Anda di halaman 1dari 34

UNIVERSITAS INDONESIA

MAKALAH UTILITAS DAN PEMELIHARAAN PABRIK


HEAT EXCHANGER, BOILER & FURNACE

Disusun oleh
KELOMPOK 5

ANGGOTA KELOMPOK
Aprilia Ayuning Putri (1606892213)
Muhammad Azkia Rifqi Amarullah (1606891223)
Muhammad Zulfikar Fauzi (1606905254)
Nazrul Rahman (1606905216)
Samantha Suryo (1606905241)
Surya Ayuati Ning Asih (1606905310)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
MEI 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
1 ISI .................................................................................................................... 4
1.1 Pemeliharaan Heat Exchanger.............................................................. 4
1.1.1 Deskripsi Singkat Heat Exchanger.................................................... 4
1.1.2 Jenis-Jenis Heat Exchanger ............................................................... 4
1.1.3 Jenis-Jenis Kerusakan pada Heat Exchanger dan Penyebabnya ....... 7
1.1.4 Cara-cara Perbaikan Penukar Kalor yang Mengalami Kerusakan .... 9
1.1.5 Perbaikan Kerusakan yang Terjadi pada Tube Bundle ................... 11
1.1.6 Pemeliharaan pada Tube Bundle ..................................................... 14
1.2 Pemeliharaan Boiler ............................................................................. 15
1.2.1 Jenis-jenis Boiler ............................................................................. 16
1.2.2 Kerusakan pada Boiler .................................................................... 17
1.2.3 Perbaikan Kerusakan Boiler ............................................................ 19
1.2.4 Pemeliharaan Boiler ........................................................................ 19
1.3 Pemeliharaan Furnace ......................................................................... 22
1.3.1 Definisi ............................................................................................ 22
1.3.2 Jenis-jenis Furnace .......................................................................... 23
1.3.3 Gangguan yang Mungkin Terjadi pada Furnace ............................. 25
1.3.4 Troubleshooting Furnace (Fired Heater) ......................................... 26
1.3.5 Pemeliharaan Furnace ..................................................................... 27
1.4 Tanya Jawab ......................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Penukar Kalor Shell and Tube .............................................................. 5


Gambar 2. Konfiigurasi heat exchanger plate and frame ........................................ 5
Gambar 3. Penukar kalor jenis plate ....................................................................... 6
Gambar 4. Konfigurasi heat exchanger fin and plate .............................................. 6
Gambar 5. Konfigurasi heat exchanger fin and plate .............................................. 7
Gambar 6. Contoh kerusakan ringan pada shell.................................................... 10
Gambar 7. Kerusakan akibat karat ringan hingga berat ........................................ 11
Gambar 8. Pencabutan Tube Bundle ..................................................................... 14
Gambar 9. Fire tube boiler .................................................................................... 16
Gambar 10. Water tube boiler ............................................................................... 17
Gambar 11. Fired Heater ....................................................................................... 24
Gambar 12. Muffle Furnace .................................................................................. 25
Gambar 13. (a) Industrial fired heater, (b) struktur fired heater ........................... 28
Gambar 14. Vertical cylindrical fired heater......................................................... 29
Gambar 15. Ilustrasi hots pot ................................................................................ 30
Gambar 16. Refractory location in a Vertical Furnace ......................................... 30
Gambar 17. Muffle Furnace Type F6000 ............................................................. 32

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perawatan Harian Boiler ......................................................................... 20


Tabel 2. Perawatan Mingguan Boiler.................................................................... 21
Tabel 3. Perawatan Bulanan Boiler ....................................................................... 21
Tabel 4. Perawatan 6 Bulanan Boiler .................................................................... 22
Tabel 5. Perawatan Tahunan Boiler ...................................................................... 22
Tabel 6. Troubleshooting Fired Heater ................................................................. 26
Tabel 7. Spesifikasi Alat F6000 ............................................................................ 32

iii
4

1 ISI

1.1 Pemeliharaan Heat Exchanger


1.1.1 Deskripsi Singkat Heat Exchanger
Penukar kalor atau heat exchanger dibutuhkan untuk hampir seluruh
industri untuk menunjang proses pengolahan bahan mentah menjadi produk
setengah jadi atau pun produk jadi. Tujuan penggunaan alat penukar kalor antara
lain sebagai berikut:
 Konservasi energi, contohnya economizer
 Pendinginan produk, contohnya cooler dan condenser
 Pendinginan media penyejuk, contohnya chiller dan radiator
 Pembuat uap air, contohnya boiler
 Pemanasan produk, contohnya boiler
Penukaran kalor terjadi antara media yang satu melalui dinding perantara ke media
yang lain. Penukaran kalor dapat terjadi sewaktu kedua media sedang mengalir.
1.1.2 Jenis-Jenis Heat Exchanger
Berdasarkan prinsip kerjanya, alat penukar kalor yang plaing umum digunakan
dalam industri dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sebahai berikut:
1.1.2.1 Jenis Shell and Tube
Heat exchanger jenis shell and tube terdiri dari badan yang berbentuk
silinder yang disebut shell dimana di dalamnya berisi pipa-pipa kecil atau tube yang
diikat menjadi satu oleh lempengan-lempengan pelat dan bahan yang sejenis
dengan bahan tube tersebut (disebut dudukan tube). Sekumpulan pipa-pipa yang
telah dikumpulkan menjadi satu ini disebut bagian tube bundle, untuk
mengefektifkan proses pertukaran kalor, sepanjang shell tadi, secara melintang
terhadap tube-tube tadi dipasang piringan-piringan dari bahan sejenis yang disebut
baffle. Fluida yang akan dipanaskan atau didinginkan dialirkan melalui tube-tube
tersebut sehingga dapat bersifat memberikan panas atau menyerap panas. Apabila
ditinjau dari konstruksinya, jenis heat exchanger shell and tube dapat dibagi
menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
 Jenis Floating Tube Type
 Jenis Fixed Tube Type
5

 Jenis Hair Pin Bundle/Cattle Type

Gambar 1. Penukar Kalor Shell and Tube


(Sumber: www.thermopedia.com)
1.1.2.2 Plate Heat Exchanger
Heat exchanger jenis plate seperti namanya tersusun atas beberapa pelat
tipis yang disusun dengan jarak tertentu, memiliki luas permukaan yang cukup
besar dan terdapat celah kecil untuk aliran fluida selama pertukan panas
berlangsung. Alat penukar kalor tipe ini pada umumnya terbuat dari aluminium
karena memiliki daya rambat panas yang tinggi.

