Anda di halaman 1dari 11

MULAI MENGHILANGNYA NILAI AGAMA AKIBAT ADANYA ARUS

GLOBALISASI

DISUSUN OLEH :

Kelompok 3

 AHMAD FADILLAH 201810050311263


 ANUGERAH DINDA C.P 201810050311283
 ANGGI PUTRI D.S 201810050311293
 DIA ZULFIA R. 201810050311268
 DESY DWIYANTI 201810050311269
 IHZA WIBI A. 201810050311243
 RIFQI HADDYAN H. 201810050311253
 RISMAWATI ADE N. 201810050311273

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

ILMU PEMERINTAHAN “E”

BAB 1

Pendahuluan

1
A. Latar Belakang
Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam
masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Bila ditelusuri, benih-
benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar
abad ke-1-7 M. Saat itu, para pedagang Muslim Arab, Persia, dan India, Tiongkok mulai menelusuri
negeri lain baik melalui jalan darat maupun jalan laut untuk berdagang. Fase selanjutnya ditandai
dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk
jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka,
India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk
jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama,
abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia. Munculnya era globalisasi ini
merupakan tantangan dalam dunia dakwah, mau atau tidak semua manusia akan mengalaminya.
Nah, untuk mengarungi postmodernism ini, dibutuhkan langkah-langkah yang konkrit dan
sistematik untuk dijadikan sebagai acuan hidup yang diharapkan mampu mengembalikan manusia
kepada maksud dan tujuan ia diciptakan, dengan memanfaatkan kemajuan dunia globalisasi.
Pendidikan tidak hanya semata-mata diarahkan pada pertumbuhan dan pengembangan manusia
yang secara filosofis lebih menekankan pada pencapaian secara material. Pendidikan bukan pula
hanya diarahkan pada upaya pengayaan aspek mental spiritual dalam rangka mengejar tujuan
normatif, melainkan juga diarahkan untuk tercapainya manusia yang sempurna secara etik maupun
moral serta mempunyai kepekaan susila. Sementara dalam pandangan Islam, pendidikan merupakan
rekayasa insaniah yang berjalan secara sistematis yang dikembangkan dalam rangka keutuhan
manusia, sesuai dengan potensi fitrahnya. Keberadaan pendidikan Islam adalah perkembangan
mengarah kepada satu persaingan yang menentukan keberadaannya. Ini menunjukkan bahwa
pendidikan Islam berada di tengah-tengah persaingan baik dalam lingkungan tuntutan globalisasi,
ataupun persaingan sekolah yang bersih menawarkan produk atau keterampilan yang dimiliki.
Persaingan antarlembaga pendidikan mengarah kepada satu tuntutan apakah pendidikan itu akan
sesuai dengan kebutuhan zaman dan masyarakat atau secara alamiah pendidikan itu akan tergeser
dari persaingan. Secara subtansial pendidikan Islam sebenarnya pendidikan yang strategis. Artinya,
saat ini yang dibutuhkan masyarakat bukan hanya ilmu agama saja melainkan juga bagaimana bisa
mengikuti perkembangan zaman. Inilah yang dimiliki oleh pendidikan Islam. Pendidikan yang kuat
dalam rohaniah, cerdas dalam intelektual, dan terampil dalam sikap.

Al-Faruqi menyatakan bahwa sistem pendidikan Islam harus dipadukan dengan sistem modern.
Perpaduan kedua sistem pendidikan itu diharapkan akan lebih banyak berkontribusi bukan hanya
sekadar melakukan cara-cara sistem Islam dan cara-cara otonom sistem sekuler. Maksudnya
pengetahuan Islam akan menjadi pengetahuan tentang sesuatu yang langsung berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari di dunia ini, sementara pengetahuan modern akan dapat dibawa dan
dimasukkan ke dalam kerangka sistem Islam. Dengan demikian, corak pendidikan Islam terpadu
adalah integrasi atau perpaduan dari berbagai sistem pendidikan yang pernah ada, tanpa adanya
dikotomi ilmu agama dan umum dan sistem pendidikan yang dijiwai Islam. Perpaduan sistem
pendidikan itu harus dilakukan secara baik, terencana, sistematis sehingga dapat melahirkan sistem
baru yang terpadu untuk dapat memperbarui sistem pendidikan Islam yang ada.

B. Rumusan Masalah
2
1. Apa dampak globalisasi terhadap Pendidikan Islam?
2. Bagaimana cara meningkatkan pengaruh Pendidikan Islam dalam Arus
Globalisasi ?

