Ekonomi Kesehatan AK008 (Peminatan Semester 6) : Kurikulum Ps Ikm Study Guide 2018
Ekonomi Kesehatan AK008 (Peminatan Semester 6) : Kurikulum Ps Ikm Study Guide 2018
Pendidikan S1
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
Ekonomi Kesehatan
AK008
(Peminatan Semester 6)
Bagian
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Daftar Isi
Daftar
Isi
.....................................................................................................................
i
Kata
Pengantar
..........................................................................................................
ii
Deskripsi
Singkat
Mata
Kuliah
..................................................................................
3
Beban
Kredit
.............................................................................................................
3
Prasyarat
..................................................................................................................
3
Kompetensi
..............................................................................................................
3
Staff
pengajar
...........................................................................................................
3
Situasi
Pembelajaran
................................................................................................
4
Penilaian
...................................................................................................................
4
Daftar
Pustaka
..........................................................................................................
4
Jadwal
Perkuliahan
...................................................................................................
6
Kata Pengantar
Dalam kehidupan sehari-hari setiap individu, perusahaan-perusahaan dan
masyarakat secara keseluruhannya akan selalu menghadapi persoalan-persoalan
yang bersifat ekonomi, yaitu persoalan yang menghendaki seseorang atau suatu
perusahaan ataupun suatu masyarakat membuat keputusan tentang cara yang
terbaik untuk melakukan suatu kegiatan ekonomi.
Dalam dunia kesehatan, ilmu ekonomi dapat dipergunakan untuk
mengetahui perilaku pemberi pelayanan kesehatan yang kemudian dicocokkan
dengan perilaku masyarakat sebagai pembeli atau penerima subsidi pelayanan
kesehatan. Dengan pemahaman seperti ini maka pelayanan kesehatan
sebenarnya dapat disebut sebagai suatu komoditi dagang yang harus
diperlakukan secara hati-hati. Ilmu ekonomi kesehatan sangat penting dan
menarik dilihat dari : 1) Peranan bidang kesehatan terhadap perekonomian secara
keseluruhan, 2) Konsen pemerintah terhadap peningkatan derajat kesehatan
masyarakat di tengah kesulitan ekonomi yang di hadapi oleh suatu Negara dan 3)
Banyaknya isu – isu kesehatan yang erat kaitannya dengan masalah
perekonomian.
Study Guide ini dibuat sebagai pedoman mahasiswa peminatan
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan semester 6 dalam mengikuti semua
kegiatan pembelajaran dari mata kuliah ini. Dalam Study Guide ini disajikan
mengenai beban kredit, prasyarat, kompetensi, hasil pembelajaran, tujuan
pembelajaran, staf pengajar, cara penilaian, daftar pustaka, jadwal perkuliahan
dan rencana perkuliahan. Dalam rencana perkuliahan dirinci kegiatan
pembelajaran dalam setiap minggu, sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan
diri agar hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh setiap mahasiswa.
Selain itu, Study Guide ini juga dilampiri dengan bahan ajar yang diperlukan untuk
mendukung perkuliahan ini. Semoga Study Guide ini dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya
Denpasar, Januari 2018
Team Teaching
Beban Kredit
Beban kredit yang diberikan untuk mata kuliah Ekonomi Kesehatan adalah 2 SKS yang untuk
kegiatan kuliah/tatap muka setara dengan, 100 menit pertemuan dalam kelas, 100 menit
kegiatan terstruktur dan 100 menit belajar mandiri.
Prasyarat
Tidak ada persyaratan dalam mata kuliah ini
Kompetensi
Sarjana kesehatan masyarakat (SKM) mampu memahami berbagai konsep penting dalam
bidang ekonomi kesehatan .Untuk mencapai kompetensi di atas, setelah mengikuti kuliah
Ekonomi Kesehatan ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan konsep ekonomi kesehatan dan peranannya dalam pelayanan
kesehatan.
2. Menggunakan konsep ekonomi kesehatan dalam mengatasi persoalan-persoalan
ekonomis dalam bidang kesehatan masyarakat.
3. Menggunakan konsep program evaluation dalam pelayanan kesehatan
Staff pengajar
Mata kuliah ini akan diampu oleh:
Putu Ayu Indrayathi,SE, MPH/PAI ( pa_indrayathi@unud.ac.id/081339570537 )
Rini Noviyani,SSi,MSi,.Apt/RN (rini.noviyani@gmail.com/081999914774)
Ni Putu Santi Suryatini,SE,.MM/ SS (santisuryantini@gmail.com)
Situasi Pembelajaran
Metode pembelajaran yang diterapkan pada mata kuliah ini adalah metode pembelajaran
orang dewasa (adult education) dimana mahasiswa menjadi subjek dan dosen berfungsi
sebagai nara sumber dan sebagai fasilitator. Situasi pembelajaran yang akan diterapkan
adalah:
1. Belajar mandiri dengan membaca dan mereview bahan bacaan yang disediakan
sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran selanjutnya.
2. Diskusi Kelompok untuk mendiskusikan isu penting yang berkaitan dengan topik
kuliah.
Penilaian
Hasil belajar mahasiswa akan dinilai dari tingkat pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan
skill (behavior) sebagai berikut:
1. Ujian Tengah Semester dengan bobot 30%
2. Ujian Akhir Semester dengan bobot 30%.
3. Absensi,Penugasan melalui kuis,tugas individu maupun kelompok dengan bobot 40%
4. Bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kehadirannya di kelas (75% dari 14 kali tatap
muka) tidak diperkenankan untuk mengikuti UTS dan UAS tanpa pengecualian.
Daftar Pustaka
Bahan pembelajaran dalam perkuliahan ini terdiri dari:
1. Daftar bacaan dan referensi lain yang tersedia di Perpustakaan PS KM Unud.
2. Artikel dari jurnal terkait
Buku teks
1. Witter S, et al. Health Economics for Developing Country, BUPA, 2000
2. Thabrany H (ed). Pendanaan Kesehatan dan Alternatif Mobilisasi Dana Kesehatan
di Indonesia, Rajawali, 2006
3. Berger et.al (2003). Health care cost,quality and outcomes, ISPOR
4. Jack,W. Principles of Health economics for Developing country ( e-book), WBI
Development Studies,1999
5. GTZ,(2004). Social Security System Reform in Indonesia
6. Rokx,C, et.al. Health Financing in Indonesia : A reform Road map( e-book), The World
Bank,2008
Websites
Jurnal:
http://jmpk-online.net (gratis)
http://www.who.int/buletin/en (gratis)
http://highwire.stanford.edu/lists/devecon.dtl (gratis untuk artikel tertentu bagi pengakses di
negara berkembang)
http://bmj.bmjjournals.com (gratis untuk artikel tertentu bagi pengakses di negara
berkembang)
Penelusuran data:
http://scholar.google.com
http://www.eldis.org
http://id21.org
Badan-badan internasional::
http://www.who.int
http://www.worldbank.org
http://www.globalhealth.org
Rencana Pembelajaran
Sesi
1: PENDAHULUAN
Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mengetahui tujuan pembelajaran, metode pembelajaran, penugasan serta
penilaian yang dipergunakan dalam mata kuliah analisa kebijakan kesehatan
2. Mahasiswa mampu membedakan karakteristik industry kesehatan dan pelayanan
kesehatan ditinjau dari sisi demand dan supply
Ringkasan
Sesi ini merupakan perkenalan terhadap mata kuliah analisa kebijakan dimana mahasiswa
akan diberikan gambaran umum tentang mata kuliah AKK meliputi tujuan pembelajaran,
metode pembelajaran, penugasan, para pengampu serta metode penilaian yang
dipergunakan. Pada sesi ini, mahaiswa juga akan diperkenalkan dengan konsep-konsep
dasar dalam kebijakan kesehatan serta beberapa model pendekatan yang banyak
dipergunakan dalam analisa kebijakan kesehatan.
Aktivitas Pembelajaran
1. Kuliah pengantar
2. Diskusi dan tanya jawab
Evaluasi Diri
Jelaskan hal-hal berikut:
1. Apakah
perbedaan
demand
secara
umum
dengan
demand
pada
dunia
kesehatan?
2. Konsep
penting
apakah
yang
harus
diperhatikan
dari
sisi
supply
kesehatan?
3. Apakah
terdapat
perbedaan
antara
pasar
dalam
ilmu
ekonomi
dengan
pasar
pada
dunia
kesehatan?
Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mengetahui prinsip ekonomi,konsep ekonomi,dan etika bisnis rumah
sakit
2. Mahasiswa mampu membedakan karakteristik industry farmasi dan industry rumah
sakit yang profit dan non for profit
Ringkasan
Pada sesi ini akan dijelaskan mengenai dimensi dari kekuasaan dan penerapannya dalam
proses kebijakan. Disamping itu, mahasiswa juga akan diperkenalkan teori-teori yang
membahas pembagian kekuasaan di masyarakat dan memahami terhadap yang menentukan
kebijakan kesehatan. Sesi ini kemudian akan memberikan mahasiswa pengetahuan
mengenai perbandingan teori-teori pembuatan keputusan yang didasarkan pada peran
kekuasaan dalam proses kebijakan.
