Anda di halaman 1dari 22

BAB 4

AJARAN DAN PRAKTEK TAREKAT QADIRIYAH AL-ARAKIYAH

4.1. Ajaran Tarekat Qadiriyah Al-Arakiyah


Ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang dibawa oleh Syekh Hilmi al-Araki al-
Araki, selaku mursyid Tarekat Qadiriyah Arakiyah di Indonesia, selalu menekankan
para ikhwan tarekatnya untuk selalu menyucikan diri dari nafsu dunia. Ajaran ini
berdasarkan ajaran yang diajarkan oleh mursyidnya, Syekh Abdullah, mursyid Tarekat
QadiriyahArakiyah di Sudan, yang selaras dengan ajaran induk tarekat ini yakni ajaran
Syekh Abdul Qadir al-Jilani selaku pendiri Tarekat Qadiriyah. Syekh Hilmi
membimbing seorang salik menempuh jalan menuju Allah swt. untuk menjadi hamba
yang paling dekat dengan Allah. Maka dari itu, seorang salik harus kuat di dalam
akidah, syariat, dan akhlak tarekat. Akidah supaya yang salik dekati hanya Allah swt.
dengan syariat Nabi Muhammad saw. Setelah itu, akhlak menuntunnya secara batin.
Dekat dengan Allah swt. itu berupa ketaatan kepada Allah swt. Taat yaitu mukhalifatul
hawa atau tidak mengikuti hawa nafsu. Dasar dari ketaatan biasanya tidak disukai oleh
nasfu, disebabkan tabiat nafsu adalah melanggar perintah Allah swt. Maka, di dalam
kajian tasawuf dan tarekat para mursyid lebih menekankan pada pengendalian nafsu
atau mujahadah an-nafsi. Hal ini juga di ajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Upaya
mengendalikan hawa nafsu ada berbagai macam, seperti berupa riyadhah, mujahadah,
puasa, sedekah, khidmat terhadap fakir miskin, dan tidak hubbu ad-dunya (zuhud).1
Syekh Hilmi al-Araki mengatakaan bahwa proses untuk sampai pada penyucian
diri, seorang salik harus melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan itu di dalam dunia
tarekat disebut dengan maqam, yang maknanya terdapat pada setiap huruf yang tersusun
membentuk rangkaian kata tasawuf. Hal yang pertama kali diajarkan oleh Syekh Hilmi
al-Araki kepada ikhwan tarekatnya, yang baru saja masuk ke dalam Tarekat Qadiriyah
Arakiyah, dalam rangka menyucikan diri adalah menekankan untuk meninggalkan
segala sesuatu yang dilarang oleh Allah swt. dengan bertaubat secara lahir dan batin.
Ikhwan secara lahir meninggalkan hal-hal yang dilarang dan secara batin membenci hal-
hal itu. Taubat dilakukan dengan memperbanyak membaca istighfar, yang tidak hanya

1
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
dilafalkan dengan lisan, tetapi juga diresapkan ke dalam jiwa sehingga hati ikut serta
beristighfar. Di antara lisan dan hati secara bersamaan beristighfar (sinkron).Ketika
ikhwan telah mampu melakukan hal itu, berarti dia telah mencapai maqamta’ dari kata
tasawuf, yaitu taubat.2
Setelah bertaubat dengan beristighfar, Syekh Hilmi al-Araki menganjurkan
ikhwan tarekatnya untuk menjernihkan hati dari kotoran-kotoran (Shafa al-Qalb) yang
ditimbulkan oleh sikap melampaui batas (israf), seperti berlebihan di dalam makan,
minum, dan mencintai sesuatu. Cara yang dilakukan untuk menjernihkan hati agar
terhindar dari sikap israf adalah dengan membiasakan diri membaca lafdz al-Jalalah
(Laa ilaaha illallah) secara jahr dengan suara yang keras (shautun ‘aliy) dan tekad yang
kuat (niat qowiy). Selain itu, Syekh Hilmi al-Araki juga menganjurkan ikhwan
tarekatnya untuk mentauhidkan Allah swt. dengan membersihkan hatinya dari selain-
Nya dan mengisinya hanya dengan Allah swt. Cara yang dilakukan adalah dengan
membaca lafdz jalalah secara sirri atau rahasia, yang hanya dapat didengar oleh diri
sendiri dan Allah swt. Ketika hal itu telah mampu dilakukan secara kontinu, hati akan
mampu mengikuti lafdz al-Jalalah yang diucapkan oleh lisan. Imam Syafii
mengistilahkannya dengan talaffudz an-niat. Ketika ikhwan tarekat telah mampu
melakukan kedua hal itu, dia telah mencapai maqam sha dari kata tasawuf, yaitu Shafa
al-Qalb.
Kemudian, Syekh Hilmi al-Araki mengajarkan ikhwan tarekatnya agar menjaga
diri dari segala sesuatu yang meragukan (syubhat), kehalalan dan keharamannya, secara
lahir dan batin. Secara lahir ikhwan menjaga segala anugerah yang diberikan oleh Allah
swt., seperti anggota tubuh, dengan semestinya, yaitu tidak menggunakannya untuk hal-
hal yang diharamkan dan yang dapat melalaikan dari mengingat Allah swt. serta
mendatangkan kemurkaan-Nya. Sementara secara batin, ikhwan menjauhkan diri dari
segala pikiran yang dapat menghalanginya untuk dekat dan sampai kepada Allah swt.,
tidak berharap dan meminta sesuatu kebutuhan dunia kepada makhluk secara terang-
terangan maupun dengan isyarat-isyarat. Ketika ikhwan telah mampu melakukan hal itu,

