Anda di halaman 1dari 114

1

PENGARUH PROGRAM KESELAMATAN DAN


KESEHATAN KERJA TERHADAP PRODUKTIFITAS
KARYAWAN PADA PT. RAMAJAYA PRAMUKTI
PKS RAMA-RAMA MILL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian


Oral Comprehensif Jurusan Manajemen S 1 Fakultas Ekonomi
Universitas Islam Riau

Oleh :

NURLIANA
NPM. 055210362

JURUSAN : MANAJEMEN – S1

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2010
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam

pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan. Disisi lain

kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang

mengandung resiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat

kerja. Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah.

Karena ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun

waktu terutama terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Lebih-lebih

perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik

daripada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya memerlukan biaya

yang lebih besar untuk penanganan dan pemberian kompensasinya.

Mengingat kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan penggunaan

teknologi maju yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

terutama masalah penyakit akibat kerja. Selain itu masih banyak perusahaan yang

belum melaksanakan ketentuan-ketentuan yang mengarah kepencegahan penyakit

akibat kerja, hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian, waktu dan memer

lukan biaya yang tinggi. Dari pihak pekerja sendiri disamping pengertian dan

pengetahuan masih terbatas, ada sebagian dari mereka masih segan menggunakan

alat pelindung atau mematuhi aturan yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah
3

keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri tetapi harus

dilakukan secara terpadu yang melibatkan berbagai pihak baik pemerintah,

perusahaan, tenaga kerja serta organisasi lainnya Tenaga kerja merupakan salah

satu faktor produksi yang terpenting dalam suatu perusahaan, tanpa mereka betapa

sulitnya perusahaan dalam mencapai tujuan, merekalah yang menentukan maju

mundurnya suatu perusahaan, dengan memiliki tenaga-tenaga kerja yang terampil

dengan motivasi tinggi perusahaan telah mempunyai asset yang sangat mahal,

yang sulit dinilai dengan uang. proses pendirian suatu perusahaan baik itu yang

bergerak dalam bidang Industri maupun jasa selalu dilandasi keinginan untuk

mencapai tujuan dan sasaran tertentu.

Dalam lingkungan perusahaan, masalah keselamatan kerja adalah penting

karena dengan lingkungan kerja yang aman, tenang dan tentram, maka orang yang

bekerja akan bersemangat dan dapat bekerja secara baik sehingga hasil

kerjanyapun memuaskan. Demikian pula dengan masalah kesehatan kerja,

masalah kesehatan kerja yang sangat baik akan membuat karyawan bekerja

dengan baik karena para karyawan merasa nyaman dalam menjalankan tugasnya,

sebaliknya apabila lingkungan kerja kurang baik misalnya ventilasi yang kurang

baik, penerangan dan kebersihan yang kurang memadai, ruangan yang sangat

padat, serta suhu yang sangat panas akan mengakibatkan menurunnya

produktivitas kerja karyawan.

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari


4

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab

para manajemen yang wajib memelihara kondisi kerja yang selamat sesuai dengan

ketentuan pabrik. Di pihak lain, para kepala urusan wajib senantiasa mencegah

jangan sampai terjadi kecelakaan. Umumnya kejadian kecelakaan kerja

disebabkan kesalahan manusia (human error)

PT. Ramajaya Pramukti merupakan anak perusahaan dari PT. SMART

Tbk. yang merupakan bagian dari SINAR MAS GROUP (Holding Company)

yang hergerak dalam Bidang Agrobisnis khususnya perkebunan kelapa sawit. Saat

ini PT. SMART Tbk. Merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta

yang terbesar di Indonesia, dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit 400.000

Ha, 37 unit Pabrik Kelapa Sawit, 3 Unit Kernel Crushing Plant, 9 unit Building

Station dan 2 unit Rifenery yang tersebar di seluruh Indonesia.

PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill mulai dibangun pada tahun

1997 oleh Central Engineering Dept. PT. SMART Corporation Jakarta. Mulai

beroperasi bulan Oktober 1998 dengan kapasitas 60 Ton/jam. PT. Ramajaya

Pramukti PKS Rama-Rama Mill terletak di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung,

Kabupaten Kampar, Riau. Kurang lebih 80 kilometer dari Pekanbaru.

PT. Ramajaya Pramukti - Rama-rama Mill adalah perusahaan yang bergerak

dalam bidang pengolahan kelapa sawit, sebagai produknya adalah Crude Palm Oil

(CPO). Peningkatan produksi dilakukan pada bulan September 1999 yaita dengan

penambahan satu sistem pengolahan Kernel Palm yaitu dengan membangun unit
5

KCP (Kernel Crushing Plant), dimana sebagai produknya adalah Palm Kernel Oil

(PKO) dan Palm Kernel Meal (PKM).

PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill memerlukan prosedur

kerja yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja karyawan.

Dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, PT. Ramajaya

Pramukti PKS Rama-Rama Mill sangat peduli pada kesejahteraan karyawannya.

Ini diaplikasikan dengan mengikutsertakan setiap karyawannya pada :

a. Program JAMSOSTEK (4,89 % iuran ditanggung pcrusahaan)

b. Dana Pensiun (8% iuran ditanggung perusahaan)

c. Pesangon bagi karyawan yang di PHK yang jumlahnya disesuaikan

dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

d. Bonus tahunan sebesar 3 s/d 4 bulan gaji berdasarkan pencapaian produksi

e. Tunjangan Hari Raya sebesar 1 bulan gaji.

f. Tunjangan kesehatan bagi pekerja, istri dam 3 orang anak.

g. Tunjangan beras

- Pekerja 0,5 Kg/hari

- Istri 0,3 Kg/hari

- Anak 0,25 Kg/hari (tanggungan maksimal 3 orang anak)

Fasilitas-fasilitas tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

kerja karyawan. Adapun upaya-upaya lain yang dilakukan PT. Ramajaya

Pramukti PKS Rama-Rama Mill dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja

karyawan adalah dengan cara memberikan program-program pendidikan dan


6

pelatihan. Disamping itu perusahaan juga menambah perlengkapan dan peralatan

yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

Dalam pelaksanaan tugas dan untuk keselamatan kerja PT. Ramajaya

Pramukti PKS Rama-Rama Mill menggunakan alat-alat pengaman sebagai berikut

: Helm, Safety Shoes, Sarung Tangan, Masker hidung dan Baju kerja. Untuk

menanggulangi kemungkinan terjadinya kecelakaan tersebut dibentuklah

Environmental Health & Safety (EHS) di lingkungan PT. Ramajaya Pramukti

PKS Rama-Rama Mill dimana orang-orang/team yang diberi tugas oleh

perusahaan dalam mengidentifikasikan dan mengevaluasi masalah keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) serta merekomendasikan prioritas.

Tujuan keselamatan kerja bukan hanya mencegah dan mengurangi

kecelakaan saja tetapi juga meliputi masalah kesehatan, penyakit akibat kerja,

keselamatan tenaga, keamanan dari proses, alat-alat, lingkungan dan peningkatan

proses produksi. Keselamatan kerja disini tidak sama dengan mandor seperti

waktu yang lampau, tetapi mempunyai arti dan fungsi yang luas yakni tidak hanya

meliputi pengawasan teknis pekerjaan saja, tetapi juga perlindungan keselamatan

terhadap peningkatan produktifitas .

Dalam proses produksi, pihak perusahaan telah mengupayakan

perlindungan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya

namun tingkat produktivitas yang diharapkan oleh perusahaan tidak tercapai.

Berikut ini dapat dilihat jumlah produksi pada PT. Ramajaya Pramukti PKS

Rama-Rama Mill sebagai berikut :


7

Tabel 1.1
PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill
Jumlah Produksi Tahun 2005 - 2008

Tandan Buah Segar % Crude Palm Oil (CPO) % Palm Kernel Oil (PKO) % Palm Kernel Meal (PKM) %
Tahun Pencapaian Pencapaian Pencapaian Pencapaian
Target Realisasi Target Target Realisasi Target Target Realisasi Target Target Realisasi Target

2005 345.325.850 287.209.960 83,17 % 127.108.850 97.735.540 76,89 % 50.843.540 38.575.510 75,87 % 25.421.770 19.287.451 75,87 %

2006 332.572.780 288.191.890 86,66 % 115.857.550 98.057.750 84,64 % 46.343.020 39.685.950 85,64 % 23.171.510 16.928.735 73,06 %

2007 314.511.990 266.123.550 84,61 % 118.824.250 86.515.750 72,81 % 47.529.700 28.838.580 60,67 % 23.764.850 18.797.563 79,10 %

2008 279.475.820 284.538.220 101,81 % 95.158.650 95.514.070 100,37 % 38.063.460 31.838.020 83,64 % 19.031.730 16.587.597 87,16 %

Sumber : PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill


8

Dari tabel diatas dapat dilihat hasil produksi yang dihasilkan oleh

perusahaan berupa TandanBuah Segar (TBS), Crude Palm Oil (CPO), Palm

Kernel Oil (PKO) dan Palm Kernel Meal (PKM). Tingkat produksi yang

dihasilkan oleh perusahaan cenderung berfluktuasi dan target yang diharapkan

oleh perusahaan rata-rata tidak tercapai dalam kurun waktu tahun 2004-2008.

Salah satu faktor penyebab tidak tercapainya target produktivitas ini adalah karena

terjadinya kecelakaan kerja. Jenis-jenis kecelakaan yang terjadi pada karyawan

seperti kecelakaan yang beresiko ringan, beresiko sedang dan berat.

Akibat kecelakaan tersebut ada yang bisa disembuhkan dan meninggalkan

bekas (cacat). Standar Dinas Tenaga Kerja bahwa kecelakaan kerja yang terjadi

adalah paling banyak 10 orang. Data-data mengenai kecelakaan kerja tersebut

dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1.2
Klasifikasi dan Jumlah Kecelakaan Karyawan pada
PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill
Periode Tahun 2004 – 2008

Tahun Jumlah Klasifikasi Kecelakaan Jumlah Tenaga Persentase


Tenaga Kerja (%)
Kerja R B M.D Mengalami
Bag. Kecelakaan
Proses
2005 86 0 1 - 1 3,49 %
2006 80 2 0 - 2 6,25 %
2007 78 1 1 - 2 3,85 %
2008 74 1 0 - 1 2,70 %
Jumlah 4 2 0 6

Sumber : PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

Keterangan :
R : Ringan
B : Berat
MD : Meninggal Dunia
9

Berdasarkan data kecelakaan kerja yang terjadi PT. Ramajaya Pramukti

PKS Rama-Rama Mill menunjukkan klasifikasi kecelakaan yang terdiri dari

ringan dan berat, sedangkan karyawan yang menyebabkan meninggal dunia tidak

ada. Di sini dikatakan kecelakaan ringan yaitu karyawan yang mengalami

kecelakaan dapat ditangani langsung oleh P3K yang ada di Perusahaan, sedangkan

kecelakaan berat adalah karyawan yang mengalami kecelakaan dimana karyawan

tidak bisa ditangani langsung oleh P3K yang ada di Perusahaan, karena

keadaannya yang cukup parah dan fasilitas serta pengobatan di P3K tidak

memadai sehingga si korban langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan

perawatan yang lebih baik.

Dari tabel dapat dilihat bahwa dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008

tersebut terjadi kecelakaan kerja pada perusahaan yang bersangkutan. Dimana

dilihat total jumlah kecelakaan yang terjadi dalam kurun waktu 5 tahun sebanyak

6 kecelakaan kerja yang terdiri dari 4 kecelakaan ringan dan 2 kecelakaan berat.

Dan untuk tahun terakhir penelitian ini yakni tahun 2008, jumlah kecelakaan kerja

adalah sebanyak 2 kali yakni hanya kecelakaan ringan saja.

Kecelakaan kerja merupakan suatu kecelakaan yang terjadi pada seseorang

karena hubungan kerja dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang ada

kaitannya dengan pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Dari

berbagai Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah dilaksanakan, dalam

kenyataannya masih terdapat kecelakaan kerja yang terjadi. Dengan demikian

dapatlah diketahui bahwa keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai peranan

yang sangat penting di dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja serta demi
10

untuk mencapai target yang diharapkan perusahaan. Selain itu dari jumlah

karyawan tersebut, ada juga yang mengalami gangguan kesehatan akibat

lingkungan kerja namun tidak dilakukan perawatan. Karena gangguan kesehatan

yang dialami karyawan tersebut hanya bersifat gangguan kesehatan ringan seperti

deman, pusing, flu dan sebagainya, maka karyawan tersebut biasanya melakukan

pengobatan ditempat-tempat pengobatan yang menjadi rujukan perusahaan bagi

karyawannya

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis ingin mengetahui

keselamatan dan kesehatan kerja dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan,

untuk itu dalam penelitian ini penulis memberi judul : “PENGARUH

PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP

PRODUKTIFITAS KARYAWAN PADA PT. RAMAJAYA PRAMUKTI

PKS RAMA-RAMA MILL.”

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka penulis

mencoba merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “Apakah

Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berpengaruh Signifikan Terhadap

Produktifitas Karyawan pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill.”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Terhadap Produktifitas Karyawan pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-

Rama Mill.
11

2. Untuk menganalisa kebijakan perusahaan melaksanakan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3).

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk memberikan informasi yang lebih luas tentang pengaruh Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (K3).

2. Menambah pengalaman penulis dalam mengembangkan wawasan dan

menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama di bangku kuliah.

3. Sebagai bahan kajian dan acuan bagi para peneliti berikutnya serta pihak-

pihak yang membutuhkannya.

D. Sistematika penulisan

Untuk mengetahui secara garis besar penyusunan ini, maka penulis

membaginya dalam 6 (enam) bab seperti ini :

BAB I : Bab ini merupakan bab pertama dari penulisan skripsi ini, yang

antara lain berisi latar belakang masalah, perumusan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Dalam hal ini penulis akan menyajikan beberapa teori yang

melandasi pembahasan yang meliputi pengertian keselamatan

dan kesehatan kerja, penyebab kecelakaan kerja, tujuan

keselamatan dan kesehatan kerja, hipotesa dan variabel

penelitian.

BAB III : Dalam bab ini berisi lokasi penelitian, jenis dan sumber data,

teknik pengumpulan data dan analisis data.


12

BAB IV : Dalam bab ini akan dibahas tentang sejarah singkat

perusahaan, struktur organisasi dan aktivitas perusahaan.

BAB V : Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kebijaksanaan

perusahaan dalam menyediakan fasilitas keselamatan dan

kesehatan kerja untuk tenaga kerja.

BAB VI : Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang

kesimpulan dan saran yang diperoleh dari bab-bab sebelumnya.


13

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan adalah salah

satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan nyaman

sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas

kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja akan menciptakan terwujudnya

pemeliharaan karyawan yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja ini harus

ditanamkan pada diri masing-masing individu karyawan dengan penyuluhan dan

pembinaan yang baik agar mereka menyadari pentingnya keselamatan kerja bagi

dirinya maupun untuk perusahaan. Keselamatan kerja meliputi perlindungan

karyawan dari kecelakaan di tempat kerja. Sedangkan kesehatan merujuk kepada

kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik dan mental. Agar pengertian

keselamatan dan kesehatan kerja dapat dipahami dengan jelas maka penulis akan

memaparkan secara terperinci.

Permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja adalah aktivitas yang

dilakukan karyawan di perusahaan yang menimbulkan kecelakaan kerja.

Kecelakaan adalah tindakan yang tidak terduga dan tidak diharapkan tidak terduga

karena di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan terlebih-lebih

dalam bentuk perencanaan.


14

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan

kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan

terjadi karena pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Yang

dimaksud dengan keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan

mesin, pesawat, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan

lingkungan serta cara-cara untuk melakukan pekerjaan. (Suma’mur, 1998:1)

Menurut Henrich pengertian kecelakaan kerja adalah:

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dimana aksi atau

reaksi objek, bahan, orang atau radiasi mengakibatkan luka pada orang.

(Manuaba, 2001:193)

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan merugikan

fisik seseorang atau kerusakan hak milik yang disebabkan kontak dengan energi

(kinetik, listrik, kimiawi dan lain-lain) yang melewati ambang batas dari benda

atau bangunan. Dari definisi diatas jelaslah bahwa pengertian kecelakaan tidak

hanya terbatas pada insiden-insiden yang menyangkut terjadinya luka-luka saja,

tetapi juga meliputi kerugian fisik dan materil sebab-sebab terjadinya kecelakaan

tersebut. Kecelakaan akan selalu disertai kerugian materil maupun penderitaan

dari yang paling ringan sampai yang paling berat dan bahkan ada yang tewas, oleh

karena itu sebelum terjadi kecelakaan, perlu dilakukan tindakan-tindakan

pencegahan/ keselamatan.

Beberapa hasil riset menunjukkan bahwa faktor manusia merupakan faktor

penyebab kecelakaan kerja yang paling sering terjadi. Hal ini terutama disebabkan

oleh kurangnya kesadaran pekerja akan pentingnya keselamatan kerja. Untuk


15

mengatasi masalah tersebut, diperlukan adanya organisasi keselamatan kerja,

program keselamatan kerja, dan dukungan manajemen. Di lain pihak pemerintah

juga memegang peranan penting dalam usaha untuk mencegah terjadinya

kecelakaan pada proyek konstruksi. Beberapa sumber yang diperoleh didapatkan

berbagai macam definisi tentang kecelakaan sebagai berikut :

Yang dimaksud kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak disengaja

seperti kejadian-kejadian yang tidak diharapkan dan tidak terkontrol. Kecelakaan

tidak selalu berakhir dengan luka fisik dan kematian. Kecelakaan yang

menyebabkan kerusakan peralatan dan material dan khususnya yang

menyebabkan luka perlu mendapat perhatian terbesar. Semua kecelakaan tanpa

melihat apakah itu menyebabkan kerusakan ataupun tidak perlu mendapatkan

perhatian. Kecelakaan yang tidak menyebabkan kerusakan peralatan, material dan

kecelakaan fisik dari personil kerja dapat menyebabkan kecelakaan lebih lanjut.

(Hinze, 1999).

Definisi kecelakaan kerja lainnya adalah sesuatu yang tidak terencana,

tidak terkontrol, dan sesuatu hal yang tidak diperkirakan sebelumnya sehingga

mengganggu efektifitas kerja seseorang. (Anton,Thomas, 2002)

Suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang

mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan

kerugian baik korban manusia dan atau harta benda (Modul 1 tentang dasar-dasar

keselamatan dan kesehatan kerja). Suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan

secara tiba-tiba yang dapat mengakibatkan cedera termasuk kerusakan harta benda
16

dan gangguan lingkungan atau kombinasi dari semua ini. (Modul 2 tentang

Manajemen K3)

Kecelakaan yang terjadi termasuk penyakit yang timbul karena hubungan

kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari

rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa dilalui.