Aktivitas Pembelajaran
1. Ceramah (Handout presentasi)
Evaluasi Diri
Mampu menjawab :
1. Bagaimana transisis ekonomi sebuah rumah sakit?
2. Apa saja etika bisnis yang harus dilaksanakan oleh RS?
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menggunakan berbagai teori ekonomi untuk menjelaskan bagaimana
model perusahaan bekerja dalam sistem rumah sakit dan pelayanan kesehatan
Ringkasan
Pada sesi ini akan dijelaskan mengenai model standar perusahaan for profit,model RS
Pemerintah dan RS Swasta serta hal-hal yang terkait dengan perilaku RS
Aktivitas Pembelajaran
1. Ceramah (Handout presentasi)
2. Diskusi dan tanya jawab
Evaluasi Diri
1. Apakah beda dari model ekonomi RS Pemerintah dan RS Swasta
2. Hal-hal apa sajakh yang terkait dengan perilaku RS?
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami peran dari pihak swasta dalam sistem pelayanan kesehatan
serta dampak yang mungkin muncul dari adanya privatisasi dalam pelayanan kesehatan
Ringkasan
Pada sesi ini mahasiswa akan diberikan penjelasan mengenai system pelayanan kesehatan
dan permasalahan dari sector kesehatan,bagaimana peran sector swasta dalam pelayanan
kesehatan dan masalah yang muncul
Aktivitas Pembelajaran
Ceramah (Handout presentasi)
Evaluasi Diri
1. Apa yang dimaksud dengan privatisatisi ?
2. Apa sajakah bentuk dari privatisasi dalam pelayanan kesehatan ?
3. Apakah dampak ynag mungkin muncul dari privatisasi ditinjau dari sisi demand dan
supply?
Tujuan Pembelajaran
Menganalisis peran dan kepentingan berbagai kepentingan termasuk sektor publik dan
swasta dalam proses pembiayaan kesehatan
Ringkasan
Pada sesi ini mahasiswa akan diperkenalkan dengan konsep public private partnership dalam
pembiayaan kesehatan dimana pemerintah dan swasta bersinergi dalam pembiayaan
kesehatan
Aktivitas Pembelajaran
Kuliah,tanya jawab dan Diskusi
Evaluasi Diri
1 Sebutkan definisi public private partnership !
2 Metode pelaksanaan kerjasama pemerintah dan swasta dilaksanakan dalm
bentuk apa saja?
3 Bagaimana implementasi konsep PPP dalam dunia kesehatan?
Tujuan Pembelajaran
Menganalisis tentang perkembangan asuransi kesehatan di Indonesia
Ringkasan
Pada sesi ini mahasiswa akan diperkenalkan dengan konsep asuransi kesehatan serta
menjelaskan bagaimana pokok persoalan pembiayaan kesehatan di Indonesia dalam
upayanya mencapai universal health coverage
Aktivitas Pembelajaran
1. Kuliah pengantar
2. Kunjungan lapangan ke kantor BPJS Kesehatan
Evaluasi Diri
1. Definisi
dari
asuransi
kesehatan?
2. Sejarah
perkembangan
asuransi
kesehatan
di
Indonesia
Tujuan Pembelajaran
Pada sesi iniBerisi hal2 yang harus dikuasai mahasiswa setelah menyelesaikan topik ini.
Lebih rinci dari tujuan instruksional dan terukur. Sama dengan indikator pencapaian di P2KBK
Ringkasan
Berisi ringkasan pendek tentang apa yang dibicarakan pada sesi ini.
Aktivitas Pembelajaran
(diisi sesuai dengan aktivitas pembelajaran setiap sesi)
1. Tugas baca (sebelum sesi)
Artikel, bab spesifik dlm buku, dll “……judul………….”
Ditulis tentang aspek-aspek penting yang perlu dipahami dari bahan bacaan tersebut
2. Kuliah pengantar
3. Tutorial/Diskusi Kelompok (Group Discussion)
Ditulis tujuan dan topic/pertanyaan diskusi
4. Kunjungan lapangan
Ditulis tujuan, lokasi
5. Presentasi
Ditulis topic presentasi
Evaluasi Diri
Berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dapat dijawab sendiri oleh mahasiswa untuk
mengukur kompetensi dirinya terkait topik bahasan
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan mengaplikasikan konsep cost of illness dalam
kasus pelayanan kesehatan
Ringkasan
Pada sesi ini mahasiswa akan diajarkan tentan definisi COI,cara penghitungan COI,dan
metode yang dipakai
Aktivitas Pembelajaran
1. Tugas baca bahan ajar yang ditulis oleh pengampu mata kuliah
2. Kuliah pengantar
3. Case Study
Lampiran
BACALAH DIKTAT YANG BERJUDUL COST OF ILLNESS (BEBAN EKONOMI PENYAKIT
DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
BAHAN AJAR
COST OF ILLNESS
(BEBAN EKONOMI PENYAKIT
DALAM PEMBANGUNAN
KESEHATAN )
OLEH :
KATA PENGANTAR
Denpasar, Desember
2016
Tim Pengajar
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Sehat adalah sebuah kondisi maksimal, baik dari fisik, mental dan sosial sehingga dapat
melakukan suatu aktifitas yang menghasilkan sesuatu. Kondisi tubuh yang sehat pada manusia dapat
kita lihat dari kebugaran tubuh. Dalam sebuah lingkungan masyarakat terkadang mengalami beberapa
masalah kesehatan, baik yang muda, tua, wanita maupun pria. Kesehatan dapat diartikan sebuah
investasi penting untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya
penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang
Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Tujuan dasar pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkaitan dengan
kualitas hidup masyarakat. Pembangunan sering dikaitkan oleh pertumbuhan ekonomi yang dapat
meningkatkan kesejahteraan manusia. Berdasarkan United National Development Program, terdapat 3
(tiga) indikator pembangunan manusia yaitu dengan mengukur kesehatan, pendidikan dan kemampuan
ekonomi. (UNDP, 2003-2006)
Pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi pembangunan di sektor kesehatan dan pendidikan.
Pendidikan juga dapat mempengaruhi kesehatan, semakin tinggi taraf pendidikan seseorang maka
tingkat kesadaran akan kesehatan meningkat. Pada saat ini, pemerintah fokus dalam permasalahan
kesehatan karena rendahnya permasalahan kesehatan mendorong terciptanya manusia produktif
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Demikian pula dengan pembangunan kesehatan, sesuai dengan program pemerintah yang ingin
menciptakan Indonesia sehat sebagai salah satu pendorong yang bersinergi dengan pembangunan
ekonomi maka banyak dilakukan perubahan – perubahan baik di ruang lingkup skala daerah dan
nasional. Pembangunan kesehatan lebih terfokus ke preventive serta mengedepankan pendekatan
persuasif. Serta adanya perbaikan – perbaikan sistem kesehatan yang ada di Indonesia.
Tujuan dasar pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan yang berkaitan dengan
kualitas hidup masyarakat. Pembangunan sering dikaitkan oleh pertumbuhan ekonomi yang dapat
meningkatkan kesejahteraan manusia. Berdasarkan United National Development Program, terdapat 3
Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan dari tahun ke tahun sudah merupakan hal yang umum
diketahui, dan industri penyedia pelayanan kesehatan sudah berupaya mengendalikannya utuk tetap
bisa bertahan. Peningkatan biaya pelayanan kesehatan ini diikuti suasana perubahan struktur
pengeluaran pembiayaan pelayanan kesehatan dalam hal sumber dan penggunaannya. Perubahan yang
nyata adalah pergeseran pembiayaan pemeliharaan kesehatan dari - pembiayaan perorangan sistim out-
of-pocket dan pembiayaan pemerintah bagi masyarakat kurang mampu sampai miskin - kearah asuransi
kesehatan sosial (social health insurance) (Villaverde & Manog, 2004). Pergeseran beban pembiayaan
pemeliharaan kesehatan dari out-of-pocket dan pembiayaan anggaran pemerintah menjadi asuaransi
kesehatan sosial diharapkan mampu menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara lebih adil dan
merata. Melalui asuransi kesehatan sosial, dharapkan sikaya dan sedang sehat akan mensubsidi
simiskin dan sedang sakit yang akan menghasilkan suatu jaminan sosial disektor kesehatan
(Villaverde& Manog, 2004).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan komponen paling mahal dalam sistim
pelayanan kesehatan (the most expensive component of the health care system). Tingginya biaya
infrastruktur, pengembangan teknologi dan biaya operasional dan besarnya jumlah staf di rumahsakit,
rumahsakit akan menyerap jumlah terbesar anggaran pemerintah yang akan mempengaruhi sistim
pelayanan kesehatan. Pada tahun 1999 Philippine National Health Accounts, kombinasi pengeluaran
RS Pemerintah Daerah dan Pusat menyerap hampir 50 % pengeluaran pemerintah disektor pelayanan
kesehatan. Bahkan RS Daerah menyerap hampir 68 percent alokasi biaya kesehatan daerah. Hal ini
PENELITIAN EVALUATIF
Meningkatnya perhatian terhadap evaluasi menjadikan terciptanya suatu jenis riset yang
disebut penelitian evaluatif (evaluation research). Jenis penelitian ini relatif baru. Ada dua penyebab
ketertarikan terhadap jenis penelitian evaluatif ini. Pertama, evaluasi diharapkan menyertai setiap
program sosial. Kedua, terdapat suatu kebutuhan suatu keberhasilan program yang didasarkan atas
suatu proses yang sistematik dan objektif.
