Anda di halaman 1dari 29

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN KASUS FORENSIK
Rabu, 06 Desember 2017

VISUM et REPERTUM PSYCHIATRICUM


(Tindak Pidana Kekerasan Yang Mengakibatkan Meninggal Dunia)

Willy Jaya Suento

PEMBIMBING :

dr. Agus Japari, Mkes, SpKJ

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

Telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan Laporan Kasus Forensik


dengan judul “Visum et Repertum Psychiatricum (Tindak pidana kekerasan yang
mengakibatkan meninggal dunia)”, pada konferensi klinik Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, yang akan diadakan pada:

Hari / Tanggal : Rabu, 06 Desember 2017


Tempat : Ruang Pertemuan Bagian Psikiatri RSKD Prov. Sul-Sel
Waktu : 08. 00 WITA – Selesai

Makassar, Desember 2017


Pembimbing

dr. Agus Japari, Mkes, Sp.KJ

2
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

JALAN LANTO DAENG PASEWANG NO.34

TELP. 873120 – 872167 MAKASSAR

Sifat :RAHASIA Makassar, November 2017

Nomor :
Lampiran :
Perihal : Penyampaian hasil visum et repertum psychiatricum

Kepada
Yth. KEPALA KEPOLISIAN RESORT WAJO SEKTOR GILIRENG
Di - Kabupaten Wajo

Dengan hormat,
Sehubungan surat saudara No. B/57/X/2017/RESKRIM pada tanggal 30
Oktober 2017, dengan ini kami kirimkan HASIL PEMERIKSAAN AHLI
PSIKIATRI (VISUM ET REPERTUM PSYCHIATRICUM) atas nama Hamuddin,
yang diobservasi pada Rumah Sakit Khusus Daerah Makassar sejak tanggal
31Oktober 2017 sampai dengan sekarang.
Demikian disampaikan untuk diketahui dan digunakan seperlunya.

Direktur RSKD Prov. Sul – Sel

( )
Pangkat : Penata Tk.I
NIP : ..................................

3
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
JALAN LANTO DAENG PASEWANG NO. 34
TELP. 873120 – 872167 MAKASSAR
Demi Keadilan
Pro Justitia

Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa


(Visum et Repertum Psychiatricum)
Nomor : / VeRP / 2017

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : dr. XXXXXXX, Sp.KJ
Pangkat/NIP : Penata Tk.I, / xxx yyy zzz
Jabatan : Psikiater RSKD Provinsi Sulawesi Selatan

Alamat sarana pelayanan kesehatan jiwa : Jl.Lanto Daeng Pasewang no 34.Makassar

Atas permintaan tertulis dari :

Nama : Sutarno S.Sos

Pangkat / NRP : Ajun Komisaris Polisi / 67080382

Jabatan : Kepala Kepolisian Sektor Gilireng

Instansi : Kepolisian Resort Wajo Sektor Gilireng

Alamat : Jl. Poros Polewalie-Gilireng

No surat : B/57/X/2017/Reskrim

Tanggal : 30 Oktober 2017

Perihal : Permintaan pemeriksaan kejiwaan/Visum et Repertum Psychiatricum


atas nama Hattase

4
Telah melakukan pemeriksaan psikiatri dan observasi dari tanggal lima belas bulan Maret
tahun dua ribu tujuh belas sampai saat ini, terhadap :

Nama : HATTASE BIN LEWA


Tempat/ Tanggal lahir/ Umur : Takkalalla, 17 Agustus 1972/ 45 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Desa Sakkoli , Kec. Sajoanging , Kab. Wajo
Pendidikan : SD
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Petani
Status terperiksa : Tersangka
Masalah Hukum : Tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan meninggal
dunia
HASIL PEMERIKSAAN
1. ANAMNESIS (diperoleh dari berbagai sumber)
a. Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari kepolisian
b. Laporan Polisi
Telah terjadi tindak pidana kekerasan yang dilakukan terperiksa terhadap korban yang
mengakibatkan korban meninggal dunia di Desa Moncongi, Kec. Gilireng, Kab. Wajo
pada hari selasa tanggal 7 Oktober 2017 pukul 18.00 WITA dilakukan oleh terlapor
(tersangka) lelaki Hattase, sehingga terlapor diamankan di Polsek Gilireng kabupaten
Maros.
c. Autoanamnesis (terlampir)
d. Alloanamnesis (Tn.Hairul (27 tahun) : Sepupu terperiksa), Tn. Reynhard (32 thn) :
pihak kepolisian)

A. Riwayat Gangguan Sekarang


Terperiksa ditahan karena melakukan tindak kekerasan terhadap korban yang
mengakibatkan korban meninggal dunia yang terjadi pada tanggal 7 Oktober 2017.
Terperiksa dibawa ke RSKD Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 31 Oktober
2017 dengan keluhan mengamuk. Dari keterangan penyidik, saat dalam penahanan,
terperiksa terlihat berbicara sendiri dan bicara tidak nyambung.

5
Dari keterangan keluarga, saat kejadian, terperiksa sedang keluar untuk membeli
bensin. Saat lewat di rumah korban terperiksa melihat korban sedang memasukkan
ayam di rumah korban. Saat itu terperiksa langsung mencabut parang yang biasa
dipakai dikebun dan memarangi korban. Setelah melihat korban tidak bergerak
terperiksa langsung menyerahkan diri ke kepala desa. Sebelumnya terperiksa sering
terlihat bicara sendiri kadang tidak menjawab apa yang ditanyakan. Apabila sedang
kambuh terperiksa sering bicara tentang kemerdekaan dan mengajarkan sholat yang
salah. Terperiksa sebelumnya belum pernah dirawat dan berobat psikiatri sebelumnya.
Dari pengakuan terperiksa, terperiksa mengakui telah membunuh korban hingga
meninggal dunia, terperiksa mengakui tidak mengingat lebih lanjut dan seperti merasa
dirinya tidak dapat dikendalikan saat kejadian tersebut. Sebelum kejadian, terperiksa
sudah merasa jengkel terhadap korban. Terperiksa yakin bahwa korban sering iri
dengan hasil kebun pemeriksa, dan yakin korban selalu merendahkan, menjelek-
jelekkan dan membuat terperiksa menderita. Selain itu terperiksa yakin istrinya
bersekongkol dengan korban dan yakin bahwa mereka sudah berbuat yang tidak
senonoh. Hal ini diketahui terperiksa melalui mata batinnya dimana terperiksa
mengaku arwahnya dapat keluar dan menyusuri lingkungannya. Terperiksa juga yakin
bahwa di kepalanya di bagian atas mata kiri di bekas luka jahitnya sudah ditanamkan
alat saat terperiksa dirawat di RSUD Wajo 2 tahun lalu, sehingga terperiksa yakin isi
pikirannya dapat diketahui oleh orang lain.
Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat bermakna dari trauma, kejang. Terperiksa sempat minum obat
PTU sejak 5 tahun lalu tetapi kadang tidak teratur.
2. Riwayat Penggunaan NAPZA
Terperiksa merokok ± 1 bungkus per hari sejak umur 20 tahun. Riwayat
penggunaan NAPZA lainnya diakui tidak ada.
3. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya
Tidak ada riwayat pengobatan psikiatri sebelumnya
B. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Terperiksa lahir pada tanggal 17 Agustus 1972 di rumah, ditolong oleh dukun.
Selama mengandung ibu pasien dalam keadaan sehat. Pasien mendapatkan ASI
sampai usia lebih dari 1 tahun.

