BUPATI SAMPANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG
TENTANG
BUPATI SAMPANG,
2.Undang-Undang…..
- 2-
11.Undang-Undang…..
- 3-
21.Peraturan…..
- 4-
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1…..
- 7-
Pasal 1
16.Wilayah…..
- 8-
16. Wilayah Kabupaten Sampang adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan
berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional di Kabupaten
Sampang.
17. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa
kecamatan.
18. Pusat Kegiatan Lokal promosi yang selanjutnya disingkat PKLp adalah pusat
kegiatan yang dipromosikan untuk kemudian hari dapat ditetapkan sebagai
PKL.
19. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau
beberapa desa.
20. Pusat Pelayanan Lingkungan atau disingkat PPL merupakan pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
21. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi
lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di
bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali
jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
22. Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di
dalamnya.
23. Wilayah Sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumberdaya air dalam
satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya
kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.
24. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak
sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di
darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
25. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/
jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka,
tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang
sengaja ditanam.
26.Kawasan…..
- 9-
26. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan
sumberdaya buatan.
27. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia dan sumberdaya buatan.
28. Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial dan kegiatan ekonomi.
29. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian
termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
30. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang meliputi satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis.
31. Kawasan Strategis Propinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
propinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
32. Kawasan Strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
Kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.
33. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan
lindung baik berupa kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal/ lingkungan hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
34. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
35. Kawasan pariwisata terdiri atas wisata alam di dalam kawasan konservasi;
wisata alam di luar kawasan konservasi; wisata rekreasi; wisata sejarah, budaya
dan religi.
36.Kawasan…..
- 10-
36. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan
dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha
Kawasan Industri.
37. Kawasan peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi
kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
38. Kawasan peruntukan pertambangan adalah wilayah yang memiliki sumber daya
bahan tambang yang berwujud padat, cair atau gas berdasarkan peta/data
geologi dan merupakan tempat dilakukannya seluruh tahapan kegiatan
pertambangan.
39. Kawasan budidaya pertanian adalah wilayah budidaya memiliki potensi
budidaya komoditas memperhatikan kesesuaian lahan dan agroklimat, efisiensi
dan efektifitas usaha pertanian tertentu yang tidak dibatasi wilayah
administrasi.
40. Lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah lahan yang dikelola untuk
budidaya pertanian ramah Iingkungan yang mampu mencapai produktivitas
dan keuntungan optimal dengan tetap selalu menjaga kelestarian sumberdaya
lahan dan Iingkungan.
41. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional
yang digunakan untuk pertahanan.
42. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah adalah ketentuan-
ketentuan yang dibuat atau disusun dalam upaya mengendalikan pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten agar sesuai dengan RTRW kabupaten yang berbentuk
ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi untuk wilayah kabupaten.
43. Ketentuan peraturan zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang
persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya, dan disusun
untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana
rinci tata ruang.
44. Ketentuan perizinan adalah ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
pemerintah daerah kabupaten sesuai kewenangannya yang harus dipenuhi oleh
setiap pihak sebelum pemanfaatan ruang, yang digunakan sebagai alat dalam
melaksanakan pembangunan keruangan yang tertib sesuai dengan rencana tata
ruang yang telah disusun dan ditetapkan.
45.Ketentuan…..
- 11-
45. Ketentuan insentif dan disinsentif adalah perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
rencana tata ruang dan juga perangkat untuk mencegah, membatasi
pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana
tata ruang.
46. Arahan sanksi adalah arahan untuk memberikan sanksi bagi siapa saja yang
melakukan pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana
tata ruang yang berlaku.
47. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.
48. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain
dalam penataan ruang.
49. Peran serta masyarakat adalah berbagai kegiatan masyarakat, yang timbul atas
kehendak dan keinginan sendiri di tengah masyarakat untuk berminat dan
bergerak dalam penyelenggaraan penataan ruang.
50. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam
bidang penataan ruang.
51. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disingkat BKPRD
adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Kabupaten
Sampang dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Bupati dalam
koordinasi penataan ruang di daerah.
Bagian Kedua
Ruang Lingkup
Pasal 2
(1) Wilayah Kabupaten Sampang terdiri atas 14 (empat belas) kecamatan dengan
luas wilayah 1.233,03 (seribu dua ratus tiga puluh tiga koma nol tiga) kilometer
persegi.