Gambar 2. Konfiigurasi heat exchanger plate and frame


(sumber: www.thermopedia.com)
6

Gambar 3. Penukar kalor jenis plate


(sumber: http://dynamicdescaler.co.id/)
1.1.2.3 Plate Fin Heat Exchanger
Plate and fin heat exchanger terdiri atas plates dan fins dengan luas
penampang yang besar untuk mempercepat proses perpindahan kalor antar fluida.
Pada awalnya jenis alat penukar kalor diaplikasikan untuk industry penerbangan.
Biasanya, alat penukar kalor jenis ini digunakan untuk pertukaran kalor antara
fluida cair dengan gas.

Gambar 4. Konfigurasi heat exchanger fin and plate


(sumber: www.mahans.com)
7

Gambar 5. Konfigurasi heat exchanger fin and plate


(sumber: www.researchgate.net)
1.1.3 Jenis-Jenis Kerusakan pada Heat Exchanger dan Penyebabnya
Untuk dapat menentukan perbaikan kerusakan dan pememiliharaan untuk
mencegah kerusakan yang tepat, maka terlebih dahulu diidentifikasi jenis-jenis
kerusakan yang mungkin terjadi pada heat exchanger. Jenis-jenis kerusakan yang
mungkin terjadi pada alat penukar kalor dapat dibagi menjadi beberapa kategori
sebagai berikut.

1.1.3.1 Kerusakan Mekanik akibat Salah Angkut (Misshandling)


Jenis kerusakan mekanis yang disebabkan oleh mishandling contohnya
seperti kerusakan mekanik pada shell akibat pengangkatan dan transportasu berupa
goresan (scratch), tergores ke bagian dalam atau penyok (dent) dan kerusakan pada
dudukan.
Selain kerusakan pada shell, kerusakan pada shell, mishandling juga dapat
menyebabkan kerusakan mekanik pada tube bundle. Kerusakan tersebut antara lain
tube tergores ke dalam, gepeng, bengkok/melengkung, tube sheet (dudukan tube)
rusak, over expansion pada beberapa ujung tube sewaktu pengerolan dalam
dudukan tube, dan lain-lain. Kerusakan pada fin-tube biasanya berupa keruskaan
pada fin karena tertindih benda berat

1.1.3.2 Kerusakan Mekanik akibat Operasi


Kerusakan mekanis akibat operasi adalah antara lain erosi di dalam pipa
yang diakibatkan adanya butir-butir padatan di dalam fluida yang mengalir deras.
8

Serangan erosi ini biasanya terjadi pada ujung-ujung tube pada bagian pemasukan
fluida.

1.1.3.3 Kerusakan akibat Serangan Karat


 Kerusakan Sebelah Luar Tube dan Sebelah Dalam Shell
Kerusakan ini disebabkan oleh kondisi fluida diruang shell sangat asam
sehingga menimbulkan karat baik pada dinding shell sebelah dalam maupun
dinding luar tube. Untuk penggunaan didalam industri migas misalnya, serangan
karat biasanya berasal dari:
 Asam naphthanic yang berada dalam hydrocarbon itu sendiri
 Asam chlorida (HCl) yang berasal dan proses hidrolisa garam amonium
chloride dan hasil senyawa antara injeksi gas NH3 dengan garam NaCl
didalam minyak mentah yang terurai dan bersenyawa dengan uap air
menjadi asam chlonida (HCl) sewaktu proses penyulingan.
 Asam hidrogen sulfida (H2S, yang berasal dan kandungan sulfur di dalam
minyak mentah dari timur tengah)
 Kandungan O2 di dalam air pendingin
 Kandungan CO2 di dalam kondensat
 Kandungan garam di dalam air pe
 ndingin (karat air laut)
 Kondisi galvanis antara bahan-bahan pernbuat yang berbeda (bemetallic
corrosion/galvanic corrosion).
 Kandungan mercury pada gas alam yang merusak bahan aluminium pada
plate exchanger.
 Pembusukan biota laut yang menempel pada dinding shell sebelah dalam.
 Kandungan H2 didalam produk yang meresap ke dalam baja dinding shell
(hydrogen blistering)
 Retak tegangan akibat karat (stress corrosion cracking) pada bahan
austenitic stainless steel akibat chlorine di dalam air yang melebihi 50 ppm.
 Kerusakan di Dalam Pipa (Tube)
Kerusakan di dalam tube dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:
9

 Deposisi korosi pada pipa titanium akibat aliran air pendingin yang terlalu
lambat.
 Kandungan asam naphthanic dalam produk yang dialirkan kedalam tube.
 Kombinasi korosi dan erosi.
Stress corrosion cracking akibat kandungan chlorine dalam air pendingin
pada austemitic stainless steel dan lain-lain.

1.1.3.4 Kerusakan akibat Fisik


Kerusakan ini agak langka, namun pernah terjadi dan mengakibatkan
kerusakan mekanis terutama pada tube. Hal ini disebabkan oleh getaran yang timbul
karena adanya resonansi sewaktu suatu alat penukar kalor tipe shell & tube
dioperasikan. Getaran itu sedemikian hebat sehingga merusak dinding tube tepat di
posisi baffle plate (piring kejut) akibat tumbukan antara dinding tube dengan lubang
dudukan pada baffle plate tersebut.
Termasuk dalam golongan ini pula adalah serangan karat sebelah luar
dinding shell yang biasanya disebabkan oleh atmospheric corrosion atau korosi air
asin akibat deburan gelombang laut pada peralatan anjungan lepas pantai.
Kerusakan kerusakan ini menimbulkan kebocoran sehingga menyebabkan
kontaminasi pada salah satu fluida dan fluida yang lain, atau bahkan dapat
menirnbuikan kebakaran.
Kerusakan dapat ditanggulangi dengan mencabut alat tersebut dari
operasinya kemudian memperbaiki kerusakannya tanpa rnengganggu operasi
keseluruhan. Untuk itu diperlukan sarana pengkucilan seperti kerangan kucil
(isolation valve), sorokan (blind) dan sejenisnya. Jika peralatan tersebut tidak
dilengkapi dengan sarana kucil, maka terpaksa untuk keperluan perbaikannya
harus menghentikan seluruh kegiatan operasi. Hal ini tentunya sangat tidak praktis
dan merugikan.

1.1.4 Cara-cara Perbaikan Penukar Kalor yang Mengalami Kerusakan


1.1.4.1 Kerusakan ringan
Kerusakan ringan seperti goresan dalam (+ 1,5 mm), kink (takik) sedalam
maximum 1,5 mm, fold atau lap sedalam maksimum 1 mm, inklusi oksida
10

permukaan sedalam maximum 1 mm, gumpil sedalam maximum 1,5 mm, dapat
langsung digerinda hilang untuk pelat dinding shell setebal 6 mm ke atas.

