Di ceritakan di dalam hutan di Bumi Nusantara, seorang Bangsawan bernama Raden Wijaya beserta
dengan para prajuritnya sedang mencari lahan untuk mendirikan sebuah kerajaan.
Raden Wijaya : Patihku, hari ini matahari bersinar cukup terik, mari kita beristirahat sejenak di
tempat ini!
Prajurit sekalian, perjalanan kita hentikan sekejap, Baginda hendak beristirahat, mari kita beristirahat
bersama.
Semua prajurit pun beristirahat, sembari beristirahat beberapa prajurit membabat hutan untuk tempat
Raden Wijaya beristirah dan ada juga yang mencarikan makanan berupa buah-buahan hutan untuk Raden
Wijaya dan untuk yang lainnya.
Prajurit : Maha Patih ini ada sedikit buah-buahan untuk Baginda Raja…
Patih : Buah apa yang kau berikan ini, tentu ini buah yang bisa dimakan bukan?
Prajurit : Tentu saja buah ini tidak beracun maha patih. Ini adalah buah Maja dan buah ini
aman untuk di makan, maha patih
(sambil mengambil buah yang diberikan prajurit, lalu menghadap baginda raja dan mamberikan buah)
Raden Wijaya : Oh…, terima kasih patihku, memang aku sedikit lapar!
Raden Wijaya hanya memperhatikan buah maja yang diberikan patihnya dan tak kunjung memakannya
Patih : Apakah Baginda tidak menyukai buah Maja yang hamba berikan?
Raden Wijaya : Bukan begitu Patihku. . .
Buah ini nikmat untuk dimakan jika sudah sedikit tua, jika dimakan seperti ini buah ini terasa sangat
pahit!
Namun tunggu dulu, tujuan kita melakukan perjalanan ini adalah untuk mencari lahan untuk kerajaan
bukan??
Patih : Maaf Baginda, tapi apa hubungannya buah Maja yang pahit dengan tujuan
perjalanan kita ini?
Raden Wijaya : Tiba-tiba dipikiranku terlintas jika kerajaan yang akan kita dirikan ini sudah bisa
berdiri dengan tegak dan kokoh, aku ingin menamai kerajaan ini kerajaan Majapahit
Patih : Apa yang membuat Baginda memilih nama Majapahit untuk nama kerajaan ini ?
Ternyata buah Maja tersebut terasa pahit dan itu menjadi inspirasi oleh Raden Wijaya untuk memberi
nama kerajaannya Majapahit, namun Sang Maha Patih tetap bertanya-tanya akan keputusan Raden
Wijaya itu
Nama itu ku berikan karena tempat ini yang akan ku jadikan lahan untuk kerajaan, disini terdapat pohon
Maja yang terasa pahit. . .
Itulah alasan Raden Wijaya mengapa ia memilih nama Majapahit untuk menjadi nama kerajaannya.
Akhirnya kerajaan berdiri dengan nama Majapahit
Raden Wijaya : Inilah kerajaan yang kita inginkan selama ini, semoga kerajaan ini menjadi
kerajaan yang terbesar dan disegani di Nusantara ini
Setelah kerajaan Majapahit berjalan di bawah pemerintahan Raden Wijaya, Raden Wijaya pun memiliki
patih yang bernama Ranggalawe dan Lembu Sora. Diceritakan raden Wijaya bersama Patihnya sedang
berada di ruang kerajaan
Raden Wijaya : Wahai patih-patihku… berjanjilah kalian akan setia kepadaku, berbuatlah yang
terbaik bagi rakyat Majapahit. Apakah kalian mengerti para patihku??
Usai mengobrol di ruang kerajaan, ternyata Ranggalawe dan Lembu Sora merencanakan sebuah
pemberontakan untuk merebut tahta kerajaan dari Raden Wijaya
Ranggalawe : Temanku, aku tak puas dengan kedudukan yang diberikan Raden Wijaya padaku,
aku pun sudah tidak sabar untuk merebut tahta kerajaan dari Raden Wijaya.
Lembu Sora : Benar, aku pun telah siap merebut tahta kerajaan, telah ada banyak prajurit yang
akan membantu kita dalam pemberontakan ini..
Setelah mereka usai menyusun rencana pemberontakan, mereka pun pergi ke kerajaan untuk menemui
Raden Wijaya
Tak ingatkah kau, dulu kita bersama-sama berjuang untuk mendirikan kerajaan ini!!!
Lembu Sora : Benar, mengapa kau tak adil seperti ini, kau memang manusia tidak tau
terimakasih!!!
Yang berjuang untuk kerajaan ini adalah para pekerja yang dengan sukarela bersedia membangun
kerajaan ini dan para prajuritku yang membantuku!!