2
berarti dia telah mencapai maqam wa’ dari kata tasawuf, yaitu wara, yang tercermin
pada perilakunya sehari-hari.3
Syekh Hilmi al-Araki mengatakan bahwa puncak perjalanan seorang salik ikhwan
tarekat adalah merasa dekat dengan Allah swt. Secara spiritual, kondisi fana yaitu
kondisi sebenar-benarnya berserah diri dan taat kepada Allah swt. Tidak ada sesuatu
yang dipandang bernilai di dalam dirinya kecuali hanya karunia Allah swt. Tidak ada
keakuan di dalam dirinya, karena segala daya dan upaya atas pertolongan Allah swt.
menurut Syekh Hilmi al-Araki, seseorang yang telah mencapai fana ialah seseorang
yang khauf atau rasa takutnya terhadap Allah swt. telah mencapai khosyyah atau rasa
takut dengan rasa mengagumkan Allah, terkesima dengan keagungan Allah swt.
sehingga dia hanya melihat kekuasaan Allah swt. Dengan tahapan-tahapan penyucian
ini, tersingkaplah batas-batas yang menghalangi manusia dengan Allah swt. yang
membuat seorang ikhwan tersadar bahwa manusia tidak ada apa-apanya di hadapan
Allah swt. dan sejatinya manusia tidak ada. yang menjadikan adanya manusia adalah
rahmat Allah swt. semua yang terjadi pada diri manusia berasal dari rahmat Allah swt.4
Kemudian, Syekh Hilmi al-Araki menganalogikannya dengan peristiwa isra’
mi’raj. Ketika isra’ mi’raj, Nabi Muhammad saw. berhadapan dengan Allah swt.
Namun, posisi itu tidak menjadikan Nabi Muhammad saw. mengaku dirinya sebagai
Tuhan. Seperti yang dikatakan oleh KH.Hasyim Muzadi, “Tidak ada sifat Ketuhanan di
dalam diri makhluk dan tidak ada sifat kemakhlukan di dalam diri Tuhan”. Posisi di
antara keduanya sesuai, yaitu Allah sebagai pencipta yang harus di sembah dan manusia
sebagai yang diciptakan harus menyembah-Nya.5
Syekh Hilmi menyatakan bahwa tahapan-tahapan tersebut merupakan proses
untuk mengendalikan hawa nafsu. Pengendalian hawa nasfu bertujuan untuk
menghilangkan kesombongan dihadapan Allah swt. seseorang tidak mungkin mampu
bertaubat serta menlewati tahapan-tahapan tersebut jika mengendalikan hawa nafsu.
Dengan mengendalikan nafsu, akan memunculkan kesadaran bahwa manusia diciptakan
agar beribadah kepada Allah swt. dan tidak membangkang kepada-Nya atau takwa.

3
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
4
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
5
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
Nafsu tidak dapat dihilangkan melainkan hanya bisa dikendalikan, yaitu dengan
mengendalikan nafsu Amarah menjadi nafs amamah, yang kemudian menjadi nafs
muthmainnah. Ketika telah mencapai nafs muthmainnah, sebab apa yang dilakukan
berdasarkan nafsu muthmainnah telah mengikuti bukan mengikuti hawa melainkan
mengikuti syariat atau wahyu.6
Di dalam tahapan-tahapan tersebut akan menuju ke sebuah kondisi atau ahwal.
Jika telah memasuki ahwal, semua istilah-istilah tersebut melebur dan saling berkaitan
satu sama lainnya. Penamaan-penamaan itu hanya digunakan agar mudah untuk
dipelajari melalui panca indera. Syekh Hilmi menambahkan bahwa maqamat seorang
salik di dalam menuju Allah swt. berbeda-beda, tergantung pengalaman spiritual yang
di dalami sehingga memunculkan beberapa versi maqamat. Akan tetapi, di dalam
menuju Allah pasti melalui pembersihan jiwa terlebih dahulu dengan bertaubat.

Terdapat tiga unsur yang diperhatikan di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah, yaitu
ruh, akal, dan nafsu. Syekh Hilmi menceritakan bahwa di kalangan tarekat ini terdapat
sebuah hikayat. Pertama, ketika Allah swt. menciptakan ruh, Alloh bertanya, “man ana
wa man anta?”. Kemudian, ruh menjawab, “Anta Alloh wa ana ‘abduk”. Kedua, ketika
Allah swt. menciptakan akal, Allah bertanya, “man ana wa man anta?”. Kemudian, akal
menjawab, “man anta wa man ana?”. Akal berbalik tanya. Namun, setelah Allah swt.
memberikan pengetahuan kepada akal untuk mencari jawaban itu, akhirnya akal
menjawab, ”anta rabbii wa ana abduk”. Sebagaimana jawaban ruh, akal juga mengakui
posisinya sebagai hamba dan ciptaan Allah swt. Akan tetapi, dalam proses pencarian
terdapat akal yang mengetahui posisinya sebagai hamba dan terdapat juga akal yang
tidak mengetahuinya. Kemudian, ketika nafsu ditanya oleh Allah swt, “man ana wa
man anta?”, nafsu menjawab, “ana ana, anta anta.” Jawaban nafsu menunjukan bahwa
posisinya dengan Allah swt. sama. Tarekat ini memposisikan Allah swt. di atas semua
makhluk-Nya. Cara yang dilakukan adalah dengan riyadhah secara lahir dan batin
supaya mencapai ihsan. Menurut Syekh Hilmi al-Araki, substansi ihsan adalah
kesadaran diri manusia terhadap posisinya yakni sebagai hamba dan posisi Allah swt.

6
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
sebagai Tuhan yang wajib disembah sehingga menjadi hamba Allah swt. yang muttaqin
dan muhsinin, takwa dan ihsan.7
Syekh Hilmi juga mengajarkan zuhud terhapat ikhwan tarekatnya. Menurut Syekh
Hilmi, zuhud yakni menghilangkan kecintaan terhapat dunia di dalam hati sehingga
tidak melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu kehidupan akhirat. Zuhud itu
terdapat di dalam hati. Akan tetapi, di dalam proses untuk mampu zuhud terdapat para
salik yang mengawali zuhud secara lahir, di mulai dengan berusaha hidup sederhana
dan menyederhanakan dirinya, menjauhkan diri dari keramaian, sampai memakai
pakaian compang-camping atau bertambal atau kasar yang dari wol. Semua cara yang
dilakukan para salik itu bertujuaan agar mereka tidak merasa nyaman dengan segala
sesuatu yang ada di dunia sehingga para salik cenderung ke akhirat, dengan berbuat baik
kepada Allah swt. maupun manusia dengann sebaik-baiknya. Selain itu, dengan
mengajarkan sikap zuhud bukan berarti Syekh Hilmi menghalangi para ikhwan
arekatnya untuk kaya harta. Syekh Hilmi membolehkan para ikhwan tarekatnya hidup
dengan bergelimangan harta. Akan tetapi, dia menganjurkan agar hartanya digunakan
untuk sesuatu yang bermanfaat di kehidupan akhirat.8
Syekh Hilmi juga menganjurkan ikhwan tarekatnya untuk bekerja. Akan tetapi,
dengan syarat pekerjaan itu tidak menyebabkan meninggalkan beribadah. Dunia adalah
ladang untuk untuk akhirat. Manusia tidak akan mencapai kebahagiaan di akhirat tanpa
melalui kehidupan di dunia. Maka dari itu, segala aktivitas di dunia hendaknya
diniatkan untuk beribadah. Meskipun segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia
telah ditentukan oleh Allah swt., manusia wajib berusaha. Bukan berarti berpasrah atau
tawakal dengan takdir Allah lalu tidak berbuat dan berusaha apapun. Tawakal adalah
menyerahkan hasil kepada Allah swt. dari usaha yang kita lakukan. Bahwa di setiap
usaha yang dilakukan terdapat campur tangan Allah swt. Takdir Allah bentuknya
abstrak. Maka dari itu, tetap berusaha untuk menuju takdir Allah swt. Ketika hasilnya
baik, bersyukur. Sementara ketika hasilnya tidak baik, bersabar.9