Gambar 6. Contoh kerusakan ringan pada shell

1.1.4.2 Kerusakan akibat serangan karat ringan


Kerusakan akibat serangan karat ringan seperti burik ringan (rusting)
dengan kedalaman takik-takik maximum 1 mm, kehilangan permukaan sedalam
maximum 1 mm cukup dibersihkan kemudian dilindungi dengan cat anti karat.

1.1.4.3 Kerusakan mekanis agak berat


Kerusakan jenis ini seperti tertera pada gambar 7 namun dengan ukuran
lebih dalam. Perbaikanya memerlukan pertimbangan pihak inspection department,
misalnya dapat hanya digerinda habis dengan memperhitungkan kekuatan sisa tebal
pelat shell terhadap kondisi operasi yang ada, atau diadakan pengisian dengan
surfacing weld atau weld overlay guna membangun kembali kondisi permukaan
yang rusak dengan terlebih dahulu menggerindanya dan memerikasanya kembali
dengan cara non-destructive test (NDT) guna meyakinkan hahwa kerusakan seperti
fold atau lap telah benar-benar tergerinda habis.
Overlay welding harus di laksanakan berdasarkan WPS (welding procedure
specification), yang dibuat berdasarkan WPS sewaktu fabrikasi peralatan tersebut
(jika masih tersimpan), atau yang disetujui pihak inspeksi.

1.1.4.4 Kerusakan akibat pengkaratan sedang dan berat


Kerusakan semacam mi rnemerlukan pertimbangan pihak inspeksi.
Perbaikan dapat dengan jalan menggerindanya habis dengan memperhitungkan
kekuatan sisa tebal pelat terhadap kondisi operasi yang ada untuk kemudian diganti,
atau diadakan weld overlay dengan persyaratan seperti yang telah diutarakan.
11

Gambar 7. Kerusakan akibat karat ringan hingga berat

1.1.5 Perbaikan Kerusakan yang Terjadi pada Tube Bundle


1.1.5.1 Kerusakan akibat mishandling
Biasanya tube bundle akan mengalami kerusakan seperti yang akan
diterangkan di bawah ini apabila cara pengangkatan dan pengangkutannya salah.
 Seluruh bundle bengkok/melengkung sehingga tidak mungkin dimasukkan ke
dalam shell. Jika terjadi hal seperti ini, terpaksa tube bundle direject.
 Jika waktu mengijinkan, pipa yang gepeng, bengkok, putus, diganti baru
(retube) kemudian dirol pada tube sheetnya menurut cara-cara yang benar (tidak
boleh sekaligus maksimum, namun harus bertahap)
 Jika tidak ada waktu maka tube yang rusak cukup disumbat (diprop) dengan
bahan yang serupa dengan tube tersebut.
 Jika dudukan tube rusak ringan dan tidak ada tube end (ujung tube) yang rusak
maka tidak perlu perbaikan, paling-paling hanya meratakan kink atau dent yang
terjadi. Namun jika ujung tube rusak, maka tube tersebut dapat menjadi bocor
sewaktu pengujian hydrostatis. Jika demikian halnya dan jumlah tube yang
bocor dibawah 10%, maka tube bocor tersebut cukup disumbat saja, atau kalau
memungkinkan direrol hingga bocorannya hilang.

Jika dudukan tube rusak berat, maka tube bundle dikirim ke bengkel untuk
ditotal retube guna mempermudah perbaikan dudukan tube kalau dudukan tube
tidak dapat diperbaiki lagi, maka tube bundle direject.

1.1.5.2 Kerusakan akibat serangan karat


Jika permukaan luar tube mengalami serangan karat ringan, maka tube
bundle tersebut cukup dibersihkan baik secara manual maupun chemical bath.
Kalau serangan sebelah luar tersebut berat, maka diadakan penggantian tube
keseluruhannya. Jika serangan karat terjadi di sebelah dalam pipa, maka perlu
diadakan pemeriksaan dengan mempergunakan eddy current atau introscope. Jika
12

ternyata serangan karat ringan atau sedang, tube bundle dapat dipasang lagi untuk
dioperasikan kembali.
Jika serangan karat cukup berat maka diambil langkah—langkah sebagai
berikut:
 Jika jumlah yang terserang karat berat kurang dan 10% dan total tube, maka
tube tersebut cukup disumbat di kedua ujungnya dan tube bundle dipakai
kembali.
 Jika ternyata jumlah tube yang berkarat berat lebih dan 10% jumlah seluruh
tube, maka tube bundle direject untuk total retubing apabila tube, shell dan
baffle platenya masih baik.

1.1.5.3 Perbaikan pada expansion bellow


Expansion bellow (khususnya untuk exchanger vertikal), biasanya terbuat
dari austenitic stainlesteel, Aisi 304, 316, 321, sewaktu test hidrostatis, jenis
exchanger ini, harus diperhatikan kandungan chlorine di dalam air uji agar tidak
boleh melebihi 50 ppm. Jika kadar chlorine pada air uji melebihi 50 ppm, maka
dapat terjadi stress corrosion cracking pada expansion bellow tersebut lama atau
baru saja diganti. Jika hal ini terjadi maka tidak ada pilihan lain kecuali
merejectnya. Repair keretakan tersebut dengan pengelasan T.I.G tidak akan efektif,
karena keretakan tersebut yang pada hakekatnya tak tampak nyata, sebenarnya
adalah menyeluruh dan trans crystalin (antar kristal logam).