(UU RI no 3 th 1992 dan Per-04/Men/l993)

Kejadian atau peristiwa yang menyebabkan orang mendapat kesulitan

(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya

merupakan tanggungjawab para manajer lini, penyelia, mandor kepala, dan juga

kepala urusan.

Fungsionaris lini wajib memelihara kondisi kerja yang aman sesuai

dengan ketentuan pabrik dan peinprosesan yang baik Teknik pencegahan yang

harus didekati yaitu aspek perangkat keras (peralatan, perlengkapan, mesin, dan

letak) serta aspek perangkat lunak (manusia dan segala unsur yang berkaitan).

Kelengahan dan kelalaian manajemen dalam pengelolaan sumber daya manusia

akan mengakibatkan kecelakaaan atau kerugian. Dari aspek peralatan, pencegahan

kecelakaan harus diadakan dengan terlebih dahulu menyusun berbagai sistem

dalam perusahaan. Kecelakaan terjadi tanpa disangka-sangka dalam sekejap mata.

Di dalam setiap kejadian, empat faktor bergerak dalam satu kesatuan berantai,

yaitu faktor lingkungan, faktor bahaya, faktor peralatan dan perlengkapan, dan

faktor manusia. (Silalahi, 2001).


17

2. Keselamatan Kerja

Definisi keselamatan dapat diartikan :

Kondisi bebas dari bahaya. Terhindar dari bencana, aman sentosa,

sejahtera, tidak kurang suatu apapun, sehat, tidak mendapat gangguan, kerusakan,

dsb, beruntung, tercapai maksudnya, tidak gagal. (Kamus Besar bahasa Indonesia)

Keselamatan kerja merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan proyek

konstruksi, dimana keselamatan kerja perlu mendapat perhatian yang sama

dengan kualitas, jadwal dan biaya (Yustono, 2000).

Penyediaan fasilitas keselamatan keja meliputi peralatan perlindungan diri

dan sarana keselamatan kerja. Peralatan perlindungan diri terdiri dari pelindung

kepala (helm), pelindung mata, pelindung telinga, sarung tangan, sabuk

pengaman, dan sepatu karet. sedangkan sarana keselainatan kerja meliputi tanda-

tanda dan tulisan mengenai keselamatan kerja, jaring pengaman tempat

pengobatan, peralatan P3K dan alat pemadam kebakaran. (Grimaldi dan Simonds,

1999)

Pengarahan keselamatan kerja perlu dilakukan secara rutin dan mudah

dicerna oleh para pekerja (Ratih dan Saptiwi, 2001).

3. Alasan Pentingnya Keselamatan Kerja.

Ada beberapa alasan pentingnya memperhatikan masalah keselainatan

dalam bekerja, yaitu :

a. Kemanusiaan. Membiarkan terjadinya kecelakaan keja tanpa berusaha

melakukan sesuatu untuk memperbaiki keadaan merupakan suatu tindakan

yang tidak manusiawi. Hal ini dikarenakan kecelakaan yang terjadi tidak
18

hanya menimbulkan penderitaan bagi korbannya, misalnya kematian,

luka/cedera berat maupun ringan, tetapi juga mengakibatkan penderitaan

bagi keluarga korban jika korban meninggal atau cacat. Oleh karena itu,

pengusaha (kontraktor) mempunyai kewajiban untuk melindungi

pekerjanya dengan cara menyediakan lapangan kerja yang aman (Ridley,

2001)

b. Ekonomi. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi akan menimbulkan

kerugian ekonomi seperti kerusakan mesin, peralatan, bahan dan

bangunan, biaya pengobatan, biaya santunan kecelakaan dan sebagainya.

Oleh karena itu, dengan melakukan langkah-langkah pemegahan

kecelakaan maka selain dapat mencegah terjadinya cedera pada pekerja,

kontraktor juga dapat menghemat biaya yang harus dikeluarkan. UU dan

peraturan. UU dan peraturan dikeluarkan oleh pemerintah atau suatu

organisasi bidang keselainatan kerja dengan pertimbangan bahwa masih

banyak kecelakaan yang terjadi, makin meningkatnya pembangunan

dengan penggunaan teknologi modern, pekerjaan konstruksi merupakan

kompleksi tas kerja yang dapat merupakan sumber terjadinya kecelakaan

keja, dan pentingnya arti tenaga kerja di bidang kegiatan konstruksi.

c. Nama baik perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai reputasi yang

baik dapat mempengaruhinya kemampuannya dalam bersaing dengan

perusahaan lain.

Keterlibatan secara aktif dari manajemen perusahaan sangat penting

artinya bagi terciptanya perbuatan dan kondisi lingkungan yang aman.


19

Manajemen perusahaan perlu membuat program keselamatan kerja (safety

program) dan mempunyai komitmen untuk menjalankan program tersebut demi

terciptanya keamanan di lokasi kerja, dan faktor-faktor yang mempengaruhi

keselamatan kerja, yaitu :

a. Kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja

b. Petunjuk tentang cara menggunakan alat pengaman keselamatan kerja

c. Frekuensi penggunaan alat pengaman keselamatan kerja

d. Kerusakan alat pengaman keselamatan kerja

e. Alat penerangan yang disediakan oleh perusahaan

f. Pengetahuan karyawan dalam penggunaan peralatan dan prosedur kerja.

(Silalahi, 2001).

4. Kesehatan Kerja

Kesehatan berasal dari bahasa Inggris ‘health’, yang dewasa ini tidak

hanya berarti terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat

mempunyai makna sehat secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan

demikian pengertian sehat secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-

being). Kesehatan sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun pendekatan praktis

juga berupaya mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan manusia

menderita sakit dan sekaligus berupaya untuk mengembangkan berbagai cara atau

pendekatan untuk mencegah agar manusia tidak menderita sakit, bahkan menjadi

lebih sehat.

Menurut Sumakmur (2000:76) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam

ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar


20

pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif

dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan –gangguan kesehatan yang

diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-

penyakit umum.

Mengenai kesehatan kerja, termasuk di dalamnya kesehatan fisik dan

mental. Kesehatan karyawan bisa terjadi karena penyakit, stress, maupun karena

kecelakaan. Dengan adanya program kesehatan kerja, diharapkan pekerja menjadi

lebih produktif misalnya menjadi jarang absen atau mangkir kerja. Oleh karena

itu, gangguan-gangguan penglihatan, pendengaran, kelelahan, lingkungan kerja

(misalnya suhu dan kelembaban), dan lainnya perlu dihilangkan atau diperkecil

semaksimal mungkin.

Strategi kesehatan kerja sangat berhubungan erat dengan pengenalan dan

pengendalian bahaya-bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh kelelahan, tekanan

batin (stres) kebisingan, radiasi maupun zat-zat beracun lainnya terhadap kondisi

fisik manusia, pikiran, dan sikap tingkah laku para pegawai.

Pendekatan yang perlu dilakukan dalam strategi kesehatan ini mencakup

langkah-langkah:

a. Mengenal zat-zat, keadaan atau proses yang benarbenar atau mempunyai

potensi yang membahayakan para pekerja.

b. Mengadakan evaluasi bagaimana bahaya itu bisa timbul dengan

mempelajari sifat dan sesuatu zat atau kondisi dan keadaan di mana

bahaya tersebut terjadi. Hal tersebut juga memperhitungkan kondisi


21

lingkungan dalam keadaan yang bisa berbahaya dalam bentuk intensitas

dan lamanya pengaruh terhadap pekerja.

c. Mengadakan pengembangan teknik dan metode kerja untuk memperkecil

risiko dengan melakukan pengendalian dan pengawasan atas penggunaan

bahan-bahan yang berbahaya atau pada lingkunganlingkungan di mana

bahaya bisa terjadi.

Upaya yang harus dilakukan sebagai solusi untuk mencapai pengawasan

kesehatan dan keselamatan kerja pegawai mencakup kegiatan :

a. Mempersiapkan dan menyediakan sarana dan prasarana yang dapat

melindungi, tetapi tidak hanya mengubah bentuk, proses atau spesifikasi.

Perubahan-perubahan tersebut tidak sepenuhnya menghilangkan bahaya

yang bisa terjadi di luar kemampuan.

b. Menghilangkan pusat utama yang mengakibatkan bahaya melalui

rancangan dan rekayasa pengelolaan dengan memastikan bahwa misalnya

zat beracun yang berbahaya tersebut tidak mencemari para pekerja.

c. Membuat isolasi kegiatan atau unsur-unsur yang berbahaya sehingga para

pekerja tidak berhubungari dengan mereka yang harus diisolasi, kalauputi

berhubungan harus menggunakan alat tertentu sebagai pencegahan.

d. Mengubah proses dan metode kerja atau menggand bahan-bahan untuk

mendapatkan perlindungan yang lebih baik atau dapat menghilangkan

risiko dari bahaya yang kemungkinan bisa berpengaruh.


22

e. Mengadakan pelatihan para pekerja untuk mencegah risiko dengan

membatasi bahaya atau risiko dengan memakai alat keselamatan kerja

yang tersedia

f. Adakan pengawasan secara teratur untuk dapat memastikan bahwa faktor-

faktor yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan kerja dapat

terdeteksi setiap saat.

g. Memelihara kantor dan peralatannya sedemikian rupa untuk kemungkinan

timbulnya bahaya bagi lingkungan kerja maupun pada pekerjanya.

h. Mengadakan cek kesehatan secara teratur bagi karyawan/pekerja/pegawai

sebagai pencegahan.

5. Penyebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan sebagai suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

diharapkan bukanlah suatu peristiwa kebetulan saja, tetapi ada sebab-sebabnya.

Sebab-sebab itu perlu diketahui dengan jelas agar usaha keselamatan dan

pencegahan dapat diambil, sehingga kecelakaan tidak terulang kembali dan

kerugian akibat kecelakaan dapat dihindarkan. Kecelakaan tidak terjadi begitu

saja, kecelakaan terjadi karena tindakan yang salah atau kondisi yang tidak aman.

Kelalaian sebagai sebab kecelakaan merupakan nilai tersendiri dari teknik

keselamatan. Ada pepatah yang mengungkapkan tindakan yang lalai seperti

kegagalan dalam melihat atau berjalan mencapai suatu yang jauh diatas sebuah

tangga. Hal tersebut menunjukkan cara yang lebih baik selamat untuk

menghilangkan kondisi kelalaian dan memperbaiki kesadaran mengenai

keselamatan setiap karyawan pabrik.


23

Diantara kondisi yang kurang aman salah satunya adalah pencahayaan,

ventilasi yang memasukkan debu dan gas, lay-out yang berbahaya ditempatkan

dekat dengan pekerja, pelindung mesin yang tak sebanding, peralatan yang rusak,

peralatan pelindung yang tak mencukupi, seperti helm dan gudang yang kurang

baik. Diantara tindakan yang kurang aman salah satunya diklasifikasikan seperti

latihan sebagai kegagalan menggunakan peralatan keselamatan, mengoperasikan

pelindung mesin mengoperasikan tanpa izin atasan, memakai kecepatan penuh,

menambah daya dan lain-lain. Penyebab kecelakaan kerja secara umum dapat

dibagi dua yaitu :

a. Penyebab langsung :

1) Perbuatan yang tidak aman (unsafe acts), didefinisikan sebagai segala

tindakan manusia yang dapat memungkinkan tejadinya kecelakaan

pada diri sendiri maupun orang lain. Contoh dari perbuatan yang tidak

aman seperti misalnya :

- Metode kerja yang salah.

- Tidak menggunakan alat yang telah disediakan.

- Salah menggunakan alat yang telah disediakan.

- Menggunakan alat yang sudah rusak.

- Tidak mengikuti prosedur keselamatan kerja.

2) Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), didefinisikan sebagai suatu

kondisi lingkungan kerja yang dapat memungkinkan terjadinya

kecelakaan. Contoh kondisi yang tidak aman :

- Kondisi fisik, mekanik, peralatan.


24

- Kondisi permukaan tempat berjalan dan bekerja.

- Kondisi penerangan, ventilasi, suara dan getaran.

- Kondisi penataan lokasi yang salah.

b. Penyebab tidak langsung :

- Fungsi manajemen

- Kondisi pekerja.

Dari hasil analisa kebanyakan kecelakaan biasanya terjadi karena mereka

lalai ataupun kondisi kerja yang kurang aman, tidak hanya satu saja. Keselamatan

dapat dilaksanakan sedini mungkin, tetapi untuk tingkat efektivitas maksimum,

pekerja harus dilatih, menggunakan peralatan keselamatan.

Cara penggolongan sebab-sebab kecelakaan ini diberbagai negara tidaklah

sama, namun ada kesamaan umum. Menurut Ranupandojo dan Husnan, sebab-

sebab kecelakaan dikelompokkan atas:

a. Sebab teknis. Menyangkut masalah kejelekan pabrik, peralatan, mesin,

penerangan, perawatan mesin-mesin dan alat-alat serta bising yang

berlebihan.

b. Human (Manusia). Biasanya disebabkan oleh deficiencies para individu

seperti: sikap yang ceroboh, tidak hati-hati, tidak mampu menjalankan

tugas yang baik, mengantuk, pecandu obat bius/alkohol. (Ranupandojo

dan Husnan, 1999:218)

Para ahli banyak yang menduga bahwa 4 dari 5 kecelakaan yang terjadi

penyebabnya adalah manusia, karenanya program keselamatan kerja haruslah


25

banyak memusatkan pada aspek teknisnya. Sedangkan Manuaba (2001:152)

menyatakan bahwa sebab-sebab kecelakaan adalah:

a. Unsafe Action (Perbuatan manusia yang tidak aman)

1) Melaksanakan pekerjaan tanpa wewenang atau yang berwenang gagal

mengamankan atau memperingatkan seseorang.

2) Menjalankan alat-alat/mesin di luar batas aman.

3) Menyebabkan alat-alat keselamatan kerja tidak bekerja.

4) Cara angkat, angkut, menempatkan barang dan menyimpan yang

kurang/tidak aman.

5) Memakai sikap/posisi tubuh yang kurang baik/tidak aman.

6) Bekerja dengan alat/mesin bergerak atau berbahaya.

7) Melakukan tindakan mengacau, menyalahgunakan, melampaui batas.

b. Unsafe Action and Mechanical Condition (Kondisi fisik dan mekanis yang

tidak aman) yaitu:

1) Alat pengaman yang kurang/tidak bekerja

2) Tidak ada pengaman

3) Adanya kondisi tidak aman

4) Design/konstruksi yang kurang/tidak aman.

5) Pengaturan proses kerja yang berbahaya atau mengandung resiko

seperti: badan terlalu berat, jalan yang sempit/tidak teratur.

6) Penerangan, ventilasi kurang baik.

7) Perencanaan proses kerja kurang/tidak aman.


26

Berdasarkan analisis sebab kecelakaan yang terjadi pada umumnya

disebabkan oleh perbuatan yang membahayakan. Adapun perbuatan yang

membahayakan itu bersumber dari:

a. Pemakaian alat-alat pelindung diri

b. Posisi seseorang yang sedang bekerja

c. Perbuatan seseorang yang melaksanakan pekerjaan

d. Cara mempergunakan perkakas dan alat-alat berat

e. Tata cara kerja dan ketertiban. (Warwich, 2001:3)

Kecelakaan kerja jarang disebabkan oleh satu faktor, penggolongan

menurut jenis akan dapat menunjukkan peristiwa yang langsung mengakibatkan

kecelakaan dan menyatakan bagaimana suatu benda atau zat menyebabkan

terjadinya kecelakaan.

Menurut organisasi perburuhan internasional, klasifikasi berdasaran jenis

kecelakaan adalah:

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda tajam

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, kecuali benda jatuh.

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi


27

i. Jenis lain, termasuk kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi

tersebut. (Suma’mur, 1998:7)

Peristiwa kecelakaan akan selalu disertai dengan merugikan materi

ataupun penderitaan terhadap karyawan dan keluarganya. Menurut sifatnya

kecelakaan dibagi atas:

a. Luka ringan, apabila si korban kurang dari 3 minggu telah dapat bekerja

kembali seperti biasa.

b. Luka berat, apabila si korban lebih dari 3 minggu baru dapat bekerja

kembali.

c. Tewas/mati, apabila si korbsn meninggal 24 jam setelah kecelakaan.

Selain luka-luka dan kematian, kecelakaan kerja dapat pula mengakibatkan

kerugian karena terganggunya aktivitas kerja, kerusakan alat-alat, lingkungan dan

menurunnya moral karyawan terutama bagi mereka yang langsung mamahami

atau melihat terjadinya kecelakaan tersebut.

Berdasarkan kerugian yang diderita oleh perusahaan biasanya dapat diukur

dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan karena terjadinya

kecelakaan. Namun demikian dalam pelaksanaannya tidak semua biaya yang

dikeluarkan dapat dihitung dengan sejumlah uang, misalnya moral karyawan tidak

dapat diukur dengan uang perusahaan adalah:

a. Pencegahan terjadinya kecelakaan

b. Pencegahan terjadinya penyakit-penyakit akibat kerja

c. Pencegahan atau penekanan sekecil-kecilnya cacat akibat pekerjaan.

d. Pencegahan atau penekanan sekecil-kecilnya cacat akibat pekerjaan.


28

e. Pengamanan material, konstruksi bangunan, alat kerja, mesin-mesin,

pesawat serta instalasi dan sebagainya.

f. Peningkatan produktivitas kerja atas dasar tingkat keamanan kerja yang

tinggi.

g. Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber

produksi lainnya sewaktu bekerja.

h. Memelihara tempat kerja yang bersih, sehat, nyaman dan aman.

i. Peningkatan dan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi dan

pembangunan.

Berdasarkan pada tujuan keselamatan kerja di atas, ternyata masalah

keselamatan kerja bukan hanya mencegah dan mengurangi kecelakaan saja tetapi

juga meliputi masalah kesehatan, penyakit akibat kerja, keselamatan tenaga,

keamanan dari proses, alat-alat, lingkungan dan peningkatan proses produksi.

Jadi maksud keselamatan kerja disini tidak sama dengan mandor seperti

waktu yang lampau, tetapi mempunyai arti dan fungsi yang luas yakni tidak hanya

meliputi pengawasan teknis pekerjaan saja, tetapi juga perlindungan keselamatan

petugas lingkungannya. Seorang ahli dalam bidang keselamatan kerja Willie

Hammer mengatakan bahwa program keselamatan kerja diadakan karena tiga

alasan penting yakni alasan berdasarkan perikemanusiaan, alasan berdasarkan

Undang-Undang dan Alasan berdasarkan ekonomi. (Moekijat, 2003:1)

Berikut ini penjelasannya :

a. Alasan berdasarkan perikemanusiaan. Pertama-tama para manajer akan

mengadakan pencegahan kecelakaan kerja atas dasar perikemanusiaan


29

yang sesungguhnya. Mereka melakukan demikian untuk mengurangi

sebanyak-banyaknya rasa sakit dari pekerjaan yang menderita luka serta

keluarga sering diberi penjelasan mengenai akibat kecelakaan.

b. Alasan berdasarkan Undang-Undang. Ada juga alasan mengadakan

program keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan Undang-Undang.

