Anda di halaman 1dari 4

Chandra Irawan/K4316016/B

UAS EVOLUSI

Pembelajaran Evolusi di SMA

Pernahkah kalian bertanya-tanya, manakah yang benar, teori darwin atau teori nabi
adam? Atau manakah yang muncul terlebih dahulu, nabi adam atau dinosaurus?. Pertanyaan
pertanyaan tersebut kerap sekali muncul di zaman sekarang seiring berkembangnya
teknologi. Terdapat pro dan kontra tentang teori evolusi. Bagi para pelajar/mahasiswa, hal ini
tentunya sangat beresiko dalam mengembangkan pola pikir mereka. Banyak siswa yang
mengalami miskonsepsi tentang teori evolusi. Untuk mengatasi masalah miskonsepsi,
tentunya diperlukan peran guru dalam menyampaikan pembelajaran tentang teori evolusi.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di satu sisi berpengaruh positif
terhadap kehidupan manusia, salah satunya adalah menjadikan manusia menjadi pribadi yang
lebih cerdas serta dapat memajukan kesejahteraan antar umat manusia. Namun di sisi lain,
perkembangan iptek juga dapat berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia, salah
satunya adalah penemuan bom yang telah menghancurkan kehidupan di hiroshima dan
nagasaki tahun 1945 (Ilmi, 2012). Disinilah kita perlu menengok kembali peran agama dalam
perkembangan iptek, apakah bisa iptek memajukan kehidupan bangsa dengan meminimalisir
dampak negatif yang ada?
Ilmu pengetahuan (sains) merupakan pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh
melalui suatu proses yang disebut dengan metode ilmiah.Sedangkan teknologi merupakan
pengetahuan dan keterampilan yang merupakan penerapan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan. Terdapat dua paradigma yang saling bertentangan dalam kemajuan iptek, yang
pertama adalah ilmu pengetahuan harus berdasarkan dengan agama, dan yang kedua adalah
agama bertentangan dengan ilmu pengetahuan, sehingga tidak bisa saling dikaitkan. Agama
dalam hal ini adalah agama Islam. Dalam aqidah agama Islam, ilmu pengetahuan harus
berstandar pada ilmu agama, yang berarti berdasarkan Al-quran dan hadis. Namun kita tahu
bahwa semua manusia di bumi ini tidak memiliki satu pemikiran yang sama. Hal inilah yang
menyebabkan adanya perselisihan tentang teori evolusi (Ilmi, 2012).
Evolusi merupakan konsep terpenting dalam biologi. Teori evolusi menjelaskan
bagaimana jutaan spesies yang berada di muka bumi ini berasal. Evolusi menjelaskan bahwa
keanekaragaman spesies yang ada di muka bumi ini terjadi karena terdapat perubahan
susunan genetik (Antika, Ibana, & Madura, 2018). Teori evolusi yang paling terkenal di
dunia adalah teori darwin. Darwin menyatakan bahwa suatu spesies berasal dari spesies
sebelumnya yang lebih sederhana. Darwin juga menyampaikan bahwa manusia berasal dari
“kera” yang berkembang (Nusantari, 2005). Teori ini bertentangan dengan apa yang
Chandra Irawan/K4316016/B
UAS EVOLUSI
dikatakan dalam Al-Quran, bahwa manusia pertama yang ada di bumi adalah Nabi Adam
yang berasal dari tanah dan ditiupkan ruh oleh Allah SWT, dan seluruh manusia yang ada di
bumi sekarang merupakan keturunan dari Adam. Kedua teori tersebut sangat bertentangan.
Teori darwin berarti mengatakan bahwa manusia bukan berasal dari nabi Adam, melainkan
berasal dari “kera” yang mengalami perkembangan. Hal ini kemudian ditentang oleh para
agamawan karena hal tersebut sangat bertentangan dengan Al-Quran. Adanya 2 teori yang
berbeda ini menyebabkan munculnya 3 kelompok manusia, yaitu kelompok yang menolak
teori evolusi (kreasionisme), kelompok yang menerima teori evolusi (modernis), dan
kelompok moderat. Kelompok modernis menganggap bahwa teori evolusi yang divetuskan
oleh darwin lebih masuk akal, karena lebih ilmiah dengan ditemukan adanya fosil yang
membuktikan adanya manusia manusia purba. Sedangkan kelompok kreasionisme hingga
kini masih menolak adanya teori evolusi, karena teori tersebut berarti sama saja dengan
meniadakan tuhan. Teori evolusi yang dikatakan oleh darwin bahwa manusia berasal dari
“kera” pun belum sepenuhnya terbukti, karena belum ditemukan adanya fosil manusia yang
mirip dengan kera. Hal inilah yang kita ketahui dengan istilah missing link (Antika et al.,
2018)
Perkembangan kedua teori yang bertentangan tersebut sering menimbulkan
miskonsepsi bagi para siswa. Miskonsepsi merupakan suatu materi yang dibangun sendiri
oleh siswa namun berbeda dari konsep yang diterima secara ilmiah (Jannah & Setiadi, 2018).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Jannah & Setiadi, 2018), menyatakan bahwa siswa
yang mengalami miskonsepsi tentang teori evolusi pada sebuah SMA di Kabupaten Kubu
Raya sebesar 40,46%. Hasil tersebut tentunya cukup besar. Apabila miskonsepsi ini terjadi
terus menerus, tentunya akan berdampak pada hasil belajar siswa. Menurut (Deviyanti &
Hasruddin, 2016), banyak faktor yang membentuk sikap siswa terhadap teori evolusi. Faktor
pertama adalah faktor agama. Faktor kedua adalah hubungan pribadi siswa dengan orang tua,
guru, serta siswa lainnya. Faktor lainnya adalah kelemahan atau kurangnya bukti untuk
mendukung teori evolusi.
Cara guru mengajar akan menentukan bagaimana sikap siswa terhadap teori evolusi,
serta berpihak ke sisi manakah siswa tersebut dalam mendukung adanya evolusi, apakah teori
darwin ataukan teori yang berdasarkan al kitab? Hal inilah yang membuat guru guru di SMA
memiliki pandangan yang berbeda beda dalam mengajarkan materi evolusi (Deviyanti &
Hasruddin, 2016). Beberapa guru ada yang hanya berpihak ke satu sisi teori, entah itu teori
darwin ataukah teori berdasarkan al kitab. Adapula guru yang tidak mengajarkan materi
evolusi karena takut akan menimbulkan perpecahan diantara siswanya. Lantas bagaimanakah
Chandra Irawan/K4316016/B
UAS EVOLUSI
cara untuk mengajar evolusi di masa mendatang? Menurut pendapat saya, ketika seorang
guru mengajarkan teori evolusi, guru harus meyakinkan kepada siswanya bahwa mempelajari
teori evolusi untuk mempelajari ilmu. Guru tidak bisa hanya berpihak kepada satu teori saja.
Dalam mempelajari evolusi, guru dan siswa harus menganggap bahwa teori evolusi adalah
sebuah ilmu, tetapi tidak boleh melupakan teori yang ada pada al kitab. Karena sampai saat
ini, belum ada teori yang pasti mengenai teori evolusi, sampai suatu saat ditemukan suatu
“missing link” yang dapat memecahkan tentang teori evolusi ini, serta mengaitkannya dengan
teori yang berdasarkan pada al-kitab. Selain itu, solusi lain menurut (Nusantari, 2005) adalah
bahwa para guru evolusi harus menjelaskan dasar genetik dari seleksi alam dengan
membahas contoh urutan DNA yang mempengaruhi sifat tertentu. Contoh contoh tersebut
berguna untuk mengaitkan hubungan antara genetik dengan evolusi serta untuk
meminimalisir miskonsepsi yang terjadi pada siswa tentang teori evolusi.

