Anda di halaman 1dari 45

KEDOKTERAN KOMUNITAS

SKENARIO 1
KESEHATAN IBU, ANAK DAN REMAJA

KELOMPOK B10

Ketua : Muhammad Rachdian (1102010185)


Sekretaris : Sarah Kemalasari (1102010264)
Anggota : Mutiara Fadhila (1102010192)
Sabriyani Permatasari (1102010260)
Senja Wulan Nurrahmah (1102010266)
Shabira Aliyah (1102010267)
Siti Noor Fadhila (1102009269)
Yuni Adriani (1102010302)
Zuz Levioni (1102008268)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
TAHUN 2012/2013
KESEHATAN IBU, ANAK DAN REMAJA

Wanita umur 16 tahun, datang ke puskesmas diantar oleh teman lelakinya dengan
pendarahan segar dan banyak lewat jalan lahir sejak 1 hari yang lalu. Menurut
temannya, wanita tersebut merupakan kekasihnya yang sedang mengandung,
mereka telah berhubungan dekat sejak kelas 2 SMP.
Sebelumnya pasien pergi ke dukun untuk menggugurkan kandungan, diajak oleh
tetangganya yang pernah menggugurkan kandungan karena anaknya yang sudah
terlalu banyak dan masih kecil-kecil, pasien juga ada riwayat minum obat peluruh
haid atau obat penggugur kandungan, namun sayang keadaan pasien sudah tidak
dapat ditolong lagi saat tiba di puskesmas.
Dokter puskesmas mengatakan pasien memiliki risiko tinggi kehamilan dan
terlambat dibawa ke puskesmas, sehingga terlambat juga dilakukan penanganan.
Kondisi seperti ini ikut berkontribusi terhadap tingginya AKB (Angka Kematian
Bayi)/IMR (Infant Mortality Rate) akibat kehamilan dan persalinan di Indonesia.
Berdasarkan data SDKI 2007, AKI Indonesia 228/100.000 kelahiran hidup.
Dengan kejadian tersebut, kemudian puskesmas melakukan pencatatan untuk
audit kematian maternal perinatal terhadap pasien tersebut.
Dalam pandangan Islam, hubungan suami istri di luar pernikahan dan
menggugurkan kandungan tidak dibenarkan dalam agama.

2
KATA-KATA SULIT

1. SDKI : Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia


2. Kematian Maternal : Kematian wanita pada saat hamil
3. Kematian Perinatal : Kematian bayi

PERTANYAAN DAN JAWABAN


1. Apa saja faktor risiko tinggi kehamilan?
Usia, berat badan, tinggi badan, kelainan organ reproduksi, lifestyle
2. Apa yang menyebabkan tinginya AKB dan AKI?
Bayi prematur, penyakit selama kehamilan  AKB
Usia, pendarahan, riwayat sering melahirkan, asupan gizi  AKI
3. Bagaimana penanganan yang harus dilakukan dokter puskesmas?
Berusaha menyelamatkan ibu dan bayi, serta rujuk jika tidak memungkinkan
4. Mengapa pengguguran kandungan diharamkan oleh Islam?
Ada dalam Al-qur’an (seperti membunuh manusia)
5. Bagaimana seharusnya perilaku orangtua kepada anaknya?
Memberikan pengetahuan agama dan pendidikan yang baik
6. Apa yang dibutuhkan dalam pencatatan audit maternal perinatal?
Data-data AKB dan AKI
7. Perilaku berisiko penyebab keguguran?
Aktivitas berat, gizi buruk, penyakit ibu

HIPOTESIS
Ibu hamil usia muda dengan faktor risiko melakukan aborsi, terjadi pendarahan
sehingga telat diberikan penanganan mengakibatkan kematian ibu dan bayi
sehingga terjadi perubahan AKB dan AKI, lalu dilakukan pencatatan audit
kematian maternal perinatal dan didapatkan hasil yang meningkat.

3
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan yang Berisiko Pada Masa
Pubertas
a. Definisi Pubertas
b. Tahapan Perkembangan Masa Remaja
c. Perilaku Berisiko
d. Kesehatan Reproduksi Remaja
2. Memahami dan Menjelaskan Faktor Risiko Tinggi Kehamilan
a. Faktor Risiko Tinggi Kehamilan
b. Faktor Penyebab Risiko Tinggi Kehamilan
c. Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan dan AKI yang Tinggi
3. Memahami dan Menjelaskan Audit Maternal Perinatal
a. Definisi
b. Tujuan
c. Indikator Mortalitas
d. Kebijaksanaan dan Strategi
e. Langkah dan Kegiatan
f. Metode Pelaksanaan
g. Pencatatan dan Laporan
4. Memahami dan Menjelaskan Kehamilan pada Remaja
a. Definisi
b. Faktor yang Mempengaruhi
c. Dampak yang Terjadi
d. Penanggulangan
5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Hubungan Suami Istri
di Luar Pernikahan dan Aborsi
a. Hukum Zina
b. Hukum Aborsi

4
1. Memahami dan Menjelaskan Perilaku Kesehatan yang Berisiko Pada
Masa Pubertas
a. Definisi Pubertas
Beberapa pengertian mengenai pubertas yaitu:

1. Menurut Prawirohardjo (1999: 127) pubertas merupakan masa peralihan


antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
2. Menurut Soetjiningsih (2004: 134) pubertas adalah suatu periode
perubahan dari tidak matang menjadi matang.
3. Menurut Monks (2002: 263) pubertas adalah berasal dari kata puber yaitu
pubescere yang artinya mendapat pubes atau rambut kemaluan, yaitu
suatu tanda kelamin sekunder yang menunjukkan perkembangan seksual.
4. Menurut Root dalam Hurlock (2004) Pubertas merupakan suatu tahap
dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat–alat seksual dan
tercapai kemampuan reproduksi

Pubertas : periode terjadinya perubahan fisik,fisiologis serta kematangan


seksual secara pesat terutama pada masa awal remaja. Terjadi pada usia
11/12 dan 15/16 tahun.

Definisi Remaja berdasarkan usia :


Remaja : adolescence ; tumbuh menjadi dewasa (to grow into maturity) dan
didahului oleh fase pubertas.

Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok remaja adalah


sekitar 22% yang terdiri dari 50,9% remaja laki-laki dan 49,1% remaja
perempuan. Masa remaja, yakni usia antara usia 11 – 20 tahun adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut
masa peralihan

b. Tahapan Perkembangan Masa Remaja

5
Tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial
dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut :
1. Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 – 13 tahun.
Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai
berfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.
1. Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 – 16 tahun.
Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk
berkencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang
mendalam.
2. Masa remaja lanjut (late adolescence) : umur 17 – 20 tahun.
Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencari
teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa
cinta, pengungkapan kebebasan diri.

Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu.


Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai
batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara
berkesinambungan.

6
Perkembangan Biologis Remaja
 Perubahan hormonal ditandai dengan cepatnya pertumbuhan fisik
– Laki-laki : Perkembangan dada yang semakin bidang dan tubuh yang
semakin berotot
– Perempuan : Pinggulnya membesar dan munculnya lemak. Perempuan
dua tahun lebih cepat dibandingkan dengan anak laki laki
(Berk, 1998)

Perkembangan Psikologis Remaja


 Perkembangan identitas diri.
 Identitas diri: adalah pikiran pikiran dan perasaan yang dimiliki
mengenai diri (Gardner, 1992); bagaimana remaja mendeskripsi diri
secara terorganisir, merupakan ekspansi dari rasa harga diri (Berk, 1998)
 Mulai meninggalkan masa kecil yang tenang menuju masa dewasa yang
penuh persoalan
 Belajar untuk membuat keputusan sendiri dan sering bertentangan
dengan orang tua
 Biasanya gampang tersinggung dan sulit dimengerti
 Mulai ada privasi dan menjalin hubungan dengan lawan jenis

Perkembangan sosial

 Pengaruh teman sebaya sangat kuat


 Terbentuknya pengelompokan sosial

Tugas perkembangan masa remaja dan pubertas :


 Mencari relasi yang lebih matang dengan teman seusia (laki-perempuan)
 Mencapai peran sosial feminim atau maskulin
 Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif
 Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggungjawab secara
sosial
 Mencapai kemandirian secara emosional
 Mempersiapkan untuk karir ekonomi
 Mempersiapkan untuk menikah dan berkeluarga
 Memperoleh set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku

c. Perilaku Berisiko Remaja


Perilaku berisiko adalah perilaku yang dapat membahayakan aspek-aspek
psikososial sehingga remaja sulit berhasil dalam melalui masa
perkembangannya. Perilaku berisiko dilakukan remaja dengan tujuan
tertentu yaitu untuk dapat memenuhi perkembangan psikologisnya.