Pada waktu sekarang di Amerika Serikat terdapat Undang-Undang federal,

Undang-Undang Negara Bagian dan Undang-Undang Kota Praja tentang

keselamatan dan kesehatan kerja dan bagi mereka yang melanggarnya

akan dijatuhi hukuman denda.

c. Alasan berdasarkan Ekonomi. Akhirnya ada alasan ekonomi untuk

menjadi sadar keselamatan kerja karena biaya kecelakaan dapat sangat

besar bagi perusahaan.

Sehubungan dengan masalah kesehatan kerja menurut Suma’mur, bahwa

kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kedokteran, yang bertujuan agar

pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental

maupun sosial dengan usaha-usaha yang bersifat preventif dan kuratif.

Pelaksanaan keselamatan kerja dari suatu perusahaan dengan perusahaan

lain tidaklah sama. Ada yang mengabaikan dan ada pula yang menempatkan

keselamatan kerja sebagai bagian integrasi dari kegiatan bisnisnya. Hal ini

disebabkan oleh karena keadaan/kondisi perusahaan dan sikap serta pandangan

atau sistem nilai yang hidup dan diatur oleh pimpinan puncak dan manajemen

perusahaan tersebut. Tuntutan keselamatan kerja ini ditentukan pula oleh jenis

industri dimana perusahaan beroperasi atau jenis teknologi yang dipakai.


30

Misalnya industri kimia akan berbeda dengan pertambangan atau dengan industri

farmasi. Salah satu hal yang ikut menentukan adalah normal/standar keselamatan

kerja yang telah ditetapkan untuk masing-masing industri atau teknologi yang

dipakai. Fase pertumbuhan dan ukuran perusahaan yang baru dirintis atau yang

dimulai dari ukuran kecil ada kecenderungan untuk menomor duakan masalah

keselamatan kerja, tetapi semakin besar ukuran perusahaan atau nilai investasi

yang ditanam akan semakin besar pula perhatian terhadap keselamatan kerja.

Penggolongan keselamatan kerja berdasarkan pelaksanaannya ada 4, yakni :

a. Perusahaan yang buta keselamatan kerja. Ciri yang mewarnai kelompok

ini adalah tahap pertumbuhan yang berada pada fase survival dan ukuran

usaha atau nilai investasi masih terbatas. Biasanya pimpinan perusahaan

terbatas pendidikannya.

b. Perusahaan yang berpandangan bahwa keselamatan kerja merupakan unsur

biaya yang mempengaruhi profitabilitas usaha. Ukuran perusahaan mulai

dari yang cukup besar sampai yang ukuran raksasa. Orientasi utama

perusahaan adalah pertumbuhan dan keuntungan. Tidak ada batas latar

belakang pendidikan tertentu dari pemilik atau pimpinan perusahaan.

c. Perusahaan yang berpandangan keselamatan kerja sebagai bagian dari

tanggung jawab sosial perusahaan.

Perusahaan yang termasuk kelompok ini biasanya telah lepas dari tahap

survival. Ukuran perusahaan atau investasinya cukup besar sampai besar

sekali. Pimpinan perusahaan mempunyai wawasan yang sangat luas,

kesejahteraan dan lingkungan kerja dalam sumber daya manusia.


31

Perusahaan yang menempatkan keselamatan kerja sebagai bagian integral

dari kegiatan bisnisnya. Dalam kelompok ini keselamatan kerja betul-betul ikut

menentukan keberhasilan usahanya. Biasanya nilai investasi dan teknologi yang

digunakannya sangat tinggi, sehingga setiap kecelakaan yang terjadi dapat

berakibat fatal. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan adalah dalam dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan kepada karyawan, yakni usaha menghindari dan

mencegah terjadinya kecelakaan kerja karyawan di dalam melakukan

pekerjaannya.

Program keselamatan dan kesehatan kerja yang baik juga akan

menunjukkan manajemen dan kepemimpinan yang baik di perusahaan, karena

keselamatan dan kesehatan kerja dapat menurunkan kerugian yang timbul akibat

kecelakaan dan karyawan akan terlatih dalam menghadapi resiko kerja.

Sasaran dari program keselamatan kerja adalah untuk memenuhi

kepentingan bersama, antara lain adalah:

a. Mencegah dan mengurangi adanya bahaya kecelakaan yang mungkin

timbul pada setiap tempat kerja.

b. Membimbing dan menanamkan rasa disiplin serta kesadaran bagi

karyawan terhadap kecelakaan yang berhubungan dengan tugasnya.

c. Agar perusahaan senantiasa dapat menghasilkan produksi sebaik mungkin,

alat-alat kerja dilayani serta dipelihara secara bertanggung jawab, dan

bahan baku tidak dihambur-hamburkan.


32

d. Para karyawan berkepentingan agar perusahaan memberi jaminan atas

keselamatan dan raga kesehatan dan kesejahteraannya. (Harianto, 1998:18)

Adapun tujuan dari program pencegahan kecelakaan ini adalah

mewujudkan suasana kerja yang mengembirakan, salah satu faktor sangat penting

dalam memberikan rasa tentram, kegiatan dan kegairahan kerja pada karyawan,

sehingga dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan

produktivitas kerja.

Agar tercapai hasil yang memuaskan dalam rangka pengusahaan

pencegahan kecelakaan, yaitu meliputi:

1. Program keselamatan kerja.

2. Program kesehatan kerja.

6. Faktor - faktor Kecelakaan

Studi kasus menunjukkan hanya proporsi yang kecil dari pekerja sebuah

industri terdapat kecelakaan yang cukup banyak. Pekerja pada industri

mengatakan itu sebagai kecenderungan kecelakaan. Untuk mengukur

kecenderungan kecelakaan harus menggunakan data dari situasi yang

menunjukkan tingkat resiko yang ekivalen.

Begitupun, pelatihan yang diberikan kepada pekerja harus dianalisa, untuk

seseorang yang berada di kelas pelatihan kecenderungan kecelakaan mungkin

hanya sedikit yang diketahuinya. Satu lagi pertanyaan yang tak terjawab ialah

apakah ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan terhadap kecelakaan

yang kecil atau salah satu kecelakaan yang besar. Pendekatan yang sering

dilakukan untuk seorang manager untuk salah satu faktor kecelakaan terhadap
33

pekerja adalah dengan tidak membayar upahnya. Bagaimanapun jika banyak

pabrik yang melakukan hal diatas akan menyebabkan berkurangnya rata-rata

pendapatan, dan tidak membayar upah pekerja akan membuat pekerja malas

melakukan pekerjaannya dan terus membahayakan diri mereka ataupun pekerja

yang lain. Ada kemungkinan bahwa kejadian secara acak dari sebuah kecelakaan

dapat membuat faktor-faktor kecelakaan tersendiri.

Cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah mengurangi unsur penyebab

kecelakaaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi,2000).

a. Manusia. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja merupakan “alat

produksi” yang paling tidak effisien ditinjau dari aspek tenaga, keluaran,

ketahanan fisik dan mental. Pembebanan yang berlebihan atau lingkungan

keja yang kurang nyaman bagi manusia normal harus diimbangi oleh

pengurangan jam kerja dan istirahat yang lebih lama untuk memulihkan

tenaganya. Mengingat semakin meningkatnya persyaratan kerja dan

kerumitan hidup, manusia harus meningkatkan effisiensinya dengan

bantuan peralatan dan perlengkapan, semakin canggih peralatan yang

digunakan manusia, semakin besar bahaya yang mengancamnya. (Silalahi,

1995). Hal-ha1 yang berpengaruh terhadap tindakan manusia yang tidak

aman (kecerobohan) serta kondisi lingkungan yang berbahaya di lokasi

proyek : Pembawaan diri, Accident Theory menyatakan bahwa kecelakaan

kerja yang terjadi berhubungan dengan faktor pribadi manusia. Setiap

orang mempunyai pribadi yang berbeda yang mempengaruhi dirinya

dalam melakukan setiap perbuatan.


34

b. Pekerja dalam melakukan pekerjaannya perlu menyesuaikan diri dengan

lingkungan tempat kerjanya dan mengontrol pekerjaan yang ditangani

sehingga dapat bekerja dengan aman. Orang yang tidak dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan mempunyai frekuensi kecelakaan

yang lebih besar. (Hinze, 1997). Persoalan pribadi, faktor-faktor negatif

yang terdapat dalam diri pekerja seperti yang dinyatakan dalam Stress

yaitu kelelahan, konsumsi alkohol atau obat-obatan, penyakit dan perasaan

frustasi dalam kehidupan akan mempengaruhi perilaku pekerja, sehingga

mereka melakukan pekerjaan dengan tidak aman yang akhirnya dapat

mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.

c. Usia dan pengalaman kerja, faktor usia dan pengalaman kerja

mempengaruhi pekerja dalam melakukan pekerjaan mereka di lokasi kerja,

dimana pekerja yang masih muda usianya belum memiliki pengalaman

kerja yang memadai dalam melaksanakan tugas mereka, hal ini akan

mengakibatkan tingkat kecelakaan kerja yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pekerja dewasa. Pekerja yang sudah berpengalaman dalam

pekerjaannya akan lebih baik dalam bekerja dibandingkan dengan pekerja

yang tidak berpengalaman atau pekerja baru. Hal ini disebabkan karena

pekerja yang berpengalaman telah memahami tugas-tugas yang akan

dikerjakan dan resiko yang ada dalam pekerjaan yang di tanganinya.

Pekerja baru ketika ditempatkan di lokasi proyek menghadapi lingkungan

yang tidak dikuasainya, sehingga dapat membuatnya frustasi yang akan

mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. (Hinze, 1997).


35

d. Perasaan bebas dalam melaksanakan pekerjaan (tidak ada tekanan target

kerja). Berdasarkan teori The Goals, pihak manajemen harus memberikan

kebebasan kepada pekerja dalam usahanya mencapai tujuan dari pekerjaan

dengan tidak inembebani dengan target-target yang memberatkan.

Hasilnya adalah bahwa pekerja akan lebih memfokuskan kerjanya yang

mengarah pada tujuan kerja. (Hinze,1997)

e. Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja para pekerja tidak memberikan

jaminan terhadap resiko kecelakaan kerja yang lebih kecil, karena resiko

terjadinya kecelakaan kerja sangat tergantung akan pengertian pekerja

tersebut terhadap pemahaman cara bekerja yang aman (peralatan kerja,

keselamatan keja, prosedur pekerjaan) dan sebagainya (Hinze, 1385).

f. Keletihan fisik para pekerja yang dapat menyebabkan konsentrasi para

pekerja terganggil, sehingga cenderung untuk melakukan tindakan yang

dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Hal ini dapat disebabkan oleh

beberapa hal seperti lingkungan tempat bekerja berada di tempat terbuka

yang dipengaruhi cuaca dan pergantian jam kerja yang tidak teratur (bila

proyek berjalan terus menerus). (Hinze, 1985).

g. Lingkungan dan alat kerja. Kondisi lingkungan juga perlu diperhatikan

dalam mencegah kecelakaan kerja, terutama yang disebabkan oleh :

1) Gangguan-gangguan dalam bekerja, misalnya suara bising yang

berlebihan yang berakibat dapat mengganggu konsentrasi pekerja

dalam bekerja.
36

2) Debu dan material beracun, mengganggu kesehatan kerja yang

berakibat penurunan pada efektivitas kerja.

3) Cuaca (panas, hujan), dimana kondisi panas yang berlebihan akan

menyebabkan pekerja mengalami kelelahan fisik dini dan kondisi

hujan akan mengakibatkan kecelakaan karena lokasi kerja menjadi

licin.

7. Program-program Keselamatan Kerja dan Kesehatan kerja

a. Program Keselamatan kerja.

Pada hakekatnya setiap personil berhak mendapatkan perlindungan atas

keselamatan kerja yang pelaksanaannya berdasarkan atas ketentuan-ketentuan

yang telah ditentukan oleh pemerintah dan disesuaikan dengan kemampuan

perusahaan yang bersangkutan. Bila keselamatan kerja tidak lagi menjadi

perhatian, seperti misalnya terjadi kecelakaan maka yang dirugikan disini bukan

saja personil tetapi secara tidak langsung perusahaan akan meraskannya juga.

Misalnya biaya pengeluaran pengobatan, tenaga kerja yang berkurang, waktu

yang hilang dan kemungkinan produksi akan berhenti, malah perusahaan akan

lebih besar lagi mengeluarkan dana untuk hal lain akibat dari kecelakaan tersebut.

Maksud dan tujuan keselamatan kerja secara umum adalah untuk

menunjang tercapainya rencana produksi dengan peralatan, lingkungan dan

pekerjaan selamat. Agar tindakan lebih efektif, maka perlu dibuat suatu program

keselamatan kerja. Program tersebut dapat kompleks dan dapat pula sederhana.

Menurut Heidjrachman dan Husnan (1999:223), setiap program

keselamatan kerja dapat terdiri dari:


37

1) Didukung oleh manajemen puncak (Top management)

2) Menunjuk seorang direktur keselamatan kerja

3) Pembuatan pakrik dan operasi yang bertindak secara aman (aspek teknis)

4) Mendidik karyawan untuk bertindak secara aman

5) Menganalisa kecelakaan

6) Menyelamatkan akan lomba keselamatan kerja

7) Menjalan peraturan keselamatan kerja.

b. Program Kesehatan Kerja

Disamping usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan, perusahaan juga

perlu memelihara kesehatan karyawannya baik fisik maupun mental apakah itu

disebabkan oleh penyakit, ketegangan/strss, maupun karena kecelakaan. Dalam

hal ini pengetahuan lingkungan kerja adalah faktor utama yang perlu diperhatikan,

untuk itulah pemeriksaan yang berkesinambungan terhadap kondisi kerja dan

kesehatan karyawan perlu diperhatikan.

Meningkatkan kesadaran akan kemungkinan-kemungkinan bahaya

kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang telah menyebabkan

berkembangluasnya usaha-usaha/program kesehatan kerja dalam perusahaan.

Kadang-kadang program kesehatan kerja ini disalurkan dalam program

keselamatan kerja. Dalam hal ini kewajiban yang mesti diperhatikan bagi

kesehatan kerja karyawan adalah sebagai berikut:

a. Segala urusan yang bersifat khusus terhadap penyakit akibat pekerjaan

bagi setiap karyawan selama masa dinasnya yang dimulai sejak menjadi

calon pegawai.
38

b. Segala usaha yang meliputi pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan

rehabilitasi dalam rangka penyembuhan bagi setiap penderita.

c. Segala usaha yang menyangkut faktor lingkungan kerja guna mewujudkan

kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja .

Bila kesehatan karyawan tidak baik, akan mengakibatkan kecenderungan

adanya tingkat absensi yang tinggi dan rendahnya tingkat produktivitas.

Dampaknya bagi perusahaan adalah program-program latihan yang

diselengarakan selama ini akan sia-sia atau terbengkalai. Karyawan yang sudah

ahli dan cakap pun tidak bisa dipertahankan hanya karena faktor kesehatannya

yang tidak baik. Lantas biaya yang dikeluarkan pun menjadi percuma.

Menurut Handoko upaya untuk melakukan pencegahan serta mengurangi

tingkat kecelakaan kerja dapat dilakukan berikut ini :

Membentuk bidang spesialisasi yang bertanggung jawab atas penemuan

kondisi-kondisi yang berbahaya dan bekerja dengan teknisi-teknisi industrial

pemeliharaan dan desain mesin untuk membetulkan kondisi-kondisi yang tidak

aman atau tidak sehat. Mereka juga bertanggung jawab atas pemeliharaan

peraturan-peraturan keamanan dan standar-standar serta pencatatan dan

pelaporan-pelaporan kecelakaan. Mereka mengembangkan dan menglola

program-program kesehatan dan keamanan di seluruh organisasi dan

memperhatikan pengaturan kelembaban dan suhu udara, penerangan, ventilasi dan

kebersihan lingkungan. (Handoko, 2000: 222)

Program keselamatan dan kesehatan kerja meliputi :


39

a. Menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat termasuk keselamatan

dan kesehatan kerja bagi para karyawan dan keamanan serta keselamatan

fasilitas-fasilitas milik perusahaan.

b. Mendidik semua pegawai mengetahui prosedur pekerjaan yang benar dan

melatih melakukan pekerjaan dengan cara aman dan efisien. Para pegawai

diajarkan cara yang baik di dalam melakukan yang teratur. Mereka juga

bertanggungjawab atas pegawai lainnya. Dan perusahaan, dalam

melakukan pekerjaan mereka, sehingga tidak membahayakan orang lain

atau hilangnya barang milik perusahaan.

c. Meningkatkan keikutsertaan dalam usaha keselamatan dan kesehatan

kerja.

d. Menyelaraskan dengan semua Undang-Undang, ketentuan dan peraturan

keselamatan dan kesehatan kerja yang sah.

e. Program keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu program yang

dirancang untuk menyelamatkan harta, benda dan nyawa manusia

sekalipun dari suatu ancaman kecelakaan kerja, kecerobohan dan

kurangnya pengetahuan dan keselamatan kerja adalah untuk

menyelamatkan kerugian yang ditimbulkan manakala ancaman kecelakaan

kerja itu terjadi, sehingga dapat menimbulkan kerugian. (Fire and Safety,

1998:1).

Menurut UU RI No. 132 tahun 2003 tentang keselamatan dan kesehatan

kerja menyebutkan :
40

Pasal 86 :

1. Setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh

perlindungan atas :

a. Keselamatan dan kesehatan kerja

b. Moral dan pendidikan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta

nilai-nilai agama.

2. Untuk melindungi keselamatan pekerja atau buruh guna mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan

dan kesehatan kerja

3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan 2 dilaksanakan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 87 :

1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan manajemen perusahaan.

2. Ketentuan mengenai penerapan sistem keselamatan dan kesehatan

kerja sebagaimana yang dimaksud pada ayat satu diatur dengan

peraturan pemerintah.

8. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja maupun barang lain

yang berada pada tempat kerja, serta sumber produksi dan lingkungan kerja dalam

keadaan aman perlu penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.