BAB 2

3
TINJAUAN PUSTAKA

C. LANDASAN TEORI
Dari segi bahasa, istilah “pendidikan Islam” tentu saja berasal dari khazanah bahasa Arab, mengingat dalam bahasa
itulah ajaran Islam diturunkan. Menurut yang tercantum dalam al-Qur’an dan hadis Nabi Saw, istilah yang dipakai dan
dianggap mencerminkan konsep pendidikan Islam ada tiga macam yaitu ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib. Penggunakan
ketiga istilah, ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib untuk pendidikan Islam memang didukung oleh sumber dasar ajaran Islam,
yaitu al-Qur’an. Penggunaan terminologi tersebut pada dasarnya adalah berdasarkan isyarat-isyarat dan penunjukan
dari beberapa ayat al-Qur’an yang menggunakan kata-kata dan sekaligus pengertian atau makna dari ketiga istilah
masing-masing.

Istilah Ta’lim
Penggunaan istilah ta’lim untuk menyatakan pendidikan dalam Islam, didasarkan pada penggunaan kata kerja ‘allama
dalam beberapa ayat al-Qur’an dengan Allah Swt sebagai fa’il atau pelaksana dari “kerja” tersebut, dan manusia
sebagai maf’ul (sasaran) atau objek dari kata kerja tersebut sebagaimana firman-Nya dalamQ.S. al-Alaq: 1-5. Ayat al-
Qur’an ini merupakan wahyu yang pertama diturunkan oleh Allah Swt, dengan perintah untuk membaca atau belajar
dan menegaskan bahwa Dia telah mengajarkan kepada manusia tentang al-Qur’an beserta segala isinya. Istilah
ta’lim mengandung makna sebagai proses memberi pengetahuan, pemahaman, tanggung jawab dan penanaman
amanah sehingga terjadi pembersihan dirinya dalam kondisi siap untuk menerima hikmah serta mempelajari segala
sesuatu yang belum diketahuinya dan berguna bagi dirinya.

Istilah Ta’dib
Istilah ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata kerja Addaba yang berarti mendidik, melatih, memperbaiki, juga
memberikan tindakan. Disamping itu, kata ta’dib yang berasal dari kata dasar Addaba berarti akhlak, sopan santun
atau budi pekerti. Dengan demikian, pendidikan Islam yang pada dasarnya merupakan usaha untuk melatih dan
menanamkan akhlak mulia pada anak-anak, disebut sebagai ta’dib.

Istilah Tarbiyah
Istilah tarbiyah merupakan bentuk dasar dari kata kerja rabba yang berasal dari kata rabba-yarbuu dengan pengertian
dasar “tumbuh dan berkembang”. Dengan demikian kata tarbiyah mengandung pengertian dasar “menumbuhkan dan
mengembangkan”. Penggunaan istilah tarbiyah untuk pendidikan Islam didasarkan pada penggunaan kata rabba
dalam ayat-ayat al-Qur’an QS. al Isro: 24. Kata rabba dalam ayat tersebut mengandung pengertian pendidikan (dalam
arti pemeliharaan, pengasuhan, dan pembimbingan) dari orang tua kepada anak-anaknya, dengan penuh rasa kasih
sayang.

4
C. PEMBAHASAN
1. Dampak Globalisasi dalam Pendidikan Islam

Islam dan Globalisasi Pendidikan Globalisasi ditandai dengan kemajuan teknologi dan produksi.
Kemajuan teknologi dan industri memberikan kemudahankemudahan dalam menyelenggarakan
ibadah dan memberikan peluang besar dalam pendidikan untuk meningkatkan efektivitas proses
belajar mengajar. Dan memang harus diakui bahwa teknologi sangat mendukung terciptanya proses
belajar yang kondusif. Kemajuan teknologi ini kemudian telah banyak dipergunakan di pendidikan
yang berbasis Islam seperti pondok pesantren. Pondok pesantren di Indonesia secara faktual telah
berhubungan dan berkomunikasi dengan sistem nilai di luar dirinya tanpa dibatasi oleh streotipe
kebudayaan. Hal ini terindikasi dengan penggunaan produk-produk global seperti televisi,
komputer, internet, dan sebagainya. Penggunaan produk-produk global ini memang dirasa ada
manfaat dan pengaruhnya bagi kehidupan pendidikan Islam seperti pondok pesantren dan cukup
berarti bagi produktivitas pendidikanny. Bahwa tayangan televisi memberikan pengetahuan para
santri ataupun guru-guru secara langsung, memperkaya informasi dan dapat mengembangkan
semangat belajar. Pemakaian telepon memberikan kemudahan-kemudahan bagi pelajar maupun
kelembagaan. Rasulullah mengajarkan prinsip integrasi sosial untuk membangun sebuah
masyarakat madani. Islam menjadi rujukan nilai, pengetahuan, dan tindakan bagi para penganutnya
untuk ber-ta’aruf (saling mengenal, memahami, atau tukar menukar) dengan kelompok-kelompok
lain di masyarakat yang berbeda latar belakang agama, sosial dan budaya (QS. Al-Hujurat: 13).
Prinsip ini perlu ditransformasikan kembali ke dalam kerangka pengembangan pendidikan untuk
menghadapi masyarakat yang sedang dilanda konflik. Pengembangan pendidikan Islam dengan
demikian diharapkan mampu menciptakan ukhuwah Islamiyah dalam arti luas, yakni persaudaraan
yang bersifat Islam, bukan sekadar persaudaraan antarumat Islam sebagaimana yang selama ini
dipahami, tetapi juga mampu membangun persaudaraan antarsesama manusia. Pendidikan agama
selama ini lebih menekankan pada aspek knowing dan doing dan belum banyak mengarah ke aspek
being, yakni bagaimana peserta didik menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan nilainilai agama
yang diketahui.