(2) Luas tiap kecamatan di Kabupaten meliputi:
a. Wilayah Kecamatan Omben dengan luas 116,31 (seratus enam belas koma
tiga puluh satu) kilometer persegi;
b. Wilayah Kecamatan Kedungdung dengan luas 123,08 (seratus dua puluh
tiga koma nol delapan) kilometer persegi;
- 12-
c. Wilayah Kecamatan Robatal dengan luas 80,54 (delapan puluh koma lima
puluh empat) kilometer persegi;
d. Wilayah Kecamatan Jrengik dengan luas 65,35 (enam puluh lima koma tiga
puluh lima) kilometer persegi;
e. Wilayah Kecamatan Ketapang dengan luas 125,28 (seratus dua puluh lima
koma dua puluh delapan) kilometer persegi;
f. Wilayah Kecamatan Torjun dengan luas 44,20 (empat puluh empat koma
dua puluh) kilometer persegi;
g. Wilayah Kecamatan Pengarengan dengan luas 42,69 (empat puluh dua koma
enam puluh sembilan) kilometer persegi;
h. Wilayah Kecamatan Karangpenang dengan luas 84,25 (delapan puluh empat
koma dua puluh lima) kilometer persegi;
i. Wilayah Kecamatan Tambelangan dengan luas 89,97 (delapan puluh
sembilan koma sembilan puluh tujuh) kilometer persegi;
j. Wilayah Kecamatan Camplong dengan luas 69,93 (enam puluh sembilan
koma sembilan puluh tiga) kilometer persegi;
k. Wilayah Kecamatan Sreseh dengan luas 71,95 (tujuh puluh satu koma
sembilan puluh lima) kilometer persegi;
l. Wilayah Kecamatan Sampang dengan luas 70,01 (tujuh puluh koma nol
satu) kilometer persegi;
m. Wilayah Kecamatan Sokobanah dengan luas 108,51 (seratus delapan koma
lima puluh satu) kilometer persegi; dan
n. Wilayah Kecamatan Banyuates dengan luas 141,23 (seratus empat puluh
satu koma dua puluh tiga) kilometer persegi.
(3) Batas wilayah Kabupaten meliputi:
a. sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa;
b. sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Madura;
c. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan; dan
d. sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bangkalan.
BAB II
ASAS, VISI, MISI, TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu.....
- 13-
Bagian Kesatu
Asas Penataan Ruang
Pasal 3
Bagian Kedua
Visi dan Misi penataan Ruang
Pasal 4
(1) Visi penataan ruang kabupaten adalah terwujudnya ruang wilayah Kabupaten
Sampang melalui pengembangan agribisnis, industri dan pariwisata dengan
memperhatikan lingkungan hidup.
(2) Misi penataan ruang kabupaten adalah:
a. Mewujudkan struktur ruang melalui pembangunan infrastruktur dan
kawasan perkotaan guna mendukung pengembangan agribisnis, industri
dan pariwisata sera mengurangi kesenjangan wilayah utara, tengah dan
selatan;
b. Mewujudkan sektor pertanian melalui kegiatan agropolitan, industri dan
pariwisata dengan komoditas unggulan yang khas, berdaya jual serta
berdaya saing;
c. Mewujudkan penyediaan sarana dan prasarana di perkotaan dan perdesaan
untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih produktif dan
mandiri serta berdaya-saing tinggi dan mendukung pengembangan
agropolitan, industri dan pariwisata;
d. Mewujudkan terciptanya kepastian hukum dalam kegiatan usaha sesuai
rencana tata ruang serta mendorong peluang investasi produktif; dan
e. Mengembangan sumber daya alam Kabupaten Sampang untuk mendukung
perkembangan ekonomi yang lestari dan berkelanjutan.
Bagian Ketiga…..
- 14-
Bagian Ketiga
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 5
Bagian Keempat
Kebijakan Penataan Ruang
Pasal 6
Bagian Kelima
Strategi Penataan Ruang
Pasal 7…..
- 15-
Pasal 7
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 8
Bagian Kedua
Sistem Pusat Kegiatan
Pasal 9…..
- 18-
Pasal 9
Sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a
meliputi:
a. sistem perkotaan;
b. sistem perdesaan; dan
c. peran pusat kegiatan.
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
(1) Peran pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c meliputi:
a. PKL dengan peran sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pelayanan sosial
dan ekonomi, permukiman perkotaan, perdagangan, industri, perikanan,
pendidikan tinggi, perhubungan, dan pariwisata;
b. PKLp dengan peran sebagai pusat pengembangan pelayanan sosial dan
ekonomi, pengembangan permukiman perkotaan, perdagangan, industri,
pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan, perkebunan, riset
perikanan, pelestarian sumber daya alam, konservasi, perhubungan,
pariwisata dan pertambangan;
c. PPK dengan peran sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan pusat
pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan; dan
d. PPL dengan peran sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi skala lingkungan.
(2) Pengembangan fasilitas kawasan ditentukan sesuai jumlah penduduk, fungsi
kawasan, dan mengikuti Standar Nasional Indonesia.
Bagian Ketiga.....
- 20-
Bagian Ketiga
Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pasal 13
Sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1)
huruf b terdiri atas:
a. sistem prasarana utama; dan
b. sistem prasarana lainnya.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi
Pasal 14
Pasal 15
Pasal 16
(2) Jaringan jalan nasional sebagai jalan arteri primer sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
1. ruas jalan batas Kabupaten Bangkalan - Torjun;
2. ruas jalan Torjun – batas Kota Sampang;
3. ruas jalan Sudirman;
4. ruas jalan Wahid Hasyim;
5. ruas jalan Jagung Suprapto;
6. ruas jalan batas Kota Sampang – batas Kabupaten Pamekasan;
7. ruas jalan K.H. Hasyim Ashari;
8. ruas jalan Trunojoyo;
9. ruas jalan P.Diponegoro; dan
10. ruas jalan H. Agus Salim.
(3) Jaringan jalan strategis nasional rencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b berupa ruas jalan Modung-Sampang;
(4) Jaringan jalan propinsi sebagai jalan kolektor primer sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. ruas jalan batas kabupaten Bangkalan-Ketapang;
b. ruas jalan Ketapang-batas Kota Pamekasan;
c. ruas jalan Kusuma Bangsa;
d. ruas jalan Sampang-Ketapang;
e. ruas jalan Imam Bonjol;
f. ruas jalan Sampang-Omben; dan
g. ruas jalan Omben-batas Kabupaten Pamekasan.