1.1.5.4 Perbaikan pada fins heat exchanger


Kerusakan mekanis biasanya sering terjadi pada kipas anginnya (air fan),
khususnya pada bearing dan elektromotor. Kerusakan meliputi keausan,
overheating karena kurang lubrikasi, belt putus, motor terbakar dan lain-lain.
Perbaikan dilaksanakan sebagaimana layaknya rotating equipment.
Kerusakan mekanis pada fin tube biasanya terdapat pada finnya karena
gepeng tertekan benda berat, sehingga heat transfernya tidak efektif. Fin yang
gepeng tersebut sebenarnya masih dapat dibetulkan dengan menegakkannya
kembali. Namun hal ini diperlukan ketelitian dan memakan waktu. Kerusakan fin
tidak menyebabkan retubing.
13

Kerusakan pada fan blade biasanya disebabkan oleh impingement


(tumbukan partikel-partikel yang terbawa udara), blade tidak akan berkarat karena
terbuat dan fibre glass. Perbaikan pada blade memerlukan ketelitian karena
nantinya harus dapat dibalans. Perbaikan dapat berupa penambahan kembali
dengan fibre glass atau pengikisan dengan kikir dan ampelas lubang-lubang
impingement tersebut.
Kerusakan sebelah dalam pada umumnya disebabkan oleh pengkaratan.
Jika fin tube telah sangat tipis, sehingga apabila bocor dapat berbahaya karena akan
memancar ke udara terbuka dan dapat menimbulkan kebakaran, maka sebaiknya
seluruh fin tube diganti. Penggantian dapat dilaksanakan di tempat oleh regu
pengganti fin tube yang telah berpengalaman, apabila peralatan dapat dikucilkan
dari operasi. Jika tidak dapat dilaksanakan retubing di tempat, air fin cooler dapat
dicabut keluar. Retubing dilaksanakan ditempat lain yang terlebih dahulu disiapkan
untuk maksud tersebut.
1.1.5.5 Perbaikan pada plate exchanger
 Kerusakan Fisik, seperti misalnya bocor pada sambungan brazingnya. Jika
terjadi hal seperti ini, maka rebrazing perlu dilaksanakan oleh pabrik
pembuatnya. Pekerjaan dapat dilaksanakan ditempat atau peralatan terpaksa
dikirim ke pabnik. Rebrazing pelaksanaannya sulit mengingat plate exchanger
ini dibuat secara kompak dan susah dicopot-copot (patent), sehingga pihak lain
selain pabrik pembuat tidak boleh melaksanakannya
 Kerusakan akibat pengkaratan. Karena plate exchanger pada umumnya terbuat
dari logam aluminium, maka pengkaratan yang terjadi adalah berasal dan
kandungan mercury (Hg) di dalam gas alam yang diproses di dalam peralatan
tersebut. Mercury secara kumulatif berkumpul pada lipatan-lipatan, celah-
celah, ceruk-ceruk didalam plate exchanger tersebut. Mercury akan bersenyawa
dengan aluminium menjadi amalgam yang sangat peka terhadap O2. Sewaktu
peralatan dibuka untuk pemeliharaan, amalgam tersebut akan teroksidasi sangat
cepat menjadi produk yang tidak mempunyai kekuatan mekanis, akibatnya
terjadi kehilangan metal yang sedemikian besarnya sehingga menimbulkan
kebocoran, perbaikan hanya dapat dilaksanakan oleh pihak fabnikator karena
peralatannya patent. Cara pencegahan hal ini adalah agar desain plate exchanger
14

tersebut sedemikian rupa sehingga tempat untuk berakumulasinya Hg tidak ada


lagi (free flowing), antara lain misalnya semua lipatan dihaluskan, backing ring
pada las-lasan dibuang, dan lain-lain.

1.1.6 Pemeliharaan pada Tube Bundle


1.1.6.1 Pencabutan Tube Bundle
Tube bundle dari floating tube tubular exchanger (tipe tube bebas), dapat
dicabut guna pembersihan dan pemeriksaan sekaligus pemeliharaan/perbaikan
manakala diperlukan. Pencabutan dapat dilaksanakan secara semi manual dengan
mempergunakan alat-alat berat, atau dapat dengan tube puller yang khusus didesain
untuk itu.

1.1.6.2 Pembersihan tube bundle


Pemeriksaan pendahuluan dilaksanakan segera setelah tube bundle tercabut.
Kondisi secara visual dalam keadaan kotor dicatat, bahkan kalau perlu diabadikan.
Sampah sisa operasi diambil untuk dianalisa secara kimia, kerusakan dan kelainan
lainnya dicatat. Untuk mengetahui kondisi sebenarnya, tube bundle dibersihkan.
Adapun cara pembersihan bermacam-macam tergantung kemampuan peralatan dan
ketrampilan pelaksana.

Gambar 8. Pencabutan Tube Bundle


15

 Secara manual dengan mempergunakan gergaji pembersih dan semprotan air


atau uap tekanan rendah seperti diperlihatkan pada gambar 12. Hal ini perlu
dilaksanakan berhubung scale, oxida, dan sampah luar pipa tersebut sangat
keras dan sulit terlepas, apalagi access untuk mernbersihkan juga terbatas.
 Pembersihan sebelah luar secara kimia. Untuk keperluan tersebut, bundle
direndam didalam bak yang berisi bahan larutan kimia yang lazim disebut okite
dengan maksud melunakkan kerak, oxida dan sampah operasi (sludge).
Perendaman dilaksanakan beberapa lamanya dalam suhu yang cukup tinggi
sehingga kerak kerak tersebut terlepas. Selanjutnya bundle diangkat dan
disemprot dengan uap tekanan sedang atau air bertekanan tinggi guna
menuntaskan pembersihan. Ada kalanya sludge yang berasal dan minyak yang
berkadar lilin tinggi atau yang berkadar asphalt, mengeras dan menggumpal
diantara tube sehingga sangat sulit dibersihkan dengan kedua cara itu. Untuk
keadaan tersebut biasanya dipakai water jet dengan tekanan sangat tinggi (100
-150 kg/cm2). Dengan cara ini gumpalan tersebut dapat dibersihkan,
kendalannya adalah water jet tersebut harus dihasilkan oleh peralatan khusus
yang sangat mahal.
 Untuk jenis kotoran yang lunak, pembersihan dilaksanakan dengan
menembakkan bola karet melalui tube dari ujung satu ke ujung yang lain. Untuk
jenis kotoran yang keras biasanya dilaksanakan dengan merojok tube
bersangkutan dengan batang besi yang ujungnya diruncingkan, kemudian
disemprot dengan uap bertekanan rendah.

1.2 Pemeliharaan Boiler


Boiler atau ketel uap merupakan gabungan yang kompleks dari pipa-pipa
penguapan (evaporator), pemanas lanjut (superheater), pemanas air (economiser)
dan pemanas udara (air heater). Pipa-pipa penguapan (evaporator) dan pemanas
lanjut (superheater) mendapat kalor langsung dari proses pembakaran bahan bakar,
sedangkan pemanas air (economiser) dan pemanas udara (air heater) mendapat
kalor dari sisa gas hasil pembakaran sebelum dibuang ke atmosfer. Uap atau fluida
panas kemudian disirkulasikan dari ketel untuk berbagai proses dalam aplikasi
pemanasan. Uap yang dihasilkan bisa dimanfaatkan untuk:
 Mesin pembakaran luar seperti: mesin uap dan turbin
16

 Suplai tekanan rendah bagi kerja proses di industri seperti industri pemintalan,
pabrik gula dan sebagainya
 Menghasilkan air panas, dimana bisa digunakan untuk instalasi pemana
bertekanan rendah
1.2.1 Jenis-jenis Boiler
1.2.1.1 Berdasarkan fluida yang mengalir dalam pipa
 Fire tube boiler
Pada ketel pipa api, gas panas melewati pipa-pipa dan air umpan ketel ada di
dalam shell untuk dirubah menjadi steam. Ketel pipa api dapat menggunakan bahan
bakar minyak bakar, gas atau bahan bkar padat dalam operasinya.