Pendidikan Islam pada dasarnya merupakan upaya normatif untuk membantu seseorang atau
sekelompok peserta didik dalam mengembangkan pandangan hidup islami (bagaimana akan
menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupan sesuai dengan ajaran dan nilainilai Islam).
Untuk memerankan dan menjadikan agama sebagai bagian integral dalam sistem budaya dan
peradaban modern maka masyarakat harus memiliki dan mampu mewujudkan beberapa hal pokok:

a) Kebutuhan atau kepercayaan terhadap Tuhan dengan segala atributnya.


b) Hubungan yang personal dan intim dengan Tuhan.
c) Doktrin tentang fungsi sosial ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan hidup bukanlah
sekadar meraih kemampuan di bidang Iptek serta efek pengiringnya, tetapi pada cara
penggunaan serta arahnya yang jelas untuk kemaslahatan hidup manusia dan alam
sekitarnya dalam rangka mengabdi kepada-Nya.
d) Pengakuan yang pasti akan adanya hal-hal yang tidak bisa didekati secara empiris atau
induktif, melainkan dengan cara deduktif atau percaya.
e) Kepercayaan akan adanya kehidupan lain sesudah kehidupan historis (dunia) ini yang lebih
tinggi nilainya. Kelima hal tersebut diharapkan mampu menjadi pangkal penelaahan dan

5
perenungan bagi masyarakat atau bangsa modern, guna mengantisipasi dampak negatif
yang ditimbulkan oleh sistem budaya dan peradaban modern. Umat Islam harus mampu
memanfaatkan sarana teknologi sebagai alat perjuangan (jihad) nya.

Islam dan Modernisasi

Tentang modernisasi adalah pengertian yang identik dengan pengertian rasionalisasi. Dan hal
itu berarti proses perombakan pola pikir dan tata kerja lama yang tidak rasional dan menggantinya
denga pola pikir dan tata kerja baru yang lebih rasional. Kegunaannya ialah untuk memperoleh daya
guna dan efisiensi yang maksimal. Hal itu dilakukan dengan menggunakan penemuan mutakhir
manusia di bidang ilmu pengetahuan. Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan pemikiran manusia
terhadap hukum-hukum obyektif yang menguasai alam, ideal, dan material sehingga alam ini
berjalan menurut kepastian tertentu dan harmonis. Orang yang bertindak menurut ilmu pengetahuan
(ilmiah) berarti ia bertindak menurut hukum alam yang berlaku. Oleh karena itu tidak melawan
hukum alam malahan menggunakan hukum alam itu sendiri maka ia memperoleh daya guna yang
tinggi. Jadi, sesuatu dapat disebut modern kalau ia bersifat rasional, ilmiah, dan bersesuaian dengan
hukum-hukum yang berlaku dalam alam. Sebagai contoh, sebuah mesin hitung termodern dibuat
dengan rasionalitas yang maksimal menurut penemuan ilmiah yang terbaru dan karena itu
persesuaiannya dengan hukum alam paling mendekati kesempurnaan. Modernisasi berarti berpikir
dan bekerja menurut fitrah atau sunatullah yang haq. Sunatullah telah mengejawantahkan dirinya
dalam hukum alam sehingga untuk dapat menjadi modern maka manusia harus mengerti terlebih
dahulu hukum yang berlaku dalam alam itu (perintah Tuhan). Pemahaman manusia terhadap
hukumhukum alam melahirkan ilmu pengetahuan sehingga modern berarti ilmiah. Dan ilmu
pengetahuan diperoleh manusia melalui akal (rasionalnya) sehingga modern berarti ilmiah berarti
pula rasional. Maksud sikap rasional ialah memperoleh daya guna yang maksimal untuk
memanfaatkan alam ini bagi kebahagiaan manusia. Oleh karena manusia yang memiliki
keterbatasan kemampuannya maka tidak dapat sekaligus mengerti seluruh alam ini, melainkan
sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu maka menjadi modern adalah juga berarti progresif dan
dinamis. Jadi tidak bertahan kepada sesuatu yang telah ada dan karena itu bersifat merombak dan
melawan tradisi-tradisi yang tidak benar dan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dalam hukum
alam, tidak rasional, tidak ilmiah sekali pun dipihak lain juga ada keharusan menerima dan
meneruskan, kemudian mengembangkan warisan generasi sebelumnya yang mengandung nilai
kebenaran. Maka sekali pun bersikap modern namun kemodernan bersifat relatif sebab terikat ruang
dan waktu. Dengan demikian, tidak seorang pun manusia berhak mengklaim suatu kebenaran insani
sebagai suatu kebenaran mutlak kemudian dengan sekuat tenaga mempertahankan kebenaran yang
dianutnya dari setiap perombakan. Sebaliknya karena menyadari kerelatifan kemanusiaan maka
setiap orang harus bersedia lapang dada menerima dan mendengarkan suatu kebenaran dari orang
lain. Demikianlah modernitas yang nampaknya hanya mengandung kegunaan praktis yang langsung
tapi pada hakikatnya mengandung arti yang lebih mendalam yaitu pendekatan kepada kebenaran
mutlak.

