Anda di halaman 1dari 15

INFEKSI KELENJAR LIUR (SIALADENITIS)

Tabel 1. Tipe-tipe Sialadenitis


Sialadenitis akut
Virus:
 Mumps
 Cytomegalovirus
 Coxsackievirus, echovirus, parainfluenza virus, influenza
Bakteri
 Parotitis supuratif akut
 Sialadenitis obstruktif (elektrolit)
Sialadenitis kronik
Parotitis kronik rekuren
Sialadenitis rekuren kronik dari kelenjar submandibula (sialadenitis kronik
sklerosis/ tumor kuttner)
Sialadenitis akibat radiasi
Sialadenitis akibat imunitas
 Mioepitel (Sindrom Sjogren)
 Sel epiteloid (Sindrom Heerfordt)
Sialadenitis granulomatous infeksius
 Tuberkulosis
 Aktinomikosis
 Sifilis

A. Sialadenitis akut
1. Sialadenitis virus akut (Mumps)
Berbagai organisme dapat menjadi penyebab terjadinya inflamasi akut
kelenjar liur seperti cytomegalovirus, coxsackievirus, influenza virus, dan HIV.
Virus yang paling sering menyebabkan inflamasi kelenjar liur adalah virus
mumps. Virus ini merupakan organisme penyebab Mumps ( parotitis epidemic,
parotitis infeksius), namun jarang pada anak-anak.
Virus mumps merupakan family dari paramixovirus. Virus mengendap
didalam saliva, infeksi menyebar melalui droplet. Kelenjar liur mayor terinfeksi
melalui jalur hematogen. Periode inkubasinya 18 (±10) hari.

Gejala klinik

 Difus
 Nyeri
 Pembengkakan akut kelenjar parotis.
 Kelenjar liur yang terinfeksi pertama kali biasanya kelanjar parotis, setelah
beberapa hari diikuti oleh pembesaran kelanjar limfe servikal, pembesaran
kelanjar parotis contralateral, dan kelenjar submandibula. Orifisium duktus
memerah, sedikit bengkak, dan mengeluarkan secret nonpurulen.

Diagnosis

Diagnosis berdasarkan pada gejala klinis. Bila masih meragukan dapat


dilakukan tes serologi. Bila titer antibodi meningkat 4 kali lipat dalam 2-3
minggu setelah onset dapat lebih menegakkan diagnosis.

Diagnosis banding

 Limfadenitis servikal
 Parotitis supuratif akut
 Parotitis kronik rekuren
 Infeksi atau abses dentogen
 Sialolithiasis
 Tumor

Komplikasi

Sering ditemukan hasil pemeriksaan cairan serebrospinal yang abnormal dan


menandakan terjadinya meningitis. Komplikasi yang serius namun jarang terjadi
adalah meningoensefalitis dengan deficit nervus kranialis permanen, orkitis, dan
labirintis. Dapat terjadi ketulian unilateral dalam banyak kasus. Komplikasi dari
gangguan ini dapat pula mengenai pancreas dan ovarium.

Penatalaksanaan
Tatalaksana yang diberikan pada pasien sialadenitis virus akut bersifat suportif,
yang terdiri dari analgetik, meningkatkan masukan cairan, dan menstimulasi
saliva dengan meneteskan lemon.

Profilaksis

Tindakan profilaksis yang paling baik adalah vaksinasi mumps.

2. Sialadenitis bakteri akut (Sialadenitis supuratif akut)


Selain virus, bakteria juga dapat m enyebabkan gejala pembengkakan yang
nyeri pada kelenjar liur terutama pada kelenjar parotis. Sialadenitis supuratif
akut menyebabkan 0,3% pasien di rawat inap dan 30-40% pasien dioperasi.