Gambar 9. Fire tube boiler


(Sumber :www.industrialboiler.com)
 Water tube boiler
Pada ketel pipa air, air diumpankan boiler melalui pipa-pipa masuk kedalam
drum. Air yang tersirkulasi dipanaskan oleh gas pembakaran membentuk steam
pada daerah uap dalam drum. Ketel ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan
steam sangat tinggi seperti pada kasus ketel untuk pembangkit tenaga. Untuk ketel
pipa air yang menggunakan bahan bakar padat, tidak umum dirancang secara paket.
17

Gambar 10. Water tube boiler


(Sumber :www.industrialboiler.com)
1.2.1.2 Berdasarkan pemakaiannya
 Ketel stasioner (stasionary boiler) atau ketel tetap
Ketel uap stasioner adalah ketel-ketel yang didudukan pada suatu pondasi yang
tetap, seperti ketel untuk pembangkitan tenaga, untuk industri dll.
 Ketel mobil (mobile boiler), ketel pindah/portable boiler
Ketel mobil adalah ketel yang dipasang pada pondasi yang berpindah-pindah
(mobil), seperti boiler lokomotif, loko mobile dan ketel panjang serta lain yang
sepertinya termasuk ketel kapal ( marine boiler ).
1.2.1.3 Berdasarkan peredaran air ketel (water circulation)
 natural circulation steam boiler
Pada natural circulation boiler, peredaran air dalam ketel terjadi secara alami
yaitu air yang ringan naik, sedangkan terjadilah aliran aliran konveksi alami.
Umumnya ketel beroperasi secara aliran alami, seperti ketel lancashire, babcock &
wilcox.
 forced circulation steam boiler
Pada ketel dengan aliran paksa, aliran paksa diperoleh dari sebuah pompa
centrifugal yang digerakkan dengan elektrik motor misalnya la-mont boiler, benson
boiler, loeffer boiler dan velcan boiler.
1.2.2 Kerusakan pada Boiler
Selama proses penggunaannya boiler seringkali mengalami
gangguan/kerusakan. Diantaranya seperti yang dibawah ini
 Nyala api yang bergelombang
18

Indikasi masalah : Terdengar suara gemuruh, Nyala api terlihat tidak konsisten,
dan Jilatan lidah api kadang-kadang panjang
Pengaruh Operasional : Dapat mengakibatkan kerusakan refractory dan burner
 Lidah api menyentuh tube
Indikasi masalah : Secara visual ujung lidah api nampak menyentuh permukaan
luar tube
Pengaruh operasional : Dapat mengakibatkan terjadinya hot spot pada tube dan
tube failure akibat terjadinya coking pada tube.
 Flashback pada mixers
Indikasi masalah : Terjadi overheating pada bagian luar mixer dan flame back
bagian dalam mixer
Pengaruh operasional : Dapat mengakibatkan kerusakan burner dan
menurunkan kinerja heater
 Bentuk nyala api tidak beraturan
Indikasi masalah : Nyala sebagian burner panjang dan sebagian lainnya pendek
Pengaruh operasional : Dapat mengakibatkan hot spot dan inefisiensi operasi.
 Fuel Oil tercecer
Indikasi masalah : Fuel oil menetes dari burner dan mengakibatkan genangan
minyak dibawah burner
Pengaruh operasional : operasi tidak aman, inefisiensi operasi pembakaran, dan
pembentukan coke pada lantai.
 Burner padam dan susah dinyalakan
Indikasi Masalah : Operator tidak dapat menyalakan burner
Pengaruh operasional : Kegagalan start-up
 Tekanan gas tinggi
Indikasi masalah : tekanan fuel pada fuel line lebih tinggi dari keadaan normal
yang diperlukan untuk heat release
Pengaruh operasional : Nyala api bergejolak dan hot spot di beberapa bagian
boiler
 Overheating
Indikasi masalah : Refractory rontok dari atas, Draft pada seksi konveksi
cenderung pada tekanan positif, dan beberapa struktur baja terlihat melengkung
19

Pengaruh operasional : Unit shutdown


1.2.3 Perbaikan Kerusakan Boiler
 Akibat pembentukan kerak
 On-line cleaning yaitu pelunakan kerak-kerak lama dengan bahan kimia
selama boiler beroperasi normal.
 Off-line cleaning (acid cleaning) yaitu melarutkan kerak-kerak lamadengan
asam- asam khusus tetapi Boiler harus berhenti beroperasi.
 Mechanical cleaning : dengan sikat, pahat, scrub, dan lain-lain.
 Akibat peristiwa korosi
 mengurangi gas-gas yang bersifat korosif
 mencegah terbentuknya kerak dan deposit dalam boiler
 mencegah korosi galvanis
 menggunakan zat yang dapat menghambat peristiwa korosif
 mengatur pH dan alkalinitas air boiler dan lain-lain
1.2.4 Pemeliharaan Boiler
Perawatan Boiler adalah suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga
boiler dan melakukan perbaikan atau penggantian peralatan yang diperlukan agar
boiler bisa dioperasikan kembali sesuai dengan yang direncanakan.
Bila dijabarkan lagi, maka tujuan perawatan yang paling efektif dan optimal
adalah tercapainya keadaan– keadaan sebagai berikut :
• Meningkatkan kemampuan produksi.
• Menjaga kualitas produksi tanpa mengganggu kelancaran produksi.
• Menjaga agar boiler dapat bekerja dengan aman.
• Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan
dalam keadaan darurat setiap waktu.
• Agar komponen dapat mencapai umur yang panjang sesuai dengan umur /
life time peralatan tersebut.
Menekan biaya maintenance atau perawatan dengan cara melaksanakan kegiatan
perawatan secara efektif.
1.2.4.1 Jenis Pemeliharaan Boiler
a. Perawatan Pada Saat Boiler Beroperasi.
20

