MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN E (3) (1)
MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN E (3) (1)
Landasan Religius
Dosen Pengampu:
KELOMPOK 08
Penyusun:
Semoga ALLAH SWT senantiasa memberikan ilmu-nya kepada kita semua, Amin
Penyusun
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Landasan pendidikan adalah tumpuan, dasar, atau asas konseptual yang menyelubungi
pendidikan secara keseluruhan. Biasanya yang dibahas terkait dengan landasan pendidikan ini adalah
hakikat manusia sebagai makhluk pembelajar, situasi, proses, perubahan sosial, aliran pelaksanaan,
hingga permasalahan-permasalahan pendidikan. Yatimah (2017, hlm. 354) mengatakan bahwa secara
leksikal, landasan berarti dasar, tumpuan, atau alas. Oleh karena itu, landasan (pendidikan)
merupakan tempat bertumpu, titik tolak atau dasar pijakan dalam melaksanakan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. .Bagaimana pengaruh pendidikan bagi setiap insan manusia?
2. Apa Saja Penting Adab Dalam Berilmu?
3. Mengapa Sangat Penting Adab dalam Berilmu?
4.Apa tujuan manusia diciptakan dimuka bumi?
C. Tujuan
1. Untuk memahami Pentingnya Pendidikan Bagi Setiap Insan Manusia,,
2. Untuk Memahami Keutamaan Bagi Setiap Manusia Yang Berilmu,
3. Untuk Mengetahui Perbedaan antara Adab dan Ilmu,
4. Untuk Mengetahui Tujuan Utama Manusia Diciptakan Di Bumi
BAB II
Pembahasan
“Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah no. 224). Dalam islam
keutamaan menuntut ilmu juga disampaikan seperti berikut,
Ini adalah keutamaan menuntut ilmu yang pertama, dalam Alquran Allah SWT berfirman:
“Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat.” (Al-Mujadalah: 11).
Jika ditelaah lebih lanjut, ada tafsiran atau arti dari ayat ini. Seperti salah satunya menurut Imam
Syaukani berkata : “Dan makna ayat ini bahwasanya Allah mengangkat beberapa derajat orang-
orang beriman dari orang-orang yang tidak beriman, dan mengangkat beberapa derajat orang-
orang yang berilmu (dan beriman) dari orang-orang yang hanya beriman. Maka barang siapa
yang memadukan antara iman dan ilmu maka Allah mengangkatnya beberapa derajat karena
imannya lalu Allah mengangkat derajatnya karena ilmunya”
َس َّهَل ُهللا َلُه ِبِه َطِريًقا ِإَلى اْلَج َّنِة،َو َم ْن َس َلَك َطِر يًقا َيْلَتِم ُس ِفيِه ِع ْلًم ا
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan
untuknya jalan menuju surga.” (HR Bukhari dan Muslim).
ِإَذ ا َم اَت اِإْل ْنَس اُن اْنَقَطَع َع َم ُلُه ِإاَّل ِم ْن َثاَل َثٍة ِم ْن َص َد َقٍة َج اِرَيٍة َوِع ْلٍم ُيْنَتَفُع ِبِه َوَو َلٍد َص اِلٍح َيْد ُعو َلُه
Artinya: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara
(yaitu) : sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR.
Muslim no. 1631).
c. Antara Adab Dan Ilmu
Orang yang berilmu itu istimewa. Allah pun memberikan kedudukan yang khusus
dibandingkan orang yang belum atau enggan untuk menuntut ilmu.