Salah satu definisi penelitian evaluatif menjelaskan sebagai sebuah proses penerapan applying
scientific procedures untuk mengumpulkan bukti yang dapat dipercaya dan sahih yang dengannya suatu
kegiatan khusus menghasilkan suatu efek atau outcomes (Rutman 1977). Sesuai dengan definisi lain,
suatu penerapan teknik ilmu sosial dalam pendekatan program kegiatan sosial disebut sebagai
evaluation research (Wright 1967). Penelitian dimaksud disini termasuk epidemiology dan penelitian
disektor kesehatan Susser (1975) dalam Trisnantoro (1993) tetapi tidak termasuk pada laboratorium,
biologi atau penelitian yang tidak melibatkan manusia lainnya (nonhumans).
Pada awal tahun 1970, artikel tentang economic evaluation diterbitkan. Disusul terbitnya artikel
tetang perlunya economic evaluation di sektor pelayanan kesehatan pada 1974 oleh Alan Williams dari
York University, Toronto, Ontario. Menyusul publikasi Drummond et.al (1987) yang menerbitkan buku
tentang evaluasi ekonomi dengan tujuan konsumsi akademisi. Fokus health care economic evaluations
mulai bergeser karena beberapa keputusan beberapa pemerintah negara mengharuskan perlunya
evaluasi ekonomi bagi beberapa obat sebelum ditetapkan anggarannya. Dari perspektif sosial, unsur –
unsur sumberdaya yang termasuk biaya langsung dalam biaya pelayanan kesehatan harus dimasukkan
dalam perhitungan adalah: biaya langsung pelayanan, biaya pelayanan sosial, dan biaya pasien beserta
biaya keluarganya (direct patient costs, time costs and productivity costs). Dalam kenyataan, belum ada
ksepakatan umum biaya apa saja yang harus dicantumkan dalam perhitungan biaya pelayanan kesehatan
(nonhealth care cost benefits of new technologies) dan bagaimana biaya dihitung (indirect costs).
Pengukuran outcome manakah yang harus digunakan? Specific outcome menentukan jenis teknik
Policy research dan evaluation research sangat terkait erat. Menurut Majchrzak (1984) dalam
Trisnantoro (1996), policy research adalah suatu proses yang menuntun penelitian, atau suatu analisis
masalah sosial yang mendasar dalam memungkinkan para pembuat keputusan menghasilkan
rekomendasi yang pragmatis dan action oriented untuk mengatasi masalah yang ada.
Policy research merupakan riset empirik yang dilakukan untuk menjelaskan beberapa aspek
hubungan dalam membuat dan melaksanakan kebijakan.
EVALUASI FARMAKOEKONOMI
a. Pengertian Farmakoekonomi
Farmakoekonomi adalah deskripsi dan analisis biaya terapi menggunakan obat untuk
memelihara fungsi kesehatan dan sosial. Penelitian farmakoekonomi adalah proses identifikasi,
mengukur, dan membandingkan harga (yang akan dikeluarkan konsumen) dengan konsekuensi (klinik,
ekonomi, humanistic) dari produk dan pelayanan kefarmasian (Bootman, 2005).
b. Kategori Biaya
1) Biaya medis langsung (direct medical cost) adalah biaya yang harus dibayarkan untuk
pelayanan kesehatan. Biaya ini meliputi biaya pengobatan, tenaga medis, biaya tes
laboraturium, dan biaya pemantauan efektivitas dan efek samping (Budiharto & Soewarta,
2008).
2) Biaya medis tidak langsung (direct non medical cost) adalah biaya yang harus dikeluarkan
secara langsung yang tidak terkait langsung dengan pembelian produk atau jasa pelayanan
kesehatan. Biaya yang termasuk didalamnya adalah biaya transportasi dari dan ke rumah sakit,
makanan untuk keluarga pasien (Budiharto & Soewarta, 2008).
3) Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang dapat mengurangi produktivitas pasien
maupun keluarga, kehilangan pendapatan karena tidak biasa bekerja akibat sakit, kehilangan
waktu (Budiharto & Soewarta, 2008).
4) Biaya tidak teraba (intangible cost) adalah biaya yang berhubungan dengan rasa sakit pasien
dan penderitaannya, khawatir tertekan, efek nya pada kualitas hidup. Kategori ini tidak bias
diukur dalam matar uang, namun sangat penting bagi pasien maupun dokter (Budiharto &
Soewarta, 2008).
c. Perspektif Analisis
Perspektif adalah sudut pandang mana yang diambil peneliti dalam melakukan evaluasi
farmakoekonomi. Perspektif analisis terbagi menjadi empat, yaitu :
1) Perspektif pasien yaitu pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dengan biaya yang murah
2) Perspektif penyedia pelayanan kesehatan yaitu menyediakan pelayanan kesehatan yang
diperlukan masyarakat.
Dalam CEA, effectiveness pembanding diukur dengan single outcome. Perbandingan yang
dibuat dengan tambahan cost sumber daya yang dibutuhkan untuk mendapatkan unit effectiveness
tambahan (Coyle). Outcome diukur dalam hasil bentuk natural; misalnya berapa tahun umur bertambah
oleh penerapan teknologi kesehatan tersebut. (Gyrd-Hansen et al. 1998). Sama halnya dengan CMA;
CEA merupakan jenis evaluasi yang paling jarang digunakan dalam pengambilan keputusan. Hanya
mungkin menyimpulkan kondisi cost-effective dan seberapa besarnya nilai costeffectiveness-nya
(Drummond et al. 1987). CEA dapat dilakukan bila tujuan evaluasi ada(ah untuk membandingkan
beberapa alternatif strategi dengan both different cost and different effectiveness. Tujuannya adalah
melihat strategi mana yang lebih murah biayanya per unit output atau memberi output terbanyak untuk
sejumlah biaya yang tersedia (the lowest cost per unit of output, or alternatively the strategy that
delivers the highest output for a given fixed budget).
Dalam cost-effectiveness analysis, indikator yang dibandingkan haruslah sama dengan
pengukuran yang lazim digunakan pada sektor pelayanan kesehatan (WHOICDS/TB12002. 305 a).
CEA digunakan untuk menetapkan biaya dan manfaat suatu program pengobatan untuk mencari
program yang paling memberi manfaat untuk sejumlah biaya tertentu (Russell, Gold, Siegel, Daniels
& Weinstein, 1996). Cost effectiveness analysis berusaha untuk menunjukkan benefit yang relatif
terhadap intervensi medis versus beberapa intervensi atau benefit yang relatif terhadap satu treatment
dengan yang lain. Hal ini merupakan cost analysis yang paling sering digunakan dalam pelayanan
kesehatan. (Shea-Lewis, 2000).
3. Cost-utility analysis (CUA)
Analisis jenis ini mencakup biaya dan pengukuran quality of life sebagai outcome pengukuran.
Sebagai hasil, cost-utility analysis memungkinkan doctors dan manajer untuk membandingkan pilihan
investasi bagi berbagai upaya penyembuhan dengan berpatokan kepada skala "Quality-Adjusted Life"
(Edbrooke).
CUA berbeda dari CEA dalam hal outcome yang diukur yaitu dalam bentuk quality-adjusted
life-years (QALY). Selain pertambahan umur dan mutu penambahan umur, penurunan insidens
morbidity dan mortality, juga penting menilai penggunaan teknologi kesehatan itu pada penderita
kronis. Pada cost-utility analysis pertambahan umur dikaitkan dengan mutu tahun-tahun sehat
Jenis analisis lain adalah cost of illness analysis (COI) yang mengkaitkan biaya penyakit ini
terhadap kehidupan sosial; misalnya outcome dan biaya yang dikeluarkan masyarakat terhadap
penyakit sakit pungung (back pain) disuatu negara. Jenis analisis ini tidak membandingkan teknologi
kesehatan, hanya menghitung total biaya yang dikeluarkan masyarakat; juga tidak memberikan
informasi tentang opportunity cost sehingga sering dianggap bukan jenis analisis ekonomi (Drummond
et al. 1997). (Poulsen).
Evaluasi ekonomi merupakan analisis perbandingan pilihan atas beberapa alernatif baik biaya maupun
konsekuensinya (Martinez-Giralt). Dikenal dua komponen dalam evaluasi ekonomi yaitu: biaya dan
outcome.
