Anda di halaman 1dari 3

Manager On Duty ( MOD ) adalah seseorang yang ditugaskan oleh rumah sakit untuk menjadi

manager dan sebagai perwakilan pada rumah sakit pada saat jam dinas dan diluar jam
dinas. MOD adalah orang yang ditugaskan untuk menangani setiap permasalahan pada saat
manajemen atau manajer tidak melakukan tugas pada jam tersebut, dimana biasanya MOD
bertugas pada saat sore sampai pada malam hari.

Orang yang ditunjuk untuk bertugas sebagai MOD mempunyai kredibilitas sebagai perwakilan
rumah sakit , atau menangani setiap permasalahan, atau sebagai sumber informasi bagi orang
yang membutuhkan informasi.

Tugas-tugas MOD biasanya adalah :

 Sebagai perwakilan rumah sakit untuk memberikan informasi, menangani keluhan


konsumen dan menangani permasalahan yang terjadi pada saat jam tugasnya.
 Mewakili manajemen untuk mengontrol kegiatan seluruh karyawan dan klien di rumah
sakit , pada saat jam dia bertugas.

 Membantu pengunjung/ pasien yang membutuhkan informasi dan persyaratan jaminan


dalam pelayanan di RSU Provinsi NTB.

Supervisi Klinik Keperawatan


21 04 2011

Supervisi dalam praktek keperawatan profesional adalah suatu proses pemberian berbagai
sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan
organisasi. Supervisi dibedakan menjadi dua kategori yaitu supervisi teknis dan supervisi
manajerial. (Nursalam)

Kita perlu menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan. Supervisi
menjadi penting atau tidak sangat tergantung dari bagaimana staff memandang peran supervisor.

Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak supervisi yang dilakukan. Staf tidak akan mampu
memikul tanggung jawabnya dan kita hanya akan terfokus pada hal-hal yang tidak menjadi
wewenangnya. Lebih lebih pada supervisor yang terlalu mengedepankan subyektifitas dalam
memberikan penilaian.

Demikianpun kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap peran supervisi, dimana
staff tidak akan produktif dan akan berdampak secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan.

Supervisi klinik keperawatan sangat diperlukan dalam tataran praktek keperawatan, mengingat
pelayanan keperawatan yang profesional perlu dijaga, dievaluasi dan dikembangkan menuju ke
arah yang lebih baik.

Aktifitas yang dapat dilakukan oleh seorang Supervisor Klinik diantaranya :


 Menjadi narasumber sekaligus mendorong berlangsungnya “Ronde Keperawatan” di
unit/ruang.
 Mengikuti “Morning Meeting” yang diadakan oleh unit/ruang, harapannya mampu
memberikan dukungan, motivasi, arahan dan menjadikan agenda morning meeting
sebagai sarana belaar staff.
 Mendorong selalu dilakukannya “Death Converence” terhadap setiap kasus kematian
yang ada di unit/ruang, dengan harapan kejadian kematian yang ada di ruangan, dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Karena tuntutan Akreditasi RS, beberapa rumah sakit membentuk supervisi. Tapi kemudian
karena kepentingan manajemen rumah sakit, supervisi klinik perawatan yang semestinya
berorientasi pada aktifitas perbaikan di klinis perawatan, kemudian ditambahin tanggung jawab
untuk menjadi Duty Manager. Itupun tentu memiliki pertimbangan strategis, salah satu
diantaranya agar perawat memiliki kompetensi manajerial yang lebih baik, karena mampu
bertangung jawab di sore, malam dan hari libur, bahkan memiiki otoritas yang sangat besar
hubungannya dengan pelayanan di rumah sakit.

Sehingga tugas supervisi ini seperti sapu jagat, yang mencakup apapun kejadian yang ada di
rumah sakit. Urusan supir, ambulance, kebersihan, pasien rujuk, persediaan darah, operasi, listrik
mati dan lain lain, semua harus dikuasi oleh supervisi. Belum lagi tentang komplain pasien,
komplain pelayanan, koordinasi antar bagian dan lain lain, semua tercover di peran supervisi ini.
Luar biasa…..

Tapi terlepas dari besarnya peran supervisi ini, ternyata peran utama di klinis justru banyak
ditinggalkan. Peran supervisi klinik menjadi minim dan lebih dominan sebagai Duty Manajer.

Terhadap permasalahan itu, perlu kiranya didesain yang lebih jelas antara Supervisi Klinik
Keperawatan dengan kebutuhan Akreditasi Rumah Sakit yang dalam Standar 3 Parameter 6
asesmentnya disebutkan : “Ada seorang perawat pengganti yang cakap yang dapat diserahi
tanggung jawab dan kewenangan saat kepala keperawatan tidak bertugas”.

Menurut kami, dua hal ini adalah sesuatu yang berbeda. Maka desain yang mungkin perlu
dilakukan adalah :

1. Membentuk Supervisi Klinik Keperawatan yang merupakan jenjang karir perawat di


mana posisinya berada di atas Kepala Ruang. Dia melakukan tupoksi seperti yang saya
sebutkan di atas (ronde keperawatan, death converence dll) atau Supervisi Klinik bukan
sebagai jenjang karir tapi adalah tugas yang melekat di manajemen, sehingga muncul
supervisi berjenjang dimana Bidang Perawatan melakukan supervisi kepada Kepala
Ruang, Kepala Ruang melakukan supervisi kepada Ketua Team/PN, Ketua Team
melakukan supervisi kepada Perawat Pelaksana.
2. Membantuk Perawat Pengganti Kepala Bidang Perawatan di luar jam kerja.

Bila Supervisi Klinik Keperawatan lebih berorientasi pada masalah klinis, sementara perawat
pengganti lebih berorientasi pada fungsi pengawasan yang merupakan delegasi dari Bidang
Perawatan. Dengan begitu, diharapkan kedua fungsi akan berjalan dengan optimal, terlepas dari
kemampuan individu yang diberi tanggung jawab sebagai Supervisor maupun Perawat
Pengganti.

Anda mungkin juga menyukai