7
Beberapa hal berikut adalah faktor risiko untuk masa remaja mengalami
perilaku berisiko yaitu ;
a. Perubahan emosi menyebabkan remaja mudah tersinggung, mudah
menangis, cemas, frustasi dan sekaligus tertawa.
b. Perubahan intelegensi, sehingga menyebabkan remaja menjadi mudah
berfikir abstrak serta senang memberi kritik. Disamping itu remaja juga
mudah untuk mengetahui hal-hal baru, sehingga memunculkan perilaku
ingin mencoba-coba.
c. Keingintahuan yang tinggi, khususnya terkait dengan kesehatan
reproduksi remaja, mendorong ingin mencoba dalam bidang seks yang
merupakan hal yang sangat rawan, karena dapat membawa akibat yang
sangat buruk dan merugikan masa depan remaja, khususnya remaja putri.
d. Beberapa keadaan yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan remaja
antara lain adalah 1) masalah gizi, 2) masalah pendidikan, 3) masalah
lingkungan dan pekerjaan, 4) masalah seks dan seksualitas dan 5)
masalah kesehatan reproduksi remaja itu sendiri.

Tanda dan gejala perilaku remaja berisiko

a. Selalu ingin menang sendiri


b. Selalu memaksakan kehendaknya
c. Kebiasaan merokok
d. Agresif
e. Curiga
f. Mudah marah dan mudah tersinggung
g. Suka mencari alasan yang tidak logis
h. Sering pulang larut malam, bahkan terkadang suka menginap di rumah
teman dengan alasan yang cenderung di buat-buat
i. Berpenampilan tidak rapih, acuh tak acuh sampai tidak peduli terhadap
perawatan diri sendiri
j. Ada perubahan emosi atau mental secara tiba-tiba

Dampak perilaku remaja berisiko yang tidak diatasi

a. Dapat terjadi perilaku seks bebas pada remaja.


b. Terjadinya kehamilan diluar nikah
c. Dapat menjadi pengguna atau pengedar NAPZA
d. Perokok berat
e. Berperilaku kriminal yang menyebabkan konflik dalam keluarganya.
f. Cedera fisik

8
g. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada keluarga dengan perilaku
remaja berisiko

Perilaku menyimpang remaja


Masalah Remaja di Sekolah Remaja yang masih sekolah di SMP/ SMA
selalu mendapat banyak hambatan atau masalah yang biasanya muncul
dalam bentuk perilaku. Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi
para remaja di sekolah.

Perilaku Bermasalah (problem behavior)


Masalah perilaku yang dialami remaja di sekolah dapat dikatakan masih
dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain.
Dampak perilaku bermasalah yang dilakukan remaja akan menghambat
dirinya dalam proses sosialisasinya dengan remaja lain, dengan guru, dan
dengan masyarakat. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai
aktivitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku
bermasalah yang menyebabkan seorang remaja mengalami kekurangan
pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung
pada seorang remaja di sekolah akibat perilakunya sendiri.

Perilaku menyimpang (behaviour disorder)


Perilaku menyimpang pada remaja merupakan perilaku yang kacau yang
menyebabkan seorang remaja kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya
tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua remaja
mengalami behaviour disorder. Seorang remaja mengalami hal ini jika ia
tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri.
Perilaku menyimpang pada remaja akan mengakibatkan munculnya
tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab
behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu
menghantui dirinya.

Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment)


Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan remaja biasanya didorong oleh
keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa
mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan

9
melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah
pada remaja di sekolah menegah (SMP/SMA).

Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder)


Kecenderungan pada sebagian remaja adalah tidak mampu membedakan
antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah
munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari
aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua
tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya,
orangtua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia
memunculkan perilaku yang salah dan memberikan pujian atau hadiah
(reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang
remaja di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia
memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non
verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan
mempermainkan temannya. Selain itu, conduct disorder juga dikategorikan
pada remaja yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku
oposisi yang ditunjukkan remaja yang menjurus ke unsur permusuhan yang
akan merugikan orang lain.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder


Attention Deficit Hyperactivity Disorder yaitu anak yang mengalami
defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga
gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hiperaktif. Remaja
di sekolah yang hiperaktif biasanya mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan
tugasnya. Jika diajak berbicara, remaja yang hiperaktif tersebut tidak
memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hiperaktif sangat mudah
terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan
dalam bermain bersama dengan temannya.

Pencegahan

10
1. Promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan tentang pentingnya
memelihara kesehatan reproduksi pada remaja.
2. Pelibatan remaja dalam kelompok sebaya seperti peer kounselor atau
peer educator.
3. Pelibatan remaja dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan
di masyarakat.
4. Pelatihan remaja dalam keterampilan perilaku hidup sehat tentang
pencegahan masalah kesehatan remaja.

Perawatan

1. Pelibatan remaja dalam alternatif solusi masalah yang dihadapi.


2. Pelatihan keterampilan perilaku hidup sehat tentang penanganan masalah
yang dihadapi remaja.
3. Bimbingan dan konsultasi terhadap keluarga tentang alternatif solusi
berdasarkan kemampuan dan kebutuhan keluarga.
4. Konseling keluarga dan atau dengan remaja tentang masalah yang
dihadapinya.
5. Bimbingan antisipasi berbagai kejadian yang dapat terjadi pada remaja
dan keluarganya serta cara menghadapinya.

d. Kesehatan Reproduksi Remaja


Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja :
Kesehatan reproduksi à kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh
bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (WHO)

Prasyarat reproduksi sehat :


1. Supaya tidak terjadi kelainan anatomis – fisiologis à perempuan harus
memiliki rongga pinggul yang cukup besar untuk mempermudah
persalinan; memiliki kelenjar penghasil hormon reproduksi yang sehat à
Diperlukan gizi yang adekuat
2. Diperlukan landasan psikis yang kuat dan memadai à dimulai sejak bayi
3. Terbebas dari penyakit organ reproduksi
4. Dapat melewati masa hamil dengan aman

Masalah kesehatan reproduksi remaja:

1. Perkosaan

11
Kejahatan perkosaan ini biasanya banyak sekali modusnya. Korbannya
tidak hanya remaja perempuan, tetapi juga laki-laki (sodomi). Remaja
perempuan rentan mengalami perkosaan oleh sang pacar, karena
dibujuk dengan alasan untuk menunjukkan bukti cinta.
2. Free sex
Seks bebas ini dilakukan dengan pasangan atau pacar yang berganti-
ganti. Seks bebas pada remaja ini (di bawah usia 17 tahun) secara medis
selain dapat memperbesar kemungkinan terkena infeksi menular
seksual dan virus HIV (Human Immuno Deficiency Virus), juga dapat
merangsang tumbuhnya sel kanker pada rahim remaja perempuan.
Sebab, pada remaja perempuan usia 12-17 tahun mengalami perubahan
aktif pada sel dalam mulut rahimnya. Selain itu, seks bebas biasanya
juga dibarengi dengan penggunaan obat-obatan terlarang di kalangan
remaja. Sehingga hal ini akan semakin memperparah persoalan yang
dihadapi remaja terkait kesehatan reproduksi ini.
3. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
Hubungan seks pranikah di kalangan remaja didasari pula oleh mitos-
mitos seputar masalah seksualitas. Misalnya saja, mitos berhubungan
seksual dengan pacar merupakan bukti cinta atau mitos bahwa
berhubungan seksual hanya sekali tidak akan menyebabkan kehamilan.
Padahal hubungan seks sekalipun hanya sekali juga dapat menyebabkan
kehamilan selama si remaja perempuan dalam masa subur.
4. Aborsi
Aborsi merupakan keluarnya embrio atau janin dalam kandungan
sebelum waktunya. Aborsi pada remaja terkait KTD biasanya tergolong
dalam kategori aborsi provokatus atau pengguguran kandungan yang
sengaja dilakukan. Namun begitu, ada juga yang keguguran terjadi
secara alamiah atau aborsi spontan. Hal ini terjadi karena berbagai hal
antara lain karena kondisi si remaja perempuan yang mengalami KTD
umumnya tertekan secara psikologis, karena secara psikososial ia belum
siap menjalani kehamilan. Kondisi psikologis yang tidak sehat ini akan
berdampak pula pada kesehatan fisik yang tidak menunjang untuk
melangsungkan kehamilan.