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا ِقْيَل َلُك ْم َتَفَّسُحْو ا ِفى اْلَم ٰج ِلِس َفاْفَس ُحْو ا َيْفَس ِح ُهّٰللا َلُك ْۚم َو ِاَذ ا ِقْيَل اْنُشُز ْو ا َفاْنُشُز ْو ا َيْر َفِع ُهّٰللا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ِم ْنُك ْۙم
َو اَّلِذ ْيَن ُاْو ُتوا اْلِع ْلَم َد َر ٰج ٍۗت َو ُهّٰللا ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن َخ ِبْيٌر
“Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al-Mujadalah: 11)
Orang yang diberikan ilmu pengetahuan diangkat beberapa derajat. Sungguh istimewa. Lantas
tidakkah kita ingin mendapatkan kedudukan yang istimewa di sisi Allah? Bukan hanya di sisi
Allah saja orang yang berilmu itu istimewa. Di sisi manusia pun mereka pastinya mendapatkan
keistimewaan yang khusus. Banyak yang belajar darinya, banyak yang nyaman duduk
bersamanya, dan banyak yang mencintainya. Tapi cukupkah hanya dengan menjadi sosok yang
berilmu? Ada satu hal penting yang tak boleh kita abaikan dalam berilmu, yaitu adab. Maka
penting bagi kita untuk beradab sebelum berilmu. Maka bukan hal yang aneh lagi para ulama
pun banyak berpesan atas hal ini. Mendahulukan adab dibandingkan ilmu. Seperti yang
disampaikan Imam Darul Hijrah, Imam Malik rahimahullah yang pernah berkata pada seorang
pemuda Quraisy, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu.” Kenapa para ulama
berpesan untuk mendahulukan mempelajari adab? Sebagaimana Yusuf bin Al Husain berkata,
“Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu.” Bahkan adab butuh
waktu lebih banyak untuk dipelajari dibandingkan ilmu. Ibnul Mubarok berkata, “Kami
mempelajari masalah adab itu selama 30 tahun sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20
tahun.”Jika para ulama saja banyak berpesan agar kita lebih mendahulukan adab dibandingkan
ilmu, lantas apa landasan kita untuk mendahulukan ilmu dibandingkan adab? Bisa jadi ada yang
keliru dalam hidup kita. Tujuan berilmu bukan untuk penilaian Allah, tapi agar terlihat mulia di
mata manusia. Bisa jadi seperti itu. Tapi siapa yang tahu selain hati diri sendiri? Tapi coba saja
tanya pada hati sendiri. Mana yang lebih nyaman untuk kita lihat, orang yang berilmu tapi
adabnya kurang, atau orang yang adabnya baik tapi ilmunya kurang. Cenderung bagi kita untuk
mendahulukan orang yang beradab karena akan ada kenyamanan bersamanya. Tapi tentu, dua
pilihan tadi bukanlah pilhan yang terbaik. Karena jauh lebih penting bagi kita untuk menjadi
berilmu dan beradab. Tapi untuk berilmu butuh adab. Sabar dalam menuntut ilmu, dipelajari dari
adab. Paham atas ilmu, dipelajari dari adab. Tersebarnya ilmu, dipelajari dari adab. Mari
dahulukan adab dibandingkan ilmu. Tidak cukup hanya dengan membaca artikel ini saja. Coba
pelajari buku yang membahas adab, hadiri kajian yang membahas adab, dan terapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Karena dari peradaban ada kata adab, maka sungguh adab perannya
begitu besar.
