Anda di halaman 1dari 11

Proceeding International Seminar on Islamic Studies Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022

Medan, February 23th-24th, 2022 e-ISSN: 2722-7618

PENTINGNYA MENUNTUT ILMU DALAM TAFSIR AYAT AL QUR’AN


Henny Oktaviyenna1
Trinita Hemalia Putri2
1
Faculty Of Islamic Studies, University of Muhammadiyah Sumatera Utara , Indonesia, (E-mail:
hemaliaputritrinita@gmail.com )
21
Faculty Of Islamic Studies, University of Muhammadiyah Sumatera Utara , Indonesia, (E-mail:
viyenna704@gmail.com)

Abstract
Every want of us who wants about the world,whether it’s desire to get a
job,position,property and so on must be with knowledge or intelligence,without having knowledge
it is impossible for someone to get what he wants. Likewise with life after death or afterlife. If you
want to get happiness in the hereafter in the form of the pleasure of Allah,meet direcly with Allah
SWT,and get heaven then all of that must also be with knowledge. Or if we want both, namely to
get world and the hereafter,than that too must be with knowledge.
Keywords: The importance of studying
______________________________________________________________________

Introduction
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin. Untuk itu,maka diutuslah Rasulullah SAW
untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada
derajat yang tinggi,yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah
yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT .

Karena ilmu merupakan jalan menuju surga, maka ilmu mempunyai kedudukan yang tinggi di
dalam Islam. Karena itu orang-orang yang berilmu menempati kedudukan yang tinggi di sisi Allah
SWT, bahkan mendekati kedudukan para Nabi. Semua muslim diwajibkan menuntut ilmu agar
akidahnya tidak tersesat, ibadahnya benar, dan perilakunya sesuai syariat. Menuntut ilmu adalah
salah satu kewajiban bagi setiap orang Islam selama hayat masih dikandung badan. Untuk
menunjukkan kesungguhan dalam memanfaatkan waktu untuk menuntut ilmu. Sikap disiplin
mutlak diperlukan dalam meraih cita-cita.

1025
Proceeding International Seminar on Islamic Studies Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Medan, February 23th-24th, 2022 e-ISSN: 2722-7618

Dalam kehidupan seorang muslim, waktu merupakan karunia yang tidak bisa terbeli dibandingkan
harta dan yang lainnya. Mengoptimalkan waktu untuk ketaatan kepada Allah SWT, merupakan
modal kemanfaatan kehidupan dunia dan akhirat sehingga mewujudkan keselamatan bagi dirinya.
Menyia-nyiakan waktu dengan membiarkannya berlalu tanpa makna, berarti kesengsaraan dan
kebinasaan bagi dirinya. Kita harus berusaha untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

Method
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat kepustakaan(Library Research) yang
difokuskan pada penelusuran dan penelaan literature serta bahan pustaka yang dianggap ada
kaitannya dengan pentingnya menuntut ilmu.
Variabel penelitian Penulisan ini yang diteliti adalah pentingnya menuntut ilmu . dalam
variabel tersebut dianalisis berdasarkan literature yang ada tanpa memberikan analisis khusus.
Adapun variable dalam penulisan ini adalah:
a. Pentingnya menuntut ilmu sebagai independent variabel (variabel bebas) yang menjadi
sebab terjadinya atau adanya suatu perubahan pada devenden variable (variabel terikat)
b. Pentingnya menuntut ilmu sebagai devendent variabel yaitu variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat adanya indevendent variabel

Result and Discussion


Pentingnya ilmu pengetahuan
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa
suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut
ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan.
Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat
atau mendengar. Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan
berguna untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia,
agar tiap-tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang
diridhai Allah swt.
Seperti terdapat dalam hadits yang menyebutkan tentang keutamaan ilmu pengetahuan,
yaitu :

1026
Proceeding International Seminar on Islamic Studies Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Medan, February 23th-24th, 2022 e-ISSN: 2722-7618

Artinya : Muawiyah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang dikehendaki