6
2. Riwayat Masa Kanak Awal (usia 1-3 tahun)
Terperiksa tumbuh dan berkembang sesuai dengan anak seusianya. Tidak banyak
informasi yang didapatkan pada usia tersebut.
3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (usia 4-11 tahun)
Umur 6 tahun, terperiksa masuk SD Negeri di desa Gilireng Wajo. Terperiksa
menempuh pendidikan hingga tamat. Prestasi terperiksa biasa-biasa saja.
4. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (usia 12-18 tahun)
Setelah tamat SD, terperiksa tidak melanjutkan sekolah karena faktor
ekonomi.Terperiksa langsung berangkat ke Kuching ,Malaysia untuk bekerja
sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Terperiksa bersekolah sampai tamat SD.
b. Riwayat pekerjaan
Sejak umur 12 tahun (1992), terperiksa mulai bekerja di Kuching, Malaysia dari
2009-2014 sebagai buruh kelapa sawit. Saat di Malaysia terkadang terperiksa
pulang untuk mengurus kebun dan kembali lagi ke Malaysia setelah panen.
Terperiksa pulang ke Indonesia tahun 2012, dan bekerja menggarap kebun milik
terperiksa. sawah mereka panen 1 kali setahun karena sawah gunung, kurang
irigasinya.
c. Riwayat Pernikahan
Terperiksa menikah di Malaysia pertama kali dengan wanita pilihan sendiri,
kemudian diceraikan 16 tahun lalu. Saat kembali ke Indoneia 7 tahun lalu
terperiksa menikah kedua kalinya. Mereka dikaruniai 2 orang anak, anak
pertama perempuan umur 5 tahun , dan anak ke-2 mereka berumur 2 tahun
d. Riwayat Agama
Terperiksa beragama Islam dan cukup taat dalam menjalankan ritual ibadahnya.
e. Riwayat Militer
Terperiksa tidak pernah mengikuti kegiatan militer
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Terperiksa mengaku belum pernah terlibat dengan masalah hukum sebelumnya

7
g. Riwayat Kehidupan Sosial
Terperiksa merupakan orang yang pendiam dan jarang bicara, cukup bergaul
dengan orang lain. Terperiksa kadang menghadiri acara-acara di kampungnya.

C. Riwayat Keluarga
Terperiksa adalah anak ke-3 dari 4 bersaudara. Saudara kandung pertama
terperiksa adalah laki-laki, sudah menikah dan bekerja sebagai petani. Saudara
kandung terperiksa yang ke-2 adalah laki-laki,bekerja sebagai petani, tinggal bersama
keluarganya di Soppeng. Saudara kandung terperiksa yang ke-4 adalah
perempuan,sudah meninggal karena sakit
Saudara kandung terperiksa yang pertama dan bungsu, saudara-saudara istri
terperiksa, dan orang tua terperiksa tinggal berdekatan rumah di kampung mereka.
menurut terperiksa, hubungan terjalin baik antar sesama mereka maupun tetangga-
tetangga lainnya. Menurut keluarga kakak tertua pasien menderita gangguan sama
dengan pasien dan saat ini sedang dipasung dibawah rumah orang tuanya. Adik
bungsu pasien juga menderita gangguan sama dengan pasien tetapi sudah meninggal
karena sakit.

GENOGRAM

8
Keterangan :

: Laki-laki : Terperiksa

: Perempuan : Meninggal

: Menderita gangguan jiwa : Cerai

D. Situasi Kehidupan Sekarang


Sebelum diobservasi inap, terperiksa tinggal bersama istri dan anak-anaknya di desa
Sakkoli (Wajo), dan berkerja sebagai petani menggarap kebun milik keluarganya.

2. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tanggal 02 November 2017)


A. Diskripsi Umum
1. Penampilan
Tampak seorang laki-laki, wajah sesuai umur (45 tahun), perawakan kurus,
memakai baju kaos warna hitam dan celana pendek warna cokelat, warna kulit
sawo matang, tampak bercak-bercak putih pada leher dan badan tampak bekas
luka jahit dibagian atas mata kiri, secara umum penampilan kesan kurang terawat.
2. Kesadaran : Berubah
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tenang
4. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi agak pelan
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

B. Keadaan Afektif
1. Mood : Sedih
2. Afek : Tumpul
3. Keserasian : Tidak serasi
4. Empati : Tidak dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (kognitif)


1. Taraf Pendidikan
Pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai dengan tingkat pendidikannya.
2. Orientasi
a. Waktu : Tidak terganggu

9
b. Tempat : Tidak terganggu
c. Orang : Tidak terganggu
3. Daya Ingat :
a. Jangka Panjang : Tidak terganggu
b. Jangka Pendek : Tidak terganggu
c. Jangka Segera : Tidak terganggu
4. Konsentrasi dan Perhatian : Cukup
5. Pikiran Abstrak : Tidak terganggu
6. Bakat Kreatif : Tidak ada
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Cukup

D. Gangguan Persepsi :
1. Halusinasi :
 Riwayat halusinasi auditorik ( Saat ini tidak diakui lagi ) :
Terperiksa mendengar suara-suara gaib dan suara korban yang menjelek-
jelekkan dan menghina pasien.

