Pada kebanyakan material, regangan termal 𝜀𝑇 sebanding dengan perubahan temperatur ∆𝑇:
𝜺𝑻 = 𝜶. ∆𝑻
………………………………….(2.27)
Dimana :
𝜀𝑇 = regangan termal
∆𝑇 = perubahan prismatik (°C)
𝛼 = koefisien ekspansi termal (1/°C)
Harga 𝛼 yang khas dicantumkan dalam Tabel 11 di lampiran
Jika perjanjian tanda untuk regangan termal dibutuhkan, kita biasanya mengasumsikan
bahwa ekspansi bertanda positif (+) dan kontraksi bertanda negatif (-).
Besar tegangan yang terjadi pada batang prismatik akibat pengaruh efek termal adalah
𝜹𝑻 = 𝜺𝑻 𝑳 = (𝜶∆𝑻)𝑳 …………….………………..(2.29)
Bahan struktural biasa akan memuai jika dipanaskan dan menyusut jika didinginkan
sehingga peningkatan temperatur akan menimbulkan regangan termal yang bertanda positif.
Regangan termal biasanya dapat balik, artinya elemen tersebut akan kembali ke bentuk
semula jika temperatumya dikembalikan ke temperatur semula.
Untuk struktur yang mempunyai tumpuan untuk mencegah ekspansi dan kontraksi,
tegangan termal akan timbul meskipun perubahan temperatur di seluruh struktur seragam tanpa
adanya tegangan. Beban termal ini dibagi menjadi:
1. Beban termal akibat pembatasan gerak oleh tumpuan saat pipa mengalami ekspansi.
2. Beban termal akibat perbedaan temperatur yang besar dan sangat cepat dalam dinding pipa
sehingga menimbulkan tegangan.
3. Beban termal akibat perbedaan koefisien ekspansi pipa yang dibuat dari dua logam yang
berbeda.
Efek akibat thermal expansion atau thermal contraction kemungkinan bisa menyebabkan:
1. Kegagalan pada piping materials karena terjadinya tegangan yang berlebihan atau overstress
maupun fatigue.
2. Terjadinya tegangan yang berlebihan pada pipe support atau titik tumpuan.
3. Terjadinya kebocoran pada sambungan flanges maupun di Valves.
4. Terjadi kerusakan material di Nozzle Equipment (Pump, Tank, Pressure Vessel, Heat
Exchanger. etc) akibat gaya dan momen yang berlebihan akibat ekspansi atau kontraksi
5. Resonansi akibat terjadi Vibration.