2. Memahami dan Menjelaskan Faktor Risiko Tinggi Kehamilan

12
a. Faktor Risiko Tinggi Kehamilan
Faktor risiko kehamilan adalah sebuah keadaan dimana seorang wanita
hamil di perkirakan akan mengalami gangguan yang akan menganggu
kehamilannya dan berdampak pada wanita hamil tersebut ataupun bayi yang
sedang di kandungnya.

Kehamilan Risiko Rendah


Ibu hamil dengan kondisi kesehatan dalam keadaan baik dan tidak memiliki
faktor-faktor risiko berdasarkan klasifikasi risiko sedang dan risiko tinggi,
baik dirinya maupun janin yang dikandungnya. Contohnya adalah primipara
tanpa komplikasi, multipara tanpa komplikasi, dan persalinan spontan
dengan kehamilan prematur dan bayi hidup.

Kehamilan Risiko Sedang


Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor risiko tingkat
sedang, contohnya adalah ibu yang usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm, jarak kehamilan terlalu dekat (<
2 tahun), jumlah anak terlalu banyak (> 4 anak), kehamilan lebih bulan, dan
persalinan yang lama. Faktor ini dianggap nantinya akan mempengaruhi
kondisi ibu dan janin, serta memungkinkan terjadinya penyulit pada waktu
persalinan.

Kehamilan Risiko Tinggi


Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih dari satu faktor-faktor risiko tinggi,
antara lain adanya anemia pada ibu hamil, pernah gagal kehamilan
(keguguran), kehamilan kembar, kehamilan dengan kelainan letak,
pendarahan, dan penyakit pada ibu hamil (malaria, TB Paru, penyakit
jantung, DM, infeksi menular seksual pada kehamilan, eklampsia, pre
eklampsia,). Faktor risiko ini dianggap akan menimbulkan komplikasi dan
mengancam keselamatan ibu dan janin baik pada saat hamil maupun
persalinan nanti.

Bahaya Kehamilan Berisiko


Bahaya yang dapat ditimbulkan akibat ibu hamil dengan risiko adalah bayi
lahir belum cukup bulan, bayi lahir dengan BBLR, keguguran (abortus),
partus macet, perdarahan ante partum dan post partum, IUFD, keracunan
dalam kehamilan, kejang (Prawirohardjo, 2008)

13
b. Faktor Penyebab Risiko Tinggi Kehamilan
Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia, 80 % karena komplikasi
obstetri dan 20 % oleh sebab lainnya. Sedangkan penyebab tidak langsung
adalah “3 Terlambat” dan “4 Terlalu”.

3 faktor terlambat :
 Terlambat dalam mengambil keputusan
 Terlambat sampai ke tempat rujukan
 Terlambat dalam mendapat pelayanan di fasilitas kesehatan

4 faktor terlalu :
 Terlalu muda saat melahirkan (< 20 tahun)
 Terlalu tua saat melahirkan (> 35 tahun)
 Terlalu banyak anak (> 4 anak)
 Terlalu dekat jarak melahirkan (< 2 tahun)

c. Pencegahan Risiko Tinggi Kehamilan dan AKI yang Tinggi


Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat
penanganan yang adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko
tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga
dapat dilakukan tindakan pencegahan, antara lain: Sering memeriksakan
kehamilan sedini mungkin dan teratur, minimal 4x kunjungan selama masa
kehamilan yaitu: (a) Satu kali kunjungan pada triwulan pertama (tiga bulan
pertama). (b) Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan
keempat sampai bulan keenam). (c) Dua kali kunjungan pada triwulan
ketiga (bulan ketujuh sampai bulan kesembilan).

Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama kehamilan


dengan jarak satu bulan, untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru
lahir. Bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih
sering dan intensif. Makan makanan yang bergizi Asupan gizi seimbang
pada ibu hamil dapat meningkatkan kesehatan ibu dan menghindarinya dari
penyakit- penyakit yang berhubungan dengan kekurangan zat gizi.
Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil:
(a) Berdekatan dengan penderita penyakit menular. (b) Asap rokok dan
jangan merokok. (c) Makanan dan minuman beralkohol. (d) Pekerjaan berat.
(e) Penggunaan obat-obatan tanpa petunjuk dokter/bidan. (f) Pemijatan/urut

14
perut selama hamil. (g) Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu
hamil. Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi dan
mewaspadai penyakit apa saja pada ibu hamil. Segera periksa bila
ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi. Pemeriksaan
kehamilan dapat dilakukan di Polindes/bidan. desa, Puskesmas/Puskesmas
pembantu, rumah bersalin, rumah sakit pemerintah atau swasta.

Program, perencanaan, persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)

Suatu Kegiatan yang difasilitasi oleh Bidan di Desa dalam rangka


peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam
merencanakan Persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi
pada ibu hamil, termasuk perencanaan pemakaian alat kontrasepsi pasca
persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran
untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan
bayi baru lahir KB.

Tujuan Pemasangan Stiker P4K

 Penempelan stiker P4K di setiap rumah ibu hamil dimaksudkan agar ibu
hamil terdata, tercatat dan terlaporkan keadaannya oleh bidan dengan
melibatkan peran aktif unsur – unsur masyarakat seperti kader, dukun
dan tokoh masyarakat.

 Masyarakat sekitar tempat tinggal ibu mengetahui ada ibu hamil, dan
apabila sewaktu – waktu membutuhkan pertolongan, masyarakat siap
sedia untuk membantu. Dengan demikian, ibu hamil yang mengalami
komplikasi tidak terlambat untuk mendapat penanganan yang tepat dan
cepat.

Manfaat P4K

Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu


bersalin. Ibu nifas dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif

15
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan dan bayi
baru lahir bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat.

Mekanisme P4K

Langkah-langkah pelaksanaan P4K dengan Pemasangan Stiker

 Orientasi P4K dengan Stiker untuk pengelola program dan stakeholder


terkait di tingkat Propinsi, Kabupaten/Kota, Puskesmas.

 Sosialisasi di tingkat desa kepada kader, dukun, tokoh agama, tokoh


masyarakat, PKK serta lintas sektor di tingkat desa.

 Pertemuan bulanan di tingkat desa (Forum Desa Siaga, Forum KIA,


Pokja Posyandu ,dll) yang melibatkan Kades,Toma, Toga, Kader dengan
difasilitasi oleh BdD, yang dipimpin oleh kades.

 Mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa (setiap bulan)

16
 Membahas dan menyepakati calon donor darah, tranportasi dan
pembiayaan ( Jamkesmas, Tabulin )

 Membahas tentang pembiayaan pemberdayaan masyarakat (ADD,


PNPM, GSI, Pokjanal Posyandu, dll)

 BdD bersama dengan kader atau dukun melakukan kontak dengan ibu
hamil, suami dan keluarga untuk sepakat dalam pengisian stiker termasuk
pemakaian KB pasca persalinan

 BdD bersama kader Mengisi dan menempel Stiker di rumah ibu hamil.

 BdD Memberikan Konseling pada ibu hamil, suami dan keluarga tentang
P4K terutama dalam menyepakati isi dalam stiker sampai dengan KB
pasca persalinan yang harus tercatat dalam Amanah Persalinan yang
dilakukan secara bertahap yang di pegang oleh petugas kesehatan dan
Buku KIA yang di pegang langsung oleh ibu hamil, dll.

 BdD Memberikan Pelayanan saat itu juga sesuai dengan standar


ditambah dengan pemeriksaan laboratorium (Hb, Urine, bila endemis
malaria lakukan pemeriksaan apus darah tebal, PMTCT, dll)

 Setelah melayani , BdD merekap hasil pelayanan ke dalam pencatatan


Kartu Ibu, kohort ibu, PWS KIA, Peta sasaran Bumil, Kantong
Persalinan, termasuk kematian ibu , bayi lahir dan mati di wilayah desa
(termasuk dokter dan bidan praktek swasta di desa tsb)

 Melaporkan hasil tersebut setiap bulan ke Puskesmas

 Pemantauan Intensif dilakukan terus pada ibu hamil, bersalin dan nifas.