Allah sebagai penyebar kebaikan, Allah pasti memahamkan kepadanya urusan agama ini.”
(Muttafaq’alaih)[2]
Dalam hadits ini dijelaskan bahwa Allah menghendaki kepada siapapun sebagai penyebar
kebaikan (ilmu) dan Allah akan memberikan pemahaman (ilmu) kepada orang yang menyebarkan
ilmu agamaNya. Maka marilah kita bersungguh-sungguh dalam menyebarkan kebaikan (ilmu),
karena dengan ilmu yang kita amalkan maka kita akan mendapatkan tambahan pemahaman ilmu.
Karena ilmu adalah merupakan bekal hidup kita untuk mencapai kehidupan fiddunyawa akhiroh.
Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan umatnya dalam berbagai hal termasuk di
dalamnya mewajibkan kepada seluruh umat Islam, baik itu laki-laki maupun perempuan untuk
menuntut ilmu. Banyak terdapat ayat-ayat Al-Quran tentang pendidikan yang patut kita pelajari,
karena dari al-Quranlah sumber pengetahuan hakiki.
Selain itu, banyak pula hadist rasulullah saw. yang menjelaskan tentang hal ini, seperti
hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah di bawah ini.
Artinya: Menuntut ilmu itu (merupakan) kewajiban atas seluruh umat Islam (H. R. Ibnu Majah)
Hadis tersebut dengan jelas menyatakan bahwa menuntut ilmu itu 'faridhah' yaitu merupakan hal
wajib yang tidak bisa ditinggalkan oleh seluruh umat Islam, tanpa ada pengeculian. Karena dengan
menuntut ilmu umat Islam dapat mengemban tugasnya sebagai khalifah di atas muka bumi, yaitu
dengan membangun peradaban manusia yang mulia.
Seruan untuk menuntut ilmu ini dilakukan oleh seseorang itu sejak masih kecil. Artinya
bahwa pendidikan terhadap anak itu dimulai dari dia kecil, karena ibarat pohon jika masih kecil
masih mudah untuk diarahkan sedangkan jika sudah besar pohon itu sudah keras sehingga jika
dirubah bagian yang bengkok menjadi lurus maka akan menjadi patah. Selain itu waktu kecil
seorang anak otaknya masih 'encer' sehingga mudah untuk menerima pengetahun, sedangkan jika
sudah tua otak mulai 'membatu' sehingga sulit untuk menerima pengetahuan dengan mudah.
Dalam salah satu syair arab disebutkan bahwa; "belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas
batu, sedangkan belajar di waktu besar bagaikas mengukir di atas air." Ukiran di atas air dengan
mudah akan hilang, sedangkan ukiran yang ada di atas batu susah untuk dihilangkan, kecuali
dengan cara merusak batu itu. Begitu pula dengan otak manusia, sehingga pembiasaaan anak untuk
belajar itu seharusnya dilakukan sejak dini, sehingga mereka akan terbiasa.

1027
Proceeding International Seminar on Islamic Studies Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Medan, February 23th-24th, 2022 e-ISSN: 2722-7618