6
3. Bagaimana cara meningkatkan pengaruh Pendidikan Islam dalam Arus Globalisasi ?

a) Sarana teknologi perlu dijadikan sebagai alat perjuangan umat Islam dalam meningkatkan
kualitas pendidikan dan bukan sebaliknya sebagai penghalang bagi kreativitas berpikir dan
berbuat bagi perubahan untuk kemajuan.
b) Umat Islam harus secara terus menerus meningkatkan SDM yang berkualitas Iptek dan
Imtaq secara bersamaan, atau peningkatan diri ke arah kekokohan spiritual, moral dan
intelektual.
c) Proses modernisasi adalah sesuatu yang meniscayakan bagi perombakan sistem pendidikan
Islam, mulai dari paradigma, konsep kerangka kerja, dan evaluasi. Pada dasarnya semua
civitas akademika sistem pendidikan Islam harus memiliki sense of development ke arah
yang lebih baik sehingga lembaga pendidikan yang ada menjadi laboratorium masa depan
yang harmoni. Pendidikan Islam bukan hanya sekadar proses transformasi nilai-nilai moral
untuk membentengi diri dari akses negatif globalisasi dan modernisasi. Tetapi yang paling
urgen adalah bagaimana nilai-nilai moral yang telah ditanamkan lewat pendidikan Islam itu
mampu berperan aktif sebagai generator yang memiliki power pembebasan dari tekanan dan
himpitan keterbelakangan sosial budaya, kebodohan, ekonomi dan kemiskinan di tengah
mobilitas sosial yang begitu cepat.

7
8
. PENELITIAN TERDAHULU (5 JURNAL)

NO JUDUL LB RM TEORI METODE PEMBAHASA KESIMPULA


PENELITI N N
AN

1. .

2.

3. .

4.

5. .

E. KESIMPULAN :
Dari penjabaran Islam dan globalisasi di atas maka bisa disimpulkan bahwa Islam tidak
mempersoalkan tentang perkembangan globalisasi. Kehadiran globalisasi justru membawa
perbaikan kepada manusia. Dalam globalisasi sangat menekankan adanya skema perdagangan yang
justru membawa manusia pada pekerjaan yang lebih. Globalisasi yang bersifat kompetitif
9
mendorong umat berupaya secara sistematik untuk memproses pembangunan manusia menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas, baik fisik intelektual maupun moral. Selain itu, Islam juga
memandang baik terhadap modernisasi sebagai sebuah kemajuan. Modernisasi kemudian
menawarkan pendekatan ataupun kehidupan yang lebih baik. Modernisasi yang berarti rasionalisasi
untuk memperoleh daya guna dalam berpikir dan bekerja yang maksimal guna kebahagiaan umat
manusia. Solusi pendidikan Islam dalam menghadapi era globalisasi diantaranya adalah dengan
mereformulasi ulang tatanan pendidikan Islam, mulai dari tujuan, visi dan misi pendidikan Islam,
metode pembelajaran, manajemen lembaga dan pendidikan Islam, rekrutmen guru dan lain-lain.
Selain itu pendidikan Islam harus dapat menjadi filter di era kecanggihan teknologi sehingga anak-
anak tidak terjebak dalam dunia yang menyesatkan.

10
DAFTAR PUSTAKA

ejournal.iain-tulungagung.ac.id/index.php/epis/article/view/46/42

e-journal.upstegal.ac.id/index.php/Sosekhum/article/download/337/335
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/16005/was-
feb2006-%20%285%29.pdf?sequence=1&isAllowed=y

journal.uinjkt.ac.id/index.php/kordinat/article/download/6451/3948

http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/pwahana/article/view/2743/2020

11

Anda mungkin juga menyukai