2. Ilusi : Tidak ada


3. Depersonalisasi :
 Terperiksa merasa arwahnya dapat keluar dari badannya.
4. Derealisasi : Tidak ada

E. Proses Pikir
1. Arus Pikiran
 Produktivitas : Cukup
 Kontinuitas : Relevan, koheren
 Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Gangguan isi Pikiran :
 Thought broadcasting : Isi pikiran terperiksa dapat dibaca oleh orang lain.
 Waham curiga :
o Terperiksa meyakini bahwa korban iri dan mau mencelakai dirinya.
o Terperiksa meyakini istri dan korban berbuat tidak senonoh dan
bersekongkol dengan korban untuk mencelakai dirinya.
F. Pengendalian Impuls :
Terganggu

10
G. Daya Nilai dan Tilikan
1. Norma sosial : Terganggu
2. Uji daya nilai : Terganggu
3. Penilaian realitas : Terganggu
4. Tilikan : Terperiksa merasa dirinya tidak sakit (tilikan derajat 1)

H. Persepsi Pasien tentang Diri dan Kehidupannya


Terperiksa merasa menyesal dengan tindakannya, dan merasa sedih mengingat
kesalahan yang sudah dilakukan. Terperiksa juga merasa itrinya bersalah dalam hal
ini. Terperiksa ingin segera keluar dari rumah sakit dan menjalani hukumannya
bersama istrinya.

I. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya

3. PEMERIKSAAN FISIK :
 STATUS INTERNUS :
Keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
92 x/menit, frekuensi pernapasan 20 x/menit, suhu tubuh afebris, mata kesan
exophtalmus, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, terdapat ronkhi (+)/(+),
ekstremitas dalam batas normal. Tampak bercak putih daerah leher dan badan .
 STATUS NEUROLOGIK :
Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan
isokor, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik, fungsi sensorik, dan refleks fisiologis
juga dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
a. Pemeriksaan Psikologik (Tanggal 11 November 2017) :
Kesimpulan psikologik :
Sikap yang penuh pertimbangan yang membuat kurang mampu berkompetisi dengan
lingkungan dan kurang mampu berpikir realistis.

b. Hasil Konsul Neurologis (Tanggal 2 November 2017) :


Kesan : Saat ini tidak ditemukan defisit neurologis

c. Pemeriksaan MMPI (Tanggal 2 Juni 2017) :

11
Ditemukan adanya gejala klinis somatik yang terkait problema psikologis. Gejala
klinis pikiran kecurigaan yang berlebihan. Gejala klinis emosi negatif yang
berlebihan. Gejala klinis pengalaman psikologis yang aneh dan tidak wajar. Gejala
klinis terkait dengan luapan perasaan yang berlebihan.

d. Pemeriksaan Foto Thoraks AP


Kesan : Bronkhitis

e. Laboratorium (Tanggal 31 Oktober 2017)


Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hb 11,5 12-16 gr %
Lekosit 8500 4.000-10.000 /mm3
Eritrosit 4,10 juta 4,5 – 5,5 juta/mm3
LED 27 < 15 mm/jam
Trombosit 220.000 200-400 rb/mm3
Hematokrit 35,6 40-48 %
GOT 21 < 37 U/L
GPT 20 < 42 U/L
Gula Darah Sewaktu 100 < 200 mg/dl
Ureum 38,4 10 – 50 mg/dl
Creatinin 0,5 0.5 – 1.2 mg/dl

5. DIAGNOSIS
FORMULASI DIAGNOSTIK
Seorang laki-laki, umur 45 tahun, dibawa oleh polisi dan keluarga ke RSKD Provinsi
Sulawesi Selatan dengan tujuan untuk dilakukan pemeriksaan medis tentang kebenaran
adanya dugaan gangguan jiwa sehubungan dengan tindak pidana kekerasan yang
mengakibatkan korban meninggal dunia yang dilakukan terperiksa pada hari Sabtu
tanggal 7 Oktober 2017 terhadap Tn. L (korban) dan untuk dilakukan
pengobatan/perawatan serta dibuktikan dengan Visum et Repertum.
Terperiksa diduga mengalami gangguan jiwa oleh polisi berdasarkan keterangan yang
didapatkan dari keluarga bahwa terperiksa terlihat sering bicara sendiri dan bicara tidak

12
nyambung. Kadang terperiksa mengurung diri dan tidak mau mandi. Saat tidak bisa tidur
malam, terperiksa terlihat mondar-mandir dalam rumah. Hal ini juga dialami saat dalam
penahanan polisi.
Terperiksa mengakui telah memarangi korban hingga meninggal dunia, terperiksa
mengakui tidak mengingat lebih lanjut dan seperti merasa dirinya sanagat emosi dan tidak
dapat dikendalikan saat kejadian tersebut. Sebelum kejadian, terperiksa sudah merasa
jengkel terhadap korban. Terperiksa yakin bahwa korban sering iri dengan hasil kebun
pemeriksa, dan yakin korban selalu merendahkan, menjelek-jelekkan dan membuat
terperiksa menderita. Selain itu terperiksa yakin istrinya bersekongkol dengan korban dan
yakin bahwa mereka sudah berbuat yang tidak senonoh. Hal ini diketahui terperiksa
melalui mata batinnya dimana terperiksa mengaku arwahnya dapat keluar dan menyusuri
lingkungannya. Terperiksa juga yakin bahwa di kepalanya di bagian atas mata kiri di
bekas luka jahitnya sudah ditanamkan alat saat terperiksa dirawat di RSUD Wajo 2 tahun
lalu, sehingga terperiksa yakin isi pikirannya dapat diketahui oleh orang lain.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I
Berdasarkan auto dan alloanamnesis didapatkan adanya gejala klinis yang bermakna
seperti sering bicara sendiri, bicara tidak nyambung, gelisah dan tidak bisa tidur malam
memberat kurang lebih 1 bulan yang lalu. Keadaan ini menimbulkan penderitaan
(distress) maupun hendaya (disability) pada berbagai fungsi sosial, pekerjaan, dan
penggunaan waktu senggang. Maka dapat disimpulkan bahwa terperiksa menderita
gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai
realitas berupa riwayat halusinasi auditorik, adanya waham dan thought broadcasting
sehingga digolongkan dalam gangguan jiwa psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis ditemukan ronkhi pada kedua sisi
paru dan riwayat minum obat PTU sejak 5 tahun tetapi tidak berkaitan langsung dengan
gangguan jiwa yang dialami , dan juga tidak terdapat riwayat bermakna penyalahgunaan
NAPZA sehingga kemungkinan gangguan yang disebabkan oleh kondisi medis umum
atau gangguan yang diinduksi oleh zat dapat disingkirkan.
Pada status mental didapatkan adanya afek yang tumpul, adanya gangguan persepsi
berupa riwayat halusinasi auditorik dan adanya gangguan isi pikir berupa persecutory
delusions dan thought broadcasting yang mana telah berlangsung lebih dari satu bulan