 Stiker dilepaskan sampai 40 hari pasca persalinan dimana ibu dan bayi
yang dilahirkan aman dan selamat

Peran Masyarakat/Kader/Dukun

 Membantu bidan dalam mendata jumlah ibu hamil di wilayah desa


binaan.

17
 Memberikan penyuluhan yang berhubungan dengan kesehatan ibu
(Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan dan sesudah melahirkan)

 Membantu Bidan dalam memfasilitasi keluarga untuk menyepakati isi


Stiker, termasuk KB Pasca melahirkan.

 Bersama dengan Kades, Toma membahas tentang masalah calon donor


darah, transportasi dan pembiayaan untuk membantu dalam menghadapi
kegawatdaruratan pada waktu hamil, bersalin dan sesudah melahirkan.

 Menganjurkan suami untuk mendampingi pada saat pemeriksaan


kehamilan, persalinan, dan sesudah melahirkan

 Menganjurkan Pemberian ASI eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan

3. Memahami dan Menjelaskan Audit Maternal Perinatal


a. Definisi
Pengembangan upaya peningkatan mutu pelayanan pada saat ini mengarah
kepada patient safety yaitu keselamatan dan keamanan pasien. Karena itu
penerapan patient safety sangat penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan dalam rangka globalisasi. Dalam World Health Assembly pada
tanggal 18 Januari 2002, WHO Excecutive Board yang terdiri dari 32 wakil
dari 191 negara anggota telah mengeluarkan suatu resolusi untuk
membentuk program patient safety. Isi dari program patient safety adalah :

1. Penetapan norma, standard dan pedoman global mengenai pengertian,


pengaturan dan pelaporan dalam melaksanakan kegiatan pencegahan
dan penerapan aturan untuk menurunkan resiko.
2. Merencanakan kebijakan upaya peningkatan pelayanan pasien berbasis
bukti dengan standard global, yang menitik beratkan terutama dalam
aspek produk yang aman dan praktek klinis yang aman sesuai dengan
pedoman, medical product dan medical devices yang aman digunakan
serta mengkreasikan budaya keselamatan dan keamanan dalam
pelayanan kesehatan dan organisasi pendidikan.
3. Mengembangkan mekanisme melalui akreditasi untuk mengakui
karakteristik provider pelayanan kesehatan bahwa telah melewati
benchmark untuk unggulan dalam keselamatan dan keamanan pasien

18
secara internasional. Dan yang terakhir adalah mendorong penelitian
terkait dengan patient safety.

Sesuai dengan isi program patient safety yang pertama, maka perlu
dilaksanakan Audit Maternal-Perinatal (AMP) sebagai salah satu upaya
pencegahan sekaligus penerapan aturan untuk menurunkan risiko kematian
ibu dan bayinya.

Audit maternal perinatal adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan


dan kematian ibu dan perinatal serta penatalaksanaannya, dengan
menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari suatu kelompok
terdekat, untuk mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling
tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA disuatu
wilayah.

Dengan demikian, kegiatan audit ini berorientasi pada peningkatan kualitas


pelayanan dengan pendekatan pemecahan masalah. Dalam kaitannya dengan
pembinaan, ruang lingkup wilayah dibatasi pada kabupaten/kota, sebagai
unit efektif yang mempunyai kemampuan pelayan obstetrik-perinatal dan
didukung oleh pelayanan KIA sampai ketingkat masyarakat.

Audit maternal perinatal nerupakan suatu kegiatan untuk menelusuri sebab


kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah
kesakitan dan kematian dimasa yang akan datang. Penelusuran ini
memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan antara faktor
penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan/kematian yang terjadi. Dengan
kata lain, istilah audit maternal perinatal merupakan kegiatan death and
case follow up.

Lebih lanjut kegiatan ini akan membantu tenaga kesehatan untuk


menentukan pengaruh keadaan dan kejadian yang mendahului
kesakitan/kematian. Dari kegiatan ini dapat ditentukan:
 Sebab dan faktor-faktor terkaitan dalam kesakitan/kematian ibu dan
perinatal
 Dimana dan mengapa berbagai sistem program gagal dalam mencegah
kematian
 Jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan

19
Audit maternal perinatal juga dapat berfungsi sebagai alat pemantauan dan
sistem rujukan. Agar fungsi ini berjalan dengan baik, maka dibutuhkan :

 Pengisian rekam medis yang lengkap dengan benar di semua tingkat


pelayanan kesehatan
 Pelacakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan puskesmas dengan cara
otopsi verbal, yaitu wawancara kepada keluarga atau orang lain yang
mengetahui riwayat penyakit atau gejala serta tindakan yang diperoleh
sebelum penderita meninggal sehingga dapat diketahui perkiraan sebab
kematian.

b. Tujuan
Tujuan umum audit maternal perinatal adalah meningkatkan mutu
pelayanan KIA di seluruh wilayah kabupaten/kota dalam rangka
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan perinatal.

Tujuan khusus audit maternal adalah :


 Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan
perinatal secara teratur dan berkesimnambungan, yang dilakukan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah atau swasta dan
puskesmas, rumah bersalin (RB), bidan praktek swasta atau BPS di
wilayah kabupaten/kota dan dilintas batas kabupaten/kota provinsi
 Menentukan intervensi dan pembinaan untuk masing-masing pihak yang
diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam
pembahasan kasus
 Mengembangkan mekanisme koordinasi antara dinas kesehatan
kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah/swasta, puskesmas, rumah sakit
bersalin dan BPS dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan
evaluasi terhadap intervensi yang disepakati

c. Indikator Mortalitas
1. Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR)
Konsep Dasar
Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang
menunjukkan berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun
tertentu untuk setiap 1000 penduduk. Angka ini disebut kasar sebab

20
belum memperhitungkan umur penduduk. Penduduk tua mempunyai
risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang
masih muda.

Kegunaan
Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana yang tidak
memperhitungkan pengaruh umur penduduk. Tetapi jika tidak ada
indikator kematian yang lain angka ini berguna untuk memberikan
gambaran mengenai keadaan kesejahteraan penduduk pada suatu tahun
yang bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran Kasar
akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan penduduk alamiah.

Definisi
Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kematian per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu
wilayah tertentu.

Cat
atan: P idealnya adalah "jumlah penduduk pertengahan tahun tertentu"
tetapi yang umumnya tersedia adalah "jumlah penduduk pada satu
tahun tertentu" maka jumlah dapat dipakai sebagai pembagi. Kalau ada
jumlah penduduk dari 2 data dengan tahun berurutan, maka rata-rata
kedua data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah tahun.

2. Age Specific Death Rate (ASDR = Angka Kematian Menurut


Umur)

3. Angka Kematian Bayi (AKB)

21
Konsep Dasar
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang
dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi
penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan
eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian


neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah
dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa
anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi
atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian


bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu
tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan
pengaruh lingkungan luar.

Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita


Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi
masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka
Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara
kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-
natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan
kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian
neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan
kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan
anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka
Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk
mengembangkan program imunisasi, serta program-program
pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program
penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak
dibawah usia 5 tahun.

Definisi

22
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia
dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

Catatan : K = Konstanta (1000)

 Angka kematian neo-natal

Definisi

Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi


berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu
tahun tertentu.

Catatan :

Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi umur 0-<1bulan

ΣD 0-<1bulan =Jumlah Kematian Bayi umur 0 - kurang 1 bulan pada


satu tahun tertentu di daerah tertentu.

Σlahir hidup = Jumlah Kelahiran hidup pada satu tahun tertentu di


daerah tertentu

K = 1000

 Angka kematian post neo-natal

Definisi

23
Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah
kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai
dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun
tertentu.

Rumus

Catatan :

Angka Kematian Post Neo-Natal = angka kematian bayi berumur 1


bulan sampai dengan kurang dari 1 tahun

ΣD 1bulan-<1tahun = Jumlah kematian bayi berumur satu bulan sampai


dengan kurang dari 1 tahun pada satu tahun tertentu & daerah tertentu

Σlahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu &
daerah tertentu

K = konstanta (1000)

4. Angka Kematian Balita (AKBa 0-5 tahun)

Konsep

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang
baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11
bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun.