 Melakukan pengecekan dan pengontrolan setiap hari pada seluruh boiler,


mengisi boiler dengan air umpan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan
 Melakukan pemeriksaan pompa pengisi air umpan (Boiler feed water
pump) dan menjaga kapasitas air umpan boiler
 Memeriksa saluran air umpan (feed water) dari sumbatan atau kotoran
 Menggunakan bahan bakar dengan kualitas yang baik
 Safety Valve (Katup Pengaman) dijaga dan disetting sesuai dengan
standar yang ditentukan
b. Perawatan pada masa boiler uap tidak beroperasi.
 biasanya berupa Minor Overhaul ataupun Major Overhaul yang
merupakan perawatan tahunan.
1.2.4.2 Perawatan Berkala pada Boiler
Perawatan sistem berkala ini meliputi perawatan harian, perawatan
mingguan, perawatan bulanan, perawatan tahunan yang dilakukan pada suatu unit
boiler
a. Perawatan harian
Perawatan harian adalah perawatan yang dilakukan setiap hari pada saat boiler
beroperasi. Adapun yang dilakukan adalah :
Tabel 1. Perawatan Harian Boiler

b. Perawatan Mingguan
Perawatan mingguan adalah perawatan yang dilakukan setiap seminggu sekali
hari pada saat boiler beroperasi. Adapun yang dilakukan adalah :
21

Tabel 2. Perawatan Mingguan Boiler

c. Perawatan Bulanan
Perawatan bulanan adalah perawatanyang dilakukan setiap sebulan sekali hari
pada saat boiler beroperasi. Adapun yang dilakukan adalah :
Tabel 3. Perawatan Bulanan Boiler

d. Perawatan Quarterly (6 bulanan)


Perawatan yang dilakukan 6 bulan sekali dengan memeriksa bagian–bagian
mesinya, kelistrikannya dan perlengkapan pembakaran. Adapun yang
dilakukan adalah :
22

Tabel 4. Perawatan 6 Bulanan Boiler

e. Perawatan Tahunan
Perawatan tahunan adalah perawatan yang dilakukan setiap setahun sekali dan
dilakukan pemeriksaan tahunan oleh Departemen Tenaga Kerja untuk
memperoleh surat ijin operasi boiler. Adapun langkah–langkah yang
dilakukan dalam perawatan tahunan adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Perawatan Tahunan Boiler

1.3 Pemeliharaan Furnace


1.3.1 Definisi
Furnace merupakan alat pada industri yang digunakan pada proses
pemanasan. Yang memebedakan furnace dengan pemanas lainnya yaitu pada
penggunaan furnace dapat mecapai suhu pemrosesan yang lebih tinggi. Selain dari
23

suhu yang dicapai lebih tinggi, pada penggunaan furnace sistem tertutup juga dapat
mencapai efisiensi yang lebih tinggi. Pada industri, furnace biasanya digunakan
untuk menangani suhu diatas 400oC.
Secara umum furnace digunakan untuk memanaskan fluida yang digunakan
sebagai penyedia panas untuk proses-proses yang ada pada industri. Namun selain
itu furnace juga dapat digunakan sebagai reactor yang menyediakan panas reaksi.
Jenis dari furnace sangat bervariatif yang mana sangat bergantung kepada
fungsinya ataupun tujuan pemanasannya serta bagimana sumber energi atau udara
dimasukan ke dalam alat. Gas yang dihasilkan dari pembakaran dari alat furnace
biasanya disebut flue gas. Energi yang digunakan sebagai sumber pemanasan pada
furnace dapat bersumber dari bahan bakar, listrik ataupun panas induksi.
1.3.2 Jenis-jenis Furnace
Jenis dari furnace akan sangat banyak karena furnace dapat divariasikan
berdasarkan bagaimana udara dialirkan, bagaimana panas disebar, bagaimana
sumber panas digunakan, tujuan dari panas yang dihasilkan dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, akan dibahas dua jenis dari furnace yang banyak ditemui pada
industri yaitu fired heater dan muffle furnace.
1.3.2.1 Fired Heater
Fired heater bekerja dengan menggunakan bahan bakar yang kemudian
menghasilkan panas, yang mana dengan panas tersebut akan memanaskan fluida
yang berada di dalam coil. Perpindahan panas terjadi pada coil dimana coil yang
menerima panas akan menghantarkan panas ke dalam fluida di dalam coil.
24

Gambar 11. Fired Heater

Secara konsep pengerjaan fired heater memang cukup sederhana. Untuk


meningkatkan efisiensi, maka fire heater dibagi menjadi dua bagian yang radiant
section dan convection section. Pada radian section perpindahan panas yang terjadi
mayoritas oleh perpindahan panas radiasi dimana coil berarah vertical dipasang
dengan jarak yang tidak terlalu rapat. Penggunaan perpindahan panas secara radiasi
dikarenakan suhu hasil pembakaran sangat tinggi sehingga tidak merusak bahan
coil. Setelah melewati bagian radiasi, maka akan masuk ke convection section
dimana pada bagian ini, perpindahan panas mayoritas oleh perpindahan panas
konveksi. Antara bagian konveksi dan radiasi terdapat pengaman agar panas yang
mengalir ke bagian konveksi sudah aman dan tidak merusak alat. Selain itu bagian
lainnya terdapat peep door untuk melihat kondisi api, damper untuk meredam asap
yang dihasilkan, dan stack yaitu tempat keluarnya flue gas hasil pembakaran.
1.3.2.2 Muffle Furnace
Muffle furnace adalah tungku dimana bahan subyek dan semua produk
pembakaran termasuk gas dan abu terisolasi dari bahan bakar. Setelah
pengembangan pemanas listrik temperatur tinggi dengan elemen dan elektrifikasi
yang berkembang di negara-negara maju, muffle furnace dengan cepat berubah ke
listrik. Saat ini, muflle furnace biasanya berupa sebuah front-loading kotak-jenis
25

oven atau kiln untuk aplikasi suhu tinggi seperti kaca sekering, menciptakan lapisan
enamel, keramik dan barang solder dan mematri. Muffle furnace juga digunakan
dalam banyak penelitian, misalnya oleh ahli kimia untuk menentukan berapa
proporsi sampel yang mudah terbakar dan non-volatile (yaitu: abu). Beberapa
pengendali digital memungkinkan RS232 antarmuka dan memungkinkan operator
untuk program hingga 126 segmen, seperti melereng, perendaman, sintering, dan
banyak lagi. Juga, kemajuan dalam bahan untuk elemen pemanas, seperti disilikat
molibdenum, sekarang dapat menghasilkan suhu kerja hingga 1.800 derajat Celsius
yang memfasilitasi aplikasi metalurgi lebih canggih.