(5) Jaringan jalan strategis propinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
meliputi:
a. Ragung-Torjun; dan
b. Sampang-Ragung.
(6) Jaringan jalan kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. pengembangan jalan kolektor sekunder dan lokal sekunder menuju kawasan
sentra industri, kawasan agropolitan, dan kawasan pariwisata.
b. pembangunan jalan lingkar selatan melalui Kecamatan Sampang –
Kecamatan Pengarengan – Kecamatan Torjun; dan
c. peningkatan jalan utama antar desa.
(7) Jalan dan jembatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. pembangunan jalan akses ke Jembatan Sreseh-Pangarengan; dan
b. pengembangan jembatan Sreseh – Pengarengan.
- 22-
(8) Lokasi terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas:
a. terminal terdiri atas:
1. terminal penumpang meliputi:
a) pengembangan terminal penumpang tipe B berada di Kecamatan
Torjun atau di Kecamatan Sampang; dan
b) pengembangan terminal penumpang tipe C di PKLp dan Kecamatan
Omben.
2. terminal barang meliputi:
a) Kecamatan Camplong; dan
b) Kecamatan Pengarengan.
b. alat pengawasan dan perawatan jalan berupa jembatan timbang berada di
Kecamatan Jrengik;
c. unit pengujian kendaraan bermotor berada di Kecamatan Sampang; dan
d. unit bengkel umum pengujian kendaraan bermotor di Kecamatan Sampang.
(9) Pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf f meliputi:
a. jaringan trayek angkutan penumpang umum antar kota dalam propinsi
meliputi:
1. Sampang – Bangkalan – Kamal; dan
2. Sampang – Pamekasan - Sumenep.
b. jaringan trayek angkutan penumpang umum pedesaan meliputi:
1. Sampang – Kedungdung – Robatal – Ketapang ;
2. Sampang – Kedungdung – Robatal – Karangpenang;
3. Sampang – Omben – Karangpenang – Sokobanah;
4. Ketapang – Banyuates;
5. Sampang – Pengarengan – Torjun; dan
6. Sampang – Torjun – Jrengik – Tambelangan – Kedungdung.
c. jaringan trayek angkutan penumpang umum perbatasan meliputi:
1. Omben – Pamekasan;
2. Kedungdung – Tambelangan – Blega – Sreseh;
3. Sampang– Pangarengan – Torjun – Sreseh; dan
4. Banyuates – Ketapang – Sokobanah – Tamberuh.
d. jaringan lintas angkutan barang melalui Kabupaten Bangkalan – Kabupaten
Sampang – Kabupaten Pamekasan.
- 23-
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
Paragraf 2
Sistem Jaringan Energi
Pasal 20
(1) Sistem jaringan energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf a meliputi:
a. pembangkit tenaga listrik;
b. jaringan transmisi tenaga listrik; dan
c. pelayanan energi listrik.
- 24-
(2) Pembangkit tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) berada di
Kecamatan Banyuates;
b. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) meliputi:
1. Kecamatan Karangpenang;
2. Kecamatan Sampang;
3. Kecamatan Omben;
4. Kecamatan Tambelangan;
5. Kecamatan Kedungdung;
6. Kecamatan Banyuates;
7. Kecamatan Sokobanah; dan
8. Kecamatan Ketapang.
c. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Angin meliputi:
1. Kecamatan Pengarengan;
2. Kecamatan Sreseh;
3. Kecamatan Camplong;
4. Kecamatan Sokobanah; dan
5. Kecamatan Sampang.
d. pengembangan biogas kotoran ternak meliputi:
1. Kecamatan Ketapang;
2. Kecamatan Jrengik;
3. Kecamatan Sokobanah;
4. Kecamatan Kedungdung;
5. Kecamatan Sampang; dan
6. Kecamatan Banyuates.
(3) Jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. SUTT yang melewati Kecamatan Jrengik –Kecamatan Torjun – Kecamatan
Sampang - Kecamatan Camplong;
b. rencana pengembangan SUTT yang melewati Kecamatan Banyuates –
Kecamatan Ketapang – Kecamatan Sokobanah;
c. gardu induk berada di Kecamatan Sampang.
(4) Pelayanan energi listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
a. peningkatan daya energi listrik pada daerah-daerah pusat pertumbuhan dan
daerah pengembangan;
- 25-
Paragraf 3
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 21
Paragraf 4
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 22
(1) Sistem jaringan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf c
terdiri atas:
- 26-
Paragraf 5
Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan
Pasal 23…..
- 30-
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25…..
- 31-
Pasal 25
Pasal 26
(1) Sistem pelayanan air bersih sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf c
terdiri atas:
a. air baku untuk air bersih; dan
b. sistem pelayanan air minum.
(2) Air baku untuk air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. sumber air Banyuanyar;
b. sumber air Omben;
c. sumber air Sumber Payung Ketapang; dan
d. sumber-sumber air baku lainnya.
(3) Sistem pelayanan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. peningkatan kapasitas produksi instalasi pengolahan air minum;
b. perluasan jaringan pelayanan yang ada sampai wilayah pelosok;
c. pemanfaatan secara optimal keberadaan sumur dan sumber air di wilayah
pelosok; dan
d. pemanfaatan teknologi pengolahan air.