13
sehingga berdasarkan PPDGJ III, memenuhi kriteria diagnostik Skizofrenia (F20).
Adanya halusinasi dan waham yang menonjol sehingga diagnosis dapat diarahkan kepada
Skizofrenia Paranoid (F20.0).
AKSIS II
Terperiksa merupakan orang yang pendiam dan jarang bicara, cukup bergaul dengan
orang lain. Dari data tersebut, belum dapat diarahkan ke salah satu ciri kepribadian khas.
AKSIS III
Suspek hipertiroid, Tinea versikolor

AKSIS IV
Stressor psikososial tidak jelas
AKSIS V
GAF Scale 50-41, gejala berat, disabilitas berat

6. KESIMPULAN
Pada saat diperiksa dan diobservasi di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan, ditemukan
adanya gangguan jiwa berat berupa Skizofrenia Paranoid, sehingga disimpulkan
terperiksa tidak mampu bertanggung jawab atas perbuatannya (pasien tidak menyadari
tindakannya, tidak memahami dan tidak mampu memilih serta mengarahkan
kemauannya).

7. SARAN
Terperiksa perlu mendapat pengobatan dan perawatan selanjutnya di RSKD.

8. PENUTUP
Demikianlah VeR Psychiatricum ini dibuat dengan mengingat sumpah sewaktu menerima
Jabatan.

Makassar, November 2017

dr. XXXXXXX, SpKJ

NIP ............................

14
DISKUSI

Dalam psikiatri forensik, kedudukan dokter adalah sebagai perpanjangan tangan dari
petugas hukum. Tugasnya adalah memberi bantuan tambahan, fakta-fakta sebagai bukti
dalam upaya memenuhi kebutuhan unsur untuk mengambil keputusan peradilan. Pelayanan
ini disebut sebagai pelayanan medikolegal yang keluarannya antara lain berupa surat
keterangan yang disebut Visum et Repertum Psychiatricum. Dokter/psikiater yang ditunjuk
untuk membuat Visum et Repertum Psychiaytricum harus memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :4
1. Bekerja pada fasilitas perawatan pasien gangguan jiwa atau bekerja pada lembaga
khusus untuk pemeriksaan
2. Tidak berkepentingan dalam perkara yang bersangkutan
3. Tidak ada hubungan keluarga atau terikat hubungan kerja dengan tersangka atau korban
4. Tidak ada hubungan sengketa dalam perkara lain.
Visum et Repertum adalah hasil pemeriksaan medis yang dilakukan oleh seorang dokter
atau sebuah tim dokter dan ditujukan untuk kepentingan peradilan sebagai sarana
pembuktian. Visum et Repertum berisi paduan antara fakta dan pendapat dokter terhadap
fakta tersebut.
Pada garis besarnya, kasus-kasus hukum yang sering dimintakan Visum et Repertum
Psychiatricum antara lain kasus pidana (terperiksa sebagai pelaku atau sebagai korban), kasus
perdata (misalnya pembatalan kontrak, pengampuan, hibah, perceraian, adopsi) dan kasus-
kasus lain (seperti kompetensi untuk diinterview, kelayakan untuk diajukan di sidang
pengadilan).
Visum et Repertum Psychiatricum diterbitkan hanya atas suatu permintaan dan yang
berhak meminta adalah hakim, jaksa, polisi dan yang bersangkutan (pelaku, korban, atau
walinya). Persyaratan untuk kelengkapan pembuatan Visum et Repertum Psychiatricum,
selain surat permintaan pembuatan visum, adalah berita acara. Dalam hal ini, status terdakwa
atau tergugat berubah menjadi terperiksa. 4,7
Selama observasi, telah dilakukan pemeriksaan terhadap komponen-komponen yang
4-7
dapat dipakai untuk menentukan kemampuan untuk bertanggung jawab antara lain :
A. Tahap kemampuan menyadari tindakan yaitu tahap saat seharusnya pelaku dapat
mempersepsi kemudian menginterpretasi dan mengambil konklusi dari stimulus
tersebut. Kesadaran di sini ditentukan dengan cara seperti pada pemeriksaan tingkat

15
kesadaran pada pemeriksaan psikiatrik umumnya. Terperiksa pada kasus ini tidak
mampu menyadari perbuatan yang dilakukan.
B. Tahap memahami tindakan yaitu setelah mendapat kesimpulan terhadap stimulus
yang diterima maka pelaku akan mengembangkan berbagai respon yang akan dipilih
sebagai tindakan untuk menjawab stimulus. Kemampuan pemahaman ini dapat
ditentukan melalui pemeriksaan discriminative insight, yaitu pemahaman mengenai apa
yang akan dilakukan, mengapa hal itu harus dilakukan dan bagaimana proses
pengembangan tindakan tersebut. Discriminative judgement ditentukan untuk
memberikan penilaian baik pada nilai tindakan maupun nilai resiko tindakan tersebut.
Terperiksa dalam kasus ini tidak dapat memahami tindakannya dengan baik karena
adanya hendaya berat dalam menilai realita, yang ditandai dengan adanya thought
broadcasting, halusinasi auditorik dan persecutory delusions.
C. Tahap pemilihan dan pengarahan tindakan yaitu seseorang yang normal dan mampu
bertanggungjawab akan bebas mempertimbangkan dan memilih respon yang kemudian
juga akan bebas mengarahkan respon yang dipilih tersebut sebagai suatu tindakan.
Terperiksa karena adanya hendaya dalam menilai realitas, mengakibatkan dirinya
mudah terpengaruh oleh hendaya tersebut, sehingga tidak dapat memilih dan
mengarahkan respon terhadap suatu stimulus.
Berdasarkan komponen-komponen tersebut dapat dibuat tingkat-tingkat kemampuan
bertanggungjawab antara lain :4,5
a. Yang tidak mampu bertanggung jawab
 Yang tidak menyadari, tidak memahami, dan tidak dapat memilih dan
mengarahkan kemauannya. Misalnya pelaku yang menderita epilepsi lobus
temporalis
 Yang menyadari, tetapi tidak memahami dan tidak mampu memilih dan
mengarahkan kemauannya, seperti pada kasus-kasus yang pelakunya adalah
penderita psikosis.
b. Yang bertanggungjawab sebagian
 Yang menyadari, memahami tetapi tidak mampu memilih dan mengarahka
kemauannya, seperti pada penderita kompulsi.
 Yang menyadari, memahami dan sebenarnya mampu memilih dan mengarahkan
kemauannya tetapi tidak mendapat kesempatan untuk berbuat seperti itu karena
adanya dorongan impuls yang kuat seperti yang terjadi pada tindakan-tindakan
yang impulsif atau “mata gelap”.
16
c. Yang mampu bertangungjawab penuh
 Yang melakukan suatu pelanggaran hukum tanpa merencanakan lebih dulu.
 Yang melakukan pelanggaran hukum dengan suatu perencanaan terlebih dahulu.