7
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
8
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
9
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
Oleh karena itu, Syekh Hilmi mengajarkan ikhwan tarekatnya agar bersyukur
Allah swt. atas segala nikmat di segala kondisi. Ungkapan syukur diwujudkan dengan
menggunakan segala pemberian yang telah dianugerahkan oleh Allah swt. di jalan yang
ridhai oleh-Nya, seperti melalui lisan dengan mengucapkan hamdalah, anggota badan
dengan melakukan ibadah, dan harta benda dengan bersedekah. Pemberian itu bisa
berupa nikmat atau musibah.10
Ketika mendapatkan nikmat berupa musibah, Syekh Hilmi mengajarkan ikhwan
tarekatnya supaya ridha dan menerima atas segala sesuatu yang telah menjadi ketentuan
Allah swt. jika telah mmapu ridha terhadap segala ketentuan-Nya, hati akan selalu
merasa senang terhadap pemberian Allah swt baik berupa nikmat maupun musibah dan
mempercayai bahwa baik buruknya segala sesuatu adalah pemberian Allah swt. Jika
seorang salik telah mampu ridha, dia sampai pada tingkatan tertinggi yakni mahabbah,
akan mencintai Allah swt. Mahabbah bisa dicapai ketika nafsu amarah telah berubah
menjadi nafsu muthmainnah.11
Terdapat juga beberapa ajaran yang termuat di dalam ijazah irsyad Syekh Hilmi
al-Araki di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Ajaran-ajaran tersebut merupakan
perwujudan dari definisi ihsan yakni habl minallah dan habl minannas. Habl minallah
adalah menjaga hubungan baik dengan Allah swt, dengan menekankan takwa kepada
Allah, yakni dengan menjalankan perintah dan meninggalkkan larangan-Nya. Adapun
habl minannas adalah menjaga hubungan baik dengan sesama manusia, baik dengan
sesama ikhwan tarekat maupun dengan mursyidnya. Secara rinci, ajaran dan anjuran
Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang tertuang di dalam ijazah irsyad Syekh Hilmi adalah
sebagai berikut.
a) Anjuran
1) Qiyamullail pada pertengahan 1/3 malam, dengan alasan waktu ini adalah waktu
yang paling utama, atau pada 1/3 malam terakhir sebanyak 11 rakaat atau 13
rakaat dengan witir.

10
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
11
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
2) Melaksanakan salat sunnah rawatib, yakni qabliyah zuhur empat rakaat dan
ba’diyah empat rakaat, qabliyah asar empat rakaat, dan ba’diyah maghrib enam
rakaat.
3) Salat dhuha sedikitnya dua rakaat dan paling banyak delapan rakaat.
4) Dianjurkan agar duduk setelah salat subuh sampai matahari terbit dan meningg.
Kemudian dilanjutkan dengan salat dua rakaat.
5) Membiasakan zikir sesuadah salat asar sampai matahari terbenam kevuali dalam
keadaan darurat.
6) Bersabar ketika terasa amat berat.
7) Menahan amarah.
8) Berperilaku dengan akhlak terpuji.

b) Ajaran
1) Membantu orang-orang fakir dan miskin dengan nikmat yang telah Allah swt.
berikan.
2) Menghormati kedua orangtua dengan baik, semasa hidup dan kematiannya,
menghormati kerabat dan tetangga, Tidak boleh tamak, meninggikan cita-cita dan
zuhud di dalam segala hal, di antaranya dalam berpakaian, makanan, dan
minuman.
3) Tidak boleh melupakan mursyid. Selalu mengingatnya di pembukaan atau awal
doa-doa si murid dan tempat munajatnya.
4) Wajib mendoakan mursyid di dalam doa-doa di waktu mustajab. Karena waktu
mustajab adalah waktu yang tepat untuk berdoa dan meminta atau memohon
kepada Allah swt.
5) Bergntung pada pembagian Allah swt dan agar mengetahui bahwa segala sesuatu
yang ditentukan dari Allah swt.
6) Membebaskan diri dari sikap riya, sum’ah, ujub, hasad, menipu, mempergauli
makhluk dengan nasehat. (ad-din nasihah)
7) Takut berdusta dan berkesaksian palsu.
8) Mengawasi hal-hal yang aneh atau asing kecuali untuk alasan kesaksian.
9) Menghabiskan seluruh waktunya dengan ketaatan kepada Allah swt.menyiapkan
diri dengan ahwal-ahwal salikin seperti zuhud, wara.
10) Memperbanyak diam.
11) Bertawadhu kepada Allah dan memperbaiki ketaatannya.
12) Menjadi seorang yang pemaaf dari orang-orang yang menjahatimu.
13) Bersahabat dengan ahli kebaikan atau orang-orang yang baik dan benar
14) Menyucikan batin dengan zuhud dan istighfar.
15) Membiasakan diri berkomunikasi dengan syekh walaupun via sms atau wa,
meminta didoakan, dan memberikan hadiah kepadanya.
16) Mengutamakan syekhnya di dalam hatinya setelah Allah swt.
17) Menerangi dan menyinari hatinya dengan salawat kepada Rasulullah saw.

4.2. Pedoman Tarekat Qadiriyah Arakiyah


4.2.1. Alquran dan as-Sunnah
Imam al-Sya’rani berkata bahwa sebuah Tarekat pasti berpedoman pada Alquran
dan as-Sunnah serta berlandaskan atas manhaj para Nabi dan para sufi. Ajaran Tarekat
Qadiriyah Arakiyah yang berdasarkan Alquran yakni zikir dan baiat. Adapun dasar zikir
Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang diambil dari Alquran dan as-Sunnah adalah sebagai
berikut.
1) Bacaan Istighfar berlandaskan pada Q.S. Ali Imran ayat 135-136.
2) Bacaan salawat berlandaskan pada Q.S. Al-Ahzab ayat 56 dan hadits Nabi
Muhammad saw.
)‫(من صلى علي مرة صلت عليه المالئكة عشرا‬

3) Bacaan Lâ ilâha illâ Allah berlandaskan pada hadits Nabi Muhammad saw.
)‫(أفضل ما قلته أنا والنبيون من قبلي ال إله إال هللا وحده ال شريك له‬
4) Allah, Allah, Allah.. berlandaskan pada Q.S. Fushshilat ayat 31, 32, 33 dan Q.S.
Al-An’am ayat 91.
5) Asmaul Husna, berlandaskan pada Q.S. al-Aʻraf ayat 180.

