Ringkasan URO Prof RF PDF
Ringkasan URO Prof RF PDF
UROLOGI
1
DAFTAR ISI
2
FUNGSI GINJAL
I. FUNGSI FILTRASI.
Kesatuan fungsional dari ginjal disebut nephron yang terdiri
dari glomerulus dan tubulus. Pada orang dewasa normal
terdapat kira – kira 1,5 juta glomerulus yang mempunyai
fungsi filtrasi. Setiap menit kira-kira 1200 ml darah (1/4
dari cardiac out put) melewati ginjal untuk dilakukan
filtrasi.
Pada orang dewasa normal dihasilkan 180 liter cairan filtrat
per 2470 m, dan sebagian besar direabsorbsi kembali,
sehingga yang tersisa berupa urine 1-1.5 liter / 24 jam.
Disini GFR=125 ml/menit.
Filtrasi dipengaruhi oleh :
1. Tekanan hidrostatik di arteriole afferent
2. Tekanan osmotik protein plasma
3. Tekanan didalam tubulus
3
Sifat autoregulasi renal :
Ialah kemampuan ginjal agar tekanan hidrostatik di kapiler
glomerulus konstan, ialah dengan cara kontraksi otot polos
dinding arteriole agar tahanannya meninggi bila tekanan
darah turun (hipotensi) dan terjadi relaksasi otot polos
dinding arteriole, bila tekanan darah naik, sehingga tekanan
hidrostatis di daerah glomerulus tetap 60 mmHg. Proses ini
tetap berjalan normal sampai tekanan darah turun (45 – 60
mmHg).
Kadar massa otot tiap orang tidak sama maka rumus diatas
diberi koreksi sbb :
U.V 1.73
Cr.Cl = --------------- x -------------------------------
P perkiraan luas tubuh
4
Rumus Cockcroff – Gault (untuk laki-laki)
(140 – umur th) x BB (kg)
CR. Clearence = ---------------------------------------------
72 x serum creatinin
II. REABSORPSI.
Dalam sehari difiltrasi oleh glomerulus 180 liter air, 1500
gram NaCl, 500 gram NaHCO3 dan 250 gram glukosa,
tetapi sebagian besar direabsorbsi dan hanya kira – kira
1% yang dikeluarkan dalam urine.
NaCl dan air di tubulus proksimalis sampai loop Henle di
reabsorbsi secara pasif sebanyak 80% dan sisanya di
reabsorbsi di tubulus distalis secara aktif dengan
pertolongan pompa sodium (sodium pump).
KAPILER SEL TUBULUS LUMEN
Na+ Na+
Sodium pump
Air Air
5
Energi sel akan memompa secara aktif Na dari lumen
tubulus dan dialirkan ke kapiler.
Air aakan ikut secara pasif mengikuti Na dari lumen ke
kapiler.
Energi ini dihasilkan oleh mitichondria yang terdapat
dalam sel tersebut.
40 – 50 % Kalium yang difiltrasi di reabsorbsi di tubulus
proksimalis sampai ke loop Henle dan hanya kurang dari
10% sampai ke tubulus distalis. Disini terjadi sekresi
Kalium juga sebagai pengganti ion Natrium yang
direabsorbsi. Selain itu di tubulus proksimalis juga terjadi
reabsorbsi glukosa, sulfat, asam amino, asam urat dan
protein. 99,9 % bicarbonat yang difiltrasi di reabsorbsi
sehingga kadar dalam darah 26 – 28 mEq/liter.
III. SEKRESI
Banyak zat yang disekresi aktif didalam tubulus seperti
fenol red, penisilin, PAH (para amino hipurat), diodrast
dan creatinin.
Beberapa basa kuat juga disekresi seperti guanidin,
piperidin, thiamin, cholin dan histamin yang terjadi di
tubulus proksimalis. Sekresi ion H sebagian besar di
tubulus proksimalis dan sebagian kecil di tubulus distalis.
Dalam keadaan normal di sekresi chorida 130 mEq/24 jam,
amonia 40 mEq, Natrium 125 mEq dan Kalium 78 mEq.
6
1. Mekanisme pembentukan asam karbonat
Co dan H2O didalam sel tubulus oleh enzim carbonic
anhidraze diubah menjadi asam karbonat, kemudian
dipecah menjadi bikarbonat dan H + . Bikarbonat ini
masuk kedalam darah melalui kapiler peritubuler dan
jumlah bikarbonat dalam darah inilah yang mengatur
pH darah.
7
IV. FUNGSI ENDOKRIN
1. Sel juxta glomerulusa akan menghasilkan renin, dan
zat ini mengaktifkan angiotensinogen yang
dihasilkan oleh hepar menjadi angiotensin I --->
angiotensin II, yang akan merangsang kelenjar
kortek adrenal menghasilkan aldosteron. Aldosteron
akan memperbanyak reabsorpsi Na dan air
ditubulus distal, sehingga volume darah dan
tekanan darah naik.
Cortex adrenal
2. Prostaglandin
Merupakan lemak tidak jenuh yang dihasilkan
medulla renalis. Zat ini berpengaruh terhadap otot
polos, metabolisme karbohidrat dan lemak serta
aktivitas saraf.
8
3. Erythropoetin
Ginjal akan menghasilkan hormon erythropoetin
dengan stimulus hipoxia dan anemia. Hormon ini
akan memacu sistem erythropoesis untuk
menghasilkan banyak erythrocit.
Pada keadaan gagal ginjal kronik, ginjal yang rusak
tidak dapat memproduksi erythropoietin sehingga
terjadi anemia.
Bila dilakukan transplantasi ginjal maka ginjal
transplant akan menghasilkan hormone tersebut
sehingga kadar Hb naik.
9
SIMPTOMATOLOGI PENDERITA UROLOGI
I. GEJALA SISTEMIK
1. Demam.
Terjadi pada infeksi traktus urinarius akuta, pada
pielonefritis akuta suhu tubuh bisa tinggi sekali (lebih
dari 400 C) disertai menggigil. Renal cell carcinoma juga
bisa menimbulkan demam sampai 390 C walaupun tidak
ada infeksi.
3. Kelelahan umum.
Bisa terjadi pada tumor, pielonefritis kronik maupun
gagal ginjal atau infeksi akut
4. Retensi cairan
Bisa terjadi misalnya pada atrofi ginjal yang
menyebabkan gagal ginjal. Retensi cairan ini
menimbulkan oedem termasuk oedem paru disertai sesak
nafas. Bisa juga menyebabkan decompensasio cordis,
ascitis, oedem tungkai dan anasarka.
10
5. Hipertensi (renal hypertension)
Bisa disebabkan kerusakan parenchim ginjal,
pielonefritis, hidronefrosis, ginjal polikistik, pasca ESWL
maupun stenosis arteria renalis.
A. GINJAL.
1. Sakit lokal
Proses pada ginjal rasa sakitnya di pinggang dan
sudut vertebra. Sudut kosto vertebra adalah sudut
yang terbentuk antara kosta 12 dan kolumna
vertebralis.
B. URETER
1. Sakit lokal
Berupa rasa sakit dengan punctum maximum di
tempat batu ureter berada.
C. VESICA URINARIA
1. Sakit lokal
Pada buli yang penuh sekali timbul rasa sakit di
supra pubik. Penyakit lain yang bisa menimbulkan
rasa sakit di supra pubik misalnya sistitis, batu
buli, trauma buli dan retensio urinae.
D. PROSTAT
1. Sakit lokal
Rasa kemeng atau rasa penuh pada perineum atau
rectum terjadi pada prostatitis akut.
E. TESTIS.
Rasa sakit bisa timbul akibat :
- Trauma
- Orchitis / epididimo orchitis
- Torsio testis
Sedangkan hidrokel, spermatokel dan tumor testis
jarang menimbulkan rasa sakit.
12
Varikokel menimbulkan rasa sakit ringan / kemeng di
daerah skrotum dan makin berat bila berdiri lama /
bekerja berat.
1. Sakit lokal
Di dalam kantong testis
2. Sakit yang dijalarkan
Ke atas sepanjang funikulus spermatikus ke
abdomen bagian bawah.
2. Poliuria.
Yaitu suatu keadaan dimana jumlah volume urine
bertambah setiap kali miksi. Keadaan ini misalnya
terjadi pada diabetes mellitus dan diabetes
insipidus serta pada fase penyembuhan dari gagal
ginjal. Berdasarkan golongan umur, maka dalam
keadaan normal frekuensi dan jumlah volume air
15
kencing per 24 jam berbeda, seperti dapat kita lihat
dari table di bawah ini :
3. Oliguria.
Yaitu suatu keadaan dimana volume urine kurang
dari normal. Hal ini terjadi pada orang yang kurang
minum atau produksi ADH berlebihan. Dikatakan
oliguria apabila volume urine kurang dari 600 ml per
24 jam. Pada gagal ginjal pada fase tertentu terjadi
oliguria, tetapi pada fase lain bisa anuria atau
bahkan poliuria.
4. Urgency
Adalah suatu keadaan dimana orang tidak dapat
menahan kencing, sehingga bila timbul keinginan
miksi, sering keluar sebelum mencapai toilet.
Penyebab urgensi adalah hiperaktifitas dan
iritabilitas dinding buli yang disebabkan oleh
obstruksi infra vesikal, peradangan, sistitis, maupun
neurogenic bladder.
5. Hesitancy
Adalah keadaan dimana penderita sulit untuk mulai
kencing, sehingga ada jarak waktu antara permulaan
16
proses kencing dimana penderita mulai mengejan
sampai kencing keluar. Keadaan ini biasanya gejala
awal dari adanya obstruksi infra vesikal, paling
sering pada prostat hiperplasia, atau striktura
urethra.
6. Straining (mengejan)
Yaitu keadaan dimana penderita mengejan agar
tekanan intra vesikal naik supaya air kencing bisa
keluar, keadaan ini sering diikuti kekuatan aliran
urine turun (loss of forc) dan merasa ada sisa air
kencing di dalamnya (sense of residual urine). Pada
keadaan ini selain kontraksi otot – otot detrusor juga
kontraksi otot dinding abdomen.
17
9. Dysuria.
Yaitu kencing merasa sakit, bisa terjadi pada sistitis,
maupun batu buli. Pada radang buli (sistitis) maka
rasa sakit bisa terjadi waktu buli terisi penuh urine
maupun miksi. Sedangkan pada batu buli rasa sakit
akan terjadi pada akhir kencing (disebut terminal
dysuria), tetapi bila batunya kecil dan terdapat di
meatus urethra interna atau didalam urethra, maka
rasa sakit terjadi selama proses miksi (disebut total
dysuria). Selain itu dysuria bisa terjadi pada
karsinoma buli yang infiltrasi ke sekitarnya.
10. Stranguria
Yaitu timbul rasa panas waktu kencing, disertai
volume air kencingnya sedikit. Keadaan ini terjadi
mislnya pada sistitis maupun uretritis.
12. Pneumaturia
Kencing yang keluar berbuih atau berhenti sebentar
kemudian keluar lagi, karena terdapatnya udara /
gas yang tercampur dalam air kencing. Keadaan ini
terjadi bila terdapat vesiko-intestinal fistula dengan
lubang kecil, misalnya pada apendico vesikal fistula.
13. Fecaluria
Yaitu air kencing yang keruhdan bercampur feses
atau sisa – sisa makanan (misalnya serat sayuran).
Keadaan ini bisa terjadi bersama pneumaturia, tetapi
lubang fistula vesica intestinalnya cukup besar.Yang
sering terjadi misalnya pada apendico vesical fistula
18
sebagai akibat appendicitis akuta yang tidak
mendapat pengobatan adekuat.
e. Flase Incontinence
Adalah inkontinens yang disebabkan bukan
oleh karena kerusakan / kelemahan m.
Sphincter urethrae, tetapi oleh karena
adanya fistula misalnya vesico vaginal fistula.
Bisa juga oleh karena kelainan kongenital
yaitu muara ureter ektopik di vagina, vulva
atau di uretra sebelah distal m. sphincter
urethra. Kelainan kongenital lain yaitu
epispadia dan extrofia – buli.
