STAF AHLI
Pendahuluan
1. Air Space (ruang udara) adalah wilayah di atas daratan dan lautan dalam sebuah
negara. Setiap negara memiliki kedaulatan atas ruang udara diatas wilayah kedaulatannya
setidaknya sampai pada ketinggian dimana pesawat dapat terbang. 1 Dalam wilayah udara
negara berdaulat, layanan udara internasional terjadwal memerlukan persetujuan untuk
terbang lintas ataupun mendarat termasuk pesawat militer asing. Sesuai pasal 1 konvensi
Chicago 1944 dikatakan bahwa setiap negara memiliki kedaulatan yang komplit dan
eksklusif atas udara diatas teritorialnya dalm hal ini dapat diartikan bahwa kedaulatan
terhadap suatu teritorial berarti juga kedaulatan atas udara yang berada diatas teritorialnya
secara vertical dan tak terbatas. (Article 1: The contracting state recognize that every state
has complete and exclusive sovereignty over the air space above its territory).2 Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar yang terdiri lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil
dengan wilayah yurisdiksi baik darat, laut, maupun udara yang sangat luas. Terletak pada
posisi silang antara dua samudera dan dua benua memiliki nilai yang sangat strategis
namun sekaligus juga dapat menimbulkan kerawanan-kerawanan khususnya dalam bidang
keamanan nasional. Keamanan dimaksud adalah dari segala aspek kehidupan termasuk
keamanan dari kemungkinan ancaman dari luar wilayah Indonesia. Sejak tahun 1982
berdasarkan United Convention on the Law of the Sea (UNCLOS 1982) Indonesia telah
diakui sebagai negara kepulauan yang memiliki luas perairan 6.184.280 km2 dan telah
diratifikasi dalam UU Nomor 17 Tahun 1985. Sesuai Bab XI tentang Kawasan (The Area)
pasal 135 tentang status hukum perairan dan ruang udara diatasnya dinyatakan tidak akan
mempenaruhi status hukum perairan yang ada di atas kawasan atau ruang udara
1
A Dictionary of Diplomacy, Palgrave, 2001, Hal 6.
2
International Civil Aviation at Chicago-ICAO, https://www.icao.int/7300.org.pdf.Diunduh pada tanggal 30
Oktober 2018.pk.21.45
2
diatasnya. 3 Hal ini selaras dengan pasal 1 konvensi Chicago 1944 seperti yang dibahas
di atas, oleh karena itu wilayah udara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kedaulatan sebuah Negara yang harus senantiasa dijaga dengan upaya-upaya
mempertahankan dari setiap pelanggaran atas kedaulatan tersebut.
3
United Nation Convention on the Law of the Sea, https://www.un.org/texts/unclos/unclos-pdf, diunduh
pada tanggal 28 Nopember 2018, pk 22.00
3
b. Radar.4 Singkatan dari Radio Detection and Ranging, radar adalah peralatan
untuk memancarkan gelombang elektrmagnetik dan menerima signal pantul dari
obyek/target yang berada dalam jangkauannya. Adanya target dibuktikan dengan
dideteksinya signal pantul (echo). Data-data yang disajikan mencakup satu atau
lebih berupa jarak (range), arah (direction), dan kecepatan.
c. Gap Filler.5 Dalam pertahanan udara berbasis darat, ada satu yang
digunakan untuk menambah/meningkatkan cakupan (coverage) di suatu wilayah
atau zona yang tidak terlindungi dengan baik oleh sistem yang sudah tergelar, baik
site radar yang mobile ataupun tetap (fix). Sebagai contoh dua radar pengamatan
(surveillance) yang dipisahkan dalam jarak 100 km mungkin dapat mengkover
wilayah udara pada jarak dan ketinggian maksimum, dan tingkat tumpang tindih
(overlap) coverage pada jarak yang minimum, tetapi berdasarkan batasan
penglihatan (line of sight), medan yang tertutup, atau keduanya, tidak cakupan
terhadap sasaran/target pada ketinggian rendah. Gap filler radar untuk ketinggian
rendah bisa digelar untuk menutupi wilayah yang rentan yang sudah
diketahui/ditentukan. Akan lebih ekonomis untuk menggelar radar dengan fungsi-
fungsi khusus untuk mengisi celah kecil (gap) pada coverage untuk memastikan tidak
ada gap lagi. Sehingga tidak ada tingkat cakupan tumpang tindih yang tidak
diperlukan.