4.2.2. Ijma’
Ajaran Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang berdasarkan ijma’ para ulama adalah
praktek zikir yang dilakukan dengan menggunakan tasbih, duduk, berdiri, berbaring,
memutar, dan dengan diiringi alat musik. Di dalam hal ini, jumhur ulama
membolehkan.12

4.2.3. Qiyas
Seperti yang dikatakan oleh Syekh Hilmi bahwa qiyas adalah mengkaitkan
sesuatu yang tidak ada dasar hukumnya dengan dalil yang sudah ada. Ajaran Tarekat
Qadiriyah Arakiyah yang berdasarkan qiyas yaitu zikir dengan gerakan-gerakan ke
kanan dan ke kiri dikaitkan dengan ayat yang memerintahkan untuk mengingat Allah di
dalam kondisi adan keadaan apapun, baik dengan duduk, berbaring, dan bergerak.13

4.3. Praktek Tarekat Qadiriyah Arakiyah


4.3.1. Baiat
Menurut Syekh Muhammad Hilmi Ash Shidqi al-Araki, baiat adalah suatu
komitmen seorang murid untuk mengikuti jalan yang ditempuh oleh mursyid di dalam
menuju Allah swt. dengan menjalankan ajaran Nabi Muhammad saw. beserta para
sahabatnya. Baiat dilakukan oleh mursyid kepada calon murid. Syekh Hilmi al-Araki
menerima siapa saja yang berniat untuk berbaiat tarekat ini dengan syarat berdasarkan
kemauan diri sendiri, tidak adanya unsur paksaan, memiliki tekad yang kuat dari dalam
hatinya untuk berkomitmen, dan mendapatkan restu dan izin dari orangtua, terutama
Ibu. Hal ini disebabkan restu Allah adalah restu orangtua, khususnya Ibu dan surga
berada di bawah telapak kaki Ibu. Syekh Hilmi al-Araki menyatakan bahwa sebuah
tarekat adalah jalan menuju surga. Surga itu tidak dapat diraih tanpa mendapatkan restu
dari ibu. Jika di tarekat lain terdapat pembatasan umur sebagai syarat untuk berbaiat, di
tarekat ini tidak membatasi umur seseorang yang memiliki niat untuk berbaiat. Selain
itu, di tarekat ini juga tidak mengharuskan seseorang menguasai syariat untuk dapat

12
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
13
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
berbaiat. Jika seorang murid belum menguasai syariat, Syekh Hilmi al-Araki akan
mengajarkan murid itu perihal syariat.14
Pelaksanaan baiat di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah bersifat fleksibel, dapat
dilakukan secara terbuka atau tertutup. Terbuka berarti keikutsertaan seseorang di dalam
tarekat ini diketahui oleh orang lain atau adanya saksi dalam prosesi bai’at. Sementara
tertutup berarti keikutsertaan seseorang dalam tarekat ini tidak diketahui oleh orang lain,
kecuali Allah swt. dan mursyid. Sebagian besar murid Syekh Hilmi al-Araki di
Pesantren Al-Hikam Depok berbaiat secara tertutup. Keikutsertaannya di dalam tarekat
ini tidak ingin diketahui oleh orang lain. Dalam proses bai’at, Tarekat Qadiriyah
Arakiyah mengharuskan adanya pertemuan langsung di antara mursyid dan calon murid
sehingga baiat tidak bisa dilakukan secara on-line.15
Baiat dilakukan oleh mursyid dan calon murid dalam keadaan suci, yaitu memiliki
wudhu. Pada prosesi baiat, murid duduk berhadapan dengan mursyid. Kemudian,
mursyid berjabat tangan dengan murid dan mentalqinnya. Murid mengikuti perkataan
mursyid secara berkesinambungan. Adapun bacaan baiat Tarekat Qadiriyah Arakiyah
adalah sebagai berikut.
1) Baiat dimulai dengan istighfar tiga kali
‫أستغفر هللا العظيم من كل ذنب وأتوب إليه‬
Astaghfirullah al-adzim min kulli dzanbin wa atuubu ilaih
Aku memohon ampun kepada Allah Yang Maha Besar dari segala dosa dan aku
bertaubat kepada-Nya

Istighfar di awal baiat digunakan sebagai bentuk taubat seorang calon murid
sebelum memasuki Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Hal ini disebabkan seseorang tidak
mampu naik menuju derajat kesufian dengan adanya hawa nafsu yang ada di dalam
dirinya. Maka dari itu, untuk mengendalikan hawa nafsu itu dianjurkan terlebih dahulu
dengan menyucikan diri dari dosa dan kesalahan dengan beristighfar dan bertaubat.

2) Mengucapkan dua kalimat syahadat

14
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
15
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
‫أشهد أن ال إله إال هللا وأن محمدا عبده ورسوله‬

3) Mengucapkan Laa haula wa laa quwwata illaa billah al-aliyyi al-adziimi


4) Mengucapkan bacaan talqin atau baiat

‫بايعتك في الدين والشريعة والمتابعة وجعلت نفسي مريدا للسيد محيى الدين عبد القادر الجيالني قدس هللا روحه‬
‫ونور ضريحه اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك اللهم يا مصرف القلوب اصرف قلبي على طاعتك اللهم‬
‫اكفني بحالالك عن حرامك واغنني بفضلك عن من سواك و صلى هلل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم‬
‫تسليما والحمد هلل رب العالمين‬

Dengan melakukan proses baiat di atas, seseorang secara resmi diterima menjadi
murid Syekh Hilmi al-Araki dan pengikut Tarekat Qadiriyah Arakiyah Setelah dibaiat,
murid dalam mengamalkan tarekat Qadiriyah Al Arakiyah harus dengan bimbingan
mursyid dan harus sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.16