15. Pyuria
Yaitu adanya pus di dalam urine, yang dapat dilihat
kencing keruh seperti tercampur susu. Pada
pemeriksaan sedimen urine terdapat lebih dari 5
lekosit per lapangan pandang kecil ( lebih dari 8000
lekosit per ml urine ). Bila urine sangat basa, maka
banyak lekosit yang lisis, sehingga walau urine
keruh, tetapi pada sedimen urine lekosit sukar
ditemukan. Pada pH urine 7,4, lekosit yang lisis 20
%, pada pH 7,8 yang lisis 40 % dan pada pH 8,4 maka
60 % lekosit lisis. Kenaikan pH urine misalnya pada
infeksi bakteri pemecah urea (Urea Splitting
Bakteri), misalnya jenis Proteus. Pyuria yang
disebabkan infeksi 75 – 85 %, dan sisanya (15-25%)
karena radang non bakterial, adanya batu atau
tumor. Sebaliknya pada infeksi hanya 50% yang
20
disertai pyuria, tetapi selalu ada bakteriuria. Pada
infeksi TBC traktus urinarius terdapat pyuria, tetapi
bakterinya tidak ditemukan dan pada kultur hasilnya
negatif, keadaan ini disebut steril pyuria.
16. Chyluria
Adalah keadaan urine yang berwarna putih seperti
bercampur susu, yang disebabkan butiran lemak
(chylous) yang terdapat dalam cairan limfe masuk
kedalam urine karena adanya limphatic urinary
fistula didalam ginjal. Hal ini disebabkan adanya
obstruksi saluran limfe di suferia ginjal sehingga
saluran limfe ruptur di tempat yang paling lemah
yaitu di formix dan calyx.
Penyebab :
1. Sebagian besar oleh karena filariaus oleh karena
Wucheria Bancrofti.
2. Kadang – kadang bisa karena tumor intra
peritoneal, TBC dan trauma.
Klinis :
Bila penderita makan lemak / minyak cukup banyak
urine akan putih seperti susu, tetapi bila dietnya
kurang lemak maka hanya tampak urine berkabut
putih.
17. Enuresis
Adalah keluarnya kencing yang berulang – ulang
pada waktu tidak sadar (tidur), disebut juga ngompol.
Biasanya terjadi waktu tidur malam. Normal
ngompol biasa terjadi pada bayi sampai umur 2 - 4
tahun. Menurut penelitian 10 – 15 % anak berumur 4
– 12 tahun masih ngompol waktu tidur malam.
Etiologinya sebagian besar disebabkan kelemahan
otot sphincter uretra. Sekitar 10 % ngompol
disebabkan obstruksi infra vesical, bisa karena
21
meatal stenosis, striktur, bladder neck scerosis dll.
Akibatnya terjadi obstruksi dan stasis urine dengan
akibat sistitis, batu dan lain – lain. Hal ini
menyebabkan gejala iritasi pada buli yaitu nyeri,
polakisuria, nokturia dan disuria. Penyebab psikis
bisa juga berakibat enuresis, misalnya stress psikis,
cemas dan lain – lain.
Pengobatan enuresis :
1. Terapi kausal
2. Psikoterapi
3. Beri imipramin HCl tablet
18. Hematuria
Adalah terdapatnya eritrosit di ddalam urine lebih
dari dua per lapangan pandangan kecil pada sedimen
urine atau lebih 2000 eritrosit per ml urine.
Pembagian hematuria :
A. Berdasar warna
1. Gross hematuria : kencing berwarna merah /
merah tua / kehitaman
2. Mikroskopik Hematuria : kencing berwarna
kuning dengan terdapat eritrosit labih dari 2 /
LPK pada sedimen urine.
19. Anuria.
Yaitu keadaan dimana penderita tidak mengeluarkan
kencing sama sekali atau ada juga yang menyebutkan
kencingnya kurang dari 100 ml per 24 jam.
Penyebab :
1. Gagal ginjal
Gagal ginjal akut misalnya akibat intoksikasi obat /
makanan maupun akibat shock yang
berkepanjangan / anafilaktik, hipovolemik dan lain
– lain.
Gagal ginjal kronik, misalnya akibat
glomerulonefritis, pielonefritis kronika dll.
2. Obstruksi bilateral ureter
Misalnya batu ureter bilateral.
Tumor yang menutup muara ureter / misalnya
karsinoma buli atau yang menginfiltrasi kedua
ureter / menekan ureter dari luar lumen (misalnya
tumor ginekologi, tumor abdomen)
3. Iatrogenik (cedera)
Cedera ureter bilateral yang bisa menimbulkan
anuria yaitu kedua ureter terikat, sehingga aliran
urine ke distal terhenti sama sekali. Tetapi bisa
juga ureter kanan / kiri terpotong keduanya
sehingga urine yang terjadi masuk ke dalam intra
peritoneal, sehingga terjadi asites urine.
24
Keadaan ini menimbulkan vesika urinaria penuh, jadi
berbeda dengan urinaria dimana buli kosong.
Retensio urine dibagi 2 :
1. RU total, penderita sama sekali tidak bisa kencing
2. RU partial, penderita kencing sedikit dan tidak
bisa habis, sehingga selalu ada urine sisa (reidual
urine).
Penyebab retensio urinae :
1. Sebab mekanik
Yaitu adanya obstruksi infra vesical, bisa karena
batu, tumor striktua, stenosis, ruptur uretra atau
pendesakan dari luar lumen uretra.
2. Sebab Miogenik
Terjadi karena ketidak mampuan kontraksi otot
detrusor, misalnya karena bekas terenggang terlalu
kuat (over distended) atau bisa juga karena
trauma.
3. Sebab Neurogenik
Yaitu kerusakan pusat refleks miksi di medulla
spinalis S 2-4 (bisa karena trauma Tumor atau
infeksi). Medula spinalis S 2-4 terletak setinggi
kolumna vertebralis Th XII – L I, sehingga
misalnya terjadi kompresi fraktur tulang tersebut,
akan menimbulkan retensio urine dan alvi
disamping para plegia / para parese karena terjadi
kerusakan LMN (Lower motor Neuron). Bila
kerusakannya lebih proximal / atas keadaan ini
menimbulkan kerusakan UMN (Upper Motor
Neuron) dimana pusat – pusat refleks miksi masih
baik, sehingga disebut Reflectoric Bladder, yaitu
penderita begitu ada rangsangan ingin kencing (isi
buli 150 ml atau kurang) penderita langsung miksi
langsung miksi tanpa dapat ditahan sebentarpun.
4. Sebab Psikogenik.
Adanya kelainan psikis (cemas, depresi dll) dapat
menyebabkan retensio urinae. Hal ini lebih banyak
terjadi pada wanita.
25
5. Sebab obat – obatan.
Beberapa macam obat dapat menimbulkan retensio
urinae, karena melemahkan otot detrusor maupun
memperkuat kontraksi otot spintcher urethrae.
Contoh obat tersebut misalnya efedrin, epinefrin,
hiosiamin, fenil efrin, imipramin HCl dan Beta
blocker (propanolol dsb).
26
V. GEJALA SEKSUAL.
Beberapa penyakit urology menimbulkan gejala seksual,
pengaruh ini bisa bersifat organic maupun psikogenik.
Bersifat oganic maksudnya penyakit urology tersebut
langsung mempengaruhi gejala seksual, misalnya pada
gagal ginjal bisa menimbulkan impotensi atau kehilangan
kemauan seksual. Juga pada penderita pasca
prostatektomi bisa timbul komplikasi impotensi. Pada
wanita yang menderita urethro cystitis bisa menderita
disparenei (sakit waktu hubungan seksual).
Kelainan yang bersifat psikogenik, misalnya pasca
prostatektomi yang mengalami retograd ejakulasi akan
merasa invalid sebab waktu orgasme tidak ada ejuklat
yang keluar karena pada retograd ejakulasi, ejakulat
masuk ke dalam vesika urinaria pada waktu ejakulasi.
Oleh sebab itu penderita menjadi impotensi karena
merasa dirinya sudah cacat organ sexnya.
28
GEJALA PADA KELAINAN
TRAKTUS GENITO URINARIUS
1. Gejala sistemik :
Paling banyak berupa panas yang kadang-kadang sangat
tinggi (40oc misalnya pada pyelonefritis akut yang sering
disertai menggigil. Pada radang chronik suhu tubuh tidak
tinggi (sub febril) sehingga perlu dicari gejala yang lain.
Pada karsinoma ginjal sering suhu juga naik sampai 390c
sihingga dikacaukan dengan radang akut.
Berat badan yang turun bisa karena tumor ganas kasep,
radang chronik dan Gagal ginjala akut.
Kelemahan tubuh secara umum dapat disebabkan proses
kasep tumor ganas, gagal ginjal akut maupun kronik serta
pielonefritis kronik.
29
dan hidronefrosis karena obstruksi partial maka rasa sakit
tidak jelas atau bahkan kadang-kadang tidak sakit.
Nyeri pseudo renal (radikulitis) : disebabkan iritasi
saraf interkostal oleh misalnya radang atau penekanan
sendi kosto vertebra. Rasa sakitnya mirip sakit proses di
hinjal atau ureter, tetapi biasanya didahului mengangkat
barang berat dan sakit bertambah atau berkurang dengan
perubahan posisi tubuh, waktu bangun tidur tidak sakit
dan dengan aktivitas rasa sakitnya bertambah.
Nyeri ureter : disebabkan adanya batu atau bekuan
darah yang berusaha dikeluarkan dengan peristaltik usus.
Batu ureter proksimal : nyeri dijalarkan ke kosko
vertebra, umbilikus dan testis
Batu ureter tengah : nyeri dijalarkan ke Mc. Burney
(kanan) dan ke colon desendens (kiri),
disamping ke sudut kosto vertebra dan
juga umbilikus.
Batu ureter distal (dekat buli) : seperti gejala sistitis,
dijalarkan ke inguinal, kulit skrotum dan
paha bagian medial.
Nyeri buli : dirasakan di daerah supra pubik, paling
sering karena retensio urine total akut, bisa juga terjadi
pada sistitis dimana rasa sakit juga dijalarkan ke urethra
distal. Sakit menetap yang tidak khas bisa diakibatkan
ulserasi buli karena TBC, Schistosomiasis dan batu buli.
Nyeri prostat : prostatitis akut dapat menimbulkan rasa
sakit didaerah perineum dan erktum serta dijalarkan ke
lumbosakral.
Nyeri testis : disebabkan orchitis, trauma dan torsio
testis. Pada varikokel, permulaan hernia ingunalis leteralis
dan adanya batu ureter proksimal dapat menyebabkan
rasa sakit di testis juga.
Nyeri epididimis : disebabkan epididimitis akut, rasa
sakitnya dapat dijalarkan seperti pada ureter kolik.
30
3. Gejala Gastro Intestinal.
Penyakit urologik dapat memberi gejala gastro intestinal
seperti mual, muntah, kembung, sakit seluruh abdomen,
peristaltik usus menghilang sehingga tak dapat kentut /
berak, atau ada juga yang gejala diare.
Hal ini disebabkan :
a. Reno intestinal reflex : disebabkan adanya
hubungan saraf otonom dan sensoris, sehingga
peregangan kapsul ginjal dapat menimbulkan
spasme pilorus dan dinding usus.
b. Organ yang berhubungan, proses pada ginjal kanan
dapat mempengaruhi organ yang berdekatan
misalnya colon, duedenum, hepar, empedu, dll.
Ginjal kiri berhubungan dengan colon, lambung,
pankreas dan lien.
c. Iritasi peritoneum : proses dalam ginjal, misalnya
radang akan merangsang peritoneum sehingga
timbul gejala peritonesmus.
Oleh karena itu maka penyakit batu ginjal, tumor ganas
ginjal dan pielonefritis kronika harus di diagnosa banding
dengan gastritis, ulkus peptikum, penyakit kandung
empedu, appendicitis dan lain penyakit gastro intestinal
yang tidak khas.