Definisi

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun
selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada
pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi)

24
Rumus

Catatan :

Jumlah Kematian Balita (0-4)th = Banyaknya kematian anak berusia 0-


4 tahun pada satu tahun tertentu di daerah tertentu

Jumlah Penduduk Balita (0-4)th = jumlah penduduk berusia 0-4 tahun


pada pertengahan tahun tertentu di daerah tertentu

K = Konstanta, umumnya 1000

5. Angka Kematian Anak (AKA 1-5 tahun)

Konsep
Yang dimaksud dengan anak (1-4 tahun) disini adalah penduduk yang
berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau tepatnya 1 sampai dengan 4
tahun 11 bulan 29 hari.

Angka Kematian Anak mencerminkan kondisi kesehatan lingkungan


yang langsung mempengaruhi tingkat kesehatan anak. Angka Kematian
Anak akan tinggi bila terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk,
kebersihan diri dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi
penyakit menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam atau
di sekitar rumah.

Definisi
Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun
selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada
pertengahan tahun itu. Jadi Angka Kematian Anak tidak termasuk
kematian bayi.

25
Catatan :

Jumlah kematian Anak (1-4)th =Banyaknya kematian anak berusia 1-4


tahun (yang belum tepat berusia 5 tahun) pada satu tahun tertentu di
daerah tertentu.

Jumlah Penduduk (1-4) th =jumlah penduduk berusia 1-4 tahun pada


pertengahan tahun tertentu di daerah tertentu

K = Konstanta, umumnya 1000

6. Angka Kematian IBU (AKI)

Konsep

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil atau


kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lamanya kehamilan atau tempat persalinan, yakni kematian
yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi
bukan karena sebab-sebab lain sepertikecelakaan, terjatuh dll.

Definisi

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya kematian perempuan


pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa
memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena
kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain,
per 100.000 kelahiran hidup.

Cara Menghitung

26
Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio kematian ibu dan
dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup, dengan membagi angka
kematian dengan angka fertilitas umum. Dengan cara ini diperoleh rasio
kematian ibu kematian maternal per 100.000 kelahiran.

Catatan:

Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya kematian ibu


yang disebabkan karena kehamilan, persalinan sampai 42 hari setelah
melahirkan, pada tahun tertentu, di daerah tertentu.

Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir hidup pada
tahun tertentu, di daerah tertentu.

Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.

Keterbatasan

AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI dibutuhkan sampel


yang besar, mengingat kejadian kematian ibu adalah kasus yang jarang.
Oleh karena itu kita umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk
keperluan pengembangan perencanaan program.

d. Kebijaksanaan dan Strategi


Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan
bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan dan menghormati hak pasien. Berdasarkan hal
tersebut, kebijaksanaan Indonesia Sehat 2010 dan strategi Making
Pregnancy Safer (MPS) sehubungan dengan audit maternal perinatal adalah
sebagai berikut :
 Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus menerus
melalui program jaga mutu puskesmas, di samping upaya perluasan

27
jangkauan pelayanan. Upaya peningkatan dan pengendalian mutu antara
lain melalui kegiatan audit perinatal.
 Meningkatkan fungsi kabupaten/kota sebagai unit efektif yang mampu
memanfaatkan semua potensi dan peluang yang ada untuk meningkatkan
pelayanan KIA diseluruh wilayahnya
 Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat pelayanan dasar
(puskesmas dan jajarannya) dan tingkat rujukan primer RS
kabupaten/kota
 Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis dari para
pengelola dan pelaksanaan program KIA melalui kegiatan analisis
manajemen dan pelatihan klinis

Strategi yang diambil dalam menerapkan AMP adalah :


a) Semua kabupaten/kota sebagai unit efektif dalam peningkatan pelayanan
program KIA secara bertahap menerapkan kendali mutu ,yang antara
lain dilakukan melalui AMP diwilayahnya ataupun diikut sertakan
kabupaten/kota lain
b) Dinas kesehatan kabupaten atau kota berfungsi sebagai koordinator
fasilitator yang bekerja sama dengan rumah sakit kabupaten/kota dan
melibatkan puskesmas dan unit pelayanan KIA swasta lainnya dalam
upaya kendali mutu diwilayah kabupaten/kota
c) Ditingkat kabupaten/kota perlu dibentuk tim AMP, yang selalu
mengadakan pertemuan rutin untuk menyeleksi kasus, membahas dan
membuat rekomendasi tindak lanjut berdasarkan temuan dari kegiatan
audit (penghargaan dan sanksi bagi pelaku)
d) Perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan hasil temuan
dari kegiatan audit, sehingga diharapkan berorientasi kepada pemecahan
masalah setempat
e) Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, bersama-
sama RS dilaksanakan langsung pada saat audit atau secara rutin, dalam
bentuk yang disepakati oleh tim AMP.

e. Langkah dan Kegiatan


Langkah-langkah dan kegiatan audit AMP ditingkat kabupaten/kota sebagai
berikut :
 Pembentukan tim AMP
 Penyebarluasan informasi dan petunjuk teknis pelaksanaan AMP
 Menyusun rencana kegiatan (POA) AMP

28
 Orientasi pengelola program KIA dalam pelaksanaan AMP
 Pelaksanaan kegiatan AMP
 Penyusunan rencana tindak lanjut terhadap temuan dari kegiatan audit
maternal oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bekerjasama dengan RS
 Pemantauan dan evaluasi

Rincian kegiatan AMP yang dilakukan adalah sebagai berikut :


A. Tingkat kabupaten /kota
 Menyampaikan informasi dan menyamakan presepsi dengan pihak
terkait mengenai pengertian dan pelaksanaan AMP dikabupaten/kota
 Menyusun tim AMP dikabupaten atau kota, yang susunannya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
 Melaksanakan AMP secara berkala dan melibatkan:
- Para kepala puskesmas dan pelaksana pelayanan KIA
dipuskesmas dan jajarannya
- Dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan serta dokter
spesialis anak dokter ahli lain RS kabupaten/kota
- Kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dan staf pengelola
program terkait
- Pihak lain yang terkait, sesuai kebutuhan misalnya bidan praktik
swasta petugas rekam medik RS kabupaten/kota dan lain-lain.
 Melaksanakan kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
 Melaksanakan kegiatan tindak lanjut yang telah disepakati dalam
pertemuan tim AMP
 Melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan audit serta tindak
lanjutnya, dan melaporkan hasil kegiatan ke dinas kesehatan propinsi
untuk memohon dukungan
 Memanfaatkan hasil kegiatan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan pengelolaan program KIA, secara berkelanjutan
B. Tingkat puskesmas
 Menyampaikan informasi kepada staf puskesmas terkait mengenai
upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA melalui kegiatan AMP
 Melakukan pencatatan atas kasus kesakitan dan kematian ibu serta
perinatal dan penanganan atau rujukannya, untuk kemudian
dilaporkan kedinas kesehatan kabupaten kota
 Mengikuti pertemuan AMP di kabupaten/kota
 Melakukan pelacakan sebab kematian ibu/perinatal (otopsi verbal )
selambat-lambatnya 7 hari setelah menerima laporan. Informasi ini
harus dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/kota selambat-

29
lambatnya dalam waktu 1 bulan. Temuan otopsi verbal dibicarakan
dalam pertemuan audit dikabupaten /kota.
 Mengikuti/melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas pelayanan
KIA, sebagai tindak lanjut dari kegiatan audit
 Membahas kasus pertemuan AMP di kabupaten/kota
 Membahas hasil tindak lanjut AMP non medis dengan lintas sektor
terkait.
C. Tingkat propinsi
 Menyebarluaskan pedoman teknis AMP kepada seluruh
kabupaten/kota
 Menyamakan kerangka pikir dan menyusun rencana kegiatan
pengembangan kendali mutu pelayanan KIA melalui AMP bersama
kabupaten/kota yang akan difasilitasi secara intensif.
 Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dikabupaten/kota
 Memberikan dukungan teknis dan manajerial kepada kabupaten/kota
sesuai kebutuhan
 Merintis kerjasama dengan sektor lain untuk kelancaran pelaksanaan
tindak lanjut temuan dari kegiatan audit yang berkaitan dengan
sektor diluar kesehatan
 Memfasilitasi kegiatan AMP lintas batas kabupaten/kota/propinsi
D. Tingkat pusat
Melakukan fasilitasi pelaksanaan AMP, sebagai salah satu bentuk upaya
peningkatan mutu pelayanan KIA di wilayah kabupaten/kota serta
peningkatan kesinambungan pelayanan KIA di tingkat dasar dan tingkat
rujukan primer.