Analisis Cost of Illness (COI) merupakan bentuk evaluasi ekonomi yang paling awal di sektor
pelayanan kesehatan. Tujuan utama COI adalah untuk mngevaluasi beban ekonomi dari suatu penyakit
pada masyarakat, meliputi seluruh sumber daya pelayanan kesehatan yang dikonsumsi. Studi COI dapat
menggambarkan penyakit mana yang membutuhkan peningkatan alokasi sumber daya untuk
pencegahan atau terapi, tetapi mempunyai keterbatasan dalam menjelaskan bagaimana sumber daya
dialokasikan, karena tidak dilakukan pengukuran benefit. Selain itu, dalam studi ini dikembangkan
berbagai metode, yang dapat membatasi perbandingan dari hasil studi. Studi dapat bervariasi
berdasarkan sudut pandang, sumber data yang digunakan, kriteria biaya tidak langsung, dan kerangka
waktu untuk menghitung biaya.
Studi COI yang komprehensif meliputi baik biaya langsung maupun tidak langsung. Biaya
langsung mengukur opportunity cost dari sumber daya yang digunakan untuk mengatasi penyakit
tertentu, sedangkan biaya tidak langsung mengukur nilai sumber daya yang hilang karena penyakit
tertentu. Meskipun beberapa studi juga memasukkan intangible cost dari nyeri atau sakit, biasanya pada
pengukuran kualitas hidup, kategori biaya tidak dihitung karena kesulitan menghitung biaya secara
tepat. Biaya medik langsung meliputi pengeluaran pelayanan kesehatan untuk diagnosis, terapi, terapi
pemeliharaan, dan rehabilitasi, sedangkan biaya non-medik langsung adalah sumber daya sumber daya
yang tidak terkait langsung dengan pelayanan kesehatan, misalnya transportasi dari atau ke tempat
pelayanan kesehatan, pengeluaran untuk keluarga, dan waktu dari anggota keluarga untuk merawat
pasien. Istilah biaya tidak langsung digunakan untuk menilai produktivitas yang hilang terkait dengan
penyakit atau kematian. Istilah ini tidak sama artinya jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda.
Dalam akuntasi, biaya tidak langsung mengacu pada aktivitas tambahan atau pendukung yang
dibutuhkan unit pengguna, oleh karena itu disarankan untuk menggunakan istilah biaya produktivitas
yang terkait dengan morbiditas dan mortalitas.
Studi COI dapat dilakukan dari beberapa sudut pandang yang berbeda, dimana masing-masing
sudut pandang biaya yang dihitung berbeda. Berdasarkan sudut pandang (perspektif) tersebut dapat
diukur biaya masyarakat, sistem pelayanan kesehatan, pihak ketiga, pemerintah, atau pasien.
Studi COI yang didasarkan pada prevalensi lebih sering dilakukan karena data yang diperlukan
lebih sedikit dan asumsi yang digunakan lebih kecil dibandingkan dengan insidensi. Data yang
diperlukan cukup data satu tahun dan tidak diperlukan asumsi mengenai survival rate dan lama sakit.
Lifetime cost dapat dihitung dari biaya per tahun, asumsi steady state insidensi penyakit, perkembangan
Perbedaan lain antara kedua pendekatan di atas adalah bahwa pada pendekatan insidensi
analisis dilakukan secara bottom up, meliputi semua biaya penyakit selama hidup. Data yang diperlukan
lebih detail dibandingkan pendekatan prevalensi. Pendekatan prevalensi dilakukan secara top down,
mengalokasikan total biaya untuk masing-masing kategori penyakit secara umum.
Pada pendekatann bottom up, perkiraan biaya dapat dibagi menjadi 2 langkah. Langkah
pertama, adalah memperkirakan jumlah input yang diperlukan dan langkan kedua adalah
memperkirakan unit cost dari input yang digunakan. Biaya diperhitungkan dengan mengalikan unit
cost dengan jumlahnya. Data yang diperlukan akan bervariasi, tergantung dari cakupan penelitian. Pada
studi yang komprehensif, biasanya dilakukan survei secara nasional sehingga dapat disajikan data yang
COI dapat dilakukan secara prosfektif dan retrospektif tergantung dari hubungan antara waktu
penelitian dilakukan dan pengumpulan data. Pada studi COI retrospektif, saat studi dilakukan, semua
kejadian yang relevan sudah terjadi. Proses pengumpulan data mengacu pada data yang sudah ada,
sedangkan pada studi SOI prospektif kejadian yang relevan belum terjadi saat penelitian dilakukan.
Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti pasien setiap waktu. COI berdasarkan prevalensi
maupun insidensi dapat dilakukan secara prospektif atau retrospektif.
Kelebihan dari COI retrospektif adalah lebih murah dan waktu yang diperlukan lebih pendek
dibandingkan dengan prospektif karena data yang diperlukan sudah tersedia saat penelitian dilakukan.
Desain retrospektif lebih efisien terutama untuk penelitian pada penyakit yang durasinya panjang dan
memerlukan waktu beberapa tahun untuk mencapai end point nya. COI retrospektif bisa dilakukan jika
data yang diperlukan tersedia. Sebaliknya, pada COI prospektif, peneliti dapat merancang sistem
pengumpulan data yang diperlukan. Data penyakit dan penggunaan sumber daya pelayanan kesehatan
dapat diperoleh data yang lengkap untuk setiap intervensi yang dilakukan. Kedua, kepada pasien dapat
diberikan buku harian untuk mendapatkan data biaya yang belum tercatat oleh organisasi pelayanan
kesehatan. Dengan cara ini dengan mudah dapat dilakukan pengukuran biaya non medik langsung,
seperti biaya transportasi. Perkiraan waktu tidak bekerja bisa diperkirakan dengan lebih tepat. Namun
demikian, jika penyakit memerlukan waktu yang sangat lama untuk mencapai end point misalnya
penyakit hepatitis C yang memerlukan waktu terapi 30 sampai 40 tahun maka kalau dilakukan COI
prospektif akan memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang sangat lama. Pada kasus ini, COI
retrospektif lebih efisien untuk mengukur beban penyakit.
d. Evaluasi biaya dalam Cost of Illness
COI diperkirakan dnegan mengidentifikasi komponen biaya dan menilai dalam unit moneter.
Kategori biaya yang dihitung dalam memperkirakan biaya total dari COI adalah biaya langsung dan
produktivitas yang hilang.
1. Untuk menilaai beban ekonomi suatu penyakit dalam masyarakat. Hasil studi dapat digunakan
sebagai informasi tentang jumlah sumber daya yang digunakan karena penyakit dan
berdasarkan data epidemiologi morbiditas dan mortalitas dapat diketahui peringkat penyakit
berdasarkan beban ekonominya.
2. Untuk mengidentifikasi komponen biaya utama dan biaya total berdasarkan insidensi. Hal ini
dapat membantu pembuat kebijakan untuk menetapkan dan/atau membatasi:
a. Kebijakan penetapan biaya pada komponen yang memberikan porsi terbesar dari total
biaya.
3. Untuk mengidentifikasi manajemen klinik dari suatu penyakit pada tingkat nasional. Hasil
evaluasi COI dapat membantu pembuat keputusan dan manajer untuk menganalisa fungsi
produksi yang digunakan untuk menghubungkan input dan/atau pelayanan intermediate untuk
4. Menjelaskan variasi biaya. Pada kasus ini dapat dilakukan analisis statistik untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan antara variasi biaya dan variabel penyakit ( misalnya keparahan),
pasien (misalnya variabel demografi) atau penyelenggara pelayanan kesehatan (misalnya
rumah sakit pendidikan dibandingkan rumah sakit daerah). Hasil penelitian ini akan membantu
manajer untuk membuat perencanaan dengan informasi yang lebih akurat untuk menentukan
pelayanan ke depan. Pola dari sumber daya yang digunakan dalam pelayanan sangat penting
untuk merencanakan pelayanan kesehatan.
Studi COI mengukur beban ekonomi dari suatu penyakit dan memperkirakan nlai maksimum
yang dapat dihemat atau diperoleh jika penyakit dapat disembuhkan. Pengetahuan COI dapat membantu
pembuat kebijakan untuk memutuskan penyakit apa yang diprioritaskan untuk ditentukan kebijakan
pelayanan kesehatan dan pencegahannya. Selain itu, studi ini dapat menjelaskan regimen terapi mana
pada suatu penyakit yang dapat menurunkan beban penyakit tersebut. Bagi pemegang kebijakan, studi
COI dapat menggambarkan pengaruh finansial dari suatu penyakit pada program kesehatan di
masyarakat. Bagi manajer, dapat diketahui penyakit apa yang mempunyai pengaruh besar pada biaya.
Studi COI menyediakan informasi yang penting untu cost-effectiveness analysis dan cost benefit
analysis, memberikan kerangka kerja untuk perkiraan biayanya.
Analisis Biaya
Analisis biaya (cost analysis) menilai biaya - biaya dalam penyelenggaraan pelayanan, program
atau intervensi. Dilakukan untuk menilai jenis biaya apa saja yang terlibat dalam mengembangkan atau
mengontrak suatu pelayanan tertentu, atau program yang diterapkan. Analisis biaya tidak sampai jauh
memperhitungkan effectiveness program, sehingga tidak dapat mengatakan sesuatu tentang apa yang
dimasukkan dalam pembiayaan. Pelayanan Kesehatan memiliki banyak bentuk-bentuk yang nyata yang
mengandung: ketidakpastian, asuransi, masalah-masalah informasi, usaha non-profit, batasan dalam
kompetisi, peran kebutuhan; dan, intervensi pemerintah melalui subsidi dan bantuan masyarakat
(Martinez-Giralt).