Penegakan diagnosis

a. pembengkakan kelenjar liur yang akut, nyeri disertai demam.


b. dapat terjadi pada pasien pasca operasi dan pasien tua dengan kondisi medis
kronis.
c. faktor resiko termasuk dehidrasi, trauma, imunosupresi dan keadaan umum
memburuk.
d. kulit di atas kelenjar parotid teraba hangat, sensitif dengan sentuhan dan
tekanan dan edema.
e. Sialadenitis supuratif akut yang ditangani dengan baik dapat menyebabkan
terbentuknya abses.
f. saliva dari kelenjar yang terkena harus di kultur.

Patogenesis

Pada awalnya terjadi stasis dari aliran saliva pada pasien, kemudian terbentuk
striktur atau obstruksi pada duktus. Stasis mengurangkan kemampuan saliva
untuk membantu dalam oral higiene dan sebagai antimikroba.
Pencegahan

Faktor predisposisi untuk Sialadenitis supuratif akut adalah dehidrasi,


imunosupresi, trauma dan keadaan umum menurun. Disebabkan hal ini, insidens
yang tinggi ditemukan pada pasien pasca-operasi dan pasien tua juga pada
pasien yang sedang dalam pengobatan kemoterapi atau radiasi.

Gejala klinis

Selain adanya pembengkakan parotis akut pada parotitis, terdapat juga eritema
pada kulit, nyeri, lemah, trismus, produksi duktus purulen, indurasi, demam atau
kombinasi dari gejala-gejala ini. Bakteria yang sering dikulturkan pada saliva
yang purulen adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumonia, Escheria
coli dan Haemophilus influenza. Organisma lain yang didapatkan dari pasien
yang dirawat inap dan sakit kronis adalah Klebsiella, Enterobacter,
Pseudomonas dan Candida.

Komplikasi

Jika penyakit ini tidak diobati, Sialadenitis supuratif akut dapat berkembang
menjadi abses yaitu komplikasi yang sangat fatal pada pasien yang keadaan
umum lemah dan berat. Palpasi pada kelenjar parotis bisa menemukan indurasi
dan konsistensi seperti donat yang signifikan pada kelenjar tersebut. Ultrasound
atau computer tomography (CT scan) pada kelenjar parotis bisa membantu
dalam menentukan lokasi area lokulasi.

Penanganan

Prinsip utama penanganan Sialadenitis supuratif akut termasuk rehidrasi,


antibiotika intravena dengan gram positif tahan penisilinase, kompres hangat,
masase, sialogogoues (obat yang membantu melancarkan aliran saliva), perbaiki
kebersihan mulut atau kombinasi dari terapi-terapi yang telah disebutkan. Jika
tidak terdapat perbaikan klinis dalam 48 jam terapi non operatif, maka abses
perlu dicurigakan. Insisi dan drainase menggunakan insisi parotidektomi dapat
dilakukan. Sewaktu melakukan teknik ini harus sentiasa hati-hati untuk
mencegah cedera pada nervus fasial. Cara lain yang dapat dilakukan adalah
bantuan CT scan atau ultrasound untuk menjalankan aspirasi jarum halus pada
abses.

Prognosis

Majoriti pasien Sialadenitis supuratif akut sembuh dengan terapi


medikamentosa. Bagaimanapun, kadar mortalitas kemungkinan besar tinggi
pada pasien dengan keadaan umum buruk atau dengan komplikasi medis yang
berat. Pada kasus seperti sialadenitis submandibular, kegagalan terapi
mengharuskan kecurigaan ke arah patologi yang lain seperti obstruksi duktus,
abses, batu kelenjar liur mayor atau tumor. Abses submandibular bisa tampak
seperti Angina Ludwig, suatu penyakit infeksi berat di dasar mulut dan di ruang
submandibular dan submental. Jika tidak ditangani, Angina Ludwig akan
menyebabkan sumbatan jalan nafas.

B. Sialadenitis kronik

Sialadenitis kronik terjadi akibat berkurangnya produksi saliva atau perubahan


pada aliran saliva menyebabkan stasis saliva. Hal ini dapat disertai obstruksi atau
tidak. Proses peradangan yang progresif dan perlahan ini biasanya terjadi pada
dewasa tetapi dapat juga memberi efek pada anak-anak.