Pasal 27
Pasal 28
(1) Jalur dan ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
huruf e meliputi:
a. penyediaan jalur keluar proses evakuasi akibat dampak bencana alam
banjir; dan
b. penyediaan ruang evakuasi bencana banjir.
(2) Penyediaan jalur keluar proses evakuasi akibat dampak bencana alam banjir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. meningkatkan aksesibilitas menuju Desa Gunung Maddah berada di sebelah
timur perkotaan Sampang; dan
b. meningkatkan aksesbilitas menuju Lapangan Wijaya Kusuma berada di
Kelurahan Gunungsekar Kecamatan Sampang.
(3) Penyediaan ruang evakuasi bencana banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. ruang bencana di wilayah timur perkotaan Sampang berada di Desa Gunung
Maddah; dan
b. ruang bencana di wilayah barat perkotaan Sampang berada di Lapangan
Wijaya Kusuma.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 29
Bagian Kedua…..
- 33-
Bagian Kedua
Kawasan Lindung
Pasal 30
Kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf a meliputi:
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
d. kawasan rawan bencana alam;
e. kawasan lindung geologi; dan
f. kawasan lindung lainnya.
Pasal 31
Pasal 32
(2) Sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
sempadan berjarak sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di dalam kawasan
perkotaan dan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter di luar kawasan
perkotaan dengan luas kurang lebih 4.717 (empat ribu tujuh ratus tujuh belas)
hektar.
(3) Sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa kawasan
daratan sepanjang tepian pantai dengan jarak sekurang-kurangnya 100
(seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat dengan luas kurang
lebih 860 (delapan ratus enam puluh) hektar meliputi:
a. Kecamatan Sreseh;
b. Kecamatan Pengarengan;
c. Kecamatan Sampang;
d. Kecamatan Camplong;
e. Kecamatan Banyuates;
f. Kecamatan Ketapang; dan
g. Kecamatan Sokobanah.
(4) Kawasan sekitar waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berupa
kawasan sepanjang perairan berjarak sekurang-kurangnya 50 (lima puluh)
meter dari titik pasang tertinggi dengan luas kurang 129 (seratus dua puluh
sembilan) hektar meliputi:
a. waduk Klampis berada di Kecamatan Kedungdung; dan
b. waduk Nipah berada di Kecamatan Banyuates.
(5) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa
kawasan berjarak sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter sekeliling mata air
di luar kawasan permukiman dan 100 (seratus) meter sekeliling mata air di
dalam kawasan permukiman dengan luas kurang lebih 900 (sembilan ratus)
hektar berupa 86 (delapan puluh enam) mata air di Kabupaten.
(6) Sempadan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e berupa kawasan
sepanjang kanan-kiri saluran irigasi primer dan sekunder berjarak sekurang-
kurangnya sama dengan kedalaman saluran irigasi untuk saluran irigasi tidak
bertanggul dan berjarak sekurang-kurangnya sama dengan ketinggian tanggul
untuk saluran irigasi bertanggul.
(7) Ruang terbuka hijau (RTH) perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f dengan luas minimal 30 % (tiga puluh persen) dari luas kawasan
perkotaan dengan luas kurang lebih 7.879 (tujuh ribu delapan ratus tujuh
puluh sembilan) hektar terdiri atas:
- 35-
Pasal 33
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 huruf c terdiri atas:
a. kawasan pantai berhutan bakau; dan
b. cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(2) Kawasan pantai berhutan bakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dengan luas kurang lebih 824 (delapan ratus dua puluh empat) hektar meliputi:
a. Kecamatan Camplong;
b. Kecamatan Sampang;
c. Kecamatan Pengarengan; dan
d. Kecamatan Sreseh.
(3) Cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi:
a. Situs Ratu Ebu berada di Kecamatan Sampang;
b. Situs Pababaran Trunojoyo di Kecamatan Sampang;
c. Situs Makam Ratu Ebu (Madegan) di Kecamatan Sampang;
d. Sumur Tujuh Petilasan Pangeran Panji Laras di Kecamatan Sampang;
e. Situs Sumur Daksan di Kecamatan Sampang;
f. Situs Makam Pangeran Santo Merto di Kecamatan Sampang;
- 36-
Pasal 34
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf d
terdiri atas:
a. daerah rawan gelombang pasang;
b. daerah rawan banjir; dan
c. daerah rawan longsor.
(2) Daerah rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. Kecamatan Camplong;
b. Kecamatan Sokobanah; dan
c. Kecamatan Ketapang.
(3) Daerah rawan banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berada di
Kecamatan Sampang.
(4) Daerah rawan longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Kecamatan Kedungdung;
b. Kecamatan Omben;
c. Kecamatan Sampang; dan
d. Kecamatan Robatal.
Pasal 35
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf e terdiri
atas:
a. kawasan rawan bencana alam geologi; dan
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah.