Gambar 12. Muffle Furnace

1.3.3 Gangguan yang Mungkin Terjadi pada Furnace


Pada saat beroperasi, terdapat beberapa macam gangguan-gangguna yang
berpengaruh pada kondisi oeprasi alat. Contoh dari gangguan-gangguan yang
mungkin terjadi dan penyebabnya yaitu: nyala api furnace pendek, biasanya apabila
nyala api terlalu kecil dapat diakibatkan oleh terlalu banyak udara pembakaran
sehingga api yang dihasilkan tidak maksimum karena bahan bakar yang sudah
dibakar banyak yang tertutupi atau terhalangi oleh udara. Selain itu dapat juga
diakibatkan oleh terlalu banyaknya steam atau dapat disebut sebagai adanya air
pada udara yang dimasukan ke furnace.
Nyala api membalik pada furnace dapat diakibatkan tarikan udara rendah
ataupun tekanan bahan bakar rendah sehingga tekanan pada bagian atas lebih tinggi
daripada pada bagian bawah. Hal tersebut mengakibatkan udara lebih menekan ke
26

arah bawah sehingga terjadi nyala api membalik. Gangguan lainnya yaitu suhu yang
dikehendaki tidak tercapai, hal tersebut dapat diakibatkan oleh aliran bahan bakar
yang terlalu sedikit sehingga api yang dihasilkan tidak maksimal. Stack berasap
juga merupakan gangguan yang diakibatkan oleh terlalu sedikitnya udara sehingga
bahan bakar sangat banyak yang dibakar namun hasil pembakaran tidak maksimal
karena kurangnya udara.
Suhu stack terlalu tinggi dapat diakibatkan oleh banyaknya udara pada
pembakaran yang membuat panas belum diterima oleh maksimal pada bagian
radiasi dan konveksi namun sudah mengalir terlebih dahulu. Furnace bergetar dapat
diakibatkan oleh aliran bahan bakar yang terlalu kecil ataupun tarikan udara yang
kecil juga dan burner mati dapat diakibatkan aliran bahan bakar yang terhenti
ataupun perbandingan antara bahan bakar dan udara sangat tidak berimbang
sehingga pembakaran tidak terjadi.
1.3.4 Troubleshooting Furnace (Fired Heater)
Meninjau dari kendala yang banyak ditemukan saat operasional furnace,
tabel berikut mengidentifikasi kendala beserta penyebab dan cara mengatasi nya
Tabel 6. Troubleshooting Fired Heater

Gangguan Penyebab Cara Mengatasi


Burner mati - Aliran bahan bakar - Periksa saluran bahan
terhenti bakar
- Perbandingan bahan - Atur bukaan katup
bakar dan udara tidak cerobong asap dan katup
seimbang udara pembakaran
Nyala api pendek - Terlalu banyak udara - Atur katup udara
pembakaran pembakaran
- Terlalu banyak steam - Atur Valve steam pada
burner
Nyala api putus putus - Draft terlalu rendah. - Periksa stack damper.
- Aliran fuel oil terlalu - Fuel oil di tambah.
sedikit
27

Nyala api - Tarikan udara (draft) - Atur bukaan katup


membalik (flash rendah (kecil) cerobong asap (stack
back) - Tekanan fuel rendah damper)
- Kecilkan tip burner
(diganti)
Suhu yang - Aliran fuel rendah - Tambah aliran fuel
dikehendaki tidak - Tip burner terlalu kecil - ganti tiap burner dengan
tercapai yang sesuai
Cerobong berasap - Steam terlalu - Tambah bukaan valve
sedikit steam pada burner
- Terlalu sedikit udara - Atur bukaan katup
pembakaran cerobong asap dan katup
udara
pembakaran
Suhu stack terlalu - Udara pembakaran - Atur bukaan katup
tinggi terlalu banyak cerobong asap (jumlah
udara pembakaran
Suhu skin tube - Tube fouling - Atur pembagian umapan
berlalu tinggi - Nyala api menjilat tube furnace
- Perbaiki / atur nyala api
Furnace bergetar Tarikan udara kecil - Atur bukaan katup
(rendah) cerobong asap (stack
- Aliran fuel terlalu kecil dampar)
- Tambah aliran fuel

1.3.5 Pemeliharaan Furnace


Berikut dijelaskan mengenai pemeliharaan Furnace untuk dua macam (skala)
yang ditemukan, industri dan lab; skala kecil
1.3.5.1 Fired Heater
28

Gambar 13. (a) Industrial fired heater, (b) struktur fired heater

Berikut adalah pemeliharaan yang rutin dilakukan setiap tahun untuk alat furnace :
 Inspeksi pipa (tube) secara visual sebelum dibersihkan

 Inspeksi pipa (tube) setelah dibersihkan

 Pemeriksaan dimensi (OD tabung), ketebalan.

 Inspeksi visual kebocoran plug header

 Inspeksi - penopang tabung, hanger, dll.

 Inspeksi tungku (burner)

 Pemeriksaan refraktori

 Peredam eksternal, internal, operasi, dll


29

Gambar 14. Vertical cylindrical fired heater


(sumber : firedheater.info/vertical-cylindrical-fired-heater, 2018)
Komponen utama dalam Fired Heater adalah :
 Casing
 Tubes (pipa lurus)
 Return bends (pipa U)
 Tube supports
 Burners
a. Casing
Casing adalah Pelat logam yang digunakan untuk melampiskan pemanas.
Biasanya pelat berbahan CS (carbon steel) dengan tebal 6mm. Desain suhu casing
bagian luar 82°C, maks. suhu, CS dapat bertahan hingga 440°C namun oksidasi
sudah dimulai pada 270°C. Kegagalan pada lapisan refraktori (internal)
menyebabkan overheating bagian casing sisi dalamnya yang akan menyebabkan
terbentuk hot spot. Hot spot adalah daerah atau wilayah yang mengalami tingkat
panas paling tinggi, akibat distribusi panas yang tidak merata di permukaan logam
sehingga hot spot ini memicu ada nya pemanasan yang berlebihan di suatu titik
tertentu dan apabila terjadi secara kontinu dalam waktu yang signifikan, daerah
tersebut akan mengalami dampak buruk, misalnya crack atau apapun akibat
overheating. Gambar dibawah ini merupakan ilustrasi hot spot.
30

