untuk
memperoleh gelar Diploma pada Program Studi Teknik Konversi Energi Jurusan
Teknik Mesin di Politeknik Negeri Jakarta.
Dalam penyusunan dan penulisan Tugas Akhir ini tidak lepas dari berkah
dan rahmat Allah SWT serta dukungan dari kedua orang tua penulis, bimbingan
dan bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu dengan rasa kerendahan hati
penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Budi Santoso, Ir sebagai Dosen Pembimbing dari Jurusan Teknik
Mesin Program Studi Teknik Konversi Energi yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk membimbing dan membagi ilmu dalam
penyusunan laporan Tugas Akhir ini.
2. Ibu Arifia Ekayuliana, S.T, M.T sebagai Dosen Pembimbing dari Jurusan
Teknik Mesin Program Studi Teknik Konversi Energi yang senantiasa
meluangkan waktunya untuk membimbing dan membagi ilmu dalam
penyusunan laporan Tugas Akhir ini.
3. Seluruh dosen Teknik Konversi Energi yang telah memberikan ilmu dan
memberikan dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Opan Ropandi, S.T. selaku pembimbing lapangan di PT. Indonesia
Power UPJP Kamojang yang telah banyak memberikan arahan dan
masukan kepada kami.
5. Bapak Anta, Bapak Anto, Bapak Bambang, Bapak Dito, Bapak Dodi,
Bapak Dedi, Bapak Iqbal, Bapak Heri, Bapak Fahri selaku crew
maintenance cooling tower, dan crew mekanik yang telah banyak
membantu saat terjun langsung ke lapangan.

vi
6. Bapak Maulana, Bapak Silman, Bapak Surya, Bapak Firman, Bapak Budi,
Bapak Miran, Bapak Asep, Bapak Awang, Bapak Andi, Bapak Yosep,
serta semua operator yang ada di Central Control Room (CCR) yang telah
banyak membantu dalam pengumpulan data.
7. Risky Noviasari dan Friska Yustika selaku sahabat yang selalu
memberikan dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Tak lupa pula penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak terkait lainnya yang telah banyak membantu dan memberikan
dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam penulisan
selanjutnya dapat lebih baik dan sempurna.
Akhir kata semoga laporan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis
Perbandingan Heat exchanger Tipe Plate-Frame dan Shell and tube pada
Intercooler” dapat dipahami dan memberikan banyak manfaat bagi kita semua.

Depok, 13 Juli 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .................................................................. iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 2
1.5 Lokasi Objek Tugas Akhir ....................................................................... 3
1.6 Manfaat ..................................................................................................... 3
1.6.1 Manfaat Bagi Penulis ........................................................................ 3
1.6.2 Manfaat Bagi Jurusan ........................................................................ 3
1.6.3 Manfaat Bagi Politeknik Negeri Jakarta ........................................... 3
1.6.4 Manfaat Bagi PT. Indonesia Power UPJP Kamojang ....................... 4
1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 6
2.1 Heat exchanger ......................................................................................... 6
2.2 Jenis-jenis Heat exchanger ....................................................................... 6
2.2.1 Shell and tube Heat exchanger ......................................................... 6
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih Material Tabung,
yaitu : ....................................................................................................................... 8
2.2.2 Plate-Frame Heat exchanger .......................................................... 13
2.3 Intercooler Unit 2 PLTP Kamojang ....................................................... 14
2.3.1 Komponen Intercooler .................................................................... 14
2.4 Perhitungan Perpindahan Panas pada Plate-Frame Heat exchanger ..... 16
2.4.1 Laju Perpindahan Panas .................................................................. 16
2.4.2 Efektivitas Perpindahan Panas dengan Menggunakan Metode NTU
(Number Transfer Unit) ................................................................................. 19

viii
2.5 Perhitungan Perancangan Heat exchanger Shell and tube ..................... 19
2.5.1 Laju Perpindahan Panas .................................................................. 19
2.5.2 Beda Temperatur Rata-rata Logaritma (LMTD)............................. 20
2.5.3 Koefisien Overall Perpindahan Panas Desain (Ud) ........................ 21
2.5.4 Perhitungan Desain Shell and tube ................................................. 21
BAB III ............................................................................................................... 245
METODE PELAKSANAAN ............................................................................... 25
3.1 Diagram Alir ........................................................................................... 25
3.2 Penjelasan Diagram Alir ........................................................................ 26
3.2.1 Studi Literatur ................................................................................. 26
3.2.2 Pengumpulan data Intercooler ........................................................ 26
3.2.3 Kecukupan Data .............................................................................. 26
3.2.4 Pengolahan Data.............................................................................. 27
3.2.5 Perhitungan Perancangan ................................................................ 27
3.2.6 Analisis............................................................................................ 27
3.2.7 Kesimpulan ..................................................................................... 27
3.3 Data Komisioning Intercooler Unit 2 PLTP Kamojang ........................ 28
3.4 Data Parameter Operasi Normal Intercooler Unit 2 PLTP Kamojang... 30
3.5 Teknik Pengolahan Data ........................................................................ 31
3.5.1 Menghitung Laju Perpindahan Panas dengan Metode LMTD ....... 31
3.5.2 Menghitung Nilai Efektifitas Heat exchanger ................................ 33
BAB IV ................................................................................................................. 34
ANALISA DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 34
4.1 Data Hasil Perhitungan ........................................................................... 34
4.1.1 Hasil Perhitungan Efektivitas Perpindahan Panas Plate-Frame Heat
exchanger pada Intercooler ........................................................................... 34
4.2 Pengolahan Data ..................................................................................... 36
4.2.1 Perhitungan Efektivitas Perpindahan Panas Plate-Frame Heat
exchanger pada Intercooler ........................................................................... 36
4.2.2 Perhitungan Perancangan Heat exchanger Tipe Shell and tube pada
Intercooler ..................................................................................................... 39
4.2 Analisa Data ........................................................................................... 47
BAB V................................................................................................................... 50
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2 Shell and tube Heat exchanger[6] ..................................................... 11


Gambar 2.3 Plate Heat exchanger[6] ................................................................... 13
Gambar 2.4 Berbagai macam tipe pelat pada plate heat exchanger[8] ................ 14
Gambar 2.5 Pola pelat chevron[9] ........................................................................ 15
Gambar 2.6 Gasket pada plate heat exchanger[9] ................................................ 15
Gambar 2.7 Grafik nilai faktor koreksi LMTD Plate-Frame Heat exchanger aliran
berlawanan[6]........................................................................................................ 18
Gambar 2.8 Grafik nilai faktor koreksi LMTD Shell and tube One Shell Two Tube
aliran berlawanan[6].............................................................................................. 20
Gambar 2.9 Tabel 8 Kerns[2] ............................................................................... 21
Gambar 2.10 Tabel BWG (Birmingham Wire Gauge)[2]..................................... 22
Gambar 3.1 Bagan Diagram Alir .......................................................................... 25
Gambar 3.2 Bagan Alir Perhitungan Log Mean Temperature Difference ............ 31
Gambar 3.3 Bagan Alir Perhitungan Koefisien Konveksi .................................... 31
Gambar 3.4 Bagan Alir Perhitungan Laju Perpindahan Panas ............................. 32
Gambar 3.5 Bagan Alir Perhitungan Koefisien Overall Heat Transfer................ 32
Gambar 3.6 Bagan Alir Perhitungan NTU (Number Transfer Unit) .................... 32
Gambar 3.7 Bagan Alir Perhitungan Efektivitas Plate-Frame Heat exchanger ... 33
Gambar 3.8 Grafik nilai faktor koreksi LMTD Shell and tube One Shell Two Tube
aliran berlawanan[6].............................................................................................. 41

x
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi Desain Intercooler .............................................................. 28


Tabel 3.2 Data Parameter Operasi dalam Kondisi Desain .................................... 29
Tabel 3.3 Parameter Operasi Sistem Pendingin Primary dan Secondary tanggal 9
Maret 2018 Unit 2 PLTP Kamojang ..................................................................... 30
Tabel 4.1 Data Penunjang untuk Perhitungan Efektivitas Plate-Frame Heat
exchanger pada Intercooler.................................................................................. 34
Tabel 4.2 Data hasil Perhitungan Laju Perpindahan Panas dan Efektivitas Plate-
Frame Heat exchanger pada Intercooler .............................................................. 34
Tabel 4.3 Data hasil Perhitungan Perancangan Heat exchanger Tipe Shell and
tube pada Intercooler ............................................................................................ 35
Tabel 4.4 Data Penunjang untuk Perhitungan Efektivitas Heat exchanger Tipe
Shell and tube pada Intercooler ............................................................................ 36
Tabel 4.5 Data hasil Perhitungan Laju Perpindahan Panas dan Efektivitas Heat
exchanger Tipe Shell and tube pada Intercooler ................................................. 36

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data perhitungan Plate Heat exchanger ............................................ 54