(2) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. Kawasan rawan bencana gerakan tanah meliputi:
1. Kecamatan Omben;
2. Kecamatan Kedungdung;
- 37-
3. Kecamatan Jrengik;
4. Kecamatan Tambelangan;
5. Kecamatan Ketapang;
6. Kecamatan Sokobanah;
7. Kecamatan Camplong;
8. Kecamatan Karang Penang; dan
9. Kecamatan Robatal.
b. Kawasan rawan bencana abrasi pantai meliputi:
1. Kecamatan Camplong;
2. Kecamatan Sampang;
3. Kecamatan Sokobanah;
4. Kecamatan Ketapang; dan
5. Kecamatan Sreseh.
(3) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. kawasan sempadan mata air meliputi:
1. Kecamatan Omben;
2. Kecamatan Kedungdung;
3. Kecamatan Robatal;
4. Kecamatan Jrengik;
5. Kecamatan Torjun;
6. Kecamatan Karangpenang;
7. Kecamatan Tambelangan;
8. Kecamatan Camplong;
9. Kecamatan Sampang;
10. Kecamatan Sokobanah; dan
11. Kecamatan Banyuates.
b. kawasan imbuhan air tanah meliputi:
1. Kecamatan Kedungdung;
2. Kecamatan Sampang;
3. Kecamatan Tambelangan;
4. Kecamatan Omben; dan
5. Kecamatan Robatal.
Pasal 36…..
- 38-
Pasal 36
(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 huruf f terdiri
atas
a. kawasan terumbu karang; dan
b. kawasan koridor bagi jenis satwa yang dilindungi.
(2) Kawasan terumbu karang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
kawasan perlindungan terumbu karang dengan luas kurang lebih 50 (lima
puluh) hektar berada di Pulau Mandangin.
(3) Kawasan koridor bagi jenis satwa yang dilindungi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b berupa Hutan Kera Nepa di Kecamatan Banyuates.
Bagian Ketiga
Kawasan Budidaya
Pasal 37
Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf b terdiri
atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perikanan;
e. kawasan peruntukan pertambangan;
f. kawasan peruntukan industri;
g. kawasan peruntukan pariwisata;
h. kawasan peruntukan permukiman; dan
i. kawasan peruntukan lainnya.
Pasal 38
d. Kecamatan Ketapang;
e. Kecamatan Omben;
f. Kecamatan Sampang;
g. Kecamatan Sokobanah;
h. Kecamatan Tambelangan; dan
i. Kecamatan Torjun.
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
3. Kecamatan Sreseh;
4. Kecamatan Pengarengan;
5. Kecamatan Jrengik; dan
6. Kecamatan Banyuates.
c. peruntukan perikanan tangkap berupa perairan pesisir Kabupaten meliputi:
1. Kecamatan Sampang;
2. Kecamatan Camplong;
3. Kecamatan Pengarengan;
4. Kecamatan Sreseh;
5. Kecamatan Sokobanah;
6. Kecamatan Banyuates; dan
7. Kecamatan Ketapang.
Pasal 42
1. Kecamatan Ketapang;
2. Kecamatan Sokobanah;
3. Kecamatan Robatal; dan
4. Kecamatan Camplong.
c. pertambangan phospat meliputi:
1. Kecamatan Jrengik;
2. Kecamatan Torjun;
3. Kecamatan Sampang;
4. Kecamatan Camplong;
5. Kecamatan Omben;
6. Kecamatan Kedungdung;
7. Kecamatan Ketapang; dan
8. Kecamatan Sokobanah.
d. pertambangan kalsit meliputi:
1. Kecamatan Sampang;
2. Kecamatan Kedungdung;
3. Kecamatan Omben; dan
4. Kecamatan Jrengik.
e. pertambangan kuarsa meliputi:
1. Kecamatan Sokobanah;
2. Kecamatan Jrengik; dan
3. Kecamatan Tambelangan.
f. pertambangan sirtu meliputi:
1. Kecamatan Camplong;
2. Kecamatan Sampang;
3. Kecamatan Banyuates;
4. Kecamatan Ketapang;
5. Kecamatan Jrengik;
6. Kecamatan Torjun; dan
7. Kecamatan Kedungdung.
g. pertambangan tanah liat meliputi:
1. Kecamatan Omben;
2. Kecamatan Karangpenang; dan
3. Kecamatan Robatal.
(4) Pertambangan batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Kecamatan Ketapang; dan
- 44-
b. Kecamatan Banyuates.
(5) Kawasan pertambangan migas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. potensi migas lepas pantai meliputi:
1. Kecamatan Camplong;
2. Kecamatan Sampang;
3. Kecamatan Pengarengan;
4. Kecamatan Sokobanah;
5. Kecamatan Banyuates;
6. Kecamatan Ketapang; dan
7. Kecamatan Sreseh.
b. potensi migas daratan tersebar di seluruh Kecamatan.
Pasal 43
e. Kecamatan Pengarengan.
(5) Industri kecil dan/atau mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
terdiri atas:
a. industri genteng meliputi:
1. Kecamatan Torjun;
2. Kecamatan Kedungdung;
3. Kecamatan Karang Penang;
4. Kecamatan Robatal; dan
5. Kecamatan Omben.
b. industri anyaman bambu meliputi:
1. Kecamatan Sampang;
2. Kecamatan Camplong;
3. Kecamatan Torjun;
4. Kecamatan Omben; dan
5. Kecamatan Sokobanah.
c. industri batik tulis meliputi:
1. Kecamatan Camplong;
2. Kecamatan Banyuates;
3. Kecamatan Sampang;
4. Kecamatan Jrengik; dan
5. Kecamatan Ketapang.
d. industri garam meliputi:
1. Kecamatan Sreseh;
2. Kecamatan Pangarengan;
3. Kecamatan Sampang;
4. Kecamatan Camplong;
5. Kecamatan Jrengik;
6. Kecamatan Banyuates; dan
7. Kecamatan Torjun.
e. industri ranjang pale’, bata merah, gerabah, tempe, dan mebel berada di
Kecamatan Sampang;
f. industri pandai besi meliputi:
1. Kecamatan Banyuates;
2. Kecamatan Kedungdung;
3. Kecamatan Sokobanah; dan
4. Kecamatan Omben.
- 46-
Pasal 44
Pasal 45…..