f. Metode Pelaksanaan
Metoda pelaksanaan AMP sebagai berikut
 Penyelenggaran pertemuan dilakukan teratur sesuai kebutuhan oleh dinas
kesehatan kabupaten/kota bersama dengan RS kabupaten/kota,
berlangsung sekitar 2 jam.
 Kasus yang dibahas dapat berasal dari RS kabupaten/kota atau
puskesmas. Semua kasus ibu/perinatal yang meninggal dirumah sakit
kabupaten/kota/puskesmas hendak nya di audit, demikian pula kasus
kesakitan yang menarik dan dapat diambil pelajaran darinya
 Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan
kasus sejak dari :

30
- Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga /tenaga
kesehatan dirumah
- Proses rujukan yang terjadi
- Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah
dilakukan
- Sampai kemudian meninggal dan dapat dipertahankan hidup. Dari
pengkajian tersebut diperoleh indikasi dimana letak
kesalahan/kelemahan dalam penanganan kasus. Hal ini memberi
gambaran kepada pengelola program KIA dalam menentukan apa
yang perlu dilakukan untuk mencegah kesakitan/kematian
ibu/perinatal yang tidak perlu terjadi.
- Pertemuan ini bersifat pertemuan menyelesaikan masalah dan tidk
bertujuan menyalahkan atau memberi sanksi, salah satu pihak
- Dalam tiap pertemuan dibuat daftar hadir, notulen hasil pertemuan dan
rencana tindak lanjut, yang akan disampaikan dan dibahas dalam
pertemuan tim AMP yang akan dating
- RS kabupaten /kota/puskesmas membuat laporan bulanan kasus ibu
dan perinatal kedinas kesehatan kabupaten/kota, dengan memakai
format yang disepakati

g. Pencatatan dan Laporan


Dalam pelaksanaan audit maternal perinatal ini diperlukan mekanisme
pencatatan yang akurat, baik ditingkat puskesmas, maupun ditingkat RS
kabupaten/kota. Pencatatan yang diperlukan adalah sebagai berikut :
 Tingkat puskesmas
Selain menggunakan rekam medis yang sudah ada dipuskesmas,
ditambahkan pula :
- Formulir R9formulir rujukan maternal dan perinatal)
Formulir ini dipakai oleh puskesmas, bidan didesa maupun bidan
swasta untuk merujuk kasus ibu maupun perinatal.
- Form OM dan OP (formulir otopsi verbal maternal dan perinatal)
Digunakan untuk otopsi verbal ibu hamil/bersalin/nifas yang
meninggal sedangkan form OP untuk otopsi verbal perinatal yang
meninggal . untuk mengisi formulir tersebut dilakukan wawancara
terhadap keluarga yang meninggal oleh tenaga puskesmas.

31
 RS kabupaten/kota
Formulir yang dipakai adalah
- Form MP (formulir maternal dan perinatal )
Form ini mencatat data dasar semua ibu bersalin /nifas dan perinatal
yang masuk kerumah sakit. Pengisiannya dapat dilakukan oleh
perawat
- Form MA (formulir medical audit )
Dipakai untuk menulis hasil/kesimpulan dari audit maternal maupun
audit perinatal. Yang mengisi formulir ini adalah dokter yang bertugas
dibagian kebidanan dan kandungan (untuk kasus ibu) atau bagian anak
(untuk kasus perinatal)

Pelaporan hasil kegiatan dilakukan secara berjenjang, yaitu :


 Laporan dari RS kabupaten/kota ke dinas kesehatan
Laporan bulanan ini berisi informasi mengenai kesakitan dan kematian
(serta sebab kematian ) ibu dan bayi baru lahir bagian kebidanan dan
penyakit kandungan serta bagian anak.
 Laporan dari puskesmas ke dinas kesehatan kabupaten/kota
Laporan bulanan ini berisi informasi yang sama seperti diatas ,dan
jumlah kasus yang dirujuk ke RS kabupaten/kota
 Laporan dari dinas kesehatan kabupaten/kota ketingkat propinsi
Laporan triwulan ini berisi informasi mengenai kasus ibu dan perinatal
ditangani oleh Rs kabupaten /kota ,puskesmas dan unit pelayanan KIA
lainnya ,serta tingkat kematian dari tiap jenis komplikasi atau gangguan .
laporan merupakan rekapitulasi dari form MP dan form R,yang
hendaknya diusahakan agar tidak terjadi duplikasi pelaporan untuk kasus
yang dirujuk ke RS.
Pada tahap awal, jenis kasus yang dilaporkan adalah komplikasi yang paling
sering terjadi pada ibu

4. Memahami dan Menjelaskan Kehamilan pada Remaja


a. Definisi

Menurut Monks (1999) dalam Nasution (2007) batasan usia secara global
berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun

32
masa muda awal, 15-18 tahun masa muda pertengahan, 18-21 tahun masa
muda akhir.

Reproduksi sehat untuk hamil dan melahirkan adalah usia 20-30 tahun, jika
terjadi kehamilan di bawah atau di atas usia tersebut maka akan dikatakan
berisiko akan menyebabkan terjadinya kematian 2-4x lebih tinggi dari
reproduksi sehat.

Kehamilan yang terjadi diusia muda merupakan salah satu resiko seks
pranikah atau sesk bebas (kehamilan yang tidak diharapkan (KTD).
Kehamilan pranikah adalah kehamilan yang pada umumnya tidak
direncanakan dan menimbulkan perasaan bersalah, berdosa dan malu pada
remaja yang mengalaminya, ditambah lagi dengan adanya sangsi sosial dari
masyarakat terhadap kehamilan dan kelahiran anak tanpa ikatan pernikahan.

b. Faktor yang Mempengaruhi


Banyak faktor yang dapat mempengaruhi remaja untuk menikah di usia
muda, yang selanjutnya akan hamil dan melahirkan di usia muda antara lain:
a. Tingkat Pendidikan
Makin rendah tingkat pendidikan, makin mendorong cepatnya
perkawinan usia muda.
b. Ekonomi
Apabila anak perempuan telah menikah, berarti orang tua bebas dari
tanggung jawab sehingga secara ekonomi mengurangi beban dengan
kata lain sebagai jalan keluar dari berbagai kesulitan (Romauli,
S.dkk.2009). Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi
remaja khususnya wanita untuk melakukan hubungan seksual pra nikah.
Karena kemiskinan ini, remaja putri terpaksa bekerja. Namun sering kali
mereka tereksploitasi, bekerja lebih dari 12 jam sehari, bekerja di
perumahan tanpa di bayar hanya diberi makan dan pakaian, bahkan
beberapa mengalami kekerasan seksual.
c. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

33
Kurangnya pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang
kesehatan reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat
tempat remaja tumbuh memberikan gambaran sempit tentang kesehatan
reproduksi sebagai hubungan seksual. Biasanya topik terkait reproduksi
dianggap tabu dibicarakan dengan anak (remaja). Sehingga saluran
informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi sangat
kurang.
d. Hukum atau Peraturan
Dalam agama Islam menikah diisyaratkan oleh beberapa pemeluknya
dianggap sesuatu yang harus disegerakan agar terhindar dari hal-hal
yang tidak diinginkan yaitu wanita umur 16 tahu dan pria umur 19
tahun. Dari segi lain makin mudah orang bercerai dalam suatu
masyarakat makin banyak perkawinan usia muda.
e. Adat Istiadat atau Pandangan Masyarakat
Adanya anggapan lingkungan dan adat istiadat jika anak gadis belum
menikah di anggap sebagai aib keluarga. Banyak di daerah ditemukan
pandangan dan kepercayaan yang salah, kedewasaan seseorang dinilai
dari status perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua.
f. Dorongan Biologis
Adanya dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual
merupakan insting alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi
dan kerja hormon. Dorongan dapat meningkat karena pengaruh dari luar,
misalnya dengan membaca buku atau melihat film/ majalah yang
menanpilkan gambar–gambar yang membangkitkan erotisme. Di era
teknologi informasi yang tinggi sekarang ini, remaja sangat mudah
mengakses gambar tersebut melalui telepon genggam dan akan selalu di
bawa dalam setiap langkah remaja.
g. Kepatuhan Terhadap Orang Tua
Perkawinan dapat berlangsung karena adanya kepatuhan remaja
terhadap orang tua atau sifat menentang.
h. Ketidakmampuan Mengendalikan Dorongan Biologis
Kemampuan mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai–
nilai moral dan keimanan seseorang. Remaja yang memiliki keimanan
kuat tidak akan melakukan seks pra nikah, karena mengingat ini adalah
dosa besar yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan Tuhan Yang
Maha Esa. Namun keimanan ini dapat sirna tanpa tersisa bila remaja