4.3.2. Zikir
Zikir merupakan amalan pokok yang menjadi tolok ukur utama Tarekat
Qadiriyah. Zikir adalah mengingat Allah dengan membaca auradh. Auradh adalah
bentuk jamak dari wirid. Setiap tarekat muktabarah memiliki wirid ‘am yang diamalkan
oleh mursyid serta murid-muridnya. Tujuannya adalah untuk membiasakan diri
mengingat Allah swt. Wird ‘am ini biasanya terdiri atas istighfar, salawat, dan kalimat
tayyibah Laa ilaaha illa Allah. Bacaan istighfar dibaca untuk membersihkan diri dari
segala dosa. Bacaan ini berfungsi untuk mengisi kekosongan diri, yaitu dengan
bersalawat kepada Nabi muhammad saw. Salawat adalah babullah. Syekh Muhammad
Hilmi mengibaratkan istighfar sebagai sabun sedangkan sholawat sebagai air. Keduanya
saling membersihkan hati. Laa ilaaha illallah, bacaan ini berfungsi untuk
mengosongkan segala sesuatu di hati dan mengisinya hanya dengan Allah swt.17

16
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
17
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
Syekh Hilmi menganjurkan ikhwan tarekatnya untuk mengisi seluruh waktu
dengan berzikir. Zikir itu dibaca dengan bersuara (jally) dan tidak bersuara atau di dlam
hati (khafiy). Zikir secara bersuara (jally) dilakukan dengan membaca auradh setelah
melaksanakan salat lima waktu. Adapun auradh Tarekat Qadariyah Arakiyah yang
dibaca setelah melaksanakan salat lima waktu adalah sebagai berikut.18

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Bismillahirrahmanirrahim
Demi Nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang

1. Membaca
‫اللهم انت السالم ومنك السالم وإليك يرجع السالم فحينا ربنابالسالم وأدخلنا‬
‫الجنة دارك السالم تباركت وتعاليت ياذاالجالل واإلكرام‬

Allahumma anta as-Salaam wa minka as-Salaam wailaika yarji’u as-Salaam


fahayyinaa rabbanaabi as-Salaam, waadkhilna al-Jannata daaraka as-Salaam
Tabaarakta wata’aalaita Yaa Dza al-Jalaali wa al-Ikraam.
Artinya :
Ya Allah, Engkau adalah kedamaian dan dari-Mu lah kedamaian dan kepada-Mu
lah kembalinya kedamaian. Maka hidupkanlah kami Ya Allah dengan kedamaian dan
masukkanlah kami ke dalam surga tempat yang damai. Maha Suci Engkau dan Maha
Tinggi Wahai Tuhan Kami Yang Memiliki Kebesaran dan Kemuliaan.

2. Membaca Istighfar 3x
‫أستغفرهللا العظيم‬

Astaghfirullahal-Adzim
Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung 3x

3. Membaca surat al-Fatihah

18
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
‫ ا ْه ِدنَا‬. ُ‫ إِيهاكَ نَ ْعبُد ُ َوإِيهاكَ نَ ْست َ ِعين‬.‫ِّين‬
ِ ‫ َما ِل ِك يَ ْو ِم ال ِد‬.‫الر ِحيم‬ ‫ب ْالعَالَ ِمينَ ه‬
‫الرحْ َٰ َم ِن ه‬. ِ ِّ ‫ ْال َح ْمد ُ ِ هَلِلِ َر‬.‫الر ِح ِيم‬
‫الرحْ َٰ َم ِن ه‬ ‫بِس ِْم ه‬
‫َّللاِ ه‬
ِ ‫ط الهذِينَ أ َ ْنعَ ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬
َ‫ب َعلَ ْي ِه ْم َو َال الضها ِلِّين‬ َ ‫ص َرا‬ َ ‫ط ْال ُم ْستَ ِق‬
ِ .‫يم‬ َ ‫الص َرا‬
ِّ ِ

Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdu lillahi rabbil‘alamin. Arrahmanirrahim.


Maliki yaumiddin. Iyyaka na’budu waiyyaka nasta’in. Ihdinashshiraathalmustaqim.
Shiraatallaziina an’amta ‘alaihim ghairilmaghdubi ‘alaihim waladhdhallin.
Artinya:
Demi Nama Allah Yang Maha pengasih Maha penyayang.Segala puji bagi Allah Tuhan
Semesta Alam. Yang Maha pengasih Maha penyayanga. Yang menguasai hari
pembalasan. Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami
memohon pertolongan. Tunjukanlah kami jalan yang lurus. (Yaitu jalan orang-orang
yang telah Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan
bukan pula jalan orang-orang yang sesat.

4. Membaca Ayat Kursi


‫ض َم ْن ذَا الهذِي يَ ْشفَ ُع ِع ْندَ ٗه ِإ هال‬ ِ ‫ت َو َما فِي ْاْل َ ْر‬ ِ ‫س َم َاوا‬ ‫ي ْالقَيُّو ُم َال تَأ ْ ُخذ ُ ٗه ِسنَةٌ َو َال ن َْو ٌم لَهٗ َما فِي ال ه‬
ُّ ‫هللاُ َال ا َِٰلهَ ِإ هال ه َُو ْال َح‬
‫ض َو َال‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ ‫ش ْيءٍ ِم ْن ِع ْل ِم ٖه ِإ هال ِب َما شَا َء َو ِس َع ُك ْر ِسيُّهُ ال ه‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫طونَ ِب‬ُ ‫ِبإِذْنِ ٖه َي ْعلَ ُم َما َبيْنَ أ َ ْيدِي ِه ْم َو َما خ َْلفَ ُه ْم َو َال ي ُِحي‬
.‫ي ْال َع ِظي ُم‬
ُّ ‫ظ ُه َما َوه َُو ْال َع ِل‬
ُ ‫َيئُود ُٗه ِح ْف‬

Allahu laa ilaaha illa huwalhayyulqayyum. Laa ta’khudzuhuu sinatu walaa


nauum. Lahuu maa fissamaawaati wamaa filardhi. Man dzalladzii yasyfa’u ‘indahuu
illaa biidznihi. Ya’lamu maa baina aidiihim wamaa khalfahum. Wa laa yuhithuuna
bisyai-in min ‘ilmihii illaa bimaasyaa-a. Wasi’a kursiyyuhussamaawaati walardha. Wa
laa ya-udhuhu hifzhuhumaa wahuwal ‘aliyyulazhiim.
Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di
sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di
belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa
yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
5. Membaca ‘Laqod Ja’
‫ فإن تولوا فقل حسبي هللا الاله‬.‫لقدجاءكم رسول من أنفسكم عزيزعليهماعنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤوف رحيم‬
‫االهوعليه توكلت وهورب العرش العظيم‬