Lampiran 2 Data Perhitungan Shell and tube Heat exchanger ............................. 56
Lampiran 3 Daftar Harga Metal ............................................................................ 59
Lampiran 4 Gambar tampak samping intercooler di PLTP Kamojang pada unit 2
............................................................................................................................... 59
Lampiran 5 Log Sheet Sistem Air Pendingin Primary dan Secondary Unit 2 pada
9 Maret 2018 ......................................................................................................... 60
Lampiran 6 Heat Balance 100% Unit 2 dan Unit 3 PLTP Kamojang .................. 61
Lampiran 7 Data Pribadi Mahasiswa .................................................................... 62

xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemanfaatan energi panas bumi sebagai pembangkit listrik di
Indonesia diawali dengan berdirinya PLTP Kamojang pada tahun 1982,
yang kini berkapasitas 1 x 35 MW untuk unit 1 dan 2 x 55 MW untuk unit
2 dan 3[1]. Salah satu komponen penting pada PLTP Kamojang yaitu alat
penukar panas atau yang biasa disebut dengan heat exchanger. Pada
umumnya heat exchanger digunakan pada sistem pendinginan, salah
satunya yaitu pada sistem pendinginan intercooler.
Intercooler pada Unit 2 PLTP Kamojang menggunakan jenis plate
heat exchanger, dimana fluida panas dan fluida dingin dialirkan secara
tidak langsung (indirect contact). Zat cair yang digunakan sebagai
pendingin bisa dari jenis yang sama maupun berbeda. Pada intercooler
fluida yang digunakan sama, yaitu berupa air, dimana air pendingin
primary dialirkan untuk mendinginkan air pendingin secondary.
Permasalahan yang sering terjadi pada plate heat exchanger pada
Unit 2 PLTP Kamojang yaitu dari segi pemeliharaan, dimana sering
terjadinya kebocoran pada pelat yang dikarenakan gasket pada seal sudah
mulai rusak akibat dari life time dan kinerja dari intercooler pun sudah
mulai berkurang yang dikarenakan jumlah pelat sudah banyak yang
dikurangi akibat dari kerusakan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan perancangan
berupa perhitungan dimensi heat exchanger tipe shell and tube satu pass
shell dan dua pass tube aliran berlawanan. Dimana, shell and tube
merupakan heat exchanger yang sering digunakan di dunia industri
khusunya pembangkit listrik. Dengan hasil perancangan tersebut, maka
akan diketahui perbandingan tipe heat exchanger yang memiliki kinerja
dan keunggulan yang lebih baik pada PLTP Kamojang.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis perbandingan efektivitas heat exchanger tipe
plate-frame pada intercooler dengan hasil perancangan heat exchanger
tipe shell and tube?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dan manfaat dari tugas akhir ini adalah:
1. Mengetahui perbandingan nilai efektivitas tipe plate heat exchanger
dan hasil rancangan tipe shell and tube.
2. Mengetahui hasil perancangan heat exchanger dari tipe plate menjadi
tipe shell and tube pada intercooler.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam tugas akhir yang berjudul “Analisis
Perbandingan Heat exchanger Tipe Plate-Frame dan Shell and tube pada
Intercooler” pembahasannya mencakup tentang :
1. Data yang digunakan pada perhitungan plate heat exchanger dalam
penelitian ini mengacu pada data operasi aktual intercooler pada
PLTP Kamojang unit 2.
2. Data yang digunakan pada perhitungan shell and tube heat exchanger
dalam penelitian ini mengacu pada data desain intercooler pada
PLTP Kamojang unit 2.
3. Spesifikasi Heat exchanger yang dirancang dan dianalisa untuk
menurunkan suhu air secondary dengan Standar TEMA yang dipilih
adalah A E P, yaitu channel and removable cover, one pass shell and
outside packed floating head dan klasifikasi type R (penggunaan
heat exchanger pada dunia industri berat).
4. Perancangan desain shell and tube mengacu pada tabel perancangan
BWG.

2
1.5 Lokasi Objek Tugas Akhir
Lokasi objek tugas akhir akan dilaksanakan di:
1. PT. Indonesia Power UPJP Kamojang.
2. Laboratorium Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Jakarta.

1.6 Manfaat
Manfaat dari pembuatan tugas akhir ini yang ingin diberikan
penulis:
1.6.1 Manfaat Bagi Penulis
1. Menambah ilmu pengetahuan mengenai alat penukar panas.
2. Menambah ilmu pengetahuan mengenai perhitungan
perpindahan panas untuk heat exchanger tipe plate-frame dan
shell and tube.
3. Mengetahui metode yang dilakukan untuk merancang heat
exchanger pada intercooler tipe shell and tube.

1.6.2 Manfaat Bagi Jurusan


1. Sebagai studi literatur dalam proses pembelajaran bagi
mahasiswa/i Teknik Konversi Energi khususnya pada mata
kuliah heat transfer dan perawatan pembangkit.
2. Sebagai pembuktian bahwa mahasiswa/i mampu membuat
karya tulis yang bermanfaat untuk referensi generasi
selanjutnya.

1.6.3 Manfaat Bagi Politeknik Negeri Jakarta


Sebagai studi literatur dalam proses pembelajaran bagi
mahasiswa/i Politeknik Negeri Jakarta, khususnya dalam bidang
konversi energi.

3
1.6.4 Manfaat Bagi PT. Indonesia Power UPJP Kamojang
Sebagai bahan masukan kepada perusahaan untuk
menentukan tipe heat exchanger yang memiliki kualitas lebih baik
pada sistem pendinginan intercooler pada unit 2 di PLTP
Kamojang.

1.7 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah memahami laporan ini, penulis menyusun
sistematikanya sebagai berikut:
a. Halaman Sampul
b. Halaman Pengesahan
c. Daftar Isi
d. Bab I Pendahuluan
Merupakan bagian utama dari pembahasan tugas akhir, terdiri dari
latar belakang, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus,
batasan masalah, lokasi objek tugas akhir, metode penyelesaian
masalah, manfaat yang didapatkan, serta sistematika penulisan.
e. Bab II Tinjauan Pustaka
Berisi studi pustaka / literature yang menguraikan tentang dasar-
dasar materi yang digunakan penulis sebagai acuan analisis penelitian
yang mencakup tentang bahasan analisis perbandingan heat exchanger
tipe plate-frame dan shell and tube pada intercooler.
f. Bab III Metode Pelaksanaan
Menguraikan metode yang digunakan penulis untuk menyelesaikan
masalah / penelitian meliputi prosedur, pengambilan sampel,
pengumpulan data dan teknik analisa data.
g. Bab IV Hasil dan Pembahasan
Berisi data – data yang dibutuhkan untuk proses perhitungan dan
juga data – data hasil dari perhitungan yang kemudian dianalisis.

4
h. Bab V Kesimpulan
Berisi kesimpulan dari seluruh hasil pembahasan yang disertai
dengan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
i. Daftar Pustaka
j. Lampiran
k. Riwayat hidup penulis.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Heat exchanger


Heat exchanger adalah alat penukar panas yag digunakan untuk
memanfaatkan atau mengambil panas dari suatu fluida yang ditransfer ke
fluida lainnya melalui proses yang disebut proses perpindahan panas[2].
Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar
fluida dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena
adanya kontak, baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya
maupun keduanya bercampur langsung begitu saja. Penukar panas sangat
luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak, pabrik kimia maupun
petrokimia, industri gas alam, refrigerasi dan pembangkit listrik. Alat
penukar kalor banyak digunakan pada berbagai instalasi industri, antara
lain adalah boiler, cooling tower, kondensor dan cooler[3]. Tujuan dari
perpindahan kalor dalam proses industri diantaranya adalah:
a. Memanaskan atau mendinginkan fluida sampai dengan temperatur
tertentu yang dapat memenuhi persyaratan untuk proses
selanjutnya.
b. Mengubah keadaan fasa fluida, misal dalam proses destilasi,
evaporasi, kondensasi dan lain-lain[4].

2.2 Jenis-jenis Heat exchanger


2.2.1 Shell and tube Heat exchanger
Alat penukar panas tipe ini terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel
(cangkang). Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan
fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang sama, berlawanan,
atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas pada penunjang pipa
yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi pertukaran

6
panas, biasanya pada Shell and tube Heat exchanger dipasang sekat
(buffle). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan
menambah waktu tinggal (residence time), namun pemasangan sekat akan
memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa,
sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.[5]
Ada beberapa fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat
merancang tabung di shell dan penukar panas tabung, yaitu :

a. Diameter pipa
Menggunakan tabung kecil berdiameter membuat penukar panas
baik ekonomis dan kompak. Namun, lebih mungkin untuk heat exchanger
untuk mengacau-balaukan lebih cepat dan ukuran kecil membuat mekanik
membersihkan fouling yang sulit. Untuk mengatasi masalah fouling dan
pembersihan, diameter tabung yang lebih besar dapat digunakan. Jadi
untuk menentukan diameter tabung, ruang yang tersedia, biaya dan sifat
fouling dari cairan harus dipertimbangkan [5].

b. Ketebalan tabung
Ketebalan dinding tabung biasanya ditentukan untuk memastikan:
 Ada ruang yang cukup untuk korosi
 Tahan vibrasi
 Axial kekuatan
 Ketersediaan stok suku cadang

c. Panjang tabung
Penukar panas biasanya lebih murah ketika mereka memiliki
diameter shell yang lebih kecil dan panjang tabung panjang. Dengan
demikian, biasanya ada tujuan untuk membuat penukar panas selama
mungkin. Namun, ada banyak keterbatasan untuk ini, termasuk ruang yang
tersedia di situs mana akan digunakan dan kebutuhan untuk memastikan
bahwa ada tabung tersedia dalam panjang yang dua kali panjang yang
dibutuhkan (sehingga tabung dapat ditarik dan diganti). Juga, itu harus

7
diingat bahwa tunggal, tabung tipis yang sulit untuk mengambil dan
mengganti.

d. Tabung pitch
Ketika mendesain tabung, pastikan bahwa tabung pitch (yaitu jarak
pusat-pusat tabung sebelah) tidak kurang dari 1,25 kali diameter luar
tabung. Cairan yang berada didalam tube haruslah fluida yang ingin
didinginkan atau dipanaskan. Shell and tube heat exchanger biasanya
digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi (dengan tekanan lebih besar dari
30 bar) dan suhu lebih besar dari 260° C. Hal ini karena Shell and tube
heat exchanger memiliki bentuk yang kuat [5].
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih Material
Tabung, yaitu :
Agar dapat memindahkan panas dengan baik, material tabung harus
mempunyai thermal conductivity. Karena panas ditransfer dari suatu sisi
yang panas menuju sisi yang dingin melalui tabung, terdapat perbedaan
temperature sepanjang lebar tabung. Karena ada kecenderungan material
tabung untuk mengembang berbeda-beda secara thermal pada berbagai
temperature thermal stresses muncul selama operasi. Hal ini sesuai
terhadap tegangan dari tekanan tinggi dari fluida itu sendiri.
Material tabung juga harus sesuai dengan kedua hal yaitu sisi shell dan
sisi tube yang dialiri untuk periode lama dibawah kondisi-kondisi operasi
(temperature, tekanan, pH, dan lain-lain) untuk memperkecil hal yang
buruk seperti korosi. Semua yang dibutuhkan yaitu melakukan pemilihan
seksama atas bahan yang kuat, thermalconductive, corrosion resistant,
material tabung bermutu tinggi, yang secara khas berbahan metal. Pilihan
material tabung yang buruk bisa mengakibatkan suatu kebocoran melalui
suatu tabung antara sisi shell dan tube yang menyebabkan fluida yang
lewat terkontaminasi dan kemungkinan hilangnya tekanan [5].