Terperiksa pada kasus ini terperiksa tidak mampu bertanggungjawab atas


perbuatannya (pasien tidak menyadari tindakannya, tidak memahami dan tidak mampu
memilih serta mengarahkan kemauannya) sehingga disimpulkan bahwa terperiksa
memerlukan pengobatan dan perawatan selanjutnya.
Sekitar 50%-60% terperiksa yang terlibat dalam kasus psikiatri forensik adalah terperiksa
yang menderita gangguan skizofrenia. Resiko tinggi terdapat pada penderita skizofrenia
paranoid yang memiliki waham presekutorik dan halusinasi auditorik, terutama yang bersifat
command hallucinations (halusinasi yang memerintah). 8 Di samping itu terdapat pula faktor-
faktor yang meningkatkan resiko terjadinya kekerasan dan tindakan kriminal lainnya pada
penderita skizofrenia, antara lain status sosial ekonomi yang rendah, memiliki perilaku
antisosial saat masih remaja (secara signifikan meningkatkan resiko tindak kekerasan saat
menderita skizofrenia di usia dewasa), penderita skizorenia disertai penyalahgunaan zat,
riwayat trauma kepala dan penderita skizofrenia yang tidak mendapatkan terapi atau yang
tidak rutin dalam pengobatan.8
Pada terperiksa yang kami observasi didiagnosis sebagai Skizofrenia Paranoid thought
broadcasting, waham persekutorik, dan riwayat halusinasi auditorik. Hal ini membeuat
perasaan insecure pada pasien dan menyebabkan terperiksa memiliki resiko tinggi untuk
terlibat dalam tindak kriminal.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, Skizofrenia Paranoid dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III/PPDGJ III. Jakarta, Departemen Kesehatan RI, 1993.
2. Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :
Konsep-Konsep Dasar Psikiatri Forensik, tahun 2010 : 510-520.
3. Willy F.M , Albert A,M , Psikiatri Kehakiman, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 2,
Airlangga University Press, Surabaya, 2005, hal. 601.
4. Darmabrata W, Nurhidayat A. Psikiatri Forensik dalam praktik dalam Psikiatri Forensik,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2003.
5. Kaplan HI, BJ Saddock JA Grebb , Psikiatri Forensik, dalam Sinopsis Psikiatri, Edisi 7
Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta,1997 hal. 892.
6. Puri BK, Laking PJ, Treasaden IH , Forensic Psychiatry dalam Textbook of Psychiatry,
Churchill Livingstone, 1996, p. 390.
7. Direktorat Kesehatan Jiwa Ditjen Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI : Pedoman
Visum et Repertum Psychiatricum,tahun 1984 : 1-21.
8. Fanny TH, Habermeyer E, Schizophrenic patients between general and forensic psychiatry
dalam Frontiers in Public Health Journal by departement for forensic Psychiatry,
University Hospital of Psychiatry Zurich, Switzerland, published 30 Juni 2016.

18
9. IKHTISAR PERJALANAN PENYAKIT
Terperiksa kembali dari Malaysia sudah sering bicara sendiri dan
2010
bicara ngawur.
Terperiksa terlihat sering gelisah dan tidak bisa tidur malam.
Februari 2017 Terperiksa terlihat mondar-mandir dalam rumah. Kadang tampak
takut sempat diperiksa ke dukun dan membaik
Terperiksa ditahan karena melakukan tindak kekerasan terhadap
7 Oktober 2017
korban yang mengakibatkan korban meninggal dunia.
Terperiksa dibawa ke RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk
dimohonkan pembuatan Visum et Repertum Psychiatricum.
31 Oktober 2017
Terperiksa bicara sendiri dan bicara tidak nyambung saat dalam
penahanan polisi.

19
LAMPIRAN

AUTOANAMNESIS I (Tanggal 2 November 2017)


Tampak seorang laki-laki, wajah sesuai umur (45 tahun), perawakan kurus, memakai baju
kaos warna hitam dan celana pendek warna cokelat, warna kulit sawo matang, tampak
bercak-bercak putih pada leher dan badan tampak bekas luka jahit dibagian atas mata kiri,
secara umum penampilan kesan kurang terawat.