Patogenesis

Aliran yang melambat atau stasis memperburuk fungsi kelenjar liur sehingga
menimbulkan kondisi yang rentan terhadap infeksi. Sialadenitis kronik mungkin
dapat disebabkan oleh infeksi retrograd dari flora normal oral dan inflamasi kronik
akibat infeksi akut berulang. Kemudian inflamasi kronik menyebabkan perubahan
pada epitel duktus yang biasanya akan menyebabkan peningkatan musin dalam
sekresi, memperlambat aliran dan sumbatan mukosa.

Secara histologis, epitel duktus pada Sialadenitis kronik dapat memperlihatkan


sel mukosa, skuamosa atau metaplasia onkositik. Bisa juga terdapat dilatasi duktus
dan atrofi sel-sel asinar. Inflamasi yang lama dapat menyebabkan fibrosis dan
infiltrasi limfosit. Jika penyebabnya adalah obstruksi batu, kalkuli dapat terlihat di
dalam duktus.

Pencegahan

Berbagai kondisi dapat menyebabkan Sialadenitis nonobstruktif kronik,


termasuk infeksi akut berulang, trauma, radiasi dan kondisi imunokompromais.
Perubahan histologis akibat radiasi biasanya permanen. Beberapa pasien dapat
terjadi pembengkakan kelenjar liur, xerostomia dan perubahan deria rasa setelah
mendapat kontras iodin intravena. Merokok juga dikatakan dapat sebagai
predisposisi terhadap Sialadenitis kronik karena mengurangi aktivitas antimikroba
pada sekresi saliva. Kondisi lain yang dikenal sebagai Sialadenitis sklerosa kronik
atau tumor Kuttner mungkin sukar dibedakan dari neoplasia sehingga pemeriksaan
patologi telah dilakukan.

Klinis

Gejalanya adalah pembengkakan kelenjar liur yang nyeri intermiten dan kronik
terutama apabila makan. Pembengkakan biasanya bilateral dan kadang disertai
infeksi akut. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang benar dapat menyingkirkan
faktor resiko dan langsung mencari penyebab yang dapat ditangani sebagai contoh
batu kelenjar liur. CT scan dan MRI dapat membantu menyingkirkan tumor maligna
terutama jika disertai massa fibrosa di kelenjar parotid. Sialografi dan aspirasi jarum
halus tidak secara konsisten membantu diagnosis. Bagaimanapun sialografi dapat
membantu mencari obstruksi , atrofi asinar dan dilatasi ireguler pada duktus.
Diagnosis banding

Penyakit granulomatosa, sialolitiasis, sarkoidosis, lesi limfoepitel jinak,


peradangan pseudotumor, sindrom Sjögren, sindrom Mikulicz

Komplikasi

Sebagai proses reaktif terhadap trauma atau penyakit, sialadenitis nonobstruktif


kronik dapat berlanjut ke pembentukan massa fibrosa atau peradangan pseudotumor.
Komplikasi lain adalah nyeri dan kerusakan permanen pada unit asinar dan epitel
duktus. Perubahan yang semakin progresif akhirnya memperburuk fungsi unit-unit
asinar dan bermanifestasi sebagai kelenjar yang menonjol(bulging), ireguler dan
nodular.

Penanganan

Terapi konservatif dan operasi eksisi kelenjar adalah metode terapi untuk
sialadenitis nonobstruktif kronik yang paling berjaya. Jika penyebab yang dapat
ditangani tidak ditemukan, pasien dinasehatkan supaya memperbaiki kebersihan
mulut dengan meningkatkan hidrasi, masase kelenjar yang terkena, nutrisi yang
adekuat dan penggunaan sialogoges (agen yang melancarkan aliran saliva).
Antibiotika diberikan pada pasien dengan eksaserbasi akut.

Parotidektomi superfisial merupakan terapi operasi yang sering dilakukan pada


kelenjar parotid dengan gejala yang persisten. Terapi alternatif lain termasuk
fibrosis iatrogenik pada kelenjar tersebut dengan metil violet 1% dan terapi radiasi
dosis rendah. Prosedur seperti ligasi duktus parotid dan neurektomi timpanik
digunakan untuk meningkatkan sekresi juga dapat digunakan sebagai terapi.