Gambar 15. Ilustrasi hots pot


(sumber : alanzucconi.com/assets/red-heat/, n.d)
Untuk mencegah kerusakan pada pelat casing :
 Alirkan udara
 Alirkan uap
 Pada kasus ekstrim alirkan air
 Letakkan pelat casing berlapis refraktori tambahan di atas area hot spot

Gambar 16. Refractory location in a Vertical Furnace


(sumber : thermopedia.com/content/796/, 2011)
b. Penopang Pipa

Penopang pipa terbuat dari logam yang akan menyanggah berat pipa.
Pengaturan digunakan untuk mengarahkan pergerakan pipa sehingga pada satu arah
tertentu. Penopang terbuat dari bahan yang mampu menahan suhu tinggi yang
digunakan untuk mencegah terjadi sagging / bowing / buckling / swaying of tubes
 Penopang pipa harus disejajarkan dalam satu garis lurus.
 Pastikan kontak sempurna antara penopang dan pipa.
 Pipa harus diletakkan secara seragam di seluruh penyangga.
31

 Kegagalan penopang pipa dapat terjadi karena kelebihan beban yang


disebabkan oleh ada nya pipa bengkok, kehilangan kekuatan penopang dan
getaran.
 Penopang / hanger harus diperiksa apakah ada keretakan, mengalami
oksidasi (cek apakah ada bagian yang hilang / rusak atau teroksidasi
c. Pembersihan Pipa (Tube)
Umumnya pipa dibersihkan secara manual dengan membuat scaffolding
(tangga) di dalam pemanas.
 Pastikan semua ujung burner tertutup saat dilakukan pembersihan
 Pastikan bata tertutup untuk menghindari masuknya partikel asing di antara
bata sehingga menahan perpindahan panas selama operasi.
 Pastikan tidak ada kerusakan pada refraktori saat membuat scaffolding
Masalah umum yang terkait dengan pipa pemanas:
 Tube distortion – Hot spots, Sagging, Bowing, Touching of tubes
 Tube surface – Pitting, Scale, Evidence of overheating
d. Decoking by Pigging
Metode baru untuk decocking pipa salah satunya menggunakan uap, lalu
digunakan air bertekanan untuk mendorong pig styrofoam dengan stud dan grit
pada sisi luar melalui pipa dan di sekitar pipa U. Pig akan mengikis coke tanpa
merusak lapisan dinding pipa. Ukuran pig yang tidak tepat dapat menggores
dinding pipa, maka diperlukan pemilihan ukuran pipa yang tepat.
e. Pembersihan
 Sirkulasi air untuk menghilangkan hidrokarbon dan partikel kecil
 Memilih pigging yang akan digunakan
 Peluncuran pigging khusus
 Polishing dengan menggunakan pigging yang dilapisi abrasive coated foam
32

1.3.5.2 Muffle Furnace Type F6000

Gambar 17. Muffle Furnace Type F6000


(sumber : typeF6000 furnace, pdf)
Tabel 7. Spesifikasi Alat F6000

Dimensi (P x L x T) in cm 48.9 x 50.8 x 53.3


Berat in kg 43.5
Application At temperature 100°-1093°C for
continuous use or 100°-1200°C for
intermitten use
Unit consists of Heating Chamber, Basic automatic
control without over temperature
protection OR digital set, door
interlock relay for use safety

a. Instruksi Pembersihan secara Umum


Bersihkan dengan lap sisi luar alat dengan lembut menggunakan cairan yang
diberi sabun.
b. Preventative Maintenance
Unit ini dilengkapi dengan sistem ventilasi di bagian atas tungku. Ventilasi
berguna menghilangkan asap dari ruang unit. Kontaminasi adalah penyebab utama
kegagalan elemen, oleh karena itu, semua bahan yang menyebabkan terbentuknya
asap harus dibersihkan sebelum alat dipanaskan.
33

 Penjagaan rutin sangat penting untuk tungku agar tetap bersih. Operasikan

tungku hingga 1600 °F untuk membakar kontaminasi yang mungkin ada

pada bagian yang terinsulasi.


 Pertahankan suhu setidaknya untuk 4 jam agar seluruh pengotor sudah
hilang.
 Jika tungku akan digunakan lagi dalam beberapa jam, maka jaga suhu

tungku pada suhu operasi nya sekitar 500 °F (260 °C).

 Ganti termokopel setiap enam bulan


 Penggantian komponen pemanas
 Putuskan aliran listrik dari tungku
 Buka tutup belakang tungku (tempat penataan kabel-kabel)
 Longgarkan mur pada terminal elemen yang akan diganti.
 Tarik keluar elemen yang rusak. (Untuk memudahkan balik tungku
sehingga elemen yang akan diambil berada di atas).
 Masukkan elemen baru (pengganti) ke tempatnya, solder elemen agar
terisolasi dengan benar
 Kencangkan mur dengan aman. Potong kelebihan kabel
 Pasang kembali tutup belakang
 Hubungkan kembali tungku ke sumber listrik
 Uji operasi tungku

1.4 Tanya Jawab


Pertanyaan : Apa yang dimaksud dengan deareator cracking?

Jawaban : Deaerator cracking adalah jenis kerusakan pada boiler yang


disebabkan oleh perbedaan suhu yang tinggi diantara bagian tangki boiler. Adanya
perbedaan tersebut dikarenakan pada bagian bawah tangki boiler yang berisi air,
panas akan langsung terserap ke air hingga berubah menjadi steam. Disisi lain, ada
bagian tangki boiler yang tidak terdapat air namun mendapatkan supplai panas yang
sama dengan sehingga suhunya akan jauh lebih tinggi dibandingkan suhu pada
bagian yang berisi air.
34

DAFTAR PUSTAKA

Type F6000 Furnace. (n.d.). [ebook] pp.38-39. Available at:


https://www.whatispiping.com/fired-heaters [Accessed 23 Apr. 2019].
Whatispiping.com. (2019). CONSTRUCTION & MAINTENANCE OF FIRED
HEATERS: A Brief Presentation – What is Piping. [online] Available at:
https://www.whatispiping.com/fired-heaters [Accessed 23 Apr. 2019].
Firedheater.info. (n.d.). Vertical Cylindrical Fired Heater | Fired Heater & Waste
Heat Recovery. [online] Available at: http://www.firedheater.info/vertical-
cylindrical-fired-heater.html [Accessed 23 Apr. 2019].
Pratama, R. (2017). DIKTAT FURNACE. [online] academia.edu. Available at:
https://www.academia.edu/10109818/DIKTAT_FURNACE [Accessed 23
Apr. 2019].

Anda mungkin juga menyukai