Ada istilah pendidikan seumur hidung (long life education). Sebelum istilah ini ada rasulullah telah
bersabda tentang pendidikan seumur hidup, seperti hadis yang diriwayatkan oleh Dailami sebagai
berikut. Artinya: Tuntutlah ilmu dari buaian ibu hingga ke liang lahat/kubur. (H. R. Dailami)
Hadis ini tidak hanya ditujukan kepada seorang muslim sebagai individu dalam menuntut ilmu
sejak berada di buaian ibu, tetapi juga ditujukan kepada orang tua, agar memberikan pendidikan
yang baik kepada anak sejak mereka masih berada dalam kandungan. Sejak mengandung sudah
seharusnya anak diperdengarkan dengan hal-hal yang baik, orang tua tidak boleh berperilaku
buruk sejak anak lahir, sehingga dia dapat merekam perilaku baik dari orang tuanya sejak dini.
Hadis ini juga menjelaskan bahwa menuntut ilmu itu tidak mengenal umur, selama ilmu itu tidak
kita ketahui apalagi yang berkaitan dengan ilmu agama, maka wajib hukumnya untuk kita pelajari.
Menuntut ilmu itu seumur hidup, dan dimanapun tanpa memandang jauh atau dekatnya suatu
tempat tersebut, bahkan rosulullah pernah berasabda bahwa.
Artinya: Tuntutlah ilmu walaupun di negeri Cina (H. R. Baihaqi).
Di zaman Rasulullah, perkemabangan teknologi tidak seperti saat ini. Perjalanan dari
Madinah (tempat tinggal Nabi Muhammad saw.) menuju ke cina itu membutuhkan waktu
bertahun-tahun hingga bisa sampai. Mereka dalam melakukan perjalanan hanya menggunakan
kuda atau unta. Belum lagi perjalanan darat yang serba kesulitan dan banyak rintangan yang harus
dihadapi. Walaupun demikian menuntut ilmu itu tidak memandang jauh atau dekat tempatnya,
selama di situ ada ilmu pengetahuan maka, kita dibolehkan pergi ke sana untuk mendapatkan ilmu
tersebut.
Menuntut ilmu itu bukan untuk mencari kebahagiaan lahiriah yang bersifat duniawi
semata, tetapi juga dibarengi dengan ilmu yang dapat membahagiakan bathiniah, dan juga ilmu
yang bisa menjadi pegangan hidup untuk kebahagiaan di akhirat kelak. Rasulullah saw. bersabda.
Artinya: Barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia maka dengan ilmu, barang siapa
yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka dengan ilmu, dan barang siapa yang
menginginkan keduanya, maka dengan ilmu.
Setiap kita yang menginginkan tentang dunia, baik itu keinginan untuk memperoleh
pekerjaan, jabatan, harta dan lain sebagainya maka harus dengan ilmu atau kecerdasan, tanpa
memiliki ilmu pengetahuan seseorang tidak mungkin bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.
Begitupula dengan kehidupan setelah kematian atau alam akhirat. Jika ingin memperoleh
kebahagiaan di akhirat berupa ridha Allah, bertemu langsu dengan Allah swt, dan mendapatkan
syurganya, maka itu semua harus pula dengan ilmu. Atau jika kita menginkan kedua-duanya yaitu

1028
Proceeding International Seminar on Islamic Studies Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Medan, February 23th-24th, 2022 e-ISSN: 2722-7618

mendapatkan dunia dan akhirat maka itupula haruslah dengan ilmu. Tanpa ilmu kita tidak bisa
berbuat apa-apa, dan tidak bisa menjadi apa-apa. Mendapatkan syurga merupakan balasan bagi
setiap orang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu, bahkan orang Islam yang sedang
menuntut ilmu itu merupakan orang yang sedang berjihad di jalan Allah swt. Sehingga Allah
memudahkan jalan untuk menuju ke syurga. Rasulullah saw. bersabda.
Artinya: Orang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan bagi
dia jalan menuju syurga (H. R. Thabrani).

Keutamaan menuntut ilmu


Anjuran untuk belajar ilmu serta mengajarkannya agar mendekatkan diri kepada Allah dan
terhindar dari jauhnya Allah. Dunia memang hina. Tetapi menuntut ilmu yang berkaitan dengan
urusan duniawi bukan kehinaan jika niatnya betul-betul untuk kebaikan umat manusia.
Terdapat lima keutamaan orang menuntut ilmu, yaitu:
(1) mendapat kemudahan untuk menuju sorga,
(2) disenangi oleh para malaikat,
(3) dimohonkan ampun oleh makhluk Allah yang lain,
(4) lebih utama daripada ahli ibadah, dan
(5) menjadi pewaris Nabi.
Yang dimaksud dengan dimudahkan Allah baginya jalan menuju sorga adalah ilmunya itu
akan memberikan kemudahan kepadanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat
menyebabkannya masuk sorga. Karena ilmunya, seseorang itu mengetahui kewajiban yang harus
dikerjakannya dan larangan-larangan yang harus dijauhinya. Ia memahami hal-hal yang dapat
merusak akidah dan ibadahnya. Ilmu yang dimilikinya membuat ia dapat membedakan yang halal
dari yang haram. Dengan demikian, orang yang memiliki ilmu pengetahuan itu tidak merasa
kesulitan untuk mengerjakan hal-hal yang dapat membawanya ke dalam surga.

Anjuran umat islam terhadap ilmu pengetahuan


Malaikat menghamparkan sayapnya karena senang kepada orang yang mencari ilmu.
Malaikat telah mengetahui bahwa Allah sangat mengutamakan ilmu. Hal itu terbukti ketika
mereka disuruh hormat kepada Adam setelah Adam menunjukkan kelebihan ilmunya kepada
malaikat. Oleh sebab itu, para malaikat merasa senang kepada orang-orang yang berilmu karena
mereka dimuliakan oleh Allah.