Pertama, cost yang langsung berkaitan dengan sektor kesehatan dalam bentuk sumber daya
rumah sakit berupa: treatment, bed days, out-patient attendance, overheads dan sumber daya perawatan
komunitas: kunjungan visite dokter dan perawat, ambulans. Kedua, perlu dipertimbangkan cost secara
langsung oleh pasien dan keluarganya. Disini, perlu dipertimbangkan treatment dan cuti, waktu untuk
Program
Studi
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat
Page
44
Pengukuran Biaya:
Banyak cara pengumpulan data biaya, salah satunya adalah melalui rekaman catatan dari
pemberi pelayanan kesehatan (Evers). Beberapa masalah dapat muncul dengan menggunakan cara ini.
Pertama, sangat sulit merekam seluruh konsumsi medik karena pemberi pelayanan kesehatan maupun
perusahaan asuransi hanya mencatat sebagian biaya terkait sistim pelayanan kesehatan tertentu saja.
Kedua, menggunakan sumber data tersebut tidak akan memungkinkan mengukur biaya pasien dan
keluarganya. Ketiga, informasi hanya tersedia pada tingkat rerata biaya, tidak pada level perpasien.
Untuk mengukur informasi biaya pada level pasien hanya dapat dilakukan dengan mengamati biaya
perpasien. Cara ini sering digunakan beberapa peneliti dengan menggunakan instrument yang
dirancang khusus. Cara lain adalah dengan menghubungi seluruh pemberi pelayanan kesehatan,
penanggung biaya fasilitas pelayanan dengan melihat bllling dan medical records mereka (Evers).
Sering cara lain digunakan terutama dalam menghitung cost-of illness.
Jika seseorang ingin mendapatkan gambaran penuh dari biaya dan terutama jika seseorang
ingin menyertakan out-of-saku biaya dan biaya tidak langsung, seseorang dapat mewawancarai pasien
dan / atau keluarga pasien atau mengirim kuesioner kepada mereka (Evers). Sejumlah peneliti
dilengkapi data biaya yang telah mereka peroleh sendiri dengan mengadaptasi data dari penelitian lain
atau dengan membuat model untuk menemukan seberapa besar biaya yang. Jika data tidak tersedia dari
sumber-sumber ini, seseorang dapat memperkirakan biaya. Sejumlah penelitian tidak menjelaskan
bagaimana biaya benar-benar diukur (Evers).
Valuasi biaya: Hanya beberapa penelitian menghitung harga biaya yang sebenarnya. Seperti
umum di Evaluasi studi Ekonomi, biaya yang digunakan sebagai proxy untuk biaya dalam banyak studi.
Biaya yang tidak dikenakan biaya melainkan 'negosiasi harga'. Dalam pasar yang sempurna, harga sama
dengan biaya peluang. Di pasar perawatan kesehatan, harga terdistorsi oleh berbagai kekuatan,
termasuk subsidi silang dan costhifting. Oleh karena itu biaya bukan merupakan cara yang tepat
memperkirakan biaya. Banyak penelitian juga digunakan biaya rata-rata. Untuk atribut nilai moneter
Dua concept Utama Yang menjiwai analisis Ekonomi adalaha: analisis marjinal Dan biaya
kesempatan. Dalam analisis marjinal, Manfaat Investasi tambahan Tambahan PADA sumeberdaya
Yang ADA also diamati sebagai engamatan Terhadap mencakup biaya Tambahan Dan penghematan.
Biaya kesempatan dari suatu kegiatan adalah nilai usaha alternatif yang mungkin telah dilakukan
dengan sumber daya yang sama (Evers). Sebagian besar keputusan yang dibuat dalam konteks
anggaran: tidak setiap intervensi dapat dilakukan, sehingga memilih salah satu alternatif memerlukan
memboikot manfaat yang mungkin telah berasal dari alternatif terbaik berikutnya (Evers). evaluasi
ekonomi penuh yang dibangun di atas konsep ekonomi dasar biaya kesempatan dan kesepakatan
dengan biaya ini setidaknya secara implisit (Evers).
Secara keseluruhan tampak bahwa klien menerima perawatan fasilitas yang biaya yang lebih
besar kepada pemerintah dari klien menerima rumah / komunitas perawatan berbasis. Namun, ada
variasi yang signifikan dengan tingkat perawatan. Ada juga biaya perbedaan antara klien yang tetap
dalam jenis yang sama dan tingkat perawatan untuk waktu yang cukup lama dan mereka yang memiliki
perubahan status selama periode waktu. Ini harus, bagaimanapun, harus diingat bahwa ada komponen
gaji swasta untuk sebagian besar layanan perawatan penerus. biaya pengguna akan perlu dimasukkan
dalam analisis biaya yang lebih lengkap.
Contoh ekstrim dari implikasi dari berat relatif pembayaran oleh individu terhadap pembayaran
oleh pemerintah adalah bahwa di Atlantic Kanada fasilitas perumahan klien mungkin pendapatan diuji
dan mungkin harus membayar sampai biaya penuh perawatan. Dengan demikian, individu kaya
mungkin membayar biaya penuh perawatan di fasilitas tapi mungkin menerima perawatan di rumah
subsidi pemerintah jika mereka di masyarakat. Dengan demikian, bagi individu tersebut perawatan di
rumah akan merupakan biaya yang lebih besar kepada pemerintah dari perawatan perumahan.
Penghasilan kena pajak admisi untuk review erawatan Pertama, mencakup biaya Dan utilisasi
cenderung menurun SETIAP kalinya. Ada perbedaan tajam antara klien rumah / masyarakat dan klien
perumahan dalam penggunaan pelayanan rumah sakit. rumah klien / masyarakat menggunakan
pelayanan rumah sakit kurang sebelum perawatan pertama mereka tetapi menggunakan pelayanan
rumah sakit lebih dari klien fasilitas setelah dimulainya perawatan. Ini adalah karena penurunan yang
sangat tajam dalam pemanfaatan rumah sakit setelah klien dirawat fasilitas perawatan jangka panjang.
Economic Outcome
Economic outcome tidak mudah dikaitkan dengan pengeluaran intervensi kesehatan pada
tingkat pelayanan kesehatan yang berbeda. Sebaliknya, figur seperti ini seringkali disediakan oleh
provider, payer atau pemerintahan. Di masa lalu, utilisasi pelayanan kesehatan digunakan sebagai bukti
status kesehatan. Akan tetapi, sulit untuk mengartikan standard kesehatan karena perbedaan akses
pelayanan dan faktor lain yang berhubungan dengan penggunaan pelayanan kesehatan di masyarakat.
Faktor-faktor kebudayaan dan ekonomi di masyarakat mungkin dapat mengubah hubungan antara
kesehatan dan penggunaan informasi (Zollner). Economic outcome yang merefleksikan nilai keuangan
manfaat kesehatan atau ukuran-ukuran status kesehatan dan pilihan pasien (quality-adjusted life years)
adalah inti dari metode evaluasi ekonomi yang berbeda. Semua metode evaluasi ekonomi menguji satu
Pada setiap tingkat Pengambilan Keputusan, data yang kegunaan mencakup biaya menyangkut
Tujuh kategori telkom (tugas): (1) anggaran, (2) penilaian varians, (3) profitabilitas, (4) peningkatan
efisiensi (baik efisiensi alokatif dan teknis), (5) ekspansi atau kontraksi jasa, (6) kontrak layanan di
luar, dan (7) meningkatkan efektivitas biaya (misalnya membandingkan pendekatan alternatif seperti
operasi vs rawat inap rawat jalan untuk mengendalikan kondisi medis tertentu) (Shepard). Achallenging
unsur analisis efektivitas biaya adalah pengukuran yang tepat biaya. data biaya biasanya datang dari
dana catatan keuangan dari penyedia atau asuransi, namun data administrasi tersebut tidak cukup akurat
Mencakup biaya terdiri dari Bagian Utama; biaya langsung, biaya tidak langsung Biaya
Langsung adalah pengeluaran untuk merawat penyakit sendiri dengan biaya yang dikeluarkan.
Beberapa contoh biaya adalah pengobatan yang nyata, peralatan untuk review pengantaran obat, masa
tinggal di rumah sakit, waktu bagi dokter dan perawat, tes-tes, perawatan untuk review efek samping,
dan transportasi darurat. Biaya tidak langsung menempatkan nilai biaya pada moneter yang bukan
merupakan bagian dari proses perawatan. Hal ini termasuk kehilangan pendapatan, kurangnya
kewaspadaan, kelemahan, dan equity berbaring kualitas hearts hidup pasien. Biaya ini merupakan suatu
tantangan untuk review menjelaskan apa yang sesuai untuk review untuk memasukkan penghitungan
biaya. Praktikal dan etikal adalah kuncinya. Tetapi untuk review banyak hal, biaya dikembangkan
dengan model using aktivitas berdasarkan yang beroperasi sistematis bisa mencakup biaya peralatan
dan waktu. Sehingga termasuk didalamnya pengantaran obat untuk review pembuluh darah akan
memiliki biaya yang diatur dari perusahaan farmasinya sendiri, waktu untuk review perawat,
penggunaan ruangan di rumah sakit, pengantaran peralatan-kateter, tubing, desinfektan, pembuangan
biohazards, dan pemantauan Peralatan. (Balekdjian, 2002).