41

Berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER.05/MEN/1966,

yang dimaksud dengan sistem manajemen K 3 adalah sistem manajemen secara

keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab

pelaksanaan, prosedur proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi

pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang

berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien

dan produktif. (Sastrohadiwiryo, 2001: 46)

Tujuan dan sasaran sistem manajemen K3 adalah menciptakan sistem

keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur

manajemen tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam

rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang

diwujudkan dalam :

a. Menempatkan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja pada posisi

yang dapat menentukan keputusan perusahaan.

b. Menyediakan anggaran tenaga kerja yang berkualitas dan saran-saran lain

yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Menetapkan personil yang memiliki tanggung jawab, wewenang dan

kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja.

d. Merencanakan keselamatan dan kesehatan kerja yang terorganisasi.

e. Melakukan penelitian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan

kerja.
42

Setiap tingkat pimpinan dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen

terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sehingga sistem manajemen K3

berhasil diterapkan dan dikembangkan. Demikian pula tenaga kerja dan orang lain

yang berada ditempat kerja harus menjaga dan mengendalikan pelaksanaan

keselamatan dan kesehatan kerja.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/MEN/1996 BAB III pasal 3,

menyebutkan bahwa setiap tempat kerja yang mempekerjakan tenaga kerja

sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang

ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat

mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran, dan

penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja, dimana Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

ditempat kerja dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan seluruh tenaga kerja

sebagai satu kesatuan yang terpadu. Dalam peraturan tertsebut disebutkan bahwa

perusahaan harus menyediakan personil yang memiliki kualifikasi, sarana dan

dana yang memadai sesuai Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

yang diterapkan.

Tujuan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

adalah untuk menciptakan suatu sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan

lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka :

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja.


43

b. Menciptakan tempat kerja yang aman terhadap kebakaran, peledakan dan

kerusakan yang pada akhirnya akan melindungi investasi yang ada serta

membuat tempat kerja yang sehat.

c. Menciptakan efisiensi dan produktivitas kerja karena menurunnya biaya

kompensasi akibat sakit atau kecelakaan kerja.

Alasan pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja adalah upaya pencegahan kecelakaan di tempat kerja dengan

melibatkan seluruh unsur perusahaan mulai dari pimpinan tertinggi hingga pekerja

bawahan. Hal ini memungkinkan mengingat adanya pembagian tanggung jawab

masing-masing unsur pekerja berdasarkan batas keterlibatannya.

Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari suatu organisasi adalah

merupakan pernyataan yang disebarluaskan kepada umum dan ditandatangani

oleh manajemen senior sebagai bukti pernyataan komitmennya dan kehendaknya

untuk bertanggung jawab terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kebijakan

ini dimaksudkan untuk menjelaskan kepada karyawan, pemasok dan pelanggan

bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian yang tak terpisahkan dari

seluruh operasi. Komitmen ini selanjutnya diperkuat dengan manajemen yang

secara aktif ikut serta dalam peninjauan ulang dan peningkatan kinerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara berkesinambungan :

a. Komitmen tertulis dan ditandatangani oleh pengurus tertinggi dari tempat

kerja. Memuat visi dan tujuan yang bersifat dinamis. Kerangka kerja dan

program kerja.

b. Dibuat melalui proses konsultasi dengan pekerja atau wakil pekerja.


44

c. Disebarluaskan kepada seluruh pekerja.

d. Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

e. Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko

Setelah adanya komitmen dan kebijakan dari perusahaan tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja, maka dalam manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja langkah awal yang dilakukan adalah melakukan identifikasi

bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko.

Aktifitas pekerjaan, baik itu pekerjaan utama atau pun pekerjaan

pendukung dilakukan identifikasi bahaya dan dilakukan analisis risiko

berdasarkan kemungkinan terjadinya dan tingkat keparahannya. Aktifitas dan

lokasi yang ditinjau antara lain berupa :

a. Aktifitas penunjang

b. Gudang alat

c. Gudang bahan

d. Workshop besi

e. Workshop kayu

f. Lapangan

g. Produksi beton

h. Pekerjaan sand cement

i. Pembuatan dan instal bekisting

j. Pekerjaan pengecoran

k. Indentifikasi undang-undang dan perundangan yang berlaku


45

Identifikasi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,

Keputusan Menteri, Instruksi Menteri, Peraturan Menteri berkaitan dengan K3.

Sasaran penerapan K3 di proyek adalah menurunkan incident rate sampai dengan

0, meningkatkan kesehatan karyawan dan meningkatkan kesesuaian legal.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain meningkatkan kepedulian

terhadap pekerja dengan memberikan pelatihan/briefing kepada pekerja.

Rencana pelatihan K3, tujuan pelatihan adalah untuk memastikan bahwa

karyawan kompeten dalam melaksanakan pekerjaannya dan peduli terhadap

konsekuensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja sehingga pekerjaan dapat

dilakukan dengan sehat dan aman. Hal-hal berkenan dengan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja perlu dikomunikasikan kepada seluruh pegawai atau pihak

eksternal. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja didokumentasikan

dalam bentuk tertulis berupa catatan-catatan dan foto-foto. Pengendalian dokumen

perlu dilakukan agar dokumen mudah ditemukan, versi terbaru selalu tersedia dan

dokumen versi lama tidak ada lagi tersedia.

Pelaksanaan pekerjaan diterapkan melalui prosedur yang terdokumentasi

sehingga meminimalkan penyimpangan dari kebijakan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Kontrol operasi tersebut dalam bentuk Instruksi Kerja untuk

pekerjaan atau kegiatan tertentu. Prosedur pelaksanaan kegiatan berkaitan dengan

risiko yang diketahui dari barang, peralatan dan jasa yang dipakai atau dibeli dan

menyampaikan prosedur dan persyaratannya. Prosedur tersebut juga termasuk:

a. Prosedur investigasi kecelakaan kerja.

b. Prosedur melapor ke Depnaker.


46

c. Prosedur melapor ke Jamsostek.

d. Rencana kesiagaan dan tanggap darurat

Melakukan perencanaan untuk tanggap darurat yang berisi informasi yang

diperlukan untuk mengatasi suatu keadaan darurat. Kesiagaan dan tanggap darurat

tersebut didistribusikan kepada petugas terkait. Informasi tersebut berupa prosedur

keadaan darurat termasuk daftar kontak dengan pihak luar seperti Departemen

Tenaga Kerja, Kantor Polisi, Rumah Sakit dan Dinas Kebakaran terdekat.

Informasi tersebut juga berupa flow chart prosedur untuk kecelakaan ringan,

kecelakaan berat, kecelakaan meninggal dan prosedur investivigasi kecelakaan

kerja.

Cara inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan cara menyaksikan

langsung proses kegiatan dan objek ditempat kerja dan memeriksa dokumen untuk

memastikan bahwa setiap tahap pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan

rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja, sebelum memberikan izin untuk

melanjutkan kerja.

9. Pengertian Produktivitas

Satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan adalah

produktivitas. Produktivitas menurut Dewan Produktivitas Nasional mempunyai

pengertian sebagai sikap mental yang selalu berpandangan bahwa mutu kehidupan

hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.

Sedangkan secara umum seperti yang banyak terdapat dalam buku-buku teks

tentang produktivitas, produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara

hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan


47

(input). Dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki dua dimensi. Dimensi

pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang

maksimal yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas, dan

waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan

input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut

dilaksanakan.

Berikut ini beberapa pengertian produktivitas: Produktivitas tenaga kerja

adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per

satuan waktu (lazimnya per-jam orang).

Secara umum, pengertian produktivitas menyangkut hubungan antara

keluaran (output) dengan masukan (input) yang digunakan untuk menghasilkan

output tersebut. Selain itu produktivitas juga sering diartikan orang sebagai

kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk menghasilkan barang atau

jasa, yang ditujukan untuk menjadikan hari esok lebih baik dibandingkan hari ini.

Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses

peningkatan produktivitas karena peralatan produksi, teknologi serta sistem

manajemen pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia. Sejak awal

perkembangan sampai sekarang, banyak ahli yang mengemukakan definisi yang

berbeda-beda tentang namun pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama.

Prabu Mangkunegara (2003:118) : Secara umum produktivitas diartikan

sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa)

dengan masukkan yang sebenarnya.


48

Berdasarkan pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan pada dasamya

pengertian produktivitas mempunyai tujuan yang sama yaitu suatu tindakan yang

efisien dalam memproduksi sesuatu, baik barang maupun jasa, dengan cara

memanfaatkan serta meningkatkan sumber daya yang ada.

Bambang Kusriyanto (2001:2), mengemukakan bahwa produktivitas

karyawan adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta

tenaga kerja per satuan waktu (lazimnya per jam per orang)

Husein Umar (2004:44) mengemukakan: "Produktivitas Karyawan

mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan

keseluruhan sumber daya yang digunakan.

Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa produktivitas

karyawan adalah ukuran keberhasilan tenaga kerja dalam menghasilkan suatu

produk pada waktu tertentu.

Produktivitas tenaga kerja sebagai suatu konsep yang menunjukkan

adanya kaitan antara output ( hasil kerja ) dengan waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan produk dari seorang tenaga kerja, maksudnya bahwa produktivitas

tenaga kerja sangat berkaitan dengan hasil kerja yang diperoleh terhadap waktu

yang diperlukan untuk menghasilkannya.

Dari ketiga definisi di atas dapat disimpulkan pengertian produktivitas

kerja karyawan adalah hubungan antara hasil nyata (barang atau jasa), dengan

masukan yang sebenarnya yaitu suatu perbandingan antara hasil keluaran (output)

dan masukan (input).


49

Yang dimaksud dengan output adalah jumlah keluaran karyawan yaitu

hasil atau jumlah penyelesaian tugas ( dalam ton, unit, area, rupiah ), sedangkan

input adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut

(dalam hari, jam atau menit).

10. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja

Lima bidang peluang dalam fungsi tradisional administrasi personalia

yang relevansinya paling langsung dalam meningkatkan produktivitas tenaga

kerja, yaitu :

a. Seleksi. Mencakup pemilihan tenaga kerja baru dan pengaturan tenaga

kerja yang sudah ada pada tempatnya yang sesuai.

b. Pengendalian tenaga kerja. Usaha mengurangi faktor-faktor yang termasuk

dalam output pada persamaan produktivitas, yakni jumlah karyawan yang

jelas merupakan usaha meningkatkan pemanfaatan sumber daya manusia.

Pengendalian tenaga kerja, jika dijamin dengan pengadaan jumlah tenaga

kerja yang memadai dengan keterampilan yang memadai pula dan jika

dilakukan secara kontinu, niscaya merupakan penghematan yang

produktif.

c. Penyempurnaan struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan

wahana bagi penyelesaian kerja perusahaan, akan tetapi jika struktur ini

merupakan wahana yang sudah tua, rumit dan tidak sesuai lagi, struktur itu

akan menghalangi pelaksanaan kerja secara efektif.


50

d. Pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan dan pelatihan untuk

menambah pengetahuan dan meningkatkan keterampilan karyawan dapat

mempunyai dampak langsung terhadap produktivitas kerja karyawan.

e. Motivasi. Insentif merupakan salah satu bentuk motivasi positif agar dapat

meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Kegiatan yang mendorong,

meningkatkan gairah dan mengajak karyawan untuk bekerja secara lebih

efektif, serta meninggalkan praktek-praktek yang tidak produktif, dapat

merupakan bagian pokok dari usaha meningkatkan pekerjaan secara

efektif.

Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah yang dikutip oleh

Husein Umar (2004:11), ada enam faktor utama yang menentukan produktivitas

tenaga kerja, yaitu:

a. Sikap kerja.

b. Tingkat keterampilan.

c. Hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan.

d. Manajemen produktivitas.

e. Efisiensi tenaga kerja.

f. Kewiraswastaan.

Sedangkan ciri pegawai yang produktif menurut Dale Timpe yang dikutip

oleh Husein Umar (2004:12) adalah:

a. Cerdas dan dapat belajar dengan relatif cepat.

b. Kompeten secara profesional.

c. Kreatif dan inovatif.


51

d. Memahami pekerjaan.

e. Belajar dengan 'cerdik', menggunakan logika, efisien, tidak mudah macet

dalam pekerjaan.

f. Selalu mencari perbaikan-perbaikan, tetapi tahu kapan harus terhenti.

g. Dianggap bernilai oleh atasannya.

h. Memiliki catatan prestasi yang baik.

i. Selalu meningkatkan diri.

Produktivitas karyawan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik

yang berhubungan dengan karyawan itu sendiri, maupun faktor-faktor lainnya.

Sehubungan dengan itu, Payman Simanjuntak mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas kerja karyawan pada suatu perusahaan meliputi:

a. Kualitas dan kemampuan.

b. Sarana pendukung.

c. Supra sarana.

Sedangkan menurut Ravianto faktor-faktor yang mempengaruhi

produktivitas antara lain:

a. Pendidikan.

b. Ketrampilan.

c. Disiplin.

d. Sikap dan etika kerja.

e. Motivasi.

f. Gizi dan kesehatan.

g. Tingkat penghasilan.
52

h. Jaminan Sosial.

i. Lingkungan dan iklim kerja.

j. Hubungan industrial Pancasila.

k. Teknologi.

l. Sarana produksi.

m. Manajemen.

n. Kesempatan kerja dan berprestasi.

Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi produktivitas penting sekali untuk diperhatikan karena merapakan

peningkatan kualitas manusia, inanusia disini adalah karyawan. Meningkatkan

produktivitas karyawan merapakan sasaran strategis, karena peningkatan

produktivitas dari faktor-faktor lainnya sangat tergantung pada kemampuan

tenaga manusia yang memanfaatkannya

11. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas

Produktivitas merupakan suatu aspek yang penting bagi perusahaan karena

apabila tenaga kerja dalam perusahaan mempunyai kerja yang tinggi, maka

perusahaan akan memperoleh keuntungan dan hidup perusahaan akan terjamin.

Untuk meningkatkan produktivitas kerja perlu adanya tenaga kerja yang memiliki

keterampilan dan keahlian bekerja, karena apabila tenaga kerja tidak memiliki

keahlian dan keterampilan akan berakibat menurunnya produktivitas dan

merugikan perusahaan. Produktivitas dipengaruhi berbagai faktor, baik yang

berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun faktor-faktor lainnya, seperti

pendidikan, keterampilan, disiplin kerja, sikap, etika, manajemen, motivasi kerja,


53

teknologi, sarana, produksi, kesempatan kerja dan kesempatan berprestasi serta

lingkungan kerja yang mendukung.

Produktivitas yang tinggi dapat dicapai jika didukung para karyawan yang

mempunyai motivasi dan lingkungan kerja dalam hal ini perusahaan

memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja karyawannya dalam

melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Keselamatan dan kesehatan kcerja (K3) merupakan salah satu persyaratan

untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, di samping itu Keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) adalah hak asasi setiap tenaga kerja. Keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk menciptakan suasana bekerja

yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah mencapai produktivitas setinggi-

tingginya. Maka dari itu Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) mutlak untuk

dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diharapkan dapat mencegah dan

mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat melakukan

pekerjaan.

Dalam pelaksanaan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat

dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu manusia, bahan, dan metode yang

digunakan, yang artinya ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dalam

mencapai penerapan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)yang efektif dan

efisien. Sebagai bagian dari iImu Kesehatan Kerja, penerapan Keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu adanya organisasi kerja,

administrasi Keselamatan dan kesehatan kerja (K3), pendidikan dan pelatihan,


54

penerapan prosedur dan peraturan di tempat kerja, dan pengendalian lingkungan

kerja.

Dalam Ilmu Kesehatan Kerja, faktor lingkungan kerja merupakan salah

satu faktor terbesar dalam mempengaruhi kesehatan pekerja, namun demikian

tidak bisa meninggalkan faktor lainnya yaitu perilaku. Perilaku seseorang dalam

melaksanakan dan menerapkan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat

berpengaruh terhadap efisiensi dan efektivitas keberhasilan Keselamatan dan

kesehatan kerja (K3).

12. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diantaranya adalah:

a. Noor Eva Koesumawati, tahun 2004 dari Universitas Widya Dharma Klaten

dengan judul "Pengaruh jaminan kesehatan kerja dan jaminan keselamatan

kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Kusumatex Yogyakarta".

Metode analisis data dengan regresi linier berganda dan Analisis korelasi

berganda, dan menyimpulkan ada pengaruh signifikan antara jaminan

kesehatan dan keselamatan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan pada

perusahaan tekstil PT Kusumatex Yogyakarta. Hal in! ditunjukkan dengan

diperolehnya untuk jaminan kesehatan dan keselamatan berpengaruh secara

bersama-sama yaitu nilai F hitung > F tabel, yaitu 6,448 > 2,021.

b. Dewi Muthmainah, tahun 2004 dari Universitas Muhamadiyah Surakarta

dengan judul "Pengaruh jaminan kesehatan dan kesejahteraan kerja terhadap

produktivitas kerja karyawan bagian produksi pada CV Agung Klaten".

Metode analisis data dengan regresi berganda, Uji signifikan dan Determinasi,
55

dan menyimpulkan ada pengaruh secara bersama-sama jaminan kesehatan dan

kesejahteraan kerja terhadap produktivitas kerja karyawan dibagian produksi

pada CV Agung di Klaten, F hitung > F tabel yaitu 6,362 > 4,17. Serta secara

individu jaminan kesehatan dan jaminan kesejahteraan berpengaruh terhadap

produktivitas kerja karyawan pada CV Agung di Klaten, untuk variabel

independent jaminan kesehatan kerja nilai t hitung > t tabel yaitu 2,215 >

2,048 dan kesejahteraan kerja nilai t hitung > t tabel yaitu 2.104 > 2,048. Jadi

variabel independent yang lebih berpengaruh terhadap produktivitas adalah

jaminan kesehatan kerja. Posisi penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

peneliti mengambil judul "Pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada CV Sahabat di Klaten",

tempat penelitian yang dilakukan adalah diperusahaan percetakan dan

penerbitan sedangkan dua dari peneliti terdahulu dari perusahaan konveksi dan

mebel. Dan metode penelitian yang digunakan adalah validitas dan reliabilitas

untuk mengukur kuesioner, regresi berganda, uji stastistik yaitu uji F dan uji t.

dan menggunakan sampel 30 respoden dengan hasil Variabel program

keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen. Hal Ani terbukti dengan hasil perhitungan SPSS

yang menyatakan bahwa nilai F hitung 7,485 yaitu lebih besar dari nilai F

tabel 4,. Variabel program keselamatan kerja dan kesehatan kerja berpengaruh

secara individual terhadap produktivitas kerja karyawan. Nilai t hitung untuk

program keselamatan kerja (X,) 2,102 > t tabel 2,048. Nilai t hitung untuk
56

program kesehatan kerja (X2) 2,494 > t tabel 2,048. Dan variabel yang

dominant kesehatan kerja (X2).