34
dipengaruhi obat–obatan misalnya psikotropika. Obat ini akan
mempengarui pikiran remaja sehingga pelanggaran terhadap nilai–nilai
agama dan moral dinikmati dengan tanpa rasa bersalah.
i. Adanya Kesempatan Melakukan Hubungan Seks Pra Nikah
Faktor kesempatan melakukan hubungan seks pra nikah sangat penting
untuk dipertimbangkan, karena bila tidak ada kesempatan baik ruang
maupun waktu maka hubungan seks pra nikah tidak akan terjadi.
Terbukanya kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seks
didukung oleh kesibukan orang tua yang menyebabkan kurangnya
perhatian pada remaja. Tuntutan kebutuhan hidup sering menjadi alasan
suami istri bekerja di luar rumah dan menghabiskan hari–harinya dengan
kesibukan masing – masing sehingga perhatian terhadap anak remajanya
terabaikan. Selain itu pemberian fasilitas (termasuk uang) pada remaja
secara berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan membuka peluang
bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel/motel
atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung
terjadinya hubungan seksual pra nikah.
j. Pandangan terhadap Konsep Cinta
Menyalahartikan atau kebingungan dalam mengartikan konsep cinta,
keintiman, dan tingkah laku seksual sehingga remaja awal cenderung
berfikir bahwa seks adalah cara untuk mendapatkan pasangan,
sedangkan remaja akhir cenderung melakukan tingkah laku seksual jika
telah ada ikatan dan saling pengertian dengan pasangan. Seks sering
dijadikan sarana untuk berkomunikasi dengan pasangan
(Lesnapurnawan, 2009 dan Dianawati,2005).

c. Dampak yang Terjadi


Perkawinan dan kehamilan yang dilangsungkan pada usia muda (remaja)
umumnya akan menimbulkan masalah–masalah sebagai berikut :
a. Masalah Kesehatan Reproduksi
Remaja yang akan menikah kelak akan menjadi orang tua sebaiknya
mempunyai kesehatan reproduksi yang sehat sehingga dapat
menurunkan generasi penerus yang sehat. Untuk itu memerlukan
perhatian karena belum siapnya alat reproduksi untuk menerima
kehamilan yang akhirnya akan menimbulkan berbagai bentuk

35
komplikasi. Selain itu kematian maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2–5 kali lebih tinggi
dari pada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun.
b. Masalah Psikologis
Umumnya para pasangan muda keadaan psikologisnya masih belum
matang, sehingga masih lebih dalam menghadapi masalah yang timbul
dalam perkawinan. Dampak yang dapat terjadi seperti perceraian, karena
kawin cerai biasanya terjadi pada pasangan yang umurnya pada waktu
kawin relatif masih muda. Tetapi untuk remaja yang hamil di luar nikah
menghadapi masalah psikologi seperti rasa takut, kecewa, menyesal,
rendah diri dan lain-lain, terlebih lagi masyarakat belum dapat menerima
anak yang orang tuanya belum jelas.
c. Masalah Sosial Ekonomi
Makin bertambahnya umur seseorang, kemungkinan untuk kematangan
dalam bidang sosial ekonomi juga akan makin nyata. Pada umumnya
dengan bertambahnya umur akan makin kuatlah dorongan mencari
nafkah sebagai penopang. Ketergantungan sosial ekonomi pada keluarga
menimbulkan stress (tekanan batin).

Dampak kebidanan yang terjadi pada kehamilan usia muda adalah :


a. Abortus (Keguguran)
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan
kehamilan remaja yang tidak dikehendaki. Abortus yang dilakukan oleh
tenaga non-profesional dapat menimbulkan tingginya angka kematian
dan infeksi alat reproduksi yang pada akhirnya dapat menimbulkan
kemandulan.
b. Persalinan Prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Kelainan
Bawaan Kekurangan berbagai zat yang dibutuhkan saat pertumbuhan
dapat mengakibatkan tingginya prematur, BBLR dan cacat bawaan.
c. Mudah Terinfeksi
Keadaan gizi yang buruk, tingkat sosial ekonomi yang rendah dan stres
memudahkan terjadinya infeksi saat hamil, terlebih pada kala nifas.
d. Anemia Kehamilan
e. Keracunan Kehamilan (Gestosis)
Merupakan kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil
dan anemia makin meningkatkan terjadinya keracunan saat hamil dalam
bemtuk eklampsi dan pre eklampsi sehingga dapat menimbulkan

36
kematian. Dimana keracunan kehamilan merupakan penyebab kematian
ibu yang terbesar ketiga.
f. Kematian Ibu yang Tinggi
Remaja yang stres pada kehamilannya sering mengambil jalan yang
pintas untuk melakukan abortus oleh tenaga non-profesional. Angka
kematian abortus yang dilakukan oleh dukun cukup tinggi, tetapi angka
pasti tidak diketahui. Kematian ibu terutama karena perdarahan dan
infeksi. Penyebab kematian ibu dikenal dengan trias klasik yaitu
perdarahan, infeksi dan gestosis.

d. Penanggulangan
Penanggulangan masalah kehamilan usia muda atau remaja sangat sukar dan
kompleks yang menyangkut berbagai segi kehidupan masyarakat
diantaranya :
a. Pengaruh Globalisasi
Dengan derasnya arus informasi yang mendorong remaja mempunyai
prilaku seks yang bebas dan jumlah anak dalam suatu keluarga tidak
terbatas sehingga kualitas pendidikan rohani kurang mendapat perhatian.
Untuk itu perlu ditanamkan nilai-nilai moral dan etika agama yang baik
mulai dari masa anak- anak, karena semua agama berpendapat bahwa
kehamilan dan anak harus bersumber dari perkawinan yang syah menurut
adat agama dan bahkan hukum yang disaksikan masyarakat. Untuk itu
diperlukan sikap dan prilaku orang tua yang dapat dijadikan panutan dan
suri tauladan bagi remaja.
b. Pendidikan Seks
Pendidikan seks pada remaja sangat berguna untuk memberikan
pengetahuan tentang seks dan penyakit hubungan seks. Program
pendidikan seks ini lebih besar kemungkinannya berhasil apabila terdapat
pendekatan terpadu antara sekolah dan layanan kesehatan. Staf layanan
kesehatan dapat dilibatkan dalam penyampaian pendidikan seks, dan
sekolah dapat mengatur kunjungan kelompok ke klinik sebagai
pengenalan dan untuk meningkatkan rasa percaya diri dari para remaja
yang mungkin ingin mendapatkan layanan klinik tersebut.
c. Keluarga Berencana untuk Remaja
Kenyataannya perilaku seks remaja menjurus kearah liberal, tidak dapat
dibendung, dan hanya mungkin mengendalikannya sehingga penyebaran

37
penyakit hubungan seks dan kehamilan dikalangan remaja dapat dibatasi.
Untuk itu perlu dicanangkan program keluarga berencana dikalangan
remaja sehingga pengendalian perilaku seks dapat tercapai.
d. Pelayanan Gugur Kandungan
Pelayanan gugur kandungan pada remaja banyak dilakukan oleh lembaga
tertentu atau dilakukan secara perorangan untuk menghilangkan keadaan
dalam persimpangan jalan pada remaja. Melakukan gugur kandungan
merupakan tindakan yang paling rasional untuk menyelesaikan masalah
hamil remaja dengan keuntungan :
- Bebas dari stres hamil yang tidak dikehendaki
- Bebas dari tekanan stres dan masyarakat
- Masih dapat melanjutkan sekolah atau bekerja
- Bila dilakukan secara legalitas penyulit sangat minimal dan tidak
mengganggu fungsi reproduksi
- Biaya ringan, dibandingkan bila kehamilan diteruskan. Walaupun
pelaksanaan gugur kandungan merupakan tindakan yang paling
rasional dan menguntungkan kedua belah pihak tetapi bukanlah dapat
dilakukan begitu saja karena undang-undang kesehatan telah
menetapkan petunjuk pelaksanaannya dan disertai sangsi hukum.
Dengan demikian melakukan gugur kandungan bukan berarti bebas
dari tuntutan hukum dan tuntutan moral pelaku dan yang meminta
dilakukannya

5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Tentang Hubungan Suami


Istri di Luar Pernikahan dan Aborsi
a. Hukum Zina
Pengertian zina
Zina (bahasa Arab : ‫الزنا‬, bahasa Ibrani : ‫ – ניאוף‬zanah ) adalah perbuatan
bersanggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat oleh
hubungan pernikahan (perkawinan). Secara umum, zina bukan hanya di saat
manusia telah melakukan hubungan seksual, tapi segala aktivitas-aktivitas
seksual yang dapat merusak kehormatan manusia termasuk dikategorikan
zina.

Sedangkan zina secara harfiah artinya fahisyah, yaitu perbuatan keji. Zina
dalam pengertian istilah adalah hubungan kelamin di antara seorang lelaki

38
dengan seorang perempuan yang satu sama lain tidak terikat dalam
hubungan perkawinan.

Hukuman untuk orang yang berzina


Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:
 Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela
(tidak dipaksa, tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian
dirajam, berdasarkan perbuatan Ali bin Abi Thalib atau cukup dirajam,
tanpa didera dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh
Muhammad, Abu Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.
 Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali.
Kemudian diasingkan selama setahun.

Syarat-syarat mendapatkan hukuman bagi pezina

Hukuman yang ditetapkan atas diri seseorang yang berzina dapat


dilaksanakan dengan syaarat-syarat sebagai berikut:

 Orang yang berzina itu berakal/waras


 Orang yang berzina sudah cukup umur (baligh)
 Zina dilakukan dalam keadaan tidak terpaksa, tetapi atas kemauannya
sendiri
 Orang yang berzina tahu bahwa zina itu diharamkan

Larangan berbuat zina

Zina dinyatakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum yang harus


sangat buruk. Hubungan bebas dan segala bentuk diluar ketentuan agama
adalah perbuatan yang membahayakan dan mengancam keutuhan
masyarakat dan merupakan perbuatan yang sangat nista. Allah SWT
berfirman:

Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu

39
adalah perbuatan yang keji dan merupakan jalan yang buruk.” (QS. al-Isra’ :
32)

b. Hukum Aborsi
Pengertian
Aborsi menurut Bahasa Arab disebut dengan al-Ijhadh yang berasal dari
kata “ajhadha - yajhidhu“ yang berarti wanita yang melahirkan anaknya
secara paksa dalam keadaan belum sempurna penciptaannya atau juga bisa
berarti bayi yang lahir karena dipaksa atau bayi yang lahir dengan
sendirinya. Aborsi di dalam istilah fikih juga sering disebut dengan isqhoth
(menggugurkan) atau ilqaa’ (melempar) atau tharhu (membuang).

Pandangan Islam Terhadap Nyawa, Janin dan Pembunuhan

Manusia adalah ciptaan Allah yang mulia, tidak boleh dihinakan baik
dengan merubah ciptaan tersebut, maupun mengranginya dengan cara
memotong sebagiananggota tubuhnya, maupun dengan cara memperjual
belikannya, maupun dengan cara menghilangkannya sama sekali yaitu
dengan membunuhnya, sebagaiman firman Allah swt :

“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia “ ( Qs. al-


Isra’:70)

Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua orang.


Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua
orang.

“Barang siapa yang membunuh seorang manusia, maka seakan-akan dia


telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara
keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya.” (Qs. Al Maidah:32)

Dilarang membunuh anak ( termasuk di dalamnya janin yang masih dalam


kandungan ) , hanya karena takut miskin. Sebagaimana firman Allah swt :

40
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (Qs al Isra’ : 31)

Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan kehendak Allah swt,


sebagaimana firman Allah swt

“Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami
selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu
sebagai bayi.” (QS al Hajj : 5)

Larangan membunuh jiwa tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :

“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah melainkan


dengan alasan yang benar “ ( Qs al Isra’ : 33 )

Hukum Aborsi Dalam Islam

Di dalam teks-teks al Qur’an dan Hadist tidak didapati secara khusus


hukum aborsi, tetapi yang ada adalah larangan untuk membunuh jiwa orang
tanpa hak, sebagaimana firman Allah swt :

“ Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka
balasannya adalah neraka Jahanam, dan dia kekal di dalamnya,dan Allah
murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya adzab yang
besar( Qs An Nisa’ : 93 )

Begitu juga hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwasanya


Rosulullah saw bersabda :

“ Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di dalam


perut ibunya selama empat puluh hari. Setelah genap empat puluh hari
kedua, terbentuklah segumlah darah beku. Ketika genap empat puluh hari
ketiga , berubahlah menjadi segumpal daging. Kemudian Allah mengutus
malaikat untuk meniupkan roh, serta memerintahkan untuk menulis empat
perkara, yaitu penentuan rizki, waktu kematian, amal, serta nasibnya, baik
yang celaka, maupun yang bahagia. “ ( Bukhari dan Muslim)

41
Maka, untuk mempermudah pemahaman, pembahasan ini bisa dibagi
menjadi dua bagian sebagai berikut :

1. Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh


Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi
menjadi tiga pendapat :
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan
sebagian dari ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan
obat. (Hasyiat Al Qalyubi : 3/159) Pendapat ini dianut oleh para ulama
dari madzhab Hanafi, Syafi’I, dan Hambali. Tetapi kebolehan ini
disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya, (Syareh Fathul Qadir :
2/495) Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Mas’ud di atas yang
menunjukkan bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin
dan penciptaan belum sempurna, serta dianggap benda mati, sehingga
boleh digugurkan.

Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika
sampai pada waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram.
Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh tidak diketahui secara pasti, maka
tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati waktu peniupan
ruh, demi untuk kehati-hatian. Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama
madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab
Syafi’I . ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416)

Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya
bahwa air mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur
dengan ovum wanita sehingga siap menerima kehidupan, maka merusak
wujud ini adalah tindakan kejahatan. Pendapat ini dianut oleh Ahmad
Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya
Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386)

Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya (empat bulan),
telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani

42
ataupun disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan
kandungan dalam fase ini tidak dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya
dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.

Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu


jika di dalamnya ada kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah
salah satu bentuk Abortus Profocatus Therapeuticum, yaitu jika
bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan. Dan
bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang
dilakukan karena alasan yang bukan medis dan melanggar hukum yang
berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.

2. Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh


Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin
setelah peniupan roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin
sudah berumur empat bulan dalam perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan
hadist Ibnu Mas’ud di atas. Janin yang sudah ditiupkan roh dalam
dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang
manusia, sehingga haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika
pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada sebab yang darurat.

Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin
nantinya akan membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal
ini, para ulama berbeda pendapat.

Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh
hukumnya tetap haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut
akan membahayakan keselamatan ibu yang mengandungnya. Pendapat
ini dianut oleh Mayoritas Ulama. Dalilnya adalah firman Allah swt : “
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. “ (Q.S.
Al Israa’: 33)
Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh
kepadanya, jika hal itu merupakan satu-satunya jalan untuk

43
menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga kehidupan ibu lebih
diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu
lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum
yakin dan keberadaannya terakhir. (Mausu’ah Fiqhiyah : 2/57) Dari
keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang
menggugurkan kandungan setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa
suatu alasan syar’i hukumnya adalah haram dan termasuk katagori
membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt. Adapun aborsi yang masih
diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus Profocatus
Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa,
khususnya janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.

44
DAFTAR PUSTAKA

Bagian SMF Obgin UNHAS. 2000. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Makssar.
Djuhari, Wiranarta Kusumah. 1993. Ciri Demografi Kualitas Penduduk dan
Pengembangan Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

http://cyber.unissula.ac.id/journal/dosen/publikasi/210104090/635Kespro_Remaja
.pdf
http://imambuqori.blogspot.com/2013/02/hukum-hamil-di-luar-nikah-menurut-
islam.html
http://staff.ui.ac.id/internal/132147454/material/PelatihanKesehatanReproduksiRe
maja.pdf
http://www.acityawara.com/Detail-104-audit-maternal-perinatal--amp.html
http://www.idai.or.id/remaja/artikel.asp?q=20104710112
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp-
content/uploads/downloads/2013/01/Factsheet_AMP.pdf
http://www.noormuslima.com/hukum-anak-di-luar-nikah-dalam-islam/
http://www.slideshare.net/candra19/7-audit-maternal-perinatal

45

Anda mungkin juga menyukai