Preparation For Docking
Preparation For Docking
OLEH:
ERVINDA SETYO PUTRANTO 4211100020
ACHWAN SATYA KURNIAWAN 4211100026
MUKHAMMAD RIZQI MUBAROQ 421110004O
HAYI WIDARTO 4211100047
MOCHAMAD ARIE EKO S. 4211100049
3. PERSIAPAN
Bila SOW telah selesai, SOW tersebut dapat ditawarkan pada galangan-galangan yang
bersedia mengerjakan atau dengan kata lain ditenderkan. Namun bila ada kerusakan atau
permasalahan operasional yang bersifat darurat maka prosedur ini bisa ditiadakan dengan cara
langsung menunjuk galangan yang langsung bisa menangani kerusakan dan permasalahan
tersebut.
Dari proses sebelumnya telah ditentukan SOW dari kapal yang akan melakukan docking. Dari
SOW tersebut, owner akan membuka proses tender kepada pihak pihak dock yang dipilih.
Setiap dock akan mengajukan penawaran, dan owner akan memilih dock yang sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan, serta berdasarkan rekomendasi dari owner surveyor. Proses ini
memerlukan waktu yang cukup panjang. Jika kapal mengalamo masalah operasional yang cukup
berat atau darurat, proses di atas dapat diringkas.
6. PENENTUAN GALANGAN
Pemilihan galangan perbaikan, berikut kriterianya :
a) Material :
Membutuhkan material yang lebih sedikit karena memperbaiki dan memelihara sesuatu
yang sudah ada. Volume material berimbas kepada sistem dan manajemen pembelian, arus
keluar masuk material, termasuk penyimpanannya.
b) Pemakaian Lahan :
Waktu pemakaian lahan galangan untuk peletakan kapal boat lebih singkat untuk tiap kapal
karena pekerjaan reparasi memakan waktu lebih pendek. Tergantung ukuran kapal boat
yang diproduksi dan volume pekerjaan reparasi. Perlu diingat, pekerjaan di atas garis air bisa
dilakukan terapung, pekerjaan di bawah garis air harus dikerjakan di dok (apapun jenis
doknya).
c) Volume Pekerjaan :
Volume pekerjaan dan waktu pengerjaan reparasi per kapal boat bisa relatif sedikit namun
galangan bisa menangani jumlah kapal boat yang banyak dalam satu kurun waktu.
Tergantung ukuran kapal boat, dan ukuran lahan galangan.
d) Lingkungan
Dampak terhadap lingkungan lebih perlu diantisipasi karena galangan akan menangani
kapal boat yang sudah jadi dan beroperasi dengan kondisi awal yang diluar kontrol galangan.
Pekerjaan reparasi bisa datang mendadak karena permasalahan teknis pada kapal boat
(kerusakan teknis atau kerusakan akibat kecelakaan). Waktu yang diperlukan untuk
perencanaan pekerjaan bisa sangat pendek kalau kapal tersebut diharapkan bisa beroperasi
kembali dalam waktu yang singkat.
e) Metodologi
Reparasi kapal mempunyai metode yang berbeda dengan produksi. Reparasi biasanya
berkaitan dengan pekerjaan bongkar dan pasang. Bongkar mempunyai teknik tersendiri
karena proses bongkar tidak boleh menyebabkan masalah baru. Urutan pekerjaan harus
menyesuaikan dengan kondisi kapal boat yang akan dikerjakan. Metodologi pengerjaan
produksi belum tentu bisa diterapkan di pengerjaan reparasi dan sebaliknya.
f) Sumber Daya Manusia
Keahlian dan pengetahuan harus sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan reparasi. Biasanya
orang yang sudah biasa dan berpengalaman dalam pekerjaan produksi belum tentu bisa
mengerjakan pekerjaan reparasi dan sebaliknya.
9.2. Menguras dan melakukan gas-freeing pada tangki minyak yang akan dilaksanakan
perbaikan.
Adalah proses menghilangkan gas-gas yang berbahaya yang terkandung pada tangki-tangki
seperti H2S sebelum dilakukan proses perbaikan kapal. Proses ini bertujuan supaya pada saat
pengecekan pertama (first man entry) tidak terjadi kecelakaan kerja, meski demikian personel
yang ditugaskan wajib memakai perlengkapan keselamatan lengkap seperti
Chemical resistant coverall,
Breathing apparatus,
Safety shoes dan Helm safety.
Sedangkan untuk meninimalisir kecelakaan kerja pada manusia
maka perlu diterapkan peraturan yang sesuai, yaitu:
a) Prosedur alat keselamatan (ISM CODE 16)
Selalu diperlihara dalam keadaan minimal sesuai standar untuk
lulus dalam “safety equipment survey”.