Akhirnya pertarungan pun tak dapat dihindari. Akhir dari pertentangan itu adalah sebuah pertarungan
yang mengakibatkan Raden Wijaya meninggal, dan untuk menghormati Raden Wijaya dibuatlah patung
dalam bentuk Dewa Wisnu dan Siwa. Raden Wijaya pun digantikan oleh Jayanegara
Jayanegara : Wahai rakyatku, aku adalah Jayanegara!!
Saat masa awal pemerintahan Jayanegara, ia mulai dihasut oleh Mahapatihnya yang licik
Mahapatih : Kau tidak tahu Baginda, banyak pejabat yang ingin menghianatimu Baginda,
mereka harus di hukum mati.. (marah)
Jayanegara : Apa??? Kalau begitu kau harus segera bertindak, cepat bereskan mereka semua,
Mahapatih!!!
Seiring dengan berjalannya waktu, Mahapatih terus menghasut Jayanegara. Namun pada akhirnya,
Jayanegara sadar akan kesalahannya mempercayai begitu saja sang Mahapatih. Akhirnya Jayanegara
memutuskan untuk menghukum mati Mahapatih tersebut.
Jayanegara : Dasar kau licik Mahapatih, kau menghasutku demi mendapatkan tahta kerajaan
(marah)
Setelah Mahapatih tersebut di hukum mati, kondisi kerajaan mulai normal. Namun tidak disangka,
Jayanegara bermain intrik dengan istri seorang tabib yang bernama tabib Tanca. Tanpa sepengetahuan
Jayanegara, tabib Tanca ternyata telah mengetahui hal tersebut. Hingga pada akhirnya, pada malam saat
semua telah terlelap, tabib Tanca memasuki kamar Jayanegara.
Jayanegara : Hai Tanca, ada apa gerangan malam-malam kau ada di kamarku??
Tanca : Tak usah berpura-pura, aku telah mengetahui keburukanmu, kau telah
berselingkuh dengan istriku, aku sudah tidak tahan dengan semua ini Jayanegara!!
Jayanegara : Hah.. kau sudah tahu akan hal itu, maafkan aku Tanca, aku telah
membohongimu..
Tanca : Aku tak bisa memaafkanmu Jayanegara,. Kini telah saatnya aku membunuhmu
bersiaplah untuk mati Jayanegara!! (sambil menusuk Jayanegara)
Setelah peristiwa pembunuhan itu terjadi, Jayanegara digantikan oleh sepupunya Tribhuwanatunggadewi
Jayawardhani. Di dalam masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan, salah satunya adalah
pemberontakan di Sadeng dan Kuti tahun 1331, pemberontakan ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada.
Tribhuwana : Gajah Mada, kau telah berhasil membantuku dalam pemberontakan di Sadeng
dan Kuti, aku sangat barterimakasih kepadamu, dan berkat pengabdianmu terhadap kerajaan, aku
mengangkatmu menjadi Patih Mangkubumi
Tribhuwana : Tentu saja, engkau pantas mendapatkannya sebagai buah dari pengabdianmu
Gajah Mada : Terima kasih yang mulia, karena Yang Mulia telah menganugerahiku gelar
terhormat tersebut, maka aku berjanji di hadapan para pembesar kerajaan, aku tidak akan Amukti Palapa
sebelum dapat menundukan seluruh Nusantara
Setelah Gajah Mada mengucapkan janjinya, langkah pertama yang dilakukannya adalah dengan
menundukan Bali pada tahun 1343 dan dilanjutkan dengan menaklukan seluruh wilayah Nusantara pada
masa pemerintahan Hayam Wuruk
Hayam Wuruk : hai.. Gajah Mada, kau memang seorang Patih yang sangat hebat, kau dapat
menalukan Nusantaradengan Sumpah Palapamu
Gajah Mada : Terima kasih Baginda, karena engkau telah membantuku, tanpamu juga aku tak
akan bisa memperoleh ini semua
Pada masa pemerintahan Hayam wuruk, terjadi peristiwa Bubat. Peristiwa ini terjadi di ibukota
Majapahit, tepatnya di sebuah lapangan luas. Awalnya ini adalah sebuah tipu muslihat Gajah Mada untuk
menundukkan kerajaan Sunda Padjajaran. Gajah Mada telah berhasil mendatangkan Raja Sunda, Sri
Baduga Maharaja dan putrinya, Dyah Pitaloka
Hayam Wuruk : Mahapatihku, ku kira usiaku kini sudah cukup dewasa, melihat putri dari Sri
Baduga Maharaja, aku ingin meminangnya, ini akan mempererat hubungan kerajaan kita dengan kerajaan
Sunda Padjajaran.