B. Hipotesa.

Berdasarkan latar belakang masalah serta konsep teori yang telah

dikemukakan diatas dapat ditarik suatu hipotesa sebagai berikut : “ Diduga

Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Berpengaruh Signifikan Terhadap

Produktifitas Karyawan pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill.“

C. Variabel Penelitian.

Adapun variabel penelitian ini adalah :

a. Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (X)

b. Produktifitas (Y)
57

D. Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Pengukuran


`Sistem manajemen K Keselamatan a. Kelengkapan alat pengaman
3 adalah sitim keselamatan kerja
manajemen secara b. Petunjuk tentang cara
keseluruhan meliputi menggunakan alat
struktur organisasi, pengaman keselamatan kerja
perencanaan, tanggung c. Frekuensi penggunaan alat
jawab pelaksanaan, pengaman keselamatan kerja
prosedur proses dan d. Kerusakan alat pengaman
sumber daya yang keselamatan kerja
dibutuhkan bagi e. Alat penerangan yang
pengembangan, disediakan oleh perusahaan
penerapan, pencapaian, f. Pengetahuan karyawan
pengkajian dan dalam penggunaan peralatan
pemeliharaan kebijakan dan prosedur kerja
keselamatan dan Kesehatan a. Urusan yang bersifat khusus
kesehatan kerja dalam terhadap penyakit akibat
rangka pengendalian pekerjaan.
resiko yang berkaitan b. Usaha yang meliputi
dengan kegiatan kerja pemeriksaan, pengobatan,
guna terciptanya perawatan dan rehabilitasi.
tempat kerja yang c. Usaha yang menyangkut
aman,efisien dan faktor lingkungan kerja.
produktif
(Sastrohadiwiryo)
Produktivitas kerja Faktor-faktor a. Sikap kerja.
adalah perbandingan yang b. Tingkat keterampilan.
antara hasil yang mempengaruhi c. Hubungan antara tenaga
dicapai(output) dengan produktivitas kerja dan pimpinan.
keseluruhan sumber d. Manajemen produktivitas.
daya yang digunakan e. Efisiensi tenaga kerja
(input). (Husein Umar
(2004:11)
58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Guna penyelesaian penelitian ini terutama untuk memperoleh data-data

yang diperlukan, penulis dalam hal ini berusaha untuk mendapatkan data yang

akurat langsung ke lokasi penelitian yaitu pada PT. Ramajaya Pramukti PKS

Rama-Rama Mill terletak di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten

Kampar, Riau. Kurang lebih 80 kilometer dari Pekanbaru.

B. Jenis dan Sumber Data

Dalam penulisan ini penulis menggunakan dua jenis data yaitu :

1. Data primer, yaitu data yang langsung penulis peroleh dari objek

penelitian pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill, seperti

kebijaksanaan dalam penyediaan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja

karyawan.

2. Data skunder yaitu data yang penulis peroleh dari perusahaan dalam

bentuk jadi seperti jumlah karyawan, tingkat pendidikan, tingkat

perkembangan produktivitas, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan

tugas pokoknya.

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah karyawan

PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill yang berjumlah 172. Dan untuk
59

menentukan jumlah sampel yang diambil digunakan pengambilan sampel dengan

menggunakan metode Slovin (Marzuki, 2003:14), yaitu :

n = N

N d2 + 1

Dimana :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi, tahun 2008

d = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sample yang masih dapat ditolerir atau

diinginkan, diambil contoh 10%.

Jadi, sampelnya adalah 74 = 42,52 = 43 orang

(74 . (0,102) ) + 1

Jadi sampel yang diambil adalah 43 orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data dari responden, maka penulis

menggunakan metode sebagai berikut :

1. Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan kepala bagian

produksi dan karyawan bagian produksi PT. Ramajaya Pramukti PKS

Rama-Rama Mill untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

2. Questioner yaitu dengan mengajukan daftar pertanyaan khususnya kepada

karyawan bagian produksi.


60

E. Analisa Data

Untuk menganalisa data, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu

membahas data yang sudah ada kemudian dihubungkan dengan landasan teori

yang telah dikemukakan dalam telaah pustaka untuk selanjutnya diambil suatu

kesimpulan. Kemudian juga menggunakan metode kuantitatif yaitu memakai

bantuan SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 12.00. Untuk melihat

pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja PT. Ramajaya Pramukti

PKS Rama-Rama Mill dalam meningkatkan produktivitas kerja maka penulis

menggunakan formula regresi berganda (multiple regression) sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X1 + β 2 X2 + 

Dimana : Y = Variabel Dependent (produktivitas kerja)

a = Bilangan konstan yang merupakan titik potong dengan


 
  sumbu vertikal
 
β = Koefisien regresi

X1 = Keselamatan Kerja (Variabel Independent)

X2 = Kesehatan Kerja (Variabel Independent)

 = Error/tingkat kesalahan

Penilaian dilakukan dengan menggunakan scooring artinya masing-

masing jawaban responden diberikan nilai dengan skala pengukuran atau

penilaian menggunakan metode Likert, sebagai berikut :

Jika jawaban respenden A maka diberi nilai 5

Jika jawaban respenden B maka diberi nilai 4

Jika jawaban respenden C maka diberi nilai 3


61

Jika jawaban respenden D maka diberi nilai 2

Jika jawaban respenden E maka diberi nilai 1

Skor dari hasil tanggapan responden yaitu :

Interval = Max - Min

Jumlah Kelas

= 100 % - 0 %
5

= 20 %

Dapat ditetapkan klasifiklasi dan interval penilian sebagai berikut:

Klasifikasi Keterangan Skor Interval


A Sangat Baik 5 80 % - 100 %
B Baik 4 60 % - 79,99 %
C Cukup 3 40 % – 59,99 %
D Buruk 2 20 % – 39,99 %
E Sangat Buruk 1 < 20 %

Setelah dilakukan tabulasi terhadap hasil penghitungan masing-masing

variabel pada kuesioner yang disebarkan kepada 43 orang responden maka data-

data tersebut dimasukkan/diproses ke dalam Program SPSS For Windows versi

12.00 untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dan

pengaruh masing-masing variabel. Dengan menggunakan regresi berganda akan

dibahas mengenai :

1. Uji F

Kriteria penolakan untuk uji F

Jika F-hitung > F-tabel, maka Ho ditolak

Jika F-hitung < F-tabel, maka Ho diterima


62

Untuk menghitung F-hitung digunakan rumus sebagai berikut :

RJK Regresi
f-hitung =
RJK Residu

Dimana : RJK Regresi = Rata-rata jumlah kuadrat regresi

RJK Residu = Rata- rata jumlah kuadrat residu

Lalu untuk F-tabel sendiri menggunakan rumus sebagai berikut :

F-tabel = Fα, (k-1),(n-k)

Dimana :

F α = Diperoleh dari tabel F dengan dk pembilang k-1

dan dk penyebut nk

n = ukuran sampel

k = jumlah variabel independent +1

2. Uji t

Selanjutnya dilakukan uji t (Analysis Test of Significant). Uji t sendiri

dilakukan untuk menguji tingkat signifikasi variabel bebas secara parsial terhadap

variabel tidak bebas. Berdasarkan nilai t signifikan bila probabilita > 0,05 maka

Ho diterima dan bila probabilita < 0,05 maka Ho ditolak.

Kemudian setelah uji t, penulis akan menguji kembali melalui uji F, uji F

sendiri digunakan untuk menguji pengaruh-pengaruh variabel-variabel bebas.

Dengan tingkat spesifikasi (α) sebesar 5% atau 0,05. Pengolahan data untuk
63

analisa diatas menggunakan program pengolahan data statistik SPSS for windows

versi 11. Kriteria Penolakan Hipotesis untuk uji t :

Jika t-hitung > t-tabel (tα/2 ; (n-2)), maka Ho ditolak

-t (α/2;df) > t hit > t (α/2;df)

Jika t-hitung < t-tabel (tα/2 ; (n-2)), maka Ho diterima

-t (α/2;df) < t hit < t (α/2;df)

Untuk menghitung t-hitung digunakan rumus sebagai berikut :

b
t-hitung =
Sb

Dimana :

b = koefisien regresi

Sb = simpangan baku koefisien regresi

Lalu untuk t-tabel sendiri menggunakan rumus sebagai berikut :

t-tabel = tα/2 : (n-2)

3. Koefsien Determinasi (R²)

Untuk melihat hubungan atau pengaruh variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y), maka dilihat nilai koefesien determinasi (R²).


64

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT.Ramajaya pramukti-Rama Rama Mill mulai di bangun pada tahun

1997 oleh Central Engineering Dept. PT SMART Corproation Jakarta. Mulai

beroperasi bulan oktober 1998 dengan kapasiatas 60 Ton/jam. PT Ramajaya

pramukti Rama-Rama Jaya Pramukti terletak di Desa Petapahan, kecamatan

Tapung Kampar,Riau.Kurang lebih 80 Kilometer dari pekanbaru. PT. Ramajaya

Pramukti – Rama-rama Mill adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang

pengolahan kelapa sawit, sebagai produknya adalah Crude Plam Oil (CPO).

Peningkatan produksi dilakukan pada bulan September 1999 yaitu dengan

penambahan satu sistem pengolahan Kernel Plam yaitu dengan membangun unit

KCP (Kernel Crushing Plant), dimana sebagai produknya adalah Plam KernelOil

( PKO) dan Plam Kernel Meal (PKM).

Nama-nama maneger yang pernah menjabat di Rama Rama Mill/KCP :

a. Sukimin, Amd pada tahun 1998 s/d 2001

b. Ir. Thomas Barus tahun 2001 s/d 2003

c. Ir. Dendy H Tjahjadi,MSc 2003 s/d 2004

d. Ir. Herry Prasetyo 2004 s/d 2005

e. Ir. Imran Hasaruddin 2005 s/d 2008

f. Surya Darma, ST 2008 s/d sekarang


65

PT. Ramajaya Pramukti merupakan anak perusahaan dari PT. SMART

Tbk. Yang mrerupakan bagian dari SINARMAS GROUP (Holding Company)

yang bergerak dalam bidang Agrobisnis Khusuusnya perkebunan kelapa sawit.

Saat ini PT. SMART Tbk. Merupakan merupakan perusahaan perkebunan kelapa

sawit terbesar di Indonesia, dengan luas lahan perkebunan kelapa sawit 400.000

Ha, 37 unit pabrik kelapa sawit, 3 unit Kernel Crising Plant, 9 Unit Bulking

Station dan 2 Unit Rifenery Yang terbesar diseluruh Indonesia.

Perusahaan yang termasuk anak perusahaan dari PT. SMART Tbk adalah:

1. PT. Ramajaya Pramukti

2. PT. Tapian Nadenggan

3. PT. Kresna Duta Angroindo

4. PT. Sawit Mas Sejahtera

5. PT. Djuanda Sawit Lestari

6. PT. Bumi Sawit Permai

7. PT. Sumber Indah Perkasa

8. PT. Bumi Permai Lestari

9. PT. Forestalestari Dwikarya

10. PT. AgroPanca Modern

11. PT. Agrointim Respati

12. PT. Sinar Kencana Inti Perkasa

13. PT. Inti gerak Maju

14. PT. MatraSawit Sarana Sejahtera

15. PT. Ivo Mas Tunggal


66

16. PT. Buana Wiralestari Mas

17. PT. Bumi Palma Lestari Persada

18. PT.Mega Nusa Inti Sawit

19. PT. Nusantara Mukti Sentosa

B. Prospek Usaha Perusahaan

Sebagai Big Company dibidang perkebunan kelapa sawit, PT. SMART

Tbk terus melakukan pengembangan baik secara intensifikasi maupun

ekstensifikasi. Sebagai sasaran jangka pangjang, PT. SMART Tbk.. menargetkan

pada tahun 2015 akan menpunyai 1.000.000 Ha perkebunan kelapa sawit dan 100

unit pabrik kelapa sawit. Hal ini tentunya yang sangat menjanjikan keungtungan

yang besar.

C. Fasilitas

PT. Rmajaya Pramukti sangat peduli pada kesejahteraan karyawannya. Ini

diaplikasikan dengan mengikutsertakan setiap karyawannya pada :

1. Program JAMSOSTEK (4,89 % iuran ditanggung perusahaan)

2. Dna Pensiun (9,96 % iuran ditanggung perusahaan)

3. pensangon bagi karyawan yanga di PHK yang jumlahnya disesuaikan

dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

4. Bonus tahunan sebesar 3 s/d 4 bulan gaji berdasarkan pencapaian

produksi.

5. Tunjangan hari raya sebesar 1 bulan gaji.

6. Tunjangan kesehatan bagi pekerja, istri dan 3 orang anak.

7. Tunjagan beras
67

- Pekerja : 0,5 Kg/hari

- Istri : 0,3 Kg/hari

- Anak : 0,25 Kg/hari (Tanggungan maksimal 3 anak)

C. Aktifitas Perusahaan

Dalam aktifitasnya perusahaan ini mengelola perkebunan kelapa sawit,

PT. Ramajaya Pramukti Rama-Rama melakukan beberapa macam pola

perkebunan Inti Rakyat (PIR), yang mana setiap pola perkebunan tersebut terdiri

dari perkebunan Inti dan Plasma.

Pola PIR merupakan salah satu bentuk pengembangan da perkebunan

rakyat, kehadirannya tentu mrmbawa harapan baru bagi pengembangan dan

perkebunan di indonesia, Dalam Pola PIR/Konsep PIR perusahaan sebagai

berikut:

1. Perusahaan inti bertugas untuk membina kemampuan teknis budidaya, dan

manajemen para petani plasma, juga berkewajiban membeli seluruh hasl

perkebunan kelapa sawit petani plasma.

2. Petani plasma diharuskan untuk memelihara kebun plasma sesuai dengan

bimbingan teknis budidaya yang telah diberikan pihak inti, juga

berkewajiban untuk menjual seluruh hasil kebun plasma pada pihak inti.

Perkebunan harus mempunyai fasilitas pengolahan sehingga dapat

menampung seluruh hasil perkebunan inti maupun hasil perkebuna plasma,

pembanguna kebun plasma harus sesuai dengan standar fisik yang ditetapkan

DIRBUN (Dirjen Perkebunan), selain itu harus mampu mengusahakn kebun


68

dengan baik perusahaan inti juga membeli dan mengolah serta memasarkan kebun

plasma juga membantu pelaksaan pengembalian kredit petani.

Selanjutny dalam masa perkembangan perkebuna ini terutama kebun

kelapa sawit yang pohonnya mulai menghasilkan atau berbua, maka timbul

permasalahan yang menyangkut dengan pengolahan hasil perkebunan

tersebut,yaitu Tandan Buah Segar (TBS). Apabila kelapa sawit di angkut kedaerah

lain untuk diolah menjadi minyak kelapa sawit maka akan memakan waktu yang

relatif lama. Dan juga akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas buah kelapa

sawit, yang dapat menyebabkan turunnya kadar minyak sawit dari TBS tersebut.

Sebagaimana diketahui apabila buah kelapa sawit diambil dari pohon

maka maksimal harus diolah kurang lebih 24 jam setelah TBS diambil. Jika

melebihi waktu tersebut maka kdar minyaknya akan menurun. Untuk mengatasi

masalah tersebut pada tahun 1997 PT. SMART mendirikan pengolahan minyak

kelapa sawit di Kec:Tapung Kab: Kampar Yang bernama PT. Ramajaya Pramukti

Rama-Rama.

Pabrik minyak kelapa ini mempunyai kapasitas 60 ton/jam, yakni untuk

pengolahan kelapa sawit (TBS) menjadi minyak kelapa sawit yang merupakan

produk setengah jadi, adapun kegunaan dari minyak kelapa sawit tersebut antara

lain dapat diolah menjadi minyak goreng, mentega, bahan aditif coklat, makanan

ternak, kosmetik seperti cream, shampoo, lotion, pamode, obat mngandung

vitamin (A dan E). Pada industri kulit tekstil dapat diolah menjadi sabun, semir,

lilin, dan lain-lain


69

C. Struktur Organisasi

PT. Ramajaya Pramukti Rama-Rama Mill/KCP adalah suatu perusahaan

swasta yang bergerak dalam bidang Agrobisnis perkebunan kelapa sawit, yang

memiliki beberapa pemegang yang mempunyaiperanan untuk menjalankan dan

mempertahankan perusahaan tersebut. Suatu organisasiakan lebih konkrit diikuti

oleh struktur organisasi yang jelas dan akan jelas lagibila dituangkan dalam suatu

bagan organisasi. Dan dengan adanya susunan organisasi ini akan kelihatan oleh

kita susunan mulai dari puncak pimpinan sampai dengan satuan organisasi

terendah.

Struktur organisasi adalah satuan bagan yang merupakan gambaran secara

sistematis tentang keddudukan atau jenjang organisasi, yang ditunjukkan oleh

garis yang menghubungkan bagian tertentu dari satu dengan yang lainnya yang

digambarkan oleh garis. Dengan adanya bagan organisasi ini jelas akan

mempermudah bagi pemimpin untuk mengorganisirnya karna bagian itu terlihat

jenjang dan saluran wewenang bagi masing-masing yang menduduki jabatan pada

organisasi. Setiap orang juga mengetahui siapa yang menjadi atasannya dan siapa

yang menjadi bawahannya. Dari bagan organisasi akan diperoleh kegunaan sebagi

berikut :

a. untuk mengetahui besar kecilnya organisasi.

b. Untuk mengetahui garis-garis saluran wewenang.

c. Mengetahui perincian aktifitas masing-masing satuan organisasi.

d. Untuk mengetahui setiap jabatan yang ada.

e. Untuk mengetahui perincian tugas para jabatan.


70

f. Untuk mengetahui nama, pangkat, golongan.

g. Dapat mengetahui jumlah pejabat

Struktur organisasi yang disusun sedemikian rupa pada dasarnya

tergantung pada besar kecilnya kebutuhan. Dalam hubungan ini ada tiga jenis

tindakan dalam penyusunan organisasi antara lain:

a. Merancang struktur organisasi termasuk juga didalamnya mengidentifikasi

pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.

b. Mengidentifikasi dan mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang.

c. Menetapkan hubunga-hubungan.

Suatu struktur organisasi adalah efektif apabila struktur tersebut

menunjukkan sumbangan dari setiap individu dalam pencapaian perusahaan.

Struktur organisasi adalah efisien jika memudahkan pencapaian tujuan-tujuan oleh

orang-orang dengan konsekuensi tak terduga atau biaya minim.