Konsep Pembangunan
Pengertian pembangunan menurut Siagian (1994) suatu usaha atau rangkaian usaha
pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building).
Pengertian pembangunan menurut Ginanjar Kartasasmita (1994) yaitu suatu proses perubahan
ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Deddy T. Tikson (2005) menyatakan bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan
sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju
arah yang diinginkan.
Dengan demikian, pembangunan adalah proses perubahan yang terencana dalam segi
pertumbuhan ekonomi, sosial, dan budaya untuk dapat meningkatkan kesejahteraan manusia yang lebih
baik. Manusia merupakan pelaku terciptanya pertumbuhan ekonomi diukur dari pertumbuhan
pendapatan penduduk per kapita yang akan menentukan pembangunan dalam meningkatkan kualitas
Maka pembangunan ekonomi adalah proses pertumbuhan ekonomi di ikuti dengan perubahan-
perubahan pada kegiatan ekonomi (pendapatan perkapita dan pendapatan nasional) dengan
memanfaatkan sumber daya (alam dan manusia) dan kemajuan teknologi. Salah satu faktor
pertumbuhan ekonomi yaitu kemajuan teknologi yang dibagi menjadi dua bentuk, yaitu inovasi produk
dan inovasi proses. Inovasi produk berkaitan dengan produk-produk baru yang sebelumnya tidak ada
atau pengembangan produk-produk sebelumnya sedangkan inovasi proses merupakan penggunaan
teknik-teknik baru yang lebih murah dalam memproduksi produk-produk yang telah ada.
Konsep Pembangunan Kesehatan
Tjiptoherijanto (1993) menyatakan bahwa kesehatan dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi melalui beberapa cara, seperti perbaikan kesehatan seseorang akan menyebabkan pertambahan
dalam partisipasi tenaga kerja, perbaikan kesehatan dapat pula membawa perbaikan dalam tingkat
pendidikan yang kemudian menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi, ataupun perbaikan kesehatan
menyebabkan bertambahnya penduduk yang akan membawa tingkat partisipasi angkatan kerja.
Maka pembangunan kesehatan adalah kesehatan yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan
ekonomi karena manusia yang sehat menciptakan manusia yang produktif dan mampu meningkatkan
derajat kesehatan dirinya sendiri. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
kesehatan, pemerintah membuat program untuk pembangunan kesehatan seperti Millennium
Development Goals (MDGs). Millennium Development Goals (MDGs) bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang memiliki tujuan yang terbatas dan target terukur. Terdapat 8 (delapan)
tujuan Millennium Development Goals (MDGs), yaitu :
1. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.
2. Mencapai pendidikan dasar untuk semua.
3. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Cesario, Simon dan Kinne 1980 (dalam Tjiptoherijanto, 1993) menjelaskan hubungan antara
program gizi dan pertumbuhan ekonomi, menyatakan bahwa :
a. Perbaikan di dalam status gizi akan menurunkan tingkat kematian dan kesakitan, khususnya
bagi penduduk usia kerja, sehingga dapat meningkatkan partisipasi bagi yang belum kerja
dan meningkatkan hari kerja bagi yang sedang melakukan kegiatan kerja.
b. Perbaikan dalam status gizi dan kesehatan tenaga kerja akan meningkatkan efisiensi kerja
melalui peningkatan kemampuan individualnya. Pengaruh dari program kesehatan serta
gizi terhadap penduduk usia muda akan terlihat pada peningkatan GNP( Gross National
Product) melalui pertumbuhan ekonomi, yakni dengan bertambahnya tingkat partisipasi
angkatan kerja dan secara tidak langsung melalui tingkat partisipasi dalam dunia
pendidikan.
Pendapatan perkapita penduduk juga dapat mempengaruhi status gizi karena jika pendapatan
yang tinggi maka status gizi menjadi baik sehingga menurunkan angka kesakitan dan kematian.
Sebaliknya. pendapatan yang rendah akan menimbulkan status gizi yang buruk sehingga meningkatnya
angka kesakitan dan kematian biasanya hal ini terjadi pada penduduk miskin.
Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang menghambat dalam pembangunan ekonomi dan
kesehatan. Penduduk miskin memiliki beban penyakit yang tinggi karena terbatasnya akses terhadap
air bersih dan sanitasi serta kecukupan gizi. Selain itu biaya yang cukup tinggi untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan membuat penduduk miskin lebih memilih pengobatan alternatif serta rendahnya
pendidikan membuat keterbatasan pengetahuan dalam menghadapi suatu penyakit. Komunikasi
Kesehatan hanya memiliki value in use dan bukannya value in exchange (Mills : 1909). Berarti
kesehatan bukanlah suatu komoditi sedangkan pelayanan kesehatan adalah suatu komoditi. Dari sudut
pandang supply (persediaan) produksi yang terpenting dari pelayanan kesehatan adalah kesehatan dan
sekaligus akan menghasilkan output lainnya. Dari sudut pandang demand (permintaan) masyarakat
ingin memperbaiki status kesehatannya, sehingga perlu pelayanan kesehatan sebagai salah satu cara
untuk mencapai status kesehatan yang lebih tinggi karena adanya keinginan untuk dapat menikmati
hidup sebaik mungkin dibandingkan bila mengalami gangguan kesehatan.
Demand diukur dengan tingkat keterpakaian tempat tidur, jumlah kunjungan, jumlah tes
diagnostik, dan sebagainya. Demand terhadap pelayanan kesehatan secara dominan sangat dipengaruhi
beberapa faktor yaitu harga, penghasilan pasien dan preferensi pasien.
Need (kebutuhan) adalah kuantitas barang atau pelayanan yang secara objektif dipandang
terbaik untuk digunakan memperbaiki kondisi kesehatan pasien. Need biasanya ditentukan oleh dokter,
tetapi kualitas pertimbangan dokter tergantung pendidikan, peralatan, dan kompetensi dokter.
Wants (keinginan) adalah pelayanaan yang diinginkan pasien dianggap terbaik bagi mereka
(misalnya, obat yang bekerja cepat). Wants bisa sama atau berbeda dengan need.
Kesimpulan
Ascobat G. 2000. "Current and Future Issues" dalam Ceramah Umum tentang
Desentralisasi Bidang Kesehatan. Jakarta : Magister Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, Program Pasca Sarana Universitas Indonesia.
Balekdjian, D and Russo, M. 2002. Outcome Based Access: Raising the Bar.
Pharmaceutical Executive. www. PharmExec. com
Bejo. 2010. Pembiayaan Kesehatan. http://bejocommunity.blogspot.com
Bootman JL. 2005. Principles of Pharmaeconomics, W Harvey Whitney Books
Company.
Budiharto, Martuti, Soewarta Kosen. 2008. Peranan Farmakoekonomi dalam Sistem
Pelayanan Kesehatan Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan Vol 11: 337- 340.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami tentang peran economic evaluation dalam dunia kesehatan
khususnya dalam menciptakan efisiensi pembiayaan kesehatan
Ringkasan
Dalam sesi ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang cara menentukan cost dan consequences
dari penghitungan economic evaluation yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan
kasus
Aktivitas Pembelajaran
1. Tugas baca (sebelum sesi)
Bahan ajar economic evaluation
2. Kuliah pengantar
3. Tutorial/Diskusi Kelompok (Group Discussion)
Study kasus
Evaluasi Diri
1. Definisi Economic Evaluation
2. Metode Economic evaluation
3. Penentuan cost dan consequences dalam economic evaluation
Lampiran
ECONOMIC EVALUATION IN
HEALTH CARE
OLEH
PUTU AYU INDRAYATHI,SE,.MPH
KATA PENGANTAR
Denpasar, Februari 2016
Putu Ayu
Indrayathi,SE,.MPH
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan kesehatan merupakan kebutuhan yang utama untuk hidup seseorang. Jika
seseorang tidak sehat, akan menyebabkan pengeluaran biaya bagi orang tersebut karena
menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup, memperoleh penghasilan, atau bekerja
dengan efektif. Kesehatan yang lebih baik memungkinkan seseorang untuk memenuhi hidup
yang lebih produktif, meningkatkan pendapatan perkapita, meningkatkan ekonomi negara.
Dalam dunia kesehatan juga tidak luput dengan keterbatasan. Jumlah dokter, perawat, obat-
obatan, tempat tidur untuk perawatan rawat inap sering mengalami keterbatasan sedangkan
permintaan berbagai sumber daya di sektor kesehatan meningkat.
Keadaan seperti itu menyebabkan ada sebagian orang di dunia tidak mendapatkan apa
yang mereka butuhkan, disebabkan antara lain karena tidak mampu mengeluarkan biaya,
karena barang sudah habis, kurangnya sumber daya manusia, perbedaan letak geografis,
ketidakseimbangan pertumbuhan penduduk, terjadinya bencana alam atau lain sebagainya.