Laqad jaa-akum rasuulun min anfusikum ‘aziizun ‘alaihi maa ‘anittum hariishun
‘alaikum bil-mu’miniina ra-uufun rahiimun. Fa in tawallau faqul hasbiyallahu Laa
ilaaha illaa huwa ‘alaihi tawakkaltu wahuwa rabbu al-Arsyi al-Adzim.
Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu
sendiri (yaitu Nabi Muhammad saw) yang menjadi sangat berat kepadanya sebarang
kesusahan yang ditanggung oleh kamu, yang sangat lobakan (inginkan) kebaikan bagi
kamu, (dan) ia pula menumpahkan perasaan belas serta kasih sayangnya kepada orang-
oarng yang beriman. Kemudian jika mereka berpaling ingkar, maka katakanlah (wahai
Muhammad): “Cukuplah bagi Allah (yang menolong dan memeliharaku), tiada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia; kepadaNya aku berserah diri, dan Dialah yang
mempunyai ‘Arasy yang besar “.(QS. Attaubat : 128-129)

6. Membaca Surat al-Ikhlas 3x


.ُ ‫ولَ ۡم َي ُكن له ۥه ُ ُكفُ ًوا أَ َح ُۢد‬. ‫ٱلله ُهٱل ه‬.ٌ ‫ٱَلِلُ أ َ َحد‬
َ ‫لَ ۡم َي ِل ۡد َولَ ۡميُولَ ۡد‬.ُ ‫ص َمد‬ ‫يمقُ ۡل ه َُو ه‬ ‫الرحْ َٰ َم ِن ه‬
ِ ‫الر ِح‬ ‫ِبس ِْم ه‬
‫َّللاِ ه‬

Bismillahirrahmanirrahim. QulHuwallahu Ahad. Allahu sh-shamad. Lam


yalidwalamyuulad. Wa lam Yakun Lahukufuwan ahad.
Demi nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Katakanlah: "Dia-lah
Allah, Yang Maha Esa." Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia.

7. Membaca surat al-Falaq 1x


ِ ‫ َو ِم ْن ش ِ َِّر النهفهاثَا‬.‫ب‬
‫ت‬ َ َ‫ق ِإذَا َوق‬ ِ َ‫ب ْالفَل‬
ٍ ‫ َو ِم ْن ش ِ َِّر غَا ِس‬. َ‫ ِم ْن ش ِ َِّر َما َخلَق‬.‫ق‬ ِ ِّ ‫قُ ْل أَعُوذ ُ ِب َر‬. ‫الر ِح ِيم‬
‫الرحْ َٰ َم ِن ه‬ ‫ِبس ِْم ه‬
‫َّللاِ ه‬
َ ‫ َو ِم ْن ش ِ َِّر َحا ِس ٍد ِإذَا َح‬.ِ‫ِفي ْالعُقَد‬
.َ‫سد‬
Bismillahirrahmanirrahim. Qul a'uudzu bi rabbilfalaq. Min syarri maa khalaq.
Wa min syarri ghaasiqin idzaa waqab. Wa min syarrin-naffaatsaati fil'uqad. Wa min
syarri haasidin idzaa hasad.
Demi nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Katakanlah: "Aku
berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh. dari kejahatan makhluk-Nya, dan
dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita
tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. dan dari kejahatan orang yang dengki
apabila ia dengki".

8. Membaca surat an-Nas 1x


‫س فِي‬ ِ ‫اس ْال َخنه‬
ُ ‫ الهذِي ي َُو ْس ِو‬.‫اس‬ ِ ‫ ِم ْن ش ِ َِّر ْال َوس َْو‬.‫اس‬
ِ ‫ إِلَ ِه النه‬.‫اس‬
ِ ‫ َم ِل ِك النه‬.‫اس‬ ِ ِّ ‫ قُ ْل أَعُوذ ُ بِ َر‬.‫الر ِح ِيم‬
ِ ‫ب النه‬ ‫الرحْ َٰ َم ِن ه‬ ‫بِس ِْم ه‬
‫َّللاِ ه‬
ِ ‫ ِمنَ ْال ِجنه ِة َوالنه‬.‫اس‬
‫اس‬ ِ ‫ُور النه‬
ِ ‫صد‬ُ
Bismillahirrahmanirrahim. Qul a'uudzu bi rabbin-naas. Malikin-naas. Ilahin-
naas. Min syarrilwaswaasilkhan-naas. Al-ladzii yuwaswisu fii shuduurin-naas. Minal
jinnati wan-naas.
Demi nama Allah Yang Maha Pengasih Maha Penyayang. Katakanlah: "Aku
berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. raja manusia.
sembahan manusia. dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang
membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.

9. Membaca salawat
‫ اللهم ارزقنا فعال‬.‫اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه بقدرعظمة ذاتك في كل وقت وحين‬
‫لخيرات وترك المنكرات وحب المساكين وإذا أردت بعبادك الفتنة غاقبضنا إليك غيرمفتونين‬

Allahumma shalli wasallim wabaarik ‘alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa


aalihi washahbihi biqadri ‘adzamati dzaatika fii kulli waqtin wa hiin.
Allahummarzuqnaa fi’laal-khairaati watarkaal-munkaraati wa hubbalmasaakiini wa
idza aradta bi’ibaadikalfitnata ghaqabidhnaa ilaika ghaira maftuuniin.

10. Membaca Tasbih 33x


‫سبحاناهلل‬
Subhanallah.
Maha Suci Allah.

11. Membaca Tahmid 33x


‫الحمدهلل‬
Alhamdulillah.
Segala puji bagi Allah.

12. Membaca Takbir33x


‫أهلل أكبر‬
Allahu Akbar.
Maha Besar Allah.

13. Membaca
‫ أشهد أن الاله إال هللا وأشهد أن محمدا عبده ورسوله‬.‫هللا أكبر كبيرا والحمدهلل كثيرا وسبحان هللا بكرة وأصيال‬

Allahu Akbar kabira walhamdu lillahi katsira wa subhanallahhi bukrata


waashila. Ashhadu an Laa ilaaha illallah wa ashhadu anna muhammadan rasulullah.
Allah Maha Besar sebesar-besarnya. Dan puji-pujian bagi Allah sebanyak-
banyaknya. Dan maha suci Allah siang dan malam. Saya bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad saw adalah utusan Allah.

14. Membaca Istighfar 200x


‫أستغفرهللا العظيم‬

Astaghfirullah al-adzim.
Aku memohon ampun kepada Allah.

15. Membaca Salawat 200x


‫أللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وأصحبه‬

Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala alihi wa shahbihi.


Salawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. dan kepada
keluarga serta para sahabatnya.

16. Membaca Hailalah 200x


‫ال إله إال هللا‬

Laa ilaha illallah 200x.


Tidak ada Tuhan selain Allah swt.

