Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Tujuan allah menciptakan manusia yaitu untuk menghamba, mengawula
kepada Allah, sehingga manusia harus berjuang dalam keharibaan allah
supaya menjadi manusia yang dapat meghaamba kepada Allah dengan
semata-mata hanya kepada Allah.
Ibadah tidak hanya sekedar melakukan ibadah KPD Allah, tetapi harus
mampu mangawulo atau menghamba KPD allah swt. Sehingga waktu ketika
keadaan kita:
1. Waktu kita ingat atau mendekatkan diri kepada allah maka harus mampu
mengembalikan semua perkara menuju Rahmat dan pertolongannya Allah
SWT.
2. Waktu ketika tidak ingat kepada Allah atau jauh dari Allah, karena
melakukan dosa kepada Allah maka harus beristighfar dan bertaubat kpd
allah SWT.
3. Ketika waktu senang mendapatkan anugrah dari Allah maka harus mampu
bersyukur kepada Allah.
4. Waktu menghadapi kesusahan maka harus bersifat sabar dan diarahkan,
dikembalikan kepada Allah swt.

Ketika ke 4 itu sudah dilakukan oleh seorang hamba maka baru dikatakan
hambanya Allah didalam melaksanakan ibadah.

B. Definisi ibadah

Ibadah filul mukalaf ala khilafi hawa nafsih tadzimsn Li robbih

"Ibadah adalah suatu pekerjaan seseorang yang sudah baligh, yang punya akal dan
yang sudah menerima dawuh dari Allah, dalam melaksanakannya secara dhohir
dan bathin tanpa membawa hawa nafsu."
Sebab tidak membawa nafsu dalam ibadah itu kerena (ta'dziman Li
robbih) semata mata mengagungkan Allah SWT.

Dan Allah berfirman:.

Wa Anna ila robbika Muntaha.

“Tidak ada tujuan yang lain bagi manusia kecuali berkumpul dan bertemu dengan
Allah.”

Karena melaksanakan dzikir dan ibadah tidak ada kepentingan yang lain kecuali
hanyalah untuk bersimpuh kepada allah.

Didalam kitab shufiyyah, Rosulullah Saw bersabda:

Ma min nafasin yatanaffasahu insaan Illa wa qod khotobihi khotwatan ilal


akhiroh.

“ Setiap nafas yang sudah digunakan manusia tersebut, haqiqotnya tidak ada yang
lain melainkan hanya suatu langkah, suatu perjalanan untuk menuju akhirat.”

Allah berfirman :

wa fii kulli nafasin yusal bii syuali

“Setiap orang yang bernafas akan dipertanyakan diakhirat” ,

Ketika menarik nafas apakah kita mengingat allah atau bahkan lupa kepada allah
dan juga Ketika membuang nafas apakah kita mengingat allah atau bahkan lupa
kepada allah SWT.

Yang ditanyakan oleh allah kepoada makhluknya yaitu:

1. Apakah hanya cukup ilmu dhohir?


2. Apakah pekerjaan ibadah dan perjuangan secara dhohir sudah cukup?

Tentu saja tidak!!!...tetapi allah menanyakan kepada kita dari suatu perkara yang
mendorong didalam hati seseorang ketika melaksanakan dzikir kepada allah,
berjuang kepada allah apakah semata mata hanya untuk allah dengan hati yang
bersih atau bahkan ada kepentingan tertentu yang disebabkan adanya campuran
campuran perkara lain.

Jadi, yang ditanyakan oleh allah yaitu:

an syudqi laailaha illa allah

“seberapa kamu meyakini (baca:estu) allah”.

Untuk mencapai estu kepada alllah. Maka harus berkesinambungan antara


syari’at, haqiqot dang juga haqiqot.

Jadi nafas kita adalah suatu perjalanan, sehingga suatu perjalanan tidak akan
memebahagiakan hatinya kecuali ada teman yang barengi (yang menemani).
Tidak ada perkara lain yang dapat menemani seseorang kecuali berdzikir terhadap
allah SWT.

