Anda di halaman 1dari 85

/h

RENCANA STRUKTUR TATA RUANG PROPINSI


DAERAH TINGKAT I SULAWESI UTARA

BUKU II
RENCANA

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I SUI-AWESI UTARA


RENCANA TATA RUANG WILAYAH
I
PROPINSI DAERAH TINGKAT SULAWESI UTARA

Disusun : Tahun 1gg 1


Propinsi Daerah ringkat I sulawesi lJtara

Diperbany*Oleh:

SEKRETARIAT
BADAN KOORDINASI TATA RTJANG NASIONAL
r995
BAB III RENCANA STRUKTUR TATA RUANG PROPINSI SULAWESI UTARA
DAFTAR ISI
3.1 Pemantapan Kawasan Lindung I l-1
3.1.1 Klasifikasl dan Kriteria Kawasan Llndung ill-1
Halaman 3.1.2 Sebaran Lokasi Kawasan Lindung ilt-7
I
3.1.3 Kebiiaksanaan Pamantapan lGwasan Lindung ilt-7
PRAKATA
DAFTAR ISI ii 3.2 Arahan Pengembangan Kawasan Budldaya lll-7

TABEL iv 3.2.1 Klasifikasidan Kriteria Kawasan Budidaya tlt-1 1


DAFTAR
vi 3.2.2 SebaranLokasl Kawasan Budldaya lll-1 1
DAFTAR GAMBAR
ISTII-AH vi 3.2.3 KebijaksanaanPengembanganlGwasanBudidaya ll!-17
DAFTAR
3.3 Pola Pengembangan Sistem Pusat-pusat Permukiman /Sistem
Kota-kota lll-20
BAB I PENDAHULUAN
3.3.1 HierarkiKota-kota ilt-20

1.1 l-atar Belakang l-1 3.3.2 FungsiKota-kota lll-20

Tujuan dan dan Sasaran Penyusunan RSTRP l-1 3.3.3 Kebijaksanaan PengembanganKota-kota .i.... . lll-21
1.2
1.3 Beberapa Pengertian Dasar Mengenai RSTRP
3.4 Pola Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah lll-23
l-1 3.4.1 Sistem PrasaranaTransportasi . . . lll-23
dan Kedudukan RSTRP
t-2 3.4.1.1 Sistem Prasarana Transportasi Darat lll-23
1.4 l-andasan Peraturan dan Perundangan
1.5 Metoda Pendekatan dan Kerangka Analisis l-3 3.4.'l.2 Sistem Prasarana Transportasi Laut ilt-26
l4 3.4.1.3 Sistem Prasarana Transpoftasi Udara lil-28
1.6 Sistematika Laporan
3.4.2 Sistem Pengairan lll-28
3.4.3 Sistem Prasarana Energi ilt-30
BAB II KONSEPSISTRUKTUR TATA RUANG PROPINSI
3.5 Arahan Pengembangan Wilayah Priciritas ilt-32
DT I SULAWESI UTARA
3.5.1 Penentuan Wilayah Prioritas il-32

2.'l Pokok-pokok Permasalahan Struktur Tata Ruang ll. 1


3.5.2 Kebijaksanaan Pengembangan WilayahPrioritas lll-33

2.2 Tujuan Pengembangan Tata Ruang Propinsi Sulawesi utara ll- 1


3.6 Kebijaksanaan Penunjang Penataan Ruang Propinsi lll-37

2.9 Pendekatan Konsepsional Pengembangan Tata Ruang


3.6.1 Kebiiaksanaan Penuniang yang Bersifat Keruangan lll-37

2.9.1 Pengembangan Tata Ruang Propinsi Sulawesi Utara 3.6.2 Kebijaksanaan Penunjang yang Bersifat Bukan

dalam Konteks Antar-WilaYah |-2 Keruangan lll-38

2.9.2 Pengembangan Tata Ruang PropinsiSulawesi Utara


lt-3 BAB IV MEKANISME PENGELOI-AAN TATA RUANG
dalam Konteks Intra-Wilayah
2.4 Strategi Pengembangan Tata Ruang il-5
4.1 AspekLegalisasidankelembagaan lv-1
2.4.1 Strategi Pengembangan Tata Ruang Makro lt-5
2.4.2 Strategi Pengembangan Tata Huang Mikro ll-7
tv-2
il-7 4.1.1 Penetapan dan Pengesahan RSTRP
2.4.2.1 Strategi Pengembangan Kawasan Lindung
il-8 4.1.2 Pemasyarakatan RSTRP tv-3
2.4.2.2 Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya
lt-8 4.1.3 Tindak Lanjut Penyusunan RUTR DT ll Kabupaten/
2.4.2.3 Strategi Pengembangan Kota-kota
2.4.2.4 Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Kotamadya lv4
Wilayah il-9 4.2 Pemantauan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang lv4
3.2.3.5 Strategi Pengembangan Wilayah-wilayah''
4.2.1 PemantauanPemanfaatanRuang tv-4

Prioritas ll-1 0 4.2.2 PengendalianPemanfaatanRuang lv-4

BSIFP SulawesiUtara
4.3 PeninjauanKemballRSTRP IV€
4.4 Pembiayaan Pelaksanaan dan Pengendalian Pemanfaatan
lv6

BAB V INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN

5.1 lndikasl Program Pembangunan Sektoral lv-1


5.2 lndikasl Program Pembangunan diWilayah Prioritas v-1

ilt
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 2.'l Perbandingan Perkembanganantar Kabupaten/Kotamadya


diSulawesiUtara ll-2
Tabel 3.1 Penerapan Kriteria untuk Pemantapan Kawasan Lindung
diSulawesiUtara ilt-2
Tabel 3.2 Kebijaksanaan untuk Pemantapan Kawasan Lindung
diSUlawesi Utara ilt-9
Tabel 3.3 Penerapan Kriteria untuk Arahan Pengembangan
Kawasan Budidaya lll-12
Tabel 3.4 Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan Budidaya
diSulawesiUtara lll-1 I
Tabel 3.5 Pola Pengembangan Kota-kota di SulawesiUtara lll-21
Tabel 3.6 Pengembangan PotensiTenaga Air untuk Energi Listrik
diSulawesiUtara
Tabel 3.7 Pengembangan PotensiTenaga Panas Bumi untuk Energi Listrik
diSulawesiUtara
Tabel 3.8 ldentifikasiWilayahPrioritasdlSulawesi Utara
Tabel 5.1 Indikasi Program SektoraldiSulawesi Utara sampai
dengan Tahun 2005 v-2
Tabel 5.2 Indikasi Program Wilayah Prioritas diSulawesiUtara v-5

iv
DAFTAR GAMBAR

Nomor JudulGambar Halaman

Gambar 1.1 Kedudukan Rencana Struktur Tata Ruang Propinsl t-3


Gambar 1.2 Kerangka Analisis Penyusunan RSTRP DT I Sulawesi Utara t-5
Gambar 1.3 Kerangka Penyusunan Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi DT I

SulawesiUtara t€
Gambar 2.1 Konsepsi Struktur Tata Ruang (Makro) il4
Gambar 2.2 Konsepsl Struhur Tata Ruang (Mikro) ll€
Gambar 3.'l Pemantapan Kawasan Lindung ill-8
Gambar 3.2 Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya lll-16
Gambar 3.3 Pola Pengembangan Kota-kota lll-22
Gambar 3.4 Pola Pengembangan Jaringan Jalan ilt-25
Gambar 3.5 Pola Pengembangan Perhubungan l-aut lll-27
Gambar 3.6 Pola Pengembangan Perhubungan Udara lll-29
Gambar 3.7 Pengembangan lrigasi ill-31
Gambar 3.8 Wilayah Prioritas ilt-35
Gambar 4.1 Prosedur Penetapan dan Pengesahan RSTRP DT I

SulawesiUtara tv-3
Pengendallan pelaksanaan rencana tata ruang
DAFTAR lsflLAH") suatu proses usaha agar pelaksanaan rencana pemanfiaatan ruang oleh instansl
sektoral, pemerintah daerah, swasta serta masyarakat umumnya sesuai dengan
rencana tata ruang yang ditetapkan.

Wllayah
Ruang kesatuan geografi beserta segenap unsur yang terkait padanya yang batas dan
bagian/unsur lingkungan hidup yang merupakan wadah bagi manusia
dan mahluk sistemnya ditentukan berdasarkan pengamatan tertentu.
hidup lainnya untuk melakukan kegiatan dan kelangsung- an hidupnya.

Kawasan
Tata ruang suatu wilayah yang mempunyalfungsi utama tertentu.
wujud struldural pemanfaatan ruang suatu wilayah baik dengan direncanakan
pemanfaatan ruang'
maupun tidak, yang menuniukan adanya hirarki dan ke- terkaitan Kawasan Budidaya
suatu kawasan yang mempunyaifungsi budidaya baik permukiman maupun kegiatan
Penataan ruang usaha.
perencanaan'
upaya terpadu dalam rangka pemanfaatan ruang yang meliputi
pelaksanaan rencana dan pengendalian pelaksanaan tata ruang secara dinamik Kawasan Lindung
dalam memenuhi kebutuhan penggunaan ruang yang meningkat terus dariwaktu
ke
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi ke- lestarian lingkungan
waktu dengan cara yang optimum, berdaya guna, serasi dan berkelaniutan. yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan, dan nilai sejarah serta budaya
guna kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Perencanaan tata ruang
lingkungan
suatu proses penyusunan rencana tata ruang untuk meningkat kualitas Pengelolaan kawasan lindung
hidup dan kualitas manusianya dengan pemanfaatan ruang yang secara struktur
upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung.
mengggambarkan ikatan fungsi lokasi yang terpadu bagi berbagai kegiatan.

Kawasan hutan lindung


Rencana tata ruang
hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada
hasil perencanaan tata ruang, berupa arahan kebiiaksanaan dan memperuntukan
kawasan sekitar maupun bawahannya sebagaipengaturtata air, pencegah banjirdan
(alokasi) pemanfaatan ruang yang Secara struktur mengggambarkan ikatan fungsi
erosi serta memelihara kesuburan tanah.
lokasiyang terpadu bagi berbagai kegiatan.

Kawasan resapan air


Pelaksanaan rencana tata ruang
terwujud kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga
suatu proses usaha agar rencana tata ruang yang telah ditetapkan dapat
merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air.
sesuai rencana.

Sempadan pantai
kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi pantai.

vl
Taman Wisata Alam
Sempadan sungai
kawasan pelestarian alam didarat maupun dllaut yang terutama dimanfaatkan untuk
kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi
pariwisata dan rekreasi alam.
primer, yang mempunyalmanfaat pentlng untuk mempertahankan kelestarian fungsi
sungal.
Kawasan Cagar Budaya dan llmu Pengetahuan
Kawasan sekitar danau/waduk kawasan dlmana lokasi bangunan hasil budaya manusla yang bernilaitinggl maupun
bentukan geologl alami yang khas berada.
kawasan tertentu dlsekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian lungsi danau/waduk.
Kawasan Rawan Bencana
Kawasan sekitar mata air kawasan yang sering atau berpotensitlnggi mengalaml bencana alam.

kawasan disekellllng mata air yang mempunyai manfaat penting untuk


mempertahankan kelestarian fungsl mata air. Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi
rencana tata ruang wilayah Propinsl Daerah Tingkat I untuk mewuludkan keterkaitan
Kawasan suaka alam antar kegiatan yang memanfaatkan ruang dan kebijakan-kebijakan mengenal
kawasan yang memiliki ekosistem khas yang merupakan habitat alamiyang memberi kawasan yang harus dilindungi, pengembangan kawasan budidaya, jaringan
perlindungan bagi perkembangan flora fauna yang khas dan beraneka ragam. prasarana, dan wilayah- wilayah yang diprioritaskan pengembangannya dalam kurun
waktu rencana.

Pantai berhutan bakau


Pemantapan kawasan lindung
kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang
berfungsi memberi perlindungan kepada peri- kehidupan pantaidan laut. penentuan lokasi kawasan-kawasan lindung sebagaimana ditetapkan dalam Keppres
32/1 990.

Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya


Arahan pengembangan kawasan budidaya
daerah berupa perairan laut, perairan darat, wilayah pesisir, muara sungai, gugusan
karang dan atol yang mempunyai ciri khas berupa keragaman dan atau keunikan kebijakan pemanfaatan kawasan budidaya yang meliputl kawasan hutan produksi,
ekosistem. kawasan pertanian, kawasan pertambangan, kawasan industrl, kawasan pariwisata,
dan kawasan permukiman.

Taman Nasional
Kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan
Penetapan pola pengembangan sistem pusat-pusat permukiman
untuk tujuan ilmu pengetahuan, pariwisata, rekreasi dan pendidikan. penentuan pusat-pusat permukiman yang akan dikembangkan,fungsinya dalam
pengembangan wilayah dan strategi pengembangannya.

Taman Hutan Raya


kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk tuiuan koleksi Penetapan pola pengembangan sistem prasarana wilayah
tumbuhan dan atau satwa alamiatau buatan, jenis aslidan/bukan asli, pengembangan penentuan fungsidan tingkat pelayanan prasarana wilayah : transportasi, energldan
-, ilmu pengetahuan; pendidikan kebudayaan, pariwisata dan rekreasi. pengairan.

vil
Kebijaksanaan penunfang penataan ruang
kebijakan-kebijakan pemerintah daerah tingkat I dalam lingkup keruangan (spatial)
maupun bukan keruangan (non spatlal) yang bersifat operasional untuk mewujudkan
struhur tata ruang yang dlrencanakan.

Mekanisme pengelolaan tata ruang


proses untuk melaksanakan rencana tata ruang yang telah disusun melalui
kegiatan-kegiatan pemantauan pemanfaatan ruang, pengendallan pemanfaatan
ruang serta peminjaman kembali rencana tata ruang.

Indikasi Program
arahan jenis-jenis program kegiatan pembangunan sebagai implikasi pelaksanaan
rencana tata ruang yang telah disusun untuk dijabarkan dalam program
pembangunan sektoral (Repelita dan tahunan)

*) Daftar istilah ini berdasarkan : Rancangan Undang Undang Tata Ruang, Keppres No.
32 Tahun 1990, Pedoman Penyusunan RSTRP (Tim Koordinasi Pengelolaan Tata
Ruang Nasional)

vill
BAB I
PENDAHULUAN
pembangunan
BAB I sektoral yang terintegrasl dan merupakan Jalan bagl pemecahan
permasalahan tata ruang di Propinsl Sulawesl Utara. Rencana ini
nantinya luga akan
PENDAHULUAN menjadl pedoman bagl perencanaan dltingkat yang lebih rendah.

1.2 Tujuan dan Sasaran penyusunan RSTRP

1.1 Latar Belakang Secara umum tuiuan penyusunan RSTRP adalah uniuk mewujudkan pemanfaatan
ruang wilayah dalam llngkup propinslyang serasidan optimal sesuaidengan
kebutuhan
dan kemampuan daya dukung alam, serta memperhatikan kebilaksanaan pembangunan
Pembangunan daerah merupakan baglan integral dari pembangunan nasional yang
nasionaldan daerah.
harus dllaksanakan secara serasidan diarahkan agar dapat berlangsung secara berdaya
guna dan berhasil guna di seluruh tingkat administrasi daerah. Dalam kebijaksanaan Sesuai dengan tujuannya, RSTRP yang dimaksud akan diarahkan untuk menghasilkan
nasional, pembangunan daerah tingkat I propinsi ditekankan pada upaya produk rencana dengan materl sebagai berikut :
mengoptimalkan target pembangunan sektoral yang diintegrasikan dalam suatu - Memantapkan kawasan berfungsl lindung, meliputl kawasan yang memberikan
pembangunan terpadu. Dasar pertimbangan dalam pembangunan daerah adalah perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat,
peluang dan keterbatasan total sumberdaya daerah, keterkaitannya dengan pusat, dan kawasan
suaka alam dan cagar budaya, serta kawasan rawan bencana.
minat investasi di daerah.
- Memberiarahan pengembangan kawasan budldaya, yang meliputlhutan produksl,
Pembangunan daerah ini dijabarkan secara sektoral dalam pola dasar pembangunan kawasan pertanian, kawasan pertambangan kawasan perindustrian, kawasan
daerah tingkat L Pembangunan daerah pada sektor-sektor kegiatan sejak Pelita I telah pariwisata, kawasan permukiman, dan kawasan lain yang diperlukan.
berlangsung pesat dan diperkirakan akan terus berlanjut pada pelita-pelita selanjutnya. - Menetapkan pola pengembangan sistem pusat-pusat permukiman.
Gejala ini membawa dampak spasial yang akan diikutioleh terjadinya perubahan struktur
tata ruang pada wilayah propinsi, baik direncanakan maupun tidak.
- Menetapkan pola pengembangan sistem prasaranawilayah yang meliputi prasarana
transponasi, telekomunikasi, energi, dan pengairan.
Dalam hubungan ini, penyusunan Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi (RSTRP), - Membdrlarahan terhadap wilayah-wilayah yang diprioritaskan pengembangannya.
dimaksudkan untuk mewuiudkan rencana pemanfaatan ruang Propinsi Daerah Tingkat
I yang serasi dan optimal sesuai dengan kebutuhan daerah dan kemampuan daya - Menetapkan kebijakan penunjang penataan ruang untuk mewujudkan struktur
tata
ruang yang direncanakan.
dukung lingkungannya. Selain itu juga untuk mewuludkan keterkaitan antar kegiatan yang
memanfaatkan ruang dan kebijakan-kebijakan pendukungnya mengenai kawasan yang
harus dilindungi, kawasan budidaya, sistem pusat-pusat permukiman, jaringan prasarana
utama, serta wilayah-wilayah yang diprioritaskan pengembangannya dalam waktu 1.3 Beberapa Pengertian Dasar mengenai RSTRp dan
rencana 15 tahun. Kedudukan RSTRP
Pentlngnya penyusunan RSTRP adalah sesuai dengan kebijaksanaan penataan ruang
dalam Repelita V yang menekankan pentingnya koordinasi pembangunan sektoral di Untuk memperoleh kesamaan pandangan dalam menyusun RsrRp inl, maka
beberapa
daerah yang terintegrasi secara spasial. Oleh karena itu, RSTRP hasil penyusunan ini pengertlan dasar dalam penyusunan RSTRP dijelaskan sebagal
berlkut (sesualdengan
sangat bermanfaat untuk memberiarahan dan memantapkan pola pengembangan ruang kesepakatan pengertlan berbagal pihak dalam Ketompok Kerla Tlm Koordlnasi
di tlngkat propinsi. Dalam hal ini RSTRP disusun berdasarkan hasil analisis data dan Pengelolaan Tata Ruang Nasional sepertldituliskan dalam Draft Pedoman penyusunan
informasi yang telah dilakukan sebelumnya (lihat Buku Fal<ta dan Analisis). RSTRP):

Berdasarkan halftal diatas, dirasakan perlu untuk menyusun suatu pedoman pelaksanaan 1. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruanU yang berupa arahan
pembangunan pada tingkat propinsi yang berbentuk Rencana Struktur Tata Ruang kebiiakan pemanfaatan ruang secara terpadu untuk berbagal keglatan. pada
Propinsi. Dengan adanya RSTRP ini diharapkan dapat mengoptimalkan target tingkat propinsi, rencana tata ruang ini adalah dalam bentuk Bencana Struktur Tata
Ruang.

RSIRP SulawesiUtara
l-1
2. Rencana Struktur Tata Ruang Propinsl (RSTHP) adalah rencana tata ruang wilayah Selain mempunyai kedudukan secara hirarkis sepertldl atas, RSTRP pada dasarnya
Propinsl Daerah Tingkat I untuk mewuludkan keterkaitan antar kegiatan yang tak dapat dilepaskan darifungsinya sebagai acuan bagl rencana-rencana tata ruang
memanfaatkan ruang dan kebiJakan-kebijakan mengenai kawasan yang harus sel<toral. Pada kenyataannya, rencana-rencana selrtoral tersebut telah lebih dulu disusun
dilindungi, pengembangan kawasan budldaya, jaringan prasarana, dan untuk kepentingan sehoral. Dalam kaitan ini, keberadaan rencana-rencana atau
wilayah-wilayah yang diprioritaskan pengembangannya dalam kurun wahu rencana. kebijaksanaan tata ruang tersebut perlu diakomodasikan serta dilntegrasikan atau dl
3. RSTRP akan berfungsi :
sinkronisasikan dalam RSTRP.
o Sebagal matra ruang dari Pola Dasar Pembangunan DT I dan Repelitada Tk. l, Demikian pula halnya dengan Rencana Tata Guna Tanah (RTGT), penyusunannya perlu
serta akan menjadlacuan untuk penyusunan Repelitada Tk. I periode berikutnya. mengacu pada RSTRP. Dalam hal ini penyusunan RencanaTata GunaTanah dipandang
r Memberikan kebijakan pokok tentang pemanfaatan ruang di propinsi sesuai sebagai salah satu aspek pelaksanaan dari RSTRP terutama yang menyangkut
dengan kondisl wilayah dan berazaskan pembangunan berkelanjutan. kebijaksanaan penatagunaan tanah yang diwujudkan dalam bentuk rencana persediaan,
o Untuk mewujudkan keterkaitan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah peruntukan, serta penggunaan tanah bagi berbagai kegiatan pembangunan daerah.
dldalam propinsi
Secara diagramatis, kedudukan HSTRP Sulawesi Utara ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.
o Untuk memberikan kejelasan arahan investasi yang dilakukan pemerintah,
masyarakat dan swasta
o Sebagai acuan untuk penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Daerah Tingkat
ll dan Rencana DetailTata Ruang Kawasan. 1.4 Landasan Peraturan dan Perundangan
4. RSTRP akan dipergunakan sebagai acuan bagi departemen/instansi pusat dan
pemerintah daerah TK I dalam menyusun dan melaksanakan program lima tahunan Penyusunan Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi DT I Sulawesi Utara pada dasarnya
dan tahunan di propinsi DT l; bagi pemerintah daerah TK I dalam pemberiarr merupakan bagian tak terpisahkan dari penataan ruang sebagai upaya perencanaan,
rekomendasi, pengarahan serta perijinan pemanfaatan ruang skala besar; serta bagi pelaksanaan, serta pengendalian tata ruang secara terpadu dan dinamis dalam
pemerintah daerah TK ll dalam penyusunan RUTRD (Kabupaten/Kotamadya) serta memenuhi kebutuhan pemanfaatan ruang pada wilayah propinsi yang semakin
Rencana DetailTata Ruang Kawasan. meningkat. Sesuaidengan kedudukannya dalam hirarki rencana tata ruang, penyusunan
RSTRP ini didasarkan pada berbagai peraturan-perundangan yang berlaku.
5. RSTRP mempunyai wilayah perencanaan yang mencakup batas wilayah
administrasi propinsi DT l, dengan tingkat kedalaman pada peta skala 1 : 250.000, Peraturan/perundangan yang menjadi landasan dan dasar pertimbangan dalam
sedangkan dimensiwaktu RSTRP adalah 15 tahun. penyusunan RSTRP, yang menyangkut aturan- aturan mengenai aspek tata ruang,
sumberdaya alam, serta lingkungan hidup, baik dalam bentuk undang-undang, peraturan
Dalam hirarki rencana tata ruang, RSTBP mempunyai kedudukan di bawah Strategi
pemerintah, maupun keputusan presiden, adalah sebagai berikut :
Nasional Pola Pengembangan Tata Ruang (SNPPTR), yang akan dirumuskan sebagai
dimensi tata ruang kebijakan pembangunan nasional (Garis-garis Besar Haluan - Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Negara dan Repelita Nasional) serta kebijakan-kebijakan tata ruang nasional lainnya Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
yang berlaku. Nomor 2043)
Sebagai suatu rencana tata ruang pada tingkat propinsi (dengan skala peta 1: 250.000), - Unoang-Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
RSTRP pada dasarnya hanya menggambarkan struktur tata ruang secara makro. Oalam Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
pengertian ini, aspek besaran tiap kawasannya belum menunjukkan ukuran secara Nomor 2823)
tepat. Untuk pelaksanaannya perlu dijabarkan lagi pada tingkat kabupaten/kotamadya - Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
dalam bentuk Rencana Umum Tata Ruang Daerah Tingkat ll Kabupaten/Kotamadya Pertambangan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 22,Tambahan Lembaran
(RUTR DT ll
atau RUTRK) dan rencana-rencana detail tata ruang kawasan sebagai Negara Nomor 2831)
tindak lanjutnya. Dalam kaitan ini RSTRP akan menjadi acuan bagi penyusunan - Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
rencana-rencana tata ruang yang lebih rinci tersebut, sehingga arahan pemanfaatan Pengairan (Eembaran Negara Tahun 1974 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara
ruangnya dapat digambarkan dalam skala peta yang lebih besar (1 : '100.000 atau lebih Nomor 3046)
besar lagi).
- Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980, tentang Jalan

RSIRP SulawesiUtara l-2


- Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan pokok
Pengelolaan Llngkungan Hldup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215)
- Undang-undang Nomor 20 Tahun 1gg2 tentang pertahanan dan Keamanan
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 19g4 tentang perlndustrian Gambar 1.1
- Undang'Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati
KEDUDUKAN RENCANA STRUKTUR TATA RUANG PROPINSI
- Peraturan Pemerlntah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan
(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3294)
- Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak
Llngkungan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 42, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3338)
- Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung STRATEGI NASIONAL POI.A
- Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 tentang penggunaan Tanah bagi PENGEMBANGAN TATA RUANG
(sNPPTn)
Pembangunan lGwasan Industri

Sedangkan landasan perundangan yang memuat hal-halyang menyangkut mekanisme


pengelolaan dan kewenangan suatu badan dalam penyusunan rencana serta
implementasinya adalah sebagai berikut :
- Undang-Undang Nomor5Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok-pokok
Pemerintahan di
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3037)
- Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1988 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah
- Peraturan Pemerintah Rl Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi
Vertikal di Daerah
- lnstruksi Presiden Rl Nomor 1 Tahun 1976 tentang Sinkronisasi pelaksanaan Tugas
Bidang Keagrariaan dengan Bidang Kehutanan, Pertambangan, Transmigrasi dan POI.A DASAR RENCANA STRUKTUR TATA
RENCANA
Pekerjaan Umum. PEMBANGUNAN RUANG PROPINSI
TATA GUNA
DAERAH TK I
- Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tentang Pembentukan Badan pertanahan - Pemantapan kawasan
TANAH (RTGT)
Nasional. lindung
' Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun '1989 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Tata - Arahan pengembangan
Ruang Nasional kawasan budidaya
- Pola Pengembangan
pusat-pusat
permukiman/sistem kota- RENCANA
1.5 Metoda Pendekatan dan Kerangka Analisis
-
kota
Pola pengembangan sistem
TATA RUANG
SEKTORAL
prasarana
-.
Penyusunan RSTRP Sulawesi Utara ini secara teknis dilaksanakan dengan menggunakan - Arahan pengembangan
wilayah priofitas
pedoman yang telah diberikan serta lebih menekankan pada produk rencana yang
harus
bersifat operasional. Namun demikian, ketaiaman dalam merumuskin RSTRp inj tetap
dilandasi kerangka teoritis yang kuat. Dalam hal ini ada tiga pola pikir yang bisa selalu
*
RUTR (DT il)
Kabupaten/Kodya
RSISP SulawesiUtara

t-3
diperdebatkan, baik argumentatif, logika, maupun spekulatif-rasional. Ketiga pola pikir - dan perkembangan wilayah, serta menganallsls pola dan
Menganalisis potensl
tersebutdluraikan berikut lnl : struktur tata ruang sulawesl utara berdasarkan hasil pertama
dalam
- Pola pikir pertama adalah mendudukkan pembangunan daerah sebagal baglan dari hubungannya dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan
daerah yang
pembangunan naslonal. Dalam pola pikir ini, rencana pembangunan daerah disusun ada.
untuk mendukung tercapainya tuluan-tuluan pembangunan nasional. Usaha untuk - Mengidentifikasikan pokok-pokok permasalahan tata
ruang yang ada dl Sulawesl
memanfaatkan peluang dan mengatasi masalah dl daerah dilakukan sesuaidan Utara sebagai landasan untuk penyusunan konsepsl pengembangan
tata ruang.
mengikutltujuannasionalyang sudahdlgariskan sebagai batasdalam merumuskan - Merumuskan rencana struhur tata ruang propinsr atas
dasar konsepsr yang
kebijaksanaan pembangunan daerah. dikembangkan serta strateginya untuk kurun waktu 15 tahun,
serta ditunlang oleh
- Pola pikir kedua melihat pembangunan daerah sebagal usaha untuk membangun kebijakan penunjangn ya (non-spati at).
daerah tersebut, dengan memakslmalkan usaha memanfaatkan peluang
Dengan dasar pendekatan di atas, maka untuk sampai pada produk
pembangunan dldaerah dan meminimalkan resiko dan mengatasi masalah yang RsrRp sesuai
dengan materiyang diarahkan dalam pedoman yang ada, lebih
berhubungan dengan pembangunan dl daerah tersebut. Dengan pola pikir ini, total ldnJut perlu adanya suatu
kerangka analisis. Pada prinsipnya, kerangka analisis yang
pembangunan daerahdaerah adalah apa yang disebut dengan pembangunan disusun dlkembangkan dari
pedoman dengan memperhatikan kondisi wilayah
nasional. Jadl secara terslrat tldak ada batas dalam merumuskan kebilaksanaan Sulawesi secara spesifik. Sesuai
pembangunan daerah, sehingga lebih mendasarkan pada karakteristik daerah hu
dengan PedomanPenyusunan Rencana strukturTataRuang propinsl (RsTRp),
materl
yang akan disusun meliputi :
sendiri. Namun tidak berarti kebijaksanaan pembangunandaerahtidakperlusesuai
dengan kebilaksanaan nasional. - Pemantapan kawasan lindung
- Pola pikir ketlga melihat pembangunan daerah dan unit pembangunannya sebagai - Arahan pengembangan kawasan budidaya
hal yang terbuka, sehingga mungkin saja pada perhatian tertentu melihat - Penetapan pola pengembangan sistem permukiman/sistem
kota_kota
pembangunan nasional sebagai batas unit pembangunan yang lebih besar, atau bisa
- Arahan pengembangan wilayah prioritas
luga melihat pembangunan suatu daerah sebagai bagian darigugus pembangunan
global, misalnya Pacific Rim, dengan mungkin saja mengabaikan beberapa
- Kebijakan penunjang penataan ruang propinsi.

daerah lain sebagai bagian darl referensipembangunan yang lebih luas.


Secara diagramatis, kerangka pemikiran dalam penyusunan
RSTRp Sulawesi Utara dapat
dilihat pada Gambar 1.2 dan 1.3.
Ketiga pola pikir dl atas melihat RSTRP sebagai kerangka spasial dari pembangunan
daerah. Dalam menyusun RSTRP SulawesiUtara, pola pikir kedua mendapat penekanan
karena berbagai alasan, di antaranya adalah untuk percepatan pertumbuhan dan
perkembangan daerah. Pembangunan daerah Sulawesi Utara sebagai salah
satu propinsi 1.6 Sistematika Laporan
di wilayah Indonesia Bagian Timur (lBT) jelas berbeda bila dibandingkan dengan
pembangunan daerah/propinsi di lndonesia Bagian Barat, sehingga menggunakan
Laporan Draft Rencana ini merupakan laniutan darilaporan
rata-rata pembangunan propinsi pada skala nasional sebagai referensi rumusan Fakta Analisis yang berisi
uraian mengenai rencana pengembangan yang ditentukan
pembangunan daerah Sulawesi Utara kurang menguntungkan dan bahkan berdasarkan anallsis yang
bisa menjadi telah dilakukan. secara garis besar, penyajiannya
faktor penghambat untuk membuka ketertutupan Sulawesi Utara. Dalam era globalisasi adarah sebagaiberikut :
dan keterbukaan saat ini, mengamati pembangunan daerah Sulawesi Utara sebagai - Bab | : merupakan uraian tentang latar belakang, tuluan dan
sasaran penyusunan
bagian terdekat dengan pacific Rim khususnya Fillpina, mungkin akan lebih RSTRP, beberapa pengertian dasar mengenai RSTRp
dan kedudukan
menguntungkan dalam menghasilkan suatu rumusan RSTRP yang lebih operasional. RsrRp, randasan peraturan dan perundangan, metoda pendekatan
dan
kerangka analisis, pokok-pokok permasalahan tata ruang
Atas dasar pola pikir ini, maka metoda pendekatan yang digunakan dalam menyusun Sulawesi Utara,
dan sistematika laporan.
RsrRP sulawesi utara ini secara garis besar terbagi dalam empat tahap, yaitu :
- Mengidentifikasi kondisiaktualdan potensi dan keterbatasan sumberdaya wilayah
- Bab ll : menguraikan mengenaikonsepsistrukturtata ruang propinsi
Sulawesi tara
yang mencakup tujuan pengembangan tata ruang, pendekatan
serta kebijaksanaan sektoraldan daerah yang berlaku. konsepsional
pengembangan tata ruang, dan strategi pengembangan
tata ruang.