4
Radar Technology Encyclopedia, Artech House, 1998, hal 320.
5
Ibid, hal 336.
6
Ibid, hal 15.
4
e. Radar Coverage.7 Radar coverage merupakan istilah umum untuk batas tiga
dimensi yang menggambarkan volume di ruang udara dimana kemampuan
operasional radar memenuhi persyaratan yang ditentukan. Persyaratan ini
tergantung pada jenis radar dan dapat dijelaskan dalam hal deteksi dan
kemungkinan alarm palsu (jika tugasnya hanya deteksi). Untuk tugas deteksi dan
pelacakan, resolusi dan kesalahan dalam pengukuran ditambahkan ke persyaratan,
sedangkan untuk pengenalan sasaran kemungkinan penggolongan yang benar dan
salah menjadi penting.
7
Radar Technology Encyclopedia, Artech House, 1998, hal 100.
8
Ibid, hal 420.
5
5. Penyusunan naskah strategi gelar radar hanud guna meningkatkan pertahanan udara
dalam rangka menjaga kedaulatan negara di udara ini dilandasi dan didasari pemikiran
sebagai berikut:
9
United Nation Convention on the Law of the Sea, https://www.un.org/texts/unclos/unclos_e_pdf. Hal 37,
Diunduh pada tanggal 13 Nop 2018, pk. 22.50.
7
adalah radar yang digunakan untuk pengamatan dan deteksi terhadap seluruh
wahana udara.
6. Gelar dan Coverage Radar Saat Ini. Gelar radar hanud yang ada saat ini belum
optimal mengkover seluruh wilayah udara nasional yang mengakibatkan operasi pertahanan
udara tidak optimal, hal ini disebabkan karena jumlah alutsista yang digelar belum sesuai
kebutuhan dan pengelarannya yang kurang optimal, kemampuan beberapa alutsista radar
mulai menurun, dan kondisi geografis indonesia yang bergunung dan luasnya
perairan/lautan dapat dijelaskan sebagai berikut:
Wilayah lautan yang sangat berpengaruh pada strategi gelar radar adalah laut Cina
Selatan, laut di kepulauan Maluku, dan laut antara pulau Timor dan Papua bagian
selatan (Merauke). Dengan jauhnya daratan di wilayah tersebut maka akan sulit
untuk menggelar radar yang saling overlap. Pada gambar 2 terlihat gelar radar di
wilayah timur Indonesia yang saling overlap pada jarak maksimal (240 NM).
Dengan jauhnya titik gelar radar yang tidak saling overlap tersebut maka akan
menimbulkan blank area yang cukup luas walaupun tidak ada obstacle. Disamping
faktor geografi berupa permukaan yang tidak datar dan kondisi lautan dan kepulauan
kecil-kecil, ada satu faktor lagi berupa penggelaran radar yang tidak memperhatikan
spesifikasi dan karakteristik radar dengan gelombang elektromaknetik yang line of
sight. Gelar radar ditentukan sedemikian rupa saling overlap diujung coverage yang
berarti pada coverage maksimal tersebut sasaran udara hanya dapat terdeteksi pada
ketinggian 40.000 ft, dibawah ketinggian tersebut tidak dapat terdeteksi, hal ini juga
berakibat adanya blank area yang cukup luas, seperti terlihat pada gambar 3.
Alt/ft
30.000
20.000
10.000
Blank Area
1) Radar Plessey AWS II. Saat ini dioperasikan sebanyak 3 unit. Dibuat
pada awal tahun 1960 an dan merupakan radar 2 dimensi (hanya dapat
memberikan data jarak dan azimuth). Radar ini termasuk yang akan diganti
sesuai dengan MEF.