17. Berdzikir Asma’ Fard 200x


...‫ هللا‬,‫ أهلل‬,‫هللا‬

Allah, Allah, Allah...

18. Membaca Asma Allah al-Husna 1x


19. Membaca satu Juz dari Quran setiap hari
20. Berdoa sesuai kehendak masing-masing pengamal
21. Diakhiri dengan membaca Q.S. Al-Fatihah.

Tarekat Qadiriyah Arakiyah menerapkan sistem qadha bagi ikhwan tarekat yang
tidak mengamalkan auradh di atas baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Selain itu,
menurut tarekat ini, meninggalkan auradh secara sengaja maupun tidak sengaja tidak
dianggap berdosa. Akan tetapi, dianjurkan untuk mengqadha di lain waktu sesegera
mungkin. Hal ini disebabkan di dalam tarekat tidak mempersoalkan mengenai pahala
atau dosa seperti di dalam ilmu syariat. Akan tetapi, di dalam tarekat mempersoalkan
mengenai kualitas keimanan seseorang di dalam mengendalikan hawa nafsu dengan
amalan-amaan yang diberikan oleh mursyid, seperti zikir menggunakan auradh di atas.
Dengan meninggalkan amalan zikir, kualitas keimanan seseorang akan berubah. Maka
dari itu, untuk menjaga kualitas keimanan itu supaya dapat mengendalikan hawa nafsu
diperlukan kekonsistenan di dalam berzikir.
Selain itu, terdapat auradh tambahan yang dibaca pada waktu senggang setiap
harinya. Auradh ini dibaca secara khafy atau di dalam hati. Bacaan auradhnya adalah
sebagai berikut.
1. Berdzikir Ya Lathif 129x pada waktu subuh dan sore hari.
2. Berdzikir Hasbunallah wa ni’malwakil 450x pada waktu subuh dan sore hari.
3. Berdzikir Ya Aziz Ya Kafiy Ya Qawiyyu Ya Lathif 450x pada waktu subuh dan
sore hari.
4. Membaca surat Yasin pada waktu subuh dan sore hari.
5. Membaca surat al-Ikhlas 100x dalam sehari.
6. Membaca Istighfar sebanyak 700 s.d 1700 x dalam sehari.
7. Membaca Salawat kepada Nabi sebanyak 1111x dalam sehari.
8. Berdzikir Hailalah sebanyak 1000x dalam sehari.
9. Membaca surat al-Fatihah sebanyak 121x dalam sehari.
10. Berdzikir Asma’ Fardh sebanyak 1000x dalam sehari.
11. Membaca ayat Kursi sebanyak 11x, 50x, atau 70x dalam sehari.

Tidak semua ikhwan Tarekat Qadiriyah Arakiyah mengamalkan auradh di atas.


Syekh Hilmi memberikan auradh di atas berdasarkan kemampuan dan tingkatan ikhwan
tarekatnya. Semakin tinggi tingkatan seorang ikhwan, semakin banyak kuantitas zikir
yang diberikan.19
Zikir di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah dilakukan dengan menggunakan
tasbih bermetode jardalan. Metode ini tidak seperti metode yang digunakan oleh tarekat
Qadiriyah lainnya. Jika pada tarekat lain zikir menggunakan tasbih dilakukan dengan
menarik satu per satu butir tasbih, pada metode ini di dalam satu kali tarikan tasbih
dapat melewati minimal 20 butir tasbih. Maka dari itu, misalnya untuk 100x bacaan
istighfar hanya dilakukan dengan 5 kali tarikan dengan setiap tarikan melewati 20 butir
tasbih. Ketika menarik tasbih itu dengan metode jardalan, setiap butir yang terlewati
akan terasa di kulit kita. Dengan melalui proses latihan, sentuhan butir-butir tasbih di
kulit akan terasa sampai ke hati. Kemudian, hatilah yang beristighfar. Hal ini
disebabkan hati merupakan dimensi ruang dan waktu. Jadi, bacaan istighfar cukup
diucapkan satu kali bersamaan dengan tarikan panjang yang melewati beberapa butir
tasih. Meskipun secara jahr beristighfar satu kali, secara khafy di dalam hati beristighfar

19
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
sesuai dengan banyaknya butir tasbih yang terlewati. Perlu dengan latihan atau riyadhah
yang dibiasakan untuk dapat menggunakan metode ini.20
Di Sudan, zikir tarekat Qadiriyah Arakiyah dipraktekan secara kolektif dan khas
dengan gerakan. Zikir tersebut dilakukan dengan berdiri. Para murid membentuk
lingkaran besar dengan bergandengan tangan di antara ikhwan satu dengan ikhwan
lainnya dengan diiringi tabuhan terbang. Para jamaah berzikir dengan menggerakkan
tubuh dan kakinya kedepan secara bersamaan dengan menyesuaikan alunan irama
terbang yang dibunyikan. Gerakan tersebut bertujuan untuk menyeleraskan antara
anggota tubuh, hati, pikiran, dan ucapan agar sinkron di dalam berzikir kepada Allah
swt. sehingga dapat merasakan kelezatan berzikir. Kelezatan zikir itu dapat dicapai
ketika seorang murid hanyut di dalam berzikir dengan pikiran yang fokus pada apa yang
diucapkan dan hatinya kosong dari sesuatu selain Allah swt.21
Adapun di Pesantren Al-Hikam, praktek zikir Tarekat Qadiriyah Arakiyah lebih
sering dilakukan secara individu. Syekh Hilmi tidak mewajibkan ikhwan tarekatnya
untuk zikir secara kolektif atau berjamah di waktu maupun tempat tertentu secara
khusus. Syekh Hilmi memberikan kepercayaan penuh kepada ikhwan tarekatnya dalam
mengamalan zikir dan diharapkan ikhwan mampu menjaga kepercayaan yang telah
diberikan oleh Syekh Hilmi kepada mereka untuk mengamalkan amalan-amalan zikir
yang harus dilakukan. Maka dari itu, motivasi untuk berzikir murni atas dasar dorongan
kemauan sendiri sehingga dapat memaknai kalimat ihsan, yaitu beribadah kepada Allah
swt. seakan-akan berhadapan dengan Allah swt. dan mampu merasa dekat dengan Allah
swt. selain itu, juga merasakan kedekatan dan menyadari akan pengawasan Allah. Jadi,
motivasi dalam beribadah, terutama di dalam berzikir karena Allah, bukan karena Syekh
Hilmi. Dengan tidak adanya kekhususan waktu untuk berzikir bersama dan batasan-
batasan di dalam berpakaian, ikhwan tarekat ini tetap dapat melakukan profesi mereka
sesuai bidangnya masing-masing di waktu dan menggunakan pakaian sesuai dengan
profesi.22