- 48-
Pasal 45
l. Kecamatan Banyuates;
m. Kecamatan Robatal; dan
n. Kecamatan Karangpenang.
Pasal 46
(5) Kawasan pesisir dan pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
berupa wilayah hingga batas kewenangan perairan pesisir Kabupaten meliputi:
a. wilayah pesisir utara meliputi:
1. Kecamatan Banyuates;
2. Kecamatan Ketapang; dan
3. Kecamatan Sokobanah.
b. wilayah pesisir selatan meliputi:
1. Kecamatan Camplong;
2. Kecamatan Sampang;
3. Kecamatan Pengarengan; dan
4. Kecamatan Sreseh.
c. Pulau Mandangin.
(6) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e meliputi:
a. Komando Distrik Militer (Kodim) berada di Kecamatan Sampang; dan
b. Komando Rayon Militer (Koramil) berada di tiap kecamatan.
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 47
(4) Rencana penetapan kawasan strategis digambarkan dalam peta dengan tingkat
ketelitian 1:50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Strategis Kepentingan Ekonomi
Pasal 48
4. Kecamatan Jrengik;
5. Kecamatan Torjun; dan
6. Kecamatan Sreseh.
d. sentra industri kecil ranjang pale, bata merah, gerabah, tempe, dan mebel
berada di Kecamatan Sampang;
e. sentra industri kecil pagar besi meliputi:
1. Kecamatan Sampang;
2. Kecamatan Omben;
3. Kecamatan Jrengik; dan
4. Kecamatan Banyuates.
f. sentra industri kecil petis meliputi:
1. Kecamatan Sampang;
2. Kecamatan Camplong; dan
3. Kecamatan Ketapang.
c. Kawasan agropolitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d berupa
Kawasan Agropolitan Banyuates-Tambelangan-Ketapang dengan struktur
agropolitan terdiri atas:
a. kota tani utama berada di Kecamatan Banyuates;
b. pusat distrik agropolitan meliputi:
1. Kecamatan Ketapang; dan
2. Kecamatan Tambelangan.
c. kawasan sentra produksi berupa desa-desa penghasil komoditi meliputi:
1. Kecamatan Ketapang;
2. Kecamatan Banyuates; dan
3. Kecamatan Tambelangan.
(5) Kawasan pengeboran minyak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
berupa kawasan ekplorasi minyak meliputi:
a. Kecamatan Kedungdung;
b. Kecamatan Robatal; dan
c. lepas pantai Kecamatan Camplong.
(6) Kawasan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f berupa kawasan
industri berada di Kecamatan Banyuates.
(7) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g terdiri atas:
a. kawasan wisata alam; dan
b. wisata budaya Kabupaten.
(8) Kawasan perbatasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h meliputi:
- 53-
Bagian Ketiga
Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya
Pasal 49
Bagian Keempat
Pasal 50
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 51
(7) Matrik indikasi program utama tercantum dalam Lampiran V yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 52
Pasal 53
Pasal 54
Bagian Ketiga…..
- 59-
Bagian Ketiga
Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Pasal 55
(1) Perwujudan rencana pola ruang kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal
51 ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. perwujudan kawasan lindung; dan
b. perwujudan kawasan budidaya.
(2) Perwujudan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
mencakup kegiatan:
a. koordinasi, identifikasi, inventarisasi, penegasan, dan penetapan kawasan
lindung;
b. pemantauan dan pengendalian kawasan lindung;
c. pengelolaan kawasan hulu DAS secara terpadu; dan
d. pelaksanaan pembangunan berbasis manajemen resiko pada kawasan
rawan bencana.
(3) Perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. perwujudan kawasan budidaya hutan produksi;
b. perwujudan kawasan budidaya hutan rakyat;
c. perwujudan kawasan budidaya pertanian;
d. perwujudan kawasan budidaya perkebunan;
e. perwujudan kawasan budidaya perikanan;
f. perwujudan kawasan budidaya peternakan;
g. perwujudan kawasan budidaya pertambangan;
h. perwujudan kawasan budidaya industri;
i. perwujudan kawasan budidaya pariwisata;
j. perwujudan kawasan budidaya permukiman; dan
k. perwujudan kawasan budidaya peruntukan lainnya.
(4) Perwujudan kawasan budidaya hutan produksi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a mencakup kegiatan:
a. koordinasi, inventarisasi, dan penyusunan rencana strategis penanganan
lahan kritis pada kawasan budidaya; dan
b. penanganan, pemantauan, dan evaluasi penanganan lahan kritis.
- 60-
(5) Perwujudan kawasan budidaya hutan rakyat sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf b mencakup kegiatan:
a. koordinasi, inventarisasi dan penyusunan rencana strategis penanganan
lahan kritis pada kawasan budidaya; dan
b. penanganan, pemantauan, dan evaluasi penanganan lahan kritis.
(6) Perwujudan kawasan budidaya pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf c mencakup kegiatan:
a. penyusunan kebijakan revitalisasi pertanian;
b. perluasan areal sawah; dan
c. monitoring dan evaluasi revitalisasi pertanian.
(7) Perwujudan kawasan budidaya perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf d mencakup kegiatan:
a. pengembangan budidaya perkebunan yang lestari; dan
b. pengembangan perkebunan rakyat.
(8) Perwujudan kawasan budidaya perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf e meliputi:
a. pengembangan dan pengendalian kawasan perikanan air laut, payau, dan
tawar; dan
b. pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) meliputi:
1. Kecamatan Camplong;
2. Kecamatan Ketapang;
3. Kecamatan Banyuates;
4. Kecamatan Sokobanah;
5. Kecamatan Pengarengan; dan
6. Kecamatan Sreseh.
(9) Perwujudan kawasan budidaya peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf f mencakup kegiatan:
a. inventarisasi dan penetapan lokasi usaha peternakan dan kawasan sentra
produksi ternak; dan
b. penataan dan pengendalian lokasi usaha peternakan dan kawasan sentra
produksi ternak.
(10) Perwujudan kawasan budidaya pertambangan sebagaimana dimaksud ayat (3)
huruf g mencakup kegiatan:
a. penyusunan penelitian deposit mineral pertambangan dan minyak bumi;
b. pengembangan (eksplorasi dan eksploitasi) kawasan pertambangan;
c. pemantauan dan pengendalian kawasan usaha pertambangan;
- 61-
Bagian Keempat
Perwujudan Kawasan Strategis Kabupaten
Pasal 56
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN
RUANG WILAYAH KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 57
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Paragraf 1…..
- 64-
Paragraf 1
Umum
Pasal 58
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat
(1) huruf a disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang
berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang.
(2) Dalam ketentuan umum peraturan zonasi sesuai dengan rencana rinci tata
ruang dimaksud meliputi:
a. ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang wilayah;
b. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan lindung; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi kawasan budidaya.
Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Struktur Ruang
Wilayah
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62…..
- 67-
Pasal 62
Pasal 63
Pasal 64
Ketentuan umum peraturan zonasi sistem jaringan sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam pasal 59 huruf e meliputi:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai dengan tetap
menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
b.diperbolehkan…..
- 69-
Pasal 65
Pasal 66
Paragraf 3.....
- 71-
Paragraf 3
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Lindung
Pasal 67
Paragraf 4
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya
Pasal 68.....
- 76-
Pasal 68
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Paragraf 1
Umum
Pasal 69
(1) Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) huruf b
adalah proses administrasi dan teknis yang harus dipenuhi sebelum kegiatan
pemanfaatan ruang dilaksanakan mencakup:
a. izin prinsip;
b. izin lokasi;
c. izin penggunaan pemanfaatan tanah;
d. izin mendirikan bangunan; dan
- 82-
e. izin lainnya.
(2) Pelaksanaan prosedur izin pemanfaatan ruang dilaksanakan oleh Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu dengan mempertimbangkan rekomendasi hasil
forum koordinasi BKPRD.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan akan ditetapkan dengan peraturan
daerah dan/atau peraturan bupati.
Paragraf 2
Izin Prinsip
Pasal 70
(1) Izin prinsip sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a adalah
persetujuan pendahuluan yang diberikan kepada orang atau badan hukum
untuk menanamkan modal atau mengembangkan kegiatan atau pembangunan
di wilayah kabupaten, yang sesuai dengan arahan kebijakan dan alokasi
penataan ruang wilayah.
(2) Izin prinsip dipakai sebagai kelengkapan persyaratan teknis permohonan izin
lainnya, yaitu izin lokasi, izin penggunaan pemanfaatan tanah, izin mendirikan
bangunan, dan izin lainnya.
Paragraf 3
Izin Lokasi
Pasal 71
(1) Izin lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf b adalah izin
yang diberikan kepada pemohon untuk memperoleh ruang yang diperlukan
dalam rangka melakukan aktivitasnya.
(2) Izin lokasi diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. untuk luas 1 ha sampai 25 (dua puluh lima) hektar diberikan izin selama 1
(satu) tahun;
b. untuk luas lebih dari 25 (dua puluh lima) hektar sampai dengan 50 (lima
puluh) hektar diberikan izin selama 2 (dua) tahun; dan
c. untuk luas lebih dari 50 (lima puluh) hektar diberikan izin selama 3 (tiga)
tahun.
- 83-
Paragraf 4
Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah
Pasal 72
Paragraf 5
Izin Mendirikan Bangunan
Pasal 73
Izin Mendirikan Bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf d
adalah izin yang diberikan kepada pemilik bangunan untuk membangun baru,
mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan sesuai dengan
persyaratan administratif dan persyaratan teknis.
Paragraf 6
Izin Lainnya
Pasal 74
(1) Izin lainnya terkait pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69
ayat (1) huruf e berupa ketentuan izin terdiri atas:
a. usaha pertambangan;
b. perkebunan;
c. pariwisata;
d. industri;
e. izin penggunaan air tanah; dan
- 84-
Bagian Keempat
Ketentuan Pemberian Insentif dan Disinsentif
Paragraf 1
Umum
Pasal 75
Paragraf 2
Ketentuan Pemberian Insentif
Pasal 76
Pasal 77
(1) Insentif yang diberikan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan
rencana tata ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 ayat (1)
terdiri atas:
a. insentif yang diberikan pemerintah daerah kepada masyarakat dalam
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang;
b. insentif yang diberikan pemerintah daerah kepada pengusaha dan swasta
dalam pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang; dan
c. insentif yang diberikan pemerintah daerah kepada pemerintah desa dalam
wilayah kabupaten, atau dengan pemerintah daerah lainnya apabila dalam
pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
(2) Insentif yang diberikan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dapat diberikan:
a. keringanan biaya sertifikasi tanah;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur; dan
c. pemberian penghargaan kepada masyarakat.