1029
Proceeding International Seminar on Islamic Studies Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Medan, February 23th-24th, 2022 e-ISSN: 2722-7618

Orang yang menuntut ilmu dimintakan ampun oleh makhluk-makhluk Allah yang lain. Ini
merupakan ungkapan yang menunjukkan kesenangan Rasulullah SAW. kepada para pencari ilmu.
Ilmu itu sangat bermanfaat bagi alam semesta, baik manusia maupun bukan manusia. Dengan ilmu
pengetahuan yang disertai iman, alam ini akan selalu terjaga dengan indah. Penjagaan dan
pengelolaan alam ini dapat dilakukan dengan ilmu pengetahuan. Jadi, orang yang memiliki ilmu
dan menggunakannya untuk kebaikan alam semesta merupakan orang mulia yang pantas didoakan
oleh penghuni alam ini.
Orang berilmu pengetahuan lebih utama daripada ahli ibadah. Keutamaannya
diumpamakan oleh Rasulullah SAW. bagaikan kelebihan bulan pada malam purnama dari bintang.
Keutamaan bulan malam purnama yang jelas dari bintang-bintang adalah dalam hal fungsi
menerangi. Bulan itu bercahaya yang membuat dirinya terang dan dapat pula menerangi yang lain.
Sedangkan bintang kurang cahayanya dan itu hanya untuk dirinya sendiri. Sifat seperti itu terdapat
pula pada orang yang berilmu pengetahuan dan ahli ibadah. Orang yang berilmu pengetahuan
dapat menerangi dirinya sendiri dengan petunjuk dan dapat pula menerangi orang lain dengan
pengajarannya. Dengan kata lain, orang ‘alim itu memberikan manfaat untuk dirinya dan dapat
pula bermanfaat bagi orang lain.
Orang yang berilmu dikatakan sebagai pewaris Nabi. Ini merupakan penghormatan yang
sangat tinggi. Warisan Nabi itu bukan harta dan fasilitas duniawi, melainkan ilmu. Mencari ilmu
berarti berusaha untuk mendapatkan warisan beliau. Berbeda dari warisan harta, untuk
mendapatkan warisan Nabi tidak dibatasi pada orang-orang tertentu. Siapa saja yang berminat
dapat mewarisinya. Bahkan, Rasulullah SAW. menganjurkan agar umatnya mewarisi ilmu itu
sebanyak-banyaknya.

Tafsir Q.S Al Mujadilah ayat 11


Dalam pentingnya menuntut ilmu juga terdapat pada ayat Q.S Al Mujadilah ayat 11,berikut
ayat,arti beserta tafsir nya.
Q.S Al Mujadilah ayat 11
َ‫ّٰللاُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْوا ِم ْن ُك ْۙ ْم َوالَّ ِذيْن‬ ُ ‫ّٰللاُ لَ ُك ْۚ ْم َواِذَا قِ ْي َل ا ْن‬
ُ ‫ش ُز ْوا فَا ْن‬
‫ش ُز ْوا يَ ْرفَعِ ه‬ َ ‫س ُح ْوا يَ ْف‬
‫سح ِ ه‬ َّ َ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اِذَا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَف‬
َ ‫س ُح ْوا فِى ْال َم ٰج ِل ِس فَا ْف‬
‫ّٰللاُ ِب َما تَ ْع َملُ ْونَ َخ ِبيْر‬ ‫ا ُ ْوتُوا ْال ِع ْل َم دَ َر ٰج ٍۗت َو ه‬
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah
kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan

1030
Proceeding International Seminar on Islamic Studies Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Medan, February 23th-24th, 2022 e-ISSN: 2722-7618

untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah
Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
1. Tafsir jalalain
(Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepada kalian, "Berlapang-lapanglah)
berluas-luaslah (dalam majelis") yaitu majelis tempat Nabi saw. berada, dan majelis zikir sehingga
orang-orang yang datang kepada kalian dapat tempat duduk. Menurut suatu qiraat lafal al-majaalis
dibaca al-majlis dalam bentuk mufrad (maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi
kelapangan untuk kalian) di surga nanti. (Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kalian") untuk
melakukan salat dan hal-hal lainnya yang termasuk amal-amal kebaikan (maka berdirilah) menurut
qiraat lainnya kedua-duanya dibaca fansyuzuu dengan memakai harakat damah pada huruf
Syinnya (niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian) karena
ketaatannya dalam hal tersebut (dan) Dia meninggikan pula (orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat) di surga nanti. (Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian
kerjakan).
Al-Mujadilah: 11
2. Tafsir Ringkas Kemenag
Pada ayat yang lalu Allah memerintahkan kaum muslim agar menghindarkan diri dari
perbuatan berbisik-bisik dan pembicaraan rahasia, karena akan menimbulkan rasa tidak enak bagi
muslim lainnya. Pada ayat ini, Allah memerintahkan kaum muslim untuk melakukan perbuatan
yang menimbulkan rasa persaudaraan dalam semua pertemuan. Wahai orang-orang yang beriman
apabila dikatakan kepadamu, dalam berbagai forum atau kesempatan, 'Berilah kelapangan di
dalam majelis-majelis, agar orang-orang bisa masuk ke dalam ruangan itu,' maka lapangkanlah
jalan menuju majelis tersebut, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu dalam berbagai
kesempatan, forum, atau majelis. Dan apabila dikatakan kepada kamu dalam berbagai tempat,
'Berdirilah kamu untuk memberi penghormatan,' maka berdirilah sebagai tanda kerendahan hati,
niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu karena
keyakinannya yang benar, dan Allah pun akan mengangkat orang-orang yang diberi ilmu, karena
ilmunya menjadi hujah yang menerangi umat, beberapa derajat dibandingkan orang-orang yang
tidak berilmu. Dan Allah Mahateliti terhadap niat, cara, dan tujuan dari apa yang kamu kerjakan,
baik persoalan dunia maupun akhirat. 12. Pada ayat sebelumnya Allah memerintahkan agar orang-
orang beriman mengembangkan adab yang baik, yaitu saling memberikan tempat dalam

1031
Proceeding International Seminar on Islamic Studies Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Medan, February 23th-24th, 2022 e-ISSN: 2722-7618

pertemuan tanda saling menghormati dan menumbuhkan persaudaraan. Allah pun meninggikan
derajat orang yang beriman, berilmu, dan beramal dengan ilmunya itu. Pada ayat ini, Allah
menerangkan bahwa para sahabat yang ingin menghadap Nabi diperintahkan mengembangkan
adab yang baik, yaitu bersedekah terlebih dahulu guna menyucikan dirinya. Wahai orang-orang
yang beriman! Apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul untuk berkonsultasi
tentang masalah yang sangat pribadi, hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang
miskin) agar diri kamu menjadi bersih dari penyakit kikir, juga untuk mengurangi beban beliau
menerima orang-orang yang tidak berkepentingan, sebelum (melakukan) pembicaraan itu. Yang
demikian itu, bersedekah kepada fakir miskin sebelum berkonsultasi dengan Nabi, lebih baik
bagimu, karena kamu berbagi dan peduli dengan orang-orang kecil dan lebih bersih, karena kamu
membuang sifat kikir dan cinta harta yang berlebihan. Tetapi jika kamu tidak memperoleh harta
atau uang (yang akan disedekahkan) sebelum bertemu Nabi karena kemiskinan, maka sungguh,
Allah Maha Pengampun kepada orang yang hendak bersedekah, tetapi tidak sanggup, Maha
Penyayang kepada hamba yang baik hati.

3. Tafsir Ibnu Katsir


Imam Abu Dawud dan Imam At-Tirmidzi meriwayatkannya melalui hadits Usamah ibnu
Zaid Al-Laisi dengan sanad yang sama, dan Imam At-Tirmidzi menilainya hasan. Telah
diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, Al-Hasan Al-Basri dan selain keduanya, bahwa mereka
mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Apabila dikatakan kepadamu, "Berlapang-
lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
(Al-Mujadilah: 11) Yakni dalam majelis peperangan.
Mereka mengatakan bahwa makna firman-Nya: Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu,
maka berdirilah. (Al-Mujadilah: 11) Maksudnya, berdirilah untuk perang. Lain halnya dengan
Qatadah, ia mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan apabila dikatakan,
"Berdirilah kamu, maka berdirilah. (Al-Mujadilah: 11) Yaitu apabila kamu diundang untuk
kebaikan, maka datanglah. Muqatil mengatakan bahwa apabila kamu diundang untuk shalat, maka
bersegeralah kamu kepadanya. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa dahulu
mereka (para sahabat) apabila berada di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya,
dan masa bubar telah tiba, maka masing-masing dari mereka menginginkan agar dirinyalah orang
yang paling akhir bubarnya dari sisi beliau.

1032
Proceeding International Seminar on Islamic Studies Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Medan, February 23th-24th, 2022 e-ISSN: 2722-7618

Dan adakalanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merasa keberatan dengan keadaan
tersebut karena barangkali Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai keperluan lain. Untuk
itulah maka mereka diperintahkan agar pergi bila telah tiba saat bubar majelis. Hal ini semakna
dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan jika dikatakan kepadamu,
"Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. (An-Nur: 28) Firman Allah subhanahu wa
ta’ala: niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Al-Mujadilah: 11) Yakni janganlah kamu mempunyai anggapan bahwa apabila
seseorang dari kalian memberikan kelapangan untuk tempat duduk saudaranya yang baru tiba, atau
dia disuruh bangkit dari tempat duduknya untuk saudaranya itu, hal itu mengurangi haknya
(merendahkannya).
Tidak, bahkan hal itu merupakan suatu derajat ketinggian baginya di sisi Allah, dan Allah
tidak akan menyia-nyiakan pahala itu untuknya, bahkan Dia akan memberikan balasan pahalanya
di dunia dan akhirat. Karena sesungguhnya barang siapa yang berendah diri terhadap perintah
Allah, niscaya Allah akan meninggikan kedudukannya dan mengharumkan namanya. Karena
itulah maka disebutkan oleh firman-Nya: niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadilah: 11) Yaitu Maha
Mengetahui siapa yang berhak untuk mendapatkannya dan siapa yang tidak berhak
mendapatkannya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kamil, telah
menceritakan kepada kami Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Syihab, dari Abut Tufail
alias Amir ibnu Wasilah, bahwa Nafi' ibnu Abdul Haris bersua dengan Umar di Asfan, dan
sebelumnya Umar telah mengangkatnya menjadi amilnya di Mekah. Maka Umar bertanya
kepadanya, "Siapakah yang menggantikanmu untuk memerintah ahli lembah itu (yakni Mekah)?"
Nafi' menjawab, "Aku angkat sebagai penggantiku terhadap mereka Ibnu Abza seseorang dari
bekas budak kami." Umar bertanya, "Engkau angkat sebagai penggantimu untuk mengurus mereka
seorang bekas budak?" Nafi' menjawab, "Wahai Amirul Muminin, sesungguhnya dia adalah
seorang pembaca Kitabullah (ahli qiraat lagi hafal Al-Qur'an) dan alim mengenai ilmu faraid serta
ahli dalam sejarah." Maka Umar berkata dengan nada menyetujui, bahwa tidakkah kami ingat
bahwa Nabimu telah bersabda: Sesungguhnya Allah meninggikan derajat suatu kaum berkat Kitab
(Al-Qur'an) ini dan merendahkan kaum lainnya karenanya.

1033
Proceeding International Seminar on Islamic Studies Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Medan, February 23th-24th, 2022 e-ISSN: 2722-7618

Hal yang semisal telah diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui berbagai jalur dari Az-
Zuhri dengan sanad yang sama. Telah diriwayatkan pula melalui berbagai jalur dari Umar hal yang
semisal. Kami (penulis) telah menyebutkan tentang keutamaan ilmu dan para pemiliknya serta
hadits-hadits yang menerangkan tentangnya secara rinci di dalam Syarah Kitabul 'Ilmi dari Shahih
Al-Bukhari."

