Hadist Mencari Ilmu
Hadist Mencari Ilmu
KELOMPOK 1 :
ISLACHIYATUL ASYROFIYAH
NUR HIDAYATI
INNA PUTRI AULIA
FIKI
JURUSAN TARBIYAH
STIT RADEN WIJAYA MOJOKERTO
TAHUN 2019
Kata Pengantar
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Ilmu tauhid harus didahulukan, supaya santri mengetahui sifat-sifat Allah berdasarkan
dalil yang otentik. Karena imannya orang yang taklid tanpa mengetahui dalilnya,
sekalipun sah menurut pendapat kami, tetapi ia berdosa.
Para santri harus mempelajari ilmunya para ulama salaf (baca: ilmu agama). Para
ulama berkata, tetaplah kalian pada ilmunya para nabi, (ilmu agama), dan
tinggalkanlah ilmu-ilmu yang baru. Tinggalkan ilmu debat yang muncul setelah
meninggalnya para ulama. Sebab perdebatan akan menjauhkan seseorang dari ilmu
fiqih, menyia-nyiakan umur, menimbulkan keresahan, dan permusuhan. Dan apabila
umat Muhammad SAW sudah suka berbantah-bantahan di antara mereka, itulah tanda
akan datangnya hari kiamat. Tanda bahwa ilmu fiqih semakin menghilang. Demikian
menurut hadis Nabi.
Adapun cara memilih guru atau kiai carilah yang alim, yang bersifat wara’, dan yang
lebih tua. Sebagaimana Abu Hanifah memilih kiai Hammad bin Abi Sulaiman, karena
beliau (Hammad) mempunyai kriteria atau sifat-sifat tersebut. Maka abu hanifah
mengaji ilmu kepadanya.
Abu Hanifah berkata, “Beliau adalah seorang guru berakhlak mulia, pernyantun, dan
penyabar. Aku bertahan mengaji kepadanya hingga aku seperti sekarang itu.”
Abu Hanifah berkata pula, Aku pernah mendengar seorang ahli hikmah dari negeri
Samarkan berkata, “Ada salah seorang penuntut ilmu bermusyawarah denganku
ketika hendak pergi ke Bukhara untuk menuntut ilmu.”
Demikianlah hendaknya setiap pelajar seharusnya bermusyawarah dengan orang alim
ketika akan pergi menuntut ilmu atau dalam segala urusan. Karena Allah Ta’ala
menyuruh Nabi Muhammad SAW supaya bermusyawarah dalam segala urusan,
padahal tiada seorang pun yang lebih pandai dari Beliau. Dalam segala urusan, beliau
selalu bermusyawarah dengan para sahabat, bahkan dalam urusan rumah tangga pun,
beliau selalu bermusyawarah dengan istrinya. Sayidina Ali ra berkata, “Tak akan
binasa orang yang mau berunding.”
Dikatakan bahwa manusia itu ada tiga macam:
Orang bijak (ahli hikmat dari negeri Samarkan) tersebut berkata, “Jika kamu pergi
mengaji ke negeri Bukhara, maka jangan tergesa-gesa memilih guru, tapi menetaplah
selama dua bulan hingga kamu berpikir untuk memilih guru. karena bila kamu
langsung belajar kepada orang alim, maka kadang-kadang cara mengajarnya kurang
enak menurutmu, kemudian kamu tinggalkan dan pindah kepada orang alim yang
lain, maka belajarmu tidak akan diberkati. Oleh karena itu, selama dua bulan itu
kamu harus berpikir untuk memilih guru, supaya kamu tidak meninggalkan seorang
guru, dan supaya betah bersamanya hingga selesai. Dengan demikian belajar dan
ilmumu diberkati.”
Ketahuilah, bahwa kesabaran dan ketabahan atau ketekunan adalah pokok dari segala
urusan. Tapi jarang sekali orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut, sebagaimana
kata sebuah syair yang artinya, “Setiap orang pasti mempunyai hasrat memperoleh
kedudukan atau martabat yang mulia, namun jarang sekali orang yang mempunyai
sifat sabar, tabah, tekun, dan ulet.”
Ada yang berkata, bahwa keberanian adalah kesabaran mengahadapi kesulitan dan
penderitaan. Oleh karena itu, seorang santri harus berani bertahan dan bersabar dalam
mengaji kepada seorang guru dan dalam membaca sebuah kitab. Tidak
meninggalkannya sebelum tamat atau selesai. Tidak pindah-pindah dari satu guru ke
guru yang lain. Dari satu ilmu ke ilmu yang lain. Padahal ilmu yang dipelajari belum
ia kuasai, juga tidak pindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain, supaya waktunya
tidak terbuang sia-sia.