(D : Dokter , P : Pasien (Terperiksa))


D : Selamat pagi pak
P : Selamat pagi dok
D : Perkenalkan saya dr.Willy...(sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan).
Siapa nama bapak?
P : H dok
D : Pak H , siapa yang bawa ke sini ?
P : Keluarga dok sama polisi.
D : Pak H baru pertama kesini ?
P : Iya dok
D : Pak H tahu ini tempat apa ?
P : RS jiwa dok
D : Bisa bapak ceritakan ada apa sampai polisi membawa bapak kemari?
P : Saya habis parangi L.
D : Siapa itu pak L ?
P : Orang tinggal dekat rumah.
D : Setelah diparangi apakah pak L meninggal ?
P : Iya dok meninggal.
D : Menurut bapak salah tidak perbuatannya ?
P : Saya salah dok makanya saya langaung melapor ke pak kades.
D : Ada apa sampai pak H pergi parangi pak L
P : Emosi saya dok
D : Bagaimana kejadiannya waktu itu pak?
P : Saya lagi pergi naik motor saya lihatki di luar rumah sudah tidak bisa saya tahan
emosiku tidak bisa saya tahan diriku.
D : Ada apa sampai emosi sekali dengan pak H

20
P : Dia selalu mau saya susah dok. Semua itu mengalir ujungnya dia.
D : Bagaimana maksudnya pak ?
P : Dia selalu iri sama saya jadi dia mau kasih susah saya suka juga sama istriku.
D : Dia mau kasih susah bagaimana ?
D : Semua kesusahanku dari dia . Dia juga selalu injak-injak saya.
P : Pak H tahu dari mana?
P : Dari gerak geriknya dok. Biasa juga saya tahu timbul di pikiran.
D : Timbul di pikiran bagaimana pak ?
P : Seperti ada yang bicara dok.
D : Siapa yang bicara pak ? Suara orang ?
P : Seperti mungkin dibilang suara gaib.
D : Apa yang dibilang suaranya ?
P : Menjelek-jelek kan dok. Dibilang saya tidak becus, tidak bisa jaga istri.
D : Bapak kenal suaranya?
P : Iya dok. Suaranya L.
D : Masih dialami sampai sekarang ?
P : Tidakmi dok sejak disini.
D : Selain itu bagaimana kita sebut istri ta bersekongkol ?
P : Mereka berdua mau kasih susah saya, injak-injak saya.
D : Istrinya ada hubungan apa dengan pak L ?
P : Saya biasa lihat mereka sama-sama.
D : Bagaimana maksudnya itu ?
P : Mereka biasa berbuat tidak senonoh sama-sama.
D : Pak L tahu dari mana?
P : Saya tahu dari maa batin dok.
D : Bagaimana itu mata batin pak ?
P : Saya seperti keluar tubuh halus baru saya telusuri semua
D : Seperti ada arwahnya keluar begitu ?
P : Iya dok seperti saya lihat badanku dibawah.
D : Sampai sekarang masih bisa begitu ?
P : Iya dok.
D : Darimana ki dapat kemampuan begitu ?
P : Dari ta’Allah mungkin dok.
D : Bagaimana bisa dikasih begitu ?
21
P : Mungkin karena saya rajin sholat dok. Beriman.
D : Bagaimana hubungannya dengan istrinya?
P : Baik dok. Dia selalu baik sama saya ( sambil menangis )
D : Bapak sebelumnya kerja dimana ?
P : Saya garap kebun dok. Dulu pernah di Malaysia.
D : Sudah berapa lama di Malaysia ?
P : Lama dok. Habis lulus SD saya pergi.
D : Di Malaysia kerja apa pak ?
P : Saya buruh kelapa sawit dok.
D : Tidak pernah pulang ?
P : Biasa pulang dok kalau sudah panen kembali lagi.
D : Sudah berapa lama pulang ?
P : Adami 8 tahun dok.
D : Pak H merokok ?
P : Iya dok.
D : Apakah sering minum-minum juga ?
P : Tidak dok
D : Apakah pak H pernah diberikan obat kuat selama disana
P : Tidak ada dok. Cuma obat gondok dalam saja dikasih.
D : Sudah lama minum obat gondok?
P : Dari 1tahun sebelum saya pulang.
D : Selama di Sulawesi masih minum ?
P ; Kadang istriku ambil kalau tidak , tidak ada.
D : Awalnya bagaimana sampai dikasih obat gondok ?
P : Waktu di kebun suka saya sakit capek jadi sayaaa dikaasih dokter obat itu dibilang
sakit gondok dalam.
D : Apakah sekarang masih minum ?
P : Kalau ada obat saya minum.
D : Apakah sekarang pak H sering merasa gemetar ata badannya panas atau jantungnya
berdebar-debar ?
P : Tidak ji dok.
D : Baiklah pak H istirahat dulu nanti cerita-cerita lagi sama dok ter.
P : Iya dok

22
AUTOANAMNESIS II ((Tanggal 9 November 2017)
Tampak seorang laki-laki, wajah sesuai umur (45 tahun), perawakan kurus, memakai baju
kaos dan celana pendek warna biru, warna kulit sawo matang, tampak bercak-bercak putih
pada leher dan badan tampak bekas luka jahit dibagian atas mata kiri, secara umum
penampilan kesan kurang terawat.

(D : Dokter , P : Pasien (Terperiksa))


D : Selamat pagi pak H
P : Selamat pagi dok
D : Bagaimana kabar pak H?
P : Baik-baikji dok. Bolehmi saya pulang ?
D : Nanti dulu ya pak kita periksa dulu. Pak H sudah makan ?
P : Sudah dok
D : Menurut keluarga pak H katanya sering takut-takut. Bagaimana ceritanya itu ?
P : Biasa saya rasa ada yang mau kejar bunuh dok.
D : Siapa yang mau celakai ?
P : Banyak dok orang biasa tapi sekarang tidakmi.
D : Merasa seperti diceritai juga ?
P : Iya dok. Sama seperti L juga
D : Kenapa L mau celakai kita ?
P : Iya dok itu mungkin dia iri sama saya ?
D : Iri bagaimana ?
P : Mungkin dia iri saya punya kebun hasilnya lebih bagus. Dari dulu semua kejadian
semua mengalir ke dia.
D : Bagaimana ceritanya itu pak ?
P : Dari dulu semua kesusahan saya. Sampai rumah saya dijual semua kembali ke L.
D : Bapak tidak setuju dijual ?
P : Iya. Semua gara-gara dia. Makanya saya jengkel.
D : Selain itu apa lagi L buat ?
P : Janganmi saya cerita pasti kita tahu.
D : Bagaimana saya bisa tahu kalau pak H tidak cerita ?
P : Pikiran ku bisa dibaca semua orang.
D : Bagaimana ceritanya bisa sampai begitu ?
P : Ada alat ditanam disini ( Sambil menunjuk bekas luka jahit diatas mata kirinya )

23
D : Alat apa itu pak ?
P : Tidak tahu dok.
D : Sudah berapa lama itu ?
P : Dulu habis luka dok dijait di RSUD Wajo di pasang itu alat.
D : Siapa yang pasang ?
P : Saya kurang tahu juga dok
D : Sampai sekarang masih rasa begitu ?
P : Iya dok bikin takutka
D : Ada lagi hal lain yang bisa disampaikan ?
P : Sudah dok . Kasih pulangma dok
D : Iya pak setelah selesai diperiksa nanti di kembalikan ke polisi ya. Bapak istirahat dulu
P : Iya dok.

