Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER EVOLUSI

REVIEW PERKEMBANGAN STUDI EVOLUSI DI SMA


Zakia Yolanda/K4316070/B
Pendidikan Biologi

Evolusi merupakan salah satu materi pokok yang diajarkan untuk siswa Sekolah Menengah
Atas (SMA) pada siswa kelas XII. Materi evolusi merupakan salah satu pelajaran yang bersifat
abstrak dan kompleks, sehingga tidak jarang orang menganggap evolusi sebagai ilmu yang
sulit untuk dipelajari, namun evolusi memiliki nilai penting yang perlu dipelajari. Materi
evolusi mengkaji tentang kejadian-kejadian penting mengenai pembentukan bumi dan alam
semesta serta memberikan gambaran makhluk hidup yang ada di bumi pada masa sebelum dan
sesudah manusia muncul di bumi. Melalui pembelajaran evolusi, siswa dapat diberikan
wawasan bahwa keanekaragaman makhluk hidup yang ada pada masa saat ini adalah hasil dari
peristiwa evolusi melalui berbagai macam mekanisme yang terjadi sejak masa lampau.

Teori evolusi itu sendiri mengangkat konsep tentang descent with modification dan natural
selection yang dikemukakan pertama kali oleh Charles Darwin (1859). Akan tetapi, teori
evolusi Darwin masih menjadi perdebatan hingga saat ini dan menyebar di kalangan ilmuwan,
akademisi, pemuka agama hingga masyarakat awam. Beberapa penelitian mengungkap alasan
utama yang mendasari perdebatan ini adalah kepercayaan agama (Carlesen, 1991). Penjelasan
evolusi makhluk hidup dari sudut pandang filsafat dan agama saat ini dipandang sebagai
sesuatu hal yang bertentangan dengan teori evolusi biologi(Afidah, 2012). Kondisi tersebut tak
terkecuali terjadi pada dalam proses pembelajaran. Misalnya, Woods dan Scharmann (2001)
menemukan bahwa 35% siswa menerima teori evolusi, 31% siswa menolak teori evolusi, 6%
menerima teori evolusi dengan kondisi tertentu, dan sebanyak 29% siswa tidak memiliki
pengetahuan yang cukup untuk memberikan penilaian terhadap teori evolusi. Berbagai
perdebatan mengenai teori evolusi Biologi berpengaruh terhadap pembelajaran evolusi di
sekolah.

Seiring dengan penolakan terhadap teori evolusi, banyak penelitian melaporkan berbagai
miskonsepsi dalam materi evolusi. Miskonsepsi yang terjadi karena teori evolusi banyak
memuat konsep-konsep yang bersifat abstrak sehingga sulit untuk dipahami dengan
baik(Keskin dan Köse, 2010). Materi yang memuat konsep abstrak bisa saja menyebabkan
siswa kesulitan dalam membangun pengetahuannya. Sementara, penguasaan konsep yang baik
dan luas dapat menghindari terjadinya miskonsepsi, sehingga guru biologi membutuhkan
strategi yang tepat dalam pembelajaran evolusi.

Cara membelajarkan materi evolusi dapat diinovasikan dengan metode atau model-model
pembelajaran yang aktif dan menarik, sehingga pembelajaran materi evolusi tidak hanya
disampaikan dengan ceramah(Nelson, 2008). Selain menggunakan metode dan model-model
pembelajaran yang menarik dan bervariasi, dalam pembelajaran evolusi, penting bagi guru
untuk mengenalkan langsung bentuk-bentuk dari bukti evolusi. Evolusi sebagai ilmu abstrak
akan sulit dipahami apabila tidak adanya gambaran dari materi evolusi, hal tersebut dapat
diwujudkan dengan kegiatan kunjungan ke salah satu situs prasejarah seperti Situs Sangiran
yang menyimpan berbagai koleksi benda-benda prasejarah.