Seorang santri tidak boleh menuruti keinginan hawa nafsunya. Seperti kata sebuah
syair, “Sungguh hawa nafsu itu rendah nilainya, barangsiapa terkalahkan oleh hawa
nafsunya berarti ia terkalahkan oleh kehinaan.”
Seorang santri harus tabah menghadapi ujian dan cobaan. Sebab ada yang mengatakan
bahwa gudang ilmu itu selalu diliputi degan cobaan dan ujian. Ali bin Abi Thalib ra
berkata, “Ketahuilah, kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam
perkara, yaitu: cerdas, semangat, bersabar, memiliki bekal, petunjuk atau bimbingan
guru dan waktu yang lama.”
Seorang santri harus memilih atau berteman dengan orang yang tekun belajar, bersifat
wara’ dan berwatak Istiqamah. Dan orang yang suka memahami ayat-ayat Al-Qur’an
dan hadis-hadis Nabi. Dan ia harus menjauhi teman yang malas, banyak bicara, suka
merusak, dan suka memfitnah.
Seorang penyair berkata, “Jangan bertanya tentang kelakuan seseorang, tapi lihatlah
siapa temannya. Karena orang itu biasanya mengikuti temannya. Kalau temanmu
berbudi buruk, maka menjauhlah segera. Dan bila berlaku baik maka bertemanlah
dengannya, tentu kau akan mendapat petunjuk.”
Ada sebuah syair yang berbunyi:
“Jangan sekali-kali kamu bersahabat dengan pemalas dalam segala tingkah lakunya.
Karena banyak orang yang baik menjadi rusak karena kerusakan temannya. Karena
penularan orang bodoh kepada orang pintar sangat cepat, seperti bara api yang
diletakkan di dalam abu, maka ia akan padam. (Begitu pula orang pintar, kalau ia
bergaul dengan orang bodoh, lama-lama akan menjadi bodoh. Penjelasan syaarih).”
Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap anak yang dilahirkan itu dalam keadaan
fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi yahudi, nasrani,
atau majusi.”
Ada kata-kata hikmah berbahasa Parsi yang artinya, Teman yang jahat itu lebih
berbahaya daripada ular berbisa. Karena teman yang jahat itu akan menjerumuskan
Anda ke dalam neraka Jahim. Oleh karena itu, bertemanlah dengan orang-orang
yang baik, karena ia dapat menyebabkan Anda masuk surga.
Seorang penyair berkata, “Jika kamu belajar ilmu kepada orang yang berilmu, atau
mencari saksi yang akan memberitahu apa-apa yang belum kamu ketahui, maka
ambillah pelajaran dari bumi beserta nama-namanya, dan perhatikan orang yang
akan kamu jadikan sahabat, dengan siapa ia bergaul.”
. وتعظيم األستاذ وتوقيره،اعلم أن طالب العلم ال ينال العلم وال ينتفع به إال بتعظيم العلم وأهله
Penting diketahui, Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan
tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu
sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya.
أال ترى،الحرمة خير من الطاعة: وقيل. وما سقط من سقط إال بترك الحرمة، ما وصل من وصل إال بالحرمة:قيل
ومن تعظيم العلم تعظيم األستاذ. وبترك الحرمة، وإنما يكفرباستخفافها،أن اإلنسان ال يكفر بالمعصية
Ada dikatakan : “Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena
mengagungkan sesuatu itu, dan gagalnya pula karena tidak mau
mengagungkannya. “Tidaklah anda telah tahu, manusia tidak menjadi kafir
karena maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran tidak mengagungkan Allah.
. وإن شاء استرق، إن شاء باع، أنا عبد من علمنى حرفا واحدا:قال على رضى هللا عنه
Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali ra
berkata: “Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu
huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi
hambanya.”
:وقد أنشدت فى ذلك
وأوجـبه حفظا على كل مسلم رأيت أحق الحق حق المعلم
لتعليم حرف واحد ألف درهم لقد حق أن يهدى إليه كرامة
.فإن من علمك حرفا واحدا مما تحتاج إليه فى الدين فهو أبوك فى الدين
Dalam masalah ini saya kemukakan Syi’irnya:
` Keyakinanku tentang haq guru, hak paling hak adalah itu. Paling wajib di
pelihara, oleh muslim seluruhnya
` Demi memulyakan, hadiah berhak di haturkan. seharga dirham seribu, tuk
mengajar huruf yang Satu
Memang benar, orang yang mengajarmu satu huruf ilmu yang diperlukan
dalam urusan agamamu, adalah bapak dalam kehidupan agamamu.
من أراد أن يكون ابنه عالما ينبغى أن يراعى: قال مشايخنا:وكان أستاذنا الشيخ اإلمام سديد الدين الشيرازى يقول
. وإن لم يكن ابنه عالما يكون حفيده عالما، ويكرمهم ويطعمهم ويطيعهم شيئا،الغرباء من الفقهاء
Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap
: “bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan,
mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam
pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka
cucunyalah nanti.”