4. Gejala Kencing :
a. Polakisuria atau frekwensi atau sebentar-sebentar
kencing
Kalau siang hari disebut Diuria, sedanglan kalau malam
hari Nokturia.
Hal ini disebabkan :
1. Volume buli berkurang (buli mengkerut karena
sistitis kronika,TBC buli, batu buli,tumor buli dll )
2. Buli yang iritabel misalnya kaeran radang
3. Proses neurogenik yaitu kerusakan medula
spinalis tipe Upper motor neuron sehingga terjadi
reflektoric bladder.
4. Sisa urine dalam buli (rest urine)
31
b. Poliuria yaitu jumlah air kencing banyak sekali,
misalnya pada penderita diabetes, minum diuretika dan
fase tertentu dari Gagal Ginjal.
c. Stranguria = burning sensation yaitu kencing terasa
panas. Hal ini biasa terjadi pada sistitis dan prostatitis
akut dan uretritis.
d. Enuresis yaitu ngompol malam hari.
Sampai umur 3-4 tahun masih dianggap normal karena
proses kejiwaan dan dianggap proses organik setelah
lebih 4 tahun, misalnya sistitis, uretritis, stenosis uretra,
posterior urethral valve dan neurogenic bladder.
e. Anuria : yaitu tak terdapatnya urine dalam buli,
disebakan adanya kegagalan fungsi ginjal atau adanya
obstruksi bilateral dari kedua ureter misalnya adanya
bat ureter duplek. Biasanya produksi urine kurang dari
100 ml / 24 jam.
f. Oloigurua : yaitu produksi urine kurang dari normal
(kurang dari 600 ml / 24 jam. Hal ini disebabkan
kegagalan fungsi ginjal dan adanya obstruksi partial
kedua ureter.
g. Retensio urine : yaitu tak dapat kencing dan buli penuh.
Penyebabnya :
1. Obstruksi mekanik infra vesikal
2. Neurogenik bladder
3. Sebab myogenic (kerusakan detrusor)
4. Obat-obatan tertentu
5. Sebab psikogenik
h. Hesitancy : yaitu akan mulai kencing harus ancang-
ancang dulu, berdiri lama dulu baru kencing keluar.
i. Straing : yaitu kencing dengan mengejan baru bisa
keluar.
j. Pancaran lemah
k. Kaliber aliran air kencing mengecil, misalnya pada
striktura urethra.
l. Terminal dribbling : yaitu akhir kencing menetes.
m. Pancaran kencing terbelah yaitu disebabkan adanya
striktura urethra.
32
n. Pancaran kencing tiba-tiba berhenti : hal ini disebabkan
adanya obstruksi mendadak waktu sedang kencing,
misalnya oleh adanya batu buli.
o. Kencing tidak puas karena merasa masih ada sisa
kencing dalam buli, hal ini disebabkan adanya retensio
urinae partialis.
p. Inkontinensia urinae : yaitu air kencing keluar sendiri
tanpa dirasa dan tak dapat dihentikan, sedangkan
penderita tetap sadar.
1. True incontinence terjadi pada kerusakan otot polos
sphincter urethra baik bawaan maupun dapatan
akibat operasi.
2. Over flow incontinence : yaitu air kencing keluar
dengan sendirinya karena buli sudah terlalu penuh
(mbludak)
3. False incontinence : yaitu terjadinya karena ada fistula
vesica vaginalis
4. Stress incontinence : yaitu terjadi karena kelemahan
otot sfingter sehingga dengan ketawa, batuk atau
menangis air kencing akan keluar.
5. Urgency incontinence : yaitu terjadi karena adanya
neurogenic bladder tipe upper motor neuron atau pada
wanita psikis dalam keadaan cemas atau tegang.
q. Pneumaturia : yaitu kencing bercampur udara / gas, hal
ini berarti ada hubungan antara traktus digestivus
dengan traktus urinarius misalnya fistula entero-vesikal,
akibat carc.colon, appendicitis, divertikulitis, trauma, dll.
r. Urine keruh, hal ini bisa disebabkan adanya endapan
kristal fosfat, pus, dan chyluria yaitu adanya chylus yang
masuk kedalam traktus urinarius akibat adanya fistula
dari saluran limfe yang biasanya akibat filariasis.
s. Pyuria yaitu adanya pus dalam urine (lekosit dalam
sedimen urine lebih dari 5 / lapangan pandangan besar.
Pada pyuria kalau dilakukan kultur akan ditemukan
kuman dalam jumlah lebih dari 100.000 per ml, kecuali
pada TBC traktus urinarius dan pada tumor ganas maka
33
pada kultur tidak ditemukan kuman, hal ini disebut
pyuria steril.
t. Hematuria : yaitu adanya eritrosit dalam urine
Bila tak dapat dilihat kencing berwarna tetapi terdapat
eritrosit 5 /LBP disebut eritrosituria atau
mikroskopikhematuria, sedang bila dapat dilihat kencing
berwarna merah maka disebut gross hematuria. Berdasar
keluarnya darah kita kenal :
1. Initial hematuria : darah berasal dari urethra
anterior.
2. Total hematuria : darah berasal dari buli, ureter dan
ginjal.
3. Terminal hematuria : darah berasal dari urethra
posterior, bladder neck dan trigonum vesicae.
Hematuria yang tidak disertai rasa sakit disebut Painless
hematuria yang bisa karena proses keganasan traktus
urinarius, glomerulonefritis dan TBC, sickle cell disease
dan minum obat tertentu.
5. Gejala Seksual
Sering penderita malu mengatakan keluhan seksual kepada
dokter dan mereka mengeluh hal yang tidak khas daerah
genetalia dengan harapan dokternya akan tahu sendiri
masalah seksual penderita.
a. Secara umum keluhan sex laki-laki disebut sebagai
impotensi dengan beberapa bentuknya : ereksi lemah,
prematur ejakulasi dan bahkan kehilangan nafsu birahi.
Sebagian besar keluhan tersebut disebabkan faktor psikis
walaupun ada penyakit yang dapat mengganggu ereksi
seperti uremia, diabetes mellitus, penyakit pembuluh
darah, penyakit saraf dan paska bedah daerah urogenital.
b. Keluhan seksual pada wanita bisa berupa tak bisa
orgasmus, sakit waktu coitus (dispareunia), keluhan
sistitis setelah koitus dll.
Tak bisa orgasmus biasanya karena problem psikis,
sedangkan dipareunia bisa karena psikosomatis atau
34
adanya infeksi urethra, vagina, buli dan jaringan
sekitarnya. Pada koitus yang terlalu sering maka kuman
akan masuk melalui urethra pendek wanita dengan
sistem pompa dan akan berakibat timbul sistitis, hal ini
sering pada pengantin baru dan disebut honeymoon
cystitis.
c. Keluarnya sekret uretra (urethral discharge) : merupakan
tanda dari uretritis, kalau sekret kental (pus) biasanya
karena kuman G.O, sedangkan bila sekret encer biasanya
karena uretritis N.G.U yang disebabkan oleh Chlamedia
Trachomatis.
d. Sperma campur darah (haemospermae) : disebabkan
adanya radang dari vesikula seminalis yang akan segera
membaik dengan pemberian horman estrogen dan anti
biotika.
e. Mikro penis yaitu pada anak lahir aterm panjang penis
kurang dari 2,5 cm. Kelainan kongenital ini disebabkan
kurangnya horon testoteron waktu dalam kandungan
misalnya pada sindroma hipopituitarisme yang bersama
gejala defek midline, hipoglikemia dan giant cell
hepatitis.
Pengobatan 25-50 mg testosteron enanthate 1 m tiap
bulan s/d 3 bulan biasanya akan memperpanjang 2 cm.
35
PEMERIKSAAN UROLOGI
36
bergantian bisa diraba pembesaran
ginjal.
Transilluminasi :
Dikamar gelap dinyalakan lampu
senter dipinggang bagian posterior, bila
terlihat cahaya (diafanoskopi positif)
berarti hidronefrose atau kista ginjal.
37
Rektal tuse bimanuil yaitu satu jari di rektum dan
jari lainnya di supra pubik untuk meraba tumor /
batu buli.
3. Pemeriksaan Penis.
Inspeksi : lihat preputium, glands penis, meatus
urethra eksternus (letak, besar,
bentuknya). Meatus dibuka, lihat ada
tumor/radang apa tidak, lihat
dischargenya.
Kulit oedematus apa tidak.
Palpasi : Raba batang penis, apa ada fibrosis
(pada Peyronies disease). Adanya
palpasi keras/kaku merupakan tanda
adanya periurethritis akibat striktur
urethra.
Raba sepanjang urethra apa ada batu
atau fibrosis sebagai tanda striktus
urethra.
Bila teraba tumos massa mungkin
suatu karsinoma.
38
Benjolan / noduli di epididimis biasanya
lebih dari satu seperti tasbih karena
TBC.
Benjolan lunak (kistik) di kaput
epididimis dengan diafanoskopi positif
merupakan spermatokel.
Benjolan di scrotum, lunak dengan
diafanoskopi + berarti hidrokel.
Benjolan seperti cacing dalam kantong
berarti varikokel.
Diafanoskopi / Transilluminasi :
Dengan sumber cahaya (senter) di
posterior testis dalam kamar gelap atau
dikamar biasa melihat melalui
gulungan kertas hitam yang
ditempelkan pada scrotum.
Positif berarti scrotum berisi cairan,
negatif berarti benda padat misalnya
tumor testis dan hernia.
5. Pemeriksaan Prostat
Cara paling mudah dan terbaik untuk memeriksa
prostat ialah dengan tuse rektal (RT).
Posisi penderita untuk RT bisa :
41
PEMERIKSAAN LABORATORIUM UROLOGI
I. PEMERIKSAAN URINE
42
tidak perlu dilakukan, kecuali pada retensio urinae atau pada
kultur urine.
Pada wanita bisa dengan mid steam yaitu penderita dalam
posisi lithotomi, labia mayora dibuka, vulva dan meatus uretra
eksternus dibersihkan dengan cairan antiseptik, dan penderita
disuruh kencing. Urine pertama dibuang baru kemudian yang
tengah diambil untuk sample.
Bisa pula sample urine diambil dengan kateterisasi. Cara
terbaik untuk menghindari kontaminasi oleh vulva dan
urethra wanita/pria untuk keperluan kultur, yaitu dengan
pungsi supra pubik atau kateterisasi.
Pada anak kecil pengambilan urine untuk kultur sebaiknya
dengan kateterisasi atau pungsi supra pubik, sedangkan untuk
urine analisa rutin dapat dengan memasang kantong plastik di
penis.
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK
1. Warna
Normal berwarna kuning muda atau jernih seperti air.
Beberapa macam obat memberi warna khusus misalnya warna
merah jambu karena fenoza piridin (pyridium), kuning
kemerahan oleh obat Rifampisin, merah-coklat oleh karena L-
dopa, metildopa dan metronidazol, warna coklat oleh karena
nitrofurantoin.
Urine merah selain oleh hematuri bisa juga oleh warna merah
dari makanan, fenoltalein dari laxansia, kadar urat dalam
urine tinggi, mioglobin uri akibat trauma otot atau hemoglobin
uria akibat hemolisis dan bisa juga akibat UTI karena kuman
Serratia marcescens. Kuning keruh bisa karena piuria, kadar
kristal urat berlebihan (yang bisa jernih kembali dengan
menetesi zat basa), kadar Kristal amorf fosfat tinggi dlam urine
(yang bisa jernih lagi dengan menetesi zat asam), bisa juga
karena Chyluria pada penyakit filariasis (yang bisa jernih
kembali dengan menetesi ether). Pada chyluria urine seperti
tercampur susu.
43
2. BD Urine
Normal 1,003 – 1,030. Pada penderita dehidrasi BD urine naik,
dan pada orang yang banyak minum serta pemakaian obat
diuretika, maka BD urine akan naik.
Pada trauma kapiti dan Diabetes insipidus maka BD turun,
pada penderita Diabetes Mellitus maka volume dan BD naik,
pada penderita Hipertensi volume normal sedangkan BD
turun, dan pada gagal ginjal kronik (CRF) maka volume
maupun BD turun. Bila terdapat protein – uria, glukosuria
dalam jumlah banyak dan pada penderita dehidrasi maka BD
urine akan naik bisa mencapai 1,050.