Keterbatasan yang terjadi merupakan masalah yang berat yang harus diatasi.
Dengan masalah keterbatasan tersebut mendorong manusia untuk membuat pilihan
antara berbagai alternative yang paling menguntungkan. Dalam membuat pilihan tersebut
maka dapat dikaitkan dengan ilmu ekonomi. Ilmu ini mengakaji semua biaya dan manfaat dari
perbaikan pola alokasi sumber daya yang ada. Kegiatan yang dilaksanakan juga harus
memenuhi kriteria efisiensi (Cost Effective). Salah satu bagian dalam ilmu ekonomi yang
berkaitan dengan perbandingan antara konsekuensi dari dua atau lebih rangkaian alternative
dari suatu keputusan adalah evaluasi ekonomi.
ECONOMIC EVALUATION
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi merupakan suatu upaya penilaian.
Perbandingan antara konsekuensi dari dua atau lebih rangkaian alternative dari suatu
keputusan. Dengan munculnya masalah keterbatasan (scarcity) di dalam hidup seseoranglah
yang menjadikan evaluasi ekonomi itu penting dalam membuat pilihan (choice). Sedangkan
ilmu ekonomi adalah ilmu mengenai pilihan yang mempelajari bagaimana orang memilih
sumber daya produksi yang langka/terbatas, untuk memproduksi berbagai komoditi dan
mendistribusikannya keanggota masyarakat untuk dikonsumsi saat ini atau dimasa mendatang.
Menurut Lubis (2009) tentang Ekonomi Kesehatan, menyatakan bahwa ilmu ekonomi
kesehatan adalah penerapan ilmu ekonomi dalam upaya kesehatan dan faktor – faktor yang
mempengaruhi kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Menyikapi
keterbatasan sumber daya yang ada, mendorong masuknya disiplin ilmu ekonomi dalam
perencanaan, manajemen dan evaluasi sektor kesehatan.
Evaluasi ekonomi mempunyai peranan penting dalam menanggulangi berbagai
masalah manajemen, penekanannya terletak pada penentuan bagaimana penyediaan pelayanan
kesehatan yang terbaik, bukan penentuan prioritas dalam investasi. Evaluasi ekonomi
berutujuan untuk membantu mengidentifikasi apakah intervensi yang lebih efektif adalah
intervensi yang cost effective atau tidak, serta membantu dalam analaisis keuntungan marginal
dari sebuah intervensi baru. Evaluasi ekonomi tidak hanya menyangkut masalah uang atau
biaya melainkan focus pada analisis tindakan yang akan memaksimalkan social welfare
(kesejahteraan social).
Terdapat 4 macam desain penelitian atau metoda dalam penelitian ekonomi pada
berbagai program kesehatan. yaitu:
1. Cost Minimization Analysis (CMA)
Merupakan teknik yang didesain untuk melakukan pilihan diantara beberapa
alternatif yang mungkin dilakukan dengan mendapatkan otucome yang setara
dengan melakukan identifikasi biaya yang dibutuhkan atau dikeluarkan dari
alternatif-alternatif tersebut. CMA merupakan alat yang sederhana yang
digunakan untuk membandingkan biaya dari dua atau lebih program dimana
tujuannya adalah untuk mengidentifikasi alternatif dengan biaya yang terendah.
Jadi pada CMA adalah obat dengan biaya yang paling rendah, bila seluruh sumber
daya digunakan. Bila tidak tersedia data untuk mendukung alternatif terapi yang
digunakan, maka harus digunakan metode yang lain. CMA hanya menunjukkan
biaya yang diselamatkan dari satu pengobatan atau program terhadap pengobatan
ataupun program yang lain.
2. Cost Effectiveness Analysis (CEA)
CEA merupakan suatu metoda yang didesain untuk membandingkan antara
outcome kesehatan dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan program
Program
Studi
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat
Page
70
2. Menurut Diana B. Petitti, analisis efektifitas biaya adalah model yang digunakan untuk
menilai alternatif keputusan yang paling tepat dengan cara membandingkan alternatif
tersebut dalam hubungannya dengan keuangan yang harus dikorbankan.
Cost effectiveness analysis atau CEA merupakan suatu metoda yang didesain untuk
membandingkan antara outcome kesehatan dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan
program tersebut atau intervensi dengan alternatif lain yang menghasilkan outcome yang
sama (Vogenberg, 2001). Outcome kesehatan diekspresikan dalam terminologi yang
obyektif dan terukur seperti jumlah kasus yang diobati, penurunan tekanan darah yang
dinyatakan dalam mmHg, dan lain-lain dan bukan dalam terminologi moneter (Vogenbeg,
2001).
Analisis cost-effectiveness merupakan salah satu cara untuk memilih dan menilai
program yang terbaik bila terdapat beberapa program yang berbeda dengan tujuan yang
sama tersedia untuk dipilih. Kriteria penilaian pogram mana yang akan dipilih adalah
berdasarkan discounted unit cost dari masing-masing alternatif program sehingga program
yang mempunyai discounted unit cost terendahlah yang akan dipilih oleh para
analisis/pengambil keputusan (Tjiptoherianto dan Soesetyo, 1994).
Beberapa ciri pokok CEA menurut Azwar, A (1989) adalah sebagai berikut :
a. Bermanfaat untuk mengambil keputusan.
CEA berguna untuk membantu pengambilan keputusan dalam menetapkan
program terbaik yang akan dilaksanakan. Dengan ciri ini jelaslah bahwa
CEA terutama diterapkan sebelum suatu program dilaksanakan, jadi masuk
dalam tahap perencanaan.
b. Berlaku jika tersedia dua atau lebih program.
Analisis efektivitas biaya merupakan alat utama untuk membandingkan biaya intervensi
sebagai aktivitas apapun, dengan menggunakan berbagai input, yang bertujuan untuk
Kadang-kadang CEA juga digunakan untuk mengukur efisiensi dari sumber daya
(masukan) satu atau lebih dari satu program dengan derajat tujuan (hierachy of objectives).
Keuntungan CEA dibandingkan CUA dan CBA adalah perhitungan unsur biaya lebih
sederhana, dan cukup peka sebagai salah satu alat pengambil keputusan. Kerugiannya
adalah hasil keluaran yang berupa efek program tidak diperhitungkan.
A. Kelebihan
1. Mengatasi kekurangan dalam Cost Benefit Analysis saat benefit sulit
ditransformasikan dalam bentuk uang sebab dalam CEA dilakukan perhitungan
perbandingan outcome kesehatan dan biaya yang digunakan jadi tetap dapat
memilih program yang lebih efektif untuk dilaksanakan meskipun benefitnya
sulit untuk diukur.
2. Hemat waktu dan sumber daya intensif
CEA memiliki tahap perhitungan yang lebih sederhana sehingga lebih dapat
menghemat waktu dan tidak memerlukan banyak sumber daya untuk
melakukan analisis.
3. Lebih mudah untuk memahami perhitungan unsur biaya dalam CEA lebih
sederhana sehingga lebih mudah untuk dipahami. Meskipun demikian CEA
masih cukup peka sebagai salah satu alat pengambil keputusan.
Tahapan dalam menghitung Cost Effectiveness Analysis (CEA) yaitu sebagai berikut:
Analisis Cost-Utility adalah tipe analisis yang mengukur manfaat dalam utility-beban
lama hidup; menghitung biaya per utility; mengukur ratio untuk membandingkan diantara
beberapa program. Analisis cost-utility mengukur nilai spesifik kesehatan dalam bentuk
pilihan setiap individu atau masyarakat. Seperti analisis cost-effectiveness, cost-utility
analysis membandingkan biaya terhadap program kesehatan yang diterima dihubungkan
dengan peningkatan kesehatan yang diakibatkan perawatan kesehatan.
Dalam cost-utility analysis, peningkatan kesehatan diukur dalam bentuk penyesuaian
kualitas hidup (quality adjusted life years, QALYs) dan hasilnya ditunjukan dengan biaya
per penyesuaian kualitas hidup. Data kualitas dan kuantitas hidup dapat dikonversi kedalam
nilai QALYs, sebagai contoh jika pasien dinyatakan benar-benar sehat, nilai QALYs
dinyatakan dengan angka 1 (satu). Keuntungan dari analisis ini dapat ditujukan untuk
mengetahui kualitas hidup. Kekurangan analisis ini bergantung pada penentuan QALYs
pada status tingkat kesehatan pasien
Cost utility adalah bentuk dari analisa ekonomi yang digunakan untuk membimbing
keputusan sebelum tindakan penyembuhan. Cost utility ini diperkirakan antara rasio dari
harga yang menyangkut intervensi kesehatan dan keuntungan yang dihasilkan dalam bagian
itu yang dihitung dari jumlah orang yang hidup dengan kesehatan penuh sebagai hasil dari
penyembuhannya. Hal ini menyebabkan cost utility dan cost effectiveness saling
berhubungan dan timbal balik.