8
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran
fluida dalam shell side dan Tube side untuk shell and tube exchanger
adalah :
a) Kemampuan untuk dibersihkan (Cleanability)
Jika dibandingkan cara membersihkan Tube dan Shell, maka
pembersihan sisi shell jauh lebih sulit. Untuk itu fluida yang bersih
biasanya dialirkan di sebelah shell dan fluida yang kotor melalui Tube.
b) Korosi
Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh
penggunaan dari paduan logam. Paduan logam tersebut mahal, oleh
karena itu fluida dialirkan melalui Tube untuk menghemat biaya yang
terjadi karena kerusakan shell. Jika terjadi kebocoran pada Tube, heat
exchanger masih dapat difungsikan kembali. Hal ini disebabkan
karena Tube mempunyai ketahanan terhadap korosif, relatif murah dan
kekuatan dari small diameter Tube melebihi shell.
c) Tekanan
Shell yang bertekanan tinggi dan diameter yang besar akan
diperlukan dinding yang tebal, hal ini akan memakan biaya yang
mahal. Untuk mengatasi hal itu apabila fluida bertekanan tinggi lebih
baik dialirkan melalui Tube.
d) Temperatur
Biasanya lebih ekonomis meletakkan fluida dengan temperatur
lebih tinggi pada Tube side, karena panasnya ditransfer seluruhnya ke
arah permukaan luar Tube atau ke arah shell sehingga akan diserap
sepenuhnya oleh fluida yang mengalir di shell. Jika fluida dengan
temperatur lebih tinggi dialirkan padashell side, maka transfer panas
tidak hanya dilakukan ke arah Tube, tapi ada kemungkinan transfer
panas juga terjadi ke arah luar shell (ke lingkungan).
e) Sediment/ Suspended Solid / Fouling
Fluida yang mengandung sediment/suspended solid atau yang
menyebabkan fouling sebaiknya dialirkan di Tube sehingga Tube-Tube

9
dengan mudah dibersihkan. Jika fluida yang mengandung sediment
dialirkan di shell, maka sediment/fouling tersebut akan terakumulasi
pada stagnant zone di sekitar baffles, sehingga cleaning pada sisi shell
menjadi tidak mungkin dilakukan tanpa mencabut Tube bundle.
f) Viskositas
Fluida yang viscous atau yang mempunyai low transfer rate
dilewatkan melalui shell karena dapat menggunakan baffle. Koefisien
heat transfer yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan menempatkan
fluida yang lebih viscous pada shell side sebagai hasil dari peningkatan
turbulensi akibat aliran crossflow (terutama karena pengaruh baffles).
Koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi terdapat pada shell side,
karena aliran turbulen akan terjadi melintang melalui sisi luar Tube
dan baffle [5].
Faktor yang mempengaruhi efektivitas Heat exchanger tipe shell &
tube:
a) Penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar panas,
hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.
b) Pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat
hingga suatu harga maksimum dan kemudian berkurang.
c) Dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris, efektifitas
berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan
efektifitas meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.
d) Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell
sedangkan jarak maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell.
Jarak baffle yang panjang akan membuat aliran membujur dan kurang
menyimpang dari aliran melintang [5].

10
Gambar 2.1 Shell and tube Heat exchanger[6]

Shell and tube ini dibagi lagi sesuai dengan penggunaannya yaitu
class R (untuk keperluan proses dengan tekanan tinggi), class C (untuk
keperluan proses dengan tekanan dan temperatur menengah dan fluida yang
tidak korosif, serta class B (untuk keperluan fluida yang korosif). Proses
pertukaran panas pada kedua fluida ini terjadi pada dinding tube dimana
terdapat dua proses perpindahan yaitu secara konduksi dan konveksi [5].
Dilihat dari konstruksinya, Heat exchanger tipe Shell and tube dibedakan
atas:

1. Fixed tube sheet


2. Floating tube sheet
3. Tipe pipa U
4. Tipe fixed tube sheet dengan sambungan (bagian) ekspansi pada
shellnya.
Keuntungan Shell and tube Heat exchanger merupakan Heat
exchanger yang paling banyak digunakan di proses-proses industri karena
mampu memberikan ratio area perpindahan panas dengan volume dan
massa fluida yang cukup kecil. Selain itu juga dapat mengakomodasi
ekspansi termal, mudah untuk dibersihkan, metode perancangan yang

11
lebih baik telah tersedia dan konstruksinya juga paling murah di antara
yang lain. Untuk menjamin bahwa fluida pada shell-side mengalir
melintasi tabung dan dengan demikian menyebabkan perpindahan kalor
yang lebih tinggi, maka di dalam shell tersebut dipasangkan
sekat/penghalang (baffles). [5]
Komponen – komponen shel and tube heat exchanger adalah:
 Tubes
Pipa yang digunakan dalam heat exchanger bukanlah pipa – pipa
biasa, tetapi pipa-pipa yang khusus dibuat untuk heat exchanger, dibuat dari
berbagai material. Umumnya digunakan pipa berukutran diameter luar ¾ inch
atau 1 inch. Tetapi tersedia juga pipa-pipa dengan dengan diameter luar1/4;
1,75; 1,50 inch. Tebal pipa dinyatakan dengan kode BWG (Birmingham Wire
Gauge). Makin besar bilangan BWG, makin tipis pipanya. Tube terpasang
pada tube – sheet dengan pitch 1,25 DO (diameter luar). Formasi pipa dapat
membentuk segitiga atau bujur sangkar [7].
 Shell
Biasanya digunakan baja karbon untuk ukuran kecil dapat digunakan
pada standar baja karbon. Untuk ukuranbesardibuat dari pelat yang di roll atau
di- las. Untuk heat exchanger yang tidak beroperasi pada tekanan tinggi biasa
digunakan:
Tebal 3/8 in untuk diameter 13 in
Tebal 7/8 in untuk diameter 31 in
Sering diberi kelebihan 1/8 in untuk kemungkinan korosi [7].
 Baffle
Dipasang dengan tujuan untuk mengarahkan aliran didalam shell,
sehingga seluruh bagian terkena aliran. Adanya baffle juga memperbesar dan
membuat turbulen aliran sehingga didapatkan koefisien perpindahan panas
yang besar. Luas baffle lebih kurang 75% penampang shell. Spasi antar baffle
tidak lebih dekat dari 1/5 diameter shell, bila terlalu dekat akan didapat
kehilangan tekanan yang besar [7].

12
2.2.2 Plate-Frame Heat exchanger
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat – pelat
tegak lurus, bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak
lurus dipasang penyekat lunak (biasanya terbuat dari karet). Pelat – pelat
dan sekat disatukan oleh suatu perangkat penekan yang pada setiap sudut
pelat 10 terdapat lubang pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida
dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain, sedangkan fluida yang lain
mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena ada
sekat[5]. Heat exchanger ini dibagi atas 3 macam :
1. Plate and frame or gasketed plate exchanger
Jenis ini terdiri dari bingkai-bingkai dan plat-plat yang disusun
rapat, permukaan plat mempunyai alur-alur yang berpasangan
sehingga jika dirangkai mempunyai dua aliran. Heat exchanger ini
digunakan untuk temperatur dan tekanan rendah seperti
mendinginkan cooling water.
2. Spiral plate heat exchanger
3. Lamella (ramen) heat exchanger

Gambar 2.2 Plate Heat exchanger[6]

13
2.3 Intercooler Unit 2 PLTP Kamojang
Intercooler adalah salah satu heat exchanger jenis pelat. Dalam
plate heat exchanger, pelat disusun dengan susunan tertentu, sehingga
terdapat dua jalur yakni hot side dan cold side. Hot side dialiri fluida yang
relatif lebih tinggi suhunya, sedangkan cold side sebaliknya[6]. Zat cair
yang digunakan sebagai pendingin bisa dari jenis yang sama maupun
berbeda. Di PLTP Kamojang menggunakan fluida yang sama berupa zat
cair yaitu air. Pertukaran panas terjadi dari cairan yang lebih panas ke
cairan yang lebih dingin melalui pelat-pelat yang memisahkan kedua jalur.
2.3.1 Komponen Intercooler
1. Plate
Komponen pelat pada Plate Heat exchanger berfungsi
sebagai tempat mengalirnya fluida panas dan fluida dingin.
Bentuk dan pola dari pelat sangat menentukan proses
perpindahan kalor. Setiap pelat dibentuk cekungan supaya
didapatkan pola yang bergelombang yang nantinya akan
menyebabkan jalur aliran yang berdekatan, berliku-liku yag
dapat meningkatkan transfer kalor dan mengurangi
fouling/pengendapan yang terjadi dengan meningkatnya
tegangan geser dan turbulensi aliran.

Gambar 2.3 Berbagai macam tipe pelat pada plate heat exchanger[8]

Pola Plat (a) washboard; (b) zigzag; (c) chevron/herringbone; protrusions and depressions;
(e) washboard with secondary corrugation; (f) oblique washboard

14
Pola pelat yang digunakan di PLTP Kamojang adalah tipe
chevron/herringbone dikarenakan memiliki berbagai
kelebihan, diantaranya adalah terbentuknya turbulensi aliran
pada kecepatan rendah (0.1-1 m/s) dan dapat menahan tekanan
yang tinggi meski dengan ketebalan plat yang relatif tipis[9].