3. Test Kimia
Sekarang ada test kimia yang menggunakan kertas yang diberi
lapisan reagen kimia dan bila dicelupkan kedalam urine akan
berubah warna yang bisa dibandingkan dengan warna
standard. Metode ini disebut Dip Strip, yang hasilnya bisa
dipercaya bila belum kadaluwarsa, dan dipakai dalam suhu
kamar. Pemeriksaan dengan Dip Strip misalnya untuk :
44
3.2. Protein
Dip strips yang mengandung bromfenol biru dpat untuk
menentukan apakah urine mengandung protein atau tidak.
Normal didalam urine tidak terdapat protein, tetapi pada
lekosit uria dapat memberikan hasil positif palsu. Orthostatic
protein uria yaitu pada waktu bangun tidur protein negatif,
tetapi bila sudah mengadakan aktivitas fisik terjadi protein
uria. Suhu tubuh yang naik juga member protein uria positif.
Beberapa kerusakan ginjal dapat menyebabkan protein uria
lebih 150 mg per 24 jam misalnya pada nefrosis, nefritis, ginjal
polikistik, tbc ginjal, batu ginjal, dan tumor ganas ginjal.
Beberapa kelainan diluar ginjal yang dapat memberikan
proteinuria misalnya panas, ascites, trauma, anemia berat,
lekemia, dll.
3.3. Glukosa
Pemeriksaan dengan Dip Strips memberikan hasil yang
akurat. Pada urine orang normal tidak terdapat glukosa dalam
urine. Pada pemberian obat aspirin, vit C, dan sefalosporin
dapat memberi hasil positip palsu. Pada Diabetes Mellitus
dengan kadar gula darah lebih 180 mg %, maka terjadi
glukosuria positip. Juga bisa terjadi pada kerusakan otak dan
pada infark otot jantung.
3.4. Hemoglobin
Pemeriksaan dengan Dip Strips untuk mendeteksi Hemoglobin
perlu untuk saringan awal terhadap hematuria, walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk adanya eritrosit dalam
urine. Adanya hemoglobin bebas maupun mioglobin akan
memberi hasil positip, sedangkan dengan pemakaian vit-C bisa
memberi hasil negatip palsu.
Hasil positip bisa terjadi pada keadaan – keadaan : luka bakar
luas, kerusakan jaringan, reaksi transfusi darah, intoksikasi
(misalnya bahan kimia), malaria, gigitan ular dan hemolitik
anemia. Beberapa obat bisa memberi hasil positip seperti
basitrasin, amfoterisin, anti koagulan (misalnya coumarin) dan
aspirin.
45
3.5. Bakteria dan Lekosit
Dip Strips untuk melihat bakteria mengandung nitrit,
sedangkan untuk mengetahui lekosituria mengandung lekosit
esterase. Dengan Dip Strips nitrit saja akurasinya 40 – 60 %,
sedangkan bila digabung dengan Dip Strip lekosit esterase
hasilnya lebih baik. Negatip palsu pada lekosit esterase ialah
pyridium, nitrofurantoin, vit-C, dan rifampisin.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Merupakan pemeriksaan yang sangat penting dari urine, sebab
banyak memberi gambaran klinik yang penting. Paling baik
dipakai urine pagi dan dalam beberapa menit sudah diperiksa.
Tetapi bila tidak memungkinkan dapat pula dipakai urine
sewaktu yang baru. 10 cc urine disentrifuge selama 5 menit
dengan kecepatan 2.000 rpm, 4 cc bagian atas dibuang dan
sisanya 1 cc yang diperiksa. Ini bisa langsung atau dengan
pengecatan. Yaitu dengan pengecatan metilin blue atau gram
yang akan menghasilkan kuman gram negatip dan positip.
Interpretasi
1. Bakteriuria
Bila ditemukan beberapa beberapa bakteri dalam lapangan
pandangan besar dari urine aliran tengah (mid stream)
laki – laki, atau urine kateter atau pungsi supra pubik
penderita wanita, maka bisa dianggap adanya infeksi
traktus urinarius, dan diteruskan dengan kultur urine.
Sambil menunggu kultur jadi, bis diberikan antibiotika
berdasar perkiraan kuman yang biasa menyebabkan
infeksi traktus urinarius. Hasil kultur dianggap bermakna
bila jumlah kuman lebih 100.000 per ml urine pada
pengambilan urine tengah atau dengan kateter. Tetapi bila
kurang dari 100.000 per ml tanpa gejala, mungkin bisa
diabaikan. Bila penderita dengan gejala dan tanda klinis
jelas, walaupun jumlah kuman kurang dari 100.000 per ml
atau berasal dari urine hasil pungsi supra pubik, maka
dianggap bermakna infeksi dan perlu pemberian antibiotik
46
yang sesuai. Hasil kultur biasanya kuman tunggal, dan
bila kuman lebih dari satu, mungkin disebabkan
kontaminasi atau kesalahan teknik laboratorium.
2. Lekosit
Jumlah lekosit dalam sedimen urine tengah laki – laki
atau urine kateterisasi wanita, normalnya dibawah 5 –
8 lekosit per LPB, bila lebih maka disebut Pyuria, yang
biasanya karena adanya infeksi traktus urinarius. Ada
pula yang menggangap jumlah lekosit pada laki – laki
normal 1 – 5 per LPB. Untuk lebih memastikan adanya
infeksi traktus urinarius, perlu dilakukan kultur urine.
Pada TBC traktus urinarius terdapat pyuria steril,
artinya adanya pyuria yang jelas, tapi pada kultur
banal, tidak ditemukan pertumbuhan kuman. Dan baru
bila dengan kultur khusus terhadap basil TBC selama 6
– 8 minggu, dapat ditemukan kumannya.
3. Eritrosit
Normal tidak ada eritrosit-uria, bila terdapat maka
harus ingat infeksi traktus urinarius (akut maupun
kronik) maupun penyebab lain. Penyebab
hematuria/eritrosituria lain ialah radang non bakterial,
neoplasma jinak maupun ganas, adanya trauma, benda
asing, dan batu traktus urinarius.
Pada orang normal bisa mengalami eritrosit uria
misalnya olahraga terlalu berat dan lama. Bisa juga
perdarahan dari vagina, dan adanya radang organ dekat
traktus urinarius, seperti divertikulitis dan apendisitis.
4. Sel Epitel.
Normal memang ada tetapi bila terdapat berlebihan
(dalam jumlah banyak sekali) harus ingat adanya UTI
atau neoplasma.
47
5. Silinder.
Normalnya tidak ada dalam sedimen urine. Bila ada
silinder lekosit berarti ada pielonefritis, walau masih
harus dibuktikan dengan pemeriksaan lain.
Silinder eritrosit merupakan tanda pathognomonik
untuk glomerulonefritis atau vasculitis.
Silinder hialin dalam jumlah sedikit tidak banyak
artinya, hialin terbentuk setelah olahraga, tetapi bila
jumlahnya banyak perlu diingat kemungkinan
gangguan fungsi ginjal.
6. Kristal uria
Tidak berarti adanya suatu batu traktus urinarius,
tetapi bila ada batu biasanya dalam urine sedimen,
terdapat kristalnya.
48
3. Pemeriksaan LDH dan CEA
Walaupun tidak spesifik tetapi hasilnya berguna pula
untuk deteksi tumor.
2. Creatinin darah
Creatinin adalah hasil akhir metabolisme creatin
dalam otot skelet, yang diproduksi secara konstan
setiap hari, dan diekskresikan lewat ginjal. Karenanya
kadar creatinin dalam serum dapat mencerminkan
fungsi ginjal. Harga normalnya pada anak – anak 0,4 –
0,8 mg%, sedang pada orang dewasa 0,8 – 1,2 mg%.
Ekskresi creatinin tidak dipengaruhi makanan, hidrasi
serta aktivitas tubuh.
49
4. Creatinin clearence
Karena produksi creatinin tetap dan difiltrasi di
glomerulus, maka dianggap harga creatinin clearence
adalah harga Glomerular filtration rate (GFR) dan hal
ini menggambarkan fungsi ginjal.
Harga normalnya setelah dikoreksi dengan luas
permukaan tubuh adalah 70-140 ml/menit. Mengenai
hal ini diterangkan pada bab fungsi ginjal.
3. Pemeriksaan elektrolit :
3.1. Kalium (Potassium), normal 3,5 – 5 m eq/l
Bisa naik (hiperkalemia) pada gangguan fungsi ginjal
akut atau kronik. Bila terlalu tinggi akan
menyebabkan arithmia jantung, fibrilasi ventrikel
sampai otot jantung berhenti berkontraksi (cardiac
arrest) dan kematian. Bila kadarnya turun
(hipokalemia) maka terjadi gangguan kontraksi otot
dan konduksi listrik saraf, sehingga orang akan
lemas. Keadaan ini terjadi misalnya pada pemakaian
diuretika jenis furosemid.
50
3.2. Natrium (Sodium), normal 136 – 145 m eq/l.
Pada pemakaian diuretika atau digitalis, kadar Na
bisa turun. Pada TUR sindrom (dulu disebut
intoxication) kadar Na turun tiba – tiba (sudden
hyponatremia).
3.3. Chlorida
Kadar chlorida normal 96 – 106 m eq/l atau m mol/l.
Pada penurunan CRF terjadi kenaikkan kadar
chlorida (hyperchloremia) dan bisa bersama
hyperkalemia. Pada interstitial renal disease,
nefropathia karena Gout atau Diabetes, dapat
menimbulkan hyperchloremic metabolic acidosis
bersama hiperkalemia.
4. Pemeriksaan Enzym
Pemeriksaan fostafase asam total dari serum berguna
sebagai salah satu petanda tumor prostat (Carcinoma
prostat). Dikatakan bahwa pad ca prostat kadarnya naik
lebih 1,5 kali kadar normal.
Fosfatase asam prostat lebih khas, bila terdapat carcinoma
prostat maka kadarnya akan naik, sedangkan fosfatase
alkali baru akan naik bila terdapat metastase / kerusakan
pada tulang.
V. Analisa batu
Batu traktus urinarius yang dikeluarkan sebaiknya
dianalisa jenisnya. Paling banyak kalsium oksalat + 70 %,
kalsium fosfat + 10 %, batu struvit (magnesium amonium
fosfat) + 12 %, batu asam urat 5 – 10 %, dan saisanya batu
garam urat, batu sistin dan batu santin.
53
PEMERIKSAAN PENCITRAAN PADA KASUS
UROLOGI
54
Prinspnya adalah penyuntikan zat kontras (urografin,
hypaque dll) secara I.V. atau dalam infuse dan kemudian
dibuat beberapa foto sesuai kebutuhan.
Dengan cara ini dapat dilihat bentuk sistim pielokaliks,
ureter dan buli – buli. Dapat dilihat ada tidaknya
hidronefrose dengan pembagian derajat sebagai berikut :
55
Identasi buli disebabkan pendesakan oleh pembesaran
kelenjar prostat biak oleh proses jinak / ganas.
Untuk lebih jelas melihat adanya divertikel maupun
indentasi buli – buli dpat dibuat x foto miring dari
sistogram (foto oblik). Foto setelah kencing (post mictie /
post voiding)dipakai untuk melihat sisa urine dalam buli-
buli (rest-urine) dimana dalam keadaan normal tidak
terlihat adanya rest urine. Bila ada rest urine berarti
terdapat retensio urinae partialis.
V. SISTOGRAFI
Yaitu melihat bentuk buli – buli, bisa dengan UIV atau secara
retrograde melalui kateter menetap yang telah dipasang.
Dengan cara ini bisa dilihat kelainan di buli – buli maupun
prostat.
VIII. ARTERIOGRAFI
Kateter masukkan melalui a. femoralis menuju aorta
abdominis sampai di a renalis. Kontras 12 cc (renografin /
angiografin / hypaque) dimasukkan.