11
Dari 20 unit radar yang dioperasikan tersebut saat ini beberapa radar tidak beroperasi
secara maksimal dan berpotensi sangat sulit untuk dioptimalkan kembali. Tiga unit
radar Plessey AW S II merupakan radar 2 dimensi yang akan diganti sesuai dengan
MEF, tiga unit radar Plessey AR-325C saat ini pabrik pembuatnya sudah tutup
sehingga kesulitan dukungan suku cadangnya dan kemampuan testbench untuk
perbaikan yang hanya mampu memperbaiki sebagian suku cadang, dan 8 unit radar
TRS 2215 yang kemampuan deteksinya sebagian besar hanya 100 NM, jauh dari
kemampuan awal.
7. Permasalahan yang dihadapi. Kondisi saat ini seperti diuraikan diatas disebabkan
oleh beberapa permasalahan sebagai berikut:
300
NM
0+ 100 120 90
240
180
FL 300
400
300
200
100
3) Radar Plessey AR-325C. Radar ini dibuat dan diistalasi pada tahun
1990 an, merupakan radar yang memiliki teknologi yang lebih baik dari radar
sebelumnya. Walaupun hanya menggunakan satu amplifier berupa (TWT)
namun jarak jangkau deteksinya lebih baik (+ 250 NM). Namun pada saat ini
pabrik pembuatnya sudah tutup, sehingga dukungan suku cadangnya menjadi
tidak ada sementara kemampuan testbench di Depohar 50 tidak bisa
memperbaiki semua cards/suku cadang. Saat ini satu satuan radar tidak
dapat beroperasi karena terbatasnya suku cadang. Radar ini diperkirakan
dalam waktu yang tidak lama akan berhenti beroperasi (tidak dapat
dipertahankan).
10 tahun terakhir tidak ada radar baru yang dioperasikan untuk menuju pemenuhan
alutsista sesuai MEF. Pemenuhan kebutuhan pokok minimum tersebut meliputi
pembangunan kekuatan dengan pengadaan alutsista baru (menambah kekuatan),
mengganti sebagian alutsista yang sudah tua dan mempertahankan sebagian
alutsista yang masih dapat dioperasikan dengan mempertahankan kesiapan
operasionalnya melalui pemeliharaan. Karena pembangunan kekuatan tersebut
sampai saat ini belum terealisasi, maka berakibat pada alutsista (radar) yang
seharusnya sudah mulai diganti masih dipertahanankan sehingga kemampuannya
tidak bisa dipertahankan. Oleh karena itu hingga saat ini cakupan deteksi radar
yang sudah ada belum dapat mengkover seluruh wilayah udara dan bahkan wilayah
coverage nya semakin mengecil seperti terlihat pada gambar 7. Hal ini nampak
sangat berbeda dengan kondisi seharusnya atau coverage radar saling overlap pada
ketinggian 25.000 ft pada jarak 200 NM seperti terlihat pada gambar 8.
Gambar 8. Coverage radar pada jarak 200 NM dan ketinggian 25.000 ft.
Dari rencana gelar tersebut perlu dievaluasi rencana titik gelar Ambon dan
Bengkulu agar diperoleh coverage yang maksimal. Untuk mewujudkan gelar
radar yang memiliki coverage maksimal, perlu adanya tindaklanjut dari
21
pejabat terkait sesuai dengan tugas dan tanggungjawab jabatan antara lain
dengan upaya sebagai berikut:
Penutup
10. Saran. Agar gelar dan operasional radar dapat mengkover seluruh wilayah udara
nasional disarankan beberapa hal sebagai berikut:
c. Diperlukan airborn radar (pesawat AWAC) untuk patroli udara pada blank
area di wilayah timur indonesia yang secara alami/geografisnya tidak memungkinkan
digelar radar.
11. Wusana Kata. Demikian naskah tentang optimalisasi gelar radar hanud guna
meningkatkan pertahanan udara dalam rangka menjaga kedaulatan negara negara di
udara, dibuat agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pimpinan dalam
menentukan kebijakan selanjutnya.
DAFTAR28
PUSTAKA