وال، وال يكثر الكالم عنده، وال يبتدئ بالكالم عنده إال بإذنه، وال يجلس مكانه،ومن توقير المعلم أن اليمشى أمامه
. وال يدق الباب بل يصبر حتى يخرج األستاذ،يسأل شيئا عند ماللته ويراعى الوقت
Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di
tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-
macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan
sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.
فإنه ال طاعة للمخلوق فى، ويمتثل أمره فى غير معصية تعالى، ويجتنب سخطه، أنه يطلب رضاه:فالحاصل
ومن. إن شر الناس من يذهب دينه لدنيا بمعصية الخالق:معصية الخالق كما قال النبى صلى هللا عليه وسلم
هلل. توقير أوالده ومن يتعلق به:توقيره
Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan
amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan
agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan
durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu
menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut dengannya.
أن واحدا من أكابر األئمة بخارى كان: وكان أستاذنا شيخ اإلسالم برهان الدين صاحب الهداية رحمة هللا عليه حكى
إن ابن أستاذى يلعب مع الصبيان فى: فقال, وكان يقوم فى خالل الدرس أحيانا فسألوا عنه،يجلس مجلس الدرس
. فإذا رأيته أقوم له تعظيما ألستاذى، ويجيئ أحيانا إلى باب المسجد،السكة
Di sini Guru kita Syaikhul Islam Burhanuiddin Shahibul Hidayah pernah bercerita
bahwa ada seorang imam besar di Bochara, pada suatu ketika sedang asyiknya di
tenmgah majlis belajar ia sering berdiri lalu duduk kembali. Setelah ditanyai kenapa
demikian, lalu jawabnya : ada seorang putra guruku yang sedang main-main dihalaman
rumah dengan teman-temannya, bila saya melihatnya sayapun berdiri demi
menghormati guruku.
:والقاضى اإلمام فخر الدين األرسابندى كان رئيس األئمة فى مرو وكان السلطان يحترمه غاية االحترام وكان يقول
إنما وجدت بهذا المنصب بخدمة األستاذ فإنى كنت أخدم األستاذ القاضى اإلمام أبا زيد الدبوسى وكنت أخدمه وأطبخ
.طعامه [ثالثين سنة] وال آكل منه شيئا
Qodli Imam Fakhruddin Al-Arsyabandiy yang menjabat kepala para imam di marwa
lagi pula sangat di hormati sultan itu berkata : “Saya bisa menduduki derajat ini,
hanyalah berkah saya menghormati guruku. Saya menjadi tukang masak makanan
beliau, yaitu beliau Abi Yazid Ad-Dabbusiy, sedang kami tidak turut memakannya.”
وكان الشيخ اإلمام األجل شمس األئمة الحلوانى رحمة هللا عليه قد خرج من بخارى وسكن فى بعض القرى أياما
،لحادثة وقعت له وقد زاره تالميذه غير الشيخ اإلمام شمس األئمة القاضى بكر بن محمد الزرنجرى رحمه هللا تعالى
، الترزق رونق الدرس، ترزق العمر: قال. كنت مشغوال بخدمة الوالدة: لماذا لم تزرنى؟ قال:فقال له حين لقيه
فإنه كان يسكن فى أكثر أوقاته فى القرى ولم ينتظم له الدرس،وكان كذلك
Syaikhul Imamil Ajall Syaikhul Aimmah Al-Khulwaniy, karena suatu peristiwa yang
menimpa dirinya, maka berpindah untuk beberapa lama, dari Bochara kesuatu
pedesaan. Semua muridnya berziarah kesana kecuali satu orang saja, yaitu syaikhul
imam Al-qadli Abu Bakar Az-Zarnujiy. Setelah suatu saat bisa bertemu, beliau
bertanya: “kenapa engkau tidak menjengukku? Jawabnya : “Maaf tuan, saya sibuk
merawat ibuku” beliau berkata: “Engkau dianugrahi panjang usia, tetapi tidak mndapat
anugrah buah manis belajar.” Lalu kenyataanya seperti itu, hingga sebagian banyak
waktu Az-Zarnujiy digunakan tinggal di pedesaan yang membuatnya kesulitan belajar.
.فمن تأذى منه أستاذه يحرم بركة العلم وال ينتفع بالعلم إال قليال
ال ينصحـان إذا هـما لم يكرما !إن المعلم والطبيب كالهـما
واقنع بجهلك إن جفوت معلما فاصبر لدائك إن جفوت طبيبه
Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit
emamfaatannya.
Sungguh, dokter dan guru
Tak akan memberi nasehat, bila tak di hormat