Terlihat :
a. Fas arterial, 1,5 detik setelah contrast dimasukkan
terlihat a renalis dengan cabang – cabangnya.
b. Fase nefogram, 5 – 6 detik setelah kontras dimasukkan
terlihat gambaran nefrogram dan kontras telah sampai
di papilla dan mulai ada eksresi kedalam urine.
c. Fase vena, 7 – 12 detik setelah kontras di masukkan
terlihat gambaran vena renalis.
57
2. Trauma ginjal
3. Hipertensi renal
4. Persiapan transplantasi ginjal
5. Dll
IX. VENOGRAFI = FLEBOGRAFI
Prinsipnya memasukkan kontras ke vena renalis mulai vena
femoralis atau vena brachialis. Dengan cara ini dapat dilihat
gangguan aliran vena di vena renalis dan cabang – cabangnya
termasuk vena spermatica interna.
Indikasi :
- Varikokel
- Tumor ganas ginjal
- Hipertensi renal
X. LIMFOGRAFI
Cara suntikan 0,25 cc patent blue disela metatarsal 1 – 2, 2 – 3
dan 3 – 4 pedis kanan kiri, tunggu 15 menit, maka terlihat
saluran – saluran limfe, pilih yang terbesar dan lurus. Insisi
kulit dan suntikan dengan jarum limfografi 5 cc lipiodal pelan –
pelan, dan dibuat x foto setelah beberapa jam sampai 24 jam.
Dngan cara ini dapat dilihat saluran limfe dan limfonodi
inguinal, pelvis. Para aorta sampai ke supra clavculer.
Indikasi :
- Metastase limfogen suatu tumor ganas
- Chyluria
58
XII. SCINTIGRAM
Kira – kira 2 menit setelah penyuntikan bahan radioaktif
(mislnya Jod 131 Hippuran) dibuat foto darah ginjal denagn
kamera khusus sinnar gamma, mka akan terlihat bayangan
ginjal berupa titik – titik. Bila ada daerah yang relative kosong
titik – titiknya berarti vaskularisasi disitu kurang baik,
misalnya pada ischemia atau kista, disebut cold area.
Bila ada neo vaskularisasi (misalnya pada tumor ganas) maka
terlihat bayangan yang makin padat titik titiknya dan disebut
hot – area.
Pada kegagalan ginjal maka gambar baru bisa dibuat setelah
10 menit atau lebih dari penyuntikan. Adanya trauma ginjal,
rest urine maupun reflux bisa dilihat dengan cara ini.
59
Hal ini dapat terjadi karean pantulan oleh benda keras,
misalnya tulang berbeda dengan parenchim ginjal maupun
cairan. Suatu tranducer (kombinasi generator penghasil suara
getaran ultra dan penerima getaran) diletakkan dikulit diatas
organ yang mau diperiksa. Pantulan getaran tadi diteruskan
kelayar monitor.
2. Buli – buli
- Dinding buli – buli
- Retensio urinae
- Batu buli – buli
- Tumor buli – buli
3. Prostat
- Prostat hipertrofi
- Carc. Prostat
- Batu prostat
4. Testis
- Peradangan
- Tumor
- Hidrokel
- Varikokel dll
Pemakaian pada :
- Kolik uretre – untuk mancari causanya
- Hematuria – untuk mencari asal perdarahan
- Infeksi ginjal – untuk mencari kerusakan ginjalnya
- Tumor – untuk mencari besar, infiltrasi dan
metastasenya.
- Trauma buli – untuk menentukan luas traumanya.
MRI
Magnetic Resonance Imaging adalah pemeriksaan dengan
menggunakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan
pada organ tubuh dan pantulannya tergantung densitas organ
tersebut. Dibidang urologi pemakaian MRI belum banyak.
Penggunaan :
- Ginjal : pembuluh darahnya, derajat keganasan ginjal
dan fungsi ginjal
- Buli : mendeteksi tumor ganas buli dan penyebarannya
-
- Testis : - mencari letak testis pada cryptorchismas dll
- Keganasan dan pembesaran tumor ganas
testis
- Ureter : mencari obstruksi ureter.
61
OBSTRUKSI DAN STASIS
Oleh : dr. Rifki Muslim
Etiologi obstruksi :
I. Kongenital
- Meatal Stenosis
- Phimosis
- Katub uretra posterior (Posterior Urethral Valve)
- Stenosis muara ureter
- PUJO (Pelvi Ureteric Junctionn Obstruction) dll.
II. Dapatan
a. Traktus urinarius atas (upper tract)
- Batu pyelum
- Batu ureter
- Striktur uretra
- Stenosis ureter akibat jepitan tumor retroperitoneal,
kehamilan, fibrosis retroperitoneal dll.
b. Traktus urinarius tengah (middle tract)
- Batu buli-buli
- Sklerosis leher buli-buli
- Tumor buli-buli dll
c. Traktus urinarius bawah (lower tract)
- Prostat hipertropi
- Ca prostat
- Striktur uretra
- Batu uretra dll.
62
Akibat dari obstruksi dan stasis tersebut :
I. Upper tract
1. Ureter
Terjadi pelebaran ureter (hidroureter) yang bisa
diikuti oleh hidronefrosis.
Dinding ureter menebal untuk dapat mengeluarkan
urine dengan peristaltik. Dalam jangka lama ureter
memanjang dan berkelok-kelok. Pada tahap
dekompensasi ureter dapat kehilangan daya
kontraksinya sehingga ureter dapat besar sekali
seperti usus halus.
2. Ginjal
Akan terjadi dilatasi pelvis renis dan calices
(hidronefrosis).
Pembagian derajat hidronefrosis :
- Derajat I : kaliks mendatar (flattening)
- Derajat II : kaliks mencembung (clubbing)
- DerajatIII : beberapa kaliks bersatu
(fusion)
- Derajat IV : seluruh kaliks hilang, ginjal
seperti balon (balooning)
Akibat hidronefrosis terjadi penekanan terhadap
parenchim ginjal, sehingga terjadi atropi dan
penipisan parenchim yang berakibat fungsi ginjal
berkurang dan dapat berakibat gagal ginjal yang
kronik.
Akibat dari stasis urine pada upper tract :
Urine yang tidak mengalir menyebabkan
berkembangnya bakteri sehingga timbul radang
ureteritis pyelitis dan pyelonefritis. Suatu
pyelonefritis kronik juga akan menurunkan fungsi
ginjal dan dapat berakibat gagal ginjal kronik
(chronic renal failure).
Stasis juga menyebabkan timbulnya neoplasma
urothelium, yang biasanya bersifat ganas
(transitional cell carcinoma). Selain itu infeksi
63
kronik juga merangsang timbulnya batu pada
ginjal atau batu ureter.
2. Stadium kompensasi
Kencing lama keluarnya dan jarus ancang-
ancang (hesitancy)
Pancaran air kencing melemah dan mengecil
Timbul perubahan pada mukosa buli-buli
yaitu:
a. Trabekula
Yaitu serat-serat otot detrusor menonjol dan
oleh karena hipertropi dan mukosanya
tertekan lebih dalam, tonjolan ini berbentuk
anyaman tidak teratur.
b. Cellulae atau saculae
Yaitu mukosa buli-buli menonjol seperti
kantong disela otot detrusor tetapi belum
menembus lapisan serosanya.
c. Diverticula
Yaitu herniasi dari mukosa buli-buli
membentuk kantung dan menonjol keluar
dinding buli-buli.
64
B. Fase Dekompensasi
1. Dekompensasi akut
- Hesitancy makin berat
- Kencing tak puas oleh karena sisa urine
dalam buli-buli (residual urine)
- Bisa timbul retensio urine
3. Dekompensasi kronik
- Residual urine makin banyak
- Kapasitas buli-buli bertambah, bisa 1000-
3000 ml
- Timbul retensio urine total dan overflow
incontinence
Akibat stasis urine dalam buli-buli :
- Sistitis kronik
- Perubahan mukosa menjadi ganas
(transtitional cell carcinoma)
- Batu buli-buli
- Refluks vesico ureteral sehingga terjadi
hidroureter atau hidronefrosis
- Infeksi naik ke ginjal (ascending infektion)
sehingga timbul pyelonefritis kronika.
Klinis
A. Symptom (gejala)
1. Lower dan mid tract
- Hesitancy - Hematuria
- Pancaran kencing lemah dan kecil - Stranguria
- Terminal dribling - Pyuria
- Retensio urin - Polakisuria
65
2. Upper tract
- Sakit pinggang yang dapat dijalarkan kesudut costo
vertebra dan sepanjang ureter
- Hematuria
- Gejala gastroistentinal (nausea, vomitus dll)
- Pyuria
- Panas
- Uremia dll.
B. Sign (tanda-tanda)
1. Lower dan mis tract dapat terjadi :
- Bisa teraba striktur uretra
- Pembesaran prostat
- Tanda – tanda retensio urine
- Tanda – tanda sistitis dll.
2. Upper tract :
- Hidronefrosis (ballotement ginjal positif)
- Nyeri ketok pinggang (sudut costovertebra)
- Terlihat ginjal membesar dll.
Laboratorium
Bisa didapatkan :
- Anemia
- Leukositosis
- Ureum dan cratinin darah naik
- Cratinin clearance menurun
- Urine kultur positif dll
Pemeriksaan radiologis
- Foto polos abdomen
- Urografi intravena
- Sistogram
- Urethrogram
- Bipolair urethrocystogram
- Retrograd pyelografi
- Pemeriksaan USG terutama untuk upper dan mid tract
66
- Isotop renogram dengan penyuntikan Yod 131 dan
aktivitasnya dicatat dengan gamma camera untuk
mengetahui fungsi ginjal apakah ada obstruksi atau
tidak.
Pemeriksaan Instrumentasi
Yaitu dengan dilihat melalui alat urethroscope atau alat cystos
copie untuk melihat kelainan di uretra atau buli-buli.
Ureterorenoscopy (URS) untuk melihat kelainan ditaktus
urinarius bagian atas yaitu ureter dan pyelum ginjal.
Pengobatan
Tergantung dari kausanya pada prinsipnya menghilang kan
obstruksi sehingga tidak ada stasis urine dan pengobatan
kausanya.
67
INFEKSI TRAKTUS URINARIUS
Kuman penyebab :
I. Infeksi non spesifik, paling sering disebabkan kuman
batang gram negatif :
- E Coli
- Enterobakter
- Kleibsiella spesies
- Proteus sp dan Proteus mirabilis
- Pseudomonas
- Serratia sp
Gram posistif cocci :
- Stafilococci
- Enterococci
Kuman lain :
- Chlamydia trachomatis
- Ureaplasma urelyticum
- Gardnerella vaginalis
68
Ascending Infection
Merupakan jenis penyebab infeksi terbanyak di traktus
urinarius. Infeksi yang naik dari meatus urethree externus
melalui uretra ke dalam buli-buli dan dengan adanya
uretero vesical reflux kuman dapat sampai ke ginjal
dengan menimbulkan pyelonephritis.
Hal seperti ini sering terjadi pada wanita dimana kuman
dari vagina atau vulva dan anus mudah masuk melalui
uretra yang pendek ke dalam buli-buli.
Pada laki-laki hal tersebut dapat terjadi dan terutama
pada tindakan instrumentasi (misalnya pemasangan
kateter).
Infeksi Hematogen
Kuman dari sumber infeksi dimana saja dalam tubuh
dapat mencapai ginjal melalui jaringan aliran darah
sehingga dapat menimbulkan multiple small abces dan
dari sini dapat menjalar ke lain bagian tractus urinarius.
Infeksi Limfogen
Pada tahanan dalam buli-buli yang tinggi (70-100 cm H2O)
maka kuman dapat masuk ke dalam saluran limfe menuju
ke ginjal.
Hal ini terjadi juga pada pemaasukan kuman dari usus ke
ginjal.
Kontak langsung
Kuman dapat masuk taktus urinarius dari organ
sekitarnya yang terinfeksi misalnya fistula enterovesical,
peritinitis, infeksi genetalia dll.
Faktor predisposisi I.T.U :
1. Stasis urine
2. Benda asing
3. Fistula
4. Daya tahan tubuh turun
69
1. Stasis Urine
Urine merupakan media yang baik sekali untuk
pertumbuhan beberapa jenis kuman.
Hal yang berpengaruh pada pertumbuhan tersebut:
a. Jarang kencing
Sebaiknya kencing tiap 4 jam senan bila 12 jam
tidak kencing,sati kuman bisa berubah menjadi 1
juta.
b. Obstruksi mekanki
Pengosongan yang jelek dari buli buli atau retensio
urine, hidro ureter dan hidroneprosis akan
memudahkan pertumbuahan bakteri.
c. Drainase jelekdari urine dalam kantong misalnya
urine dalam divertivula yang tidak ikut keluar
waktu pengosongan buli buli.
d. Megaureter yaitu ureter yang besar akibat reflux
atau obstruksi muara ureter.
2. Benda asing
Termasuk ini yaitu batu yang biasanya berpori-pori
sehingga merupakan tempat bersembunyi dan berkembang
biak bakteri yang baik. Benda asing lain seperti kateter,
bekuan darah dan adanya jaringan mekrose juga
merupakan tempat sembunyi dan berkembangbiak bakteri,
misalnya permukaan tumor ganas yang sudah nekrotik.
3. Fistula
Akan memasukkan kuman dari usus (misal entero vesical
fistula) atau dari vagina ( vesico vagina fistula) atau dari
luar vesico cutan atau urethro cutan fistula.
70
Penyebab lain : pada penderita DM, penggunaan obat
Immunosupresan pada transplatasi dan sistoststika pada
terapi keganasan.
Perjalanan ITU
Perjalanan dari suatu ITU akan berakhir dengan 4 proses:
1. Resolusi
2. Supurasi
3. Scaring
4. Granulla
Resolusi
Yaitu organ yang terkena kembali normal setelah sembuh,
hal ini terjadi pada infeksi akut (mis. pyelobefritis akut,
sistitis akut)
Supurasi
Pada keadaan tertentu timbul abses ginjal (carbuncle
ginjal) dan perinefritik abses. Pada prostat bisa terjadi
prostat abses dan yang sering urethritis yang
mengeluarkan pus.
Scarring
Timbulnya jaringan ikat, pada ginjal akibat pyelonefritis
chronika menimbulkan calyx panjang dan sempit dan bila
difus akan menimbulkan atrofi ginjal. Pada ureter dan
urethra menimbulkan striktura, pada buli-buli
menimbulkan fibrosis buli, sehingga buli-buli atrofi dengan
kapasitas yang sangat rendah.
Sedangkan pada prostat menimbulkan fobrosis prostat
dengan gejala prostatismus.
Granula
Yaitu timbulnya jaringan granuloma akibat infeksi kronik.
Misalnya TBC ginjal, brucellosis dan schistomiasis.
Keadaan ini akan menimbulkan penurunan fungsi ginjal.
71
Komplilasi
1. Acute Renal Failure (ARF=GGA)
Radang akut ginjal (pyelonefritis akuta) akan
menimbulkan ginjal yang meradang, merah, panas,
oedematous seluruh parenchim ginjal sehingga
glomerulus kurang/tidak berfungsi dan akibatnya
timbul kejala uremia. Pada pemberian antibiotika bed
rest, dan roborantia akan menimbulkan resolusi
sehingga ginjal bisa berfungsi normal lagi.
2. Septicemia (Urosepsis)
Kuman yang masuk kedalam pembuluh darah akibat
ITU, pada gram negatif basili akan mengeluarkan
lipid-A-endotoxin yang akan merangsang hipotalamus
untuk menimbulkan demam, melepaskan kinin yang
menyebabkan vasodilatasi, menaikkan permeabilitas
kapiler dan menghambat kerja otot jantung.
Pada kultur darah dan urine didapat kuman yang
sama. Urosepsis bisa terjadi pada operasi urologi
penderita yang sudah ada UTInya dan kondisi lemah
serta antibiotik yang kurang memadai.
Mula-mula tubuh hangat, lemas, nadi cepat dan tiba-
tiba dapat terjadi penurunan tekanan darah sampai
tak terdengar, acral dingin dan bisa timbul thrombosis
coroner (septik shock)
Pengelolaan :
- Ambil kultur darah
- Infus dengan plasma expander
- Pasang CVP (central venous pressure) untuk
mengetahui tekanan jantung kanan, ada dehidrasi
atau tidak. Infus untuk mengatasi dehidrasinya dan
antibiotika masiv yang sesuai.
Bila didapatkan, retensio urine segera padang
kateter men (DC), dengan cara ini bisanya penderita
dapat tertolong.
72
3. Papillary Necrosis dan Interstitial Nephritis
Akibat interstitial nefritis akut bisa terjadi
pengelupasan renal papilla sehingga terlepas dan
dapat menyebabkan kolik atau obstruksi ureter.
4. Pembentukan batu
Infeksi urea splitting bakteria (proteus, pseudomonas,
kleibsiella dan stafilokokus akan memecah urea
menjadi amonia sehingga PH urine sangat basa (lebih
besar 7,5) dan hal ini akan memudahkan timbul batu
calcium fosfat, garam urat dan batu struvit.
5. Supurasi
Abses di parenchim ginjal ginjal menimbulkan
carbuncle ginjal yang pada USG terlihat mirip kista
ginjal atau bahkan dikacaukan dengan tumor ginjal.
Pecahnya carbuncle ginjal atau penyebarannya
menimbulkan abses perinefrik.
6. Granuloma
Suatu pyelonefritik dapat menimbulkan
xantrogranuloma yang menyebar disekitar ginjal
berupa masa seperti bubur berwarna kuning, dengan
infilrtasi histiosit dan dapat menyerang colon
didekatnya sehingga timbul nefrokolik fistula. Hal ini
harus kita diagnosa banding dengan renal carcinoma.
73
8. Struktura
Radang kronik di ureter atau uretra dengan
penyembuhan yang tidak baik akan menimbulkan
penyempitan (striktura ureter atau urethra) dengan
akibat hidronefrosis atau retensio urine.
9. Athrofi Buli-buli
Terjadi akibat sistitis kronika dengan penyembuhan
fibrosis yang luas di buli menyebabkan volume buli
mengecil dan ditandai terjadinya polakisuria, nokturia
dll.
11. Keganasan
Suatu radang kronis dapat menyebabkan timbulnya
metaplasia urothelium, sehingga dapat menimbulkan
transitional cell carcinoma, kadang-kadang squamous
cell carcinoma dan adeno carcinoma. Hal ini jelas
terbukti radang kronis pada divertikel buli yang akan
berakibat timbulnya keganasan, sehingga perlu
tindakan diverticulectomi.
74
PENANGANAN KOLIK URETER
OLEH : Rifki Muslim
Sub Bagian Urologi
Bagian Ilmu Bedah FK Undip / SMF Bedah RSUP Dr. Kariadi
Semarang
I. PENDAHULUAN
Kolik merupakan keluhan yang sangat sering terjadi
dan dirasakan sangat sakit sehingga biasanya merupakan
hal yang mendorong penderita mendatangi dokter.
Kolik terjadi akibat hiperperistaltik dari organ tubuh
berongga kemudian terjadi spasme otot polos dinding organ
tersebut. Oleh karena itu kolik dapat terjadi diureter,
saluran empedu dan usus.
Dalam keadaan tertentu misalnya kolik di abdomen
sebelah kanan dapat dikacaukan gejalanya antara kolik
ureter, kolik biliaris dan kolik usus. Akan tetapi dengan
pemeriksaan yang cermat tentu dapat dibedakan ketiga
macam kolik tersebut.
II. PATHOGENESA
Adanya benda asing dalam lumen ureter akan
menyebabkan timbulnya hiperperistaltik sebagai usaha
tubuh untuk mengeluarkan benda asing tersebut, dimana
hiperperistaltik yang terus menerus akan berakibat
spasme otot polos dinding ureter, dirasakan rasa sakit
hebat yang hilang timbul. Menurut Dracht adanya benda
asing yang menyebabkan obstruksi partial yang akan
menyebabkan ureter kolik tadi. Benda – benda asing yang
dapat menyebabkan kolik tadi antara lain batu, bekuan
darah, pecahan tumor ginjal yang terlepas serta benda
asing lain seperti ureter kateter dan benang yang tidak
direabsorbsi pada operasi pielum atau ginjal, tetapi yang
paling banyak dalam praktek / dimasyarakat adalah
disebabkan batu ginjal yang berusaha turun (batu ureter)
dan bekuan darah akibat adanya perdarahan dalam ginjal.
75
Rasa sakit di ginjal terjadi bila ada sumbatan
dipielum ginjal, tetapi rasa sakitnya terus menerus tidak
bersifat intermiten, sedangkan kolik ureter terjadi bila
sumbatannya ada disepanjang ureter, Rasa sakit biasanya
bersifat tajam, sakit seperti ditusuk – tusuk, rasa sakit
yang sangat hebat dan sering sampai berkeringat dingin,
sangat lemah, shock dan collapse.
Rasa sakit yang hebat seperti tersebut biasanya
justru terjadi bila obstruksi ureter partial, sedangkan bila
total rasa sakitnya tidak begitu hebat, malahan menjurus
bersifat menetap didaerah pinggang sampai sudut kosto
vertebra akibat peregangan kapsul ginjal mendadak dan
tidak lagi bersifat kolik. Juga dikatakan bahwa kolik yang
terulang – ulang timbul menandakan bahwa benda asing
dalam ureter tadi dalam keadaan bergerak. Pada
penyempitan ureter oleh stenosis atau struktur tidak
memberi gejala kolik, tetapi menyebabkan hidronefrose
kronik dengan rasa kemeng dipingggang dan sudut kosto
vertebra.
76
yang kontra lateral dicubit hanya akan terjadi kontraksi
otot kremaster.
Penjalaran lain ialah melalui saraf dari ginjal pada
mendulla spinalis segmen T, 10 – L.1 melalui ganglion
coeliaous, menuju medulla oblongata sehingga
menimbulkan gejala nausea, vomitus, diare dan gejala
gastro intestinal lain. Pada sistim peredaran darah timbul
reaksi vasomotor berupa keringat dingin, lemas dan
collapse.
Penjalaran reno renal karena ada interspinal
overflow yang menyebabkan rasa sakit ginjal kontra
lateral, juga bisa timbul rasa sakit ke dada isolateral, bahu
dan bahkan lutut. Ureter kolik ini bisa disebabkan juga
rasa sakitnya ke abdomen bagian atas (daerah
epigastrium) dibagian depan dan kesudut kosto vertebra
dibagian belakang.
Dengan cara yang sama dapat diterangkan mengapa
pada kolik ureter akibat batu disepertiga tengah akan
dijalarkan ke abdomen bagian depan, pada yang kanan
didaerah Mo.Burney, sehingga sering dikacaukan dengan
appendicitis atau seperti nyeri diverticulitis, atau penyakit
pada calon descendens atau sigmoid.
Pada proses dimana batu diureter distal maka rasa
nyeri didaerah inguinal dan di supra pubik. Bila batu
ureter di uretere-vesical junction maka akan menyebabkan
oedemamukosa buli – buli dan menimbulkan gejala –
gejala sistitis. Selain itu rasa sakitnya dijalarkan ke kulit
skrotum.
Adanya batu baik diureter sepertiga tengah maupun
distal akan menyebabkan hidronefrose akut dan ini
dirasakan sebagai rasa sakit daerah ginjal yaitu di
pinggang sampai ke sudut kosta vertebra. Rasa sakit ini
oleh saraf – saraf spinal dapat dirasakan juga dilain
tempat walaupun dengan kadar sakit yang lebih rendah
yaitu diujung iga ke 12 oleh saraf dari T.10, diatas spina
iliaka posterior superior oleh saraf dari T.11 dan bahkan
ketumit oleh saraf S3.
77
Sebaliknya pada appendicitis akuta rasa nyerinya
dapat juga menyebabkan keluhan mirip proses urologik
yaitu nyeri disudut kosto vertebra, inguinal, ovarium atau
testis, supra pubik, penis, pantat dan kadang – kadang
terdapat juga keluhan polakisuria dan gejala – gejala
sistitis lain dan bila appendiksnya retro coecal dan
menempel pada ureter dapat memberi gejala – gejala
hematuria atau pyuria.
V. PENGELOLAAN KAUSAL
A. BATU URETER
Batu ureter sebagai penyebab kolik paling banyak
terdapat apalagi didaerah – daerah endemis batu traktus
urinarius. Adanya kolik disertai kelainan urine, maka kita
curiga disebabkan batu. Kelainan urine ini bisa pH
urinenya yang rendah (kurang dari 5,5) disertai adanya
kristal urat maka kita curiga adanya batu asam urat, ini
terutama pada orang gemuk. Yang hampir selalu ada pada
kolik oleh batu ureter adlah adanya eriotrosituria (kadang
– kadang gross hematuria) dan mungkin ada lekosituria.
Kristal uria sering bukan analog dengan adanya batu,
sebab pada makanan tertentu bisa terdapat kristal
kalsium oksalat maupun kristal urat dalam urine tanpa
ada gejala apa – apa.
Pemeriksaan laboratorium lain untuk menegakkan
diagnose bisa berupa penhitungan kadar kalsium, asam
urat, fosfat anorganik, baik dalam darah dan yang
biasanya bila ada batu traktus urinarius dapat naik
78
kadarnya. Yang terpenting adalah Foto Polos Abdomen
(FPA) dengan cara ini saja 90-95 % batu bisa dilihat (radio-
opaque) dan sisanya radio-lucent yaitu batu urat, sistin
dan santin.
Urografi intravena (UIV) untuk mempertegas
diagnose, dimana akan terlihat bendungan (hidroureter
atau dengan hidronefrose). Pada batu radio-luscent akan
terlihat bayangan hitam disekeliling kontras yang putih.
Batu ureter dapat ditangani secara konservative
maupun operatif.
Indikasi tindakan pada batu ureter (URS,
Ureterolithotomi, ESWL) :
1. Batu lebih besar atau sama dengan ukuran 5 mm
2. Kolik terus menerus yang tidak bisa ditolong dengan
analgetik/spasmolitik/morvin-pethidin.
3. Ada komplikasi gross hematuria
4. Sudah menyebabkan hidro uretero nefrosis
5. Ada komplikasi infeksi
6. Batu tidak bergerak pada follow-up
Biasanya batu ureter akan tersangkut di tempat – tempat
penyampitan fisiologis ureter yaitu :
1. Pelvic – uereteric junction.
2. Waktu menyilang vasa iliaca
3. Uretero-vesica junction
Ada juga yang menambah penyempitan fidiologis tadi
dengan waktu ureter menyilang pinggir otot psoas dan
waktu menyilang pelvic brim.
Pengobatan konservativ dekerjakan bila tidak ada indikasi
operasi seperti tersebut diatas yaitu dengan cara minum
banyak, spasmolitika-analgetika dan diuretika.
B. BEKUAN DARAH
Bekuan darah diureter terjadi akibat
perdarahan masif di ginjal, bisa akibat :
1. Kelainan kongenital misalnya ginjal polikistik
2. Trauma sering trauma tumpul yang berakibat
robeknya parenchim dan sistim pielokaliks
79
3. Radang misalnya pielonefritis, TBC ginjal
4. Tumor misalnya Willms tumor, Grawitz tumor,
Adeno Ca
5. Lain – lain seperti sindrom nefrotik, glomerule
nefritis, haemengioma dalam parenchim ginjal,
keracunan obat – obatan , makanan, idiopathik
dll.
6. Perdarahan karena batu ginjal
VI. PENUTUP
Oleh karena kolik ureter merupakan gejala
yang banyak terjadi di masyarakat dan sering kali
80
merupakan tanda awal dari suatu kelainan yang
cukup serius maka pemahaman patogenesa,
penjalaran kausa dan metoda penanganannya
merupakan hal yang penting yang seyogyanya
diketahui oleh para medis digaris depan seperti
dokter keluarga, puskesmas, poliklinik dan petugas
– petugas rumah sakit.
81
ENDOUROLOGI DAN ESWL
Pemeriksaan endoskopi :
1. Urethroskopi
Adalah memeriksa keadaan lumen urethra, dipakai lensa
0 derajat yaitu melihat langsung didepannya (direct vision)
2. Sistoskopi
Adalah pemeriksaan kedalam buli-buli, biasanya dipakai
lensa 30, 45, 70, 120 atau 135 derajat. Derajat ini
menunjukkan bidang yang dilihat dihitung dari garis
panjang alat endoskopinya.
Biasanya pemeriksaan ini digabungkan dengan
urethroskopi dan kadang – kadang disebut panendoskopi.
Kita bisa memeriksasenua kelainan di buli-buli seperti :
tumor buli, urine –jet dari muara ureter, refluk, batu buli,
prostat yang membesar dll.
3. Uretero-renoskopi (URS)
Mula-mula muara ureter dilebarkan dengan dilatator
sampai 13-14F kemudian alat seperti sistoskope kecil
panjang dimasukkan kedalam ureter dapat sampai ke
pielum.
Dengan cara ini dapat dilihat kelainan dilumen ureter
maupun ileum dan kaliks.
82
Tindakan Endoskopi
84
6. URS Lithotripsi
Prinsipnya alat URS setelah masuk ke ureter dan dilihat
batunya, masukkan alat penggetar yang dihubungkan
dengan generator penghasil getaran frekwensi tinggi yang
ditempelkan ke batu ureter tadi. Setelah pecah kemudian
dikeluarkan sedikit demi sedikit.
Bisa juga batu dipecahkan dengan sinar laser.
86
melewati parenkhim ginjal juga bisa merusak sehingga
dikatakan fungsi ginjal akan menurun dan diharapkan
kembali normal lagi setelah 1-2 minggu. Oleh karema itu
pada ginjal yang fungsinya sudah jelek dan tidak
mengeluarkan urine tidak boleh dilakukan ESWL.
Komplikasi dari ESWL :
1. Gross hematuria, yang biasanya bisa hilang sendiri
setelah 2-3 hari.
2. Ureter kolik, bila pecahan batu lewat di ureter dan
masih besar.
3. Hidronefrose terjadi bila pecahan batu menyumbat
ureter.
4. Perirenal hematoma, bila terjadi pecahnya
pembuluh darah kecil-kecil disekitar ginjal. Hal ini
biasanya darah di reabsorpsi spontan dalam
beberapa minggu.
87
HIDROKEL TESTIS
Embriologis :
Testis terbentuk di rongga retroperitoneal, pada awal bulan ke
tiga kehamilan peritoneum menonjol keluar mengikuti
perjalanan gubernakulum testis melalui kanalis inguinalis
sampai di rongga skrotum. Penonjolan peritoneum ini di rongga
skrotum disebut prosesus vaginalis. Setelah bulan ke tujuh
terjadi penurunan testis melalui kanalis inguinalis ke skrotum.
Setelah lahir testis dilapisi tunika vaginalis lamina viseralis
yang menempel pada testis dan lamina parietalis di sebelah
luarnya. Dalam keadaan normal terdapat cairan serosa
beberapa ml diantara kedua lapisan lamina tsb.
Insidensi :
Pada bayi laki-laki baru lahir 6% menderita hidrokel
kongenital, yang sebagian akan hilang sendiri dalam waktu 1
tahun.
Penelitian di Afrika didapatkan angka 5 – 7,5% dari penderita
laki-laki yang dirawat dirumah sakit menderita hidrokel.
Tingginya angka ini mungkin disebabkan masih tingginya
infeksi ( epididimo-orchitis dan limphadenitis) serta banyaknya
infestasi parasit filaria.
Penelitian di RS dr. Kariadi Semarang selama 5 tahun (1987 –
1992) ditemukan 101 kasus dimana 15,8% kongenital dan
84,2% dapatan.
Hidrokel kanan 52%, kiri 34% dan bilateral 14%, mengenai
mengapa sisi kanan lebih banyak dari yang kiri belum
diketahui sebabnya.
Berdasarkan distribusi umur ternyata 34% berumur dibawah
10 tahun dan 66% lebih dari 10 tahun.
88
Patofisiologi :
Pada hidrokel kongenital terdapat hubungan antara rongga
intraperitoneal dengan rongga tunika vaginalis akibatnya
terjadi pengumpulan cairan hidrokel yang berasal dari cairan
intraperitoneal.
Pada hidrokel dapatan cairan serosa di sekresi oleh tunika
vaginalis dan diresorbsi oleh sistem vena dan limphe funikulus
spermatikus. Bila sekresi tidak seimbang dengan reabsorbsi
maka cairan akan terkumpul dan membentuk hidrokel.
Cairan hidrokel :
Cairan ini bersifat netral, serosa, bening, tidak berbau, berat
jenis (BJ) : 1.010 – 1.025
Komposisinya yaitu air, sel endotel, lekosit, kristal kolesterin,
protein, elektrolit dan fibrinogen. Bila ada hubungan dengan
tubulus seminiferus bisa terdapat spermatozoa didalamnya.
Derajat :
Secara klinis belum manifes :
Derajat I : Pembengkakan funikulus spermatikus
Derajat II : Hidrokel kecil, sukar diraba cairan
Panjang s/d 6 cm
Secara klinis sudah manifes :
Derajat III : Panjang hidrokel 6 – 8 cm
Derajat IV : Panjang hidrokel 8 – 11 cm
Derajat V : Panjang hidrokel 11 – 15 cm
Derajat VI : Panjang hidrokel > 15 cm
Gejala ( Symptom ) :
Terasa berat, makin besar hidrokel makin berat, terutama bila
berdiri atau habis olah raga.
Kadang-kadang terasa kemeng /nyeri yang tidak khas.
Benjolan tidak dapat hilang waktu tiduran dan tidak tambah
besar bila berdiri atau mengejan.
89
Tanda (sign) :
Pada pemeriksaan kita lihat skrotum membesar, kulitnya
mengkilat dan warna kulit sama dengan sekitarnya.
Bentuk pembesaran skrotum cukup khas yaitu bagian kranial
kecil dan bagian kaudal membesar disebut “Pear shaped
appearance”.
Pada palpasi bisa lunak, elastis sampai tegang tergantung isi
cairan hidrokel didalamnya. Terdapat fluktuasi dan tidak
dapat direposisi kedalam rongga abdomen, dan testis biasanya
tidak teraba. Pada waktu penderita disuruh mengejan,
benjolan tidak bertambah besar.
Pada perkusi pekak dan auskultasi tidak ada bising usus.
Pemeriksaan diafanoskopi (transiluminasi) hasilnya positif,
yaitu cahaya diteruskan melewati hidrokel.
Kadang-kadang didapatkan diafanoskopi negatif palsu
(false negatif) yaitu bila cairan hidrokel keruh, dinding tebal,
terdapat adhesi tunika vaginalis dan hidrokel multilokuler.
Dapat juga positif palsu (false positive) yaitu Hernia pada
anak, tumor testis yang memproduksi cairan dan kista
hidatidosa.
Etiologi hidrokel :
1. Kongenital
Terjadi akibat tidak adanya obliterasi prosesus
vaginalis sehingga cairan intraperitoneal mengalir ke
tunika vaginalis melalui lubang penghubung tersebut. Bila
lubang penghubung kecil, maka hanya cairan
intraperitoneal yang lewat sehingga terjadi hidrokel, bila
lubangnya besar, maka yang lewat bisa omentum dan atau
usus sehingga terjadi hernia skrotalis.
2. Trauma
Akibat trauma pada skrotum dapat terjadi hematokel,
kemudian eritrosit mengalami lisis dan diresorbsi maka
akan tertinggal cairan berwarna kuning.
90
3. Infeksi epididimo-orchitis
Biasanya oleh karena kuman gonokoken, tetapi bisa juga
oleh karena kuman lain misalnya kuman TBC.
Akibat infeksi maka terjadi hipersekresi sel-sel endotel dan
sehingga terkumpul cairan di cavum tunika vaginalis.
4. Keganasan
Tumor ganas dari testis dapat menyebabkan sekresi cairan
sero-hemoragis yang terkumpul di cavum tunika vaginalis.
5. Filaria
Filariasis oleh wucheria Bancrofti akan menyebabkan
reaksi alergi dan terbentuk jaringan ikat serta kolagen
dipembuluh dan kelenjar limphe. Akibatnya pembuluh
limphe disebelah distalnya membesar dan bisa pecah,
sehingga cairan limphe terkumpul di cavum tunika
vaginalis. Bila prosesnya di limphonodi inguinalis
superfisialisis maka terjadi elefantiasis skroti. Bila yang
terkena limphonodi inguinalis profunda maka terjadi
hidrokel testis.
7. Idiopatik
Disini penyebabnya tidak diketahui, tetapi yang jelas
resorbsi di funikulus spermatikus kurang baik, sehingga
cairan sekresi tertimbun di cavum tunika vaginalis.
Komplikasi :
Bila suatu hidrokel sangat tengang, maka dapat menekan
arteri dan vena testikularis, sehingga terjadi atropi testis
dengan akibat gangguan spermatogenesis.
91
Pada suatu hidrokel yang mengalami infeksi baik hematogen
atau perkontinuitatumdapat berubah menjadi piokel. Piokel
ini dapat menyebabkan orchitis dan abses testis.
Trauma pada hidrokel dapat menimbulkan perdarahan dan
disebut hematokel.
Pengobatan
4. Skleroterapi.
Setelah cairan dikeluarkan dengan pungsi aspirasi
kedalamnya dimasukkan bahan skleroterapi mis : Quinine,
larutan urethane, sodium morhuate, glukose 50% dll.
Cara ini jarang dikerjakan oleh karena hasilnya belum
tentu baik.
5. Operasi
Prinsip operasi hidrokel yaitu :
a. Menghilangkan cairan
b. Mengurangi produksi cairan
c. Memperbaiki resorbsi
92
Dengan kata lain membuat keseimbangan antara produksi
dan resorbsi cairan.
B. Metoda Window.
Yaitu dengan membuat lubang jendela pada tunika
vaginalis sehingga produksi cairan yang dihasilkan
akan mengalir ke sub kutis dimana resorbsinya lebih
baik.
C. Bergman – Winkelmann
Merupakan cara – cara standard yaitu dengan eksisi
tunika vaginalis dan dibuang, sisanya dibalik dan
dijahitkan kebelakang. Cara ini paling baik karena
produksi cairan berkurang akibat eksisi tadi dan kalau
masih ada produksinya akan mudah diresorbsi karena
setelah dibalik, maka akan menghadap subkutis yang
resorbsinya lebih baik.
93
PENGELOLAAN DISFUNGSI EREKSI
I. Pendahuluan
Disfungsi seksual laki-laki terdiri atas :
1. Gangguan dorongan seksual
- Penurunan libido
- Kenaikan libido
2. Disfungsi ereksi (DE) impotensi
3. Gangguan ejakulasi
- Ejakulasi dini
- Ejakulasi lambat
- Ejakulasi retrograde
4. Disfungsi orgasme tidak bias puas.
II. Frekwensi
Diantara disfungsi seksual yang paling banyak berupa ejakulasi
dini (20% - 30%) diikuti DE sebanyak 10% - 15% dan seterusnya.
Pada penelitian di Amerika didapat hasil sebagai berikut :
94
Tabel 1. Disfungsi Seksual laki-laki
Jenis Jumlah(%)
Gangguan orgasme :
- Tidak pernah puas 55,7
- Jarang 12,7
Rasa sakit :
- Dyspareunia 2,6
- vaginismus 1,2
Libido turun 2,9
Gangguan bangkitan seksual -
95
Tabel 3. DE dan Tingkatannya
IV. Patogenesa
Secara garis besar impotensi dibagi dua, yaitu :
1. Impotensi primer, yaitu tidak bias ereksi sejak kecil. Hal ini
bisa disebabkan problem berat sejak kecil atau ada kelainan
organik.
2. Impotensi sekunder, yaitu dimana sebelumnya bisa ereksi
dengan baik.
Penyebab Impotensi
I. Psikis
Dulu dianggap 90% penyebab impotensi, sekarang dianggap 50%,
sedang sisanya sebab organic.
II. Organik
1. Gangguan endokrin 4-35%
Terjad akibat rendahnya kadar testosteron akibat produksi
yang terganggu.
2. Diabetes Mellitus
Pada Diabetes Mellitus buat terjadi impotensi 50% (ringan
sampai kuat). Hal ini disebabkan terjadinya atherosclerosis
maupun neuropathy diabeticum. Bila Diabetes Mellitus terjadi
pada orang muda kemungkinan impotensinya 25%, bila pada
orang tua 75%.
96
3. Neurogenik
Yaitu bila terjadi kerusakan saraf pusat, misalnya tumor /
trauma medula spinalis atau kerusakan saraf tepi akibat
operasi di dalam rongga panggul.
4. Vaskuler
Adanya oklusi , atherosclerosis atau emboli pada arteri yang
menuju penis (a. pudenda interna, dll) akan menyebabkan
pengisian corpus cavernosum terganggu sehingga impoten.
Bila ada kerusakan katup vena yang dari dalam penis maka
walaupun corpora dalam penis terisi darah maka akan segera
kempis lagi karena rusaknya katup vena tersebut.
5. Gangguan Fungsi Ginjal
Dengan menurunnya fungsi ginjal maka bias menimbulkan
DE dan pada penderita CRF (Chronic Renal Failure) yang
menglami hemodialisa terus menerus, maka 50% mengalami
DE yang disebabkan produksi testosteron turun, kerusakan
vaskuler, obat-obatan maupun psikis.
6. Obat
Obat yang menyebabkan DE 25%, yaitu alkohol, antihipertensi
(metildopa, klonidin, reserpin, beta blocker dan spironolakton),
anti depresan tertentu, tranquilizer, hipnotik, estrogen, anti
androgen (simetidin, ketokonazol, siproteron asetat),
narkotika, marijuana dan opium.
7. Merokok
Bisa menimbulkan vasokonstriksi dan kebocoran katup vena.
III. Pengobatan
1. Lini pertama
a. Psikoterapi
Termasuk disini hipnoterapi dan seks terapi
b. Medikamentosa / peroral
- Testosteron (efektivitas kurang)
- Yokimbin (dosis 3 x 6 mg – hasil baik 62 %)
- Trazadone, suatu antidepresan (hasil baik 24 – 42%)
- Pentoksifilin (dosis 2 x 400 mg perhari – hasil kurang
baik)
- Sildenafilsitrat (Viagra)
(dosis 25 mg – hasil baik 63 %, dosis 100 mg – hasil baik
82%), gairah seksual tak terpengaruh. Efek samping :
headache 16%, mabuk 10%, dispepsi 7%, penglihatan
97
kabur 3%. Hati – hati bila ada penyakit jantung, hepar
dan ginjal bisa menimbulkan kematian. Tidak
boleh diberikan bersama eritromisin, ketokonazol dan
itrakonazol.
- Fitofarmaka
Beberapa tanaman yang punya khasiat seksual dan
secara tradisional dipakai antara lain :
- Ginseng, menambah kesegaran tubuh
- Eurycomae zadix (pasak bumi, tongkat ali);
merangsang pengeluaran androgen hormon,
mempunyai efek aprodisiak (gairah dan nafsu seks)
- Jamur ganoderma; meningkatkan stamina
c. Alat vakum
2. Lini kedua
Yang termasuk disini yaitu medikamentosa yang disuntikkan
maupun dimasukkan uretra.
- Dimasukkan dalam corpus cavernosum penis, yaitu HCl
papaverin fentolamin, alpostadil – suatu prostaglandin E1
(caver ject), dll.
- Dimasukkan dalam uretra sebelum koitus. Yaitu jenis
fosfodiesterase inhibitor hasil baik 64 – 66%. Efek
sampingnya yaitu sakit pada penis 21%, penis rasa
terbakar 7%, penyakit peyzone 1,7% dan priapismus 1%.
Nama dagang MUSE.
- Suntikan IM / SC
Bisa dipakai hormon testosteron, LHRH atau HCG.
Bahayanya bisa menimbulkan retensi air dan elektrolit,
priapismus, prostat hiperplasi dan karsinoma prostat.
3. Lini Ketiga
Pilihan terakhir bagi penderita impoten yaitu pemasangan
protesa penis (operasi)
IV. Pencegahan
98
5. Jangan menkonsumsi obat, bahan kimia, jamu tanpa indikasi
dan petunjuk ilmiah yang jelas
6. Jangan malu membicarakan problem seksual dengan suami /
istri
7. Hindari hubungan seks ekstra marital.
99
VASEKTOMI
II. Indikasi :
Tidak dikehendaki lagi mempunyai anak secara permanen.
Dahulu bertujuan untuk :
1. Mencegah menjalarnya penyakit ke epididi mis
2. Mensterilkan penderita dengan penyakit ingatan atau
penjahat tidak mendapatkan keturunan.
3. Meremajakan manula.
100
b. Bila terdapat kelainan hernia, varikokel, hidrokel
sebaiknya dilakukan perbaikan dahulu sebelum
vasektomi.
c. Filariasis genetalia eksterna.
d. Penyakit DM tak terkontrol.
e. Kelainan pembekuan darah.
2. Instrumen.
- Doek klem : 2 buah
- Skalpel dengan pisau no 10 : 1 buah
- Pinset anatomis : 2 buah
- Pinset chirrugie : 2 buah
- Klem lurus/bengkok : 6 buah
- Gunting lurus : 1 buah
- Needle holder : 1 buah
- jarum tajam : 1 buah
- Jarum bulat : 1 buah
101
- Topi dan masker 2 buah
- Baju khusus untuk akseptor
- Doek lubang steril berukuran 60 x 80 cm
- Tutup meja steril
II. Persiapan operasi.
102
inguinalis eksterna dan diinfiltrasikan 1-2 cc
prokain.
9. Fiksasi vas deferens didaerah kulit yang telah
dianestesi dengan memasang 2 buah doek klem
berjarak kurang lebih 2 cm sehingga hanya kulit
dan vas yang berada dilingkungan doek klem.
10. Sayatan kulit longitudinal 1-2 cm sampai mendekati
vas deferens kemudian vas dipegang dengan klem
chirurgic. Selanjutnya vas deferens disiangi
sehingga fascia dapat disisihkan dan vas berwarna
putih mengkilap. Pembebasan ini kurang lebih 2 cm
dan perdarahan dirawat.
11. Vas deferens yang telanjang dijepit diantara 2 klem
berjarak 2 cm, vas dipotong diantara 2 klem dan
ujungnya diikat dengan cara order binding dengan
sutera 3/0, benang diangkat keproksimal untuk cek
perdarahan, bila tenang benang yang proksimal
dipotong. Benang distal untuk melakukan
interposisi.
12. Lakukan interposisi dengan menggunakan sarung
untuk mencegah terjadinya rekanalisasi spontan
dengan cara : vaas proksimal dmasukkan kedalam
sarung vas dengan menarik benang pengikat vas ke
proksimal dan jahit sarung vas dengan catgut 3/0
dan vas distal berada diluar sarung vas kemudian
potong benang.
13. Tutup sayatan kulit 2 buah dengan catgut 3/0 dan
dilakukan yang sama pada vas deferens
kontralateral.
IV. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Hematom
3. Infeksi
4. Granuloma sperma
5. Antibodi sperma
6. Abses punting vas deferens
103
7. Kegagalan
104
2. Vas deferens kiri
a. Sisipkan jari tengah tangan kiri kebawah skrotum dari
arah kiri akseptor untuk mengenali dan fiksasi vas
deferens kiri.
b. Selanjutnya sama dengan 3d dan 3c diatas.
Kegagalan Vasektomi
Kegagalannya 0,3 – 1,2 % yang disebabkan oleh :
1. Rekanalisasi spontan
2. Salah potong, bukan vas deferens tapi vena
3. Kelainan bawaan misalnya vas deferensnya 2 buah
REKANALISASI
106