Dipelihara dan pemeliharaannya perlu dilakukan dengan jarak
waktu yang ditentukan perusahaan
Dicoba satu kali seminggu terhadap perlengkapan-perlenkapan khusus bahwa alat-alat
tersebut siap untuk dipakai.
Pemeliharaan juga harus mengikuti “manufacturer’s instruction manuals”. harus ada
satu file di anjungan mengenai cara kerja semua alat “LSA & FFA” di kapal.
Chief officer adalah orang yang bertanggung jawab saat proses pelaksanaan gas freeing ini
dan wajib diikuti oleh seluruh ABK di dek untuk menjalankan tindakan keselamatan. Selama
operasi gas freeing hanya personel yang terlibat langsung dalam operasi ini saja yang
diperbolehkan berada di dek utama.
b) Prosedur gas freeing
Untuk kapal oil tanker beradasarkan ISGOTT (International Safety Guide for Oil tankers and
Terminals) yang mengelurakan cold work permit mengenai perjijinan melakukan kerja deck
yang dapat menimbulkan adanya bahaya kebakaran, harus diterapkan saat gas freeing
juga.
Sedangkan proses gas freeing yaitu:
1. Tanki dikeringkan dari muatan minyak, semua suction valve didalam cargo tank harus
ditutup dan pipa cargo dialiri air laut dengan kecepatan sedang.
2. Stern lines harus ikut dibilas.
3. Air bilasan yang berminyak harus ditampung di sludge tank jangan dibuang dilaut.
4. Setelah saluran pipa minyak, semua suction valve didalam tanki harus ditutup rapat.
5. Membersihkan pipa heating coil dengan dorongan uap.
6. Kemudian gas ejector dioperasikan pada setiap cargo tank secara bergantian masing
masing selama ± 2 jam tergantung besar kecilnya cargo tank, selama itu tutup tanki
tidak boleh dibuka.
Jika tangki yang dihubungkan oleh sistem ventilasi umum, masing-masing tangki
harus diisolasi untuk mencegah transfer gas ke atau dari tank lain .
Saat proses freeing gas ini untuk gas yang telah dikeluarkan harus di cegah supaya
tidak masuk ke ruang akomodasi dengan cara mengubah arah haluan kapal sesuai
arah angin yang menjauhi ruang akomodasi.
Apabila proses freeing gasnya menggunakan blower maka yang digunakan adalah
blower fan portable. Blower portable yang digunakan juga hanya yang berjenis
system hidrolik atau pnumatis, untuk mencegah terjadinya percikan api saat gas
besentuhan dengan impeller yang bergesakan dengan cashingnya. Dan apabila
proses ini berlangsung saat kapal lego jangkar , mungkin perlu menghentikan
sementara pengoperasian selama periode tenang atau tidak ada angin, dan akan
dilanjutkan kalau sudah ada angin lagi.
7. Setelah itu kandungan gas didalam tanki diukur dengan explosimeter. Selesai
pengukuran pada tangki kargo minyak dan didapat konfirmasi bebas dari uap ledakan
hidrokarbon (kurang dari 1% HC LEL), gas beracun , kontaminan dan kandungan
oksigen diukur pada 21% , bila sudah maka tutup tanki dapat dibuka.
8. Setelah itu dipasang blower / kipas angin pada setiap tanki untuk memasukan udara ±
2 jam.
9. Bila kandungan gas tanki sudah pada batas aman bagi orang / perkerja masuk tanki
diberikan, gas free certificate bagi tanki yang bersangkutan.
9.3. Mengamankan barang-barang berharga
Banyaknya aktifitas yang akan dilakukan saat perbaikan dikapal memungkinkan akan
terjadi pencurian pada kapal, walaupun pada perusahaan dock perbaikan itu sudah terdapat
sistem keamanan berupa tenaga kerja ataupun alat. Menurunkan barang-barang yang tidak
dipelukan dalam proses perbaikan kapal, misalnya drum dan barang lainnya yang mudah
bergeser.
9.4. Mengamankan hand-tools di kamar mesin dan di deck.
Hand tools disini adalah peralatan yang digunakan dalam pelayaran untuk perawatan
ataupun perbaikan yang dilakukan ABK. Hand tools dikawatirkan akan membuat pekerjaan
dari reparasi kapal terganggu.
9.5. Konfirmasi mengenai suku cadang yang di pesan oleh Perusahaan telah berada ditempat
dan dapat secepatnya tersedia setelah kapal berada di galangan.
Proses ini sangat berpengaruh dalam proses berbaikan nantinya di dock, semua
kebutuhuna repair list (RL) yang sudah ditentukan harus di konfirmasikan lagi kepada
perusahaan dock itu sendiri.