Prognosis
Prognosisnya tergantung pada penanganan faktor penyebab yang telah
ditemukan, beberapa rekurensi telah dilaporkan hasil dari terapi-terapi yang telah
dijelaskan.

1. Parotitis rekuren kronik


Parotitis rekuren kronik sering terjadi pada anak-anak, namun juga dapat
terjadi pada dewasa. Patogenesis terjadinya infeksi tersebut masih belum jelas.
Congenital ductectasia dipercaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
infeksi ini.

Gejala klinis

 Terjadi pembengkakan unilateral dari kelenjar parotis (jarang sekali


bilateral)
 Sangat nyeri
 Saliva seperti susu, granular, atau purulen.
 Biasanya terjadi trismus
 Serangan dapat muncul dalam berbagai interval, diantara serangan pasien
tidak memiliki keluhan selain kelenjar parotis yang mengeras.
 Pada anak, gejala mungkin akan hilang pada masa pubertas. Namun pada
dewasa mungkin dapat berlanjut menjadi lesi parenkim kelenjar liur yang
menyebabkan produksinya berkurang atau bahkan terhenti, hal ini berkaitan
dengan penyembuhan gejala.

Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis pemeriksaan fisis. Sonogram pada saat


serangan menunjukkan hasil yang normal. Walaupun jarang, sialografi dapat
menunjukkan gambaran “leafy tree” (duktus ekretori dengan ektasia acini dan
segmen duktus terminal)

Diagnosis banding
Untuk membedakannya dengan sialadenitis karena immunitas perlu dilakukan
biopsy. Sialadenitis karena faktor imun biasanya lebih banyak terjadi wanita.

Komplikasi

Dapat terjadi abses.

Penatalaksanaan

Tatalaksana dilakukan sama seperti parotitis bacterial akut. Pada anak-anak


cukup dnegan terapi konservatif, pada dewasa dapat dipertimbangkan dilakukan
parotidektomi, namun resiko untuk terjadinya cedera pada nervus fasialis cukup
besar.

2. Sialadenitis sklerosis kronik (sialadenitis kronik rekuren dari kelenjar


submandibula/ tumor Kuttner)

Sialadenitis sklerosis kronik merupakan sialdenitis kronik yang paling sering


terjadi, biasanya terjadi karena adanya obstruksi dan sialolithiasis. Dapat bersifat
permanen, pembengkakan seperti tumor pada kelenjar liur yang terkena.

Patogenesis

Perubahan komposisi saliva yang disertai dengan adanya obstruksi duktus


eksretori merupakan mekanisme utama terjadinya proses inflamasi.

Gejala klinis

 Pembengkakan kelenjar submandibula


 Semakin bertambah nyeri dan membesar bila makan

Stadium akhir dari sialadenitis tipe ini disebut Tumor Kuttner, yang berbatas
tegas, konstan, dan bengkak, serta sulit dibedakan dengan neoplasma bila
dengan palpasi.
Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan adanya gambaran obstruksi dengan USG. Bila


sudah ada komplikasi maka perlu pemeriksaan dengan MRI. Perubahan jaringan
inflamasi dapat dilihat dengan pemeriksaan FNAB. Kelenjar dapat diangkat
melalui “excisional biopsy”.

Diagnosis banding

Sialadenitis tipe ini dapat didiagnosis banding dengan tumor, kista, atau lesi
intraoral yang lain dan obstruksi intraduktal oleh batu ataupun plak viscous.
Selain itu juga dapat didagnosis banding dengan metastatis limfenodus,
khusunya yang berasal dari karsinoma sel skuamosa rongga mulut. Sialadenitis
kronik sklerosis sulit dibedakan dengan abses pada dentogen.

Tatalaksana

Pada saat serangan akut dapat diberikan antibotik, analgetik, dan anti-inflamasi.
Jika perlu dapat dilakukan eksisi kelenjar.