4. Tafsir lengkap Kemenag


Al-Mujadilah: 11 Ayat ini memberikan penjelasan bahwa jika di antara kaum Muslimin
ada yang diperintahkan Rasulullah saw berdiri untuk memberikan kesempatan kepada orang
tertentu untuk duduk, atau mereka diperintahkan pergi dahulu, hendaklah mereka berdiri atau
pergi, karena beliau ingin memberikan penghormatan kepada orang-orang itu, ingin menyendiri
untuk memikirkan urusan-urusan agama, atau melaksanakan tugas-tugas yang perlu diselesaikan
dengan segera. Dari ayat ini dapat dipahami hal-hal sebagai berikut:
1. Para sahabat berlomba-lomba mencari tempat dekat Rasulullah saw agar mudah mendengar
perkataan yang beliau sampaikan kepada mereka.
2. Perintah memberikan tempat kepada orang yang baru datang merupakan anjuran, jika
memungkinkan dilakukan, untuk menimbulkan rasa persahabatan antara sesama yang hadir.
3. Sesungguhnya tiap-tiap orang yang memberikan kelapangan kepada hamba Allah dalam
melakukan perbuatan-perbuatan baik, maka Allah akan memberi kelapangan pula kepadanya di
dunia dan di akhirat.
Memberi kelapangan kepada sesama Muslim dalam pergaulan dan usaha mencari
kebajikan dan kebaikan, berusaha menyenangkan hati saudara-saudaranya, memberi pertolongan,
dan sebagainya termasuk yang dianjurkan Rasulullah saw. Beliau bersabda: Allah selalu menolong
hamba selama hamba itu menolong saudaranya. (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah) Berdasarkan
ayat ini para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam suatu majelis hendaklah
mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majelis itu atau mematuhi perintah orang-
orang yang mengatur majelis itu. Jika dipelajari maksud ayat di atas, ada suatu ketetapan yang
ditentukan ayat ini, yaitu agar orang-orang menghadiri suatu majelis baik yang datang pada
waktunya atau yang terlambat, selalu menjaga suasana yang baik, penuh persaudaraan dan saling
bertenggang rasa. Bagi yang lebih dahulu datang, hendaklah memenuhi tempat di muka, sehingga
orang yang datang kemudian tidak perlu melangkahi atau mengganggu orang yang telah lebih

1034
Proceeding International Seminar on Islamic Studies Volume 3 Nomor 1 Tahun 2022
Medan, February 23th-24th, 2022 e-ISSN: 2722-7618

dahulu hadir. Bagi orang yang terlambat datang, hendaklah rela dengan keadaan yang ditemuinya,
seperti tidak mendapat tempat duduk. Inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi saw:
Janganlah seseorang menyuruh temannya berdiri dari tempat duduknya, lalu ia duduk di
tempat tersebut, tetapi hendaklah mereka bergeser dan berlapang-lapang." (Riwayat Muslim dari
Ibnu 'Umar) Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah akan mengangkat derajat orang yang
beriman, taat dan patuh kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya,
berusaha menciptakan suasana damai, aman, dan tenteram dalam masyarakat, demikian pula
orang-orang berilmu yang menggunakan ilmunya untuk menegakkan kalimat Allah. Dari ayat ini
dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai derajat yang paling tinggi di sisi Allah ialah orang
yang beriman dan berilmu. Ilmunya itu diamalkan sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan
rasul-Nya. Kemudian Allah menegaskan bahwa Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan
manusia, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dia akan memberi balasan yang adil sesuai dengan
perbuatan yang telah dilakukannya. Perbuatan baik akan dibalas dengan surga dan perbuatan jahat
dan terlarang akan dibalas dengan azab neraka.

Conclusion
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna
untuk menuntut kita dalam hal hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiap-
tiap muslim jangan picik ; dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang
diridhai Allah swt.
Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan, setelah dipelajari, ia harus diajarkan kepada
orang lain. Rasulullah saw. mengkhawatirkan bila beliau telah wafat dan orang-orang tidak peduli
dengan ilmu pengetahuan, tidak ada lagi orang yang mengerti dengan agama sehingga orang akan
kebingungan.

References

https://www.coretanzone.id/2017/10/tafsir-hadis-rasulullah-tentang-kewajiban-menuntut-
ilmu.html?m=1
https://news.detik.com/berita/d-5184447/al-mujadalah-ayat-11-dan-pentingnya-ilmu
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-58-al-mujadilah/ayat-11
http://www.makalah.co.id/2016/08/makalah-pentingnya-menuntut-ilmu.html?m=1

1035

Anda mungkin juga menyukai