Sebelum konfirmasi ada beberapa tugas untuk di lakukan yaitu pembelian barang, yaitu
dilakukan oleh:
a. Owner
Membeli semua kebutuhan dan suku cadang untuk perbaikan, semua kebutuhan
dan suku cadang itu di konfirmasikan kepada pihak perusahaan dock.
Keuntungan:
Harga yang diterima owner biasanya lebih murah dalam pembelian spare part dan
material.
Kerugian:
Harus dilakukan oleh pihak owner sendiri, pihak dock hanya menyediakan tempat.
Keterlambatan dari produsen spare part akan menambah biaya pada proses
docking kapal. Maka yang akan dirugikan adalah pihak owner.
Menambah biaya transport material atupun sparepart.
b. Perusahaan dock repair.
Membeli semua kebutuhan dan suku cadang untuk perbaikan, semua kebutuhan
dan suku cadang itu sesuai dari komposisi sifat dan kimawi dari material yang
dibutuhkan owner.
Keuntungan:
Pihak owner tidak perlu repot dalam proses pembelian.
Kerugian dalam pembelian ditanggung perusahaan dock.
Kerugian:
Harga yang diterima owner lebih mahal dalam pembelian spare part dan material.
9.6. Persiapan-persiapan lain yang penting untuk mempercepat perbaikan dan menghindari
keterlambatan dan penambahan hari di galangan.
Penyusunan pekerjaan reparasi tambahan bila ada, data-data penunjang
Daftar reparasi tahap awal
Informasi dari crew kapal
Dari semua itu akan ditambahkan beberapa persiapan yaitu:
Penambahan / pengurangan pekerjaan sesuai dengan ketentuan class / surveyor.
Penambahan volume pekerjaan yang besar dapat terjadi apabila ada pekerjaan diluar
repair list awal yang apabila tidak diperbaiki akan mempengaruhi system yang lainnya
ataupun tidak sesuai dengan ketentuan. Maka akan menimbulkan biaya tambahan,
waktu docking tambahan. Semua itu berdasarkan dari keputusan owner apabila dari
awal memang hanya berdasarkan dana.
Akan terjadi perubahan schedule penambahan alokasi dana
9.7. Dokumen serah terima kapal dari owner ke pihak galangan.
Dokumen diserahkan kepada galangan dengan semua ketentuan yang telah disepakati mulai
dari repair list,sertifikat kapal (yang dibutuhkan), ukuran utama kapal, gambar docking plan,
gambar rencana garis, gambar rencana umum, gambar tangki-tangki, gambar bukaan kulit,
sertifikat-sertifikat kapal, yang selanjutnya akan dilakukan proses masuk docking.
11. PENGONTROLAN
Owner Surveyor dibantu oleh tim harus selalu melakukan pengawasan pada semua
pekerjaan pekerjaan pemeliharaan dan perbaikan selama berlangsungnya docking.
Pengawasan harus meliputi kualitas sesuai dengan spesifikasi dan jadwal penyelesaiannya.
Segera setelah pekerjaan selesai, hasil pekerjaan harus diinspeksi untuk disetujui atau
ditolak. Owner Surveyor, dibantu oleh tim, harus mengkonfirmasikan semua pekerjaan
termasuk pekerjaan tambahan yang telah dikerjakan dan diselesaikan sesuai dengan:
Spesifikasi perbaikan
Persetujuan pekerjaan tambahan
Spesifikasi atas kebutuhan kualitas yang telah disetujui.
Jadwal dan rencana kemajuan kerja yang telah disetujui
12. PENGETESAN AKHIR
Ketika semua pekerjaan dan perbaikan dan juga pengawasan telah dijalankan, maka sebagai
finalisasi atau tahap akhir yaitu pengujian akhir. Semua sistem ataupun komponen yang telah
direpair atau dibangun baru akan ditest ulang apakah sudah berjalan dengan baik atau belum.
Owner surveyor akan bekerja sama dengan nahkoda dan juga galangan untuk pengujian akhir
ini. Nahkoda akan mengoperasikan semua sistem dan juga komponen yang direpair, atau lebih
mudahnya mengoperasikan kapal. Kemudian nahkoda akan mengetes dan apabila dalam kapal
masih terdapat kesalahan atau pun missing repair , maka nahkoda akan melaporkan ke owner
surveyor bahwa pada bagian ini masih terdapat kesalahan. Maka owner surveyor akan langsung
menkoordinir ke pihak galangan bahwa pada bagian ini masih terdapat kegagalan sistem. Maka
pihak galangan akan memperbaiki ulang sistem yang gagal ataupun komponen tersebut, karena
masih menjadi tanggungan atau garansi dari galangan.