24
PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN
RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH

Jl. Lanto Dg. Pasewang No. 34 Makassar Kode Pos : 90131

Telepon : 0411-873120 Faximile : 0411-872167

Demi Keadilan
Pro Justitia

Surat Keterangan Ahli Kedokteran Jiwa


(Visum et Repertum Psychiatricum)
No : /VeRP/IX/ / 2017

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : dr. XXX, Sp.KJ(K) ...........................................


Pangkat / NIP : IVb / 19721231 200212 2 007.........................
Jabatan : Psikiater RSKD Provinsi Sulawesi Selatan......
Alamat Sarana Pelayanan Kesehatan Jiwa : Jl. Lanto Daeng Pasewang No. 34 Makassar..

Atas permintaan tertulis dari

Nama : Sutarno S.Sos.......................................................................................


Pangkat / NRP : Ajun Komisaris Polisi / 67080382 ........................................................
Jabatan : Kepala Kepolisian Sektor Gilireng .......................................................
Instansi : Kepolisian Resort Wajo Sektor Gilireng ...............................................
Alamat : Jl. Poros Polewalie-Gilireng .................................................................
No surat : B/57/X/2017/Reskrim............................................................................
Tanggal : 30 Oktober 2017...................................................................................
Perihal :Permintaan pemeriksaan kejiwaan/Visum et Repertum Psychiatricum
atas nama Hattase..................................................................................
Telah melakukan pemeriksaan psikiatri dan observasi dari tanggal tiga puluh satu Oktober
dua ribu tujuh belas sampai dengan sekarang terhadap :

25
Nama : HATTASE BIN LEWA..............................................................
Tempat/ Tanggal lahir/ Umur : Takkalalla, 17 Agustus 1972/ 45 tahun...................................
Jenis kelamin : Laki-laki....................................................................................
Agama : Islam........................................................................................
Alamat : Desa Sakkoli , Kec. Sajoanging , Kab. Wajo..........................
Pendidikan : SD............................................................................................
Status perkawinan : Menikah...................................................................................
Pekerjaan : Petani.......................................................................................
Status terperiksa : Tersangka................................................................................
Masalah Hukum : Tindak pidana kekerasan yang mengakibatkan meninggal
dunia...........................................................................................
Laporan Hasil Pemeriksaan

1. Anamnesis diperoleh dari : ...................................................................................................


- Berita Acara Pemeriksaan...................................................................................................
- Autoanamnesis....................................................................................................................
- Alloanamnesis (Tn H, 27 th, sepupu terperiksa).................................................................
Terperiksa dibawa ke RSKD Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 31 Oktober 2017
dengan keluhan gelisah. Dari keterangan penyidik, saat dalam penahanan, terperiksa
terlihat berbicara sendiri dan bicara tidak nyambung. Menurut laporan polisi di Desa
Moncongi, Kec. Gilireng, Kab. Wajo pada hari selasa tanggal 7 Oktober 2017 pukul 18.00
WITA terperiksa sedang keluar untuk membeli bensin. Saat lewat di rumah korban
terperiksa melihat korban ( Laupe ) sedang memasukkan ayam di rumah korban. Saat itu
terperiksa langsung mencabut parang yang biasa dipakai dikebun dan memarangi korban.
Setelah melihat korban tidak bergerak terperiksa langsung menyerahkan diri ke kepala
desa. sehingga terperiksa diamankan di Polsek Gilireng kabupaten Maros.
Terperiksa adalah anak ketiga dari empat bersaudara ( L, L, L, P). Terperiksa telah menikah
dan mempunyai 2 orang anak (L, P) dari pernikahan pertamanya. Dan 2 orang anak ( L ,L)
dari pernikahan keduanya. Anak dari pernikahan pertama kini tinggal di Barru mengikuti istri
pertamanya dan anak dari istri kedua tinggal bersama pasien dan istrinya di Wajo. Selama
observasi, terperiksa cukup tenang. Terperiksa bercerita dengan intonasi pelan saat ditanya.
Terperiksa mengatakan sejak lulus SD terperiksa langsung ikut dengan keluarganya yang
lain ke Kuching Malaysia untuk bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit.Selama
bekerja disana terperiksa tidak pernah mendapatkan masalah. Setelah 6 tahun bekerja
terperiksa menikah pertama kali dengan wanita asal Sulawesi juga dan dikaruniai 2 anak.
Setelah itu menurut keluarga , terperiksa sering dilaporkan suka ketakutan dan kadang
seperti merasa mau dibunuh. Terkadang terperiksa dilaporkan lari berteriak ke tengah kebun