Dengan adanyan struktur organisasi dalam perusahaan akan memudahkan

karyawan dalam memudahkan karyawan dalam menjalankan tugas dan

pekerjaannya masing-masing dan kepada siapa harus bertanggung jawab. Struktur

organisasi yang telah disusun oleh perusahaan tidak hanya berguna bagi pihak

intern perusahaan melainkan juga pihak ekstern yaitu untuk memudahkan pihak-

pihak tertentu yang berada diluar perusahaan serta mengetahui jabatan seorang

karyawan dalam perusahaan serta mengetahui dengan jelas bagaimana bentuk

kerjasama yang diciptakan dalam perusahaan tersebut. Apakah line, staff, atau

gabungan dari line dan staff.


71

Dalam hal ini walaupun setiap didalam organisasi itu tidak ada

mempunyai bawahan yang jelas, tetapi dalam hal pelaksanaan tugasnya mereka

mempunyai staff yang dapat mempunyai nasehat dan saran, sehingga

kemungkinan keberhasilan suatu pekerjaan menjadi lebih besar, dalam

menerapkan bentuk organisasi pada perusahaan.

Masing-masing fungsional dari struktur organisasi yang telah diberi

wewenang ini, mempunyai tugas tersendiri dan bertanggung jawab penuh atas

tugas yang dipercayakan kepadanya. Hal ini dimaksudkan agar tanggung jawab

atau tugas yang diberikan kepada setiap bagian dijalankan secara optimal. Akan

tetapi, kondisi tidaklah kaku mengingat diantara fungsional ini, bisa juga

membantu satu dengan yang lainnya. Kebijaksanaan prusahaan seperti ini diambil

agar setiap bagian dari struktur organisasi ini merasa bagian dari seluruh

perusahaan atau dengan kata lain satu tim dalam perusahaan.

Sejalan dengan uraian diatas struktur organisasi yang dianut oleh PT.

Ramajaya Pramukti Rama-rama Mill, Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar

adalah organisasi lini dan staff dimana bentuk keorganisasian ini, kekuasaan dan

tanggung jawab sesuai dengan arah garis. Begitu juga wewenang para personil

dalam memimpin perusahaan juga telah ditentukan oleh organisasi oleh PT.

Ramajaya Pramukti Rama-rama Mill, Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar

yang telah disusun sedemikian rupa. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi

dapat kita lihat pada gambar dibawah ini :


72

E. Tugas dan Tanggung Jawab Perusahaan

Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan secara

efektif dan semua aktifitas yang dilaksanakan oleh karyawan yang ada dalam

perusahaan, perlu diadakan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-masing

bidang yang saling berhubungan antara satu dengan pelaksanaan tugas. Adapun

tugas dan tanggung jawab masing-masing anggota organisasi pada PT. Ramajaya

Pramukti Rama-rama Kac: Tapung Kab: Kampar adalah sebagai berikut:

kebun adalah unit kerja yang melaksanakam kegiatan produksi sesuai

dengan direksi pusat yang dipimmpin oleh Senior Factory Manajer.

1. Senior Factory Manajer

a. Memimpin unit kebun dalam melaksanakan progrm Direksi dalam seluruh

proses produksi, antara lain:

1) Penanaman tanaman dan baru pemeliharan tanaman

2) Pembinaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana perusahaan.

3) Pelaksaan panen dan pengolahan hasil.

4) Penerimaan karyawan sesuai ketentuan serta pemeliharaan hubungan

perburuhan pancasila dengan karyawan dibawah pimpinannya.

b. Melaksanakan pengendalian dalam keseluruhan wawasanpekerjaan yang

meliputi pengawasan melekat dan pengawasan fungsional.

c. Bertanggung jawab langsung kepada Direksi sesuai seluruh kegiatan

kabun baik fisik maupun finansial yang ditetapkan dalam bentuk pelaporan

manajemen. Suatu kebun dipimpin oleh Manejer dan dibantu oleh :

1) Asisten Kepala PKS


73

2) Asisten Kepala KCP

3) Kepala Tata Usaha

2. Asiten Kepala Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

a. Membantu Manejer meelaksanakan kebijakan Direksi sesuain ketentuan

pedoman kerja yang telah digariskan ( Surat edaran, Surat Instrukasi

dan Memo ).

b. Melaksanakan pengawasan atas seluruh kegiatan pekerjaan dilapangan,

antara lain :

1) Mengevaluasi hasil kerja,bulanan,triwulan,semester,dan tahunan

mengenai biaya dan gerak produksi.

2) Memberikan saran perbaikan terhadap bawahan atas anggaran

perusahaan dengan bahagian tanaman dan bahagian terkait

3) Membuat dan menyusun taksiran produksi serta kerj anggaran

perusahaan dengan tanaman dan bahagian terkait.

4) Berupaya untuk mencapai produksi yang optimal dengan mutu

yang baik untuk diolah pabrik.

5) Berupaya menciptakan suasan,aman,tentram,serta harmonis

masyarakat petani didesa maupun di kantor pusat.

6) Merencanakan dan mengorganisir penyuluhan dan pembinaan

terhadap ketua kelompok tani.

3. Asisten Kepala KCP

a. Melaksanakan dan menjalankan kebijakan Direksi meliputi seluruh

kegiatan kebun sesuai dengan memo yang berlaku.


74

b. Membuat rencana pelaksanaan kerja mengenai segala kegiatan yang

berlangsung di kebun melalui kultur teknis tanaman, produksi lain-lain.

c. Membuat rencana kerja anggaran perusahaan (RKAP) dan transaksi

produksi untuk tahun yang akan datang serta rencana penggunaan

tenaga kerja sehubungan dengan urgensinya yang dibatasi dengan

norma-norma yang berlaku.

d. Melaksanakan administrasi kebun meliputi kultur teknis tanaman,

penduduk, premi pengupahan serta penyimpanan arsip.

e. Mengawasi dan mengevaluasia segala kegiatan pekerjaan dikebun dan

melaporkan secara rutin kepada manejer

4. Kepala Tata Usaha (TU)

Sesuai dengan fungsinyasebagai seksi tata usaha,maka tugas dan tanggung

jawabnya didalam organisasi perusahaan adalah sebagai berikut :

a. Menyusun dan mengajukan daftar kebutuhan tenaga kerja sesuai

ketentuan pokok penerimaan pegawai yang telah ditetapkan.

b. Mengatur pembagian kerja dan melengkapi peralatan kerja secara

teratur dan terpadu

c. Menyediakan dana yang dibutuhkan perusahaan serta mengeluarkannya

sesuai dengan permintaan setelah mendapat persetujuan dari keb

Administrasi/keuangan.

d. Mebuat daftar upah gaji untuk setiap bagian agar setiap orang dapat

menerima gaji sesuai dengan waktu dan hasil kerjanya.


75

e. Membina kesatuan kerja secara baik dan berusaha untuk

meningkatkannya melalui diskusi dan rapat.

5. Asisten

a. Melaksanakan dan menjalankan kebijaksanaan

Direksi/Administratur/Asisten kepala sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

b. Menyusun taksasi produksi dan RKAP.

c. Melaksanakan hubungan kerjasama dengan instansi terkait yang ada

dilingkungan pabrik

d. Bertanggung jawab kepada asisten kepala dan administrator dalam

pelaksanaan tugas sehari-hari.

6. Mandor

a. Melaksanakan dan mengikuti rencana kerja (Rotasi) kebun yang telah

ditentukan.

b. Memeriksa dan mengawasi hasil dan mutu pekerjaan lapangan.

c. Mengawasi dan bertanggung jawab atas pemakaian bahan dan alat

yang digunakan.

7. Kantor Gudang Security

a. Mencatat hasil produksi pemanen bertanggung jawab terhadap

pengiriman produksi kepabrik setiap hari.

b. Menyampaikan laporan administrasi kantor setiap hari kepada asisten.

c. Mencatat setiap semua pewralatan yang digunakan setiap hari.

d. Pelaporan pekerjaan kepada Asisten.


76

8. Karyawan

a. Melaksanakan dan menjalankan tugas yang diberikan oleh Asisten

dalam pengolahan pabrik dan karyawan.

b. Bertanggung jawab kepada Asisten Kepala dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari.

c. Mengatur anggota agar melaksanakan semua aturan yang berlaku.

d. Menjalin kerjasama yang sebaik-baiknya dengan semua staff yang

dibawah pengawasannya.
77
78

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Identitas Responden

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari

pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Setiap orang membutuhkan

pekerjaan untuk memenuhi kebutuan hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan

karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan

berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya.

Dalam pasal 86 Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang ketenaga

kerjaan, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh mempunyai hak untuk

memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan

kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai

agama.

Untuk memperoleh gambaran mengenai analisis Program Keselamatan

dan Kesehatan Kerja dan produktivitas pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-

Rama Mill, penulis mengumpulkan data dengan mengajukan beberapa pertanyaan

kepada 43 orang responden yang juga merupakan karyawan perusahaan ini untuk

mengetahui tanggapan tentang Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


79

terhadap produktivitas karyawan pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama

Mill.

1. Umur

Umur merupakan faktor yang menentukan seseorang dalam pengambilan

keputusan. Semakin dewasa umur seseorang maka semakin banyak pertimbangan

yang akan dilakukannya sebelum mengambil keputusan. Tabel 5.1 berikut ini

menunjukkan keadaan tingkat umur karyawan yang menjadi responden pada PT.

Ramajaya Pramukti PKS Rama- Rama Mill.

Tabel 5.1
Tingkat Umur Responden Karyawan
PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

Tingkat Umur (tahun) Jumlah Responden Persentase (%)


20-30 7 16,28 %
31-40 24 55,81 %
41-50 10 23,26 %
50-keatas 2 4,65 %
Jumlah 43 100
Sumber : Data Olahan

Dari tabel 5.1 diatas terlihat bahwa berdasarkan umur karyawan pada

PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill maka dari 43 orang yang

diambil sebagai responden maka paling banyak 24 orang atau 55,81 %

berumur antara 31-40 tahun dan paling sedikit 2 orang atau 4,65 % berumur

diatas 50 tahun. Dengan demikian responden yang terbanyak adalah

karayawan yang berusia diantara 31-40 tahun.


80

2. Jenis Kelamin

Untuk melihat lebih jauh jenis kelamin karyawan yang menjadi

responden pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill dapat dilihat

pada tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2
Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase (%)


Laki-laki 32 74,42 %
Perempuan 11 25,58 %
Jumlah 43 100
Sumber : Data Olahan Penelitian

Dari tabel diatas terlihat bahwa untuk jenis kelamin konsumen,

PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill diketahui sebanyak 32 orang

atau sebesar 74,42 % berjenis kelamin laki-laki sedangkan 11 orang atau

25,58 % adalah perempuan.

3. Tingkat Pendidikan Responden

Untuk mengetahui tingkat pendidikan responden pada PT. Ramajaya

Pramukti PKS Rama-Rama Mill ini dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 5.3
Tingkat Pendidikan Reponden
PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)


Terakhir
Sarjana 11 25,58 %
SMA 32 74,42 %
SMP - -
Jumlah 43 100 %
Sumber : PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill
81

Responden yang diminta untuk mengisi kuesioner sebanyak 43 orang dan

tingkat pendidikan reponden karyawan PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama

Mill ini, paling banyak 32 orang atau 74,42 % tamatan SMA dan paling sedikit 11

orang atau 25,58 % memiliki tingkat SMP.

4. Masa Kerja Responden Di Perusahaan

Tabel 5.4
Identitas Umum Responden
Berdasarkan Lama Bekerja

Lama Bekerja Jumlah Persentase


0 - 5 Tahun 25 58,14 %
6 - 11 Tahun 18 41,86 %
12 - Ke atas - -
Jumlah 43 100 %
Sumber : PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

Dari segi lama bekerja, sebagian besar responden telah bekerja di

perusahaan ini dalam kurun waktu 0 sampai dengan 5 tahun yaitu sebanyak 25

orang atau sekitar 58,14 % dari jumlah responden. Masa kerja yang paling sedikit

18 atau 41,86 % adalah responden yang telah bekerja dalam kurun waktu 6

sampai dengan 11 tahun.

B. Tanggapan Responden

1. Keselamatan Kerja

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk

menciptakan suasana bekerja yang aman, nyaman, dan tujuan akhirnya adalah

mencapai produktivitas setinggi-tingginya. Maka dari itu K3 mutlak untuk

dilaksanakan pada setiap jenis bidang pekerjaan tanpa kecuali. Upaya K3


82

diharapkan dapat mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan maupun

penyakit akibat melakukan pekerjaan.

Dalam pelaksanaan K3 sangat dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu

manusia, bahan, dan metode yang digunakan, yang artinya ketiga unsur tersebut

tidak dapat dipisahkan dalam mencapai penerapan K3 yang efektif dan efisien.

Sebagai bagian dari iImu Kesehatan Kerja, penerapan K3 dipengaruhi oleh 4

faktor yaitu adanya organisasi kerja, administrasi K3, pendidikan dan pelatihan,

penerapan prosedur dan peraturan di tempat kerja, dan pengendalian lingkungan

kerja.

Keselamatan kerja dapat membantu mengendalikan bahaya-bahaya yang

timbul akibat penggunaan bahan dan mekanisasi dalam aktifitas perusahaan.

Dengan pendekatan demikian, maka diharapkan manajemen perusahaan

mengambil sikap nyata yang mencakup mengidentifikasi setiap proses dan

peralatan pengendalian kerugian sebagai sumber resiko bahaya, mengestimasi

rencana program pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat kerja, menyusun

rencana program pengendalian kecelakaan dan penyakit akibat kerja, menyusun

sistem komunikasi yang diperlukan, dan menyiapkan sarana dan peralatan beserta

personil yang terlaith dan professional. Berikut hasil jawaban kuesioner dari 43

orang karyawan pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill yang

diambil sebagai sampel.


83

Tabel 5.5
Tanggapan Responden Tentang kelengkapan alat pengaman keselamatan
kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

Tanggapan Jumlah Skor Persentase


(%)
Sangat Memuaskan 9 45 20,93 %
Memuaskan 11 44 25,58 %
Cukup 20 60 46,51 %
Kurang Memuaskan 3 6 6,98 %
Sangat Kurang Memuaskan - - -
Jumlah 43 155 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 155/43 3,60
% Skor 155/215 x 100 % 72,09
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.5 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai

kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS

Rama-Rama Mill hasilnya memuaskan. Dari 43 orang responden, paling banyak

20 orang atau 46,51 % menyatakan cukup memuaskan mengenai kelengkapan alat

pengaman keselamatan kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

dan paling sedikit yaitu 3 orang atau 6,98 % menyatakan kurang memuaskan.

Dapat diambil kesimpulan bahwa skor maximun adalah sebanyak 43 orang

dengan rata-rata skor 3,60 dan persentase skor adalah 72,09 % menyatakan bahwa

mengenai kelengkapan alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Ramajaya

Pramukti PKS Rama-Rama Mill adalah cukup memuaskan. Alat-alat pelindung

keselamatan kerja harus dalam kondisi baik. Periksalah peralatan tersebut

sebelum digunakan. Peralatan kerja juga harus diperiksa secara reguler untuk

memastikan bahwa alat tersebut layak pakai. Penyebab kecelakaan kerja adalah

sebagai berikut:
84

a. Tersandung kabel listrik

b. Tersandung ujung sapu atau nampan yang tertinggal

c. Tergelincir di lantai yang basah

d. Sikap terburu-buru

e. Mengangkat sesuatu dengan cara yang keliru

f. Tidak ada sikap perhatian terhadap lingkungan atau keadaan sekitarnya

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat

bekerja sesuai kebutuhan untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan

orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui

Departement Tenaga Kerja Republik Indonesia.Adapun bentuk dari alat tersebut

adalah :

a. Safety Helmet. Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa

mengenai kepala secara langsung.

b. Tali Keselamatan (safety belt). Berfungsi sebagai alat pengaman ketika

menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil,

pesawat, alat berat, dan lain-lain).

c. Sepatu Karet (sepatu boot). Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja

di tempat yang becek ataupun berlumpur. Kebanyakan di lapisi dengan

metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda panas,

cairan kimia dan seterusnya.

d. Sepatu pelindung (safety shoes). Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit

dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk
85

mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda

tajam atau berat, benda panas, cairan kimia dan seterusnya.

e. Sarung Tangan. Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja

di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan

bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi masing-masing

pekerjaan.

f. Tali Pengaman (Safety Harness). Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja

di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari

1,8 meter.

g. Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff). Berfungsi sebagai pelindung telinga

pada saat bekerja di tempat yang bising.

h. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses). Berfungsi sebagai pelindung mata

ketika bekerja (misalnya mengelas).

i. Masker (Respirator). Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat

bekerja di tempat dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun,

dsb).

Semua jenis Alat Pelindung Diri (APD) harus digunakan sebagaimana

mestinya, gunakan pedoman yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan

kerja. Keselamatan kerja pada umumnya berupa pedoman atau petunjuk-petunjuk

sebagai penuntun agar para pekerja dapat bekerja dengan metoda-metoda yang

baik, benar dan aman, selalu waspada terhadap segala kemungkinan atau bahaya

sehingga dapat mengambil tindakan secara tepat dalam keadaan mendesak dan

yang tidak terduga.


86

Tabel 5.6
Tanggapan Responden Tentang cara menggunakan alat pengaman
keselamatan kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

Tanggapan Jumlah Skor Persentase


(%)
Sangat Jelas 12 60 27,91 %
Jelas 11 44 25,58 %
Cukup 16 48 37,21 %
Kurang Jelas 4 8 9,30 %
Sangat Kurang Jelas - - -
Jumlah 43 160 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 160/43 3,72
% Skor 160/215 x 100 % 74,42
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.6 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai petunjuk

tentang cara menggunakan alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Ramajaya

Pramukti PKS Rama-Rama Mill. Dari 43 orang responden, yang paling banyak

yaitu 16 orang atau 37,21 % menyatakan cukup jelas mengenai petunjuk tentang

cara menggunakan alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Ramajaya Pramukti

PKS Rama-Rama Mill dan paling sedikit yaitu 4 orang atau 9,30 % menyatakan

kurang jelas. Dapat diambil kesimpulan bahwa skor maximun adalah sebanyak 43

orang dengan rata-rata skor 3,72 dan persentase skor adalah 74,42 % menyatakan

bahwa mengenai petunjuk tentang cara menggunakan alat pengaman keselamatan

kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill adalah memuaskan

Alat pengaman diperlukan agar kemungkinan timbulnya bahaya dapat

diperkecil. Alat pengaman dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu pengaman alat

berbahaya dan pengaman manusia yang melayani alat itu. Proses produksi barang

dan jasa dapat mengakibatkan kondisi kritis yang membahayakan sehingga timbul
87

malapetaka major accident dengan dampak yang luas dan sulit ditanggulangi.

Dikenal istilah 5 K akibat kecelakaan, yaitu:

a. Kerusakan dan kerugian materi.

b. Kekacauan dan disorganisasi.

c. Keluhan dan kesedihanl.

d. Kelainan dan cacat.

e. Kematian.

Suatu varietas yang besar bagi peralatan perlindungan bagi pekerja yang

dibutuhkan pekerja pada pekerjaannya. Untuk tingkat kecelakaan yang tinggi

dapat digunakan penutup muka dan lengkap. Perlindungan dengan helm sangat

diperlukan dimana sering terjadi masalah terhadap benda-benda yang jatuh, dan

penutup rambut dapat digunakan wanita untuk mencegah masuknya rambut ke

roda gigi, bar, atau tiang yang berputar. Penutup telinga dapat digunakan untuk

mengurangi kebisingan. Sarung tangan dapat digunakan untuk melindungi tangan

dari melepuh. Terpotong, terkilir dan zat kimia. Secara umum peralatan

perlindungan pekerja harus digunakan tujuan akhir. Lebih baik mengurangi

resiko kecelakaan agar para pekerja terhindar dari bahaya. Jika tidak memakai

topi atau pelindung tubuh. Bagaimanapun sebagai peralatan suplemental, poin-

poin ini dapat tak berarti.


88

Tabel 5.7
Tanggapan Responden Tentang frekuensi penggunaan alat pengaman
keselamatan kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

Tanggapan Jumlah Skor Persentase


(%)
Sangat Sering 9 45 20,93 %
Sering 17 68 39,53 %
Cukup 14 42 32,56 %
Kurang Sering 3 6 6,98 %
Sangat Kurang Sering - - -
Jumlah 43 161 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 160/43 3,74
% Skor 161/215 x 100 % 74,88
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.7 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai

frekuensi penggunaan alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Ramajaya

Pramukti PKS Rama-Rama Mill. Dari 43 orang responden, yang paling banyak

yaitu 17 orang atau 39,53 % menyatakan sering mengenai frekuensi penggunaan

alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama

Mill dan paling sedikit yaitu 3 orang atau 6,98 % menyatakan kurang sering.

Dapat diambil kesimpulan bahwa skor maximun adalah sebanyak 43 orang

dengan rata-rata skor 3,74 dan persentase skor adalah 74,88 % menyatakan bahwa

mengenai frekuensi penggunaan alat pengaman keselamatan kerja pada

PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill adalah sering. Dengan klasifikasi

jawaban adalah memuaskan.


89

Tabel 5.8
Tanggapan Responden Tentang frekuensi kerusakan alat pengaman
keselamatan kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

Tanggapan Jumlah Persentase


(%)
Sangat Sering 7 35 16,28 %
Sering 15 60 34,88 %
Cukup 19 57 44,19 %
Jarang 2 4 4,65 %
Sangat Jarang - - -
Jumlah 43 156 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 156/43 3,63
% Skor 156/215 x 100 % 72,56
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.8 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai

frekuensi kerusakan alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Ramajaya

Pramukti PKS Rama-Rama Mill. Dari 43 orang responden, yang paling banyak

yaitu 19 orang atau 34,88 % menyatakan cukup sering mengenai frekuensi

kerusakan alat pengaman keselamatan kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS

Rama-Rama Mill dan paling sedikit yaitu 2 orang atau 4,68 % menyatakan kurang

sering. Dapat diambil kesimpulan bahwa skor maximun adalah sebanyak 43 orang

dengan rata-rata skor 3,63 dan persentase skor adalah 72,56 % menyatakan bahwa

mengenai frekuensi kerusakan alat pengaman keselamatan kerja pada

PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill adalah cukup sering. Dengan

klasifikasi memuaskan.
90

Tabel 5.9
Tanggapan Responden Tentang alat penerangan yang disediakan oleh
perusahaan pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

Tanggapan Jumlah Persentase


(%)
Sangat Sering 8 40 18,60 %
Sering 13 52 30,23 %
Cukup 19 57 44,19 %
Kurang Sering 3 6 6,98 %
Sangat Kurang Sering - - -
Jumlah 43 155 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 155/43 3,60
% Skor 155/215 x 100 % 72,09
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.9 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai alat

penerangan yang disediakan oleh perusahaan pada PT. Ramajaya Pramukti PKS

Rama-Rama Mill. Dari 43 orang responden, paling banyak yaitu 19 orang atau

44,19 % menyatakan cukup sering mengenai alat penerangan yang disediakan

oleh perusahaan pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill dan paling

sedikit yaitu 3 orang atau 6,98 % menyatakan kurang sering. Dapat diambil

kesimpulan bahwa skor maximun adalah sebanyak 43 orang dengan rata-rata skor

3,60 dan persentase skor adalah 72,09 % menyatakan bahwa mengenai alat

penerangan yang disediakan oleh perusahaan pada PT. Ramajaya Pramukti PKS

Rama-Rama Mill adalah memuaskan. Kualitas Pencahayaan (penting mengenali

jenis cahaya).

a. Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan

untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.

(secara berkala diukur dengan Luxs Meter)


91

b. Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll.

c. Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan

kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata).

d. Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang.

e. Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna

yang digunakan.

f. Penggunaan lampu emergensi (emergency lamp) di setiap tangga

Segala perlengkapan instalasi, peralatan dan alat-alat potong yang terdapat

di bengkel telah direncanakan untuk memotong, membentuk atau mencetak

bentuk yang diinginkan, walaupun semua benda-benda tersebut mati dan tidak

dapat berpikir sendiri, tetapi dapat berfungsi jika dikendalikan, maka sebagai

pedoman keselamatan kita harus berpikir, bahwa penyebab kecelakaan yang

terbesar dengan mudah dapat diambil kesimpulan : ujung, sisi yang tajam akan

bisa memotong panas dan api akan bisa membakar asam akan bisa merusak roda

gigi, roda penggerak, benda berputar akan menjepit tangan atau menjambret

pakaian suatu benda bergerak, atau yang berat akan membahayakan aliran listrik

akan membakar dan merusak jatuh akan menyebabkan luka dan celaka sesuatu

yang tidak disengaja atau dijaga akan bisa jatuh.


92

Tabel 5.10
Tanggapan Responden Tentang pengetahuan karyawan dalam penggunaan
peralatan dan prosedur kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-
Rama Mill

Tanggapan Jumlah Skor Persentase


(%)
Sangat Memuaskan 7 35 16,28 %
Memuaskan 9 36 20,93 %
Cukup 23 69 53,49%
Kurang Memuaskan 4 8 9,30 %
Sangat Kurang Memuaskan - - -
Jumlah 43 148 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 148/43 3,44
% Skor 1548/215 x 100 % 68,84
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.10 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai

pengetahuan karyawan dalam penggunaan peralatan dan prosedur kerja pada PT.

Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill. Dari 43 orang responden, paling

banyak yaitu 23 orang atau 53,49 % menyatakan cukup memuaskan mengenai

pengetahuan karyawan dalam penggunaan peralatan dan prosedur kerja pada PT.

Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill dan paling sedikit yaitu 4 orang atau

9,30 % menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil kesimpulan bahwa skor

maximun adalah sebanyak 43 orang dengan rata-rata skor 3,44 dan persentase

skor adalah 68,84 % menyatakan bahwa mengenai pengetahuan karyawan dalam

penggunaan peralatan dan prosedur kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS

Rama-Rama Mill adalah memuaskan.

Berikut ini dapat dilihat rangkuman jawaban responden dari responden

sebanyak 43 orang dan skor perolehan mengenai variabel keselamatan kerja

PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill :


93

Tabel 5.11
Rekapitulasi Hasil Tanggapan Responden Mengenai Keselamatan kerja
PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

Skor Jawaban
No. Variabel 5 4 3 2 1 Skor
1. Kelengkapan alat pengaman 9 11 20 3 -
keselamatan kerja
Bobot nilai 45 44 60 6 - 155
2. Cara menggunakan alat 12 11 16 4 -
pengaman keselamatan
kerja
Bobot nilai 60 44 48 8 - 160
3. Frekuensi penggunaan alat 9 17 14 3 -
pengaman keselamatan
kerja
Bobot nilai 45 68 42 6 - 161
4. Frekuensi kerusakan alat 7 15 19 2 -
pengaman keselamatan
kerja
Bobot nilai 35 60 57 4 - 156
5. Alat penerangan yang 8 13 19 -
disediakan oleh perusahaan
Bobot Nilai 40 52 57 - - 149

Jumlah 781
Skor Tertinggi 5 x 5 x 43 1.075
% Share Perolehan 72,65 %
Kriteria Penilaian Baik
Sumber : Data Olahan Penelitian

Dari tabel diatas dapat dilihat skor yang diperoleh dari jawaban responden

mengenai keselamatan kerja PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

adalah 1.075 dan diperoleh persentase sebesar 72,65 % sehingga kriteria jawaban

responden adalah baik yakni berada pada interval antara 60 % - 79,99 %.


94

2. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja meliputi kesehatan fisik karyawan itu sendiri tanpa

dipengaruhi oleh lingkungan kerja, pengaturan udara, serta penerangan dan

pengaturan pencahayaan lingkungan kerja. Kesehatan kerja yang baik dimana

didukung pula dengan indikator-indikator kesehatan kerja yang baik tersebut

maka memungkinkan untuk mendapatkan semangat kerja yang baik pula. Seorang

karyawan dapat bekerja dengan baik apabila didukung oleh kondisi kerja yang

baik pula. Faktor keselamatan dan kesehatan kerja mungkin juga mampu

memberikan dorongan bagi karyawan untuk bekerja dengan semangat yang tinggi.

Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan memberikan rasa nyaman dalam

diri karyawan sehingga karyawan dapat bekerja dengan perasaan yang nyaman

dan tenang. Tujuan kesehatan kerja adalah:

a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di

semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik,

mental maupun kesehatan sosial.

b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.

c. Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari

kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang

membahayakan kesehatan.

d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.


95

Suatu kecelakaan sering terjadi oleh beberapa sebab, kecelakaan dapat

dicegah dengan melalui penyebabnya untuk mendapatkan sebab-sebab terjadinya

kecelakaan adalah sangat penting, ini dapat membantu dalam rencana bagaimana

mencegah terjadinya kecelakaan yang sama. Penyebab kecelakaan adalah antara

lain:

a. Sikap dan kondisi yang tidak baik. Seseorang mendapat luka tidak selalu

disebabkan karena kecelakaan tetapi kecelakaan dapat disebabkan oleh

sikap pribadi yang tidak baik atau kondisi yang tidak baik. Contoh tentang

perbuatan yang tidak baik tersebut adalah : penggunaan perlengkapan alat

tanpa mendapat latihan sempurna dalam penggunaannya pemakaian alat-

alat atau perlengkapan dengan cara yang salah kelalaian seszeorang

menggunakan peralatan pelindung seperti kacamata las, bila pekerjaan itu

memerlukan alat itu tidak bersungguh-sungguh dan bermain-main tergesa-

gesa dan melalaikan luka yang kecil pekerjaan yang kacau atau pribadi

yang tidak tenang/ kacau. Kecelakaan dapat dicegah dengan

menghindarkan kemungkinan sebab-sebabnya, orang yang paling baik

bekerja adalah dengan pertimbangan yang hati-hati, berjaga-jaga dan

bertanggungjawab. Kita akan mendapat hasil seperti orang yang telah

berhasil. Selain itu petunjuk ini akan membantu kita dalam latihan

mencegah kecelakaan. Laporan semua kecelakaan atau kerusakan

peralatan baik yang kecil maupun yang besar, kerusakan kecil dapat

menjadi besar jika tidak segera dilaporkan atau diperbaiki.

Ada tiga dasar penyebab terjadinya kecelakaan kerja, yaitu:


96

a. Terjadi secara kebetulan. Dianggap sebagai kecelakaan dalam arti asli

(genuine accident) sifatnya tidak dapat diramalkan dan berada di luar

kendali manejemen perusahaan. Misalnya, seorang karyawan tepat berada

di depan jendela kaca ketika tiba-tiba seseorang melempar jendela kaca

sehingga mengenainya.

b. Kondisi kerja yang tidak aman. Kondisi kerja yang tidak aman merupakan

salah satu penyebab utama terjadinya kecelakaan. Kondisi ini meliputi

faktor-faktor sebagai berikut:

1) Peralatan yang tidak terlindungi secara benar.

2) Peralatan yang rusak.

3) Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau di sekitar mesin atau

peralatan gudang yang tidak aman (sumpek dan terlalu penuh).

4) Cahaya tidak memadai, suram, dan kurang penerangan.

5) Ventilasi yang tidak sempurna, pergantian udara tidak cukup, atau

sumber udara tidak murni.

Pemulihan terhadap faktor-faktor ini adalah dengan meminimalkan kondisi

yang tidak aman, misalnya dengan cara membuat daftar kondisi fisik dan mekanik

yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan. Pembuatan cheklist ini akan

membantu dalam menemukan masalah yang menjadi penyebab kecelakaan.

Meskipun kecelakaan dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, akan tetapi ada

tempat-tempat tertentu yang mempunyai tingkat kecelakaan kerja tinggi. Kira-kira

sepertiga dari kecelakaan industri maupun laboratorium terjadi di sekitar truk

forklift, kereta dorong, dan tempat-tempat angkat junjung barang. Di samping


97

kondisi kerja yang tidak aman masih ada tiga faktor lain yang mempengaruhi atau

menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Ketiga faktor tersebut yaitu sifat dari

kerja itu sendiri, jadwal kerja, dan iklim psikologis di tempat kerja.

a. Sifat kerja. Menurut kajian para ahli keselamatan, sifat kerja

mempengaruhi tingkat kecelakaan. Sebagai contoh, karyawan yang

bekerja sebagai operator crane (derek) akan memiliki resiko kecelakaan

kerja yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang bekerja sebagai

supervisor/ penyelia.

b. Jadwal kerja. Jadwal kerja dan kelelahan kerja juga mempengaruhi

kecelakaan kerja. Tingkat kecelakaan kerja biasanya stabil pada jam 6 – 7

jam pertama di hari kerja. Akan tetapi pada jam-jam sesudah itu, tingkat

kecelakaan kerja akan lebih tinggi. Hal ini dimungkinkan karena karyawan

atau tenaga kerja sudah melampaui tingkat kelelahan yang tinggi.

Kenyataan di lapangan juga membuktikan bahwa kerja malam mempunyai

resiko kecelakaan lebih tingi dari pada kerja pada siang hari.

c. Iklim psikologis tempat kerja. Iklim psikologis di tempat kerja juga

berpengaruh pada kecelakaan kerja. Karyawan atau tenaga kerja yang

bekerja dibawah tekanan stes atau yang merasa pekerjaan mereka

terancam atau yang merasa tidak aman akam mengalami lebih banyak

kecelakaan kerja dari pada mereka yang tidak mengalami tekanan.


98

Tabel 5.12
Tanggapan Responden Tentang urusan yang bersifat khusus terhadap
penyakit akibat pekerjaan

Tanggapan Jumlah Persentase


(%)
Sangat Memuaskan 7 35 16,28 %
Memuaskan 11 44 25,58 %
Cukup 22 66 51,16 %
Kurang Memuaskan 3 6 6,98 %
Sangat Kurang Memuaskan - - -
Jumlah 43 151 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 151/43 3,51
% Skor 151/215 x 100 % 70,23
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.12 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai Urusan

yang bersifat khusus terhadap penyakit akibat pekerjaan. Dari 43 orang

responden, paling banyak 22 orang atau 51,16 % menyatakan cukup memuaskan

mengenai urusan yang bersifat khusus terhadap penyakit akibat pekerjaan dan

paling sedikit yaitu 3 orang atau 6,98 % menyatakan kurang memuaskan. Dapat

diambil kesimpulan bahwa skor maximun adalah sebanyak 43 orang dengan rata-

rata skor 3,51 dan persentase skor adalah 70,23 % menyatakan bahwa mengenai

urusan yang bersifat khusus terhadap penyakit akibat pekerjaan adalah

memuaskan.
99

Tabel 5.13
Tanggapan Responden Tentang usaha yang meliputi pemeriksaan,
pengobatan, perawatan dan rehabilitasi

Tanggapan Jumlah Persentase


(%)
Sangat Memuaskan 9 45 20,93 %
Memuaskan 14 56 32,56 %
Cukup 18 54 41,86 %
Kurang Memuaskan 2 4 4,65 %
Sangat Kurang Memuaskan - - -
Jumlah 43 159 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 159/43 3,70
% Skor 159/215 x 100 % 73,95
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.13 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai usaha

yang meliputi pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan rehabilitasi. Dari 43 orang

responden, paling banyak 18 orang atau 41,86 % menyatakan cukup memuaskan

mengenai usaha yang meliputi pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan

rehabilitasi dan paling sedikit yaitu 2 orang atau 4,65 % menyatakan kurang

memuaskan. Dapat diambil kesimpulan bahwa skor maximun adalah sebanyak 43

orang dengan rata-rata skor 3,70 dan persentase skor adalah 73,95 % menyatakan

bahwa mengenai usaha yang meliputi pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan

rehabilitasi adalah memuaskan.


100

Tabel 5.14
Tanggapan Responden Tentang usaha yang menyangkut
faktor lingkungan kerja

Tanggapan Jumlah Persentase


(%)
Sangat Memuaskan 6 30 13,95 %
Memuaskan 10 40 23,26 %
Cukup 24 72 55,81 %
Kurang Memuaskan 3 6 6,98 %
Sangat Kurang Memuaskan - - -
Jumlah 43 148 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 148/43 3,44
% Skor 148/215 x 100 % 68,84
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.13 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai usaha

yang menyangkut faktor lingkungan kerja. Dari 43 orang responden, paling

banyak 24 orang atau 55,81 % menyatakan cukup memuaskan mengenai usaha

yang menyangkut faktor lingkungan kerja dan paling sedikit yaitu 3 orang atau

6,98 % menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil kesimpulan bahwa skor

maximun adalah sebanyak 43 orang dengan rata-rata skor 3,44 dan persentase

skor adalah 68,84 % menyatakan bahwa mengenai usaha yang menyangkut faktor

lingkungan kerja adalah memuaskan.

Kondisi fisik dari lingkungan kerja merupakan salah satu factor

pendukung karyawan dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan.

Kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja

dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang bekerja. Oleh

sebab itu kondisi kerja yang terdiri dari faktor-faktor seperti kondisi fisik, kondisi

psikologis, dan kondisi sementara dari lingkungan kerja, bila diperhatikan dapat
101

memungkinkan para pekerja dapat merasa nyaman dalam bekerja sehingga dapat

meningkatkan produktivitas kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek

dari keadaan tempat lingkungan kerja dan pemakaian peralatan kerja; dimana

dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar,

keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran.

Berikut ini dapat dilihat rangkuman jawaban responden dari responden

sebanyak 43 orang dan skor perolehan mengenai variabel kesehatan kerja

PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill :

Tabel 5.15
Rekapitulasi Hasil Tanggapan Responden Mengenai Kesehatan kerja
PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

No. Variabel Skor Jawaban Skor


5 4 3 2 1
1. Urusan yang bersifat 7 11 22 3 -
khusus terhadap penyakit
akibat pekerjaan
Bobot nilai 35 44 66 6 - 151
2. Usaha yang meliputi 9 14 18 2 -
pemeriksaan, pengobatan,
perawatan dan rehabilitasi
Bobot nilai 45 56 54 4 - 159
3. Usaha yang menyangkut 6 10 24 3 -
Faktor lingkungan kerja
Bobot nilai 30 40 72 6 - 148
Jumlah 458
Skor Tertinggi 3 x 5 x 43 645
% Share Perolehan 71,01 %
Kriteria Penilaian Baik
Sumber : Data Olahan Penelitian

Dari tabel diatas dapat dilihat skor yang diperoleh dari jawaban responden

mengenai kesehatan kerja PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill adalah

645 dan diperoleh persentase sebesar 71,01 % sehingga kriteria jawaban

responden adalah baik yakni berada pada interval antara 60 % - 79,99 %.


102

3. Produktivitas kerja

Secara umum pengertian produktifitas menyengkut hubungan antara

keluaran (output) dengan masukan (input) yang digunakan untuk menghasilkan

output terakhir. Selain itu produktifitas juga sering diartikan orang sebagai

kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk menghasilkan barang atau

jasa yang ditujukan untuk menjadikan hari esok lebih baik dibandingkan hari ini.

Tabel 5.16
Tanggapan Responden Tentang sikap kerja

Tanggapan Jumlah Persentase


(%)
Sangat Memuaskan 9 45 20,93 %
Memuaskan 12 48 27,91 %
Cukup 18 54 41,86 %
Kurang Memuaskan 4 8 9,30 %
Sangat Kurang Memuaskan - - -
Jumlah 43 155 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 155/43 3,60
% Skor 155/215 x 100 % 72,09
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.16 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai sikap

kerja. Dari 43 orang responden, paling banyak 18 orang atau 27,91 % menyatakan

cukup memuaskan mengenai sikap kerja dan paling sedikit yaitu 4 orang atau 9,30

% menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil kesimpulan bahwa skor

maximun adalah sebanyak 43 orang dengan rata-rata skor 3,60 dan persentase

skor adalah 72,09 % menyatakan bahwa mengenai sikap kerja adalah

memuaskan.
103

Tabel 5.17
Tanggapan Responden Tentang tingkat keterampilan
Tanggapan Jumlah Persentase
(%)
Sangat Memuaskan 6 30 13,95 %
Memuaskan 15 60 34,88 %
Cukup 19 57 44,19 %
Kurang Memuaskan 3 6 6,98 %
Sangat Kurang Memuaskan - - -
Jumlah 43 153 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 153/43 3,56
% Skor 153/215 x 100 % 71,16
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Tanggapan responden mengenai tingkat keterampilan. Dari 43 orang

responden, paling banyak 19 orang atau 44,19 % menyatakan cukup memuaskan

mengenai tingkat keterampilan dan paling sedikit yaitu 3 orang atau 6,98 %

menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil kesimpulan bahwa skor maximun

adalah sebanyak 43 orang dengan rata-rata skor 3,56 dan persentase skor adalah

71,16 % menyatakan bahwa mengenai tingkat keterampilan adalah memuaskan.

Tabel 5.18
Tanggapan Responden Tentang hubungan antara tenaga kerja dan
pimpinan

Tanggapan Jumlah Persentase


(%)
Sangat Memuaskan 11 55 25,58 %
Memuaskan 10 40 23,26 %
Cukup 20 60 46,51 %
Kurang Memuaskan 2 4 4,65 %
Sangat Kurang Memuaskan - - -
Jumlah 43 159 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 159/43 3,70
% Skor 159/215 x 100 % 73,95
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian
104

Dari tabel 5.18 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai

hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan. Dari 43 orang responden, paling

banyak 20 orang atau 46,51 % menyatakan cukup memuaskan mengenai

hubungan antara tenaga kerja dan pimpinan dan paling sedikit yaitu 2 orang atau

4,65 % menyatakan kurang memuaskan. Dapat diambil kesimpulan bahwa skor

maximun adalah sebanyak 43 orang dengan rata-rata skor 3,70 dan persentase

skor adalah 73,95 % menyatakan bahwa mengenai hubungan antara tenaga kerja

dan pimpinan adalah cukup memuaskan.

Tabel 5.19
Tanggapan Responden Tentang manajemen produktivitas

Tanggapan Jumlah Persentase


(%)
Sangat Memuaskan 9 45 20,93 %
Memuaskan 10 40 24,26 %
Cukup 21 63 48,84 %
Kurang Memuaskan 3 6 6,98 %
Sangat Kurang Memuaskan - - -
Jumlah 43 154 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 154/43 3,58
% Skor 154/215 x 100 % 71,63
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.19 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai

manajemen produktivitas. Dari 43 orang responden, paling banyak 21 orang atau

48,84 % menyatakan cukup memuaskan mengenai manajemen produktivitas dan

paling sedikit yaitu 3 orang atau 6,98 % menyatakan kurang memuaskan. Dapat

diambil kesimpulan bahwa skor maximun adalah sebanyak 43 orang dengan rata-

rata skor 3,58 dan persentase skor adalah 71,63 % menyatakan bahwa mengenai

manajemen produktivitas adalah memuaskan.


105

Tabel 5.20
Tanggapan Responden Tentang efisiensi tenaga kerja

Tanggapan Jumlah Persentase


(%)
Sangat Memuaskan 7 35 16,28 %
Memuaskan 12 48 27,91 %
Cukup 22 66 51,16 %
Kurang Memuaskan 2 4 4,65 %
Sangat Kurang Memuaskan - - -
Jumlah 43 153 100
Skor Max 43 x 5 215
Rata-rata skor 153/43 3,55
% Skor 153/215 x 100 % 71,16
Klasifikasi Memuaskan 4
Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian

Dari tabel 5.19 diatas dapat dilihat tanggapan responden mengenai

efisiensi tenaga kerja. Dari 43 orang responden, paling banyak 22 orang atau

51,16 % menyatakan cukup memuaskan mengenai efisiensi tenaga kerja dan

paling sedikit yaitu 2 orang atau 4,65 % menyatakan kurang memuaskan. Dapat

diambil kesimpulan bahwa skor maximun adalah sebanyak 43 orang dengan rata-

rata skor 3,55 dan persentase skor adalah 71,16 % menyatakan bahwa mengenai

efisiensi tenaga kerja adalah memuaskan.

Berikut ini dapat dilihat rangkuman jawaban responden dari responden

sebanyak 43 orang dan skor perolehan mengenai variabel produktivitas kerja

PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill :


106

Tabel 5.21
Rekapitulasi Hasil Tanggapan Responden Mengenai Produktivitas kerja
PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

No. Variabel Skor Jawaban Skor


5 4 3 2 1
1. Sikap kerja 9 12 18 4 -
Bobot nilai 45 12 18 4 - 155
2. Tingkat keterampilan 6 15 19 3 -
Bobot nilai 30 60 57 6 - 153
3. Hubungan antara tenaga 11 10 20 2 -
kerja dan pimpinan
Bobot nilai 55 40 60 4 - 159
4. Manajemen produktivitas 9 10 21 3 -
Bobot nilai 45 40 63 6 - 154
5. Efisiensi tenaga kerja 7 12 22 2 -
Bobot nilai 35 48 66 4 - 153
Jumlah 774
Skor Tertinggi 5 x 5 x 43 1.075
% Share Perolehan 72 %
Kriteria Penilaian Baik
Sumber : Data Olahan Penelitian

Dari tabel diatas dapat dilihat skor yang diperoleh dari jawaban responden

mengenai produktivitas kerja PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

adalah 774 dan diperoleh persentase sebesar 72 % sehingga kriteria jawaban

responden adalah baik yakni berada pada interval antara 60 % - 79,99 %.

C. Analisis Pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap


Produktifitas Karyawan pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama
Mill

Untuk mengetahui pengaruh suatu variabel independent (Program

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja) terhadap variabel dependent (Produktifitas

Karyawan) pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill dalam analisis ini

dilakukan dengan metode enter. Metode enter adalah metode yang menganalisis

variabel independent secara keseluruhan tanpa memilah-milah variabel, yang

dijadikan satu kelompok dalam proses regresinya. Pada metode enter, semua
107

variabel independent digunakan indikator penelitian ini. Dengan demikian

dimensi Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja dan dimensi Produktifitas

Karyawan digunakan dalam model penelitian untuk menemukan Program

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja agar tercipta Produktifitas Karyawan pada

PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill. Gambaran umum hasil analisis

regresi dengan menggumakan metode enter dapat dilihat :

Tabel 5.22
Nilai koefisien Regresi,
thitung, Fhitung dan Koefisien Determinasi Berganda (R2)
Keterangan X1 X2
Keselamatan Kerja Kesehatan
Konstanta (0,906)
Koefisien Regresi 0,662 0,620
Nilai thitung 10,520 9,862
Nilai ttabel (1,)
Nilai Fhitung (106,468)
Nilai Ftabel
Koefisien Determinasi Berganda (R2) (0,842)
Sumber : Hasil Pengolahan Data Penelitian.

Berdasarkan hasil diatas maka diketahui bahwa persamaan linier berganda

dalam analisis ini adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X1 + β 2 X2 + 

Dimana : Y = Variabel Dependent (produktivitas kerja)

a = Bilangan konstan yang merupakan titik potong dengan


 
  sumbu vertikal
 
β = Koefisien regresi

X1 = Keselamatan Kerja (Variabel Independent)

X2 = Kesehatan Kerja (Variabel Independent)

 = Error/tingkat kesalahan

Y = 0,906 + 0,662 X1 + 0,620 X2 + 


108

Arti persamaan regresi linier berganda tersebut, yaitu :

Nilai a = 0,906 menunjukkan bahwa apabila nilai Program Keselamatan Dan

Kesehatan Kerja naik, maka produktivitas kerja naik sebesar 0,906

satuan.

Nilai β1= 0,662 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel

keselamatan kerja, maka akan menambah 0,662 satuan variabel

produktivitas kerja.

Nilai β2= 0,620 menunjukkan bahwa setiap penambahan satu satuan variabel

kesehatan kerja, maka akan menambah 0,620 satuan variabel

produktivitas kerja.

a. Uji F ( F-test)

F-tabel pada tingkat keyakinan (α) 5 % dengan derajat bebas

pembilang = (k-1) : (n-k)

= (3-1) : (43-3)

= 2 : 40

Dari F-tabel dapat dilihat hasilnya adalah 7,58 dan dari hasil perhitungan

diperoleh nilai Fhitung sebesar 106,468. ternyata nilai Fhitung > Ftabel, maka Ho

ditolak dan Hi diterima. Dengan demikian Program Keselamatan Dan Kesehatan

Kerja secara bersama-sama (serempak) berpengaruh signifikan terhadap

Produktifitas Karyawan pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill

b. Uji t (t-test)

Uji-t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap

variabel terikat secara individual dengan mengukur hubungan antara variabel


109

bebas dengan variabel terikat. Ketentuan uji t adalah Ho dapat diterima jika F-

hitung lebih kecil atau sama dengan t-tabel dan Hi diterima apabila t-hitung

lebih besar daripada t-tabel. Berdasarkan tabel distribusi t-student dapat dilihat

rumus sebagai berikut :

= α/2 : n-2

= 0,05/2 : 43-2

= 0,025 : 41

Dan pada t-tabel hasilnya adalah : 2,02.

X1 = Keselamatan Kerja

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung X1 sebesar 10,520 dan

nilai ttabel adalah 2,02. jadi thitung > ttabel (10,520 > 202). Ini berarti pada level of

signifikan sebesar 95% Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

dimensi keselamatan kerja berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent

(produktivitas kerja karyawan) pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama

Mill.

X2 = Kesehatan Kerja

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung X2 sebesar 9,862 dan

nilai ttabel adalah 2,02. jadi thitung > ttabel (9,862 > 202). Ini berarti pada level of

signifikan sebesar 95% Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

dimensi kesehatan kerja berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent

(produktivitas kerja karyawan) pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama

Mill.
110

c. Koefisien Determinasi Berganda (R2)

Koefisien ini digunakan untuk melihat seberapa besar persentase

sumbangan variabel bebas (Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja terhadap

variabel terikat terhadap Produktifitas Karyawan pada PT. Ramajaya Pramukti

PKS Rama-Rama Mill). Pengukurannya adalah dengan menghitung angka

koefisien determinasi berganda (R2). Semakin besar nilai koefisien determinasi

(mendekati 1) maka semakin besar persentase sumbangan variabel bebas terhadap

variabel terikat. Berikut ini dapat dilihat dari penghitungan menggunakan SPSS

adalah :

Tabel 5.23
Model Summary

Model R R.Square Adjusted R. Std.Error of the


Square Estimate
1 ,918 ,842 ,834 ,39020

Sumber : Hasil penghitungan dengan Program SPSS for Windows versi 12.00
a. Predictors : (Constant), X
b. Dependent Variabel : Y

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai R2 sebesar 0,842. artinya

84,20% Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja dipengaruhi oleh kedua

variabel bebas yaitu keselamatan kerja dan kesehatan kerja secara serentak.

Sedangkan 15,8 persen dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam

penelitian ini.
111

BAB VI

PENUTUP

Dari hasil pembahasan dibab-bab sebelumnya maka pada bab ini dapat

diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill mulai dibangun pada tahun

1997 oleh Central Engineering Dept. PT. SMART Corporation Jakarta. Mulai

beroperasi bulan Oktober 1998 dengan kapasitas 60 Ton/jam. PT. Ramajaya

Pramukti PKS Rama-Rama Mill terletak di Desa Petapahan, Kecamatan

Tapung, Kabupaten Kampar, Riau. PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama

Mill memerlukan prosedur kerja yang dapat mempengaruhi keselamatan dan

kesehatan kerja karyawan.

2. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan PT. Ramajaya Pramukti PKS

Rama-Rama Mill yang berjumlah 172. Dan untuk menentukan jumlah sampel

yang diambil digunakan pengambilan sampel dengan menggunakan metode

Slovin, jadi sampel yang diambil adalah 43 orang.

3. Tanggapan responden mengenai kelengkapan alat pengaman keselamatan

kerja pada PT. Ramajaya Pramukti PKS Rama-Rama Mill, paling banyak 20

orang atau 46,51 % menyatakan cukup memuaskan dan paling sedikit yaitu 3

orang atau 6,98 % menyatakan kurang memuaskan.

4. Tanggapan responden mengenai usaha yang menyangkut faktor lingkungan

kerja, paling banyak 24 orang atau 55,81 % menyatakan cukup memuaskan

dan paling sedikit yaitu 3 orang atau 6,98 % menyatakan kurang memuaskan
112

5. Mengenai sikap kerja, dari 43 orang responden, paling banyak 18 orang atau

27,91 % menyatakan cukup memuaskan mengenai sikap kerja dan paling

sedikit yaitu 4 orang atau 9,30 % menyatakan kurang memuaskan.

B. Saran

1. Keselamatan kerja bukan hanya tanggung jawab perusahaan saja, tetapi juga

kesadaran dan tanggung jawab tenaga kerja dengan disertai pengawasan yang

baik dari pemerintah.

2. Perusahaan harus mewujudkan suasana kerja yang menggembirakan dalam

memberikan rasa tentram kegiatan bekerja pada pegawai, sehingga dapat

mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi perusahaan dan

prestasi kerja, mempersiapkan karyawan untuk dapat bekerja secara aman

dengan jalan memberikan bimbingan sebelum bekerja dan bimbingan harus

menggunakan cara-cara yang mudah dimengerti serta berguna.

3. Mengingat banyaknya kecelakaan yang terjadi dapat menimbulkan kerugian

yang dialami oleh perusahaan yaitu mengeluarkan berupa biaya pengobatan,

hilangnya tenaga kerja yang terampil, kurangnya produktivitas dan

terbuangnya sebahagian waktu yang produktif disamping kerugian yang

dialami oleh karyawan yang bersangkutan, berupa kerugian fisik yang diderita

dan kekurangan sumber penghasilan untuk kebutuhan hidupnya.


113

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahmat Fathoni, Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT. Rineka


Cipta, Bandung, 2006.

AS, Moenir, Pendekatan Manusia dan Organisasi Terhadap Pembinaan


Kepegawaian, Gunung Agung, Jakarta, 1999.

Cornel Naibaho, Keteknikan Pabrik Dalam Suatu Sistim Management Industri,


CV. Akademi Pressindo, Jakarta, 2000.

Farid Harianto, Manajemen Unsur Manusia dan Kecelakaan Kerja, Penerbit


Yayasan Kerja, 1999.

Gary Desler, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 2, PT. Prehalindo, Jakarta,
2000.

Handoko, Hani, T., Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, BPFE,
Yogyakarta, 2000

Helena Poerwanto dan Syaifullah, Hukum Perburuhan Bidang Kesehatan dan


Keselamatan Kerja, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Jakarta, 2005.

Husein Umar, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2004 .

Kartono, Psikologi Sosial Perusahaan dan Industri, Penerbit Rajawali Press,


Jakarta, 1999

P.K., Suma’mur, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, CV Haji Masagung,

P.K., Suma’mur, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV Haji


Masagung, Jakarta, 2001.

Siagian, Sondang P., Manajemen Sumberdaya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta,


2003

Silalahi, Bennet N.B. dan Rumondang B. Silalahi, Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja, PT. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta, 1995.

Siswanto Sastrohadiwiryo, DR. B., Manajemen Tenaga Kerja Indonesia,


PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2001.
114

Veithzal, Rivai, Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Perusahaan,


PT. Raja Grafindo Persada, 2004

Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan, CV. Puri


Karyawan Utomo, Jakarta, 2003.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja NO. :PER. 05/ MEN/1996. Departemen Tenaga
Kerja RI. 1996.

Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1997 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja.

Departemen Tenaga Kerja RI, Petunjuk Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja, B.P. Panca Bakti, Jakarta, 1994.

Departemen Tenaga Kerja, Manual Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan


Kerja, Proyek Pengembangan Hubungan Ketenagakerjaan Kondisi dan
Lingkungan Kerja, 1989 – 1990.

Direktorat Operasi dan Kepesertaan ASTEK, Buku Pedoman Pelaksanaan


Program ASTEK, Cetakan Keempat, Jakarta, 1988.

Himpunan Petunjuk Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia,


Departemen Tenaga Kerja RI, 1989/1990, Jakarta, 1996.

Anda mungkin juga menyukai