FSIFP SulawesiUtara
l-4
Gambar 1.2
KERANGKA ANALISTS
PENYUSUNAN RSTRP DT I SULAWESI UTARA

PerUraan distribuJ dan Kcpadatso


Pcnduduk

Antar \l'il:1rb:
- Kctcislesisn silavab
- Dacnb Ferbatassn

Intra Wilsl:b
- Kacnj:ng:nPcrkcobangan
aoor \lilayab
. Klrrs:n Pcrbatasan
- Sistctr lico.kor.r
- Pola Pccanf:at:o L:bgn K3waran
& BuCiCsra

A\Al-lS lS STR UmUR TATA R.U.!r\c


wlI-A,YAH
. Anban Pcngcobang:n K:wasan
KO.r-S E ?S I STR U ST'rt R.
Budidaya
. TATA - Pola Pcngeobangan
Sisteto Pust.pusat Pcruukjtnen
RUA\G PROP:\SI
Kaesuaiao L:bao Sirtco Pusat-pusat PcncuUman
untuL Kcgiaun Budidoya . Krwasan Lindung dan K.awasan
Tujuan
- . Pola Pcngeobangan Sistco
BuCidavr Piasarana Wilayab
Pcndcbtan Kon*:'ional
Stratcgi pcngcob::gan
- Araban Pengeobangan
. Sistco Jaring:n Pcrbubungan Wilslzh-wilayab Prioriur
. Kebijaksnaan Pcnunjaog Pcnataan
. K.:r.rs:n Stntegi: Ruang

KEBUA\'SAIiAA* DA\
RENCANA TATA RUANG . Tata Cuo: Huran
- KesepaLaarn (TCHli)
Rc. Klasifi bri & Rc-liritcria
- RencanaTaraGunaTsoab(RIGT) K:wasan Lindung & Budidtya
- Rencana Dassr PcngcobanSn Wilayab
Perkcbunan (RDPWP)
- Renena lnduk Pengeobangan ParMsara
Daerab (RIPPD)
- Peruilayaban Pcmbangunan

Kepprcr No.57/1989
TATA RUA\G DI DAE Kcppres No. 3Y1940 -' R:riGkasi & Rc.lkitcria
Kepprc No.33i 1990 K:*:so Uodunt & Budidela

l-5
GAMBAR 1.3

KERANGKA PENYUSUNAN RENCANA STRUKTUR TATA RUANG


PROPINSI DT I SUIAWEST UTARA

MASAI.AH STRUKTUR
TATA RUANG TUJUAN PENGEMBAAIGAN TATA RUANG
PENDEKATAN KONSEPSIONAL PENGEMBANGAN
TATA RUANG
. Keterisolasian Wilayah Makro:
- Daerah Perbatasan - Pembukaan lsolasi Wilayah
Antar Wilayah - Pengamanan Wilayah perbatasan r Konsep Tata Ruang Makro:
:
- Kesenjangan perkembangan
- Pengembangan Sistem lnteraksi Ruang . Pengembangan Wilayah yang Tumbuh pesat
aniar Wilayah Kab/Kodya Antar Wilayah - Pengembangan Wialyah yang Oitatuilatan
- Mikro: Trans.Sulawesi
Pengembangan Wilayah
Perbatasan & Daerah Terpencil - Optimasi Pemanfaatan potensi dan
- Pengembangan Sistem .Sumberdaya Wlayah r Konsep Tata Ruang Mikro:
Kota-kota . Kelestarian & Keseimbanoan - fola pemanfaalan ruang kawasan lindung sebagai
- Pola Pemanfaatan Ruang pada Ungkungan limitasi pengembangan
Kawasen Lindung dan Kawasan - Pemanfaatan Fluang untuk Kawasan - Pola pemanfaatan ruang kawasan budidaya
Budidaya Undung dan Budidaya penyangga dan budidaya intensif
- Pengembangan Sislem prasarana - Pola Pengembangan 4 sistem kota
Utama Wilayah - Pola Pengembangan jaringan transportasi secara
- Pengembangan Sistem Kota-kota terpadu
sebag ai Pusat-pusal pertumbuhan
'i1:i:iiiiit::iiiiiir:::liliiii:iiriii:iiti:triril:i.ilii:

ME}(ANISME PENG ELOI.AAN RENCANA STRUKTUR TATA RUANG


TATA RUANG PROPINSI PROPINSI

Pemantauan PemEntaatan Ruing


Pengendalian Pemanfaatan Ruano . Pemantapan Kawasan Lindung
Peninjauan Kembali RSTRP o Arahan Pengembangan Kawasan STMTEGI PENGEMBANGAN TATA RUANG
Budidaya PROPINSI
o Pola Pengembangan Sistem Kota-kota
- Hirarki o Tata Ruang Makro
- Fungsi
o Pola Pengembangan Sistem prasarana r Tata Ruang Mikro :
Wlayah - Pemantapan Kawasan Lindung
INDIIGSI PROGMM PEMBANGUNAN
- Sisteni Transportasi Terbadu - Pengembangan Kawasan Budidaya
- Sistem Pengairan - Pengembangan Sistem kota-kota
- Sistem Prasarana Energi - Pengembangan Sistem prasarana Wlayah
Program Pembangunan Sektoral
Program Pembangunan Wilayah
o fuahan Pengembangan \Mlayah pri - Pengembangan Wilayah prioritas
- Wilayah Terpencil/perbatasan
Prioritas -
Wilayah Kritis
- Kawasan Strategis

KEBIJAKSANAAN PENUNJANG
PENATMN RUANG

Kebijaksanaan Keruanag n
Kebijakan Bukan Keruangan

'ir : r::::tiii iiiitiliiil:.i i! i:i iiiii iit: .t il:iili:i i: i

l-6
- Bab lll: menguraikan rencana struktur tata ruang propinsi Sulawesi Utara yang
meliputl pemantapan kawasan lindung, arahan pengembangan kawasan
budidaya, pola pengembangan sistem permukimanislstem kota-kota, pola
pengembangan sistem pnsarana wilayah, arahan pengembangan wilayah
prioritas, dan kebijakan penunjang penataan ruang propinsi.

- Bab lV: menguraikan mengenaimekanisme pengelolaan tata ruang yang meliputl


penentuan tlndak lanjut pelaksanaan RSTRP, pengendalian pemanfaatan
ruang, dan peninjauan kembali RSTRP.
-BabV: berisitentang identifikasi program pembangunan jangka menengah yang
meliputi indikasi program pembangunan sektoral dan program pembanguan
diwilayah prioritas.

I-7
BAB II
KONSEPSI STRUKTUR TATA RUANG
PROPINSI DT ISULAWESI UTARA
sedangkan kota-kota lainnya masih belum berkembang. Dengan demikian pola
BAB II primasi yang diperankan oleh Kota Manado sebagai ibukota proplnsi masih terlalu
KONSEPSI STRUKTUR TATA RUANG besar.

PROPINSI DAERAH TINGKAT I Dilihat dari keterkaitan spasialnya, keterkaitan antar kota yang ada secara fungslonal
masih rendah, walaupun sudah dilaluioleh jaringan Jalan propinsi (Irans-Sulawesi).
SUI-AWESI UTARA Di antara kota utama (Manado, Bitung, Gorontalo, dan Tahuna) dalam fungsinya
sebagai pusat pemasaran dan perdagangan, masing-masing lebih berorientasl keluar
dengan memanfaatkan pelabuhan laut.

Adanya tumpang tindih pola pemanfaatan kawasan lindung dan kawasan budidaya
karena adanya konflik kepentingan. Dl antaranya terladl tumpang tlndih dengan
Pada bagian ini akan diuraikan konsepsi yang akan menjadi dasar bagi perumusan penggunaan lahan yang telah berlangsung lama, tumpang tindih rencana tata ruang
rencana struktur tata ruang Sulawesi Utara untuk kurun waktu lima belas tahun ke depan. yang ada dengan rencana pembangunan sektoral lainnya, tumpang tindih dengan
Di dalamnya tercakup pokok-pokok permasalahan tata ruang, perumusan tujuan proyek pembangunan sektor yang memanfaatkan ruang dalam skala besar, serta
pengembangan tata ruang, pendekatan konsepsionalnya serta strategi pengem-bangan tumpang tindih dengan status atau penguasaan lahan dalam skala besar.
tata ruang dalam jangka panjang.

2.1 2.2 Tujuan Pengembangan Tata Ruang Sulawesi Utara


Pokok-Pokok Permasalahan Tata Ruang
Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Sulawesi Utara pada dasarnya akan berfungsl
Berdasarkan hasil analisis telah dapat diidentifikasi beberapa permasalahan tata ruang
sebagai matra ruang dari Pola Dasar Pembangunan Daerah Tingkat L Oleh sebab itu di
yang ada di propinsi Sulawesi Utara. Permasalahan tersebut baik bersifat antar-wilayah
dalam perumusan konsepsinya seyogyanya mengacu pada tujuan, sasaran, serta arah
maupun intra-wilayah yang mempunyai implikasiterhadap struktur ruang propinsi.
pembangunan jangka panjang yang telah ditetapkan dalam Pola Dasar tersebut. Dalam
Permasalahan Struktur Tata Ruang dalam Lingkup Antar-wilayah : kaitan ini, Pola Dasar Pembangunan telah menggariskan bahwa titik berat pembangunan
1. Masalah keterisolasian wilayah Sulawesi Utara yang disebabkan oleh letaknya yang daerah Sulawesi Utara dalam langka panjang adalah pembangunan ekonomi dengan
relatif jauh dari pusat pemerintahan dan pusat-pusat pasar yang terdapat di Pulau sasaran utama menciptakan struktur perbkonomian daerah yang lebih seimbang antara
Jawa, serta belum memadainya prasarana dan sarana tranportasi dalam sistem sektor pertanian, industri, dan jasa secara sehat dan dinamis.
transportasi regional dan nasional. Mengacu pada arah pembangunan daerah jangka panjang serta permasalahan yang ada,
2. Masalah daerah perbatasan (Kepulauan Sangihe Talaud) yang mencakup masalah tujuan pengembangan tata ruang Propinsi Sulawesi Utara pada dasarnya bertitik tolak dari
keterbatasan prasarana dan sarana yang memadai untuk kemudahan pergerakan tujuan pengembangan wilayah secara umum, yaitu :

serta masalah pertahanan dan keamanan. - pemerataan pertumbuhan di semua daerah tingkat ll untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat melalui berbagai sektor pembangunan,
Permasalahan Struktur Tata Ruang dalam Lingkup Intra-wilayah :
- meningkatkan pertumbuhan wilayah propinsl sebagai bagian dariwilayah IBT untuk
1. Masalah kesenjangan perkembangan antar daerah tingkat ll, yaitu antara menekan tingkat ketimpangan inter-regional.
kabupaten/kotamadya yang berada di wilayah daratan dengan wilayah kepulauan,
dan kesenjangan perkembangan wilayah Manado-Bitung-Minahasa dengan wilayah Untuk mendukung tujuan pembangunan jangka panjang tersebut, melalui pendekatan
Bolaang Mongondow-Gorontalo yang dapat dilihat dari indikator-indikator demografi, spasial, hal di atas perlu dirumuskan kembali sebagai tujuan pengembangan tata ruang.
sosial, dan ekonomi. (Lihat Tabel 2.1) Dalam hal ini dibedakan dua tujuan pengembangan tata ruang Sulawesi Utara, yaitu
secara makro dengan mendudukkannya dalam lingkup antar-wilayah, serta secara mikro
2. Sistem kota-kota yang ada masih belum sesuai dengan sistem kota menurut dengan mendudukkannya dalam lingkup intra-wilayah.
pembagian wilayah pembangunan dan kota yang sudah mapan baru Kota Manado,

RSITBP SulawesiUtara ll-1


Tujuan pengembangan tata ruang makro :
TABEL 2.1
- MembukaketerisolasianwilayahSulawesiUtara
PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANTAR KABUPATEN / KOTAMADYA
- Mengamankan daerah perbatasan DI PROPINSI SUI.AWESI UTARA
- Mengembangkan slstem Interaksi ruang antar-wilayah, terutama pada transportasi
laut dan udara.

Tujuan pengembangan tata ruang mikro :

- Mengoptimalkan pemanfaatan potensidan sumber daya wilayah, terutama sumber lndikator Kabupeten Kotamadya Sulut
Satal Minahasa Bolmono Goronialo Manado Bituno Gorontalo
daya alamnya.
DEMOGMFI:
- Menjaga dan melestarikan keseimbangan lingkungan - Jumhh P.ndudur {t989} 249.3€O 7o7.9e. I 3!t7.55! 527.385 n".',ol el.680 |
r r 1.8o8 | 2,37o.35c,
96tcrhrdsp Sulesd Ulur 10,52 20,87
|
15,()8 ?2,3 1 1,ao
I
3,87 |
1,72lI 100.oo

- Mengarahkan pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung, dan kawasan budidaya - lcpadalM Pcnduduk
0lu6/km2) t.hun l98g 1ro 149
I

I
| 4t 17 1.782
I
30,2
.,.rra 80

- Mengembangkan kawasan-kawasan yang dianggap strategis atau wilayah prioritas - Prndudukplrkote


I

l I

I
|

I
I

yang memerlukan dukungan penataan ruang segera (llngkat urbsisl) tahun 1980 1 6,10 18,28
|
15,5€ r6,7S 1oo.oo I 1@,m 100,m1 32,11
I

- Lalu Plriumbuhu Pcnduduk 0,83 t,3t 2,35 r,59 I,0<t 2,05 a.o, 1,60
-
I

Mengembangkan sistem jaringan transportasi intra-wilayah yang memadai dalam Fahun 1S8G1989)

membentuk satu kesatuan wilayah EKONOMI:


- ,t2r.w,42 12r.555,92 r78.9994,S4 52.37e,88 49.Gi6,88 a70.172,95
PORB (1989), lulern rupieh 6S.978,86 278.Sr 1,28

- Mengembangkan sistem kota-kota yang terintegrasidengan sistem lainnya


% trrhadap SulaFd Ulua I,O{ 31,81 13,97 13,96

J;]]
6,02 5,trt roo,00

- POFB/KAPfTA (19s9), rupiah 280.828 39't.121 340.145 212.8f 57r.290 .t3a.58r 387.203
- Mengarahkan pemerataanmelaluisistem pusat-pusatpertumbuhan. - lrju po.lumbuhan PDRB
lahun l984-1989 5,37 1,79 5,79 4,90 r)7,83 4,33
(r: tahun l98a-1sagl
FISIK.PFASARANA:
-
2.g Pendekatan Konsepsional Pengembangan Tata
Luu wilayeh {kmz} tahun
96 tcrhldap luu propinli
1989 2.283,95
4,24
4.189,20
15,24
8.358,04
3O,41
12.150,65
11,n
1 57,00
0,57
304,00
I,tt
84,79
o,23
27.487,43
1OO,OO

Ruang - Pmjmg ialm (km) trhun l90o


'
Ncgua : e3,e2 200,40 371,84 6,00 820,09
I Propin3i: 227,15 5?2.,23 192,30 180,82 1.r40,12
Kabupatcn: 728,80 1.385,03 754,O2 't.5t 9,85 32,80 : 23,85 4,227,44
I
I
- Rsio pmisg lalm tcrhadap
Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan, konsepsi struktur tata ruang Propinsi |
I luawilavah o,42 0,51 o,14 0,059 0,25 0,37 o,23

sulawesi Utara perlu dikembangkan dengan mempertimbangkan baik aspek I


PqlabuhM laut (10So) r 2 2 1 1 '|
l-
antar-wilayah maupun intra-wilayah. Kedua konsepsi initak dapat dilepaskan satu sama I

|
. Jumlah kolr slraicgi3 'I 4 I 2 1 1 1 11

lain sebagai titik tolak bagi strategi pengembangan serta penruujudannya dalam bentuk
rencana struktur tata ruang. Sumber : Hasil analisis data berdasatkan :

- Sulawesi Utara dalam angka, 1988,'1989


- Data pokok pembangunan 1989 Propinsi Sulawesi Utara

2.3.1 Pengembangan Tata Ruang Propinsi sulawesi utara dalam


Konteks Antar-Wilayah

Secara eksternal pengembangan tata ruang Propinsi Sulawesi Utara tidak dapat
dilepaskan dari kedudukan atau peranan dalam lingkup antar-wilayah, baik dalam wilayah
Pulau Sulawesi maupun Indonesia Bagian Timur secara umum, serta kemungkinan
keterkaitannya dengan negara lain di kawasan global Pasifik. Beberapa hal yang menjadi
dasar pertimbangan bagi konsepsi struktur tata ruang Sulawesi Utara secara makro adalah
sebagai berikut:

RSIRP SulawesiUtara
il-2
wilaYah iazirah Wilayah perbatasan sesual dengan kondisl dan permasalahannya perlu mendapat
Karakterlstlk fisik-geografls proplnsi Sulawesl Utara sebagai perhatian khusus untuk dikembangkan terutama dalam kaitannya dengan kepentlngan
berbatasan
(semenanlung) dengan gugusan kepulauan yang relatif terPisah Yang strategis pertahanan keamanan.
langsung dengan Samudera Pasifik
dengan propinsi lainnya Konsepsl struhur tata ruang Sulawesl Utara secara antar-wilayah Inl lebih lanlut dapat
Keterkaitan ekonoml antar-wilayah propinsi Sulawesi Utara
pola aliran barang difihat pada Gambar 2.1.
yang telah terbentuk yang tercermin darl rute pelayaran dan
dengan kota-kota di
Keterkaitan spasial antara kota-kota utama dl sulawesi utara
propinsi|ainnyadlPu|auSu|awesiyanglebihbergantungpadaperhubungan|autdan
udara (Manado, Bitung, Gorontalo)
2.3.2 Pengembangan Tata Ruang Propinsl Sulawesi Utara dalam
satu titik simpul Konteks Intra-Wilayah
. Kedudukan pelabuhan Bhung yang dlharapkan dapat meniadisalah
(di bagian utara) selain uiung
bagl pengembangan wilayah Indonesla bagian Timur
Pandang, KuPang, dan Sorong/Biak Dalam konteks intra-wilayah secara konsepsional pengembangan tata ruang propinsl
(P. Mindanao) yaitu gugusan
- Adanya kawasan perbatasan dengan negara Philipina Sulawesl mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut :

P.Miangas,P.Marore,P.Karetang,P.Kakorotan,P.Buhide,P.Kawio,P.Kawa|uso' - keterkaitan potensi dan daya dukung wilayah untuk dikembangkan


danP.Lipangyangmempunyaikarakteristikdanperkembangankhusussebagai
- keterkaitan antar kegiatan/sektor yang memanfaatkan ruang
kawasanyangterpisah/terisolirdenganwi|ayahsemenaniungSulawesiUtara
- Peluang untuk mengembangkan hubungan ekonomi/perdagangan
secara langsung - keterkaitan fungsionalantara kota-kota sebagaipusat pertumbuhan dengan wilayah
Jepang, serta dalam belakangnya
dengan n.gur.-nrg"ra di Asia Pasifik, seperti Philipina dan
jangkapaniangOenganKorea,Hongkong,Taiwan'RRC'MalaysiaTimur'danBrunai - keterkaitan fungsional dan spasialantar kota sebagaipusat permuklman

Darussalam
Ditinjau darlpotensinya, wilayah SulawesiUtara potensialdikembangkan terutama untuk
Sulawesi Utara secara makro
Berdasarkan hal di atas, maka konsepsi struktur tata ruang kegiatan budidaya pertanian (perkebunan, tanaman pangan) hutan produksl. Dlsamplng
yang tumbuh pesat , wilayah yang dilalui
akan diarahkan pada pengembangan wilayah itu terdapat juga potensi pertambangan (emas) serta pariwisata (terutama obyek wisata
jalurjalanTran-Sulawesl,sertawilayahperbatasan(borderarea)' alam). Pengembangan potensi perlu dikaitkan dengan daya dukung wilayahnya sehlngga
yang ditiniau dari pemanfaatannya memperhatikan aspek-aspek kelestarlan llngkungan sesual dengan
wilayah yang tumbuh pesat adalah wilayah Bitung-Manado-Minahasa,
untuk mendukung prinsip pembangunan berkelanjutan. Dalam kaitan lnl, maka keberadaan kawasan llndung
lokasinya mempunyai keuntungan komparatif untuk dikembangkan
wilayah lndonesia
pertumbuhan wilayah serta memantapkan keterkaitannya dengan
(sesuai dengan kriteria dalam Keppres No. 32 Tahun 1990) dapat dipandang sebagai
perdagangan dengan limitasi bagi pengembangan kegiatan budidaya.
Bagian Ttmur, serta kemungkinan pengembangan hubungan
akan diarahkan sebagaisalah
negara-negara dlAsla Pasifik, Dalam hal Ini peranan Bitung Perencanaan tata ruang dalam wllayah propinsl pada dasarnya harus dapat
lndonesia Bagian Timur' di
satu tltik simpul perdagangan bagi pengembangan wilayah mengakomodasikan kepentingan sektor-sektor/keglatan pembangunan yang
sampingManadoyangmenjadipintugerbangpariwisatad|Su|awesiUtara. memanfaatkan ruang. Dalam hal inl kepentingan sektor-sektortersebut dapat dilihat darl
potensial untuk lebih keberadaan:
wilayah yang dilalul ialur ialan Trans-sulawesi pada dasarnya
prasarana yang dapat
berkembang karena keberadaan lalan tersebut merupakan - rencana tata ruang sehor yang bersangkutan
(daratan)dengan propinsisulawesi
memperkuat keterkaitanantar-wilayah sulaweslUtara - status penguasaan lahan oleh sektor
Tengah.Perkembanganpesatyangte|ahter|ad|padawi|ayahja|urutara -
(Bltung-Manado-Amurang-Kwandang) perlu ditingkatkan
ke jalur selatan kegiatan eksisting atau proyek/usulan proyek seKor.
penghubung ke propinsi
(lsimu-Gorontalo-Tilamrlta-Marisa-Lemito) yang menladi Secara sektoral, kegiatan yang memanfaatkan ruang dl SulawesiUtara adalah pertanian
jaringan lalan dl sulawesi Utara
sulaweslTengah. secara keseluruhan, pengembangan (perkebunan, tanaman pangan), kehutanan, pertambangan, dan pariwlsata. Dalam
jalan lingkar yang menghubungkan-'
diarahkan pada pembentukan sistem jaringan konsepsi struktur tata ruang propinsi Sulawesl Utara, keglatan/sektor-sektor yang
pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman' memanfaatkan ruang tersebut perlu ditinJau keterkaitannya satu sama laln. Didasarkan
pada hasil analisis yang telah dilakukan, kepentingan antar sektor tersebut secara spaslal

BSIBP SulawesiUtara ll-3


G.TJ\IBAR 21

KONSEPSI STRUKTUR TATA RUANG


(MAKRO)

saMto€RA PactFtc
,.....*o
/n"

' n'o'\
.D/
\+-

j ii""l,,..^

ru |I ,^,,yt--
FAPUI

\ N
I
! w cutr(t tl . r.&r{.,or . .........1 :',!',o
\ta
ti :+':"'
SAMUOERA II'TOONESTA

JK' rr*Ihj) (rrrrx


\q^.*'

lo.parot
h)
_..
-
"j
un
4 a 1 14-
U./U&6 .t(
"
F44O4,V6
s111xpAp4q.+i-
\ 0,1
\
\
-\
ta .ef""^',^.,
\
\ --\ Di
\ ,
,lr'/.
\ "{^8\,i
\
/ .^,i.h -5-'rEFI{ATE-SoRoNG-JAYARTRA

AYAH YANG PERIUMSUHANN\A CEPAT

tELu( ?or[i

."f
+t
4?"5b\ a r.T
t^d SUMBER : HASIL ANALISIS TIM PENYUSuN RSTRP
SUUWESI UTAM

PROPINS I ST]LAWtr,S I I]TARA :rr


i.at!r I :
PENI EzuNTA}I DAERAH PROPIN SI
AERAH TINGKAT I SUI-A\}E,SI UTAR
menunlukkan berbagal permasalahan tumpang-tlndih dalam pendelineasian kawasannya Dalam hal inl kawasan lindung akan membatasl pengembangan di bagian barat
maslng-masing. Untuk mengupayakan sinkronisasinya satu sama lain permasalahan (kabupaten Gorontalo) dan tengah (Bolaang Mongondow)
tumpang tindih antar kawasan sektoral inl, dlbedakan tlga alternatif bentuk penyelesaian
tumpang tindih :
- Pola pemanfaatan ruang untuk kawasan budldaya baik yang berfungsl sebagal
'penyangga' terhadap kawasan llndung maupun yang bersifat budldaya lntensif
- antar kegiatan dimungklnkan terjadlnya tumpang tindih dalam kawasan yang sama (perkebunan, tanaman pangan lahan basah)
tanpa saling mengganggu Pengembangan kawasan budidaya yang bersifat lntensif akan diarahkan terutama
- antar keglatan dlmungklnkan untuk berlokasl secara berdampingan dalam kawasan pada wilayah di sebelah tlmur dan sepanJang lalur Trans-Sulawesl
yang berdekatan - Pola pengembangan sistem kota-kota yang akan diarahkan pada terbentuknya 4
- kegiatan tertentu dapat mengkonversi keglatan yang lain sesuai dengan prioritasnya sistem kota yang mantap, yaitu Manado-Bitung, Gorontalo, Kotamobagu, dan Tahuna

Dalam konteks pengembangan wilayah Sulawesi Utara, pengembangan kota-kota pada


- Pola pengembangan Jarlngan transportasl utama wilayah daratan dengan
memantapkan fungsilalan Trans-Sulawesisebagal pemacu perkembangan wilayah,
dasarnya diarahkan pada pengembangan pusat-pusat pertumbuhan. Sesuai dengan
baik jalur utara maupun jalur selatan (lsimu-Gorontalo-Tilamuta-Lemito) yang dapat
fungsi utamanya, pengembangan kota-kota harus terkait dengan wilayah belakangnya
menunlang pengembangan kota-kota yang dilaluinya
terutama sebagal pusat perdagangan/pemasaran berbagai komoditas
pertanian/perkebunan yang dihasilkan. Di samping itu, keberadaan kota-kota tersebut - Pola pengembangan jaringan transportasl laut untuk memantapkan keterkaitan
perlu pula dilihat dalam keseluruhan sistem kota yang dibentuknya. Ini berarti keterkaitan spasial antara wilayah kepulauan dengan kota-kota pelabuhan dl Sulawesi Utara
fungsional antar kota akan menjadititik tolak bagi pengembangan wilayah Sulawesi Utara. daratan (terutama Bitung, Manado, Kwandang)

Untuk merumuskan konsepsi struktur tata ruang Sulawesi Utara secara intra-wilayah,
- Pola pengembangan Jaringan transportasl udara untuk angkutan penumpang dan
jasa, terutama untuk kegiatan pariwisata.
beberapa faktor yang menjadi dasar pertimbangan adalah :

- Limitasi fisik wilayah untuk dikembangkan serta potensi pengembangan kegiatan Konsepsi struktur tata ruang Sulawesi Utara ini lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 2.2.
budidaya (produksi dan permukiman)
- Karakteristik perkembangan yang berbeda antara wilayah Sulawesi Utara daratan
dengan kepulauan (Sangihe Talaud) serta antar-kabupaten di daratan sendiri
2.4 Strategi Pengembangan Tata Ruang Propinsi
- Pola distribusi kota yang berdasarkan ukuran jumlah penduduknya masih didominasi
Sulawesi Utara
oleh kota kecil dan kota desa
- Hirarki kota-kota sesuaidengan skala pelayanannya dalam lingkup wilayah (regional,
sub-regional, atau lokal)
Berdasarkan tujuan dan pendekatan konsepsional yang telah ditetapkan untuk
pengembangan tata ruang propinsi Sulawesi Utara dalam konteks antar maupun intra
- Fungsiutama kota-kota yang masih harus ditingkatkan sebagai pusat kegiatan industri
wilayah, selaniutnya pada bagian inl akan dirumuskan strategi pengembangan untuk
dan pusat komunikasi, di samping fungsi pusat hinterland dan pusat permukirnan
mewujudkannya dalam bentuk rencana tata ruang. Sejalan dengan konsepsl strukturtata
- Akses antara kota-kota sebagai pusat pertumbuhan dengan wilayah belakang yang ruang yang telah dirumuskan, secara umum strategi pengembangan tata ruang Sulawesi
dilayaninya masih harus ditingkatkan Utara akan mencakup strategi pengembangan tata ruang makro dan mikro. Strategi tata
- Potensl pengembangan wilayah belakang terutama sebagaisentra produksipertanian ruang mikro akan meliputl stategi pengembangan kota-kota, strategl pengembangan
(perkebunan dan tanaman pangan lahan basah) kawasan lindung dan kawasan budidaya, strategl pengembangan slstem prasarana
wilayah, serta strategi pengembangan wilayah-wilayah prioritas.
Didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dl atas, maka struhur tata ruang (intra)
wilayah.Sulawesl Utara yang akan dikembangkan dengan antisipasi sampai dengan 15
tahun yang akan datang, secara konsepsional mengarah pada :
2.4.1 Strategi Pengembangan Tata Ruang Makro
- Pola pemanfaatan ruang untuk kawasan llndung sebagai wilayah y"ng r""atj'fisik
mempunyal limitasi untuk dikembangkan sekaligus untuk menjaga kelestariannya; Sesuai dengan tuiuan pengembangan tata ruang yang telah dirumuskan, strategi
pengembangan tata ruang Sulawesi Utara secara makro akan diarahkan pada upaya

FSIFP SulawesiUtara
il-5
PROPI}d S I S T]LAWtr S I I]-R
HM
IS[ita-I : r=E6.o6i
untuk mewujudkan strukturtata ruang proplnslyang terkait dengan pengembangan dalam Kepulauan Sangihe Talaud memilikl beberapa permasalahan, antara lain kerawanan
wilayah Sulawesl, Indonesia Bagian Timur, dan pusat-pusat kegiatan di lndonesia Bagian dari segl pertahanan keamanan, dan perhubungan, dl samplng potensl sumber daya
Barat. Selain itu diarahkan luga pada kemungklnan keterkaitannya dengan kawasan global laut yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Dalam llngkup antar wilayah,
pasifik. Strategi pengembangan tata ruang makro Inl dimaksudkan untuk mendukung pengembangan kepulauan lnl perlu mempertlmbangkan potensl permasalahannya
tujuan pengembangan wilayah Sulawesl Utara dalam meningkatkan pertumbuhan terutama sebagalkawasan yang berbatasan dengan Hepubllk Fillplna serta negara
ekonominya dengan membuka keterisolasiannya serta memperbesar pasar. lain di Pasifik, Arahan pengembangan Kepulauan Sangihe Talaud akan diwujudkan
dalam rencana pengembangan kawasan khusus sebagalsalah satu wllayah prlorltas
Mengacu pada karakteristik Propinsl Sulawesi Utara sebagai wilayah iazirah dengan
gugusan kepulauan yang terpisah sebagai kawasan pelrbatasan, maka dalam konteks dl Sulawesi Utara.

antar-wilayah strategi pengembangannya adalah :

1. Memantapkan kota-kota yang berperan sebagai pusat-pusat regional (Manado, 2.4.2 Strategl Pengembangan Tata Ruang Mlkro
Bitung, Gorontalo) agar pengembangan tungsinya terkait dengan sistem kota di
wilayah lndonesia Bagian Timur dan di Pulau Jawa.
Strategl pengembangan tata ruang Sulawesl Utara secara mikro mellputl strategi
Salah satu fungsi penting dari kota-kota yang merupakan pusat-pusat regional itu
pemantapan kawasan lindung, pengembangan kawasan budldaya, pengembangan
adalah sebagai pusat koleksi dan distribusi dalam wilayahnya, juga dalam
kota-kota, pengembangan prasarana wilayah, serta pengembangan wilayah-wllayah
hubungannya dengan wilayah luar. Bagi wilayah Sulawesi Utara, karaheristik
prioritas.
geografisnya yang relatif terisolasi dariwilayah-wilayah lainnya dalam lingkup nasional
telah berpengaruh terhadap kurang berkembangnya kota-kota dalam sistem
kota-kota di propinsi ini. Untuk dapat mendukung tuiuan pengembangan wilayah 2.4.2.1 Strategi Pengembangan Kawasan Lindung
Sulawesi Utara di sisi peningkatan pertumbuhan dan keterkaitan dengan
Untuk menjamin kelestarian lingkungan dan keseimbangan pemanfaatan sumber daya
pertumbuhan wilayah-wilayah lainnya, maka diarahkan pengembangan fungsi
alam dl Sulawesi Utara sesuaidengan prinsip pembangunan berkelanjutan, maka perlu
kota-kota Manado, Bitung, dan Gorontalo sebagai pusat-pusat koleksi distribusi
dimantapkan bagian-bagianwilayah yang akan atau tetap memilikifungsilindung. Strategi
regional, yang perlu didukung oleh pengembangan kota-kota kecil di sekitarnya
pengembangannya diarahkan pada :
sebagai pusat subregional dan lokal. Selain itu perlu arahan pemanfaatan sumber
daya potensial yang dl antaranya dapat menjadi komoditi ekspor melalui arahan 1. Pemantapan kawasan lindung sesuai dengan fungsinya masing- masing, baik untuk
pengembangan kawasan budidaya di wilayah belakang. melindungi kawasan bawahannya (fungsi hidro-orologis), melindungl kawasan
setempat, memberi perlindungan terhadap keanekaragaman floraJauna dan
2. Meningkatkan aksesibilitas kota-kota pusat regional dalam lingkup inter-regional
ekosistemnya, serfa melindungi kawasan yang rawan terhadap bencana alam,
melalui pengembangan sistem transportasi laut dan udarayang terpadu.
Pendelineasian kawasan lindung ini mengikutl kriterla kawasan llndung yang
Untuk menuniang fungsinya sebagai pusat perhubungan dengan wilayah luar, maka
diterapkan bagi propinsi Sulawesi Utara dan hasil analisis tumpang tlndih. Jenis
dlarahkan pengembangan sistem transportasilaut dan udara pada kota-kota pusat
kawasan yang memberikan perlindungan kepada kawasan bawahannya sebagian
regional yang merupakan pintu gerbang wilayah Sulawesl Utara, yaitu Manado,
besar berupa hutan lindung. Kawasan perllndungan setempat yang perlu
Gorontalo, dan Bitung (khusus bagl pengembangan sistem transportasi laut). Di
dimantapkan adalah disepanjang pantai, disepanlang klri-kanan sungal, dlsekeliling
samping itu, diarahkan pula pengembangan sistem transportasi laut dan udara di
danau dan mata air. Jenis kawasan suaka alam yang perlu dlmantapkan adalah suaka
Tahuna pada Kepulauan Sangihe Talaud, serta sistem transportasilaut di Kwandang
alam, taman naslonal, serta suaka dam laut. lGwasan rawan bencana yang perfu
karena kedua kota ini juga berperan sebagai pintu gerbang sub wilayah Sulawesi
ditentukan adalah kawasan rawan bencana tanah longsor serta bencana gunung apl.
Utara.
2. Pengendalian pemanfaatanruangpadakawasanlindungagarsesuaidenganfungsi
3. Mengembangkan kawasan perbatasan di Kabupaten Sangihe Talaud yang
lindung yang telah ditetapkan.
memadukan. kepentingan keamanan dengan kepentingan peningkatan
kesejahteraan sosra/-ekonomi dalam bentuk rencanatata ruang kawasan perbatasan Dalam mengupayakan tercapainya kelestarian dan keseimbangan llngkungan
secara terpadu. dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan pembangunan, maka kegiatan
budidaya yang telah adadi kawasan lindung yang ditetapkan pada prinsipnya dapat

fiSfBP SulawesiUtara II.7


dilanjutkan sejauh tldak mengganggu kepentingan fungsi lindungnya. Di Sulawesi pemanfaatan ruang dalam kawasan budldaya. Pengendallan pemanfaatan ruang
Utara terdapat beberapa penggunaan lahan untuk kegiatan budidaya pada kawasan sebagai suatu bagian darl mekanlsme pengelolaan tata ruang, permasalahan lnl
llndung, dl antaranya keglatan perkebunan dan hutan produksi yang berlokasi di dapat dicari alternatlf penyelesaiannya dengan memperhatikan aspek-aspek :
kawasan hutan llndung. Jika kegiatan itu dlanggap dapat mengganggu fungsilindung, . status tanah/usaha
maka perlu dilakukan pembatasan terhadap pengembangannya atau dihentikan sama . proyek-proyekpembangunandenganlnvestasinya
sekali. r p€nQQunaan tanah yang telah berlangsung lama.