Gambar 2.4 Pola pelat chevron[9]

2. Gasket
Gasket pada plate heat exchanger berfungsi untuk mengatur
aliran fluida, yang membatasi aliran fluida agar tidak
bercampur satu sama lain. Dari semua komponen yang ada
dalam plate heat exchanger, gasket merupakan komponen yang
paling sering diganti, karena pada umumnya gasket adalah
komponen yang mengalami deformasi bentuk. Material dari
gasket sendiri harus memiliki ketahanan terhadap reaksi kimia
dan temperatur yang tinggi, juga dapat digunakan pada periode
yang lama.

Gambar 2.5 Gasket pada plate heat exchanger[9]

15
3. Frame
Frame berfungsi sebagai penyangga unit Plate Heat
exchanger, dimana frame akan mengapit susunan pelat di
dalamnya. Bentuk frame diklasifikasikan menjadi tipe C frame,
B frame, dan F frame. Tipe C frame digunakan untuk Plate
Heat exchanger berukuran kecil, tipe B frame digunakan untuk
Plate Heat exchanger berukuran besar, dan tipe F digunakan
untuk Plate Heat exchanger berukuran sedang. Material frame
biasanya adalah carbon steel yang dilapisi lapisan anti korosi.
Aplikasi Plate Heat exchanger pada dunia industri, relatif lebih
sempit dibandingkan dengan Heat exchanger yang paling
populer saat ini yaitu jenis Shell and tube Heat exchanger[10].

2.4 Perhitungan Perpindahan Panas pada Plate-Frame Heat exchanger


Di bawah ini terdapat perhitungan perpindahan panas pada plate-
frame heat exchanger[6].

2.4.1 Laju Perpindahan Panas


Besarnya perpindahan panas dari fluida panas ke fluida
dingin dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut (berlaku
untuk heat exchanger tipe plate-frame dan shell and tube):
Q̇ = ṁh cp,h (Th,o – Th,i) .................................... (2.1)
Dan
Q̇ = ṁc cc,h (Tc,o – Tc,i)..................................... (2.2)
Keterangan :
Q̇ = Laju Perpindahan Panas (J/kg)
ṁc = Laju aliran massa air pendingin (kg/s)
ṁh = Laju aliran massa air panas (kg/s)
cp,c = Kalor spesifik air pendingin (J/kgK)

16
cp,h = Kalor spesifik air panas (J/kgK)
Th,i = Temperatur air panas masuk intercooler (ºC)
Th,o = Temperatut air panas keluar intercooler (ºC)
Tc,i = Temperatur air pendingin masuk intercooler (ºC)
Tc,o = Temperatut air pendingin keluar intercooler (ºC)

 Koefisien Overall Perpindahan Panas


1 1 𝑡 1
U= = + + + Rf ..........................................................(2.3)
𝑈 αh 𝜆𝑝 αc

Keterangan:
U = Koefisien overall perpindahan panas (W/m2K)
αh = hot stream heat transfer coefficient (m2)
αc = cold stream heat transfer coefficient (m2)
t = plate thickness (m)
𝜆p = plate conductivity (W/m.K)
Rf = fouling factor

 Luas Permukaan Perpindahan Panas


A = N x L x W ........................................ (2.4)
Keterangan:
N = Jumlah pelat
L = Tinggi pelat (m)
W = Lebar pelat (m)

 Beda Temperatur Rata-rata Logaritma (LMTD)


Untuk mengetahui  Tlm digunakan persamaan:
∆𝑇1 −∆𝑇2
ΔTlm = ∆𝑇1 .................................... (2.6)
ln( )
∆𝑇2

Untuk aliran berlawanan, nilai ∆T1 dan ∆T2 adalah:


∆T1 = ( Th1 – Tc2 )....................................... (2.7)

17
∆T2 = ( Th2 – Tc1 ) ....................................... (2.8)

Gambar 2.6 Grafik nilai faktor koreksi LMTD Plate-Frame Heat exchanger aliran berlawanan[6]

18
2.4.2 Efektivitas Perpindahan Panas dengan Menggunakan Metode NTU
(Number Transfer Unit)
 Laju Kapasitas Panas
ch = ṁ x cp,h ............................................... (2.9)
cc = ṁ x cp,c ............................................... (2.10)
 Laju Perpindahan Panas Maksimum (Qmaks)

Qmaks = cmin ( Th,i – Tc,i ).............................. (2.11)


 Efektivitas Perpindahan Panas
Efektifitas heat exchanger didapat dengan membandingkan
antara laju perpindahan panas aktual dengan laju perpindahan panas
maksimum yang mungkin terjadi:
𝑄𝑎𝑐𝑡
Ɛ= ..................................................... (2.12)
𝑄𝑚𝑎𝑥

 NTU (Number Transfer Unit)


NTU adalah jumlah satuan perpindahan panas yang merupakan
tolak ukur perpindahan panas suatu penukar panas. Harga NTU
semakin besar maka penukar panas mendekati batas
termodinamikanya :
𝑈𝑥𝐴
NTUmin = .......................................... (2.13)
𝐶𝑚𝑖𝑛

2.5 Perhitungan Perancangan Heat exchanger Shell and tube


Heat exchanger yang digunakan yaitu tipe shell and tube satu pass
shell dan dua pass tube aliran berlawanan berjenis floating head. Di bawah
ini terdapat perhitungan perancangan heat exchanger Shell and tube sesuai
dengan metode Kern [2].
2.5.1 Laju Perpindahan Panas
Q̇ = Q̇h = Q̇c
Q̇ = ṁh . cp,h . (Th,o – Th,i).................................(2.14)

19
2.5.2 Beda Temperatur Rata-rata Logaritma (LMTD)
Untuk mengetahui  Tlm digunakan persamaan:
∆𝑇1 −∆𝑇2
ΔTlm = ∆𝑇1 ......................................... (2.16)
ln( )
∆𝑇2

Faktor koreksi untuk plate-frame heat exchanger aliran


berlawanan:

(𝑇1−𝑇2)
R= ................................................ (2.17)
(𝑡2−𝑡1)

(t2−t1)
S= ................................................ (2.18)
(T1−t1)

Gambar 2.7 Grafik nilai faktor koreksi LMTD Shell and tube One Shell Two Tube aliran
berlawanan[6]

20
2.5.3 Koefisien Overall Perpindahan Panas Desain (Ud)
Koefisien perpindahan panas menyeluruh desain dapat diketahui
dengan menggunakan persamaan:

Ud = ..................................... (2.19)
𝐴 𝑥 ΔTlm 𝑥 𝐹
Nilai Ud didapat dari tabel 8 Kern

A= .................................... (2.20)
𝑈𝑑 𝑥 ΔTlm 𝑥 𝐹

Gambar 2.8 Tabel 8 Kerns[2]

2.5.4 Perhitungan Desain Shell and tube


 Menentukan jumlah tube (Nt)
𝐴
Nt = ........................................... (2.21)
L x π x do,t

Keterangan:
A = luas perpindahan panas (m2)
L = Panjang tube (m)
do,t = Diameter luar tube (m)

21
Penentuan spesifikasi tube yang digunakan bisa dilakukan dengan
mengacu pada tabel BWG (Birmingham Wire Gauge), yang tertera di
bawah ini:

Gambar 2.9 Tabel BWG (Birmingham Wire Gauge)[2]

22
 Menghitung Luas Permukaan Perpindahan Panas Total (a)
𝑎′𝑡
 Pada tube (at) = 𝑁𝑡 (m2) ................................. (2.22)
𝑛
𝑑𝑖,𝑠 .𝐶′.𝐵
 Pada shell (as) = (m2) ......................... (2.23)
𝑃𝑡
Keterangan :
a’t = flow area per tube (m2)
n = number of tube passes
di,s = diameter inlet shell (m)

C′ = baffle cut (m) = 25% dari diameter luar tube

B = baffle spacing (m)


Pt = triangular pitch (m) = 1,25 x do,t

 Menghitung Kecepatan Aliran Massa Air di tube (G)


̇
𝑚ℎ
 Pada Tube (Gt) = (kg/m2.s) ........................... (2.24)
𝑎𝑡
𝑚̇𝑐
 Pada Shell (Gs) = (kg/m2.s)........................... (2.25)
𝑎𝑠
 Menentukan Jenis Aliran (Re)
𝑑𝑖𝑡. 𝐺𝑡
 Pada tube (Re,t) = .................................... (2.26)
𝜇
𝑑𝑒. 𝐺𝑠
 Pada shell (Re,s) = ................................... (2.27)
𝜇
Keterangan:
di,t = Diameter dalam tube (m)

de = diameter hidrolik (m)

Gt = Kecepatan aliran massa fluida di tube (kg/m2.s)

Gs = Kecepatan aliran massa fluida di shell (kg/m2.s)


Ƞ = viskositas dinamik (kg/m.s)

23
 Menghitung Koefisian Konveksi Perpindahan Panas (h)
𝑁𝑢. 𝑘
 Pada tube (hi) = (W/m2.ºC) ...................... (2.28)
𝑑𝑖,𝑡
𝑁𝑢. 𝑘
 Pada shell (ho) = (W/m2.ºC) .................... (2.29)
𝑑𝑒
Keterangan:
Nu = Nusselt Number
k = konduktivitas thermal (W/m.ºC)

 Menghitung Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh Bersih (Uc)


1
Uc = 𝑟𝑜 (W/m2.ºC) .........(2.30)
1 ln( ) 1
+ 𝑟𝑖 +
ℎ𝑖,𝑡 2 𝑥 𝜋 𝑥 𝐿 𝑥 𝐾 ℎ𝑜,𝑠

Keterangan:
ro = jari – jari luar tube (m)
ri = jari – jari dalam tube (m)
 Menghitung Penurunan Tekanan (ΔP)
 Sisi Tube
𝑓𝑡𝑢𝑏𝑒 𝑥 𝐺𝑡 2 𝑥 𝐿 𝑥 𝑛
ΔP,t = (kg/m2) ..................(2.31)
2 𝑥 𝑔 𝑥 𝑑𝑖,𝑡 𝑥 𝜌 𝑥 ᴓ𝑡