Tak hanya cara pembelajaran yang harus sesuai namun, dalam pembelajaran evolusi tak jarang
dijumpai banyak perbedaan pendapat hingga terjadi miskonsepsi. Miskonsepsi teori evolusi ini
semakin diperparah dengan penjelasan yang salah kaprah dari buku pelajaran sekolah. Buku
pelajaran sekolah tingkat SMA pada umumnya, menjelaskan teori evolusi secara singkat,
bahkan ada beberapa poin yang tidak disampaikan sama sekali. Buku pelajaran yang dijadikan
pegangan siswa dan guru tidak memberikan informasi yang tepat dan lengkap pada beberapa
konsep evolusi, seperti konsep ten- tang hubungan kekerabatan antara manusia dan simpanse.
Dalam konsep kekerabatan tersebut, tidak dijelaskan tentang hubungan taksonomi antara
manusia dan simpanse sehingga timbul miskonsepsi yang menyatakan bahwa manusia adalah
evolusi dari simpanse. Terdapat banyak poin yang tidak disampaikan pada buku, padahal poin
tersebut mempunyai kaitan erat dengan materi pokok evolusi seperti struktur kromosom,
konsep hereditas, mutasi genetik, dan seleksi alam.(Oktavianus, 2015)

Pembelajaran materi evolusi akan mencapai tujuan pembelajaran jika guru mempunyai konsep
dasar apa yang harus diajarkan dari materi evolusi. Komponen-komponen materi evolusi harus
disampaikan secara runtut tanpa mengurangi poin-poin penting lainnya. Secara tidak langsung,
poin-poin pendukung tersebut juga saling berkaitan dengan materi pembelajaran lainnya. Jika
konsep ilmiah sudah disebut sebagai teori, artinya konsep ilmiah tersebut telah melalui
berbagai pertimbangan dan proses verifikasi, hingga menyatakan hasil yang sama maka konsep
tersebut dapat dinyatakan sebagai teori. Selain itu, penanganan miskonsepsi juga dapat dil-
akukan dengan menggunakan analogi (Iding, 1997), meskipun harus disesuaikan dengan
konsep dan contoh yang sedang dipelajari serta kondisi siswa (Brown dan Clement, 1989).
Penggunaan analogi dalam pembelajaran evolusi dapat dilakukan misalnya pada konsep
hubungan kekerabatan antarmakhluk hidup yang menyerupai ranting pohon dan bukan seperti
tangga. Analogi tersebut memiliki makna bahwa makhluk yang ada pada saat ini bukanlah
bentuk perbaikan atau memiliki tingkatan lebih tinggi dari makhluk hidup sebelumnya
melainkan merupakan hasil divergensi dari makhluk hidup sebelumnya dan membentuk
hubungan kekerabatan menyerupai ranting pohon. Treagust (1993) juga menjelaskan bahwa
analogi dapat digunakan untuk menjelaskan konsep tertentu secara efektif.

Referensi:

Afidah, M. (2012). Identifikasi Pola Miskonsepsi Mahasiswa pada Konsep Mekanisme Evolusi
Menggunakan Certainty of Response Index (CRI).
(Online),(https://www.unilak.ac.id/media/file/77802842250Artikel_MARATUL_AFI
DAH.pdf), diakses pada 27 Januari 2017.

Brown, D. E. & Clement, J. (1989). Overcoming Misconception via Analogical Rea- soning:
Abstract Transfer versus Explanatory Model Construction. Instructional Science. 4
(18): 237-261.
Carlesen, S. (1991). Effects of new biology teachers’ subject-matter knowledge on curricular
planning. Science Education, 757, 631-647.
Iding, M. K. (1997). How Analogies Foster Learning from Science Texts. Instruc- tional
Science. 4 (25): 233-253.

Keskin, B. dan Köse, E.Ö. (2010). Understanding Adaptation and Natural Selection: Common
Misconceptions. Internasional Journal of Academic Research and Education, 1(2), 54-
63.

Nelson, C.E. (2008). Teaching Evolution (and all of Biology) More Effectively: Strategies for
Engagement, Critical Reasoning, and Confronting Misconceptions. Integrative and
Comparative Biology. 48(2): 213-225. DOI: 10.1093/icb/icn027.

Oktavianus, Misro. (2015). Analisis Konsepsi dan Miskonsepsi Siswa Kelas XII IPA SMA Don
Boso Sanggau pada Materi Evolusi. FKIP Untan

Treagust, D. F. (1993). The Evolution of an Approach for Using Analogies in Teach- ing and
Learning Sciences. Science Education. 1 (23): 293-301.

Woods, C.S. dan Scharmann, L.C. (2001). High school students' perceptions of evolutionary
theory. Electronic Journal of Science Education, 6(2).

Bukti Upload:

- Blogspot Pribadi

Anda mungkin juga menyukai