Gajah Mada : Tidak Baginda, hamba akan menjodohkan Baginda dengan Dyah Pitaloka, namun
perjodohan ini kita gunakan sebagai tipu muslihatagar kerajaan Sunda Padjajaran mau mengakui
kedaulatan kita. Bagaimana, apakah Baginda setuju??
Hayam Wuruk : Baiklah Mahapatihku, ku rasa itu ide yang bagus, ku serahkan padamu urusan itu!
Di lapangan luas, saat Gajah Mada dan Sri Baduga Maharaja dipertemukan…
Gajah Mada : Hai.. kau Sri Baduga, Rajaku Hayam Wuruk ingin meminang putrimu, namun kau
harus mengakui kedaulatan Majapahit, apa kau setuju??
Sri Baduga : Aku tidak setuju, aku tidak mau putriku menjadi permainan politikmu!!
Gajah Mada : Dasar kau!! Jika kau tidak ingn prajuritmu gugur dan terjadi peperangan, lebih
baik kau terima penawaran ini, apa kau mengerti!!
Dyah Pitaloka : (sambil berlari) tidak!!! Aku akan setia pada kerajaan, aku tidak akan mau
menikah dengan rajamu!!
Gajah Mada : Jika itu maumu, akan terjadi peperangan besar di tempat ini, kau salah bila tak mau
menerima penawaranku. Menikahlah dengan rajaku!!
Dyah Pitaloka : Aku tetap tidak mau, aku tak mau hidup bersama rajamu, lebih baik aku mati
daripada harus mengakui kedaulatan kerajaanmu!!! Aku tidak sudi, aku akan membunuh diriku sebagai
tanda aku akan tetap setia pada kerajaanku.
Sri Baduga : Jangan anakku!! Ayah tidak ingin kau mati, terimalah perjodohan itu, ayah rela
anakku…
Dyah Pitaloka : Tidak ayah… maafkan aku (sambil menusuk tubuhnya sendiri dengan pedang)
Sri Baduga tidak dapat menghalangi keinginan putrinya, dan Dyah Pitaloka pun mati. Terjadilah sebuah
peperangan besaryang melibatkan 2 kerajaan tersebut yang dikenal dengan peristiwa Bubat. Setelah
peristiwa Bubat, Mahapatih Gajah Mada mengundurkan diri dari jabatannya karena usia lanjut.
Hayam Wuruk : Patihku, terima kasih selama ini kau telah mengabdi pada kerajaan, jasamu akan
dicatat oleh sejarah. Walaupun kini kau sudah tak menjadi patihku lagi..
Gajah Mada : (sambil mengangguk) saya akan tetap dan selalu berjuang demi kerajaaan
Majapahit, Baginda…
Hayam Wuruk : Mengapa seluruh peganganku dalam menjalankan kerajaan ini hilang seiring
dengan berjalannya waktu???
Karena kematian Gajah Mada dan ibunya Tribhuwanatunggadewi, hayam Wuruk kehilangan
penasehatnya dan menyebabkan kerajaan menjadi gunjang ganjing. Persaingan dan intrik politik diantara
keluarga kerajaan pun terjadi setelah Hayam Wuruk meninggal pada tahun 1389
Bhre Wirabhumi : Wardhani, kaulah yang pantas untuk menjadi raja, bukan suami mu itu!!
Dia tak pantas menjadi raja!!
Wardhani : Kak, bukan maksudku untuk tidak menjadi raja, namun aku tidak siap
menjadi raja dari kerajaan ini, kak
Kau siap menjadi raja jika kau mau, karena ini memang hak mu, bukan suami mu!!
Wardhana : Istriku, jika memang kau tidak siap menjadi raja, aku siap
menggantikanmu.
Bhre Wirabhumi : Apa?? Kau bangga sekali mengatakan itu.. bila kau menjadi raja, ku yakin
kerajaan ini akan runtuh!!!
Kemarahan Bhre Wirabhui semakin tak terbendung lagi setelah Wikramawardhana menyerahkan
kekuasaannya pada Suhita anaknya, dan akhirnya terjadilah peperangan diantara mereka yang disebut
perang Paregreg yang mengakibatkan terbunuhnya Wirabhumi dan secara tidak langsung menyebabkan
semakin melemahnya kerajaan Majapahit serta timbullah benih balas dendam di kalangan keluarga
kerajaan.
Dengan melemahnya kerajaanMajapahit, terjadilah penyerangan oleh pasukan Kerajaan Islam Demak
pimpinan Raden Patah yang menyebabkan keruntuhan Majapahit.
Prajurit : Hyaaaat……!!!!