Ketika nabi Muhammad akan bepergian, beliau berdioa:

Allahumma anta shohib fii safar wal kholiifatu fii al-ahlun

“Ya allah hanya kamulah yallah untuk menemani terhadap diriku, dan hanya
kamulah yaallah sebagai pengganti kholifah terhadap diriku yang menjaga
keluargaku.”

Coba diangan-angan yang dalam: yang Namanya teman itu bisa diajajak susah,
kalau teman yang tidak dapat diajak susah maka Namanya itu bukan teman.

Didalam hadis tersebut, nabi meminta kepada allah untuk ditemani dan dibarengi.
karena hal demikian, karena ada sebuah hadis yang berbunyi:

Assafar qit’atun minal ‘adzab

“Orang yang berada didalam perjalanan itu bagian dari penderitaan”

Sehingga haqiqotnya doa nabi muhhammad yang bepergian yaitu supaya


dimengerti dan dirahmati oleh allah SWT Ketika dalam perjalanan.
Contoh: Ketika dalam perjalanan haji, ada seseorang yang akan berhutang kepada
temannya untuk membeli suatu barang tetapi temannya tidak menghutanginya,
dengan alasan uangnya juga digunakan.

Jika suatu nafas itu sudah suatu perjalanan didalam diri manusia dan bertempat
didalam diri manusia maka setiap nafas kita harus diberangkatkan kepada allah
SWT.

Seingga sabdanya ulama’ shufiyyah yaitu:

Ath thoroiq ka’adadi anfaashil khalaaiq

“suatu jalan thoriqoh, atau jalan untuk memuji kepada allah itu sama dengan
hitungan nafasnya manusia.”

Diwajibkan menjalankan thoriqoh dalam manusia karena:

1. Secara dhohir: orang yang berba’iat yaitu orang yang telah berjanji antara
murid dengan mursyid maka hukumnya wajib.
2. Thoriqoh mengajarkan ke-istiqomahan didalam berdzikir: karena
istiqomah mempunyai keagungan dalam fadhilah dan kemulyaan, sampai
sampai orang yang beristiqomah dibarengi oleh malaikat. Sehingga
berdzikir secara istiqomah akan menjadikan sebuah sifat yang
thuma’ninah, setelah sudah menduduki di thuma’ninah maka akan
menjadikan sebuah sifat atau watak kebiasaan berdzikir didalam diri
manusia. Dengan tanpa sebab, bukan karena suatu kewajiban atau sebuah
kepentingan tetapi sudah menjadi suatu kegiatan (berdzikir) yang terbiasa
(baca:kulino) atau sebuah adaat kebiasaan.
Sabdanya nabi muhammas SAW yaitu:
Laa yazaalu lisaanuka rubban ‘an dzikrillah
“Jangan sampai berhenti lisanmu untuk berdzikir kepada allah untuk
sebagai pegangan dunia akkhirot.”
Hadrotusy syaikh menggambarkan dzikir dengan basahnya lidah, karena
lidah dalam keadaan apapun (puasa ataupun tidak) masih tetap basah
sehingga jadikanlah dzikir menjadi sebuah kebiasaan bukan sebuah
kewajiban. Sehingga jika dzikir sudah menjadi suatu kebiasaan maka
dzikir dinamakan dengan:
Dzikrul hifzil anfaas
“Dzikir ialah Menjaga dengan merasa eman nafasnya, hidupnya, umurnya,
waktunya jangan sampai lepas tidak ingat (dzikir) kepada allah SWT”
itulah sebuah ajaran thoriqoh. Karena tujuan thoriqoh selalu mengingat
dan bertaqarrub kepada allah SWT.
Tujuan berdzikir ialah:
Li izalati hujubin nafsi
“untuk menghilangkan hijabnya hati” untuk bertemu dengan allah.

Anda mungkin juga menyukai