Tujuan manusia diciptakan salah satunya adalah dibentuk sebagai pengurus (khalifah) di
planet bumi ini. hal tersebut telah dinyatakan dalam firman Allah
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". (QS. Al-Baqarah: 30)
Tujuan manusia diciptakan juga memiliki tujuan agar manusia dapat menyembah Allah
sebagai pencipta mereka. Hal tersebut telah dijelaskan dalam firman Allah sebagai berikut :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
(QS. Al-Dzariyat: 56) Untuk lebih memberikan penjelasan tentang ayat tersebut, Imam Ibnu
Katsir menjelaskan tentang tafsir dari ayat tersebut:
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku
padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha-Kuasa atas segala sesuatu, dan
sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS at-Thalaq: 12)
Tujuan manusia diciptakan juga akan menjadi bukti kelayakan manusia akan ditempatkan
di mana nanti saat di akhirat. Akhirat mempunyai dua tempat yang bertolak belakang, yakni
surga dan neraka. Allah bisa saja langsung menciptakan manusia untuk seketika ditempatkan di
keduanya tanpa alasan apa pun, tetapi Allah tak melakukannya. Allah memilih membuat manusia
hidup di dunia terlebih dahulu untuk melihat sendiri amal perbuatannya sehingga layak di tempat
mana. Allah telah berfirman :
“Kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan bumi, agar Ia membalas orang-orang yang
berbuat buruk sebab apa yang mereka kerjakan dan membalas orang-orang yang berbuat baik
dengan kebaikan.” (QS. An-Najm: 31) Dari kemenangan dan kesabaran menghadapi berbagai
kesusahan itulah kita dapat membuktikan “kelayakan” kita untuk menjadi penghuni surga.
Meskipun sebenarnya amal perbuatan manusia tak cukup untuk menebus surga yang begitu
sempurna, namun kemurahan Allah membuat kita tahu bahwa melakukan amal kebaikan,
bersyukur terhadap nikmat dan bersabar terhadap musibah adalah hal yang dapat membuat kita
mendapat balasan surga. Itulah di antara alasan yang dinyatakan secara eksplisit dari Alquran
tentang kenapa Allah menciptakan manusia. Dari informasi itu, kita jadi tahu tujuan hidup di
dunia ini untuk apa dan seharusnya kita fokus untuk memenuhinya dan tak ada opsi lain bagi
manusia.
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Landasan pendidikan adalah tumpuan, dasar, atau asas konseptual yang menyelubungi
pendidikan secara keseluruhan. Biasanya yang dibahas terkait dengan landasan pendidikan ini
adalah hakikat manusia sebagai makhluk pembelajar, situasi, proses, perubahan sosial. aliran
pelaksanaan, hingga permasalahan-permasalahan pendidikan. Dalam konteks religius,
pendidikan adalah hal yang sangat bergantung pada keimanan dan keyakinan peserta didik
masing-masing. Pendidikan adalah hal yang harus berdasarkan keinginan peserta didiknya
sendiri, bukan paksaan atau dorongan dari orang atau bahkan instansi dan lembaga lain. Sumber
asumsi ajaran Islam sebagai landasan pendidikan yaitu Al-Qur'an dan Hadits. yaitu Al-Qur'an
Surat Al-Mujadalah ayat 11 dan Hadits Riwayat Turmudzi.
B. Saran
Terimakasih telah membaca dan memahami makalah Saya, jika ada penulisan kata yang
kurang tepat dan menyinggung perasaan, Saya mohon maaf karena manusia tidak jauh dari
kesalahan dan Saya menerima kritik dan sarannya agar kedepan Saya bisa memperbaiki untuk
kedepannya.
Daftar Pustaka
https://www.kabarpendidikan.id/2022/06/pentingnya-pendidikan-bagi-kehidupan.html
https://www.scribd.com/document/541309613/Makalah-Landasan-Religius-Pendidikan
https://alazharasysyarifsumut.sch.id/5-keutaamaan-menuntut-ilmu-menurut-pandangan-islam/
#:~:text=Ia%20yang%20berilmu%20pasti%20diberi,di%20dunia%20maupun%20di
%20akhirat.&text=%E2%80%9CBarang%20siapa%20yang%20menempuh%20suatu,(HR
%20Bukhari%20dan%20Muslim).&text=Siapa%20yang%20tidak%20ingin%20terus
%20mendapatkan%20pahala%20meski%20telah%20meninggal
https://sdit.alhasanah.sch.id/pengetahuan-umum/adab-atau-ilmu-mana-yang-lebih-utama/
https://www.merdeka.com/jatim/tujuan-manusia-diciptakan-menurut-agama-islam-wajib-
dipahami-kln.html