20
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
21
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
22
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
Zikir secara kolektif hanya dilakukan pada hari Senin dan Kamis di bulan Rajab
selama menjalankan riyadhah puasa 40 hari. Tempat zikirnya berada di Masjid Al-
Hikam Depok. Di samping itu, zikir Tarekat Qadiriyah Arakiyah yang diajarkan oleh
Syekh Hilmi tidak dilakukan dengan gerakan-gerakan, seperti halnya di Sudan. Syekh
Hilmi menekankan keikhlasan dalam berzikir, bukan gerakannya. Gerakan itu
mengikuti masing-masing individu di dalam merasakan kenikmatan zikir. Akan tetapi,
tidak berarti bahwa yang zikir menggunakan gerakan tidak ikhlas di dalam berzikir.
Syekh Hilmi memodifikasi praktek zikir dengan tidak menggunakan gerakan, seperti di
Sudan, disebabkan menyesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Hal ini bertujuan agar
tarekat Qadiriyah Arakiyah mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.23
Pembacaan zikir sangat berpengaruh terhadap kerohanian pembacanya, baik
secara sadar maupun tidak sadar. Zikir tersebut mampu mengikis noktah-noktah hitam
yang melekat di dalam jiwa. Selain itu juga zikir dapat menentramkan hati pembacanya.
Hal ini disebabkan di dalam jiwa manusia terdapat ruang kosong yang selalu menuntut
untuk diisi. Sesuatu yang cocok untuk mengisi ruang kosong tersebut adalah zikir. Jika
seseorang tidak mendapatkan pengaruh apapun dengan zikir tersebut, hal itu disebabkan
tebalnya noktah-noktah tersebut. Akan tetapi, hal tersebut dijadikan alasan untuk
berputus asa dalam berzikir. Dengan kesabaran,ketekunan, dan keistiqomahan di dalam
berzikir, noktah-oktah tersebut akan hilang. Dengan berzikir, seseorang akan
memperoleh kebahagiaan kebahagiaan rohani. Namun, banyak orang yang mencari
kebahagiaan sementara. Bukan malah menenteramkan hatinya, tetapi membuat hatinya
semakin gelisah. Zikir diibaratkan sebagai kunci untuk membuka pintu hati. Jika pintu
hati telah terbuka dengan zikir, lahirlah pikiran-pikiran arif yang dapat membuka mata
hati. Ketika mata hati telah terbuka, jiwa menjadi bersih. Dengan kebersihan jiwa
tersebut sifat-sifat Allah swt. Yang Mulia akan tampak melalui ucapan dan perilaku
seorang salik, yang berupa kasih sayang, kelembutan, keindahan,dan kebaikan Allah
swt.24

4.3.3. Khalwat

23
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
24
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
Secara etimologis, khalwat berarti menyendiri. Di dalam tarekat Qadiriyah
Arakiyah yang diajarkan oleh Syekh Hilmi al-Araki, khalwat dilakukan oleh ikhwan
tarekat yang telah memiliki tingkatan spiritualitas yang tinggi secara individu.
Tempatnya dapat dilakukan dimana saja, seperti di gua, masjid, atau tempat yang jauh
dari keramaian. Biasanya, seorang ikhwan tarekat yang berniat melakukan khalwat
terlebih dahulu meminta izin kepada Syekh Hilmi. Setelah ikhwan tarekat mendapatkan
izin dari Syekh Hilmi, baru dia berkhalwat.25
Terdapat dua jenis khalwat yang dianjurkan oleh Syekh Hilmi di dalam Tarekat
Qadiriyah Arakiyah yakni khalwah dengan diiringi berpuasa selama 40 hari dan khalwat
dengan mengisi seluruh waktunya untuk beribadah kepada Allah swt. dengan tidak
berpuasa yakni hanya menyedikitkankan makan dan minum. Biasanya juga terdapat
pantangan-pantangan, seperti tidak boleh memakan makanan yang bernyawa. Khalwat
dilakukan di dalam keadaan suci dengan mendawamkan wudhu.26

4.3.4. Taklim
Taklim di dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah berupa bimbingan seorang ikhwan
tarekat kepada Syekh Hilmi. Bimbingan ini dilakukan secara individu maupun kolektif.
Bagi pengikut khusus, taklim seringkali dilakukan secara individu. Seorang ikhwan
tarekat mendatangi Syekh Hilmi di kediamannya secara pribadi untuk mempelajari kitab
, berkonsultasi, atau meminta doa. Adapun taklim secara umum dilakukan oleh pengikut
umum maupun khusus di masjid al-Hikam pada kajian tasawuf. Adapun kitab yang
diajarkan oleh Syekh Hilmi al-Araki kepada para ikhwannya yakni kitab al-Gunyah,
kitab Asror, Kitab Baiturroihman, kitab Fathur Robbani, dan bidayatul Hidayah.27

4.3.5. Berpuasa 40 hari (Arabain)


Berpuasa selama 40 hari (Arabain) merupakan salah satu bentuk riyadhah di
dalam Tarekat Qadiriyah Arakiyah. Selain itu, berpuasa selama 40 hari (Arabain) juga
termasuk amalan yang dianjurkan untuk dilakukan bagi ikhwan tarekat ini yang termuat

25
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
26
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
27
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.
di dalam ijazah kemursyidan Syekh Hilmi al-Araki. Puasa ini sesuai dengan ajaran Nabi
Muhammad saw., yang tidak hanya dilakukan oleh Nabi Muhammad saw, tetapi juga
dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. dan Nabi Isa as. Berpuasa selama 40 hari (Arabain)
dianjurkan empat kali di dalam satu tahun pada bulan yang tidak ditentukan. Terdapat
dua metode di dalam melaksanakan puasa Arabain, yaitu berpuasa secara umum dengan
beraktivitas seperti biasa dan berpuasa khusus dengan berkhalwat. Ikhwan Tarekat
Qadiriyah di Pesantren Al-hikam berpuasa Arabain pada bulan Rajab. Puasa ini
bertujuan membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran atas dari seglala kesalahan dan
kemaksiatan yang dilakukan. Dengan kebersihan jiwa, seseorang akan dapat mengenal
Tuhannya sehingga lebih responsif terhadap tanda-tanda kebesarannya.28

28
Wawancara dengan Syekh Muhammad Hilmi Ash-Shidiqi Al-Araki, mursyid Tarekat Qadiriyah
Arakiyah di Pesantren Al-Hikam Depok pada 17 Mei 2018, pukul 17.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai