manager dan sebagai perwakilan pada rumah sakit pada saat jam dinas dan diluar jam
dinas. MOD adalah orang yang ditugaskan untuk menangani setiap permasalahan pada saat
manajemen atau manajer tidak melakukan tugas pada jam tersebut, dimana biasanya MOD
bertugas pada saat sore sampai pada malam hari.
Orang yang ditunjuk untuk bertugas sebagai MOD mempunyai kredibilitas sebagai perwakilan
rumah sakit , atau menangani setiap permasalahan, atau sebagai sumber informasi bagi orang
yang membutuhkan informasi.
Supervisi dalam praktek keperawatan profesional adalah suatu proses pemberian berbagai
sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan
organisasi. Supervisi dibedakan menjadi dua kategori yaitu supervisi teknis dan supervisi
manajerial. (Nursalam)
Kita perlu menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan. Supervisi
menjadi penting atau tidak sangat tergantung dari bagaimana staff memandang peran supervisor.
Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak supervisi yang dilakukan. Staf tidak akan mampu
memikul tanggung jawabnya dan kita hanya akan terfokus pada hal-hal yang tidak menjadi
wewenangnya. Lebih lebih pada supervisor yang terlalu mengedepankan subyektifitas dalam
memberikan penilaian.
Demikianpun kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap peran supervisi, dimana
staff tidak akan produktif dan akan berdampak secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan.
Supervisi klinik keperawatan sangat diperlukan dalam tataran praktek keperawatan, mengingat
pelayanan keperawatan yang profesional perlu dijaga, dievaluasi dan dikembangkan menuju ke
arah yang lebih baik.
Karena tuntutan Akreditasi RS, beberapa rumah sakit membentuk supervisi. Tapi kemudian
karena kepentingan manajemen rumah sakit, supervisi klinik perawatan yang semestinya
berorientasi pada aktifitas perbaikan di klinis perawatan, kemudian ditambahin tanggung jawab
untuk menjadi Duty Manager. Itupun tentu memiliki pertimbangan strategis, salah satu
diantaranya agar perawat memiliki kompetensi manajerial yang lebih baik, karena mampu
bertangung jawab di sore, malam dan hari libur, bahkan memiiki otoritas yang sangat besar
hubungannya dengan pelayanan di rumah sakit.
Sehingga tugas supervisi ini seperti sapu jagat, yang mencakup apapun kejadian yang ada di
rumah sakit. Urusan supir, ambulance, kebersihan, pasien rujuk, persediaan darah, operasi, listrik
mati dan lain lain, semua harus dikuasi oleh supervisi. Belum lagi tentang komplain pasien,
komplain pelayanan, koordinasi antar bagian dan lain lain, semua tercover di peran supervisi ini.
Luar biasa…..
Tapi terlepas dari besarnya peran supervisi ini, ternyata peran utama di klinis justru banyak
ditinggalkan. Peran supervisi klinik menjadi minim dan lebih dominan sebagai Duty Manajer.
Terhadap permasalahan itu, perlu kiranya didesain yang lebih jelas antara Supervisi Klinik
Keperawatan dengan kebutuhan Akreditasi Rumah Sakit yang dalam Standar 3 Parameter 6
asesmentnya disebutkan : “Ada seorang perawat pengganti yang cakap yang dapat diserahi
tanggung jawab dan kewenangan saat kepala keperawatan tidak bertugas”.
Menurut kami, dua hal ini adalah sesuatu yang berbeda. Maka desain yang mungkin perlu
dilakukan adalah :
Bila Supervisi Klinik Keperawatan lebih berorientasi pada masalah klinis, sementara perawat
pengganti lebih berorientasi pada fungsi pengawasan yang merupakan delegasi dari Bidang
Perawatan. Dengan begitu, diharapkan kedua fungsi akan berjalan dengan optimal, terlepas dari
kemampuan individu yang diberi tanggung jawab sebagai Supervisor maupun Perawat
Pengganti.