3. Sialadenitis mioepitel (Lesi limfoepitelial jinak)


Lesi limfoepitelial benigna juga dikenali sebagai sebagai tumor Gadwin,
sindrom Mikulicz atau parotitis pungtata. Lesi limfoepitelial benigna
mempunyai predileksi pada wanita terutama sekiat usia 50-60 tahun. Ia juga
sering disertai dengan penyakit multikistik pada pasien dengan infeksi HIV.

Penegakan diagnosis

a. Pembengkakan unilateral kelenjar parotid yang kistik dan lunak dengan kira-
kira 20% kasus terdapat pada bilateral.
b. Kelenjar parotid sering terlibat tetapi kelenjar submandibular juga kadang
dapat terkena.
c. Sering terdapat pada populasi pasien terinfeksi HIV.
d. Aspirasi jarum halus dapat membantu dalam diagnosis, memberi gambaran
atrofi asinar dengan infiltrasi limfositik difus dan kelompok pulau-pulau
epimioepitelial.
e. Penyakit ini dapat progresif menyebabkan hampir semua atau total jaringan
asinar pada kelenjar dirubah.

Patogenesis

Lesi limfoepitelial benigna adalah proses peradangan dengan adanya


infiltrasi limfositik disekeliling duktus dan parenkim kelenjar liur. Dengan
meningkatnya infiltrasi limfositik menyebabkan atrofi asinar yang progresif dan
hilangnya asinar-asinar. Pada tingkat yang lebih progresif, epitel duktus
berproliferasi dan menyebabkan obstruksi duktus.

Klinis

Pasien biasanya muncul dengan pembengkakan kelenjar liur unilateral yang


lunak dan kistik yang dapar disertai nyeri atau tidak. Kira-kira 20% kasus
terdapat pada bilateral. Aspirasi jarum halus pada massa parotid sangat
membantu. Sialografi jarang diindikasikan kecuali dicurigai adanya batu.

Kondisi seperti ini biasanya mengenai kelenjar parotid darang mengenai


kelenjar submandibular. Apabila terdapat pada kelenjar submandibular ia
muncul sebagai massa tidak nyeri. Kadang dapat juga disertai dengan
limfadenopati reaktif. Diagnosis dapat ditegakkan dengan histopatologis yaitu
adanya gambaran atrofi asinar dan infiltrasi limfositik difus dan kadang ada atau
tidak ada pulau-pulau epimioepitelial. Penyakit ini berhubungan dengan sindrom
Sjögren.

Komplikasi
Penyakit ini dapat menyebabkan progresi ke arah penyakit neoplastik seperti
karsinoma limfoepitelial, limfoma sel B gred rendah pada pseudolimfoma
MALT dan limfoma non-Hodgkin. Kadang juga disertai dengan sarkoma Kaposi
pada pasien yang terinfeksi HIV.

Penanganan dan Prognosis

adalah simptomatik kecuali pembesaran parotid adalah cukup berat sehingga


diharuskan untuk parotidektomi superfisial. Eksisi submandibular total adalah
terapi yang sangat adekuat untuk kista limfoepitelial benigna yang jarang.
Jarang terdapat transformasi maligna, bagaimanapun observasi tetap harus
dilakukan setelah eksisi total dari kelenjar tersebut.

4. Sialadenitis akibat radiasi

Patogenesis
Penyinaran dari luar atau terapi radioiodine (iodine diekresikan dalam kelenjar
liur) dapat menyebabkan inflamasi kelenjar dengan atrofi sementara atau mulut
kering permanen. Pada dosis yang kurang dari 15 Gy, injuri bersifat reversibel.
Radiasi dosis tinggi dapat menyebabkan injuri reversible dengan tingkat
kesembuhan yang bervariasi. Kerusakan paling berat sering terjadi pada kelenjar
acini serous, yang menyebabkan penurunan kuantitatif dan perubahan kualitatif
dalam saliva. Dapat terjadi Sindrom Sicca pada gigi yang caries dan inflamasi
mukosa.

Gejala klinis
Gejala utama berupa xerostomia dan lidah terbuka, sering dikombinasikan
dengan hipogeusia atau ageusia.
Tatalaksana
Penilaian simtomatis dapat dilakukan dengan menstimulasi produksi saliva
(contoh: 3x5 mg/hari pilokarpin), mengatur pengganti saliva, atau hidrasi
(contoh: teh)

Pencegahan
Dapat digunakan amifostine yang dikombinasikan dengan cisplatin dan
penyinran eksternal dapat membantu melindungi fungsi kelenjar liur.
5. Sindrom Sjögren

Penegakkan diagnosis

1. pembengkakan kelenjar liur dengan mulut dan mata yang kering yang
menyebabkan sensitifitas dan nyeri pada oral dan okular.
2. sering disertai dengan penyakit jaringan penyambung lain.
3. sering didapatkan pada wanita post-menopaus.
4. deteksi autoantibodi SS-A dan SS-B dan lain-lain, dan juga biopsi kelenjar
liur minor dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
5. progresifitas penyakitnya perlahan
6. resiko tinggi dalam pembentukan limfoma maligna pada sindrom Sjögren
primer.

Pendahuluan

Sindrom Sjögren adalah penyakit autoimun yang secara klasik terdapat


pembesaran parotid, xerostomia dan sicca keratokonjungtivitis. Juga dapat
disertai penyakit-penyakit jaringan penyambung yang lain seperti reumatoid
artritis atau lupus eritomatosa sistemik. Sindrom Sjögren terjadi 90% pada
wanita, biasanya sekitar usia 60 tahun. Penyakit ini adalah penyakit jaringan
penyambung kedua paling sering Cuma reumatoid artritis terjadi paling sering.

Klinis

Gejala dan Tanda

Pasien biasanya menunjukkan gejala pembesaran kelenjar liur yang bilateral


dan tidak lunak. Pembengkakan parotid dapat terjadi secara intermiten atau
menetap. Gejala lain termasuk mata dan mulut yang kering, perubahan deria
pengecapan, kulit yang kering, mialgia, vagina kering, vaskulitis dan artritis.

Hasil Laboratorium

Hasil tes laboratorium menunjukkan adanya SS-A atau SS-B autoantibodi,


faktor reumatoid atau antibodi antinuklear dapat membantu diagnosis.
Pemeriksaan mikroskopis pada biopsi kelenjar liur minor contohnya dari bibir
dapat mengkonfirmasi penyakit Sjögren. Berdasarkan kriteria histologis, skor
fokus yang lebih besar dari 1 fokus/ 4mm2 merupakan diagnostik. Hasil
histopatologis termasuk infiltrat limfositik di unit-unit asinar dan pulau
epimioepitelial dengan stroma limfoid.

Diagnosis banding

 lesi limfoepitelial jinak (juga dikenali dengan nama sindrom Mikulicz)


 sialadenitis nonobstruktif kronik

Komplikasi

Komplikasi dari sindrom Sjögren primer terjadi akibat progresi kronis


penyakit tersebut. Deteriorasi dari fungsi saliva dapat menyebabkan pasien
mengalami kesukaran berbicara, menelan, mengunyah. Selain itu juga dapat
menyebabkan peningkatan kerusakan gigi dan gigi yang hilang dan mukosa oral
yang tidak nyaman. Lebih penting lagi, kira-kira 10% insidens limfoma terjadi
pada pasien dengan sindrom Sjögren primer.

Penanganan

Terapinya adalah simptomatik dan suportif. Steroid dan steroid topikal tetes
mata diindikasikan untuk gejalan yang berat. Parotidektomi superfisial mungkin
diperlukan untuk infeksi parotid berulang yang berat.

Prognosis

Prognosis penyakit ini biasanya baik. Bagaimanapun terdapat kenaikan


insidens pada limfoma maligna atau karsinoma limfoepitelial pada pasien
dengan sindrom ini. Maka observasi yang ketat dengan studi diagnostik yang
tepat amat direkomendasikan.

Anda mungkin juga menyukai