26
kelapa sawit mengatakan ada yang mau membunuhnya. Tidak lama setelah itu terperiksa
diceraikan dan terkadang terperiksa pulang ke kampung untuk membantu kebun dan
kembali lagi bila sudah panen. Sekitar 1 tahun sebelum terperiksa kembali ke Sulawesi
terperiksa mengeluh sering sakit-sakitan dan tidak kuat bekerja. Saat diperiksakan ke dokter
dikatakan bahwa terperiksa menderita penyakit gondok dan diberikan obat PTU. Setahun
setelahnya terperiksa dipulangkan. Setelah pulang terperiksa menikah lagi dan tinggal di
Gilireng untuk mengurus kebun keluarga. Menurut keluarga setelah pulang terperiksa sering
terlihat seperti bicara sendiri, dan kadang tidak menjawab sesuai apa yang ditanyakan.
Keadaan ini kadang kambuh dan membaik. Bila sedang kambuh terperiksa sering
mengajarkan sholat yang tidak benar dan bicara tentang hal-hal kemerdekaan dan kadang
sulit tidur, mondar-mandir dan tidak mau mandi. Terperiksa juga sering curiga terhadap
istrinya selingkuh dan merasa ada orang yang selalu berniat tidak baik. Terperiksa juga
selalu merasa jengkel terhadap korban yang merupakan tetangganya dan mselalu
mengatakan korban sering merendahkannya dan selalu menyebabkan masalah pada
terperiksa. Terperiksa juga mengatakan istrinya dan korban bersekongkol dan mau
membuat terperiksa susah. Terperiksa juga menuduh korban sering berbuat tidak senonoh
dengan istrinya. Ketika dikonfirmasi ke keluarga, keluarga membantah tuduhan terperiksa
dan mengatakan korban tidak ada hubungannya dengan terperiksa dan tidak mungkin
berhubungan dengan istrinya karena korban sudah sangat renta.
Saat terperiksa ditanya mengapa ia memarangi korban, terperiksa mengatakan baahwa
emosinya selama ini sudah tidak bisa ditahan dan tidak bisa menguasai dirinya. Terperiksa
melihat korban seperti babi yang selalu merusak kebun sehingga harus dibunuh Dari
pengakuan terperiksa, terperiksa mengakui telah membunuh korban hingga meninggal
dunia, terperiksa mengakui tidak mengingat lebih lanjut dan seperti merasa dirinya tidak
dapat dikendalikan saat kejadian tersebut. Sebelum kejadian, terperiksa sudah merasa
jengkel terhadap korban. Terperiksa yakin bahwa korban sering iri dengan hasil kebun
pemeriksa, dan yakin korban selalu merendahkan, menjelek-jelekkan dan membuat
terperiksa menderita. Selain itu terperiksa yakin istrinya bersekongkol dengan korban dan
yakin bahwa mereka sudah berbuat yang tidak senonoh. Hal ini diketahui terperiksa melalui
mata batinnya dimana terperiksa mengaku arwahnya dapat keluar dan menyusuri
lingkungannya. Terperiksa juga yakin bahwa di kepalanya di bagian atas mata kiri di bekas
luka jahitnya sudah ditanamkan alat saat terperiksa dirawat di RSUD Wajo 2 tahun lalu
karena jatuh, sehingga terperiksa yakin isi pikirannya dapat diketahui oleh orang lain.
Menurut terperiksa, sejak dipindahkan ke bangsal Kenari ia merasa sulit tidur, kepala rasa
panas dan gelisah.

27
Terperiksa dalam kondisi tidak menggunakan zat psikoaktif dan menyatakan tidak pernah
menyalahgunakan zat psikoaktif. Terdapat riwayat keluarga yang mengalami gangguan jiwa
(sepupu terperiksa). Terdapat riwayat pengobatan jiwa sebelumnya tetapi obat tidak dipakai
teratur. Tidak terdapat riwayat kejang, trauma kepala, dan penyakit infeksi berat.

2. Hasil pemeriksaan psikiatrik dan observasi : .......................................................................

Tampak seorang laki-laki, wajah sesuai umur (45 tahun), perawakan kurus, memakai baju
kaos warna hitam dan celana pendek warna cokelat, warna kulit sawo matang, tampak
bercak-bercak putih pada leher dan badan tampak bekas luka jahit dibagian atas mata kiri,
secara umum penampilan kesan kurang terawat......................................................................

Kesadaran berubah, kontak mata cukup, verbal produktivitas cukup.......................................


Perilaku pada observasi cukup tenang......................................................................................
Pada pembicaraan,spontan lancar intonasi pelan....................................................................
Ditemukan suasana perasaan (afek) yang menumpul, tidak dapat dirabarasakan..................
Gangguan persepsi : riwayat halusinasi akustik (suara gaib yang menjelek-jelekkan dan
membicarakan terperiksa), Depersonalisasi ( pasien merasa arwahnya keluar dari tubuhnya.
Proses pikir : Produktivitas cukup, arus pikir relevan dan cukup koheren.................................
Gangguan isi pikir : waham curiga (yakin korban dan istrinya selingkuh, yakin korban mau
mencelakai terperiksa), Tought Broadcasting (Terperiksa yakin isi pikirannya diteruskan ke
semua orang melalui alat yang ditanam di bekas luka jahit dikepalanya).................................
Fungsi intelektual (kognitif) sesuai dengan taraf pendidikan, daya konsentrasi cukup,
orientasi dan daya ingat cukup.................................................................................................
Pengendalian impuls terganggu.................................................................................................
Daya nilai dan tilikan terganggu.................................................................................................
Terperiksa tidak memahami nilai dan resiko perbuatannya karena tidak mengerti apa yang
diperbuatnya dan resiko dari perbuatannya...............................................................................

3. Hasil Pemeriksaan Fisik : .......................................................................................................


Pemeriksaan internis didapatkan kesan mata eksophtalmus, ronkhi basah di kedua sisi.......
Pemeriksaan neurologi tidak ada kelainan................................................................................

4. Pemeriksaan Penunjang : ..........................................................................................................


Hasil foto thoraks PA kesan bronkhitis.........................................................................................
Hasil interpretasi test psikologik : Sikap yang kurang matang sehingga kurang mempunyai
pendirian dan kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan.................................................

28
Profil klinis MMPI : Ditemukan adanya gejala klinis somatik yang terkait problema psikologis.
Gejala klinis pikiran kecurigaan yang berlebihan. Gejala klinis emosi negatif yang berlebihan.
Gejala klinis pengalaman psikologis yang aneh dan tidak wajar. Gejala klinis terkait dengan
luapan perasaan yang berlebihan..............................................................................................

5. Kesimpulan : .............................................................................................................................
Pada saat terperiksa diobservasi di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan, ditemukan adanya
tanda gangguan jiwa berat berupa Skizofrenia Paranoid, sehingga terperiksa tidak mampu
bertanggung jawab atas perbuatannya, karena tidak mampu memaksudkan tujuan
tindakannya secara sadar dan tidak mampu mengarahkan kemauan dan perbuatannya serta
tidak memahami resiko dari perbuatannya................................................................................

6. Saran..........................................................................................................................................
Terperiksa perlu mendapat pengobatan dan perawatan psikiatri selanjutnya...........................

7. Penutup......................................................................................................................................
Demikianlah VeR Psychiatricum ini dibuat dengan mengingat sumpah sewaktu menerima
Jabatan.......................................................................................................................................

Makassar, November 2017

dr. XX, Sp.KJ(K)


NIP.

29

Anda mungkin juga menyukai