Daftar Pustaka :

Antika, L. T., Ibana, L., & Madura, U. I. (2018). Korelasi Antara Identifikasi Miskonsepsi
Teori Evolusi dan Hasil Belajar Mahasiswa Penddikan Biologi. Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 3(2), 117–128.
Deviyanti, S., & Hasruddin. (2016). Analisis Pengetahuan dan Sikap Siswa Terhadap Teori
Evolusi Pada Siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 16 Medan. Jurnal Pelita Pendidikan,
4(3), 2016.
Ilmi, Z. (2012). Islam Sebagai Landasan Perkembangan llmu Pengetahuan Dan Teknologi.
Jurnal Komunikasi Dan Sosial Keagamaan, XV, 96–106.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21093/lj.v14i1+JUNI.210
Jannah, U. D. A., & Setiadi, A. E. (2018). Miskonsepsi Siswa Pada Materi Evolus Kelas XII
IPA Madrasah Aliyah di Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Bioeducation, 1(1), 5–6.
Nusantari, E. (2005). Kesalahan Memahami Mutasi terhadap Penolakan Teori Evolusi dan
Mempersiapkan Pembelajaran Evolusi Masa Depan. ARTIKEL, 1, 1–19.
Chandra Irawan/K4316016/B
UAS EVOLUSI
Bukti Upload Social Media

Anda mungkin juga menyukai