Dimana Nilai ftube = (1,58. Ln (Re,t) – 3,28)-2

 Sisi Shell
𝐿
𝑓𝑠ℎ𝑒𝑙𝑙 .𝐺𝑠 2 {( −1)+1}.𝐷𝑠
𝑏
ΔP,s = (kg/m2) .........(2.32)
2 . 𝜌. 𝐷𝑒. ∅0,14

Dimana Nilai fshell = exp{0.576 - 0.19ln(Re)}


Keterangan:

∅ = rasio viskositas fluida


 Menghitung Efektifitas Alat Penukar Panas (ε)
𝑄𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
Ɛ= .........................................................(2.33)
𝑄𝑚𝑎𝑥

 Menghitung Number of Transfer Unit ( NTU )


𝑼. 𝑨
NTU = 𝑪𝒎𝒊𝒏 (2.34)

24
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Diagram Alir


Mulai

Studi Literatur dan • Buku


konsultasi mengenai • Jurnal
Intercooler • Skripsi/Thesis/TA

• Data Komisioning Pengumpulan data


• Data Aktual Harian Intercooler

Data
terpenuhi
Tidak

Ya
Pengolahan Data :
Perhitungan efektivitas plate heat
exchanger dengan menggunakan metode
NTU

Menghitung Perancangan
Shell and tube

Analisis

Kesimpulan

Selesai
Gambar 3.1 Bagan Diagram Alir

25
3.2 Penjelasan Diagram Alir
Berikut ini adalah penjelasan dari setiap rangkaian kegiatan yang
dilakukan selama pengerjaan Tugas Akhir:
3.2.1 Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahapan untuk mencari literatur-
literatur atau tinjauan pustaka seperti, membaca, mempelajari dan
memahami pembahasan mengenai penelitian melalui media yang
bersumber dari buku-buku, jurnal, serta dokumen perusahaan.
Tujuan dari tahap ini adalah membantu proses penulisan Tugas
Akhir terutama dalam proses pengolahan data seperti, perhitungan
efektivitas perpindahan panas dan perancangan alat penukar kalor
atau heat exchanger.

3.2.2 Pengumpulan data Intercooler


Pengumpulan data Intercooler dilakukan dengan cara
pengambilan data yang diambil langsung dari Central Control
Room (CCR) di PLTP Kamojang, yaitu mengambil sampel data
operasional pada tanggal 9 Maret 2018 pukul 00.00 WIB. Data
yang dikumpulkan yaitu berupa data komisioning dan juga data
parameter aktual harian intercooler berupa, temperatur air
pendingin masuk dan keluar, temperatur air panas masuk dan
keluar, serta volume air pendingin dan air panas pada intercooler.

3.2.3 Kecukupan Data


Jika data yang telah diambil dari tahap pengumpulan data
sudah terpenuhi, kemudian dilakukan pengolahan data. Apabila
data masih belum terpenuhi, maka pengambilan data dapat
dilakukan kembali sampai data dinilai cukup untuk dilakukannya
pengolahanan data.

26
3.2.4 Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan pengolahan data menggunakan
Microsoft Excell dengan cara menghitung efektivitas perpindahan
panas pada intercooler jenis plate-frame dengan menggunakan
metode NTU.

3.2.5 Perhitungan Perancangan


Tahap ini merupakan tahap untuk melakukan perhitungan
perancangan desain heat exchanger tipe shell and tube dengan
mengacu pada data-data parameter intercooler tipe plate-frame di
PLTP Kamojang.

3.2.6 Analisis
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan heat
exchanger yang memiliki keunggulan lebih baik antara heat
exchanger tipe plate-frame dengan tipe shell and tube untuk
intercooler pada Unit 2 di PLTP Kamojang.

3.2.7 Kesimpulan
Hasil analisis yang telah dilakukan dapat diambil suatu
kesimpulan untuk menjawab tujuan dari hasil penelitian.

27
3.3 Data Komisioning Intercooler Unit 2 PLTP Kamojang
Untuk mengetahui kinerja intercooler pada kondisi operasi normal
dilakukan pengambilan data desain dan data operasi. Berikut merupakan
data komisioning intercooler pada PLTP Kamojang unit 2:

Tabel 3.1 Spesifikasi Desain Intercooler

No. Properties Symbol Units Value


1 Plate Materials - - Titanium
2 Plate thickness t mm 0,8
3 Chevron angle β <o> 65
4 Total number of plates Nt - 79
5 Number of passes Np Pass 1
6 Port Diameter D mm 330
7 Plate height h mm 1754
8 Plate width w mm 669
9 Compressed plate pack length Lc mm 474
10 Verical port distance Lv mm 1450
11 Horizontal port distance Lh mm 365
12 Effective Channel Width Lw mm 790
13 Thermal Conductivity of Plate K W/mK 20,772

28
Tabel 3.2 Data Parameter Operasi dalam Kondisi Desain

Fluid Cold side Hot Side


Flow rate 320 m3/hr 320 m3/hr
Temp. Int 33oC 42,2 oC
Tempt. Out 37oC 38oC
Tempt. Rata 35oC 40.1oC
Design Temp. 100oC 100oC
Design Press. 8,83 bar abs 8,83 bar abs
Density 994,925 (kg/m3) 992,63 (kg/m3)
Specific Heat 4178 (J/kg.K) 4179 (J/kg.K)
Viskositas Dinamik 0,72x10-3(Ns/m2) 0,653x10-3(Ns/m2)
Bilangan Prandtl 4.8285 8,8
Konduktivitas
0,623 (W/m.K) 0,31 (W/m.K)
Thermal
Connection SUS316 JIS 10K 250A SUS316 JIS 10K 250A
Net Weight ~ 1850 kg Operating Weight ~ 2300kg

29
3.4 Data Parameter Operasi Normal Intercooler Unit 2 PLTP Kamojang
Berikut merupakan data operasi normal Sistem Pendingin Primary
dan Secondary Unit 2 PLTP Kamojang pada tanggal 9 Maret 2018:

Tabel 3.3 Parameter Operasi Sistem Pendingin Primary dan Secondary tanggal 9 Maret 2018 Unit
2 PLTP Kamojang (divalidasi oleh )

Tekanan Suhu Masuk Suhu Keluar Suhu Masuk Suhu Keluar


Jam
Masuk Primary Primary Secondary Secondary
Bar °C °C °C °C
Max 32,7 37,7 34
Min 29
00.00 2,4 32,5 33,5 39 37
01.00 2,4 32,5 33,5 39 37
02.00 2,4 32,5 33,5 39 37
03.00 2,4 32,5 33,5 39 37
04.00 2,4 31,5 32 36,5 34,5
05.00 2,4 31,5 32 36,5 34,5
06.00 2,4 31,5 32 36,5 34,5
07.00 2,4 31,5 32 36,5 34,5
08.00 2,4 33,5 34 38,7 36,3
09.00 2,4 33,5 34 38,7 36,3
10.00 2,4 33,5 34 38,7 36,3
11.00 2,4 33,5 34 38,7 36,3
12.00 2,4 33,5 34 38,7 36,3
13.00 2,4 33,5 34 38,7 36,3
14.00 2,4 33,5 34 38,7 36,3
15.00 2,4 33,5 34 38,7 36,3
16.00 2,45 33,8 34,3 38,5 36,5
17.00 2,45 33,8 34,3 38,5 36,5
18.00 2,45 33,8 34,3 38,5 36,5
19.00 2,45 33,8 34,3 38,5 36,5

30
20.00 2,4 34 34,5 38 36
21.00 2,4 34 34,5 38 36
22.00 2,4 34 34,5 38 36
23.00 2,55 34 35,5 37,5 35,5
00.00 2,55 34 35,5 37,5 35,5

3.5 Teknik Pengolahan Data


Di bawah ini terdapat teknik pengolahan data laju perpindahan
panas[6].

3.5.1 Menghitung Laju Perpindahan Panas dengan Metode LMTD


(Log Mean Temperature Difference)
 Menghitung Log Mean Temperature Difference

∆𝑇1 −∆𝑇2
ΔTlm = ∆𝑇1 F
ln( )
∆𝑇2

ΔTm = ΔTlm x F

Gambar 3.2 Bagan Alir Perhitungan Log Mean Temperature Difference

 Menghitung Koefisien Konveksi

ƞ 𝑥 𝐶𝑝 𝜌𝑥𝑣𝑥𝑙
Pr = Re =
𝑘 ƞ

Nu = 0,664 x Re0,5Pr0,33

𝜆
αi = Nu x 𝐷𝑒

Gambar 3.3 Bagan Alir Perhitungan Koefisien Konveksi

31
 Laju Perpindahan Panas

ṁ cp ΔT

Qact = ṁ x cp x ΔT

Gambar 3.4 Bagan Alir Perhitungan Laju Perpindahan Panas

 Menghitung Koefisien Overall Heat Transfer

αi 𝜆

1 1 1 1
= + + + Rf
𝑈 αh 𝜆𝑝 αc

Gambar 3.5 Bagan Alir Perhitungan Koefisien Overall Heat Transfer

 NTU (Number Transfer Unit)

U A Cmin

𝑈𝑥𝐴
NTU =
𝐶𝑚𝑖𝑛

Gambar 3.6 Bagan Alir Perhitungan NTU (Number Transfer Unit)

32
3.5.2 Menghitung Nilai Efektifitas Heat exchanger
 Laju Kapasitas Panas (C)

Cc/h = mc/h x Cp, c/h

 Laju Perpindahan Panas Maksimum (Qmaks)

Qmaks = cmin ( Th,i – Tc,i )

 Efektifitas Plate-Frame Heat exchanger (Ɛ)

Qact Qma
x

𝑄𝑎𝑐𝑡
Ɛ== x 100%
𝑄𝑚𝑎𝑥

Gambar 3.7 Bagan Alir Perhitungan Efektivitas Plate-Frame Heat exchanger

33
BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Perhitungan


4.1.1 Hasil Perhitungan Efektivitas Perpindahan Panas Plate-Frame
Heat exchanger pada Intercooler
Berikut data-data hasil perhitungan berdasarkan parameter operasi
intercooler yang disajikan pada Tabel 3.1, Tabel 3.2 dan 3.3 yang
digunakan untuk menghitung laju perpindahan panas dan efektivitas pada
intercooler, sebagai berikut:

Tabel 4.1 Data Penunjang untuk Perhitungan Efektivitas Plate-Frame Heat exchanger pada
Intercooler

Suhu Suhu
Primary Secondary ṁc ṁh A cp Cmin
Jam
[ºC] [ºC] [kg/s] [kg/s] [m2] [kJ/kg ºC] [kW/ ºC]

T1, in T2, out t1, in t2, out

00:00 32,5 33,5 39 37 2,32 2,33 88 4,179 9,703

Tabel 4.2 Data hasil Perhitungan Laju Perpindahan Panas dan Efektivitas Plate-Frame Heat
exchanger pada Intercooler

Suhu Suhu
Jam Primary Secondary Qact Qmaks
Ɛ
[ºC] [ºC] [kW] [kW]
T1in T2out t1in t2out

00:00 32,5 33,5 39 37 19,4 63,1 0,307

34
4.1.2 Hasil Perhitungan Perancangan dan Efektivitas Perpindahan
Panas Heat exchanger Tipe Shell and tube pada Intercooler
Berikut data-data hasil perhitungan berdasarkan data desain operasi
intercooler yang disajikan pada Tabel 3.1 dan 3.2 yang digunakan untuk
menghitung perancangan dan efektivitas pada intercooler, sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data hasil Perhitungan Perancangan Heat exchanger Tipe Shell and tube pada
Intercooler

No. Parameter Nilai Satuan

1. Luas perpindahan panas 5,33 m2

Perubahan suhu logaritmik


2. 5,1 oC
(Δ𝑇𝑙𝑚)

Konduktivitas termal SUS


3. 16,3 W/(m2.oC)
304

Koefisien perpindahan
4. 1703,46 W/(m2.oC)
panas keseluruhan (Ud)

5. Pressure drop pada sisi tube 0,00281 Bar

6. Pressure drop pada sisi shell 0,1714 Bar

Dimensi Alat Penukar Panas

1. Panjang 1,83 m

2. Shell diameter 0,405 m

3. Bundle diameter 0,205 m

4. Tube outside diameter 0,01905 m

5. Tube inside diameter 0,01483 m

6. Flow area per tube 0,00017 m2

35
Tabel 4.4 Data Penunjang untuk Perhitungan Efektivitas Heat exchanger Tipe Shell and tube pada
Intercooler

Suhu Suhu
Primary Secondary ṁc ṁh A cp Cmin
[ºC] [ºC] [kg/s] [kg/s] [m2] [kJ/kg ºC] [kW/ ºC]

T1, in T2, out t1, in t2, out

33 37,2 42,2 38 2,32 2,33 5,33 4,179 9,699

Tabel 4.5 Data hasil Perhitungan Laju Perpindahan Panas dan Efektivitas Heat exchanger Tipe
Shell and tube pada Intercooler

Suhu Suhu
Primary Secondary Qact Qmaks
Ɛ
[ºC] [ºC] [kW] [kW]
T1in T2out t1in t2out

33 37 42,2 38 40,738 89,23 0,4565

4.2 Pengolahan Data


4.2.1 Perhitungan Efektivitas Perpindahan Panas Plate-Frame Heat
exchanger pada Intercooler
a. Laju Perpindahan Panas
Q̇ = Q̇h = Q̇c
Q̇ = ṁh . cp,h . (Th,o – Th,i)

= 2,32 . 4179 . (39 – 37)


= 19406,78723 Watt
= 19,40678723 kW

36
b. Beda Temperatur Rata-rata Logaritma (LMTD)
∆𝑇1 −∆𝑇2
ΔTlm = ∆𝑇1
ln( )
∆𝑇2

ΔT1 = ( Th1 – Tc1) ∆T2 = ( Th2 – Tc1 )


= (39 – 33,5) = (37 – 32,5)
= 5,5 ºC = 4,5ºC
∆𝑇1 − ∆𝑇2
ΔTlm = ∆𝑇1
ln( )
∆𝑇2

5,5 − 4,5
= 5,5 = 4,98 ºC
ln(4,5)

Faktor koreksi untuk plate-frame heat exchanger aliran


berlawanan:
(𝑇1−𝑇2) (32,5 − 33,5)
R= = = 0,5
(𝑡2−𝑡1) (37−39)
(t2−t1) (37 − 39)
S= = = 0,31
(T1−t1) (32,5−39)

Berdasarkan grafik faktor koreksi plate-frame heat exchanger


aliran berlawanan pada gambar 2.7, jadi nila F = 0,72
c. Koefisien Konveksi
ƞ . 𝐶𝑝 𝑢 . 𝜌 .𝐷𝑒
Pr = Re =
𝑘 ƞ
0,000653 . 4179 0,0777. 992,63 . 0,09
=
0,31
= 0,000653

= 8,80286129 = 10630,21318
Maka, jenis aliran yang melewati pelat adalah turbulen,
karena Re < 50000.
Nu = 0,664 . Re0,5 . Pr0,33
= 0,664 . (10630,21318)0,5 . (8,80286129)0,33

= 140,3346577
𝜆
αi = Nu .
𝐷𝑒
0,31
= 140,3346577 . = 483,37 W/m2.ºC
0,09

37
d. Koefisien Menyeluruh Perpindahan Panas (U)
1 1 𝑡 1
= + + + Rf
𝑈 αh 𝜆𝑝 αc
1 1 0,0008 1
= + + + 0,0005
𝑈 483,37 20,772 759,69

U = 254,87

e. Laju Kapasitas Panas (C)


a) Untuk perhitungan fluida dingin:
Cc = ṁc . cp,c
= 2,33 . 4178
= 9723,500936 W/ºC
b) Untuk perhitungan fluida panas di sisi shell:
Ch = mh . Cp, h
= 2,32 . 4179
= 9703,393614 W/ºC
Dari laju kapasitas panas yang didapat, Cc > Ch maka Cmaks
= Cc dan Cmin = Ch.
f. Laju Perpindahan Panas Maksimum (Qmaks)
Qmaks = Cmin . ( Th,i – Tc,i )
= 9703,393614 (39 – 32,5)
= 63072,05849 Watt
= 63,1 kW
g. Efektivitas Heat exchanger Tipe Plate-Frame pada Intercooler
𝑄𝑎𝑐𝑡
Ɛ=
𝑄𝑚𝑎𝑘𝑠
19406,78723
=
63072,05849

= 0,307

38
h. Number Transfer Unit
𝑈. 𝐴
NTU =
𝐶𝑚𝑖𝑛
254,87 . 88
=
9703,393614

= 2,3

4.2.2 Perhitungan Perancangan Heat exchanger Tipe Shell and tube


pada Intercooler
1. Spesifikasi Awal
a. Heat exchanger yang Digunakan
Heat exchanger yang digunakan berjenis floating head.
Heat exchanger jenis ini memungkinkan terjadinya
differential thermal expansion yang lebih besar dan bundel
yang dapat lebih mudah untuk diperiksa dan dibersihkan.
Jenis aliran fluida yang digunakan adalah counter flow.
Dalam perancangan ini menggunakan 1 shell pass dan 2
tube pass heat exchanger. Dalam heat exchanger ini
digunakan baffle spacing sebesar 0,45 kali diameter internal
shell (Di shell). Konfigurasi tube yang digunakan adalah
triangular dengan besar pitch sebesar 1,25 kali diameter
luar tube (Do tube), sehingga nilai k1 = 0,249 dan nilai n1 =
2,207[11]. Material heat exchanger ini adalah steel (SUS
304) yang lebih bersifat ekonomis dan tahan korosi.
b. Properti fluida yang bekerja pada Heat exchanger
Properti yang digunakan yaitu paremeter operasi desain
pada Tabel 3.2.
c. Penempatan fluida
Air yang ingin didinginkan memiliki laju aliran massa lebih
rendah sehingga di hot water diletakkan di dalam tube dan
cold water diletakkan di shell.

39
d. Jenis Shell dan Head
Spesifikasi Heat exchanger yang dirancang dan dianalisa
untuk menurunkan suhu air secondary dengan Standar
TEMA yang dipilih adalah A E P, yaitu channel and
removable cover, one pass shell and outside packed
floating head dan klasifikasi type R (penggunaan heat
exchanger pada dunia industri berat)[11].
e. Tubing
Berdasarkan tabel BWG, diguakan spesifikasi tube berupa
OD 3⁄4 𝑖𝑛, BWG 14, wall thickness 0,083 in, ID 0,584 in,
flow area per tube 0,268 in2, dengan panjang 6 ft.

2. Perhitungan Perancangan Shell and tube Heat exchanger


a. Laju Perpindahan Panas
Q̇ = Q̇h = Q̇c

Q̇c = ṁh . cp,h . (Th,o – Th,i)

= 2,321 kg/s . 4179. j/kg°c . (42,2 - 38)ºc


= 40737,728 watt
= 40,738 kw
b. Beda Temperatur Rata-rata Logaritma (LMTD)
∆𝑇1 −∆𝑇2
 Tlm = ∆𝑇1
ln( )
∆𝑇2

dimana,
∆T1 = ( Th1 – Tc2 ) ∆T2 = ( Th2 – Tc1 )
= ( 42,2 -37 ) = ( 38 -33 )
= 5,2 oC = 5 oC
sehingga,
∆T1 −∆T2
 Tlm = ∆T1
ln( )
∆T2

40
5,2 −5
 Tlm = 5,2
ln( )
5

 Tlm = 5,1 oC
Faktor koreksi untuk satu pass sheel dan dua pass tube:
Thi−Tho 42,2−38 4,2
R= = = = 1,05
Tco−Tci 37−33 4
Tco−Tci 37−33 4
P= = = =0,43
Thi−Tci 42,2 −33 9,2

Gambar 3.8 Grafik nilai faktor koreksi LMTD Shell and tube One Shell
Two Tube aliran berlawanan[6]

Berdasarkan grafik faktor koreksi heat exchanger untuk


satu pass shell dan dua pass tube pada gambar 2.8, jadi Ft =
0,88
c. Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh Desain (Ud)
Koefisien perpindahan panas menyeluruh desain dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan:
Q
Ud =
A . F. LMTD

41
Asumsi Nilai Ud dari tabel 8 Kern Water – Water adalah
300 Btu/h ft² ºF =1703,46 W/m² ºC.
Q
A=
Ud . F. LMTD
40737,73 w
=
1703,46 W/m²℃ . 0,88. 5,1℃.

= 5,33 m2
d. Perhitungan Sisi Tube
 Menentukan jumlah tube
Spesifikasi tube yang digunakan
OD : 3/4 inch = 0,01905 m
ID : 0,584 inch = 0,01483 m
BWG : 14, thickness =0,002108 m

Flow area/tube (a’t): 0,268 inch² = 0,000173 m²

Panjang tube (L) : 6 ft = 1,8288 m


A
Jumlah tube (Nt) =
L .π do,t

5,33 𝑚²
Nt = = 48,68 ≈ 49
1,8288𝑚. 3,14. 0,01905𝑚

 Luas Permukaan Perpindahan Panas Total (at)


a′t
at = 𝑁𝑡
n
0,00017m²
= 49.
2
= 0,004165 m2
 Kecepatan Aliran Massa Air di tube (Gt)
ṁh
Gt =
at
2,321 kg/s
= = 557,26 kg/m2.s
0,004165m²

 Bilangan Reynold (Re.t)


dit. Gt
Re,c =
μ

42
0,01483m. 557,26kg/m².s
Re,c =
0,653.10−3 kg/ms

= 12655,57
Jadi, jenis aliran yang terjadi di dalam tube adalah
aliran turbulen karena Re,c >2300.

 Koefisien Perpindahan Panas Konveksi (hi)

Koefisien perpindahan panas konveksi (hi) dapat

dicari dari persamaan Nusselt (Nu) sebagai berikut


[12]:
dit. h
Nu =
k
Nu = 0,023.Re0,6 Pr0,33
Nu = 0,023.(12655,57)0,6 .(8,8)0,33 = 13,64
sehingga,
Nu. k
hi =
di,t
13,64. 0,31 W/m °C
=
0,01483m

= 14992,04 W/m² ºC
e. Perhitungan sisi Shell
 Menghitung Diameter Shell
Spesifikasi parameter yang digunakan dalam
perhitungan diameter shell:
Susunan tube = Triangular
Triangular pitch Pt = 1,25 do = 1,25 . 0.019 = 0,023 m
C` = 0,25 do = 0,25 . 0,019 = 0,00475 m
Persamaan untuk menghitung diameter shell
Ds = Db + Cl

dimana, Db = diameter bundel,

43
Nt 1
Db = do ( )
k1 𝑛1
49 1
= 0,019 ( )
0,249 2,207

= 0,019. (196,787)0,45
= 0,205m
Ds = 317 + Cl

Nilai C1 untuk pull through floating head = 88 mm

Maka, Ds = 317 + 88 = 405 mm = 0,405 m


Baffle spacing (B) = 0,45 di,s
= 0,45. 0,405 m = 0,18225 m
𝐿 1,8288
Jumlah Baffle (Nb) = –1= –1=9
𝐵 0,18225

 Luas Permukaan Perpindahan Panas Total (as)


di,s .C′ .B
as =
Pt
0,405m .0,00475 m .0,18225 m
= = 0,015 m²
0,023

 Kecepatan Aliran Massa Air di shell (Gs)


ṁ .c 2,325 kg/s
Gs = = = 155 kg/m².s
as 0,015m²

 Bilangan Reynold (Re,s)


de. Gs
Re,s = , dimana de = diameter hidrolik
μ
1
1 .πd2o,t
4( . Pt. 0,86Pt − 2 )
2 4
De = 1
.π.do,t
2
1
1 .πd2o,t
4( . Pt. 0,86Pt − 2 )
2 4
De = 1 = 0,01136 m
.π.do,t
2

0,01136m. 155 kg/m2.s


Maka, Re,s = = 2445,56
0,72.10−3 kg/ms

44
Jadi, jenis aliran yang terjadi di dalam shell adalah aliran

turbulen karena Re,s > 2300.

f. Koefisien Perpindahan Panas Konveksi (ho)

Koefisien perpindahan panas konveksi (ho) dapat

dicari dari persamaan Nusselt (Nu) sebagai berikut [12] :


ℎ. 𝑑𝑒
Nu =
𝑘
Nu = 0,027 𝑅𝑒,s 0,8 𝑃𝑟,𝑠0,4
Nu = (0,027) (2445,56)0,8 (4,8285)0,4 = 26,04
sehingga,
Nu. k
ho =
de
26,04. 16,3 𝑊/𝑚 °𝐶
=
0,01136𝑚

= 37363,73 W/m² ºC

g. Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh Bersih (Uc)

Nilai k adalah Thermal conductivity steel SUS 304 Tube =


16,3 W/m ºC
1
Uc = 𝑟𝑜
𝑙𝑛 1 1
𝑟𝑖
+ +
2𝜋𝐿𝑘 ℎ𝑜 ℎ𝑖

1
Uc = 0,009525
𝑙𝑛0,007415 1 1
+ +
2𝜋. 1,8288. 16,3 1428,07 285,13

= 180,36 W/m².ºC

h. Penurunan tekanan (ΔP)


 Sisi Tube
f .Gt² .L .n
ΔPt =
2 .g .di,t .ρ .∅

Nilai ftube = (1,58. Ln (Re,t) – 3,28)-2


ftube = (1,58. Ln(12655,57) – 3,28)-2 = 0,00738

45
0,00738 .( 557,26kg/m².s)² .1,8288m .2
maka, ΔPt =
2 . 9,81 m/s² . 0,01483m . 992,63kg/m³ .1

= 28,7 kg/m² = 0,0028 bar


 Sisi Shell
L
f .Gs2 {( −1)+1}.Ds
b
ΔPs =
2 . ρ. De. ∅0,14

Nilai fshell = exp{0.576 - 0.19ln(Re)}


fshell = exp{0.576 - 0.19 ln(2445,56)} = 0,404
maka,
1,8288
0,404 .1552 {( −1)+1}.0,405
0,182
ΔPs =
2. 994,08. 0,01136. 10,14

= 1748,9 kg/m² = 0,171 bar


i. Laju Kapasitas Panas (C)
 Untuk perhitungan fluida panas di tube:
Ch = mh . Cp,h
= 2,321 kg/s . 4179 J/kg ºC
= 9699,46 W/ºC
 Untuk perhitungan fluida dingin di shell:
Cc = mc . Cp,c
= 2,325 kg/s . 4178 J/kg ºC
= 9713,85 W/ºC
Dari laju kapasitas kalor yang didapat, Cc > Ch

maka Cmaks = Cc dan Cmin = Ch.Laju Perpindahan Kalor


Maksimum (Qmaks)
Qmaks = Cmin ( Th,i – Tc,i )
= 9699,46 W/ºC . (42,2 - 33)ºC
= 89230,8 Watt = 89,23 kW
j. Efektivitas Heat exchanger Tipe Shell and tube pada
Intercooler
Qact
Ɛ=
Qmaks

46
40737,7278
Ɛ=
89230,8

= 0,4565
k. Number of Transfer Unit ( NTU )
U. A
NTU =
Cmin
1703,46 W/m².°C .5,33m²
NTU = = 0,936
9699,46 W/°C

4.2 Analisa Data


 Efektivitas Plate-frame Heat exchanger
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa plate heat exchanger
pada intercooler di PLTP Kamojang hanya memiliki nilai efektivitas
sebesar 0,307 selain itu dengan melakukan survei lapangan beberapa
masalah juga ditemukan pada plate heat exchanger ini, yaitu mudahnya
terjadi kebocoran pada seal yang diakibatkan dari gasket yang mudah
mengalami deformasi bentuk. Selain itu, apabila terjadi kerusakan pada
pelat, pelat tersebut harus diganti dan tidak bisa diperbaiki, sedangkan
material yang digunakan pada heat exchanger ini adalah titanium yang
memiliki harga relatif mahal[13], sehingga apabila pelat terlalu sering
mengalami kerusakan, maka akan menghabiskan biaya yang cukup tinggi.
Oleh karena itu, kami mendesain heat exchanger tipe shell and tube untuk
intercooler di PLTP Kamojang, dimana heat exchanger tipe ini
merupakan tipe heat exchanger yang banyak digunakan di dunia industri
dan juga memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tipe pelat,
yaitu pemilihan bahan atau material yang dapat divariasikan, perawatan
yang relatif lebih mudah seperti mudah dibersihkan, mudah dibongkar
pasang dan juga dapat dilakukan plugging apabila terjadi kebocoran tanpa
harus mengganti material shell and tube, thermal stress dapat ditekan[3].
 Hasil Perancangan Shell and tube Heat exchanger
Heat exchanger yang kami desain ini mengacu pada metode Kern. Tube
pada rancangan heat exchanger kami memiliki dimensi panjang 1,83 m,

47
diameter luar 0,01905 m, diameter dalam 0,01483m, dengan wall
thickness sebesar 0,0021 m. Kami mengusahkan ukuran diameter tube
yang sekecil-kecilnya karena semakin kecil diameter tube, maka luas
permukaan perpindahan kalor tube yang dihasilkan akan semakin besar.
Jumlah tube yang dibutuhkan pada desain ini sebanyak 49 buah yang
disusun dengan konfigurasi segitiga atau triangular dengan panjang pitch
adalah 0,023 m. Berdasarkan standar literatur nilai pitch harus ≥ 0,023 m,
sehingga desain pitch ini telah sesuai standar [14]. Luas perpindahan
panas total pada perancangan heat exchanger ini adalah 5,33 m2.
Pada bagian shell didesain dengan diameter dalam 0,405. Heat exchanger
yang digunakan pada desain ini dilengkapi dengan baffle yaitu baffle 25%
cut. Semakin besar nilai cut yang digunakan, maka akan semakin besar
pula pressure drop yang dihasilkan. Menurut literatur, ukuran baffle
optimum adalah baffle 25% cut[14]. Jumlah baffle pada desain ini
sebanyak 9 buah. Baffle ini dapat meningkatkan keefektivan perpindahan
panas pada heat exchanger. Akan tetapi, jumlah baffle yang terlalu
banyak akan berakibat pada biaya yang tinggi pula. Pemilihan jumlah 9
baffle sudah mempertimbangkan keefektivan dan keekonomisannya.
Material heat exchanger yang digunakan adalah stainless steel. Dasar
pemilihan stainless steel SUS 304 adalah karena material ini paling sering
digunakan untuk fluida air. Material ini mengandung molibdenum yang
memberikan ketahanan korosi yang lebih tinggi. Material ini juga
mengandung austenit yang membuat material ini lebih kuat dan tahan
pada suhu dingin.
Besarnya nilai pressure drop pada shell yaitu 0,1714 bar, hal ini telah
memenuhi standar literatur dimana nilainya harus < 0,7 bar [14].
Besarnya nilai pressure drop pada tube yaitu 0,00281 bar, hal ini telah
memenuhi standar literatur dimana nilainya harus < 0,35 bar[14]. Dari
hasil perhitungan dapat dianalisa bahwa hasil perancangan shell and tube
heat exchanger ini layak pakai.