Metode ini dianggap sebagai subkelompok Cost-effektiviness karena Cost-utility
analisis juga menggunakan rasio Cost-effektiveness, tetapi menyesuaikannya dengan skor
kualitas hidup. Biasanya diperlukan wawancara dan meminta pasien untuk memberi skor
tentang kualitas hidup mereka. Hal ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang
sudah dibakukan, sebagai contoh digunakan skala penilaian ( 0=kematian, 10=kesehatan
sempurna ). Quality-adjusted life years(QALYs) merupakan pengukuran yang paling
banyak digunakan
.
Analisa biaya dilakukan untuk menentukan biaya yang dikeluarkan dalam kurun waktu satu
tahun anggaran pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan tercapainya
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat terwujud kesehatan masyarakat yang optimal.
Pengertian Cost Benefit Anaysis menurut pendapat para ahli antara lain:
a. Menurut Mare J. Schniederjans, Jamie L. Hamaker, Ashlyn M. Schiederjans
(2004), Cost Benefit Analysis adalah suatu teknik untuk menganalisis biaya dan
manfaat yang melibatkan estimasi dan mengevaluasi dari manfaat yang terkait dengan
alternative tindakan yang akan dilakukan. Teknik ini membandingkan nilai manfaat
kini dengan investasi dari biaya investasi yang sama sebagai alat bantu dalam
pengambilan keputusan.
b. Menurut Keen (2003), mendefinisikan Cost Benefit Analysis sebagai analisis yang
menjabarkan alasan bisnis, kenapa atau kenapa tidak pilih spesifik suatu investasi harus
dipilih.
c. Menurut Siegel dan Shimp (1994), Cost Benefit Analysis adalah cara untuk
menentukan apakah hasil yang menguntungkan dari sebuah alternatif, akan cukup
untuk dijadikan alasan dalam menentukan biaya pengambilan alternatif. Analisa ini
telah dipakai secara luas dalam hubungannya dengan proyek pengeluaran modal.
Berdasarkan pengertian Cost benefit analysis yang disampaikan para ahli di atas, kelompok
kami menyimpulkan, bahwa cost benefit analysis memiliki pengertian suatu analisis
sistematis yang berupa perbandingan antara manfaat dan biaya yang dikeluarkan
dalam menyelenggarakan kegiatan atau proyek.
Berikut adalah prinsip dasar dalam melakukan Cost Benefit Analysisantara lain:
1. Mencapai keuntungan yang maksimal ( termasuk kesejahteraan sosial ) dan biaya yang
minimal.
2. Tidak hanya membantu mengambil kebijakan untuk memilih alternatif terbaik dari
pilihan yang ada, yang dalam hal ini pemilihan alternatif terbaik dilakukan
berdasarkan alasan perbandingan antara life cycle’s benefit dengan biaya yang
dikeluarkan, melainkan juga dapat membandingkan alternatif-alternatif tersebut.
Program
Studi
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat
Page
89
5. Merupakan alat yang berharga dalam pengambilan keputusan. Hal ini berguna
karena memberikan titik awal dari mana untuk memulai evaluasi proyek.
3. CBA juga lebih berfungsi memberikan informasi kepada pengambil keputusan, tapi
tidak dengan sendirinya membuat keputusan.
Kelemahan lain dari analisis biaya manfaat adalah jumlah subjektivitas yang terlibat
ketika mengidentifikasi, mengukur, dan memperkirakan biaya dan manfaat yang
Program
Studi
Ilmu
Kesehatan
Masyarakat
Page
90
KESIMPULAN
Kebutuhan akan kesehatan merupakan kebutuhan yang utama untuk hidup seseorang. Jika
seseorang tidak sehat, akan menyebabkan pengeluaran biaya bagi orang tersebut karena
menurunnya kemampuan untuk menikmati hidup, memperoleh penghasilan, atau bekerja
dengan efektif.
Biaya (cost) dalam evaluasi ekonomi dapat digolongkan menjadi dua yaitu : Opportunity Cost,
Marginal Cost. Tipe-tipe biaya menurut Drummond antara lain Biaya sektor kesehatan (C1),
biaya yang dikeluarkan oleh pasien dan keluarganya (C2) biaya di luar sector kesehatan dan
pasien (C3), biaya produktivitas yang hilang baik dari sisi pasien maupun keluarga pasien (C4).
Terdapat empat macam desain penelitian atau metode dalam evaluasi ekonomi pada berbagai
program kesehatan antara lain : Cost Minimization Analysis (CMA), Cost Effectiveness
Analysis (CEA), Cost Utility Analysis (CUA), Cost Benefit Analysis (CBA).
DAFTAR PUSTAKA
Andrew HB, Bernie J. The Death of Cost Minimization Analysis. Health Economics 2001;
10(2): 179-184
Baltussen R , Niessen L. Priority setting of health interventions: the need for multi-criteria
decision analysis. Cost Effectiveness and Resource Allocation 2006 ; 4 : 14.
Bootman, Lyle, dkk. Principles of pharmacoeconomics, second edition.
Cost Minimization Analysis. Encyclopedia of Behavioral Medicine. Available
athttp://www.springerreference.com/docs/html/chapterdbid/346185.html
Drummond M , Jonsson B , Rutten F . The role of economic evaluation in the pricing and
reimbursement of medicines. Health Policy 1997 ; 40 : 199 – 215.
Farmer KC, Schwartz WJ, Rayburn WF, Turnbull G. A costminimization analysis
ofintracervical PGE2 for cervical ripening in an outpatient versus inpatient
setting.Clinical Therapeutics 18(4):747–756, 1996
Fatimah, S. 2013. “Ekonomi Kesehatan”. (http://repository.usu.ac.id diakses 1 Agustus 2015).
Helen Dakin, Sarah Wordsworth. Cost-Minimization analysis versus cost-effectiveness
analysis, revisited. Health economics Research Centre, University of Oxford, UK.
22: 22-34, 2013.
Hoffmann C , Stoykova B A , Nixon J et al . Do health-care decision makers fi nd economic
evaluations useful? The fi ndings of focus group research in UK health authorities.
Value in Health 2002 ; 5 : 71 – 78 .
Lubis, Ade F.2009. Ekonomi Kesehatan. Universitas Sumatra Utara. USU Press.
McGraw-Hill. Pharmacoeconomics : Principles, Methods and Application. 2011
Newby D, Hill S. Use of pharmacoeconomics in prescribing research. Part 2: CostMinimization
analysis—When are two therapies equal? Journal of Clinical Pharmacyand
Therapeutics 28(2):145–150, 2003
Richardson, Jeff. Cost Utility Analisys : Whar Should be Measured ; Utility, value or haelt
Year Equivalents. University of Zurich, Switzerland. 1990
Rimawati, Eti. 2004. Konsep Dasar Ilmu Ekonomi dan Ekonomi Kesehatan.
(http://eprints.dinus.ac.id di akses 15 Juli2015).
Setiawati, Elsa P. 2009. Evaluasi Ekonomi pada Pelayanan Kesehatan .
(http://www.pustaka.unpad.ac.id diakses 15 Juli 2015).
Talmor D , Shapiro N , Greenberg D , Stone P W , Neumann P J. When is critical care medicine
cost-effective? A systematic review of the cost-effectiveness literature. Critical Care
Medicine 2006 ; 34 : 2738 – 2747.
Vogenberg R.F. Introduction to Applied Pharmacoeconomics. New York: McGraw-Hill.
Medical Publishing Division 2001.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami manfaat penghitungan NHA dan DHA dalam
pelayanan kesehatan
Ringkasan
Pada sesi ini mahasiswa akan diberikan penjelasan mengenai definisi NHA dan
DHA,manfaatnya serta cara penghtungannya
Aktivitas Pembelajaran
1. Tugas baca (sebelum sesi)
2. Kuliah pengantar
3. Tutorial/Diskusi Kelompok (Group Discussion)
Evaluasi Diri
1. Definisi NHA
2. Definisi DHA
3. Manfaat NHA/DHA
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami manfaat penentuan prioritas dalam pelayanan
kesehatan
Ringkasan
Pada sesi ini mahasiswa diajarkan mengenai definisi priority setting dan konsep dasar
penentuannya diakhiri dengan case study
Aktivitas Pembelajaran
1. Kuliah pengantar
2. Case Study
Evaluasi Diri
1. Definisi Case study
2. Prinsip dasar priority
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang budgeting,manfaat budgeting dan cara
penentuan budgeting dalam kaitannya dalam pelayanan kesehatan
Ringkasan
Pada sesi ini mahasiswa akan diajarkan mengenai definisi penganggaran,cara-car penetuann
anggaran dan cara membuat anggaran.
Aktivitas Pembelajaran
1. Kuliah pengantar
2. Case Study
Evaluasi Diri
1. Definisi Budgeting
2. Cara-cara penghitungan budget
3. Metode yang biasa dipakai dalm penentuan budget
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu mengaplikasikan materi-materi yang telah diberikan dalam kelas
terdahulu dalam bentuk presentasi kelompok
Ringkasan
Pada sesi ini mahasiswa akan mempresentasikan topic-topik yang diangkat sebagai bhan
presentasi
Aktivitas Pembelajaran
1. Presentasi
a. Kelompok
1
b. Kelompok
2
c. Kelompok
3
d. Kelompok
4
e. Kelompok
5
Evaluasi Diri
Diskusi dari materi-materi yang telah dipresentasikan