Dlsamping itu, ada dasardasar hukum yang mengatur masalah inlkhususnya yang
2. 4.2.2 Strateg i Pengemba ngan Kawasan Budidaya tertuang dalam SKB Menteri-Menterl yang bersangkutan.

Setelah pemantapan kawasan lindung, dengan memperhatikan keterkaitan potensidan 2.4.2.3 Strategi Pengembangan Kota-Kota
daya dukung wilayah, perlu adanya arahan pengembangan bagi kegiatan budidaya baik
produksl maupun permukiman. Dalam hal ini pengembangan kawasan budidaya akan
Sesuai dengan pendekatan dalam mengembangkan kota-kota dl Sulawesl Utara yang
diarahkan pada:
tetap mengelompokkannya kedalam empat sistem, maka secara umum kota-kota dalam
1. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan-kegiatan budidaya baik produksi maupun sistem kota-kota di propinsi ini (yaitu sistem kota Manado-Bitung, Kotamobagu,
permukiman secara optimal sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungan. Gorontalo, dan Tahuna) lebih diarahkan kepada peningkatan fungsl yang telah ada serta
Pendelineasian jenis-jenis kawasan budidaya tersebut didasarkan pada hasil analisis pemantapan dan pengembangan keseluruhan sistem sesuaidengan hirarkldan fungsinya
kesesuaian lahan untuk berbagai kegiatan budidaya serta memperhatikan adanya sebagai pusat-pusat pertumbuhan. Secara lebih rinci, ada tiga strategi yang diajukan
produk-produk rencana sektoral OGHK, RTGT, RDPWP, dan RIPPD) serta sehubungan dengan hal itu :

penggunaan lahan yang ada. 1. Memantapkan tungsi kota Manado sebagai ibukota propinsi dan memantapkan
Secara umum pengembangan kawasan budidaya diarahkan untuk sistem kota Manado melalui pengembangan kota-kota dengan orde yang lebih
mengakomodasikan kegiatan produksi (perkebunan, pertanian tanaman pangan rendah di sekitarnya.
lahan kering, pertanian tanaman pangan lahan basah), permukiman (kota dan Sampai saat ini Kotamadya Manado relatif telah berkembang Jauh dibandlngkan
pedesaan), kegiatan pertambangan, Induslri serta pariwisata. dengan kota-kota di sekitarnya dalam sistem kota Manado. Rendahnya
Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah perlu diarahkan perkembangan kota-kota kecil tersebut kurang mendukung kemantapan sistem
pada wilayah-wilayah yang memilikl potensi/kesesuaian lahan serta dukungan kota Manado dan Kotamadya Manadci sebagai ibukota proplnsi, dl samping
proyekiusulan proyek irigasi pertanian. terhambatnya pemerataan pengembangan wilayah. Dengan demikian untuk masa
yang akan datang diarahkan pengembangan kota-kola kecil dan kota desa dalam
Kawasan hutan produksi diarahkan menyebardi keempat kabupaten yang ada. Zona
sistem kota-kota dlSulawesiUtara, khususnya dalam sistem kota Manado.
industri, sedara prioritas diarahkan hanya di Kodya Bitung dan poros Manado Bitung.
Beberapa kawasan pariwisata akan tetapi merupakan kawasan yang berdampingan 2. Mengembangkan dan meningkatkan fungsi kota-kota kecil terutama sebagai pusat
dengan kawasan lindung, seperti kawasan wisata diTaman Nasional Dumoga Bone wilayah belakangnya (pemasaran dan perdagangan, pusat komunikasi, serfa pusat
yang tetap dipertahankan pada kawasan hutan lindung. Demikian pula hutan lindung kegiatan usaha dan produksi.
"terbuka" lainnya, seperti cagar alam, danau, pantai, dan taman laut dapat Fungsi kota-kota kecildalam sistem kota-kota diSulawesi Utara secara umum perlu
dimanfaatkan juga bagl kegiatan pariwisata alam. Pola pengembangan kawasan ditingkatkan, yaitu ibukota-ibukota kabupaten yang merupakan kota orde ll (berskala
permukiman akan diarahkan terintegrasidengan arahan pengembangan kota-kota. pelayanan sub-regional) maupun ibukota-ibukota kecamatan yang termasuk kota
orde ll (kotaTomohon) dan kota orde lll (berskala pelayanan lokal). Kota-kotatersebut
2. Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya agar tidak terjadi konflik
pada umumnya telah berfungsi sebagai pusat pelayanan wilayah belakang (pusat
. antar kegiatanlsektor. pemasaran dan perdagangan) serta tentunya sebagai pusat permukiman. Untuk
Dalam kaitannla dengan permasalahan tumpang tindih antar beberapa kegiatan dapat lebih berfungsi sebagai pusat-pusat pertumbuhan, maka diarahkan agar
budidaya atau rencana sektoral yang telah ada, maka perlu adanya pengendalian kota-kota itu juga menjadlatau meningkatkan fungsinya sebagai pusat kegiatan usaha

BSTRP SulawesiUtara il-8


dan produksl dafam wilayahnya, serta pusat komunikasi bagi wilayah belakang. melalui penlngkatan keterkaitran antar pusat-pusat pertumbuhan atau dengan daerah
Pengembangan fungsl kota-kota ini berimplikasi pada perlunya peningkatan berbagai belakangnya, sekaligus mendukung upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi
fasilltas perkotaan baik secara kuantitas maupun kualitas. Dalam RSTRP Sulawesi melalui pelayanan perhubungan bagi kegiatan ekonoml.
Utara, arahan Inl akan diwujudkan melalul pola pengembangan slstem kota-kota 2. Meningkatkan aksesibilitas wilayah kepulauan dengan wilayah daratan dengan
beserta hirarkl dan fungsi kota-kotanya dengan mempertlmbangkan terutama mengembangkan sistem prasarana perhubungan laut.
pusat-pusat permukiman yang ada, dan dukungan sumber daya/ potensi.
Mengingat letak Kepulauan Sangihe Talaud yang relatif jauh dl sebelah tlmur laut
3. Meningkatkan Reterkaitan antar kota baik secara fungsionaldengan pengembangan wilayah daratan Sulawesl.Utara, maka dlarahkan pengembangan sistem prasarana
fungsl pelayanan kota yang terintegrasi safu sama lain, maupun secara spasra/ pelabuhan dl Kepulauan Sangihe Talaud khususnya pelabuhan Tahuna dan Urung,
dengan meningkatkan aksesibilitasnya terutama melalui pengembangan jaringan dl samping pelabuhan-pelabuhan kecil lainnya untuk menlngkatkan aksesibilitas
jalan. dengan wilayah daratan melalulpelabuhan Bitung dan Manado.
Sampai saat ini kota-kota yang praktls berfungsi sebagai pusat perhubungan dan 3. Mengembangkan srstem prasarana pengairan untuk menuniang pengembangan
komunikasidalam sistem kota-kota dl Sulawesi Utara terbatas pada kota-kota yang kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah.
dekat dengan prasarana perhubungan, baik perhubungan laut (sepertl Manado,
Pengembangan sistem prasarana pengairan iniperlu diarahkan padawilayah-wilayah
Bitung, Gorontalo, Tahuna, Kwandang, Tilamuta, Lolak, Inobonto, Lirung, Ulu;Siau),
potenslal untuk pengembangan pertanian tanaman pangan lahan basah.
maupun perhubungan darat yaitu jalur Jalan Trans-Sulawesl (Manado, Bitung,
Tomohon, Kauditan, Sonder, Amurang, Airmadidl, Kwandang, Tilamuta). Untuk
mencapai pengembangan wilayah Sulawesi Utara yang mengarah kepada 2.4.2.5 Strategi Pengembangan Wilayah-Wilayah Prioritas
pemerataan, maka jaringan jalan antar kota-kota yang lain dalam sistem kota-kota
yang ada perlu ditingkatkan. Jenis peningkatan jaringan jalan perlu melihat tingkat Salah satu produk yang akan dihasilkan dalam rencana tata ruang propinsi ini adalah
kepentingan dan potensi kota-kota yang bersangkutan. pengembangan wilayah-wilayah khusus yang perlu mendapat prioritas untuk
pengembangannya dalam jangka menengah dan pedu segera mendapat dukungan
penataan ruang, baik berupa kawasan strategis, kawasan kritis, maupun kawasan khusus
2.4.2.4 Strategi Pengembangan Sistem Pra'sarana Wilayah (perbatasan dan kepulauan terpencil). Secara lebih'rincl, strategi pengembangan
wilayah-wilayah prioritas di Sulawesi Utara diarahkan untuk :
Berdasarkan kondisi wilayah, potensi dan kepentingan wilayahnya, maka sistem
prasarana di Sulawesi Utara yang diarahkan untuk dikembangkan terutama adalah
1. Mengembangkan kawasan-kawasan untuk mengakomodasikan kepentingan
sektor-sektor yang pengembangannya dianggap slrategis dan perlu mendapat
sistem jaringan prasarana lalan, prasarana perhubungan laut, dan prasarana pengairan.
dukungan penataan ruang.
Strategi pengembangan bagi masing-masing sistem prasarana tersebut adalah :
Pengembangan kawasan-kawasan strategis ini perlu mempertlmbangkan
1. Mengembangkan sistem prasarana utama wilayah yang terdiridari srstem jaringan
keberadaan sektor-sektor strategis dan tingkat kepentlngannya terhadap wilayah
transportasi darat untuk meningkatkan aksesibi/itas antara kota-kota sebagai pusat
dalam hal potensi maupun permasalahan, serta ketersediaan dan keslapan investasi
pertumbuhan dengan daerah belakangnya serta antar kota sesuai dengan
fungsinya.
untuk mendukungnya. Dalam hal ini secara umum kepentlngan untuk
mengembangkan pertanian tanaman pangan lahan basah mendapat prioritas utama,
Perkembangan wilayah Sulawesi Utara yang relatif rendah tldak terlepas dari selain kegiatan industri dan pariwisata.
keterbatasan perhubungan darat dalam arti belum cukup terjangkaunya sebagian
besar wilayah cjleh laringan ialan. Sampal saat ini jaringan transportasi darat yang
2. Menangani permasalahan tata ruang pada kawasan-kawasan yang dianggap kritis
untuk m eng e mbal i kan f u ng si nya.
berartl hanya jalur Jalan Trans-Sulawesi dan beberapa ialur lalan propinsi yang
menghubungkan beberapa kota menengah dan kecil. Oleh sebab itu seiring dengan Kawasan-kawasan kritls dl Sulawesi Utara yang perlu mendapat dukungan penataan
arahan bagi pengembangan kota-kota, diarghkan pengembangan jaringan jalan antar ruang dalam jangka menengah adalah DAS Tondano dl Kabupaten Minahasa dan
kota maupun antara kota-kota dengan daerah belakangnya di dalam dan antara Daerah Aliran Danau Limboto dan SungaiBulango-Bone ditGbupaten Gorontalo.
keempat sistem kota dl Sulawesi Utara. Pengembangan ini dimaksudkan untuk
memberikan jalur bagi usaha-usaha pengembangan wilayah yang lebih merata

8SI8P Sulawesi Utara ll-9


3. Mengembangkan kawasan perbatasan dan kepulauan terpencit sebagai kawasan
khusus dalam pembangunan daerah yang pertu memadukan kepentingan
keamanan serta peni ngkatan kesejahteraan sosra/-ekon omi pend ud uknya.
Kawasan khusus ini adalah Kepulauan Sangihe Talaud yang merupakan kawasan
perbatasan antara Republik Indonesia dengan Filipina Selatan. Dalam
pengembangan dan penataan ruangnya perlu perhatikan aspek pertahanan
keamanan di samping usaha memperkecil keterisolasian dan keterbelakangannya
melaluipeningkatan kegiatan ekonomidan sosial dengan meningkatkan penyediaan
sistem prasarana perhubungan laut, serta mengembangkan pusat-pusat
permukiman.

BSIRP SutawesilJtara il-10


BAB III
RENCANA STRUKTUR TATA RUANG
PROPINSI SULAWESI UTARA
Sehubungan dengan hal di atas, maka telah dilakukan suatu re-klasifikasl terhadap
BAB III kawasan lindung yang telah ditetapkan dl Sulawesl Utara agar sesualdengan klasiflkasl

RENCANA STRUKTUR TATA RUANG (baru) yang ditetapkan dalam Pedoman Penyusunan RSTRP serta Keppres No. 32 Tahun
1990.
PROPINSI SULAWESI UTARA
3.1.1 Klasifikasi dan Kriteria Kawasan Llndung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan lungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber daya buatan guna
pada baglan Inlakan dluraikan Rencana StrukturTata Ruang PropinsiSulawesi Utara yang pembangunan berkelanjutan.
dtdasarkan pada konsepsl yang telah dirumuskan beserta strategi pengembangannya' Mengacu pada Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Llndung,
cakupan materi rencana sesuai dengan konsep pengembangan tata ruang makro dan kawasan lindung yang ditetapkan di Sulawesl Utara terdiridari empat sub-kawasan utama:
mikro, meliputlpemantapan kawasan lindung, arahan pengembangan kawasan budidaya'
pola pengembangan sistem kota-kota, pola pengembangan prasarana wilayah, serta 1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yang terdirl darl :

arahan pengembangan wilayah prioritas. Tercakup di dalamnya kebijaksanaan pokok


o Kawasan Hutan Lindung
pemanfaatan ruang masing-masing. Untuk mendukung rencana-rencana tersebut, 2. Kawasan Perlindungan Setempat, yang terdiridari :

dirumuskan puta kebiiakan penuniang penataan ruang baik yang berupa kebiiaksanaan o Sempadan Pantai
keruangan (spatiat) maupun bukan keruangan (non-spatial). Secara keseluruhan rencana o Sempadan Sungai
tata ruang ini diharapkan dapat mewujudkan keterkaitan antar kegiatan yang r Kawasan Sekitar Danau/Waduk
memanfaatkan ruang dalam kurun waktu lima belas tahun.
3. Kawasan Suaka Alam
r Kawasan Suaka Alam (Cagar Alam dan Suaka Margasawa)
r Pantai Berhutan Bakau
3.1 Pemantapan Kawasan Lindung o Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan l-ainnya
o Taman Nasionaldan Taman Wisata Alam

Pemantapan kawasan lindung merupakan salah satu materi utama dalam Rencana
4. Kawasan Rawan Bencana Alam

Struktur Tata Ruang Propinsi (RSTRP) Sulawesi Utara. Pengertian pemantapan dalam
r Kawasan Rawan Bencana Alam Gunung Api

kaitan ini dipergunakan karena pada dasarnya kawasan lindung telah ditetapkan sebagai
o Kawasan Rawan BencanaAlamTanah Longsor

bagian tak terpisahkan dari 'Rencana Persediaan Tanah' (yang disebut sebagai kawasan Secara rinci penerapan klasifikasidan kriteria kawasan lindung sesualdengan kondisldan
non budidaya. Dalam kaitannya dengan Keppres No. 32 tahun 1990 yang mengatur permasalahan di Sulawesi Utara dapat dilihat pada Tabel 3.1.
tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, dipandang perlu adanya pemantapan terhadap
kawasan lindung (atau kawasan non-budidaya) yang telah ada tersebut. Di dalam Keppres Dalam penggarisannya pada peta skala 1 : 250.000, beberapa kawasan lindung di atas
tersebut secara rinci, pengertian, tujuan penetapan serta kriteria kawasan lindung telah ternyata lokasinya tumpang tindih satu sama lain. Untuk itu perlu dilakukan prioritas di
dikembangkan dan dapat diterapkan didaerah. dalam penetapannya. Sesual dengan ketentuan yang ada, maka urutan prloritas
penetapan/pemantapan kawasan lindung diSulawesi Utara adalah sebagalberikut:
Sesuaidengan tujuan penyusunan RSTRP, pemantapan kawasan lindung diiadikan titik
tolak didalam pengembangan strukturtata ruang propinsiyang bedandaskan pada prinsip 1. Kawasan Suaka Alam
pembangunan berkelaniutan. Dengan kata lain, penetapan kawasan lindung 2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya (hutan
diintegrasikan dengan tata ruang wilayah propinsi secara keseluruhan. Setelah kawasan lindung)
lindung ditetapkan sebagai limitasi atau kendala di dalam pengembangan wilayah,
barulah kemudian dapat ditentukan kawasan budidaya.
3. Kawasan Perlindungan Setempat

4. Kawasan Rawan Bencana.

Iil-1
FSIRP Su/awesi Utara
TABEL 3.1
PENERAPAN KRITERIA UNTUK PEMANTAPAN KAwASAI'i LINDUNG DI sUtAwESI UTARA

JENIS I(AWASAN DEFINISI KRITERIA KETERANGAN


(1) (2) (3) (4)
I. IGWASAN YANG MEMBERI}GN PER
LINOUNGAN IGWASAN BAWAHANNYA

1. Kawasan Hutan Undung Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan 1. Kawasan hutan dengan faktor-fahor lereng Oi Sulawesi Utara, kawasan hulan lindung
yang memiliki sifat khas yang mampu lapangan, ienis tanah, curah hujan yang sesuai dengan nilai skor 175 (untukfahor
memberikan perlindungan kepada kawasan melebihi nilai skor l75 dan/atau lereng, jenis lanah, curah hujan) seperti telah
sekitar maupun bawahannya sebagai 2, Kawasan hutan yang mempunyai lereng ditetapkan dalam Rencana Pengukuhan dan
pengatur tata air pencegahan banjir dan erosi lapangan 40 % atau lebih dan/atau Penalagunaan Hutan /TGHK, Hasil reevaluasi
serta memelihara kesuburan tanah. 3. Kawasan hutan yang mempunyai terhadap TGHK merekomendasikan
ketinggian di atas permukaan laut 20@ m penyesuaiannya dengan mempertimbangkan
atau lebih. keberadaan hutan yang bersangkutan, serta
kegiatan yang telah ada di atasnya. Selain itu,
penggarisan huian lindung juga ditambah
dengan kawasan lain yang mempunyai lereng
di atas 40 % yang belum termasuk ke dalam
hutan lindung menurut nilai skor 175.

2. Kawasan bergambut. Kawasan bergambut adalah kawasan yang Tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter Di Sulawesi Utara tidak terdapat tanah
unsur pembentuk tanahnya sebagian besar atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai bergambut. Kawasan ini tidak perlu
berupa sisa-sisa bahan organik yang dan rawa. ditetapkan.
tertimbun dalam waklu yang lama.
3. Kawasan Resapan Air. Kawasan resapan air adalah kawasan yang Curah hujan yang tinggi, strulctur tanah yang Secara spesifik, kawasan resapan air (di luar
mempunyai kemampuan tinggi untuk mudah meresapkan air dan bentuk geo kawasan hutan lindung) ini perlu dilakukan
meresapkan air hujan sehingga merupakan modologi yang mampu meresapkan air hujan penggarisannya pada rencana tata ruang yang
tempat pengisian air bumi (akuifer) yang secara besar-besaran, lebih rinci (RUTR DT ll Kabupaten/Kotamadya).
berguna sebagai sumber air.
IGWASAN PERLIDUNGAN SETEMPAT
1. Sempadan pantai Sempadan pantai adalah kawasan tertentu Daratan sepanjang tepian yang lebarnya Penggarisannya tidaklbelum dapat dilakukan
sepanjang pantai yang mempunyai manfaet proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik dalam peta skala 1 : 250.000 secara tepat.
penting unluk mempertahankan kelestarian pantai minimal 100 meter dari titik pasang Sempadan pantai ini secara tepat perlu
fungsi pantai. tertinggi ke arah darat. ditetapkan pada rencana tata ruang yang lebih
tinci (RUTR DT tl)dengan skala I : 100.000
atau 1 : 50.000

tlt-2
DEFINTSI KRITERIA KETERANGAN
Sempadan sungai adalah k""r"."n ..p*ilil - 1. Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri Penggarisannya tidak&elum dapat dilakukan
I'rt k3.nar.t sungai, termasuk sungai buatan/ kanan sungai besar dan S0 meter di iiri
dalam pera skata 1 : 2S0.00o secara t+ii. -
s^aturan iri gasi prime r, yang mem p
!1-a]{ penting u nyai kanan anak sungai yang berada di luar-
rnantaat untuk mempertahankan pernukiman !3mpadan sungai ini secara tepat periu
kelestarian fungsi sungai. ditelapkan pada rencana tata ruang yang lebih
rinci (RUTR DT il) dengan skata L
'-
2, Untuk sungai di kawasan permukiman alau 1 : 50.000
rm.ftO
berupa sempadan sungai yang diperkira.
kan
3. Kawasan Sekitar DanauMaduk
Kawasan.sekitar danau/waduk adalah
lawasan Daratan. sekeliling tepian yang lebarnya
lerlentu di s.ekeliling danau/waduk yang proporsaonal dengan bentuk dan koniisi Pengg arisannya tidak/belum dapat aifafukan
mempunyai manfaat penting untuk- fisik dalam peta skala 1 : 250.0@ secara tepat.
danauAraduk antira 50 - 10O meter dari
mernperlahankan kelestarian fungsi titik Kawasan ini secara tepat perlu Oiterapian
pasang tertinggi ke arah darat.
danauA,rraduk. paoa rencana tata ruang yang lebih
rinci
(RUTR DT il) dengan st<iri r iroo.ooo
aiau r :
4. Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan sekitar mata air adalah t"""."n
50.000
ai Seku ran g-ku.rangnya dengan lari-jari Z@
sekaliling mata air yang mempunyai manfaat Penggarisannya tidak/belum dapat dilakukan
meter di sekitar mata air.
penting untuk mempertahankan fef"siariin d-alam peta skala 1 : 250.000 secara tepat.
rungsr mata air. Kawasan ini secara tepat perlu ditetapian
pada rencana tata ruang yang lebih rinci
{RUTR DT [) dengan sliti t : roo.Ooo atau 1:
s0.000

ilt-3
OEFINISI KRITERIA KETERANGAN
IqWASAN SUA}(AAI-AM
DAN CAGARAI.AM
1. Kawasan Suaka Kawasan suaka alam Kawasan suaka A,ram terdiri dari cagar Aram, suaka Margasatwa,
Alam adalah kawasan yang Hutan wisata, Daerah Penggarisan kawasan suaka alam ini
Perlindungan Satwa dan daerah peigungsian Satwa
memilikl ekosistem khas sesuai dengan kawasan suaka alam
yang merupakan habitat 1. Kriteria cagar alam yang telah ditetapkan dalam
adalah:
alami yang memberi a' Kawasan.yang diiuniuk mempunyai keanekaragaman jenis
tumbuhan dan satwa dan
TGHVFe+valuasi TGHK. Ditihat darl
perlindungan bagi tipe ekosistemnya luasnya, batasan kawasan ini tidak
perkembangan flora fauna b. Mewakili formasi biota tertentu danlalau unit-unit penwsun bersifat mutlak. Secara bertahap
yang khas dan beraneka c' Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisikhya'yang
masih asli dan tidak atau
perlu disesuaikan dengan penentuan
ragam. belum diganggu manusia batas yang dilakukan di lapangan
d. Mempunyai ruas dan bentuk terlentu agar menunjang pengeroraan
yang efektil
(pemantapan).
dengan daerah penyangga yang cukuj tuas
e' uempunyai ciri khas dan.dapat merupakan satu-satunya
contoh di suatu daerah serta
keberadaannya memerlukn upaya konservasi
z. Krtteria suaka rnargasatwa adalah :
a' Kawasan yang dituniuk merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan
dari suatu
yang pertu ditakuiran upaya ion""rvlriny
,b. i.,l':.:.:Ya
Memiliki keanekaragaman.dan populasi satwa yang
tinggi
g' J*J;i;;;
Merupakan.rempat dan kehiduiari bagijenis
d' tertenru
Mempunvai ruas vang cukup sibagai Fa'oit"t y.ni. .;d;;;;;;.rsangkuran
3. Kriteria hutan wisata adallh :
a' Kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik
dan indah baik secara
alamiah maupun buatan manusia
b' Memenuhi kebutuhan manusia akan rekreasi dan olah raga serta terletak dekat
pusat-pusat permukiman penduduk
c. Mengandung satwa buru yang dapat dikembangbiakkan sehingga memungkinkan
perburuan secara teratur dengan mengutamaka-n
,.ri""ri, orahraga dan
segi
kelestarian satwa
-
4. 9.. l4".punyai luas yang cukup dan tapangannya tidak mernbahayakan
Kriteria daerah perlindungan plisma nuitah adalah
:
a. Arealyang ditunjuk memilikijenis prasma nutfah tertentu yang
berum terdapat
di kawasan konservasi yang ielah ditetapxan
b. Merupakan arear tempit pJmindahan satwa yang
merupakan lempat kehidupan
baru bagi satwa tersebut
_ 3.
5.
Mempunyal lual c,ut<1p dan lapangannya tidak membahayakan
Kriteria daerah pengungsiin satwd: - '
a. Areal yang ditunjuk merupakan wirayah kehidupan satwa yang sejak semura
menghuni areal tersebut
b' Mempunyai luas.rerrentu yang memungkinkan berrangsungnya
proses hidup dan
kehidupan serta berkemblngbiaknya sitwa tersebut

lll-4
DEFINISI KRITERIA KETERANGAN
2. Pantai Berhutan Bakau Pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir
Minimal 13O kali nilai rata-rata perbedaan air Penggarisannya sesuai dengan kawasan
laut yang merupakan habital alamihutal pasang tertinggi dan terendah lahunan
bakau.(mangrove) yang berfungsi me.Ueri diukur hutan-lakau yang telah diteiapkan dalam
darl garis air surut terendah kearah darat. TGHKRe+valuasi TGHK.
pentnoungan kepada prikehidupan pantai dan

3. Kawasan Suaka AJam Laut Suaka alam laut dan perairan lainnya aOalatr
dan Perairan Lainnya Kawasan berupa perairan laut, perairan darat,
taur, perairin darar, Penggarisan kawasan ini langsung mengacu
:,X::*b_11.!,a- - wilayah pesisir, muara sungai, gugusan
wilayah pesisir, ryrairan
muara sungai, gugusan karang dan atol yang mempunyaiciri khas
pada kawasan suaka alam laut yang telah
karang dan atolyang memprnlaiciri khas ditetapkan.
berupa keragaman dan atau keunikan
oerupa keragaman dan atau keunikan
ekosistem.
ekosistem.
Taman Nasional, Taman Hutan Raya Taman Nasional adalah kawasan pelestarian
dan Taman Wisata AIam Kawasan berhutan atau bervegetasi tetap yang
memiliki flora dan fauna yangteraneka' - -
an sisteni zonasi yang Penggarisan Kawasan Taman Nasional dan
ilA IAg, 9'Ielota.deng
dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan Kawasan Wisata AJam langsung sesuai
ragam, memiliki arsitektur bentang alam yang dengan kawasan-kawasan yang telah
umu pengetahuan, parawisata, rekreasi dan
baik dan memiliki akses yang bailiuntuk ditetapkan atau dikukuhkan oleh Menteri
pendidikan
keperluan pariwisata.
Kehutanan, dalam TGHK serta Re-evaluasi
Taman Hutan Raya adalah kawasan TGHK.
pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan
untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau
satwa
alami atau buatan, jenis asli dan/atau b;k; -
asli, pengembangan ilmu pengetahuan,
pendidikan kebudayaan, pariwlsata dan
rekreasi.

Taman Wisata Alam adalah kawasan


pelestarian alam didarat maupun
di laut yang
terulama dimanf aatkan untuk pariwisata'dan'
rekreasi alam

tn-5
DEFINISI KRITERIA KETERANGAN
5. Kawasan Cagar Budayadan Kawasan Cagar Budaya dan ilmu
llmu Pengetahuan Tempal.serta ruang disekitar bangunan
pengetahuan adalah kawasan dimana lokasi F-!11n inibetum dapat diterapkan dalam
bernilai budaya tinggi, situs purbikala dan
Pangunan hasit.budaya manusia yang Uernitai
nnggr maupun bentukan geologi alami yang
kawasan dengan bentukan geologi tertentu lSIRl. Untuk menetapkan- nya pertu
dilakukan kajian
yang mempunyai manfaat tinggi untuk khusui terhadap'obyekobvek
khas berada. yang dapat dikembangkan sebagai liawasa'n
pengembangan ilmu pengetahuan.
c.agar budayar yang penggarisannya dapat
orrakukan pada rencana tata ruang yang lebih
rinci (RUTR DT il).
IV. IGWASAN RAWAN BENCANA Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan
Daerah yang diidentifikasikan sering dan
yang sering atau berpotensi tinggi mengalami Bencana alam yang rawan/potensial di Sulut
berpotensi tinggi mengalami benca-na alarn lerutarna adalah letusan gunung api, tanah
Dencana alam.
s:pe.rti le.tu.san gunung berapi, gempa bumi,
longsor (erosi), dan gempa burii. 'Kawasan
oan tanah longsor. yang diidentifikasikan rawan bencana tsb.
beberapa telah termasuk dalam kawasan
l,.ndr.lg lain (kawasan hutan lindung). Dengan
demikian yang digariskan datam pJri aaatitr
kawasan rawan bencana alam di iuar kawasan
lindung lainnya.
- Keppres No 32 Tahun 1990 (Kolom
I sid 3)
'Hasir Kajian Tim penyusun RsTRp sulawesi utara, Lpp-rrB,
1gg1 (Korom 4)

ill-6
Peta Pemantapan kawasan lindung di Sulawesi Utara
berdasarkan kriteria serta urutan 3.1.3 Kebijaksanaan dalam Pemantapan Kawasan Lindung
prloritas penetapannya dr atas rebih ranjut dapat dirihat pada
Gambar 3.1.

Dalam rangka mewujudkan struktur tata ruang propinsi Sulawesi Utara, maka perlu
3.1.2 Sebaran Lokasi Kawasan Lindung dirumuskan kebijaksanaan untuk pemantapan kawasan lindung. Secara umum
pemantapan kawasan lindung dl Sulawesi Utara ditujukan untuk mencegah kemungklnan
Kawasan lindung yang perlu dimantapkan fungsinya di Sulawesi timbulnya berbagai kerusakan fungsl lingkungan hidup. Sasaran pemantapan kawasan
Utara sebagian besar
berada di bagian barat (Kabupaten Gorontalo, berbatasan lindung iniadalah:
dengan propinsi Sulawesi
Tengah) sertadibagiantengah (Gorontalo-Bolaang Mongondow).
Menurut jenisnyalokasi - meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, dan iklim (hidro-orologis)
tiap sub-kawasan lindung adalah sebagai berikut : - mempertahankan keanekaragaman flora, fauna, dan tipe ekosistim serta keunikan
1' Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan
bawahannya (yang dafam
alam.
hal ini seluruhnya merupakan kawasan hutan lindung) sebagian
besar berlokasi di Didasarkan pada hal di atas, kebiiaksanaan pemanfaatan ruang dalam rangka
Kabupaten Gorontafo dan Botaang Mongondow. pemantapan kawasan lindung yang telah ditetapkan dl Sulawesl Utara meliputl :
2' Kawasan Perlindungan Setempat berlokasldi sepanjang pantai (utara
dan selatan), 1. Pemantapan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
Danau Tondano, Danau Mooat, dan Danau Limboto. bawahannya (kawasan hutan lindung)
3. Kawasan Suaka Alam : 2. Pemantapan kawasan perlindungan setempat
Kawasan suaka alam di Sulawesi Utara sebagian besar telah
r Perlindungan terhadap sempadan pantai
ditetapkan sebagai cagar o Perlindungan terhadap sempadan sungai
alam, suaka marga satwa dan taman buru, taman wisata, serta
cagar alam laut. Secara o Perlindungan kawasan sekitar danau
keseluruhan luas kawasan inidiperkirakan 460.000 Ha.

Lokasinya adalah sebagai berikut


3. Pemantapan kawasan suaka alam

o Kawasan Suaka Alam :


:
r Perlindungan terhadap kawasan suaka alam (cagar alam, suaka margasatwa,
hutan wisata);
- Cagar alam :
r Perlindungan terhadap kawasan pantai berhutan bakau;
cA Gunung Lokon, cA Mas popaya Raya, cA Tengare, cA panua, cA
Tangkoko Batu Angus, cA Gunung Ambang, cA Dua saudara,
r Perlindungan terhadap kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
cA Burawa e Pedindungan terhadap taman nasional dan taman wisata alam
- Suaka Margasatwa:
SM Gunung Manembo_nembo, SM Dumoga, dan SM Bone, 4. Pemantapan kawasan rawan bencana alam.

- Taman Buru: Pokok-pokok kebijaksanaan pemanfaatan ruang dalam kurun waktu 15 tahun pada
TB pulau lGrakelang Utara, TB Karakelang Selatan tiap kawasan lindung di Sulawesi Utara inifebih rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2.
- Taman Nasional :

sM Dumoga, sM Bone dan cA Burawa yang tercakup daram Taman


Nasional Dumoga-Bone.
3.2 Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya
- Taman Wisata:
TW Batu Angus, TW Batu putih
- Kawasan Suaka Alam Laut : Kawasan budidaya merupakan kawasan diluar kawasan lindung yang kondisifisik dan
CAL Bunaken-Manado Tua, CAL Arakan Wowotulap potensi sumberdaya alamnya dianggap dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi
kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman.
4' Kawasan Rawan Bencana Alam yang berupa letusan gunung
api berlokasi di pulau Oleh karena itu, dalam Rencana Struktur Tata Ruang€ulawesi Utara penetapan kawasan
Siau (Gunung Awu)' sedangkan rawan bencana alam tanah longsor
berlokasi di ini lebih memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuaidengan
Kabupaten Minahasa, sebefah timur Kotamobagu, serta Kabupaten
Gorontalo potensi sumber daya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya.
(sebelah barat lsimu).

RSIRP SulawesilJtara
ilt-7
TABEL 3.2
KEBIJAKSANAAN UNTUK PEMANTAPAN KAWASAN LTNDUNG DI SUI-AWESI UTABA

JENIS IGWASAN TUJUAAI PEMANTAPAN IGWASAN KEBIJAKSANMN PEMANFMTAN RUANG


I. KAWASAN YANG MEMBERIIGN PERLINOUNGAN
IGWASAN BAWAMNNYA

1. Kawasan Hutan Undung Mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan 1. Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres
menjaga fungsi hidrologik tanah untuk menjamin No. 321990 melalui pengukuhan dan penataan batas di
ketersediaan unsuf hara lanah, air tanah dan air permukaan. lapangan untuk memudahkan pengendaliannya
2. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada
(penggunaan lahan yang telah berlangsung lama)
3. Pengembalian fungsi hidro-orologi kawasan hutan yang
telah mengalami kerusakan (rehabilitasi & konservasi)
4. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya, kecuali
kegiatan yang tidak m€ngganggu fungsi lindung
5. Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan
berlokasi di hutan lindung (al. penelitian, eksplorasi mineral
dan air tanah, pencegahan bencana alam) agar tidak
mengganggu fungsi lindung
II. MWASAN PERLIOUNGAN SETEMPAT

1. Sempadan paniai Melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang 1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang
mengganggu kelestarian fungsi pantai pantai yang dapat mengganggu kelestarian fungsi paniai -
'
2. Pengendalian kegiatan di sekitar sempadan pantai
3. Pengembalian fungsi lindung pantai yang telah mengalami
kerusakan

Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapal Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sepanjang
2. Sempadan Sungai mengganggu dan merusak kualilas air sungai, kondisi fisik
1.
sungai yang dapat mengganggu atau merusak kualitas air,
dan dasar sungai seda mengarnankan aliran sungai kondisi fisik dan dasar sungai serta alirannya.
2. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar sungai
.t. Pengamanan daerah aliran sungai
3, Kawasan Sekitar Danau Melindungi danau/waduk dari kegiatan budidaya yang dapat 1. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya di sekitar
men9 ganggu kelestarian fungsi danauf_-aduk. danau yang dapal mengganggu fungsi danau (terutama
sebagai sumber air dan sumber energi listrik)
2. Pengendalian kegiatan yang telah ada di sekitar danau
3. Pengamanan daerah hulu

Bersambung

It-9
Sambungan

JENIS IGWASAN TUJUAN PEMANTAPAN MWASAN KEBIJAXSANMN PEIVIANFMTAN RUANG


ilt. MWASAN SUAI(AAI-AM
1. Kawasan SuakaAJam Melindungi keanekaragaman biota, tipo ekosistem, gejala dan Pengelolaan kawasan suaka alam (cagar alam, suaka
keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu margasatwa, dan hutan wisala) sesuai dengan tujuan
pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. perlindunganya masing- masing
2. Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun,
kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan
tidak mengubah bentang alam, kondisi
penggunaan lahan serta ekosistem alami yang ada
2. Pantai Berhutan Bakau Melestarikan keberadaan hutan bakau sebagai pembentuk t. Pelestarian hutan bakau di sepaniang pesisir pantai
ekosistem hutan bakau dan tempat berkembangbiaknya 2. Pengendalian kegiatan budidaya yang dapat mengganggu
berbagai biota laut, di samping sebagai pelindung pantai dari kelestarian fungsi hutan bakau
pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya
dibelakangnya.

3. Kawassn Suaka Alam Laut dan perairan Lainnya fi'lelindungi keanekaragaman biota, tipe ekositem, gejala dan Pelarangan dilakukannya kegiatan budidaya apapun,
keunikan alam bagi kepentingan plasma nutlah, ilmu kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidal
pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.
mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan serta
ekosistem alami yang ada
2. Pengelolaan kegiatan wisata bahari agar tidak mengganggu
fungsi lindung kawasan
4, Tarnan Nasional dan Wisata AJam Pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata, serta 1. Pengelolaan Taman Nasional (di dalamnya lermasuk cagar
peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan
alam dan suaka marga satwa) dengan mengembangkan
oaft pencemaran zona-zona pemanfatan ruang unluk pengembangan ilmu
pengetahuan, pariwisata rekreasi dan pendidikan
2. Pengelolaan Taman wisata alam yang'memadukan
kepentingan pelestarian dan pariwisata/rekreasi alam
3. Pelarangan. dilakukannya kegiatan budidaya apapun,
kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak
mengubah bentang alam, kondisi penggunaan iahan serta
ekosistem alarni yang ada
IV. KAWASAN RAWAN BENCANA TUJUAN PEMANTAPAN Meilnoungt manusia ctan kegiatannya dari bencana yang
I(AWASAN disebabkan oleh alam maupun secira tidak langsung oleh
1. Pemantauan terhadap gunung berapi aktif
perbuatan manusia.
2, Penetapan kawasan rawan, kawasan waspada, dan
!"y.:1! berpotensi bencana letusan gunung api
3. Rehabilitasi lahan dan konservasi tanah padi kawasan
rawan bencana tanah longsor
4, Pengendalian kegiatan di sekitar kawasan kritis alau rawan
bencana tanah longsor

sumber : Hasil Anarisis Tim penyusun RSTRP sulawesiutara, Lpp - lrB,


199r

ill-10
- memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal dan Didasarkan pada kepentingan pemanfaatan ruang secara optimal untuk keglatan yang
mendukung pembangunan berkelanjutan bersifat budidaya, maka dalam RSTRP iniperlu dilakukan prioritas dldalam memberikan
arahan pengembangannyayang secara umumdibedakan menuruttingkat perkembangan
- memberikan arahan untuk menentukan prioritas pemanfaatan ruang antar kegiatan
wilayah. Dalam kaitan inipropinslSulawesiUtara dlpandang sebagalwilayah yang relatif
budidaya yang berbeda
belum berkembang (dalam konteksantar-wilayah/nasional)dengan pendudukyang relatif
- memberikan arahan bagi perubahan Jenis pemanfaatan ruang dari lenis kegiatan jarang. Prioritas didalam mengarahkan Jenls keglatan budidaya yang akan dikembangkan
budidaya tertentu ke jenis lainnya. adalah menurut intensitas pemanfaatan ruang dengan urutan sebagalberikut:
'1. Permukiman (kota dan desa)
3.2.1 Klasifikasi dan Kriteria Kawasan Budidaya 2, Kawasan pertanian:
r tanaman pangan lahan basah
Kawasan budidaya terdlrl dari enam kawasan/sub-kawasan sebagai berikut : . perkebunan
1. Kawasan Hutan Produksi r tanaman pangan lahan kering
o Kawasan Hutan ProduksiTerbatas 3. Kawasan hutan produksi:
r lGwasan Hutan ProduksiTetap r hutan produksi konversi
r Kawasan Hutan ProduksiKonversi r hutanproduksibiasa/tetap
2. Kawasan Pertanian o hutanproduksiterbatas.
o Kawasan Tanaman Pangan l-ahan Basah
4. Kawasan Industri
r Kawasan Tanaman Pangan lahan Kering
o KawasanTanamanTahunan/Perkebunan. 5. Kawasan Pariwisata
3. KawasanPertambangan Arahan pengembangan kawasan budidaya berdasarkan kriteria serta urutan prioritas
4. Kawasan Perindustrian penetapannya dapat dilihat pada Gambar 3.2.

5. Kawasan Pariwisata

6. Kawasan Permukiman 3.2.2 Sebaran Lokasi Kawasan Budidaya


r Permukiman Kota
r Permukiman Pedesaan Kawasan budidaya yang diarahkan pengembangannya baik untuk kegiatan produksi
maupun permukiman di Sulawesi Utara mencakup wilayah dlluar kawasan tlndung.
Penetapan kawasan budidaya dengan klasifikasisepertldlatas pada dasarnya diarahkan
dalam rangka optimasi pemanfaatan sumberdaya dan ruang untuk mendukung Ditinjau dari lokasinya, kawasan budidaya diarahkan pengembangannya terCIama di
pembangunan berkelanjutan. Krheria untuk mendelineasikan kawasan/sub-kawasan bagian barat (Kabupaten Gorontalo) dan bagian timur (Minahasa-Manado-Bitung) serta
budidaya secara umum lebih didasarkan pada faktor kesesuaian lahan untuk sepanjang jalur jalan Trans-Sulawesi. Menurut sub-kawasannya arahan lokasi
dikembangkan. Klasifikasl kawasan budidaya seperti diuraikan di atas terutama dikaitkan pengembangannya adalah :

dengan fungsi utama pemanfaatan ruangnya dalam menampung kebutuhan penduduk. 1. Kawasan hutan produksi sebagian besar diarahkan pengembangannya di Kabupaten
Pengertian dan kriteria tlap kawasan/sub-kawasan budidaya tersebut serta penerapannya
Gorontalo dan Bolaang Mongondow.
dl Sulawesi Utara secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.3.
2. Kawasan Pertanian
Dilihat dari kriterianya, pada dasarnya terdapat wilayah yang dapat saja memenuhi kriteria
r Tanaman pangan lahan basah pengembangannya terutama diarahkan dl Marisa,
untuk pengembangan beberapa jenis kegiatan budidaya (misalnya perkebunan - tanaman
Paguyaman, Dumoga, dan Sangkup.
pangan lahan basah - tanaman pangan lahan kering). Hal ini berarti penggarisannya di
- . Kawasan perkebunan (dan tanaman pangan lahan kering) pengembangannya
atas peta akan menJadi tumpang-tindih. Dengan demikian, pengalokasian ruangnya di
terutama di Kabupaten Minahasa, Kabupaten Gorontalo, serta kawasan
samping dldasarkan pada kesesuaian lahan juga perlu mempeftimbangkan aspek
sepanjang jalur jalan Trans-Sulawesi.
ekonomis serta kebijaksanan secara nasionalatau daerah sebagaidasar bagi prioritasnya.

ASIRP SulaweslUtara lll-1 1


TABEL 3.3
PENERAPAN KRTTERIA UNTUK ARAHAN PENGEMBANGAN
KAWASAN BUOTDAYA DI SUIAWEST UTARA

DEFINISI KRITERIA KETERANGAN

1. Kawasan Hutan produksi


a. Kawasan Hutan produksi Terbatas. Kawasan yang diperuntukan bagi hutan Kawasan hutan dengan fahor-{aktor lereng
produksi terbatas dimana e ksploitasinya fuahan pengembangan hutan produksi
lapangan, jenis tanah, curah hujan yang terbatas dan hutan produksi teiap/biasa serta
hanya dapat dengan tebang pilih dan ianam. mempunyai nilai skor 125.114, di luar hutan hutan produksi konversl. didasar'kan pada:
suaka alam, hutan wisata dan hutan - 'Recomrnended forest categorf hasil studi
konversi lainnya (SK Mentan No RePPProT, 1988 (site/lndex .t2$,175 dan
683/Kpts/Um/8/1 981 dan < 12s)
837/KPts/Um/1 1 /1 980). - Re- evaluasi TGHK
b. Kawasan Hutan Produksi Tetao Kawasan yang diperuntukan bagi hutan Kawasan hutan dengan fahor-fahor lereno
produksi letap dimana eksploitasinya dapat lapangan, jenis tanah, curah hujan yang
dengan tebang pilih atau tebang hjUis aan mempunyai nilai skor 124 atau kurang, di luar
tanam. hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan
konversi lainnya (SK Mentan No.
683/KptsiUm/8/1 98 1 dan
837/Kpts/Um/1 i /1 980).
c. Kawasan Hutan Produksi Konversi. Kawasan hutan yang bilamana diperlukan Kawasan hutan dengan fahor{ahor lereno Dalam rangka memberi arahan bagi
dapai dialihgunakan. lapangan, jenis tanah, curah hujan yang pengembangan kawasan budidaya, kawasan
mempunyai nilai skor 124 atau kurang, di luar ini mencakup hutan produksi konversi yang
hutan suaka alam, hutan wisata, hutan telah diletapkan berdasarkan kriteria Sk
produksi tetap, hutan produksi terbatas dan Menteri Pertanian setelah dikurangi areal yang
hutan konversi lainnya (SK Mentan No. mempunyai kesesuaian lahan atau potensial
683/Kpts/Um/8i 1 98 I dan untuk kegiatan budidaya yang bersifat lebih
837/Kpts/Um/1 1/1 980). intensif (al, perkebunan, pertanian tanaman
pangan).

2. Kawasan Pertanian
a. Kawasan Tanaman pangan Lahan Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman
8asah. Kawasan yang sesuai untuk ianaman pangan Kriteria untuk kawasan perkebunan pada
pangan lahan basah dimana penoairannva lahan basah adalah yang mempunyai'sistEm
dapat diperoleh secara alamiah riauorn' dasarnya mencakup pula semua kriieria untuk
oan at_au potensi pengembangan pengairan kawasan pertanian lainnya. Dalam skala peta 1
teknis. yang merniliki : : 25O.000 hanya ada dua jenis kawasan
a. Ketinggian 1.00O m pertanian yang dapat dilentukan arahan
b. Kelerengan 40 % pengembangannya, yaitu kawasan pertanian
c. Kedalaman efehif lapisan tanah atas 3O cm. tanaman pangan
lahan basah dan
perkebunanltanaman tahunan.

lll-12
JENIS PENGGUNMN OEFINISI KRITERIA KETERANGAN
(1) (2',1 (3) (4)
b. Kawasan Tanaman Pangan lahan Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman Kawasan yang tidak mempunyai sistem atau Untuk arahan pengembangan kegiatan
Kering.
Falgal lahan kering untuk tanaman palawija, potensi pengembangan pengairan dan lainnya (pertanian lahan kering, peternakan.
holtikultura alau lanarnan pangan. memiliki: dan perikanan), arahan pengembangannya
a. Ketinggian < 1.000 m dapat dilakukan pada rencana yang lebitr rincl
b. Kelerengan < 40 % (RUTR 0T ll) dengan mempertimbangkan
c. Kedalaman efektif lapisan tanah atas kriteria teknis tiap jenis kegiatan lsb. secara
> 30 cm. lebih rinci.
c. Kawasan Tanaman Tahunan/ Kawasan yang diperuntukan bagi lanaman Kawasan yang sesuai untuk Araian pengembangan kawasan perkebunan
Perkebunan. tahunan/ perkebunan yang menghasilkan baik tanaman/perkebunan dengan
di Sulawesi Utara secara umum didasarkan
bahan pangan dan bahan baku industri. mempertimbangkan f aktor-faktor : pada peta potensi pengembangan
a. Ketinggian < 2000 m perkebunan (RDPWP), selain kesesuaian lahan
b. Kelerengan < 40 % menurut hasil studi RePPProT. Arahan
c. Kedalaman efektif lapisan tanah atas pengembangan kawasan pertanian lahan
> 30 cm, basah didasarkan pada potensi dan
d, Kawasan Peternakan. kesesuaian lahan menurut RePPproT dengan
Kawasan yang diperuntukkan bagi peternakan Kawasan yang sesuai untuk mempertimbangkan keberadaan dan
hewan besar dan padang penggembalaan peternakan/penggembalaan hewan besar dukungan jaringan prasarana pengairan/irigasi
ternak. ditentukan dengan mempertimbangkan yang telah ada/direncanakan.
faktor-faktor:
a. Ketinggian < 1.000 m
b. Kelerengan < 't 5 %
c. Jenis tanah dan iklim yang sesuai untuk
padang rumput alamiah.
e. Kawasan Perikanan. Kawasan yang diperuntukan bagi perikanan, Kawasan yang sesuai untuk perikanan
baik berupa pertambakan atau kolam dan ditentukan dengan mempertimbangkan
perairan darat lainnya. fahor-faktor:
a. Kelerengan <8%
b. Persediaan air cukuo.

3. Kawasan Pertambanoan Kawasan yang diperuntukan bagi Kriteria lokasi sesuai dengan yang ditetapkan Kawasan ini tidak dapat diarahkan
pertambangan, baik wilayah yang sedang Departemen Pertambangan untuk daerah pengembangannya secara spesi{ik pada skala
maupun yang segera akan dilakukan kegiatan masing-masing, yang mempunyai potensi 1 : 250.000. Wilayah kontrak karya dan kuasa
pertambangan. bahan tambang bernilai tinggi. pertambangan yang lelah digariskan perlu.
dipertegas pada skala yang lebih besar untuk
menghindari terjadinya tumpang tindih
dengan kegiatan lain atau kawasan
lindung.

ill-13
JENIS PENGGUNMN DEFINISI KRITERIA KETERANGAN
(1) (2) (3) (4)
4. Kawasan Perindustrian Kawasan yang diperuntukan bagi industri, a. Kawasan yang memenuhi persyaratan Secara lebih spesifik, kriteria kawasan industri
berupa tempat pemusatan kegiatan industri. lokasi industri. ini mengacu pada Keppres No. 53 / 19g9 dan
b. Tersedia sumber air baku yang cukup Keppres No. 33 / 1990 serta SK Menteri
c. Adanya sistem pembuangan limbah. Perindustrian No. 291 /M/Sl(1 O/1 989 tentang
d. Tidak menimbulkan dampak sosial negatil tata cara perijinan dan standar leknis kawasan
yang berat industri.
6. Tidak terletak di kawasan tanaman pangan Dalam RSTRP ini kawasan industri yang
lahan basah yang beririgasi dan yang diarahkan pengembangannya hanya kawasan
berpotensi untuk pengembangan irigasi. industri yang berada di luar kawasan
permukiman kota. Kawasan industri lain
(dalam bentuk lahan peruntukan sebagaimana
diarahkan dalam rencana tata ruang kota)
yang ada dalam wilayah kota, penggarisannya
hanya dapat dilakukan pada rencana lebih
rinci (RUTR DT llatau RUTRK).

5. Kawasan Pariwisata Kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan Kawasan yang mempunyai :
pariwisata. Kawasan pariwisata di Sulut yang dapat
a. Keindahan alam dan keindahan oanorama, diarahkan pengembangannya pada umumnya
b. Masyarakat dengan kebudayaan bernilai berupa obyek wisata alam. Ditinjau dari
tinggi dan diminati oleh wisatawan. keberadaannya, obyek-obyek tersebut berada
c. Bangunan peninggalan budaya dan atau dalam kawasan lindung, Oleh sebab itu,
mempunyai nilai sejarah yang tinggi penggarisan kawasan pariwisata ini sama
sekali tidak dapai bersifat definitif karena
kawasannya sendiri merupakan'kawasan
pariwisata terbuka" yang dapat saja mencakup
kawasan lindung.

lll-14
6. Kawasan Pemukiman Kawasan yang diperuntukan bagi pemukiman. la. Kesesuaian lahan dengan masukan Kawasan permukiman ini mencakup
teknologi yang ada. permukiman kota dan pedesaan.
b. Ketersediaan air terjamin
Lokasi yang terkait dengan kawasan hunian Untuk kota-kota yang berstatus kotamadya,
yang telah ada/berkembang. kawasannya meliputi seluruh wilayah'
A Tidak terletak di kawasan tanaman pangan administratif kodya yang bersangkutan. Untuk
lahan basah. kota-kota lain ibukota kabupaten dan ibukota
kecamatan, kawasannya disesuaikan dengan
batas wilayah pengembangan kota (bagi kota
yang telah mempunyai rencana tata ruang
kota) atau mempunyai kesesuaian lahan untuk
pengembangan kota ftriteria Permendagri No.
7 Tahun 1986 dan Instruksi Mendagri No. 34
Tahun 1986, lentang Penetapan Batas Wlayah
Kota).

Untuk permukiman pedesaan, keberadaan


permukiman/perkampungan eksisting menjadi
dasar, dengan mempertimbangkan
kemungkinan perluasannya.

1. Pedoman Penyusunan Tata Ruang Di Daerah,Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional, l99O (l(-lbm 1 Vd 3)
2. Hasil kajian Tim Penyusun RSTRP Sulawesi Utara, LPP - lTB, 1991(Kolom 4)

llt-15
23

22

2l
GAMBAR 3.2 4
20
ARAHAN PENGEMBANGAN 43 4
t9
KAWASAN BUDIDAYA 4 lce
t8
4l 47 tl
t7
3 40 i46
t6 2 3l 39 -45
5r(oF
t5 24 30
ooo
38 44
t4 23 29

r3 TPP
()(oF (o
t- r\ t- FF
l.- F(D
t\F
t2

tl PROP SULAWEST TENGAH

to
9
,el
a

^
4
lt

2 F;;1 BATAS PROPINSI


m[ I(AWASAN HUTAN PROOUKSI

I F= BATAS KABUPATEN
rynil KAWASAN TANAMAN PANGAN TAHAN BASAH

o t.-=1 BATAS KECAMATAN


% I(AWASAN PERKEBUNAN & TANAMAN PANGAN I.AHAN KEFING rEIUK
I
rf
tEr IBUKOTA PROPINST
ffiI I(AWASAN INDUSTRI

r6t IBUKOTA I(ABUPATEN tT;l KAWASAN PARIWTSATA

F= JALAN r-t KAWASAN PERMUKIMAN

KAWASAN LINOUNG

HASIL TUMPANG TINDIH

fo F1
rt o
r} t? F o (t
r) (oF o (tF
tt q |r) rr n r)n r) too
t9(o F.
Nr' g
:J
tl

PROPIh{SI SULAWtrSI I]TARA


HM
I Skolo : r: rz5o.ooo
'3. lGwasan Perindustrian pengembangannya diarahkan di Kauditan - Bitung - Kema 3.2.3 Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan Budidaya
(KABIMA) dalam bentuk Zona lndustrl. Ditinjau darl lokasinya, selain mempunyai
akses yang baik ke Pelabuhan Bitung kawasan ini mempunyai wilayah belakang
kawasan perkebunan yang potensial untuk mendukung kegiatan agro-industri. Untuk Kebijaksanaan dalam pengembangan kawasan budidaya dl Sulawesi Utara pada
pengembangan kawasan lnllebih jauh perlu mengacu pada Keppres No. 53 Tahun dasarnya ditujukan pada upaya optlmasi pemanfaatan sumbei daya wilayah sesual
1989 dan Keppres No. 33 Tahun 1990, serta SK Menteri Perindustrian No. dengan daya dukung lingkungan. Sasaran pengembangannya adalah :
291/M/Slq10/1989tentang Tata Cara Perizinan dan StandarTeknis Kawasan lndustri, - memberikan arahan pemanfaatan ruang kawasan budidaya secara optimal dan
dengan didukung oleh studl perencanaan detail kawasan. mendukung pembangunan berkelanlutan

Di luar Zona Industri l(ABlMA, kegiatan industrldlarahkan pengembangannya pada - memberikan arahan untuk menentukan prioritas pemanfaatan ruang antar kegiatan
wilayah kota (Manado, Bitung, Gorontalo) dalam bentuk peruntukan industriseperti budldaya yang berbeda
diarahkan dalam RUTRK masing-masing kota tersebut. - memberikan arahan bagi perubahan jenis pemanfaatan ruang darl lenls keglatan
budidaya tertentu ke jenis lainnya.
4. Kawasan Pariwisata yang pengembangannya perlu diprioritaskan (di antara semua
kawasan wisata sesuai dengan RIPPD) adalah kawasan wisata pantai Berdasarkan hal di atas, maka kebijaksanaan pengembangan kawasan budidaya akan
(Manado-Tanjung Pisok-Bunaken-Tasik Ria) dan Taman Nasional Dumoga-Bone. menyangkut:
Pengembangan kawasan pariwisata yang diarahkan terutama untuk wisatawan - Pengembangan kegiatan utama sefta pemanfaatan ruangnya secara optimal pada
manca negara inidiharapkan dapat menjadi perintis bagi pengembangan kawasan- tiap kawasan budidaya masing-masing
kawasan wisata lain yang tersebar di Sulawesi Utara. - Pengembangan prasarana pendukung pengembangan tiap kawasan budidaya
5. Kawasan Permukiman - Pengendalian pemanfaatan ruang kegiatan budidaya yang dapat mengganggu fungsi
r Kawasan Permukiman Kota mencakup wilayah administrasi kota (untuk yang lindung
berstatus kotamadya), dan wilayah pengembangan kota (untuk IKK baik yang - PenAnganan permasalahan tumpang tindih antar kegiatan budidaya
telah mempunyai RUTRK maupun belum)
o Kawasan Permukiman Pedesaan mencakup perkampungan yang telah ada dan Secara umum kegiatan budidaya yang akan dikembang di Sulawesi Utara dapat
arahan bagi peduasannya. dibedakan menurut karakteristiknya dalam memanfaatkan ruang. Dalam hal ini kawasan
hutan produksi merupakan 'penyangga' dari kawasan lindung, sedangkan kawasan
Di luar kawasan budidaya diatas, sebenarnya kegiatan pertambangan (emas) merupakan
pertanian, pertambangan, perindustrian dan permukiman merupakan kegiatan budldaya
salah satu kegiatan budidaya ydng akan diarahkan pengembangannya. Namun
'intensif'dalam memanfaatkan ruang. Sementara ini pariwisata (yang berorientasi pada
pendelineasiannya tidak dapat dilakukan pada peta skala t : 250.000. Dalam hal ini
objek wisata alam) dapat dipandang sebagai kegiatan yang fleksibel di dalam
pendelineasiannya perlu dilakukan pada peta dengan skala yang lebih besar (dalam
memanfaatkan ruang sehingga kawasannya dapat saja bertumpang tindih pada kawasan
Rencana Umum Tata Ruang DT ll) secara spesifik sesuai dengan lokasi kegiatan atau
lindung yang telah ditetapkan dengan tetap menjaga fungsi lindungnya. Perbedaan
keberadaan mineral strategis/vital yang bersangkutan.
karakteristik kegiatan budidaya ini perlu menladl salah satu pertimbangan di dalam
Dalam kaitannya dengan kondisi eksisting, kemungkinan terjadi permasalahan tumpang perumusan kebijaksanaan pengembangan atau pemanfaatan ruang pada tiap kawasan
tindih antara kawasan budidaya yang ditetapkan dengan kegiatan budidaya lain yang ada. budidaya.
Secara umum masalah tumpang tindih ini berkaitan dengan penggunaan lahan yang telah
Pokok-pokok kebijaksanaan pemanfaatan ruang dalam kurun waktu 15 tahun dalam
berlangsung lama, proyek/kegiatan sektoral atau status penguasaan lahan. Untuk
rangka pengembangan budidaya di Sulawesi Utara inilebih lanjut dapat dilihat pada Tabel
mengarahkan perkembangan, apakah kegiatan-kegiatan yang tumpang tindih tersebut
3.4.
dapat terus bedangsung atau tidak pada masa yang akan datang, maka perlu suatu arahan
pengendalian. Hal iniakan diuraikan pada mekanisme pengefolaan tata ruang.

Pengembangan kawasan budidaya di Sulawesi Utara sesuaidengan arahan untuk lima


belas tahun di atas, pada dasarnya perlu ditunjang oleh pengembangan prasarana dan
sarana pendukungnya agar sesuai dengan kawasan tersebut dapat berfungsi semestinya
serta memberikan manfaat optimal.

RSIRP Su/awesi Utara I


lll-17
TABEL 3.4
KEBIJAKSANMN PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA DI SUI.AWESI UTARA

JENIS MWASAN TUJUAN PENGEMBANGAN KEBIJAKSANMN PEMANFMTAN RUANG


t. Kawasan Hutan Produksi Memanlaatkan hasil hutan seca(a terbatas, yang 1. Pengusahaan hutan produksl melalui pemberian 'rjin HpH
a. Kawasan Hutan Produksl Terbatas (HpT) eksploitasinya dilakukan dengan cara tebang pilih dengan menerapkan pola Tebang pilih
b. Kawasan Hutan produksi Biasa./Tetap (HpB)
2. Pengembangan zona'penyangga' padakawasan hutan
Memanfaatkan hasil hutan, yang ekploitasinya dilakukan baik produksi yang berbatasan dengan hutan lindung
dengan cara lebang pilih maupun tebang habis 3. Pemantauan dan pengendalian kogiatan pengusahaan
Hutan Produksi Konversi (HPK)
hutan serta perladangan berpindah
Memanfaatkan polensi hutan pada kawasan yang
pemanfaatannya dapat dialihkan untuk kegiaian lain
4. Pemanfaatan ruang pada kawasan hutan produksi konversi
untuk kegiatan pertanian (perkebunan dan tanaman
pangan) sesuai dengan potensinya
5. Pengembangan pola hutan tanaman industd (HTl)
6. Reboisasi dan rehabilitasi lahan pada bekas tebangan HpH
7. Penyelesaian masalah tumpang tindih dengan keglatan
budidaya lain (pertanian, pertambangan)
2. Kawasan Pertanian Mengembangkan areal persawahan dengan memanfaatkan
a. Kawasan Pertanian Tanaman pangan Lahan Basah polensi/kesesuaian lahan dengan kemungkinan dukungan 2.
Perluasan areal persawahan baru (ekstensifikasi)
1. Pengembangan prasarana pengairan
prasarana pengairan/irigasi teknis dan setengah teknis 3. Pengendalian kegiatan lain agar tidak mengganggu lahan
pertanian yang subur
4. Penyelesaian masalah lumpang tindih dengan kegiatan
budidaya lain
b. Kawasan Perkebunan Mengembangkan areal produksi perkebunan terutama untuk 1. Peremajaan dan perluasan areal tanaman perkebunan
komoditas utama dengan memanfaatkan potensif<esesuaian kelapa, cengkeh, pala, kopi, jahe, panili, kayu manis dan
lahan cokelat
2. Pengembangan wilayah-wilayah tanaman perkebunan
sesuai dengan potensi/kesesuaian lahannya secara optimal
3. Pengendalian perluasan lanarnan perkebunan (terulama
cengkeh) untuk memeliharan kelestarian lingkungan
3. Kawasan Pariwisata Mongembangkan kawasan prioritas yang memiliki objok 1. PEnataan ruang kawasan pariwisata
wisata lerutama untuk wisatawan mancanegara yang
pengembangannya diharapkan akan berdampai politit bagi
2. Pengembangan objek dan fasilitas pariwisata
kawasan-kawasan lainnya
4. Kawasan Perindustrian Mengembangkan zona./kawasan industri sebagai tempat 1. Penataan ruang untuk zona industri Kabima
pemusatan kegiatan industri pengolahan yang Oitengiapi
2. Penyediaan prasarana pendukung
dengan prasarana, sarana, dan fasilitas penuniang lainnya

Bersambung

lll-18
Sambungan

KEBIJMSANAAN PEMANFMTAN RUANG


5. Kawasan Permukiman
lvlengembangkan kawasan permukiman kota sebagai
a. Permukiman Kota pemusalan.penduduk yang ditunjang oleh penyediaan
trmp"i t. Penaiaan ruang kota (RUTRK, RDTRK, RTRK)
prasarana dan sarana perkolaan yang memadai
- Penyusunan rencana tata ruang kota
dengan hierarki dan lungsinya
sesuai . Peninjauan kembali (evaluasi, revisi) rencana tata ruang
b. Permukiman pedesaan kota
Mengembangkan kawasan permukiman yang terkait
dengan Pengembangan desadesa pusat pertumbuhan
kegiatan budidaya pertanian yang tersebar sJsuai
dengari 1
2. Pengembangan permukiman transmigrasi lokal
potensi pertanian

6. Kawasan Pertambangan
lvlengembangkan kawasan yang mempunyai potensi
bahan Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan
galian strategis/vital untuk kegiitan-kegiatin penyetidikan
ulnum, eksplorasi dan eksploitasi yang termasuk dalam
wilayah kuasa perlambangan
B:ft:ig"f ."s"r
Pengembatian fungsi
ridak menssanssu funssl tinduns
tindung iio" ii*".a;
b;k;. k.riar"
pertambangan

Sumber : Hasil Analisis Tim penyusun FSTRp,


1991

ill-19
3.3 Pola Pengembangan Sistem pusat-pusat Sampai tahun 2005, lumlah kota yang akan dlkembangkan sebagai kota orde llt dl
Permu ki man/Sistem Kota_Kota Sulawesl Utara akan lebih banyak lagi sesualdengan adanya perkembangan penduduk
pada IKK lainnya.

Pada arahan pengembangan kawasan budidaya Di lGbupaten Gorontalo kota-kota inl adalah Lemito, Tapa, Kabila, sawawa, Marlsa,
telah dirumuskan arahan pemanfaatan
ruang untuk kawasan permukiman, satah satunya Bilungala, Molumbulaho, Bumbulan, dan Gentuna.
adalah permukiman kota. Dalam
struktur tata ruang propinsi keberadaan kota-kota Di Kabupaten Bolaang Mongondow kota-kota tersebut adalah Modayag, Bolaang ltang,
tersebut pertu dilihat dalam konteks
wilayah propinsl serta keterkaitannya satu sama lain, Molibagu, Buroko, Pinolosian, Maelang, Pimpi, poopo, dan Doloduo.
baik secara spasial maupun
fungsional.
Di Kabupaten Minahasa adalah Belang, Kema, pinasungkulan, Tenga, Tetelu, Likupang,
Dalam kaitannya dengan hal di atas itulah pada Pontak dan Tara-Tara. Sedangkan dl Kabupaten Sangihe-Tataud adalah Llrung,
bagian ini akan diuraikan pota
pengembangan sistem pusat-pusat permukiman Manganitu, Buhias, Tamako, Kendahe, Beo, dan Melanguane.
atau sistem kota-kota sebagai bagian tak
terpisahkan dari Rencana struktur Tata Ruang
Propinsl sulawesi utara sesuai dengan Hirarki kota-kota ini beserta ukuran dan skala pelayanannya secara rincldapatdllihat pada
strategi pengembangan kota yang telah dirumuskan. pola
pengembangan sistem Tabel3.5.
pusatpusat
permukiman ini secara umum akan mencakup
arahan mengenai hirarki serta
pengembangan fungsi kota- kota sampai akhir Ditinjau dari pengelompokkannya, kota-kota di atas akan terbagi dalam 4 sistem kota,
tahun rencana.
yaitu sistem kota Manado-Bitung, sistem kota Kotamobagu, sistem kota Gorontalo, dan
sistem kota Tahuna. Perkembangan sistem kota Manado-Bitung diperkirakan akan
3.3.1 HirarkiKota-Kota belangsung paling pesat, dengan inti perkembangan pada poros Manado-Bitung. pada
sistem kota Kotamobagu dan Gorontalo, perkembangan yang relatif pesat akan
Berdasarkan hasil analisis diperoleh tiga tingkatan berlangsung pada kota-kota (lKK) yang berada pada jalur Trans-sulawesl.
(hirarki) kota-kota di sulawesi Utara,
yaitu kota orde l, kota orde ll, dan kota
orde lll. untuk kurun waktu 1s tahun yang akan
datang sesuaidimensi waktu HSTHP, pengembangan
kota-kota di sutawesi Utara akan 3.3.2 Fungsi Kota-kota
tetap mengacu pada hirarki ini dengan mengantisipasi
perkembangannya serta
peningkatan skala pelayanannya.
Ditinjau darifungsinya dalam lingkup wilayah, secara umum pengembqngan kota akan
- Kota orde | (skala pelayanan regional) terdiri atas kota
ukuran menengah dengan diarahkan sebagai :
Jumlah penduduk 100.000-s00.000 dan kota kecir A dengan jumtan - pusat pelayanan wilayah belakang (hinterland service)
penduduk S0.000-1 00.000.
- pusat komunikasi antar wilayah (interregional comunication)
- Kota orde lf (skala pelayanan sub regional) termasuk
kota dengan ukuran kota kecil - pusat kegiatan industri (good processing/manufacturing)
B dengan jumtah penduduk 20.000_50.000.
- pusat permukiman (residential subcenter).
- Kota orde lll (skata pelayanan lokal) terdiridad kota kecil B dengan jumtah penduduk
20.000-s0.000 dan kota desa dengan jumlah penduduk Kelengkapan fungsi-fungsi utama kota diatas pada dasarnya bergantung pada hirarkl kota
s.000_20.000.
yang bersangkutan. selain itu juga terdapat fungsi kota sebagai pusat
Kota-kota di sulawesi utara yang akan dikembangkan administrasi-pemerintahan yang sifat pelayanannya bersifat hirarkis menurut status
sebagai kota orde I adalah kota
yang telah berbentuk kotamadya, yaitu Kota administrasi (ibu kota propinsi, ibu kota kabupaten, lbu kota kecamatan).
Manado, Kota Gorontalo, dan Kota Bitung.
Kola yang merupakan ibukota kabupaten termasuk
kota orde ll, yaitu Kota Tondano, Penentuan fungsi kota inidilihat berdasarkan kelengkapan fasilitab perkotaan yang akan
Tomohon, Kotamobagu, Limboto, dan Tahuna.
dikembangkan di tiap kota. Fungsi pusat pelayanan wilayah belakang ditinjau dari
Kota orde lll di sutawesi utara yang
akan dikembangkan adalah ibukota-ibukota keberadaan kota tersebut sebagai simpul kegiatan perdagangan. Fungsi pusat
kecamatan yang terdiri dari Kota Amurang, Airmadidi, komunikasi dilihat dari keberadaan fasilitas transportasi utama (pelabuhan.laut dan udara)
Langowan, lsimu, Kwandang,
Telaga, Tila-muta, sonder, Remboken, Ratahan, dan akses ke jaringan jalan utama.
Tateran, Tumpaan, Kauditan,
Tanawangko, Kakas, Tompaso Baru, Motoring, rnobonto,
Lorak, dan rmandi (Dumoga).

RSIBP SulawesitJtara
ill-20
Untuk memantapkan sistem kota-kota dl Sulawesl Utara sesuai dengan ordenya
TABEL 3.5
masing-masing dalam kurun lima belas tahun yang akan datang, arahan fungsi kota-kota
dl Sulawesl Utara sampai dengan akhlr tahun rencana dapat dilihat kemball pada Tabel POI.A PENGEMBANGAN KOTA.KOTA DI SUTAWESI UTARA
3.5.

Arahan pengembangan fungsi kota pada dasarnya mempunyai implikasi terhadap Fungsl Kota
penyediaan sarana-prasarana perkotaan sesual dengan besaran penduduk yang akan Hirarkl Kota Ukuran Kota Skala Pelayanan Nama Kota
A B c D
dilayaninya. Orde l. Kota Menengah Regional t I
Manado I

(100.000 - sm.000l Gorontalo t t I

Kota Kecil A Regional Bitung I a t


3.3.3 Kebilaksanaan Pengembangan Kota-kota (50.000 - 100.000)

Orde ll. Kota Kecil B Sub Regional Tondano t +


(20.000 - s0.0001 Tomohon t +
Pengembangan slstem kota-kota (Manado-Bitung, Kotamobagu, Gorontalo, Tahuna) i
Kotamobagu ?
secara secara umum diarahkan untuk mencapai keseimbangan perkembangan ruang Umbolo + I

Tahuna I + +
antar pusat-pusat permukiman atau pusat pertumbuhan. Adanya peningkatan hirarki
serta pengembangan fungsi memberikan implikasiterhadap kebutuhan sarana-prasarana Orde lll. Kota Kecil B Lokal Amurang + t
(2O.00c50.000) Airmadidi t +
perkotaan untuk mendukungnya. Untuk mengembangkan kota-kota di Sulawesi Utara Langoan t I

baik hirarki maupun fungsinya, maka sesuai dengan strategi yang telah dirumuskan (Bab Kota Desa/lKK lsimu t
ll), kebijaksanaan pengembangan menurut orde kotanya masing-masing adalah sebagai (s.00o-20.000) Kwandang t + t
Telaga
berikut: Tilamuta +
Sonder +
1. Pengembangan Kota Orde | (Manado, Gorontalo dan Bitung); yang mempunyaiskala Bemboken
I
pelayanan regional diarahkan pada : Ratahan
Tareran
r pemantapan keterkaitan antar-wilayah dengan kota-kota utama di wilayah Tumpaan t

lndonesia Bagian Timur lain baik melalui peningkatan sarana/parasana Kauditan +


Tanawangko
perhubungan laut maupun udara Kakas t
t
o penlediaan prasarana perkotaan sesuai dengan fungsi kota dengan pendekatan
Tompaso-Baru
lnobonto t
program pembangunan prasarana kota terpadu (P3Kf) Lolak + +
Dumoga +
. peningkatan peranan swasta dalam pembangunan sarana-prasarana perkotaan Lirung + i t
o penQembangan kegiatan ekonomi kota (industri, iasa) untuk memacu Tamako
Enemawira
?
+
t
t
pertumbuhan daerah serta memperluas kesempatan kerja Ulu-Siau + i a

. penataan ruang kota melalui perencanaan (RUTRK, RDTRK, RTRK, pelaksanaan, Manganito +
dan pengendalian tata ruang kota Keterangan :
A : Pusat Pelayanan Wilayah Belakang
'Peningkalan Fungsi yang sudah ada
2, Pengembangan Kota Orde ll yang mempunyai skala pelayanan sub-regional B : Pusat Komunikasi antar Wilayah + Pengombangan Fungsi Baru
C : Pusat Kegiatan Industri
(kabupaten, beberapa kecamatan) diarahkan pada : D : Pusat Permukiman
. penataan ruang kota melalui perencanaan (RUTRK dan RDTRK), pelaksanaan, Sumber : - Hasil analisis Tim Penyusunan RSTP Sulawesi tltara, 1991.
dan pengendalian tata ruang kota
o penyediaan prasarana perkotaan dengan pendekatan program
pembangunan prasarana kota terpadu (P3Kf)
. peningkatan aksesibilitas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui
pengembangan jaringan jalan

BSIRP SulawesiUtara
lll-21
ilt-22

22
.:.'.'.'.'
2l
ii,i..
.!;

20 POLA PENGEMBANGAN :!:43 49


t9 SISTEM KOTA-KOTA .:.
ii". 2 48
t8
:i4 . xAiaxcLANfi
r 47 frPAtNts ,Z
t7 2
Kond.h
32 40 46
t6
25 3l ;.;;[;;;.'.'.'.1',
39 45 :;:.'f""""

t5 :::ln (o
o
24 30 ::!o o
38 :.:
44
l4 23 29
43
r3
FO
Nl" 'rl
()@t\ +?
NFt-
t2 PROP. SULAWESI
TENGAH li1'5
il
F=?':T."E{:J#tj
-

t- - V ^trPgr/-o,f 7"T-Tl
lo
9 - ;ir;i3*"zzz+gz''z*7#'*11
'?.t;*.'iF
I
t \I
- -J
j
-r
.5---t\

\.--L
I
7
i
I
I
I
\
I
t'.
I
\a'

\r.
I
I
\
Uol\ibrroh.
,'
.t
y''.-- ir-\€t
)-"r l. ,/'\,,r.. I
\,
6 I I '-r;j 1,,,
q

2
E] BATAS PROPINSI
JAI-AN RAYA
I
E] BATAS I(ABUPATEN
WII.AYAH PEI-AYANAN SUB FEGTONAL

o [:I EATAS KECAMATAN


WII.AYAH PELAYANAN LOKAL

o KOTA OROE r (PUSAT REGTONAL)


o KOTA ORDE 2 (PUSAT SUB REGIoNAL)

o KOTA ORDE 3 (PUSAT LOKAL)

SUMBEF : HASIL ANALISIS TIM PENYUSUN RSTRP SULAWESI


UTARA, LPP-IT8

(oF
nu1 s
Ptr

nm
(o
ra)
(r(oro
€l'-@ Nfo
t- 1..

PROPII{ S I S LILAWT,S I IITARA l-


F--
I Skolo : l: t25o.ooo
3. Pengembangan Kota orde l[
(tbukota Kecamatan) dlarahkan pada:
2. Tufuan untuk mendukung pemerataan pembangunan, yang melipufl :
. penataan ruang kota melalul perencanaan (RUTRK-IKK), pelaksanaan, dan o Memperlancar koleksl dan distribusi arus barang dan
pengendalian tata ruang kota lasa serta menlngkatkan
mobllltas penduduk Sulawesl Utara,
. pengsmbangan prasarana perkotaan dengan pendekatan program
o Meningkatkan akses ke wilayah-wilayah potenslat yang masih terlsolasl,
pembangunan prasanna kota terpadu (p3Kn
o peningkatan akseslbilltas ke wilayah belakang yang dilayaninya melalui Agar tuluan pengembangan slstem prasarana transportasl tersebut dl atas dapat
pengembangan f aringan lalan mencapai hasil yang optimal, maka dlperlukan suatu pola pengembangan sistem
prasarana transportasiyang terpadu dalam satu kesatuan sistem transportasldarat, laut
Pengembangan tlap kota dlatas perlu difabarkan lebih lanjut dalam rencana yang lebih
dan udara dan terintegrasl dengan struktur tata ruang wllayah Sutawesl Utara.
rincl (RUTR DT ll dan RUTRK kota yang bersangkutan).
Berikut Inlakan dluralkan maslng-maslng pola pengembangan dari slstem transportasi
darat, laut dan udara dlSulawesl Utara. Pola pengembangan sistem transportasldlslnl
meliputl peningkatan fungsldan tlngkat pelayanan darl masing-maslng slstem transportasl
3.4 Pola Pengembangan sistem prasarana witayah yang ada dl Sulawesl Utara.

Sistem prasarana wilayah yang akan dlarahkan pola pengembangannyadl Sulawesi Utara
mencakup sistem prasarana transportasl, sitem prasarana pengairan dan sistem 3.4.1.1 Sistem Prasarana Transportasi Darat
prasarana energi.
Dalam strategl pengembangan tata ruang Sulawesl Utara disebutkan bahwa slstem
transportasi darat dl Sulawesi Utara lebih dlarahkan untuk tuluan pemerataan
3.4.1 Sistem Prasarana Transpodasi pembangunan intra-wilayah dl Sulawesl Utara. Hal lnl berartl penlembangan slstem
transportasl darat dl Sulawesl Utara akan dlarahkan kepada penglntegraslan
Sebagaimana yang diketahui, fungsi utama slstem prasarana transportasl adalah untuk
pembangunan dalam suatu kesatuan wilayah.
melayani pemindahan manusia dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dan
meniembatani keterkaitan fungsional antar kegiatan sosial-ekonoml dl Sulawesl Untuk mewuiudkan pemerataan pembangunan dl Sulawesl Utara tersebut, maka prloritas
Utara.
Sesuai dengan fungslnya tersebut, pengembangan sistem prasarana transportasi pengembangan sistem transportasidarat akan dlarahkan kepada penlngkatan akses Jalur
diarahkan untuk menunlang pengembangan tata ruang disulawesiutara. Trans-Sulawesl, terutama pada bagian selatan dari latur inl yang masih berada dalam
kondisl buruk. Hal lnidikarenakan Jalur Trans-sulawesi, yang membentang darlilmur ke
Tuluan pengembangan tata ruang Sulawesi Utara dapat dibagi ke dalam tujuan
barat yang menghubungkan kota-kota utama dl Sulawesi Utara (Kotamadya Bitung,
peningkatan pertumbuhan wilayah SulawesiUtara secara serasldengan
wilayah-wilayah Manado, Gorontalo), memegang peranan pentlng dl dalam upaya pemerataan
lainnya dllndonesla dan tuiuan pemerataan pembangunan Intra-wilayah SulawesiUtara.
pembangunan dlSulawesl Utara. Jalur Inl memegang peranan pentlng dldalam keglatan
Jlka dikaitkan dengan tuluan pengembangan tata ruang SulawesiUtara tersebut dlatas,
koleksl/distribusl barang dan lasa antar wilayah yang satu dengan wllayah lalnnya dl
maka tuJuan pengembangan slstem pEsarana transportasl dl Sulawesl Utara
luga dapat Sulawesl Utara maupun didalam pemasaran hasll-hasll produksl lntra-wllayah Sulawesl
diplsahkan ke dalam:
Utara.
1. Tuluan untuk mendukung peningkatan pertumbuhan wilayah Sulawesl Utara secara Selaln ftu, lalur Inlluga memegang peranan pentlng dl dalam upaya pemasa6n hasll-haslt
serasl dengan wilayah-wilayah lainnya yang mellpurtl :
produksl darl Sulawesi Utara ke Sulawesl Tengah maupun ke wilayah-wllayah lalnnya
e Membuka keterisolaslan wilayah Sulawesl Utara,
melalul pelabuhan-pelabuhan laut yang dllewatlnya, sehlngga Jalur Trans-sulawesl Inl
o Menunlang keglatan ekspor-lmpor Sulawesl Utara dengan Wilayah-wilayah
luga turut menunfang tujuan pertumbuhan wilayah Sulawesl Utara.
lainnya, dan
o Menunlang perkembangan sektor-sektor utama dl Sulawesi Utara, yaitu sektor Prloritas berikutnya dalam pengembangan slstem prasarana transportasl darat dl Sulawesl
pertanlan, agro-industrr, parhMsata, dan sektor-sektor rarnnya. utara adalah Jalur transportasl darat yang menghubungkan Kotamadya
Gorontalo-Molibagu-Kotamobagu. Jalur inlluga perlu diprloritaskan pengembangannya,
sepertl halnya Jalur Trans-Sulawesi. Hal tersebut dirasakan penting menglngat pada saat
ini kota-kota yang terletak di pesisir selatan relatff jauh tertinggal dibandingkan kota-kota

RSIRP Su/awesi Utara


ill-23
yang terletak peslsir
dl utara Jazirah Sulawesi Utara. Dengan ditingkatkannya fungsi jalur
transportasl darat Kotamadya Gorontalo-Molibagu-Kotamobagu
- Jalurlsimu-Payungan-KotamadyaGorontalo
tersebut, maka
diharapkan kota-kota dl sepanJang peslslr selatan yang dilaluinya juga
- JalurKwandang-Toli-Toli (SulaweslTengah)
dapat berkembang.
lmplikasi dari pengembangan Jaringan sistem transportasi darat
- Jalhn lokal primer, yang menghubungkan kota orde ketiga dengan orde ketiga atau
tersebut adalah orde yang lebih rendah di Sulawesi Utara.
penyesuaian atau peningkatan fungsl dan tingkat pelayanan
atau kapasitas jalan.
Penyesuaian fungslJalan dl sini didasarkan kepada UU No.
13 Tahun 1980 tentang jalan Untuk Jalan kolehor primer, jalur-jalur yang pedu ditingkatkan kapasitasnya dl masa
dan PP No, 26/1985. Sesuai dengan ketentuan UU No. 13 Tahun 1980
tentang jalan dan mendatang adalah jalur Kwandang-Toll-Tollyang menghubungkan pesisir utara Sulawesl
PP No. 26/1985, maka jalan-jalan yang ditetapkan
sebagaijalan arteriprimer: utara dengan sulawesi rengah dan Jalur Kotamobagu-Modayag-Kotabunan-
- JalurTrans-sulawesi yang menghubungkan Kotamadya Bitung-Kotamadya Belang-Ratahan-Langowan-Remboken-Tondano yang menghubungkan kota-kota di
Manado-Tomohon-Tondano-sonder-Amurang-Kwandang-Limboto_Kotamadya
pesisir selatan Jazirah Sulawesi Utara.
Gorontalo-Paguyaman-Marissa_Sulawesi Tengah, dan .
Sedangkan untuk jalan lokal primer, lalur-lalur yang perlu ditingkatkan di masa mendatang
- Jalur Kotamadya Gorontalo-Molibagu-Kotamobagu-Tompaso Baru-
Motoling-Tenga adalah jalur ialan-lalan diagonal yang menghubungkan pesisir utara dan bagian
Mengingat pentingnya peranan Jalan Trans-sulawesitersebut pedalaman dari Jazirah Sulawesi Utara, seperti
diatas, maka fungsijalur :
ini sebagaiialan arterl primer perlu terus ditingkatkan.
Sejalan dengan peningkatanfungsi
- JalurAmurang-Rantahan,
jalannya, maka kapasitas JalurTrans-Sulawesi
iniluga perlu ditingkatkan secara bertahap. - JalurTumpaan-l-angowan,
Jalur utara dari Trans-Sulawesl lnl perlu ditingkatkan untuk menunjang
kota-kota disepanjang pesisir utara, sesuaidengan rencana pengembangan
pengembangan - Jalur Tanawangko-Tomohon, dan

kota di Sulawesi Utara. Demikian pula Jatur Selatan Jalan Trans-


sistem kota- - JalurKotamobagu-lnobonto.
Sulawesi inijuga perlu
ditingkatkan, terutama jalur yang menghubungkan Kotamadya Peningkatan kapasitas jalan-jalan diagonal tersebut dimaksudkan untuk memperlancar
Gorontalo dengan
Kawasan sentra Produksi Pedanian Paguyaman dan DAS Randangan-Marisa. arus angkutan barang dari daerah pesisir ke daerah pedalaman dan sebaliknya
seperti
halnya Jalur Trans-surawesi, maka Jarur yang menghubungkan mempermudah pengangkutan hasil- hasil produksi dari daerah pedalaman ke pusat-pusat
Kotamadya
Gorontalo-Molibagu-Kotamobagu-Tompaso Baru-Motoling-Tenga juga perlu ditingkatkan pemasaran dl sepanjang pesisir pantai.
fungsinya meniadi jalan arteri primer. Peningkatan fungsi
tersebut tentunya juga perlu Selain peningkatan kapasitas jalan-jalan tersebut dl atas, luga perlu dlantlsipasi
segera diikutidengan peningkatan tingkat pelayanan atau kapasitas jalannnya
oleh karena pengembangan jalur-jalur jalan baru untuk meningkatkan akses ke kawasan-kawasan
pada saat ini beberapa ruas
Jalan darilalur ini masih berada dalam kondisi buruk, bahkan
strategis diSulawesi Utara, seperti :
ada yang masih terputus sama sekali.
- Jalur Labuan Uki-Dumoga,
Pembangunan sistem arteri primer dl Sulawesi Utara tersebut
di atas perlu didukung
dengan usaha-usaha pembangunan sistem jatan llngkar di kota-kota yang
- Jalur Bolontio (Sumalata)-Paguyaman, dan

inlsesualdengan ketentuan UU No. 13/1980 yang menetapkan


dilaluinya. Hal - Jalur Kotamadya Gorontalo-Tllamuta.
bahwa sistem arteri primer
tidak bofeh terputus pada waktu memasuki kota. Pada saat ini
tengah dibangun jalan Selain itu, dalam rangka mengarahkan pertumbuhan ekonoml antar Wilayah Jazirah
lingkar di Kotamadya Manado untuk mendukung sistem
arteri primer di sulawesi Utara.
Sulawesi Utara dengan Kepulauan Sanngihe-Talaud juga perlu dikembangkan suatu
Jaringan ialan lainnya dt Sulawesi Utara merupakan sistem angkutan penyeberangan yang menghubungkan masing-masing pulau dl
lalan kolehor primer atau lokal primer.
sesuai dengan ketentuan uu No. 1 3 Tahun 1980 tentang
falan dan pp No. 2611 985, maka Kepulauan tersebutatau antara Kepulauan Sangihe-Talaud dengan Jazirah SulaweslUtara
Jalan-jalan yang ditetapkan sebagailalan kolektor primer dan lokal primer dl daratan. Jaringan transportasi darat dl Pulau Sangir Besar dan Pulau Karakelang juga
Sulawesi Utara
adalah : pedu dikembangkan untuk memperlancar kegiatan koleksi/distribusl arus barang dan
- Jalur Kotamadya Manado-Tanawangko-Tumpa.rn
iasa dl samping untuk maksud-maksud pertahanan dan keamanan dl wilayah
- JalurManado-Likupang perbatasan.
- Jalur Tondano-Air Madidl Secara keseluruhan, pota perigembangan sistem Jaringan transportasidarat dl Sulawesl
' JalurKotamobagu-Modayag-Kotabunan-Berang-Ratahan-Tondano Utara dapat dilihat pada Gambar 3.4.

RSIFP SulawesitJtara
W24
Ill-2s
23

22

2l
1
20
43 4

12 48
:.i
| p rCcuLA, 4l 47
l7
I
(.:
^
/'=F.
-
Y-
,-\-',/
\*_:l__)._ 3 40 46
t5 ,Cenifdxc e{,au
q
2 3 36 39 45
l)r0F
t5 ?4 3i ?,1
I
ooo
g- 3a {4
t4 |+J1
23 iL/a AARO i
34
t3
(|(c) (oF t'.
a2
N Ft\ 1..
@
F

PROP. SIT-AWESI TENGAH


tl
to

I
8

l.l
o
ll
ii
I t-t
tltl
l
i

l
I I I

I9;
$:n"nFl
c-:ffi -t t!i
;!1il;., rt ra1
F
BE
F1 q
s s F1
ri s rrtr) (a (l

PROPINSI SI]LAWE,SI T]TARA v


--
12.! 23 Km

,
PE}I E RI \T.\H D.\E R\H PRO PI\ S I
D.{.ER\H TI\GK\T I SIJLA\\ESt UT.r.Rd
Skolc : r: eio oc,l
3.4.1.2 Sistem Prasarana Transportasi Laut Pelabuhan-pelabuhan lainnya yang terdapat di Jazirah Sulawesi Utara, yaitu :
- PelabuhanTahuna,
Sebagaiwilayah semenaniung dan kepulauap, maka transportasilaut memegang peranan - Pelabuhan Belang,
yang sangat penting bagi pengembangan wilayah disulawesi Utara. Dalam hal ini,
sistem - Pelabuhan Kotabunan,
transportasi laut memegang peranan pentlng dldalam pengembangan antarwilayah dan
intra wilayah dl Sulawesl Utara. Pengembangan antarwilayah di sini lebih dituJukan kepada
- Pelabuhan Tllamuta, dan

mengembangkan sistem interaksi ruang antara Sulawesi Utara dengan wilayah-wilayah - Pelabuhan Labuan Ukl,
lainnya dalam rangka membuka keterisolasian Sulawesi Utara dan untuk meningkatkan
akan ditingkatkan prasarananya sesuaidengan fungsinya sebagai pelabuhan-pelabuhan
pertumbuhan wilayah Sulawesi Utara secara serasi dengan wilayah- wilayah lainnnya.
lokal untuk menunjang pengembangan intra-wilayah Sulawesi Utara. Secara umum
Sedangkan pengembangan lntra-wilayah lebih ditujukan bagi upaya pemerataan peningkatan fungsl dari pelabuhan-pelabuhan tersebut dl atas dimaksudkan untuk
pembangunan antara Wilayah Kepulauan Sangihe-Talaud dengan Wilayah Jazirah
menunjang sistem laringan transportasl darat di Sulawesl Utara dan untuk memperlancar
SulawesiUtara.
distribusl barang intra-wilayah di Sulawesi Utara. Dalam hal ini peningkatan fungsl
Prioritas pengembangan sistem prasarana transportasi laut di sini diberikan kepada Pelabuhan Belang, Kotabunan dan Tilamuta terutama dimaksudkan untuk melengkapi
Pelabuhan Bitung. Haltersebut mengingat pesatnya peningkatan jumlah kunjungan kapal sistem jaringan Jalan yang ada dan untuk mengembangkanpesisir selatan dari Jazirah
(kurang lebih 4,60 7o rata-rata per tahun) yang ditunjang oleh kondisi perairannya yang Sulawesi Utara. Sedangkan peningkatan fungsl Pelabuhan tabuan Ukl dlmaksudkan
dalam dan secara alamirelatif tldakterjadi sedimentasi, serta menunjang fungsi pelabuhan untuk menunjang kegiatan pelayaran samudra dan nusantara dan memperlancar
Bitung sebagai pelabuhan samudra. Pelabuhan samudra adalah pelabuhan yang distribusi barang antara Kepulauan Sangihe-Talaud dengan Sulawesl Utara daratan.
melayani pelayaran antar negara. Prioritas Pengembangan ini diharapkan dapat
Dilain pihak, Pelabuhan Manado akan dikembangkan sebagal pelabuhan pariwlsata untuk
meningkatkan Interaksi ruang antara Sulawesi Utara dengan wilayah-wilayah lainnya dan
membuka keterisolasian wilayah Sulawesi Utara.
menunjang pengembangan kegiatan pariwisata di Sulawesi Utara. Prioritas dari
pengembangan Pelabuhan Manado di sinl ditujukan untuk melayaniarus wisatawan yang
Untuk mengantisipasl hal tersebut di atas, perlu dilakukan peningkatan prasarana dan akan berkunjung ke Pulau Bunaken.
sarana Pelabuhan Bitung. Peningkatan yang perlu dilakukan antara lain perpanjangan
Di samping pelabuhan-pelabuhan yang telah disebutkan di atas, di Sulawesi Utara juga
dermaga dan apron yang ada pada saat ini, lampu penerangan, jalan-jalan penghubung
pedu dikembangkan pelabuhan-pelabuhan perintis. Pelabuhan-pelabuhan perintls yang
dan rehabilitasi kantor pelabuhan. Oleh karena selain berfungsi sebagai pintu gerbang
akan dikembangkan adalah :
utama SulawesiUtara melaluilaut, Pelabuhan Bitung inijuga diarahkan sebagai pelabuhan
ekspor hasil-hasil perikanan laut dari Sulawesi Utara, maka perlu dilakukan perkerasan
- . Pelabuhan Melanguane,

"container yard" lengkap dengan saluran air dan pembangunan pagar pengamanan untuk
- Pelabuhan Lirung,
mendukung kegiatan ekspor tersebut di atas. - Pelabuhan Beo,

Pelabuhan lainnya yang akan dikembangkan di Sulawesi Utara adalah pelabuhan


- Pelabuhan Essang, dan

Gorontalo dan Pelabuhan Kwandang mengingat relatif pesatnya peningkatan jumlah - Pelabuhan Ulu Siau.
kunlungan kapal di kedua pelabuhan tersebut. Pelabuhan Gorontalo perlu ditingkatkan
fungsinya daripelabuhan lokal menjadipehbuhan nusantara mengingat pentingnya peran Pelabuhan-pelabuhan tersebut semuanya terletak di Kepulauan Sangihe-Talaud.
pelabuhan ini sebagalpelabuhan transito yang melayaniarus pelayaran antara Sutawesi Pengembangan pelabuhan-pelabuhan perintis tersebut dimaksudkan untuk
Utara dengan propinsi-propinsi lainnya di Pulau Sulawesi dan Kepulauan Maluku Utara. meningkatkan aksesibilitas penduduk di Kepulauan Sangihe-Talaud dan untuk
Pelabuhan nusantara di sini adalah pelabuhan yang mengoperasikan pelayaran antar mempedancar distribusi barang antar pulau di kepulauan tersebut.
pelabuhan di lndonesia tanpa memandang jurusan yang ditempuh sesuai dengan Secara keseluruhan, pola pengembangan sistem transportasilaut di Sulawesi Utara dapat
ketentuan yang berlaku. sedangkan pelabuhan Kwandang, mengingat adanya dilihat pada Gambar 3.5.
permasalahan pendangkalan, perlu dipindahkan ke lokasi yang baru. Alternatif lokasi
baru
untuk Pelabuhan Kwandang yang diusulkan adalah Pelabuhan Anggrek di Kecamatan
Sumalata.

RSIFP Sulawesi'lJtara
il!-26
lll-27

22

2l
50
&
49
AEUHAN
t9 TAHUNA
48
la ? 32
PELABUHAN
a7 25 ll JUL
,l\
ULU. SIAU
t( JO ,46
!6 21 30 r-f v-
lur
3 '45
r
t5 23 29 34 14
l4
u''
FF
(o F t()(0r\ F@ oo =43
F FFF l.- F l-F (D
r3
iq2
t2

tl
to
I
a

6
5

,ft
rt
ra oo
t) c s $r ,.)
s !t!r t-
\t € 986 fi8 g roF6
(lr)tn FF
!t
F t\

PROPII{SI SULAWtrSI UTARA O l2.J


FEr-l
2gK,t

Skolo:r:t.25o.ooo
At PEi\tEzuNT-\H D.\ER\!I PROPINSI
,Vlp.rrnu rr)icK{T I sut-A\1ESl ur.\Rd
3.4.1.3 Sistem prasarana Transportasi Udara
3.4.2 Sistem Prasarana Pengairan
Pengembangan sistem prasarana transportasl
udara dl sulawesi utara lebih diarahkan Dalam RSTRP SulaweslUtara, rencana pengembangan slstem pengairan pentlng untuk
kepada tuJuan penlngkatan pertumbuhan wilayah
SulawesiUtara untuk menekan tingkat menunjang pengembangan budldaya pertanlan tanaman pangan lahan basah
ketlmpangan antar wilayah. Hal Inl berartl pengembangan
sistem transportasi udara di (persawahan) sebagal salah satu subsektor strategis. Sebelum sampal kepada rencana
Sulawesl Utara diarahkan untuk membuka keterisolaslan
wilayah sulawesl Utara dan perlu ditlnJau sekall lagi lokasi-lokasl pengembangan wilayah lrlgasl sungal dan daerah
untuk menuniang pengembangan keglatan pariwisata, terutama
kegiatan pariwisata irlgasi yang telah ada, dan lokasl- lokasl yang berpotensl untuk dikembangkan menJadl
mancanegara, dan keglatan Industrl dl Sulawesl
Utara dalam rangka memacu daerah lrigasl.
pertumbuhan wilayah Sulawesl Utara.
Sampaldengan akhir Pelita lV, dlsulawesi Utara telah dilakukan pengembangan wilayah
Prioritas pengembangan bandar udara dlsutawesi
Utara adalah Bandar udara DR. sam sungal (PWS) seiring dengan pengembangan daerah irigasi pada 12 lokasl yang tersebar
RatulangiManado yang merupakan pintu gerbang utama
Sulawesiutara lewat udara. Di di empat kabupaten yang ada, dengan luas total 66.902 Ha. .Dlantara kedua belas lokasi
masa mendatang, Bandar Udara DR. Sam Ratulangi
akan ditingkatkan fungsinya menfadi tersebut, PWS Dumoga-Mongondow dl lGbupaten Bolaang Mongondow dan PWS
salah satu titik transit Internasional. Upaya ke arah itu
telah
dimulai dengan dibukanya Randangan dl Kabupaten Gorontalo merupakan dua PWS terbesar yang telah
Jalur pe-nerbangan darl tuar negeri ke sulawesi Utara oleh sempati, yaitu Jalur dikembangkan. Dalam menentukan lokasiJokasi yang potensial bagl pengembangan
Penerbangan singapuraJakarta-surabaya-Manado. Pada
saat ina juga sedang dijajaki wilayah sungai dan daerah irigasi, dilihat keadaan fisik wilayah yang masih berpotensl
beberapa ialur penerbangan lainnya yang menghubungkan
Sutawesi Utara dengan luar untuk pengembangan kegiatan budidaya persawahan dengan sistem irigasl.
negeri, seperti ialur Tokyo-Manado-Ball-sydney dan Manado-Manila-
Brunei. Jalur-jalur
penerbangan tersebut di atas adalah jalur-jalur Secara keseluruhan, daerah potensi persawahan di Sutawesi Utara relatif tidak
untuk menunjang pengembangan
pariwisata di Sulawesi Utara. Dl masa mendatang mencakup wilayah yang luas, karena wilayah Sulawesi Utara didominasi oleh hutan dan
dengan semakin terkaitnya
perekonomian Sulawesi Utara dengan negara-negara perkebunan. Dilain pihak kebutuhan akan produksl padl semakin besar seiring dengan
lain disamudra pasifik, maka perlu
diantisipasi jalur-jalur penerbangan yang menghubungkan perkembangan penduduk. Oleh karena itu daerah yang berpotensi tlnggl untuk
sulawesi utara dengan
negara-negara di Samudra pasifik. pengembangan pertanian tanaman pangan lahan basah segera diprioritaskan sebagai
kawasan-kawasan strategis utama. Untuk masa yang akan datang, daerah potensi
Untuk mengantisipasi haltersebut, maka landasan pacu (run
way)di Bandar Udara DR. persawahan utama khususnya persawahan irigasi, berada dl Kecamatan Dumoga
Sam Ratulangi perlu diperpanjang. secara umum, internasionalisasi
Bandar Udara DR. (Kabupaten Bolaang Mongondow), di Kecamatan Marisa Kabupaten Gorontalo), dl
Sam Ratulangitersebut tentunya perlu didukung oleh perluasan
areal pelabuhan udara, Kecamatan Paguyaman (Kabupaten Go-rontalo), kemudian tersebar dl sepanjang (dekat)
perluasan kawasan penyangga dan dukungan prasarana
serta sarana yang memadai, baik pantai utara Sulawesi Utara. Secara umum, daerah-daerah potensi persawahan tersebut
fasilitas bandara, falan pendukung maupun fasilitas
tainnya. tidak berada jauh dari jalur jalan Trans-Sulawesi.
Bandar udara lainnya yang juga memegang peranan
cukup penting didaram menunjang sebagai prasarana penunjang bagi kegiatan budidaya pertanian tanaman pangan
pengembangan antar wilayah Sulawesi Utara
dengan wilayah-witayah lainnya adalah lahan basah atau persawahan, maka pengembangan sistem irigasl pada dasarnya
Bandar Udara Jalaluddin Gorontalo. Pada saat ini bandar
udara ini lebih berfungsi sebagai mengikuti daerah potensi pengembangan/perluasan areal persawahan. Arahan
bandar udara transito dariike Manado keldariwilayah lainnya
Di masa mendatang fungsi pengembangannya juga disesuaikan dengan arahan pengembangan kawasan budldaya,
darl bandar udara inipedu ditingkatkan dan dicadangkan
menjadi salah satu bandar udara dalam hal ini arahan kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah. Untuk Repelita
dalam rangka pelayanan nasional.
Vl dan Ml telah direncanakan/diusulkan proyek-proyek irigasi yang relatif besar sebagai
Bandar udara lainnya, yaitu Bandar Udara Naha-Tahuna berikut:
dan Melanguane lebih berfungsi
sebagai bandar udara perintis untuk melayani penduduk
di Kepulauan sangihe ralauo. - Di Kabupaten Gorontalo, daerah irigasi :
Pada masa yang akan datang kedua bandar udara
tersebut juga perlu diamankan dan e Randangan dan Marisa Talunduyunu,
dicadangkan untuk mengantisipasi kemungkinan perkembangan o
talu lintas udara di Paguyaman Bungo,
wilayah ini.
r Tolinggula,
secara keseluruhan, pola pengembangan sistem transportasi
udara di sulawesi Utara
r Bolango Bionga,
dapat dilihat pada Gambar 3.6. r Tabulo dan Latula.

FSIBP SulawesitJtara
lll-28
Ill-29
23

22

2l
14 5
*
4 49
l9 BANDAR UOARA
NAHA . TAHUNA
12 48
ta
32
1l 47
t7 25 3l
Q 46
r6
24 30
c 39 45
t5 23 29
bl L:
3a 44
t4
()@F ()
l3 FFI'- l.-
ro F
F
F@
t- t'. l"(Do
ISFF
:43

--i q2
)2 i

tl PROP. SULAWESI TENGAH

to fr,t -{
;l
a

6
5

4
q

(),9 N
FF

PROPII{SI ST]LAWE,SI T]TARA


HM
[_.
lSkolo:r:r.zso.oo,
- DllGbupaten Bolaang Mongondow, daerah irigasl:
o Koslngolalan-Toraut,
Selain PLN, kebutuhan energi listrik di Sulawesl Utara, terutama energl listrik untuk
r Dumoga,
kegiatan industri, juga dipenuhl oleh masing-masing perusahaan Industrl dengan
o Sangkup, menggunakan sumber energi bahan bakar minyak (BBM) atau yang disebut sebagal
o Ayong-Bolangat, dan
captive power. Di masa mendatang, secara berangsur-angsur captive power tersebut
o Lolak. pedu digantikan oleh energl listrik yang disediakan oleh pLN.
- DllGbupaten Minahasa, daerah irigasi:
Seialan dengan kebijaksanaan Pemerintah dl bldang energl, yang antara laln bertuluan
o Tongop, dan untuk mengurangi pemakaian energl listrik tenaga bahan bakar minyak (BBM), maka
r Sulupaslaten. pengembangan sistem prasarana energi llstrik dlsulawesl Utara perlu dllakukan melalul
diversifikasi sumber-sumber energl pembangkit tenaga llstrikdl luar BBM. Sesualdengan
Dl samping daerahdaerah irigasl yang relatif besar dl
atas, masih ada beberapa daerah potensi yang dimilikinya, alternatif sumber-sumber energi listrlk yang tepat untuk Sulawesl
irigasl yang lebih keclldiempat kabupaten yang ada disulawesi
Utara. pada lGbupaten Utara adalah sumber energitenaga air dan sumber energitenaga panas buml. Sumber
Sangihe Talaud, proyek irlgasi akan berlokasidi Pulau Karakelang,
yaitu daerah irigasi energi tenaga air ditemukan pada daerah aliran sungai (DAs) Tondano, DAS Ranopayo
Beo dan daerah irigasi Essang. Lokasi rencana proyek-proyek
irigasitersebut secara lebih dan DAS Poigar, sedangkan sumber energitenaga panas bumiditemukan dl t-ahendong
fefas dapat ditihat pada Gambar 3.7. dan Tompaso.

Untuk sumber energitenaga air, selama iniyang dimanfaatkan baru sumber energltenaga
3.4.3 Sistem prasarana Energi air yang terdapat pada DAS Tondano, yaitu PLTA Tonsea Lama dan pLTA Tanggarl I
dengan kapasitas terpasang masing-masing t3 MW dan 17 Mw dengan produksi
tahunan sebesar 90 bWH dan 1 00 GWH. Potensi-potensl sumber energl tenaga alr dl DAS
Pengembangan wilayah Sulawesi Utara memerlukan dukungan
sistem prasarana energi Ranopayo dan DAS Poigar belum dlmanfaatkan, padahal jika semua potensl yang ada
untuk mendorong percepatan pertumbuhan perekonomian
wilayah dan pembangunan di dimanfaatkan dapat dihasilkan kapasitas terpasang sebesar 186 MW yang setara dengan
segala bidang dl Sulawesi Utara. Sejalan dengan perkembangan
kegiatan perekonomian produksilistriktahunan sebesar 1047 GWH (taporan Hasil Penelitlan "l-ahmeyerly'erbund
di Sulawesl Utara, maka kebutuhan akan sistem prasarana
energi inijuga akan semakin Plan"). Potensitenaga air di Sulawesi Utara dapat dillhat pada Tabel 3.6. Potensl tenaga
meningkat. Oleh karena itudibutuhkan sistem prasarana
energiyang memadaidisulawesi air untuk pembangkit energi listrik tersebut perlu dimanfaatkan .sejalan dengan
Utara.
peningkatan kebutuhan energi listrik di Sulawesi Utara.
Pembahasan mengenai sistem prasarana energi di sini lebih
ditekankan kepada sistem Potensitenaga pembangkit ltstrik lainnya adalah panas bumi yang terdapat dl Lahendong
prasarana energl llstrik. Walaupun sistem prasarana
energi sebenarnya tidak terbatas dan Tompaso. Potensi sumberdaya panas bumi di Lahendong dan Tompaso adalah
kepada slstem prasaEna energl llstrik saja, namun mengingat pentingnya
peranan dan sebesar 65 MWe yang dapat diperbesar menjadi 170 MWe untuk masa o0 tahun
fungsi energi llstrik lnldl dalam pertumbuhan wilayah Sulawesi
Utara, maka penekanan mendatang. Keuntungan utama penggunaan sumber tenaga panas bUml Inl adalah
dalam pembahasan inl diberikan kepada slstem prasarana
energl ristrik. ketersediaan energi uap panas bumi yang terus menerus dan tldak tergantung musim.
Pada saat Inl slstem prasarana energillstrik disulawesi Selaln itu keuntungan dari penggunaan sumber energi lnladalah relatlf befslh dan bebas
Utara dilayantoteh pLN Wilayah
Vll' PLN Wilayah Vll yang merupakan salah satu unit keria pLN dari polusl, mempunyai nilai substitusl yang besar, kompetltif terhadap energl alternatff
bertanggung jawab di
dalam pengembangan penyediaan energilistrik untuk melayani kebutuhan lain dan mengundang investor nasional maupun asing, Sulawesl Utara yang banyak
masyarakat
sulawesl utara, baik untuk kegiatan yang bersifat konsumtif maupun memilikl gunung berapi mempunyal potensi panas buml yang cukup besar sebagai
untuk
kegiatan-kegiatan produksi. Sampaidengan akhir Pelita V kapasitas pembangkitan substitusi bahan bakar minyak (BBM). Potensi panas bumi untuk pembangkit listrik dl
listrik
terpasang PLN Wilayah Vll diperkirakan akan mampu memenuhi g0 o/o Sulawesi Utara dapat dilihat pada Tabel 3.7.
dari kebutuhan
energl listrik dl Sulawesi Utara. Pada saat inl sumber-sumber energl yang
telah digunakan Pengembangan sumber-sumber energl listrik tersebut perlu dlikutidengan pembangunan
oleh PLN Wilayah Vll adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (pLTA), yaitu
sebesar 69,80 o/o, sistem jaringan-iaringan penyalur energi llstrik yang saling terintegrasl dengan
Pembangkit Llstrik Tenaga Diesel (PLTD), yaitu sebesa r 30,02 o/o pembangkit
dan Listrik sistem-sistem pembangkit energi listrik. Hal ini dikarenakan pusat-pusat pembangkit
Tenaga Minyak (PLTM), yaitu sebesa r 0,18 o/o.
tenaga listrik dl Sulawesi Utara pada umumnya berada pada lokasi yang
fauh dari
pusat-pusat beban. Sistem-sistem pembangkit energilistrikdan pusat-pusat beban energl

FSIRP SulawesilJtara
ilt-30
22

2l
GAIVIBAR 3.7 1,4
2C
4:l
t9 PENGEMBAI{GAN IRIGASI a9

42 .40

r8
4l
,rf
47
i I .r-i'-
k -:tit
40 46
t6

t5

l4
39

38 I:
i
44

t3

r2i '..Yn.....'i---".. \$.


'./'.\\\
.r/r, \\\
:
'. i
t ,l''.
07 -Z '|l \ (,.1/ \'/ Y
,'i:\\.''
I
ilI PROP. SULAWEST TENGAH SULAWESI 1
_."'\\ u
I
^.' g=i----j
';--r) Jl I
):[{/}.'l
I

'oi v -(-1d__!____L__J
I

I
€l
-l i'\r,/ i I

.--..t.r-,--ij
7

6
-j $
a
'"-\..--'lt
4

I
tr;l BATAS PRoptNst A BEpELITA vl
o tr= BATAS I(ABUPATEN
o FEPELTTA V[
f:-r:l BATAs KEcAMATAN
A vANG DTsETUJUT BANK DuNrA
t6] IBUKOTA PROPINST

r6t IEUKOTA KAEUPATEN

F= JALAN

SUMBER: OINAS PU SULAWESIUTARA

PR.OPNS I S IJLA$/E,S I UTARA O ra.o


F-El
?!Km
PENl ERI)iT.\H D.\ER\H PRO PINSI
D.dER\H TI\GK{T I SULdIIESI UTARA
Skolo : | :t.25o.ooo
listrik tersebut selanJutnya harus membentuk suatu sistem prasarana energi llstrik yang
memungkinkan pemanfaatan sumber-sumber energllistrik secara optimal dengan biaya
operasiyang murah. Selain itu Juga perlu dlbangun suatu transmisiyang menghubungkan
pembangkh tenaga listrik di lGbupaten Minahasa, Bolaang-Mongondow dan Gorontalo.
TABEL 3.6

PENGEMBANGAN POTENSITENAGA AIR UNTUK PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK


DISUTAWESI UTARA 3.5 Arahan Pengembangan Wilayah Prioritas

No. Lokai Lokasi DAS


Wilayah prioritas diSulawesi Utara merupakan wilayah yang dianggap perlu diprioritaskan
Potensi MW Energi GWH
1. Tanggari ll DAS Tondano
pengembangan atau penanganannya serta memedukan dukungan penataan ruang
19.0 100.s
2. Sawangan DAS Tondano 17.5 6s.0 segera dalam kurun waktu rencana. Untuk memberl arahan bagl pengembangannya,
3. Poigar ll
4. Poigar lll DAS Poigar 25.0 132.3 terlebih dahulu perlu diidentifikasi wilayah prioritas tersebut.
t Tincep lll DAS Poigar 14.0 73.7
6. Lobong (Kab. Manahas) 2.2 14.4
7. Tamako (Kab. Kotamobagu) 1.2 9.8
(Kab. Tahuna) 1.0 6.5 3.5.1 Penentuan Wilayah Prioritas
79.9 402.s
Sumber : HasilAnalisis Berdasarkan hasil analisis, di Sulawesi Utara telah diidentifikasi adanya.1l kawasan
strategis. Didasarkan pada karakteristiknya untuk dikembangkan, pengertian kawasan
strategis (yang terutama berkaitan dengan kepentingan ekonomis) diperluas menjadi
wilayah prioritas. Di dalamnya, selain kawasan strategis iuga termasuk kawasam kritis dan
kawasan perbatasan (kawasan Khusus).
TABEL 3.7
Penentuan wilayah prioritas yang merupakan kawasan stiategis (karena keberadaan atau
PENGEMBANGAN POTENSI TENAGA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKIT ENER- untuk mendukung pengembangan sektor strategis diatasnya) didasarkan pada beberapa
GI LISTRTK DI SUI..AWESI UTARA pertimbangan, antara lain yaitu :
- pengembanganwilayahtersebutmempunyaidampaknasional

No. Lokai
- pengembangan sektor sosial dan ekonomi di atasnya membutuhkan lahan dalam
Lokasi DAS Potensi MW Energi GWH skala besar
1. Lahendong I Kab. Minahasa
2. Lahendong ll Kab. Minahasa
2.5
15.0
21.9
13t.4
- sektor yang akan dikembangkan diatasnya mempunyai prioritas tinggldalam lingkup
nasional
Total 17.5 r53.3 - kawasan yang memilikl prospek ekonomi yang cerah untuk membiayal sendiri
Sumber: HasilAnalisis investasi yang diperlukan atau untuk memacu pembangunan wilayah yang
terbelakang, miskin atau kritis
- kawasan dimana minat dan kecenderungan investasiswasta dan pemerintah cukup
tinggi

Selain pertimbangan di atas, penentuan wilayah prioritas luga didasarkan pada kondisi
masing-masing sektor di wilayah Sulawesi Utara, dalam hal ini sektor-sektor yang
dianggap strategis. Berdasarkan hasil analisis telah diidentifikasi4 sektor strategis, yaitu
seklor pertanian (sub-sektor pertanian tanaman pangan dan perkebunan), sektor

ASIRP SulawesiUtara Ill-32


perhubungan (darat dan laut), sektor pariwisata, sektor industri serta pertambangan. Wilayah prioritas di Sulawesi Utara berdasarkan hasil analisis meliputi :

Potensiselrtor maslng-masing adalah sebagai berikut : 1. Kawasan Strategis :


1. Sektor pertanian khususnya perkebunan :
r Sentra Produksi Pertanian Paguyaman
o Merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan o Kecamatan Lolak dan Sang Tombolang
PDRB SulawesiUtara.
o Sentra ProduksiPertanian Pangan Dumoga
r Mempunyai lahan potensial dengan luas yang cukup besar terutama untuk
. DAS Randangan dan Marisa

perkebunan, tetapi pemanfaatan lahan pada saat sekarang masih belum optimal. o Kawasan wisata pantai (Manado-Tanjung Pisok-Bunaken)

o Sebaran penduduk yang tidak merata, berakibat pada tidak meratanya sebaran
c Zona lndustri lGbima (lGuditan-Bitung-Kema)
tenaga kerja dan di kawasan potensial terjadi masalah kekurangan tenaga kerja.
o Jalur Jalan Trans-sulawesi
o Potensi perkebunan terutama untuk jenis tanaman pala dan kelapa yang terbesar
.. Taman NasionalDumoga Bone
terdapat dl Kabupaten Sangihe Talaud dan Minahasa. 2. Kawasan Kritis:
2. Sektor Perhubungan :
o Daerah Aliran Sungai Danau Tondano

r Keterhubungan antar pusat-pusat pelayanan mangandalkan pada jalur jalan o Daerah Aliran Danau Limboto dan Sungai Bulango-Bone

Trans-Sulaweslyang menghubungkan Sulawesi Utara daratan dari Bitung sampai 3. Kawasan Khusus :
Gorontalo dan diharapkan dapat memudahkan pengangkutan komoditi antar r Kawasan Perbatasan dan Kepulauan Terpencil (Sangihe Talaud)
wilayah.
e Masih lemahnya keterkaitan antar wilayah (pusat-pusat pelayanan), sehingga Sebaran lokasi wilayah-wilayah prioritas ini lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 3.8 dan
perlu adanya peningkatan melalui kegiatan- kegiatan yang berpotensi Gambar 3.8.
(peningkatan fungsi pelabuhan) di samping juga peningkatan fungsi kota-kota
lainnya sebagal pusat pengembangan wilayah pembangunan.
3.5.2 PengembanganWilayah Prioritas
3. Sektor Pariwisata :

o Potensiwisata yang ada di SulawesiUtara cukup beragam dan terdapat hampir


Arahan pengembangan pada wilayah prioritas pada dasarnya mengacu pada kepentingan
di seluruh daerah tingkat ll, tetapi untuk sasaran wisatawan mancanegara, obyek
wisata yang diprioritaskan adalah pengembangan wisata bahari pengembangan sektor/sub-sektor atau permasalahan yang mendesak penanganannya.
Bunaken-Tanjung Pisok/Molas dan Taman Nasional Dumoga Bone. Didasarkan pada pembedaan karakteristiknya, arahan pengembangan tiap wilayah
prioritas diSulawesi Utara adalah sebagai berikut :
r Prasarana dan sarana yang tersedia di lokasi wisata masih terbatas dan
tergantung pada Manado. 1. Kawasan Strategis'
4. Sehor Industri : Sentra P roduksi P ertanian Paguyaman
o Sektor industri di Sulawesi Utara tidak berkembang pesat dan sumbangan Kawasan ini terletak di Kecamatan Paguyaman (Kabupaten Gorontalo) dan
terhadap pembentukan PDRB juga tidak besar, tetapi prospek di masa datang
merupakan kawasan yang berpotensi untuk pengembangan pertanlan tanaman
lebih baik dengan penekanan pada industri pengolahan. Hal ini berhubungan erat
pangan dan perkebunan. Tanaman pangan terbesar kemungklnannya untuk
dengan pengembangan sektor pertanian.
dikembangkan adalah padi (sawah), sedangkan perkebunan adalah perkebunan
Penentuan wilayah prloritas ini juga dldasarkan pada tingkat kepentingan pemanfaatan tebu.
ruang pada kawasan lindung dan kawasan budidaya yang telah ditetapkan. Kawasan Sentra produksipertanian diarahkan pada pengembangan :
dengan fungsi lindung merupakan kawasan yang diprioritaskan penggunaannya dan r Kegiatan peftanian, terutama untuk ienls tanaman yang sudah ada, yaitu tanaman
penggunaan untuk kawasan budidaya baru ditentukan jika kawasan lindung telah pangan dan perkebunan tebu. Pengembangannya dlutamakan pada peningkatan
ditetapkan. hasil produksi dan peningkatan.prasarana yang menunjang kegiatan tersebut.
. Prasarana ini dapat berupa lalan raya untuk meningkatkan akses ke pasar dan
irigasi terutama untuk pengembangan tanaman pangan.

,gsfnP Sutawesi lJtara lil-33


TABEL 3.8

I DE NTI FI K,AS I WI I.AYAH PR tOH ITAS/KAWASAN STRATEG


IS D I SU IJ\WES I UTARA

No. \Mlayah Prioritas Sektor/SUb-Sektor Priorrras Karaheristik (Poiensi dan permasalahan)


Karvasan Strateois

Sentra Produksi pertanian


1

Paguyaman (Kab. Gorontalo)


Pertanian Tanaman panoan . Pote.nsial untuk pengembangan areal persawahan
Perkebunan - Konlttx tngasi ctan perkebunan (tebu) '
2.
[99. u9t$ & Sans Tombolans Pertanian Tanaman panoan . LoKast ploygK t,embangunan Kawasan Terpadu (pKT)
(Kab. Bolaang Mongondow) Perkebunan ' dan tanaman pangan) besir, teiapi perkembangan sosiat-ekonomi
sangar rendah
iaT:l"i H|J[,?T'n"n'
- Sepaniang ialah Trans-Sulawesi (91 km)
3. Sentra Produksi pertanian pangan - Pertanian Tanaman pangan
Dumoga (Kab. Bolaang Mongondow) rurensr unruK pengemDangan areal persawahan (dukungan irigasi)
l.
I
t. DAS Randangan dan Marisa Pertanian tanaman pangan rurtsnsrar unruK penoemoangan areal persawahan lahan
(Kab. Gorontato) Transmigrasi Konftik irigasi dengai nutan liooJ[Ji '-' basah
[HpHt
5. Kawasan Wisata paniai Pariwisata
Manado-Tanjung pisok,
(Martne tourism uevelopment Reoions)
Bunaken.Tasik Ria Akses ke lbukota propin'si, pelabuhan u'dara
uukungan fasiliias akomodasi
Zona Industri KABTMA Industri
(Kauditan-Bitun g-Kema) rorsnsr renqemDanoan.inctustri.pengolahan hasil perkebunan
l*ses ke Manado Aa-n Bitung setiagai pusat pemasaran
6: 1 3:t:i'i t il5.T iil J"" ?,n;: 1.'8, jlg gi (a ri s kata n k e rj a)
7. Jalur Jalan Trans-sulawesi Perhubungan darat seDagar pembuka isolasi, pemacu perkembangan, serta
fi{:iil|}Y" meningkatkan hubungan fungsionat
dan tanaman pangan) besar, tetapi perkembangan sosiar-ekonomi
sangat rendah
[",];l"l liiJ|.:"!""""'
8. Taman Nasional Dumoga Bone Kehutanan
(Kab. Bolaang Mongoniow) nonrlrK Kepenllnoan antara pelestarian dan keoiatan budidaya
(antara lain tambang emas)
Poten si kdnekarig aman f loia aanlaun a Ain' loko.,.,.
Kawasan Kritis
-
1 DAS Tondano (Kab. Minahasa) Pertanian/Pengairan
Kehutanan Sedimentasi dan pendangkalan danau
r.erganggunya peny.ediaan air baku ( kuantitas dan kualitas)
Mun urunnva f uno si hidro-orologistrutan yang aOa
Perlunya upaya ienaUititasi lahin aan foiJe{Jsi 1it,7S'*J-,
2. Daerah Aliran Danau Umboto dan Pertanian/pengairan
Sungai Bulango-Bone reurrnenrast qt muara sungai dan pelabuhan
Penurunan muka air dan.arj
(Kab. Gorontato) lt-imucito ain'pinyempitan Sunoai BonE
Ra w an banj r di koram a d ya b o
i
ro n r i o fru a!i; ;;;'s ;i'B"l lii l' i"",i' Eo
r
I n I
Kawasan Khusus "

1. Kawasan Perbatasan dan Kepulauan Perhubungan


Terpencil Sangihe - Talaud Aawasan lerpencil dan terbelakano
Pertahanan Keamanan Kawasan rawan dilihat dari kepeniingan Hankam (berbatasan
dengan Filipina : p. Marore-Miangas-Nanusa)
Sumber : Hasil Analisis

ltl-34
2

22

2l
GA"\IBAR 3.8 44
20
t9
WILAYAH PRIORITAS 4

42
t8
4l
a7
40 46
t5
39 .45
I

t5 I
I
38 14 :

i;I"
I
a4
t\ coo t. 43 i
F t\ o I
l3 t I

i
q2
i
t2
PROP. SULAWESI TENGAH
tl
ro
-i:)'
I
I
7
;i"'j5s
'."'1:ihxi
r.-?,--t\(-
+ .*
,\ ,;
LUKU
I

6 (
LT
rf'
5
t l'!

4
KETERANGAN:
3
Kawasan Kritis
2 FT;I Kawasan Strategis Kawasan Khusus
I F- BATAS KABUPATEN I. KAWASAN PERBATASAN DAN 6. TAMAN NASIONAL DUMOGA-BONE i lrg
KEPUI.AUAN TERPENCIL
o F-.;.-l BATAS KECAMATAN (sANGtHE.TAI_AUO) 7. DAEMH ALIMN DANAU LIMEOTO OAN
SUNGAI BULANGO.EONE
fcill rBUKorA pFoprNsr 2' ZONA INDUSTRI KABIMA
(KAUDtTAN-BtTuNc.KEMA) 8, SENTRA PROOUKST PERTANIAN
PAGUYAMAN
rdt rBUKorA KABU'ATEN 3' KAWASAN WISATA BAHARI
fTANJUNG PlSoK. P. BUNAKEN)
9. LOI.AK.SANG TOMBOIANG
(PENcEMBANGAN Wti-AYAH TERPADU)
F= JAIAN 4- DAS TONDANO
5. SENTRA PRODUKSI PERTANIAN
I O. DAS RANDANGAN.MARISA

DUMOGA 1I. JALUR JALAN TMNS.SUI-AWESI

-.
SUMBER : HA.IL rDENTrFrKAsl rM pENyusuN RsrRp sul-AwEsr
,TARA

o
tr' l.l q
|.}
t'-
rrl tl it F.
I |r)
ro|\
nu) o
n
t r_l
NtQ?
(o(ptO@
-_1__J_ t-
@ rO Ptr

PROPINS I SI]LAWES I T]TARA O t2.!


Fr:

Skolo ,
aSKm

rr25o.ooo
PEi\IERINT.TH D.{TR\H PROPINSI
D.dER\H TI}iGK{T I SUI.{I\TSI UT.\R\
. Pengembangan jenls tanaman perkebunan lainnya (diversifikasi). Kawas an Wisa ta P antal (M an ad o-T an j u n g P i s o k- I u n ak e n-Tasi k R I a)

r Penanganan/penyelesaian konflik kepentingan sehubungan dengan tumpang lGwasan wisata pantai terdlrl darl beberapa lokasl, yaitu Manado, Tanlung plsok,
tlndih dalam pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya (irigasi/persawahan Pulau Bunaken, dan PantaiTasik Ria. Pengembangan kawasan terutama dlarahkan
lahan basah dengan perkebunan). untuk pariwisata mancanegara yang diharapkan dapat memberlkan dampak positf
terhadap perkembangan kawasan-kawasan wisata lainnya ying ada dl Sulawesl Utara
Kecamatan Lolak dan Sang Tombolang
yang tersebar di semua daerah tingkat ll.
lGwasan inimerupakan lokasi proyek Pengembangan Wilayah Terpadu yang tedetak
Pengembangannya secara umum diarahkan pada :
di lGbupaten Bolaang Mongondow. Sebagian besar daerahnya masih berupa hutan
o Kotamadya Manado sebagal pusattuiuan wisata (gerbang utamawisata Sulawesl
dan dillntasi oleh Jalur jalan Trans-Sulawesi. Kawasan inl dikembangkan untuk lahan
Utara) diarahkan pada penlngkatan dan pembangunan prasarana dan fasilitas
pertanian terutama dibudidayakan bagi perkebunan kelapa dan sawah tadah huian.
pelayanan wisata yang menyangkut pengembangan obyek-obyek wlsata, industri
Pengembangan kawasan ini diarahkan pada : pariwisata, dan penataan kawasan kota, dan peningkatan/penyediaan prasarana
o Penggunaan untuk lahan pertanian dengan diversifikasi usaha tanaman dan sarana lainnya
perkebunan, peternakan, dan perikanan r Peningkatan prasarana dan industri pariwisata di obyek-obyek wisata lainnya
o Ekstensifikasidan rehabilitasilahan pertanian yang sudah ada sepertlTanjung Plsok, Bunaken, Tasik Ria.
r Peningkatan pembangunan prasarana jalan dan pengairan r Pengembangan dan pemanfataan potensi objek wisata alam dan budaya.
r Pengembangan sumber daya manusia sebagaitenaga kerja di bidang pertanian
Zona lndustriI<ABIMA
Sentra Produksi Pertanian Pangan Dumoga
Kawasan ini mempunyai lokasl di antara Kauditan (lKK), Bitung, Kema, dan
Kawasan initerletak di Kecamatan Dumoga (Bolaang Mongondow), dan merupakan aksesibilitasnya tinggi terhadap Manado sefta Bitung sebagal wilayah yang
dataran rendah, sehingga pengembangan kawasan ini sebagai sentra produksi berkembang pesat.
pertanian sesuai dengan kondisi lahannya. Hal ini juga ditunjang dengan adanya
Pengembangannya sebagai suatu zona industri terutama akan bertumpu pada
irigasi teknis yang sangat membantu kegiatan pertanian.
pengolahan hasil pertanian (agro industri), baik yang berasal dari perkebunan, hasil
Pengembangannya diarahkan pada : hutan, maupun hasil perikanan. Ditihat dari lokasinya, zona KABIMA inl mempunyai
r Pengembangan pertanian, terutama padi (sawah) dengan mengembangkan. akses ke Pelabuhan Bitung sebagai pelabuhan samudera, sehingga dapat menJadi
lahan pertanian yang sudah ada dan memperluas lahan garapan. alternatif bagi perluasan kegiatan industri yang mungkin tidak dapat ditampung lagi
o Peningkatan produksi pertanian dengan memodernisasi pengolahan, walaupun di kota Bitung.
membutuhkan dana yang lebih tinggl
Untuk pengembangannya, perlu dilakukan :
r Peningkatan prasarana penunlang kegiatan pertanian, seperti jalan untuk
o studi khusus bagi pengembangan kawasan industri, yang berupa perencanaan
aksesibilitas ke pasar dan industri pengolahan, serta prasarana irigasi (teknis)
tata ruang detail kawasan serta studikelayakan mengenaijenis-jenis industrlyang
yang sangat dibutuhkan bagi pertanian lahan basah (sawah)'
akan dikembangkan
DAS Randangan dan Marisa . pengembangan prasarana utama untuk kegiatan Industri (alan, air bersih,
Sebagai suatu wilayah prioritas, pengembangan kawasan ini terutama diarahkan telekomunikasi)
pada sektor pertanian tanaman pangan. Adanya lahan yang potensial untuk areal
J al u r J al an lrans-Su/awesi
persawahan pada kawasan ini, didukung pula oleh pengembangan irigasi (usulan
proyek lrigasi Repelita Vl, Vll dan PIADP). Usulan proyek irigasi untuk Randangan Jalur jalan yang dikembangkan di Sulawesi Utara terdirldaddua jalur, yaitu jalur barat
Marisa mencakup areal 18.000 Ha. Sebagai suatu sentra produksl pangan, kawasan dan jalur timur. Jalur barat merupakan jalur yang menyusuri pantai selatan menuju
Inididukung oleh keberadaan jalan Trans-sulawesiyang melewatiya ke arah Sulawesi Toli-Toll, sedangkan Jalur timur menyusuri pantal utara dari Kwandang-Manado-
Tengih, selain adanya permukiman transmigrasi yang telah berkembang. Bitung. Arahan pengembangannya sebagai wilayah p?ioritas terutama adalah pada
upaya pengamanan fungsinya sebagaijalan arteri primer. Hal ini erat kaitanya dengan
keberadaan dan perkembangan kota-kota yang dilewatinya.

BSIFP Sulawesiutara
ill-36
bagian hulu). Hal ini juga untuk mencapal terkendalinya erosl dan kesuburan
Taman Nasional Dumoga Bone
.tanah yang mantap
Taman naslonal inlmerupakan kawasan suaka alam dan hutan wisata yang mencakup
areal seluas sekitar330.000 Ha sebagian besartermasukwilayah Kabupaten
Bolaang { Usaha normalisasi allran sungal dan outlet Danau Tondano

Mongondow (sekitar 173.000 Ha), sedangkan sisanya termasuk Kabupaten Daerah Niran Danau Limboto dan Sungai Butango-Bone
Gorontalo. Dl kawasan Ini termasuk suaka Marga Satwa Dumoga, cagar
Alam
Permasalahan dl kawasan ini adalah terjadinya proses pendangkalan yang cepat dan
Bulawa, dan Suaka Marga Satwa Bone. Taman naslonal Ini mempunyal kedudukan penurunan permuliaan air danau. Proses Inl luga berlangsung dl muara Sungal
yang sangan penting dalam pelestarian sumberdaya tropis (bagian dari Kawasan
yang Bolango dan merupakan ancaman bagi pengoperasian Pelabuhan Gorontalo.
Wallacea), yaitu sebagai habitat bagi kehidupan flora dan fauna khas Sulawesi
Permasalahan lainnya adalah teriadinya banjir dl kawasan sekhar Danau termasuk
mulailangka. Kotamadya Gorontalo, terutama pada musim hujan.
PengembanganTaman Nasional Domuga Bone sebagaisalah satu kawasan lindung
Arahan pengembangan ditekankan pada usaha penanggulangan banjlr dan
disulawesiUtara iniperlu diarahkan pada pengembangan zonasisebagaiberikut
:
pencegahannya:
o Zonalntl, untuk perlindungan mutlak dan pengawetan
e Penanganan jangka darurat dengan perbaikan bangunan-bangunan pengaman
c Zonaflimba, sebagai benteng akhir perllndungan bagizona inti, digunakan untuk
banjir dan perbaikan sistem drainase Kotamadya Gorontalo
kawasan rekreasi terbatas
o Normalisasi aliran sungal dan outlet Danau Limboto
o Zona Pemanfaatan, diperuntukakkan bagl pemanfaatan sarana, hutan wisata,
e Pengembangan daerah aliran danau sebagai kawasan yang dapat memberikan
serta tempat Penelitian
fungsilindung terhadap gejala erosidi bagian hulu dan untuk mempertahankan
r Zona Penyangga, tedetak di batas dalam dan luar taman nasional.
kapasitas tampung danau

Selain untuk pengembangan kegiatan dl atas, Taman Nasional Dumoga Bone akan Kawasan Khusus :

yang
berfungsi sebagal sumber air untuk dua bendungan yaitu Kosinggolan dan Toraut Kawasan Perbatasan dan Kepulauan Terpencil (Sangihe Tataud)
dapat mengairi persawahan dl daratan Dumoga. Dalam rangka usaha konservasi
hanya Kawasan ini merupakan wilayah kepulauan dan terplsah darlwilayah Sulawesi Utara
sumberdaya alam, Taman Nasional Dumoga Bone sangat penting artinya bukan
digunakan untuk lainnya (daratan). Permasalahan yang paling utama adalah menyangkut
sebagal sumber plasma nutfah yang dapat sewaktu-waktu dapat
perhubungan, pemanfaatan sumber daya kelautan, kependudukan, prasarana, dan
kepentingan pemuliaan dalam rangka kegiatan budidaya pertanian, tetapiluga untuk
lenis
pertahanan keamanan (kawasan perbatasan dengan Filipina).
kepentingan penelitlan dan pendidikan.
Arahan pengembangan bagi kawasan ini lebih banyak mempertlmbangkan dspek
Untuk pengembangan Taman Nasional ini, perlu adanya pengelolaan kawasan secara
perlindungan' kondlsidan letak geografis, antara lain
secara terpadu yang dapat mengakomodasikan kepentingan pelestarian,
:

penelitian/Pendidikan serta pariwisata.


r Pulau-pulau yang merupakan gugus terdepan (perbatasan) pembangunan sektor
strategisnya dilihat berdasarkan pendekatan keamanan (security approach)
r Pengembangan pulau-pulau besar (Sangihe besar, Karakelang, dan Siau)
2. lGwasan Kritis sebagalbasis ekonomilokal, antara lain untuk keglatan transmlgrasllokal untuk
ABRI/purnawirawan
Daerah Niran Sungai DanauTondano
o Pengembangan potensl pertanian, terutama untuk subsektor perkebunan (pala
Kawasan Ini menghadapi permasalahan lingkungan yang sudah mencapai tingkat dan kelapa), serta subsektor perikanan dengan memanfaatkan sumber-sumber
kritis. Terjadinya pendangkalan danau akibat semakin menurunnya fungsi kelautan
yang
hidro-orologis hutan mengakibatkan terancamnya kelancaran berbagai kegiatan o Pengembangan prasarana perhubungan yang lebih dapat dlandalkan
Lama,
memanfaatkan sumber daya ini, diantaranya adalah pembangkit listrik Tonsea sehubungan dengan kondisiwilayah yang sangat dipengaruhloleh gelala-gejala
pada
Tenggaril, danTenggari ll. Arahan pengembangan bagikawasan inidiutamakan alamiah
usaha rehabilitasidan konservasi, yaitu :

o Untuk menjamin ketersediaan air baik kuantitas dan kualitas, diusahakan


peningkatan pemeliharaan kawasan yang termasuk catchment area (terutama di

RSIAP SulawesiUtara ilt-37


3.6 Kebijaksanaan Penunjang Penataan Ruang ruang kawasan, yaitu bersifat sebagai'penyangga' kawasan lindung (hutan produksi)
dan kawasan budidaya intensif (pertanian tanaman pangan, perkebunan,
perindustrian, pariwisata, permukiman). Pokok- pokok kebijaksanaannya adalah :
Pelaksanaan rencana struhur tata ruang propinsi Sulawesi Utara dengan rincian materi r Penggunaan tanah pada kawasan budidaya yang bersifat sebagai penyangga
sepertl telah diuraikan pada bagian sebelumnya, pada dasarnya perlu didukung oleh kawasan lindung di atasnya (hutan produksi) perlu dlsertaidengan upaya-upaya
berbagai kebijaksanaan penunJang untuk perwujudannya. Kebijaksanaan penunjang ini konservasi tanah secara ketat
baik bersifat keruangan (spatial) yang secara langsung melalui arahanya menunjang r Penggunaan tanah dl kawasan budidaya yang bersifat intensif pada dasarnya
upaya penarujudan struktur tata ruang propinsi; maupun bukan keruangan (non-spatial) lebih longgar dengan mempertlmbangkan azas konvertibilitas penggunaan
yang secara tidak langsung menunjang perwujudan struktur tata ruang propinsi. tanah. Meskipun demikian pengalihan antar penggunaan (dari yang kurang
intensif ke tingkat yang lebih intensif) perlu dikendalikan melalul mekanlsme
perizinan (pencadangan tanah, perizinan lokasi)
3.6.1 Kebijaksanaan Penunjang yang Bersifat Keruangan
3. Pokok-pokok kebijaksanaan penatagunaantanah bagikawasan lindung dan kawasan
budidaya yang mengacu pada RSTRP harus diiabarkan lebih laniut dalam Rencana
Dalam rangka perwujudan rencana strukturtata ruang propinsisulawesiUtara untuk kurun Tata Guna Tanah, yang terdiri dari :
waktu 15 tahun ke depan, kebijaksanaan penunjang yang ber.sifat keruangan adalah r Rencana Persedian Tanah; sebagai rencana dasar yang menggambarkan
kebijaksanaan penatagunaan tanah. Hal ini karena disadari bahwa tanah atau ruang kawasan yang dilarang diusahakan (kawasan lindung) dan kawasan yang dapat
daratan beserta sumberdaya alam yang terkandung didalamnya merupakan unsur ruang diusahakan (kawasan budidaya)
yang utama, sehingga pemanfaatannya perlu diarahkan dalam konteks tata ruang dengan e Rencana Peruntukan Tanah; sebagaiarahan letak kegiatan pembangunan utama
senantiasa memperhatikan azas lestari, optimal serta seimbang. dan penuniang sesuai dengan strategi pembangunan daerah jangka panjang
Secara umum pokok-pokok kebijaksanaan penatagunaan tanah yang diuraikan ini r Rencana Penggunaan tanah; sebagai rencana letak dari proyek- proyek
diharapkan akan menjadi masukan bagi penyusunan atau evaluasiterhadap Rencana Tata pembangunan yang akan dilaksanakan dalam jangka menengah (sesuaidengan
Guna Tanah (RTGT) pada tingkat propinsi yang terdiri dari rencana penyediaan, Repelita), melalui kegiatan pembebasan tanah, pencadangan tanah, serta izin
peruntukan dan penggunaan tanah sehingga tercermin keterkaitan RSTRP dan RTGT. lokasidan izin site oleh pemerintah daerah.

1. Kebijaksanaan penatagunaan tanah pada kawasan lindung : Selain kebiiaksanaan penatagunaan tanah di atas, untuk mewujudkan struktur tata ruang
Mengacu pada tuluan pemantapan kawasan lindung, pokok-pokok kebijaksanaan propinsi perlu pula adanya kebijaksanaan yang menyangkut pengendalian tata ruang. Hal
penatagunaan tanah sebagai penunjangnya adalah : ini secara khusus menjadi bagian dari mekanisme pengelolaan tata ruang propinsi yang
r Menyelesaikan permasalahan tumpang tindih dan konflik penggunaan tanah akan diuraikan pada Bab V.
berdasarkan ketentuan/peraturan yang ada
o Pengendallan secara ketat terhadap cara penggunaan tanah oleh penduduk atau
proyek pembangunan (sektoral) tertentu yang diperbolehkan agar tidak 3.6.2 Kebiiaksanaan Penunjang yang Bersifat Bukan- Keruangan
mengganggu fungsi lindung
o Pada kawasan lindung yang di atasnya telah terdapat kegiatan budidaya
Kebijaksanaan penunjangyang bersifat bukan keruangan untuk mewujudkan strukturtata
(non-lindung) perlu dilakukan tindakan penanganan atau penyelesaiannya antara
ruang propinsi Sulawesi Utara dalam kurun 15 tahun ke depan mencakup kebilaksanaan
lain dalam bentuk pembebasan dan pencabutan hak atas tanah, pemindahan
kependudukan, pengembangan perekonomian/lnvestasi, serta kelembagaan.
penduduk, upaya konservasi/rehabilitasi tanah, pembatasan kegiatan secara
enclave, serta pemindahan kegiatan secara bertahap ke luar kawasan lindung
3.6.2.1 Kebijaksanaan Kependudukan
2. Kebijaksanaan penatagunaan tanah pada kawasan budidaya
Kebijaksanaan kependudukan mencakup pengendalian laju pertumbuhan penduduk
Mengacu pada tujuan pengembangan kawasan budidaya, kebijaksanaan dan penyebaran penduduk di Sulawesi Utara dalam kurun waktu rencana. Dalam
penatagunaan tanah sebagai penunjangnya dibedakan menurut tingkat pemanfaatan kebijaksanaan laju pertumbuhan penduduk, laju iertumbuhan penduduk Sulawesi Utara

RSIBP SulawesiUtara RSIRP SulawesiUtara ill-38


3.6.2.2 Kebijaksanaan Pengembangan Perekonomian dan Investasl
tidak melampgui 1 ,6 7o pertahun sampai akhir
secara keseluruhan harus diusahakan agar
prinsip keseimbangan daya dukung
tahun perencanaan. Hal tersebut sesual dengan
penduduk tersebut dapat diusahakan Kebijaksanaan penunjang dlbidang perekonomian akan sangat dipengaruhloleh tujuan
pangan dan air. Pengendalian pertumbuhan
selama ini telah berialan dengan baik pengembangan wilayah Sulawesi Utara secara umum. Dalam hal inl berdasarkan tujuan
melalui program Keluarga Berencana sepertlyang
menaikan usia kawin pertama di sulawesi pengembangan wilayah yang menekankan pada pemerataan dengan terus mengeiar
dan pengembangan p"noioit"n tlnggi untuk
pertumbuhan maka beberapa kebilaksananan yang perlu dlperhatikan dalam
Utara.
pengembangan ekonomi adalah :
Kebijaksanaanpengenda|ianlajupertumbuhanpendudukdisulawesiUtarapada
namun tidak demikian halnya dengan
- Pengembangan struktur perekonomian wilayah yang lebih seimbang dengan
dasarnya tidak mengalami banyak permasalahan, meningkatkan dfuersifikasiekonomldan mengurangiketergantungan pada beberapa
hasil analisis kependudukan'
kebiiaksanaan penyebaran penduduknya. Berdasarkan komoditas utama saja, sekaligus perluasan pasarnya (antar-proplnsldan ekspor)
utara tidak
persebaran penduduk antar daerah tingkat ll di sulawesi
diketahui bahwa
penduduk sulawesiutaradiperkirakan - Pemanfaatan potensi sumber daya alam yang selama inl belum dimanfaatkan secara.
merata. sampaiakhirtahun rencana (tahun 2005), optimal untuk pengembangan sektor/subsektor pertanian tanaman pangan,
daerah tingkat lI sebagai berikut :
3.085.547 jrwa' dengan persebaran menurut kehutanan, perikanan, pertambangan, dan pariwisata.
.KabupatenGoronta|o686.422iwva(22,25olodaritota|pendudukSulawesiUtara)'
(16'68 %)' - Peningkatan kemudahan bagi tumbuhnya investasi untuk pengembangan
- Kabupaten Bolaang-Mongondow 514'667 iiwa
sektor/subsektor strategis terutama melalui pembangunan intrastruktur,
- Kabupaten Minahasa 951'208 iiwa (30'28 %)' insentifdisinsentif bagi investasi swasta
- Kabupaten Sangihe-Talaud 246'895 iiwa
(8'00 %)'
Kebijaksanaan pengembangan ekonomiyang berkaitan dengan keruangan akan dapat
- Kotamadya Gorontalo'177'382 iiwa (5'75 %)' berakibat timbal balik. Kebijaksanaan ekonomi akan dapat menjadi salah satu cara untuk
o/o)'
- Kotamadya Manado 381'902 iiwa (12'38 dan
mempengaruhi peruujudan struktur tata ruang dan sebaliknya arahan struldur tata ruang
- Kotamadya Bitung 127'O51iiwa (4'12o/'l' dapat menggiring kepada pengembangan ekonomidengan lebih pesat. Untuk itu upaya
pemantauan terhadap pelaksanaan rencana strukturtata ruang propinsi ini perlu dilakukan
daerah tingkat ll' persebaran
Jika dilihat dari daya dukung ruang pada masing-masing terus menerus sehingga penyesuaian rencana yang dilakukan secara berkala (5 tahunan)
masih belum melampauidaya
penduduk pada masing-masing daerah tingkat ll tersebut memperhatikan dinamika perkembangan yang terjadi.
dukungruangyang-"0".t.t"'un,wa|aupundemikiankecenderunganpersebaran
agar di masa mendatang
penduduk yang tidak merata tersebut perlu diantisipasi
daerah tingkat ll di sulawesi utara
kesenjangan jumlah dan kepadatan penduduk antar
terhadap bertambahnya
tidak bertambah besar yang selaniutnya akan berimplikasi
tekanan penduduk terhadap lingkungan hidup dan pemanfaatan potensi sumber daya
alam.
penerapan kebiiaksanaan penyebaran
Antlsipasi tersebut dapat dilakukan melalui
pendistribusian penduduk yang lebih
penduduk melalui upaya:upaya penyebaran atau
merataantardaerahtingkatl|diSu|awesiUtara.Upaya-upayapenyebaranatau
melalui
pendistribuslan yang lebih merata ini dapat dilakukan
:

- Program-Program reseftlement'
- Penyebaran atau pendistribusian fasilitas-fasilitas
sosial- ekonomi' dan
atau program-program
- Pengembangan kegiatan-kegiatan perekonomian
pembangunanet<onomi.berskalabesaryangbersifatpadatkaryadidaerahdaerah
Gorontalo dan
yang penduduknya reiatif masih jarang, seperti di Kabupaten
KabupatenBo|aang-Mongondow,untukmenarikpendudukdariIuar.

RSIFP SulawesilJtara IIt-39


BAB IV
MEKANISME PENGELOLAAN
TATA RUANG
mendasar dalam proses implementasi RSTRP sebagai produk rencana yang secara
BAB IV hukum akan mengikat. Dalam hubungan ini faktor koordinasl antar inslansldldaerah

MEKANISME PENGELOLAAN TATA RUANG menjadi bagian penting yang menentukan apakah mekanisme pengelolaan tata ruang
dapat dilaksanakan dengan konsisten atau tidak.
Setelah itu perlu dilanjutkan dengan memasyarakatkan.RSTRP dan menyusun
Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) DT ll Kabupaten/Kotamadya yang ada di Sulawesi
Utara pada skala dan kedalaman yang lebih detail. Sebagaimana dijelaskan pada awal
buku ini, karena RSTRP merupakan produk rencana yang baru bersifat arahan saja, maka
Sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Sulawesi RUTRD pedu segera disusun terutama untuk maksud-maksud pelaksanaan rencana yang
aspek
Utara yang telah dlsusun perlu didukung oleh arahan-arahan yang menyangkut lebih operasional. Misalnya dalam hal mengendalikan dan memacu pembangunan ataLl
pelaksanaannya. Hal ini dilrarapkan dapat memberikan arahan mengenai mekanisme mengarahkan minat investasi di daerah melalui mekanisme periiinan.
pengelolaan tata ruang propinsi dalam kurun waktu 15 tahun. Di dalamnya tercakup
pemantauan dan pengendalian pemanfaatan ruang, serta peniniauan kemball RSTRP
tersebut. Untuk meniamin keefektifan mekanisme pengelolaan tata ruang ini, sebelumnya 4.1.1 Penetapan dan Pengesahan RSTRP
perlu didukung oleh aspek legalisasisesuaidengan peraturan perundangan yang berlaku
serta kelembagaan yang akan mengoperasionalisasikannya' Sebelum pelaksanaannya, RSTRP DT I Sulawesi Utara perlu ditetapkan terlebih dahulu
dalam bentuk Peraturan Daerah (Perda) Tk.l. Tata cara penetapan dan pengesahan
RSTRP ini akan mengikuti peraturan perundangan yang berlaku di daerah. Setelah itu,
4.1 Aspek Legalisasi dan Kelembagaan kemudian RSTRP yang telah menjadi peraturan daerah pedu pula mendapat pengesahan
oleh Menteri Dalam Negeri.

Aspek legalisasi RSTRP ini merupakan landasan penting sebelum RSTRP Sulawesi Utara Penetapan RSTRP DT I Sulawesi Utara menjadi Peraturan Daerah (Perda) pada dasarnya
itu
dilaksanakan dan berfungsi sebagai kebiiaksaan pokok pemanfaatan propinsi. untuk dimaksudkan agar RSTRP tersebut mempunyai kekuatan hukum dan dukungan politls
perlu dipertimbangkan kesesuaiannya dengan aspek legal, yaitu peraturan perundangan sehingga dapat operasional dan dipatuhi oleh semua pihak di daerah. Rancingan
yang berlaku serta kewenangan kelembagaan yang ada didaerah' Peraturan Daerah tentang RSTRP diusulkan atau diajukan oleh Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I kepada DPRD Tingkat I untuk ditetapkan menjadiPerda dengan lampiran buku
RSTRP Sulawesi Utara yang telah disusun oleh pemerintah daerah Tk. | (Iim Tata Ruang
rencana RSTRP itu sendiri. Penetapan RSTRP DT I Sulawesi Utara menjadl Perda
Daerah) dengan bantuan tenaga ahli Perguruan Tinggi telah pula dibahas dan
dilakukan setelah sebelumnya dilakukan pembahasan secara intensif di daerah.
disempurnakan dengan melibatkan instansivertikal dan dinas-dinas otonom yang terkait
di daerah serta wakil masyarakat. Pembahasan ini telah pula dilakukan di tingkat pusat Setelah telah ditetapkan sebagai peraturan daerah RSTRP perlu diajukan untuk mendapat
melalui Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional. Kehadiran instansi terkait pengesahan dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Usul pengesahan Perda dlsampaikan
dalam rapat- rapat koordinasl untuk pembahasan dan penyempurnaan konsep RSTRP kepada Menteri Dalam Negeri oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat l. Sebelum
jelas sangat bermanfaat untuk mencapai kesepakatan dan sinkronisasi RSTRP dengan mengajukan untuk usulan pengesahan Perda, Gubernur Kepala DT I Sulawesi Utara
rencana-rencana sektoral yang sudah ada (misal TGHK, RTGT, RDPWP, RIPPD, dan selaku pembina Tim Tata Ruang Daerah perlu melakukan koordinasi dan penelaahan
sebagainya), atau bahkan masih dalam taraf konsep dan kegiatan proyek usulan yang RSTRP bersama-sama Tim Tata Ruang Daerah untuk menlaga keterpaduan antara
diajukan. Walaupun demikian, manfaat formaldari RSTHP initidak dapat dirasakan dan program pembangunan sektoral di wilayah Sulawesl Utara dengan wilayah sekftarnya.
efektif sebelum RSTRP Ini mempunyai kekuatan hukum untuk dilaksanakan, iklim Menurut Keppres 2711980 sebagai tindak lanjut UU No.S Tahun 1974, koordinasl dl
administratif pemerintah yang mendukung (termasuk sistem informasinya) dan sumber bidang perencanaan daerah ini wajib dlselenggarakan oleh Kepala Wilayah
biaya pengelolaannya yang memadai, sefta struktur kelembagaan yang terintegrasidan (Gubernur/Bupati) dibantu oleh Bappeda Daerah Tingkat I untuk wilayah Propinsi, dan
Bappeda DT ll untuk wilayah DT ll.

::"-J- RSTRp sebagai peraturan Daerah merupakan tangkah pertama y"ng r,;;.
dilaksanakan setelah RSTRP Sulawesi Utara ini berhasil disusun dan selaniutnya
mendapat pengesahan dari Menteridalam Negeri. Aspek legalisasi ini meniadi prasyarat

RSIRP SulawesiUtara tv-1


maka selanlutnya perlu disusun rencana tata ruang dengan kedalaman yang leblh rlncl.
Dalam proses pengesahan RSTRP iniMenteriDalam Negeriakan mendapat pertimbangan
Pada tingkat Daerah Tingkat ll lGbupaten atau Kotamadya, rencana Ini adalah dalam
dari instansiterkait dl pusat atau Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional untuk
bentuk Rencana Umum Tata Ruang (RUTn) DT ll Kabupaten/Kotamadya, dengan tingkat
kasus-kasus tertentu.
kedalaman atau ketelitlan peta sekurang-kurangnya pada skala 5o.0oo atau I : 100.000.
Secara diagramatis tahap{ahapan penetapan dan pengesahan RSTRP DT I Sulawesi Dalam RUTR DT ll inl rincian materi RSTRP dapat lebih diperinci lagi dengan
Utara dapat dilihat pada Gambar 4.1. besaran-besaran yang lebih terukur. Untuk kawasan-kawasan tertentu selain dijabarkan
dalam bentuk RUTR DT lt, RSTRP DT I inl perlu pula dijabarkan dalam rencana DetailTata
Ruang lGwasan. Rencana tata ruang ini pada dasarnya lbbih bersifat fungsional untuk
4.1.2 Pemasyarakatan RSTRP
mendukung pengembangan sektor tertentu, sehingga wilayah perencanaannya tidak
pedu sama dengan wilayah administratif. Dalam kaitan lni, konsistenslantara lsi RSTRp
Tahap pemasyarakatan RSTHP DT I mempunyaf artl yang penting bagi keberhasilan dengan RUTR atau rencana detail kawasan yang akan disusun perlu dijaga secara
pengelolaan tata ruang propinsl. Pada dasarnya tahap ini meliputi dua bagian penting, maksimal, sehingga keterpaduan kegiatan pada wilayah propinsi dapat terjamin
yaitu pertama saat proses penyusunan RSTRP hingga ditetapkan sebagal peraturan
daerah, dan kedua pada tahap pelaksanaan RSTRP setelah ditetapkan dan disahkan Selain sebagaiacuan bagi penyusunan rencana tata ruang yang lebih rincl, RSTRp
Juga
sampai saat peninjauan kembali setiap kurun lima tahunan. akan meniadi dasar pertimbangan dalam penyusunan Rencana Pembangunan gma
Tahun Daerah Tingkat I dan bahkan Pola Dasar Pembangunan Daerah Tlngkat I pada
Pada tahap pertama, usaha pemasyarakatan RSTRP diarahkan terutama dengan periode berikutnya. Adanya masalah perbedaan dimensi waktu perencanaan RSTRp (1s
melibatkan berbagai instansi terkait, unsur ABRI serta wakil masyarakat (DPRD) dalam tahun) dengan dimensi waktu pembangunan iangka penjang (25 tahun) atau
rapat-rapat koordinasi untuk perumusan masalah-masalah pokok didaerah, perumusan pembangunan iangka menengah (Repelita) dapat diatasi pada waktu peninjauan kembali
konsep rencana, serta pembahasan dan penyempurnaan RSTRP. Padatahapyang kedua, RSTRP secara berkala setiap lima tahun.
pemasyarakatan RSTRP dilakukan dengan menyampaikan informasi secara luas
menerus mengenai araham pemanfaatan ruang pada tingkat propinsi berdasarkan
RSTRP. 4.1.4 Aspek Kelembagaan
Peran pemerintah daerah (di bawah koordinasi Bappeda Tk l) dalam memasyarakatkan Pelaksanaan RSTRP DT I Sulawesi Utara dalam mekanisme pengelolaan tata ruang
RSTRP DT I Sulawesi Utara mempunyai pengaruh besar yang akan menentukan propinsi ini perlu dldukung oleh aspek kelembagaan dldaerah yang akan leblh berfungsi
sejauhmana tingkat keberhasilan dari operasionalisasi HSTRP, sekaligus dimaksudkan koordinatif. Dalam kaitan inl, fungsi koordinasi pengelolaan tata ruang dllakukan oleh
untuk melibatkan partisipasi masyarakat. Pemerintah Daerah Propinsi DT I Sulawesi Bappeda Tk.l Sulawesi Utara sebagai badan yang bertugas membantu Kepala Wilayah
Utara perlu mengumumkan dan menyebarluaskan RSTRP DT I Sulawesi Utara secara (Gubernur) dalam melaksanakan koordinasi di bidang perencanaan pembangunan serta
efektif dan efisien agar masyarakat dapat terlibat sepenuhnya dalam perwujudan tata penilaian atas pelaksanaan pembangunan sesuaiPermendagrlNo 1BS/1gg0. Haliniluga
ruang sebagaimana yang dikehendakidalam rencana. Masyarakat perlu mendapatkan sesuaidengan wewenang Kepala Wilayah dalam rangka menyelenggarakan koordinasi
informasiselengkapnya mengenaiRSTRP DT I secara cepat, mudah dan murah mengenai instansi vertikal dan antara instansi dengan dinas- dinas Daerah berdasarkan UU No.S
beberapa aspek kekakuan rencana (misalnya dalam hal pemanfaatan ruang pada Tahun 1974 pasal 81 huruf c. Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah No.6 tahun 19g8
kawasan lindung) dan kefleksibilitasan pemanfaatan ruang berdasarkan tingkat pasal 7 dijelaskan bahwa Kepala-kepala Dinas Daerah berkewajiban :
kepentlngan tertentu (skala prioritas) pada kawasan budidaya. Dalam hal ini mekanisime
pengelolaan tata ruang melalul prosedur perilinan (untuk pemanfaatan ruang skala besar) a' Melaporkan segala kebijaksanaan dan rencana keglatan yang dltetapkan oleh Instansl
harus lelas dan mempunyai kepastian hukum bagi masyarakat yang menjadikannya teknis kepada Kepala Wilayah.
sebagal acuan atau arahan investasi. b. Mematuhipetunjuk umum yang diberikan oleh Kepala Wilayah.
c. Menyampaikan usul rencana kegiatan kepada Kepala Daerah yang telah
4.1.3 Tindak Lanjut Penyusunan RUTR DT ll Kabupaten/Kotamadya dikonsultasikan dengan Kepala lnstansi vertikal yang bersangkutan.

d. Mengajukan laporan tertulis secara berkala kepada Kepala Daerah dengan


Oleh karena sifat RSTRP DT I Sulaweri Ut"r" ini maSih bersifat sangat umum karena hanya tembusan kepada Kepala Instansi vertikal yang bersangkutan, mengenai
merupakan suatu arahan strukturtata ruang padawilayah propinsi (skata peta 1 : 250.000), perkembangan pelaksanaan tugas.

FSIBP SulawesiUtara lv-2


GAMBAR 4.1 Adanya kemungkinan benturan kepentlngan selrtoral khususnya dalam konfllk
pemanfaatan ruang (lahan skala besar), maka kesesuaian aspek legal darl RSTRP iniluga
PROSEDUR PENETAPAN DAN PENGESAHAN perlu dilihat darl koordinasi perangkat vertikal Instansl pusat yang ada dl daerah
RSTRP DT I SUI.AWESI UTARA
(Kanwil-lGnwil Departemen) sehingga memungkinkan operasionallsasl RSTRP secara
terpadu. Instanslvertikal inijelas merupakan bentuk nyata darl azas dekonsentrasi yang
didasarkan pada Keppres No.1 1 Tahun 1 974 dan Keppres No. 45 Tahun 1 974 jo Keppres
No. 1 5 Tahun 1 984 dan Keppres No. 1 7 Tahun 1 985. Khusus untuk penanganan masalah
pertanahan, maka berdasarkan Keppres No. 26 Tahun 1988 telah dibentuk Badan
Pertanahan Nasional yang mempunyai tugas untuk menyusun rencana penggunaan
tanah yang sesuai dengan rencana tata ruang (RSTRP). Dari keputusan-keputusan
tersebut jelas sekali dinyatakan bahwa instansi vertikal di wilayah merupakan unit
Pembahasan dan Penyempurnaan pelaksana atau perangkat dari Departemen/Lembaga-Lembaga Pemerintah non
o Tim Tata Ruang Daerah Departemen di propinsi yang bersangkutan. Selanjutnya dalam pasal 5 PP No. 6 Tahun
o Inslansi Vertikal/Dinas terkait
r Wakil Masyarakat 1988, diatur kewajiban instansivertikal/Kanwil dalam pelaksanaan fungsi koordlnasl yaitu:

Melaporkan segala kebijaksanaan dan rencana kegiatan yang ditetapkan oleh


RSTRP DT I Sulawesi Utara instansi atasannya kepada Kepala Wilayah.

b. Mematuhi petunjuk umum yang diberikan oleh Kepala Wilayah dan melaporkan
kepada instansi atasannya.
Pengajuan RSTRP Raperda
oleh Gubernur ke DPRD Tingkat Melaporkan hasil koordinasi oleh Kepala Wilayah yang bersangkutan atas rencana
kegiatan sehoral kepada instansi atasannya.

Rancangan Peraturan d. Menyampaikan laporan tertulis secara berkala kepada Kepala Wilayah mengenai
Daerah tentang RSTRP perkembangan pelaksanaan tugas yang bersangkutan.

r Pembahasan Instensif di DPRD Tk. I


e. Memberikan keterangan yang diminta oleh Kepala Wilayah.
r Penetapan sebagai Peraturan
Dari peraturan tersebut jelas dinyatakan bahwa Kepala lnstansi vertikal dalam
Daerah Tingkat I
pelaksanaan tugasnya secara teknis fungsional dan teknis administratif berada di
bawah dan bertanggung-jawab kepada MenteriPimpinan Departernen atau Lembaga
Pemerintah non Departemen dan secara taktis operasional Kepala lnstansi vertikal
dikoordinir Kepala Wilayah. Maksudnya jelas untuk menjaga keselarasan dan keserasian
Pengajuan Pengesahan oleh serta mencegah timbufnya duplikasitugas, penanganan atau ketidakJelasan wewenang
Gubernur kepada Menteri Dalam dalam pelaksanaan tugas masing-masing instansi.
Negeri
Melalui aspek kelembagaan sepertl diuralakan di atas, dapat dillhat bahwa
operasionalisasi RSTRP diwilayah PropinsiSulawesi Utara dapat dilakukan. Dalam hal
ini tampak jelas keterkaitan yang erat dari aspek legal dengan aspek administratif dan
Pertimbangan:
kelembagaan, sehingga RSTRP yang telah ditetapkan dapat terlaksana secara efektif.
o Instansi Sektoralterkait di Pusat
r Tim Koordinasi Pengelolaan Tata
Fuang Nasional
Peraturan Daerah tentang
RSTRP Sulawesi Utara yang
telah disahkan

M-3
4.2 Pemantauan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang terdiri darl perangkat keras, perangkat lunak dan grafik yang dapat menerima, menyimpan,
menganalisis, dan memperagakan data yang berasal darl berbagai sumber.

Pemantauan pemanfaatan ruang iniperlu ditunjang dengan pengembangan sistem


Pemantauan dan pengendallan pemanfaatan ruang sebagaisalah satu bagian utama kelembagaan (struktur organlsasi dan tata kerja) darlaparat Pemerintah Daerah Tingkat
dari mekanisme pengelolaan tata ruang propinsi sesuai dengan RSTRP DT I Sulawesi I Sulawesl Utara dan pembinaan tenaga staf dalam kuantitas dan kualitas yang memadai.
Utara perlu dilakukan oleh karena banyaknya pihak yang terlibat di dalam pelaksanaan Hal inldlmaksudkan untuk menlngkatkan kemampuan Pemerintah Daerah untuk membina
RSTRP DT I SulawesiUtara, antara lain : penyelenggaraan penataan ruang Propinsi secara berkesinambungan.
- Pihak Pemerintah, baik Departemen/lnstansi Pusat maupun Pemerintah Daerah
Tingkat l, melalui penyusunan program-program dan proyek-proyek pembangunan 4.2.2 Pengendalian Pemanfaatan Ruang
lima tahunan dan tahunan.
- Pihak Masyarakat yang direalisasikan melalul berbagai investasi masyarakat, baik Pengendalian pemanfaatan ruang pada RSTRP Sulawesi Utara ini pada dasarnya
perorangan maupun swasta.
dibedakan menurut dua jenis kegiatan :
Mengingat banyaknya pihak-pihak yang terllbat dalam pelaksanaan RSTRP DT I - pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan lindung
Sulawesi Utara, maka dlperlukan kegiatan pemantauan dan pengendalian pemanfaatan - pengendalian pemanfaatan pada kawasan budidaya.
ruangagarpelaksanaan RSTRP DTlSulawesi Utara dapat berjalansesuaidenganyang
Secara umum pengendalian tata ruang mencakup kegiatan-kegiatan yang bersifat
telah direncanakan.
pemantauan, pengawasan dan penertiban kegiatan yang memanfaatkan ruang. keglatan
pemantauan, seperti telah diuraikan terdahulu, merupakan tahap awal pengendalian.
4.2.1 Pemantauan Pemanfaatan Ruang Didasarkan pada hasil pemantauan tersebut barulah kemudian dapat dilakukan kegiatan
pengawasan (untuk menghindariterjadinya konflik pemanfaatan ruang) serta penertiban
Pemantauan pemanfaatan ruang pada dasarnya merupakan salah satu bentuk kegiatan sebagai tindakan penyelesaian/penanganan masalah tata ruang. pengendalian
dari pengendalian pemanfaatan ruang secara keseluruhan. Pemantauan perlu dilakukan pemanfaatan ruang ini perlu dilakukan sehubungan dengan kemungkinan adanya
oleh instansi tata ruang di daerah serta instansi lainnya yang berhubungan dengan permasalahan konflik pemanfaatan ruang antara kawasan lindung dengan kawasan
pemanfaatan dan pengendalian ruang di bawah koordinasi Badan Perencanaan budidaya dan/atau antara kawasan budidaya dengan kawasan budidaya lainnya.
Pembangunan Daerah Propinsi OT I Sulawesi Utara. Pemantauan ini merupakan suatu Permasalahan tersebut dapat terjadi untuk kasus-kasus sebagai berikut :
kegiatan memonitor dan/atau mengawasi pemanfaatan ruang di Sulawesi Utara dan - rencana dengan status/usaha tanah,
perubahan-perubahan yang terjadi. Kegiatan ini juga berguna untuk memonitor dan - rencana dengan proyek-proyek pembangunan, dan
mengawasi setiap usulan atau pengajuan pemanfaatan ruang dan untuk proses perijinan - rencana dengan penggunaan tanah yang telah berlangsung.
pemanfaatan ruang dalam skala besar di Propinsi Sulawesi Utara. Pada tahap awal,
kegiatan pemantauan dapat dilakukan melalui proses perijinan lokasi (untuk kegiatan yang Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan lindung meliputl :
memanfaatkan ruang dalam skala besar). - pemantapan fungsi lindung bagi kawasan lindung yang masih dapat dipertahankan

Pemantauan pemanfaatan ruang ini juga mencakup kegiatan mengumpulkan dan


- pengembalian fungsi lindung bagi kawasan lindung yang telah mengalamitumpang
tindih dengan kegiatan budidaya atau lahan yang kriils yang dapat mengganggu
memperbaharui (up datingl data. Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan
fungsi lindungnya
masukan-masukan bagi peninjauan kembaliatau evaluasiRSTRP yang dilakukan setiap
5 (lima) tahun sekali. Pemantauan pemanfaatan ruang dilakukan melalui penciptaan dan
- pelarangan/pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya pada kawasan llndung
pengembangan suatu sistem data base yang terkoordinir baik dalam suatu unit pusat yang telah ditetapkan
data dan jaringannya untuk terus menerus memonitor pemanfaatan ruang dan - pembatasan kegiatan budidaya yang telah ada yang sehingga sehingga tidak dapat
perubahan-perubahan yang terjadi. Secara bertahap kegiatan ini dapat dilakukan dilakukan pengembangan lebih lanjut, dengan tindakan konservaslsecara intensif
dengan menggunakan Sistem InformasiGeografis (GlS) dengan memanfaatkan teknologi - pemindahan kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelangsungan fungsi
mutakhir. Sistem lnformasiGeografis (GlS) ini merupakan suatu metode komputer yang lindung, sebagai tindakan penertiban.

RSIRP SulawesiUtara M-4


Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan budidaya dapat meliputi : sebagainya sehingga materi rencana perlu disesuaikan. Dalam kaitan ini, peninJauan
- pengarahan lokasi kegiatan untuk kegiatan budidaya melalui mekanisme perizinan kemball merupakan upaya untuk menjaga fleksibilitas darl rencana tata ruang agar
(untuk kawasan berskala besar) dengan pendekatan insentif dan disintensif senantiasa dapat sejalan dengan perkembangan yang terjadl yang mempengaruhl tata
ruang propinsi.
- pelarangan/pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya yang tidak sesuaidengan
rencana Kegiatan peninjauan kembali pada dasarnya menjadl tanggung-jawab pemerintah daerah
- pembatasan kegiatan lain yang telah ada dengan ketentuan tidak dilakukan tingkat I melalui Tim Tata Ruang Daerah (dengan keanggotaannya yang bersifat
pengembangannya lebih lanjut koord inatif antar-instansi).

- penyelesaian masalah tumpang-tindih antar kegiatan budidaya (baik status/


penguasaan lahan, proyek pembangunan, penggunaan lahan yang telah berlangsung
lama) berdasarkan berbagal ketentuan perundangan yang berlaku, SKB 4.4 Pembiayaan Pelaksanaan dan Pengendalian
Menteri-menteri yang berkaitan. Pemanfaatan Ruang
Dalam pengendalian pemanfaatan ruang propinsl, peranan koordinasi dalam pemerintah
daerah tingkat I (instansitata ruang serta instansi terkait lainnya) sangat penting. Secara Dalam operasionalisasinya, arahan pemanfaatan ruang Sulawesi Utara berdasarkan
instansional, hal ini difakukan oleh Bappeda Tk. l, serta Tim Tata Ruang Daerah Tingkat I RSTRPyang telah ditetapkanmenjadiperaturandaerahmembutuhkan biaya-biaya bagi
yang keanggotaannya mencakup instansi-instansi Bappeda Tk. l, Kanwil badan pelaksanaan atau pengelolaannya. Biaya ini meliputi biaya untuk memproses peraturan
Pertanahan Nasional, serta kanwil/dinas (Pekerjaan Umum, Kehutanan, Pertanian, daerah tentang RSTRP, pemasyarakatan RSTRP, pemantauan dan pengendalian
Perindustrian, Pertambangan, dan Pariwisata). pemanfaatan ruang, serta peninjauan kembali atau evaluasi/revisi RSTRP. Sumber
pembiayaan ini diperkirakan cukup besar, dan diharapkan berasal dari sumber-sumber
Untuk kasus-kasus khusus apabila pada tingkat I terdapat permasalahan pengendalian
pendapatan daerah (PAD) melaluiAPBD Propinsi DT I Sulawesi Utara. Jika kemampuan
pemanfaatan ruang yang tidak dapat diselesaikan, maka Gubernur Kepala Daerah Tingkat
pendanaan daerah terbatas dapat meminta bantuan teknis dari pusat yang sifatnya
I dapat mengajukannya kepada Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional.
menunjang pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang memilikikepentingan nasionaldidaerah.
Selain itu juga diharapkan adanya partisipasi dari pihak swasta atau suatu bentuk
kerjasama pemerintah-swasta dalam pembiayaan pengelolaan tata ruang di Sulawesi

4.3 Peninjauan Kembali RSTRP Utara.

Pada dasarnya Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi Sulawesi Utara ini harus menjadi
pedoman keruangan dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pembangunan di Sulawesi
Utara. Oleh karena itu RSTHP pedu disesuaikan dengan gerak dinamika pembangunan
dan keadaan perkembangan sosial-ekonomi yang terjadi di Sulawesi Utara secara
dinamis. Agar tetap sesuai dengan gerak dinamika pembangunan daerah, RSTRP
Sulawesi Utara ini perlu ditinjau kembali atau dievaluasi paling lama setiap 5 (lima) tahun
sekali atau bilamana dianggap perlu oleh Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang
Nasional.

Peninjauan kembali atau evaluasi RSTRP dimaksudkan untuk menyempurnakan atau


merevisi materi rencana dengan mempertimbangkan kondisi dan perubahan-perubahan
pesat yang terjadidi daerah. Penyempurnaan RSTRP Sulawesi Utara perlu dilakukan jika
hasil peninjauan kembali (evaluasi) ini menunlukkan adany5 penyimpangan yang
mendasar dalam hal pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam rencana seperti
kebijakan pemerintah, perkembangan sosial ekonomi, penemuan teknologi baru dan

RSIRP SulawesiUtara lv-5


BAB V
INDIKASI PROGRAM
PEMBANGUNAN
b. disusun atas dasar potensi, permasalahan sektoraldidaerah yang telah diidentifikasl.
BAB V c. disusun berdasarkan arahan pemanfaatan ruang pada RSTRP.

INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN d. tingkat kepentlngan penanganan yang mendesak (skala prioritas).

Indikasi program ini diharapkan dapat dlladikan acuan bagi penyusunan


program-program tahunan yang akan mendorong perkembangan sbktor strategis
berdampak positip terhadap pembangunan daerah secara keseluruhan.

Secara umum program pembangunan sektoral yang dapat diindikasikan untuk


Salah satu fungsi Rencana Struktur Tata Ruang Propinsi adalah sebagai acuan bagi dilaksanakan sampaidengan lima-belas tahun yang akan datang adalah sektor/sub sektor
instansi pusat dan pemerintah daerah Tk. I dalam menyusun dan melaksanakan
program yang secara langsung memanfaatkan ruang, sebagal lmplikasi dari rencana tata ruang
lima tahunan dan program tahunan. Indikasi program-program pembangunan merupakan yang telah dirumuskan. Hal iniberartltidak semua sektor/sub sektor pembangunan (18
penjabaran kebiiaksanaan dan rencana pengembangan tata ruang yang telah ditetapkan sektor pembangunan seperti didalam Repelita/Repelitada) diuraikan indikasi programnya.
ke dalam program-program pembangunan. Dalam Bab ini akan di identifikasi program Sebagai implikasi langsung dari RSTRP Sulawesi Utara yang telah dirumuskan
lima tahunan dalam kurun waktu lima-belas tahun untuk mewuiudkan Rencana Struktur sektor-sektor yang dimaksud adalah :

Tata Ruang Propinsi Sulawesi Utara. Program-program berikut pada dasar nya masih - Pertanian dan pengairan
bersifat indikatif, yang diharapkan dapat memberikan indikasibagi penyusunan
program - lndustri
pembangunan sektoral serta pembangunan pada wilayah yang diprioritaskan - Pertambangan dan energi
pengembangannya baik dalam jangka menengah maupun tahunan' - Perhubungan dan pariwisata
- Pembangunan daerah, desa dan kota
- Sumber alam dan lingkungan hidup.
5.1 Indikasi.Program Pembangunan Sektoral Sektor lain dl luar ke enam sektor di atas pada dasarnya mengisi/mengikutl program-
program sektor tersebut.
Penyusunan program pembangunantidak bisaterlepasdarikebiiaksanaan pembangunan Indikasi program pembangunan sektoral inidapat dilihat pada Tabel 5.1.
yang telah digariskan dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah Propinsi Sulawesi Utara
dan Rencana Pembangunan Lima tahun sebagai peniabarannya. Demikian pula
perumusan ini perlu memperhatikan program-program yang telah disusun oleh
Depanemen/lnstansidiPusat maupun di Propinsi DT l. 5.2 Indikasi Program Pembangunan di Wilayah Prioritas
Sesuai dengan tujuan dan kebiiaksanaan pembangunan daerah, prioritas pembangunan
tetap diletakkan pada bidang ekonomiyang dititik beratkan pada pengembangan industri Pada Bab lll telah dirumuskan arahan pengembangan bagi wilayah-wilayah prioritas di
dan pertanian serta keseimbangan pembangunan di antaranya. Sedangkan propinsi Sulawesi Utara, baik kawasan strategis, kawasan kritis, maupun kawasan khusus
pembangunan bidang lainnya dilaksanakan sesuaidengan skala prioritas masing-masing (perbatasan/kepulauan terpencil). Dalam kaitan ini pengembangan kawasan strategis
yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. lebih ditekankan pada upaya untuk memacu perkembangan sektor-sektor strategis yang
Penyusunan program inididasarkan pada potensi pengembangan sektoral yang dihadapi dapat memberi dampak positif terhadap pembangunan daerah secara keseluruhan.
di daerah, tujuan penanganan, dan alokasi pemanfaatan ruang bagi sektor yang Pengembangan kawasan kritis lebih ditekankan pada penanganan permasalahan
bersangkutan. lingkungan yang kritis. Pengembangan kawasan khusus yang dalam hal ini merupakan
kawasan perbatasan (border area) dan/atau kepulauan terpencil lebih menyangkut aspek
Kriteria umum dalam penyusunan indikasi program sektoral iniadalah :
pertahanan-keamanan dan pengembangan sosial-ekonomi untuk mengurangl
a. dalam rangka memadukan Setiap usaha pembangunan sehingga tercapai efisiensi kesenjangan perkembangan dengan daerah lainnya.
pelaksanaan pembangunan antar sektor sesuai dengan integrasi tuiuan
Didasarkan pada arahan pengembangan yang telah dirumuskan, indikasi program
pembangunan daerah Sulut.
pembangunan pada tiap wilayah prioritas di Sulawesi Utara dapat dilihat pada Tabel 5.2.

v-1
RSIRP SulawesiUtara
. TABEL 5.1
INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN SEKTORAL DI PROPTNSI SUI-AWESI
UTARA
SAMPAI DENGAN TAHUN 2OO5

SEKTOR/SUB SEKTOR
STRATEGIS
I. PERTANLqN DAN PENGAIMN
A Tanaman Pangan 1. Peningkatan Produksi tanaman pangan lGbupaten Minahasa:
4rrllng, Tumpaan, Tomohon, Tenga, Tombatu Prioritas pada Komoditi:
dan Kema P,adi, Jagung, Ubi, lGcang Tanah, Kedelal, Kacang
Hijau, Sayur-sayuran dan buah-buahan
lGbupaten Gorontalo:
Umboto, Paguyaman, Marisa, papoyato, paguat,
Tilamuta

Kabupaten Bolaang Mongondow : dasar kesesuaian lahan dan


LgiS"r, Lolak, Sangtombolong, Dumoga, Bolaang ketersediaan/pemilikan lahan, serta
uki penggunaannya saat ini

1. Peningkatan produksi perkebunan melalui Kabupaten Gorontalo: Atas Dasar kesesuaian lahan bagi komoditi
perkebunan rakyat, perkebunan besar swasta, Paguyaman, Kwandang, Telaga, & Atinggola
pengelolaan pasca panen perkebunan :
Kelapa, Cengkeh, Pala, Kopi, Vanili, Coklat, Jambu ,
Kabupalen Bolaang Mongondow: Mete, Cassiavera, Lada, Jahe
Lolak, Sangtombolang, Lolayan, Molibagu

Kabupaten Minahasa:

Kabupaten Sangihe-Talaud :
Beo, Essang, Rainis, Tabukan Tengah
1. Peningkatan produksi kehulanan Kawasan Hutan Produksi ( HpT, HpB, HpK, di
( Pembangunan Hutan Tanaman Industri Melalui pemberian HPH dengan menerapkan
Kabu.paten : Gorontalo, Bolaang Mongondow, sistem Tebang Piliih Indonesla fiPl)
Pembangunan Hutan Rakyat ) Minahasa,, Sangihe Taiaud.
1. Pembangunan lrigasi baru Wlayah sungai: Prioritas :
Randan gan, Pagu_yaman, Umboto-Bone,Sumalata,
2. Rehabilitasi dan peningkaian lrigasi Sangkup.Ayong, Dumoga Mongondo, Molibaoo.
Paguyaman, Randangan, Tolingula, Sangkup,
Belang, Poigar, Tenga, Flanoyapo, Tondano, '
Bunoto maen, Pinerek, Ayong, Lolak
3. Perbaikan dan Pengamanan Sungai Lembean-Likupang, Sangihe-Tilaud

Bersambung

v-2
Sambungan Tabel 5.1

SEKTOR /SUB SEKTOR


STRATEGIS

1. Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Kabupaten Minahasa: Jenis lndustri :


Pertanian/Perkebunan ( Agro Industri ) Kabupaten Sangihe-Talaud 1. lndustri Pengolahan Perkebunan
Kodya Manado (Sabut Kelapa, Air Buah Kelapa, Mentega, All
2, Pengembangan Aneka lndustri, Mesin dan Kodya Bitung Pengalengan lkan, Penyulingan Minyak Atsiri,
Logam Dasar, Kimia Dasar Kodya Gorontalo Pengolahan Fotan )
2. Industri Bahan Bangunan
Industri Logam Dasar
4. IndustriKimia Dasar

Prioritas:
Pengembangan Zona Industri KABIMA
( Kauditan-Bitung.Kema )
III. P.ERTAMBANGAN DAN ENERGI 1. Pengembangan Usaha Tambang (Eksploitasi Kab. Minahasa : Kec. Belang
dan Produksi : Emas, Tembaga,-pasir Besi, pirip Kab. Bolaang Mongondow : Lanud/Gurupahi Mineral Mtal/Strategis : Ernas, Tembaga
dan Besi ) Kab. Gorontalo : Gng. Pani (Marisa)
Kab. Sangihe-Talaud : Manganutu, Tabukan Selatan
2. P-eningkatan penyelidikan Geologi Kodya Menado, I(ABIMA DAS Tondano Tomohon,
(Geoteknik dan Penyelidikan penlnggulangan Gorontalo-Umboto, Sangihe-Talaud
Bencana Alam)

3. Pengembangan Energi - Lahendong dan Moat ( Gunung Ambang Pengembangan Energi Nternatif
- ILIP
PLTATenggari, PLTN Poigar, PLTD yang
)
Peningkatan Usaha Kelistrikan
tersebar
4. Pengembangan Kelistrikkan (pembangkit,
Transmisi)

5. lenge.mbangan Wilayah Pertambangan dan - Modayag, Kotabunan, Belang


Energi - Marisa

Bersambung

v-3
Sambungan Tabel S.l

SEKTOR STRATEGIS INDII(ASI PROGRAM


IV. PERHUBUNGAN DAN Pel. Bitung, Manado, Gorntalo, Labuhan Uki,
PARAWISATA Diarahkan pada peningkatan Status Pel. Bitung
Kwandang, Tilamuta, Belang, Kotabunan, Beo, menjadi Pelabuhan Samudera, Pelabuhan lainnya
A" Perhubungan Laut Peningkatan fasilitas pelabuhan, keselamatan Essang, Lirung, Melonguane & Tahunan kearah pemantapan satu tingkat leblh tinggi
pelayaran, pengembangan pelabuhan laut
Pengembangan armada pelayaran
Peningkatan fasilitas landasan, bangunan dan Bandara Sam Ratulangi-Manado, Pengembangan fasilitas pelabuhan & perluasan
keselamatan penerbangan Jallaludin€orontalo, Naha.Tahuna & Melonguane landasan pacu khususnya Sam Ratulangl.
Pengembangin armadl udara
C.Perhubungan Darat 1. Pengembangan fasilitas lalu-lintas jalan, Jalur Gorontalo-Molibagu-Kotamo bag u, Peningkatan fungsi jalan arteri primer
?rlgkutan penyeberangan, dan pengawasan Kwandang-Sulteng, Amurang-Rantahan, Peningkatan kapasitas jalan, dan kualitasnya.
lalu-lintas jalan Tumpaan.Langowan, Tanawang ko-Tomohon,
2. Pengembangan prasarana jalan antara lain : Kotamobagu-lnobonto, labuhan Uki-Dumoga,
peningkatan jalan, penggantian jembatan dan Bolontio.Paguyaman
pembangunan jalan serta jembatan
D. Pariwisata Pengembangan Obyek-obyek Wisata potensial lGbupaten Minahasa, Kodya Manado, Bitung : Prioritas untuk Wisatawan Mancanegara :
Bunaken, Romboken, Klabat, Tasik Ria, Pinaras, sata Bahari: P. Bunaken,Ti. Pisok, Tasik Ria
Penelitian dan Perencana Pariwisata Tangkoko, Gunung Lokon Wisaia Alam : Taman Nasignal Dumoga Bone

Kabupaten Bolaang Mongondow : Dumoga Penyrsunan RIPP Dl lldan Rencana Detail


Kawasan Pariwisata Prioritas
Kabupaten Gorontalo : Saronde

Kabupaten Sangihe-Talaud : P. Karakelan

V. PEMBANGUNAN DAER. TI, 1. Penataan Ruang (Wilayah, Kota dan Kawasan) Seluruh Kabupaten/Kodya . Penyusunan RUTR DT ll Kab/Kodya
DESA OAN KOTA
- Penyusunan RUTRK lbukota Kecamatan
2. Tata Agraria (Pengembangan Tata Guna Tanah Seluruh Kabupaten/Kodya Pemetaan Penggunaan Tanah, Kemampuan Tanah
tiap Kecamatan
VI. SUMEER Alj.M OAN 1. lnventarisasi sumber alam dan lingkungan Kawasan Hutan Lindung, Kawasan Pedindungan
LINGKUNGAN HIDUP hidup Setempat, Kawasan Suaka AJam
2. Penyelamatan h.utan, tanah dan air (
dan Konservasi )

3. Pembinaan Daerah Pantal Kawasan Suaka Alam Lautan (Taman Laut Bunaken)
Kawasan Perlindungan Setempat (Sempadan Pantai)
4. Rehabilitasi Hutan dan Tanah Kritis DAS Tondano, DAS Limboto-Bolango-Bone

sumber : Hasil Analisis Tim penyusun RSTRp sulawesi utara, Lpp-lrB, 1991

v-4
TABEL 5.2
INDII(ASI PROGRAM PEM BANGUNAN
DI WII.AYAH PRIORITAS PROPINSI SU|'AWESI UTARA
SAMPAI DENGAN TAHUN 2OO5

TAFIAPAN PEI.AKSANMN

IqWASAN STMTEGIS

1. Sentra Produksi Pertanian pangan paguyarnan Pembangunan irigasi baru


Pengamanan/pembinaan daerah aliran sungai

2. Kecamatan Lolak dan Sang Tombolang Pengembang an Wilayah Terpadu (PIVT/PKT, tanaman
pangan, perkebunan, perikanan, industri kecil,
prasarana desa)

3. Sentra Produksi Pertanian pangan Oumoga Pembangunan irigasi baru


Rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan, tanah
dan air
Peningkatan produksi pertanian tanaman pangan
4. DAS Randangan dan Marisa Studi Pengembangan Wilayah Sungai (PWS)
Pembangunan irigasi baru
Pening katan prod uksi pertanian tranam an pangan

5.' Kawasan Wisata Pantai: Manado-Tjg pisok.Bunaken Perencanaan detail/teknis kawasan wisata
dan Tasik Ria Pengembangan obyek wisata bahariltirta
. Tanjung Pisok-Bunaken
. Tasik FUa
Pengembangan sarana akomodasi wisata
6. Zona lndustritqBtMA Penyusunan rencana tata ruang:
. Rencana umum pengembangan zona industri
. Rencana tata letak kawasan industri
Penyusunan studi kelayakan pengembangan kawasan
industri
Pengembangan prasarana Iaringan jalan, air bersih, air
limbah)
7. Jalur Jalan Trans-Sulawesi Pengamanan fungsi jalan (arteri primer)
Peningkatan dan rehabilitasi jalan
8. Taman Nasional Dumoga-Bone Penyelamatan hutan tanah dan air
Pengembangan obyek wisata alam
. Penyediaan fasilitas wisata
. Peningkatan prasarana jalan ke obyek
Penyusunan rencana pengelolaan Taman Nasinal
Dumoga-Bone
Pengembangan *zona penyanggai

Bersambung

v-5
Sambungan

WIUYAH PRIORITAS TA|IAPAN PELMSANAAT{


INOIKASIPROGRAM
5 tahun I 5 Tahun ll 5 Tahun lll
T\'\YYAJAI\ ATII I ID

1. DAS Tondano - Rehabilitasi dan konservasi hutan, lanah dan air


- Rehabilitasi hutan dan tanah kritis
i::::::i:::::::::',:i:::::::::::t:::i!:::::::::::::::j:::::::::::::::i:::::i:;

- Pengendalian banjir perkotaan dikotamadya


:::::i:!i:::;:!:ii::::l:iirl::tj!jlllitr:i::ii jii:::::,iii:.1.:ll:

Manado dan Tondano (paket p3KI)


- Pengendalian pemanfaatan ruang i<egiatan budidaya til::i.*:ii:!ii:lii:i::i::i.jii:ii:i::i::il::::{::::i:::::::i:u:
di daerah hulu
2. Daerah Aliran Oanau Umboto dan Sungai Bulango -
Bone 9lr9iPengembangan Wilayah Sungai (pWS)
Umboto-Bone
- Pengamanan/pembinaan daerah aliran sungai
- Pengendalian banjir perkotaan di Kotamadyl Gorontalo
- Rehabilitasi dan konservasi hutan tanah dan air
KAWASAN KHUSUS

'l . Kawasan Perbatasan/Kepulauan Terpencil


Penataan ruang (Penyusunan Rencana Umum Tata
Ruang Kawasan Perbatasan)
Pengembangan Kawasart Terpadu (p3fi)
Pengembangan prasarana pelabuhan laut ::i:j:::::::::::::::::j:::::;:i:::;i::ii::i:i::i::::::::::::::iij:.i:::::

Pengembangan prasarana bandar udara


Pengembangan PErmukiman Transmigrasi Sapta Marga r:;::j::l::::::i:::::::::::j:::::::::::i:::::::::ix+:::::.1:.:.:.:$:.1:

sumber : Hasil Anarisis Tim penyusun RSrRp surawesi utara, .r991


Lpp-rrB,

v-6
16. Pemerlntah Daerah Propinsl Daerah Tlngkat ISULUT,'t990, Data pokok
DAFTAR PUSTAKA Pembangunan Daerah Tahun 1990.
17. Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Tingkat I SULUT, 1989, Neraca Kependudukan
dan Lingkungan Hidup 1989, Buku lRingkasan.
18. Pemerintah Daerah PropinslDaerah Tingkat I SULUT, 1989; Neraca Kependudukan
dan Lingkungan Hidup 1989, Buku lllaporan Utama.
DATA STATISTIK / I-APORAN TAHUNAN
19. Pemerintah Daerah PropinsiDaerah Tingkat I SULUT, 1989, Neraca Kependudukan
dan Lingkungan Hidup 't989, Buku tll lampiran.
1. Biro Pusat Statistik, 1981, Sensus Penduduk 1980, Penduduk Prop. SULUT 1980'
20. Pemerintah Propinsi DT I suLUT, 1989, Data Pokok Pembangunan propinsl DT
Hasil Pencacahan Lengkap, Kantor Statistik Propinsi SULUT' I
Sulawesi Utara.
2. Biro pusat StatistikJakarta-lndonesia, 1988, Statistik Keuangan Pemerintah Daerah
21. Peta Perhubungan Kantor Wilayah PropinsiSulawesi Utara, 1990, Peta Perhubungan
Propinsi DT | 1986i 1987.
Sulawesi Utara.
3. Departemen Kehutanan Kantor Wilayah Prop. Sulawesi Utara, 1990, Statistik
Kehutanan Prop. Sulawesi Utara 1988/1989. 22. Pemerintah Propinsi DT I Sulawesi Utara, Badan Koordinasi Penanaman Modal
Daerah, 1989, Dattar Usulan Proyek Penanaman Modal T.A. 1991/1992
4. Departemen Perhubungan Kantor Wilayah Propinsi SULUT' 1990' Depademen (Format F).
Perhubungan Dalam Angka.
23. Walikota Bitung, 1989, Perkembangan Koata Administratil Bitung Tahun 1975 -
5. Kantor Statistik Prop. Sulawesi Utara, 1988, Sulawesi Utara Dalam Angka' 1988.
6. Kantor Statistik Prop. SULUT, 1987, Statistik Kependudukan Propinsi Sulawesi
Utara.

T. Kantor Statistik Prop. SulawesiUtara, 1986, lndikator Pertanian Sulawesi Utara.


LAPORAN STUDI & PERENCANAAN
L Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Prop. SULUT, 1990, Rencana
persediaan, Peruntukan, Dan Penggunaan Tanah Propinsi DT I Sulawesi Utara
24. Bappeda Tingkat I suLUT, 1990, Pedoman Penyusunan Rencarta Pembangunan
(Rencana Tata Guna Tanah).
Tahunan DT I Sulawesi Utara 1991 - 1992.
9. Kantor Statistik Prop. SulawesiUtara, 1988, Statistik Pedanian Sulawesi Utara.
25. Direktorat Tata Kota & Tata Daerah, Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen
10. Kantor Statistik Prop.Sulawesi Utara, 1990, Nama, Alamat & Tingkat Penghunian Pekerjaaan Umum, Prada Cipta Areco, 1990, Laporan Akhir Kompilasi Data &
Kamar Hotel / Akomodasi Lainnya Sulawesi Utara 1987-1989' Analisa, Buku l, Rery'cana Teknik Ruang satuan Pemukiman Tanjung pisok /
Bunaken Propinsi Dadrah Tingkat I Sulawesl Utara.
11. Kantor Statistik Prop. SulawesiUtara, 1988, Statistik Kependudukan Sulawesi Utara
1988. 26. Dinas Perkebunan Prop. DT I suLUT, 1988, Rencana Dasar pengembangan
Wilayah Perkebunan Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Utara.
12. KantorStatistik Prop. SulawesiUtara, 1988, Statistik Kependudukan Menurut Desa
Sulawesi Ulara 1988. 27. Dinas Parawisata PropinsiDT I SULUT, 1988, Laporan Hasll Survey UNDP Tentang
Rencana Pengembangan wisata Bahari Manado - Tanjung pisok - Bunaken
13. Kantor Statistik Prop. SulawesiUtara, 1983, Statistik Angkutan Laut 1983'
Sulawesi Utara.
'14. Kantor Statistik Prop. Sulawesi Utara, 1988, Statistik Angkutan Laut Sulawesi Utara
28. Direktorat Tata Kota Dan Tata, Daerah Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen
1988.
Pekerjaan Umum, 1990, Propil Kawasan Bencana Alam.
15. Pemerintah Daerah Propinsi Daerah Tingkat ISULUT, 19g0, Dat|Pokok
29. Departemen Perindustrian, 1985, ldentifikasi Zona lndustri.
Pembangunan Daerah Tahun 1989.
30. Departemen Perhubungan Kantor wilayah SULUT, 1989, Pembangunan sektor 45. Pemerintah Propinsi Daerah ringkat I suLUT, 1990, pokok- pokok penlelasan
Perhubungan Pada Pelita lV Dan Program Pelita V Dl Prop. SULUT. Program Pengembangan wilayah Perbatasan Kabupaten DT ll Kepulauan
Sangihe Talaud.
31. Departemen Perhubungan, Kantor Wilayah Prop. SULUT, 1989, Pelita V Sektor
Perhubungan Di Propinsi Sulawesl Utara. 46. Pemerintah Daerah Propinsi DT I SULUT, 1989, Rencana Pembangunan Lima Tahun
Ke Lima Prop. DT I Sulawesi Utara 1989/1990 - 1993/1994, Buku ll.
32. Departemen Pekerjaan Umum, Dlrektorat Jendral Cipta Karya, Proyek Perumahan
Rakyat Dan Penataan Bangunan, Baglan Proyek Penataan Dan Keselamatan 47. Pemerintah Propinsi DT I SULUT, 1989, Resume Hasil Evaluasi perkembangan
Bangunan, 1989, ldentifikasi Kawasan Wisata Pulau Bunaken, tnterim Report 2, Repelita lV, Masalah- Masalah Pokok Dan Skala Prioritas Program Repetita V DT
Konsultan Teknik Pembangunan PT. Asana Citra Yasa. I SULUT, BAPPEDA.

33. Dlrehorat Tata Kota Dan Tata Daerah, Direktorat Jendral Cipta Karya, Departemen 48. Pemerintah Propinsi DT I suLUT, 1990, Bahan Expose program pengembangan
Pekerjaan Umum, 1990, Prolil Kawasan Bencana Alam, Proyek Perencana Tata Wilayah Perbatasan Kabupaten DT ll Kepulauan Sangihe Talaud.
Ruang Kawasan, Bagian Proyek Perencanaan, Detail Tata Ruang Kawasan 49. Pemerintah Prop. DT I suLUT, Tim Teknis pengukuhan & penatagunaan Hutan
Daerah.
Kesepakatan Prop. DT I suLUT, 1986, Re-evaluasi pola Tata Guna Hutan
34. Dinas Pariwisata Propinsi DT I Sulawesi Utara, 1987, Rencana Induk Pengembangan Kesepakatan Di Propinsi DT I Sulawesi Utara.
Pariwisata Daerah SULUT 1gg7 -2OOT.
50. Pemerintah Propinsi DT I suLUT, 1989, Rencana persediaan, peruntukan, Dan
35. DTKID - Ditjur Cipta Karya Dep. PU, 1989, Rencana Struktur Tata Ruang propinsi Penggunaan Tanah Propinsi DT I SULUT ( Rencana Tata Guna Tanah ), Kantor
Serta Penataan Ruang Kawasan-kawasan Strategis dalam Menunjang Sektor- Wilayah Badan Penanahan Nasional Propinsi Sulawesi Utara.
sektor Strategis Pembangunan + Nasional Fepelita V Propinsi Sulawesi Utara. 5t. Pemerintah Kotamadya DT ll Manado, 1990, Rencana umum Tata Ruang Kota
36. I T B, Lembaga Penelitian, 1985, Sislem Dan Struktur Kota Di Indonesia, Analisis Manado 1990-2010.
Karakieristik Dan Tipologi Kota-Kota Di Indonesia. 52. Pemerintah Kotamadya Daerah ringkat ll Manado, 1990, Rancangan Rencana,
37. J.L. Palenewan, 1989, Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Daerah Rencana Umum Tata Ruang Kota Manado Tahun. t99O - 2010.
Aliran Sungai (DAS) Tondano Menunjang Pengembangan Wilayah Terpadu.
53. Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional, Draft, 't990, Lampiran I pedoman
38. Land Resources Departement ODNRI Overseas Development Administration Penyusunan Rencana struktur Tata Ruang propinsi Daerah ringkat l.
Foreigon and Commonwealth Office London England dan Direktorat Bina Program,
54. university of Guelph, ujung Pandang, 1989, proyek pengembangan witayah
Direktorat Jendral Penyiapan Pemukiman, Departemen Transmigrasi, 1988, Review
Sulawesi, Status Perkembangan propinsi Sulawesi Utara
Of Phase I Results Sulawesi Volume 2 Annexes I - 5 ( Regional Physical Planning
Programme For Transmigration). 55. W.J. Waworoentoe, Jayapura, 1988, Less Water But More people.

39. Lembaga Penelitian Perencanaan Wilayah Dan Kota lT B, 1990, Rencana Struktur 56. W.J. Waworoentoe, Manado, 1990, Early Stirrings in The Kerosene Can.
Tata Ruang Propinsi Sulawesi Utara, l-aporan Pendahuluan. 57. w.J. waworoentoe, Manado, 1990, Beberapa pertimbangan strategis Dalam
40. Lembaga Penelitian Perencanaan wilayah Dan Kota I T B, 1990, Buku ll-B Data Krangka Struktur Regionatisasi SULUT.
Barang Kapaf l-aut, t-aporan Akhir. 58. w.J. waworoentoe, Manado, 1990, Beberapa catatan untuk penyusunan Rencana
41. Lucky Sondakh dan Gavin Jones, 1988, orth Sulawesi : Unexploited Potential. Tata Ruang Propinsi SULUT.

42. National Urban Development Strategy Project, 1985, NUDS Final Report
43. Pemerintah Daerah ringkat ll Bolaang Mongondow, 1990, Rencana Pembangunan
Lima Tahun Ke Lima.
44. Pemerintah Daerah Prop. DT riur-ur, 1989, pola Dasar pembangunan Daerah
Prop. DT I Sulawesi Utara.
PERATURAN / PERUNDANGAN

59. BAPPENAS, Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional, 1990, Himpunan
Peraturan Perundang-Undangan yang Berkaitan dengan Kawasan Lindung

60. BAPPENAS, Tim Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional, 1990, Himpunan
Peraturan Perundang-Undangan tentang Penggunaan Tanah bagi Kawasan
Industrl

BUKU TEKS

61. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 1981,


Dasar{asar Demografi.
62. Openheim, Norbert, 'l980, Applied Models in Urban and RegionalAnalisls, Prentice
- Hall Inc, Englewood Cliffs, New Jersey.

63. Sitorus, Santun, 1985, Evaluasi Sumberdaya t*ahan, Tarsito, Bandung.


64. Soemarwoto, Otto, 1990, Analisis Oampak Lingkungan, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.

65. Warpani, Soewardjoko, 1984, Analisis Kota & Daerah, lTB.


TIM PENYUSUN RSTRP DT I SUI-AWESI UTARA 6. K€pata BHans Ekonomt Bappoda rk. I
7. Kepala Eldang Sosht Budaya Beppeda Tk I
8. Kepala Bidang Statlstlk petaporan Bappeda Tk. .
L Kepala Bldang Penatagunaan Tanah BpN
PEMBINA: 10. Kepsla Seksi Pengairan Bappeda Tk. l sulawesl Utard
11. Kepala Sgksl Pgngairan Bapp€da dan periwisata Bappeda Tk. I
1. Gub.mur Kepala Daorah Tkt. Sulawesl Uta6. 12. Unsur Ctpta iGrya Dlnas pU propinsl
2. Sskwllda Tkt. I Sulawesl Utara l o. Kepala SEksl Tata Kot t dan Tata Oaerah Dlnas pu ,

PENGARAH :
LEMBAGA PENELITIAN PERENCANAAN WILAH DAN KOTA ITB
Ketua Ketua Bappeda Tingkat I Sulawesi Utara
WakilKetua Kakanwil l/Dinas PU Propinsi Sulut Koordinator:
Sekretaris Kepala Bidang Fisik Prasarana Bappeda Tk. I lr. Nia Kurniasih Pontoh
Wk. Sekretaris Kepala Sub Dinas Cipta Karya, Dinas PU
Anggota:
lr. Johny Patta, MURP
Anggota : lr. lwan Kustiwan
Pradono, SE
1. Wakil Ketua Bappeda Tk. I
lr. Edmund Peter Parengkuan
2. Kakanwil BPN PropinsiDT I
lr. DetriWahyu
3. Kakanwil Kehutanan PropinsiDT. I
lr. Donnaria lrawan
4. Kakanwil Pertanian PropinsiDT I

5. Kakanwil Perindustrian DT I

6. Kakanwil Pertambangan PropinsiDT I


NARA SUMBER
7. Kepala Dinas Pariwisata PropinsiDT I
Prof. Waworoentoe
Dr. Lucky Sondakh
Prof. Palenewen
TIM PEI.AKSANA Dr. B.S. Kusbiantoro
Dr. Tommy Firman .

Tim Kerja Tata Ruang Daerah : lr.Zafir Pontoh. MA

Ketua : Kepala Bidang Fisik Prasarana Bappeda Tk. I


Wakil Ketua : Kepala Sub Dinas Cipta Karya, Dinas PU
Sekretaris : Kasie Sumber Alam dan Lingkungan Hidup Bappeda

Angota :

1. Kepala Biro Bina Bangda Setwilda Tk. I

2. Kepala Biro Kependudukan dan Lingkungan Hidup Setwilda Tk. I

3. Kepala Biro Bina Pemerintahan Daerah Setwilda Tk. I

4. Sekretaris Bappeda Tk. I

5. Kepala Bidang Penelitian Bappeda Tk. I

Anda mungkin juga menyukai