(3) Insentif yang diberikan kepada pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan
kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dapat diberikan dalam bentuk:
a. kemudahan prosedur perizinan;
b. kompensasi;
c. subsidi silang;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
- 86-
Paragraf 3
Ketentuan Pemberian Disinsentif
Pasal 78
Bagian Kelima
Arahan Pengenaan Sanksi
Pasal 79
(1) Arahan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) huruf
d sebagai salah satu cara dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
- 87-
(2) Setiap orang atau badan hukum yang melakukan pelanggaran pemanfaatan
ruang dikenakan pidana sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan; dan
(3) Arahan sanksi dikenakan pelaku pembangunan yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah kabupaten meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana atau melangar
ketentuan umum peraturan zonasi;
b. pemanfaatan ruang tanpa izin yang diterbitkan berdasarkan RTRW
Kabupaten;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin yang diterbitkan
berdasarkan RTRW Kabupaten;
d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten; dan
e. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
Pasal 80
Pasal 81
2.apabila…..
- 91-
BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak Masyarakat
Pasal 82
Pasal 83
Pasal 84…..
- 93-
Pasal 84
Pasal 85
Dalam hal pengajuan keberatan, gugatan, dan tuntutan pembatalan izin, serta hak
memperoleh penggantian atas kegiatan pembangunan terkait pelaksanaan RTRW
Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 huruf d masyarakat berhak
mengajukan:
a. keberatan, tuntutan pembatalan izin, dan penghentian kegiatan kepada pejabat
berwenang terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten
dan rencana rincinya;
b. gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang izin apabila
kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten
menimbulkan kerugian;
c. tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang tidak sesuai
dengan RTRW Kabupaten kepada penjabat yang berwenang; dan
d. perolehan penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan RTRW Kabupaten
dan rencana rincinya.
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 86…..
- 94-
Pasal 86
Pasal 87
(1) Pemberian akses sebagaimana dimaksud dalam Pasal 86 huruf d adalah untuk
kawasan milik umum yang aksesibilitasnya memenuhi syarat:
a. untuk kepentingan masyarakat umum; dan
b. tidak ada akses lain menuju kawasan dimaksud.
(2) Kawasan milik umum tersebut, di antaranya adalah sumber air, pesisir pantai,
ruang terbuka publik, dan fasilitas umum lainnya sesuai ketentuan dan
perundang-undang yang berlaku.
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 88
Peran masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 huruf a
diakomodasi pemerintah daerah dalam proses:
a. penyusunan rencana tata ruang;
b. pemanfaatan ruang; dan
c. pengendalian pemanfaatan ruang.
Pasal 89…..
- 95-
Pasal 89
Dalam penyusunan rencana tata ruang, peran serta masyarakat dapat berbentuk:
a. bantuan masukan dalam identifikasi potensi dan masalah, memperjelas hak
atas ruang, dan penentuan arah pengembangan wilayah;
b. pemberian informasi, saran, pertimbangan, atau pendapat dalam penyusunan
strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang wilayah;
c. pengajuan keberatan terhadap rancangan rencana tata ruang;
d. kerja sama dalam penelitian dan pengembangan;
e. bantuan tenaga ahli; dan/atau
f. bantuan dana.
Pasal 90
Pasal 91
Pasal 92
Pelaksanaan tata cara hak, kewajiban, dan peran serta masyarakat dalam penataan
ruang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 93
BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 94
e.melakukan…..
- 97-
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 95
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 96
(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun yaitu tahun
2012 – 2032 dan dapat ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana
alam skala besar dan/atau perubahan batas teretorial provinsi yang di tetapkan
dengan peraturan perundang-undang, RTRW kabupaten dapat ditinjau kembali
lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(3) Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga dilakukan
apabila terjadi perubahan kebijakan nasional dan strategi yang mempengaruhi
pemanfaatan ruang kabupaten dan/atau dinamika internal kabupaten.
- 98-
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 97
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 98
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan pelaksanaan
yang berkaitan dengan penataan ruang di Kabupaten yang telah ada dinyatakan
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti berdasarkan
Peraturan Daerah ini.
- 99-
(2) Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sampang 2003-
2013 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 99
Ditetapkan di : Sampang
pada tanggal : 16 O k t o b e r 2012
BUPATI SAMPANG,
NOER TJAHJA
Diundangkan di : Sampang
Pada tanggal : 16 Oktober 2012
PENJELASAN
LAMPIRAN
1. Peta Orientasi Kabupaten Sampang.
2. Peta Administrasi Kabupaten Sampang.
3. Peta Tutupan Lahan Kabupaten Sampang.
4. Peta Rawan Bencana Kabupaten Sampang.
5. Peta Sebaran Penduduk Kabupaten Sampang.
6. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Sampang.
7. Peta Rencana Jaringan Prasarana Wilayah
Kabupaten Sampang
8. Tabel DI (Daerah Irigasi) di Kabupaten Sampang
sesuai Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
390 Tahun 2007.
9. Peta Rencana Pola Ruang.
10. Peta Kawasan Strategis.
11. Tabel Indikasi Program Utama.
12. Tabel Ketentuan Umum Peraturan Zonasi.