48
 Efektivitas Shell and tube Heat exchanger
Dari hasil perancangan yang telah ditentukan, maka kami melakukan
pengolahan data untuk mengetahui nilai efektivitas shell and tube heat
exchanger ini, sehingga dari spesifikasi perancangan yang kami buat
didapatkan nilai efektivitas sebesar 0,4565 dimana shell and tube heat
exchanger memiliki nilai efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan plate heat exchanger.

49
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Hasil perancangan heat exchanger tipe shell and tube dapat diaplikasikan
untuk intercooler di PLTP Kamojang dan memiliki nilai efektivitas
sebesar 0,4565, dimana nilai efektivitas heat exchanger tipe ini lebih
besar dibandingkan dengan tipe plate-frame heat exchanger yang
memiliki nilai efektivitas sebesar 0,307.
2. Hasil perancangan heat exchanger tipe shell and tube kami layak dipakai
dengan dimensi panjang 1,83m, shell diameter 0,405m, tube outside
diameter 0,01905m, tube inside diameter 0,01483m, flow area per tube
0,00017m dengan material steel (SUS304) sudah memenuhi standar-
standar spesifikasi perancangan heat exchanger shell and tube.

5.2 Saran
1. Diharapkan adanya pengamatan dan penelitian lebih lanjut dalam
merencanakan heat exchanger ini dari segi dimensi nosel, cara
pengelasan, rancangan anggaran biaya dan perencanaan peralatan
pendukung seperti gasket, flange, tie rod, dan bolt and nut.

50
DAFTAR PUSTAKA

[1] https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/energi-panas-
bumi/item268? (akses 18 Mei 2018 : 10.00)
[2] Kern, D. Q, Process Heat Transfer, Mc Graw-Hi. Book Company, New
York, 1965
[3] Siagian, S, Analisa Efektivitas Alat Penukar Kalor Jenis Shell and tube
Hasil Perancangan Mahasiswa Skala Laboratorium, Bina Teknika, 2016
[4] Muttaqin, Zaenal dan Irijanto, Pengujian Efektivitas Penukar Kalor Multi
Flat Plate Heat exchanger Aluminium Dengan Aliran Cross Flow, 2012.
[5] Handayani, N.M dan Cahyono, R, Klasifikasi Heat exchanger, 2014
[6] Hewitt, G. F; Shires, G.L; Bott, T. R., Process Heat Transfer, Begell
House Inc, New York, 1994.
[7] Purba, J.E dan Dwiyandini, W, Heat exchanger, 2012
[8] Shah, K.J. dan Sekulic, D. P, Fundamentals of Heat exchanger Design.
Edisi ke-1,Wiley, New Jersey. USA, 2003.
[9] Thulukkanam, K, Heat exchanger Design Handbook. Edisi ke-2, CRC
Press, Florida. USA, 2013
[10] https://citraputraabadi.wordpress.com/2011/10/23/plate-heat-exchanger-
gasket-phe/ (akses 18 mei 2018 : 10.00)
[11] P. Jurandir, “ Shell and tube Heat exchanger Basic Calculations”, PDH
Online, 2012
[12] Holman, J. P, Heat Transfer Tenth Edition, McGraw-Hill Series in
Mechanical Engineering, New York, 2010.
[13] http://www.roymech.co.uk/Useful_Tables/Matter/Costs.html (akses 26
Juni 2018)
[14] Sinnott, R. K, Chemical Engineering Design, Vol. 6, 4th Ed. UK:
ELSEVIER, 2005.

51
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data perhitungan Plate Heat exchanger

Suhu masuk Suhu keluar Suhu masuk suhu keluar


tanggal Pin volume primary primary secondary secondary ΔTlm U NTU
(m3/s) (T1) (T2) (t1) (t2)

Bar °C °C °C °C
09-Mar 2,4 0,088888889 32,5 33,5 39 37 4,98 254,87 2,3

Fouling S
R P F ΔTm B De (Cross-sectional
Factor
Area)

M M M
0,5 0,31 0,72 3,59 0,005 0,045 0,09 0,030105
Hot Area

Laju Laju Koefisien


Hot Massa Massa Velocit Dinamik
Aliran
Density Aliran Aliran Pr y Viscosity Re Nu
Perpindahan
(ρ) Fluida Hot Fluida Hot (u) (μ)
(ṁ) (ṁ/plat) Panas

kg/s kg/s Ns/m3 W/m2K


992,63 88,23 2,32 8,8 0,0777 0,000653 10630,2 140,33 483,37

Cold Area

Laju Laju Koefisien


Massa Massa Velocit Dinamik
Density Aliran
Aliran Aliran Pr y Viscosity Re Nu
(𝜌) Perpindahan
Fluida Fluida (u) (μ)
(ṁ) (ṁ/plat) Panas

kg/m3 kg/s kg/s Ns/m3 W/m2K


994,925 88,437 2,327 4,83 0,0777 0,00072 9663,3 109,75 759,69
Lampiran 2 Data Perhitungan Shell and tube Heat exchanger

Suhu suhu suhu suhu


masuk keluar masuk keluar
tanggal Pin volume ΔTlm R P F Ud NTU
primary primary secondary secondary
(m3/s)
(T1) (T2) (T1) (t2)

bar °C °C °C °C
09-Mar 2,4 0,088888889 32,5 33,5 39 37 5,099 1,05 0,43 0,88 1073,46 0,94

Diameter Diameter Jari-jari Jari-jari


Luar Dalam Luar dalam BWG L
(OD) (ID) (ro) (ri)

m m M m m
0,01905 0,01483 0,009525 0,007415 14 1,8288
Tube Area

Luas Luas
Kecepatan Diameter
Permukaan Jumlah Permukaan baffle cut Baffle Triangular Diameter
Aliran
Perpindahan Tube Perpindahan spacing Pitch hidrolik Buffle
Massa Air (C′)
Panas per tube (Nt) Panas Total (B) (Pt) (de) (Db)
(Gt)
(a't) (at)

m2 m2 kg/m².s m m m m m

0,000173 49 0,004239 547,5994 0,0047625 0,18225 0,0238125 0,011284 1,698593

Koefisian Koefisian
rasio Konveksi Konveksi Pressure
Dinamik Konduktivitas
Fouling viskosita Density
Viscisity Re Pr Nu Thermal Perpindah Perpindah Drop
Factor s fluida (𝜌)
(μ) (k) an Panas an Panas (ΔPt)
(ᴓ)
(hi) (ho)
Ns/m2 W/mK kg/m3 W/m2K W/m2K kg/m2

0,000653 12655,57 9 13,6388 16,3 0,007375 1 992,63 14990,72 37363,73 28,00637


Shell Area

Koefisien
rasio Perpindahan
Dinamik Panas Pressure Drop
viskosita Density Fshell
Viscisity Re Pr Nu
s fluida (𝜌) Menyeluruh (ΔPt)
(μ)
(ᴓ) Bersih
(Uc)
Ns/m2 kg/m3 W/m2K kg/m2

0,00072 2429,28 4,8285 25,89 1 994,225 0,404 180,36 1748,86004

Luas Luas
Kecepatan Kecepatan
Permukaan Permukaan
Aliran Aliran Cl
Perpindahan Perpindahan
Massa Air Massa Air
Panas Total Panas Total
(Gs) (Gs)
(as) (as)

m2 kg/m².s m2 kg/m2s mm

0,014762 155 0,014762 155 88


Lampiran 3 Daftar Harga Metal

Lampiran 4 Gambar tampak samping intercooler di PLTP Kamojang pada


unit 2
Lampiran 5 Log Sheet Sistem Air Pendingin Primary dan Secondary Unit 2 pada 9 Maret 2018
Lampiran 6 Heat Balance 100% Unit 2 dan Unit 3 PLTP Kamojang
Lampiran 7 Data Pribadi Mahasiswa
Data Pribadi

Nama : Muthia Sari Atikayanti

NIM : 1215020035

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Wonogiri, 4 Desember 1997

Alamat : Jl. KH. Mustopa Al-Fitroh RT 01 RW 005. Poris Plawad


Utara, Cipondoh, Kota Tangerang. ID, 15141.

Agama : Islam

No. HP : +6285888740624

Alamat Email : Samuthiaa@gmail.com

Data Pribadi

Nama : Sagita Firza Nur

NIM : 1215020022

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 3 Desember 1997

Alamat : Perum. Bogor Asri Blok A5 No.2 RT 012/009, Kel.

Nanggewer, Kec. Cibinong, Kab. Bogor, ID. 16912.

Agama : Islam

No. HP : +6287788476024

Alamat Email : Sagitafirzanr@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai