Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

TEORI EVOLUSI DAN ISLAM

Dosen Pengampu:
Mutyati, M. Pd

Oleh:

Kelompok 6
1. Desti Marsyanda 2230803143
2. Diyan Epandi 2230803163
3. M. Rizki Ramadhan 2230803165

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT


atas rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Teori Evolusi dan Islam” ini dengan tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Mutyati, M. Pd selaku
dosen pengampu Islam dan Ilmu Pengetahuan yang membimbing kami dalam
pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih banyak
kepada teman-teman kami atas kerjasamanya dalam pembuatan makalah ini
sampai dengan selesai.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak agar dapat menghasilkan makalah yang lebih
baik di kemudian hari. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini dapat
bermanfaat dan memberi inspirasi bagi siapapun yang membacanya.

Palembang, 11 Mei 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................
2.1 Pengertian Ontologi.....................................................................................................
2.2 Sumber Ilmu................................................................................................................
2.3 Aspek ontologis ilmu pengetahuan dalam Islam.........................................................
2.4 Pengertian Epistemologi..............................................................................................
2.5 Tahapan Perkembangan Pemikiran Manusia...............................................................
2.6 Aspek epistemologis ilmu pengetahuan dalam Islam..................................................
2.7 Pengertian Aksiologi...................................................................................................
2.8 Aspek aksiologis ilmu pengetahuan dalam Islam........................................................
2.9 Teori evolusi dan Islam asal usul manusia dalam teori Charles Darwin.....................
3.0 Teori Aksiden (Terjadinya alam semesta secara tidak sengaja) ………………
10
3.1 Hubungan teori evolusi dengan teori aksiden............................................................
3.2 Islam menentang teori aksiden dan atheis tetapi tidak menolak kebenaran teori
evolusi
.........................................................................................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ontologi, epistemologi, dan aksiologi adalah tiga aspek penting dalam
ilmu pengetahuan. Ontologi adalah studi tentang hakikat keberadaan,
epistemologi adalah studi tentang pengetahuan dan cara mendapatkannya, dan
aksiologi adalah studi tentang nilai-nilai dan etika. Dalam konteks teori
evolusi dan Islam, ontologi membahas asal usul manusia, epistemologi
membahas cara kita memahami dan memperoleh pengetahuan tentang asal
usul manusia, dan aksiologi membahas implikasi etika dan nilai-nilai dari
pemahaman kita tentang asal usul manusia.
Teori evolusi Charles Darwin menyatakan bahwa kehidupan di bumi
berkembang melalui proses evolusi yang terjadi secara alamiah dan selektif.
Dalam pandangan ini, manusia berkembang dari nenek moyang primata, yang
berarti bahwa manusia dan makhluk hidup lainnya memiliki asal usul yang
sama. Ini bertentangan dengan pandangan agama tertentu, termasuk Islam,
yang mempercayai bahwa manusia diciptakan oleh Allah secara langsung.
Namun, Islam tidak menentang kebenaran teori evolusi itu sendiri.
Beberapa sarjana Islam berpendapat bahwa teori evolusi dapat dipahami
sebagai cara Allah menciptakan kehidupan di bumi, dan bahwa tidak ada
konflik antara pandangan ini dan keyakinan dalam agama Islam.
Namun, ada perbedaan pandangan antara teori evolusi dan konsep ateisme
yang mendasarinya. Konsep aksiden atau kebetulan dalam teori evolusi
mengacu pada fakta bahwa evolusi terjadi karena perubahan genetik yang
terjadi secara alamiah tanpa ada kehendak atau arahan dari Tuhan. Sementara
itu, konsep ateisme menganggap bahwa Tuhan tidak ada atau tidak relevan
dalam menjelaskan alam semesta dan kehidupan di dalamnya. Ini
bertentangan dengan pandangan Islam yang percaya bahwa Tuhan
menciptakan alam semesta dan segala isinya.

1
Dalam pandangan Islam, konsep aksiden dan ateisme bertentangan dengan
keyakinan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia adalah kehendak Allah
dan ada tujuan di balik setiap peristiwa. Namun, ini tidak berarti bahwa Islam
menolak kebenaran teori evolusi. Sebaliknya, beberapa sarjana Islam
menganggap teori evolusi sebagai cara Allah menciptakan kehidupan di bumi
dan memahami bahwa evolusi dapat dipelajari dengan menggunakan metode
ilmiah yang tepat dan bermanfaat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana bentuk aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis ilmu
pengetahuan?
2. Bagaimana teori evolusi dan islam asl usul manusia dalam teori Charles
Darwin?
3. Apa yang dimaksud dengan teori evolusi dan teori aksiden?
4. Apa hubungan teori evolusi dengan teori aksiden?
5. Mengapa Islam menentang teori aksiden dan atheis tetapi tidak menolak
kebenaran teori evolusi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologis ilmu
pengetahuan.
2. Untuk mengetahui teori evolusi dan Islam asal usul manusia dalam teori
Charles Darwin.
3. Untuk mengetahui perbedaan hubungan teori evolusi dengan teori aksiden
(terjadinya alam semesta secara tidak sengaja).
4. Untuk mempelajari apa itu teori evolusi dan teori aksiden.
5. Untuk mengetahui mengapa Islam menentang teori aksiden dan atheis tetapi
tidak menolak kebenaran teori evolusi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ontologi


Ontologi berasal dari kata onto yang berarti atas, dan logie yang berarti
ilmu; ontologi berarti atas ilmu.1 Dari pengertian ini tampak ontologi terkait
dengan sesuatu yang dibahas dalam ilmu. Adapun ontologi dalam pengertian
istilah diartikan sebagai hakikat apa yang dikaji. 2Bila yang dipelajari itu alam
semesta, maka ontologi tidak saja mengkajinya dari segi konkret, akan tetapi juga
dari segi abstrak, dasarnya, peraturan, kandungan, sifat, manfaat, keistimewaan,
kelebihan, ataupun kekurangan yang ada di dalamnya. Sebagai sumber, ontologi
harus mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk membangun ilmu
pengetahuan. Gunung misalnya disebut sumber daya alam (SDA) karena di
gunung itu terdapat bahan-bahan bangunan, seperti: batu, pasir, kapur, semen,
tembaga, perunggu, besi, platina, kayu, dan rotan.

2.2 Sumber Ilmu

Sumber ilmu sendiri merupakan hakikat yang dikaji ataupun dipelajari


dalam ilmu pengetahuan. Menurut Jujun S. Suriasumantri, ia menyampaikan
bahwa unsur metafisika, hipotesis, peluang, maupun beberapa asumsi dalam ilmu
batas-batas penjelajahan ilmu sebagai ruang lingkup yang ada di dalam kajian
3
ontologi.
Berhubungan dengan metafisika, Jujun S. Suriasumantri menghubungkan-
nya dengan sesuatu yang jauh ke dalamnya, yaitu hakikat fakta dari segala sesuatu
yang sebenarnya. Bidang kajian filsafat yang disebut metafisika ini merupakan
tempat bersandar dari setiap pemikiran filsafati yang merupakan pemikiran
ataupun pandangan ilmiah. Metafisika, serupa dengan roket yang meluncur ke
langit, bersama bintang-bintang, menempuh galaksi, dan awan yang melayang,

1
Lihat John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Grame- dia, 1980),
Cet. VIII, hlm. 405.
2
Lihat Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer. (Jakarta: Pustaka Sinar
Hapan, 1988, hlm. 61.
3
Lihat Jujun S. Suriasumantri, Ibid., hlm. 61-91.

3
jadi metafisika sebagai dasar peluncurannya. Dunia yang sejenak lalu terlihat
sangat nyata, ternyata menimbulkan bermacam spekulasi falsafati tentang
hakikatnya. Dengan demikian, maka setiap objek ilmu terdapat falsafahnya, atau
hakikatnya yang bersifat metafisik, ada tetapi tidak terlihat, atau yang biasanya
dikenal dengan istilah gaib.
Kemudian, ontologi juga berhubungan dengan asumsi, yang merupakan
perkiraan (dugaan) yang kuat terkait dengan keadaan sesuatu pada bahan ataupun
objek yang akan diteliti sehingga dapat mendorong untuk mempelajarinya.
Contohnya, sebagaimana kata “diasumsikan” bahwa hukum berfungsi untuk
mengatur berbagai kejadian yang benar-benar ada, jika tanpa asumsi maka seluruh
pembicaraan akan sia-sia saja. Hukum dapat diartikan suatu aturan permainan atau
pola kejadian dimana seluruh peserta mengikutinya, ditandai dengan gejalanya
yang berulang kali dapat diamati setiap kali memberi hasil yang sama, dengan
demikian dapat disimpulkan jika hukum itu seperti kalimat Coca Cola, berlaku
kapan saja dan di mana saja.4 Maka, hukum yang ada pada objek ilmu yang
selanjutnya disebut asumsi. Komputasi Ontologi telah dikemukakan sebagai blok
bangunan sumber daya terminologis berbasis pengetahuan. Ontologi juga dapat
digunakan untuk memberikan spesifikasi formal yang diperlukan untuk
Mendukung integrasi semantik [16-19].
Dengan demikian, ontologi adalah salah satu cabang ilmu filsafat yang
membicarakan tentang sumber dari ilmu pengetahuan. Selain itu dari sudut
pandang Islam tidak hanya berasal dari alam semesta, fenomena sosial, ataupun
akal seperti yang ada di Barat, namun juga Al-Qur’an / al-Hadis, dan ijtihad.

2.3 Aspek ontologis ilmu pengetahuan dalam Islam


Aspek ontologis ilmu pengetahuan dalam Islam melibatkan pandangan
tentang sumber pengetahuan dan hakikat realitas. Dalam Islam, sumber
pengetahuan tertinggi adalah Al-Quran, yang dianggap sebagai wahyu ilahi. Islam
mengajarkan bahwa realitas itu objektif dan diciptakan oleh Allah, dan
pengetahuan manusia adalah usaha untuk memahami dan menghargai penciptaan-
Nya.

4
Lihat Jujun S. Suriasumantri, Ibid., hlm. 85.

4
Pemahaman ontologis dalam ilmu pengetahuan Islam mencakup konsep
tauhid (keesaan Allah), yang menyatakan bahwa semua fenomena alam adalah
manifestasi dari kekuasaan dan kehendak Allah. Oleh karena itu, pengetahuan
manusia harus selaras dengan ajaran Islam dan tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip agama.
Selain itu, Islam juga menekankan pentingnya memperoleh pengetahuan
melalui pengamatan, refleksi, dan eksplorasi. Islam menghargai penelitian ilmiah
yang objektif dan berdasarkan metode yang akurat, dengan keyakinan bahwa
pengetahuan ilmiah dapat mengungkapkan kebesaran dan kebijaksanaan Allah
dalam menciptakan alam semesta.
Secara keseluruhan, aspek ontologis ilmu pengetahuan dalam Islam
mencakup pandangan tentang sumber pengetahuan, realitas objektif, dan
pentingnya pengetahuan yang sejalan dengan ajaran agama.

2.4 Pengertian Epistemologi


Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari sifat, asal-usul, dan
batasan pengetahuan. Dalam konteks ilmu pengetahuan, epistemologi mengkaji
bagaimana pengetahuan diperoleh, bagaimana membedakan pengetahuan yang
sahih dari yang tidak sahih, dan apa kriteria kebenaran dalam ilmu pengetahuan.
Secara umum, epistemologi ilmu pengetahuan mencoba memahami cara kerja dan
validitas pengetahuan serta metode yang digunakan untuk mencapainya.
Perkara utama yang ditemukan di setiap aspek epistemologi umumnya
mengenai cara untuk memperoleh pengetahuan yang benar dengan
memperhitungkan antara aspek ontologi dan aksiologi. Demikian pula dengan
masalah yang dihadapi keilmuan epistemologi, yaitu bagaimana cara untuk
menyusun pengetahuan yang benar sehingga dapat menjawab persoalan terkait
dunia empiris yang akan berfungsi sebagai alat untuk menspekulasi dan
mengawasi gejala alam.5

2.5 Tahapan Perkembangan Pemikiran Manusia


5
Lihat Jujun S. Suria Sumantri, Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan,
1988), Cet. V, hlm. 106.

5
Ada beberapa tahapan yang mempunyai hubungan yang erat dengan
munculnya epistemologi ilmu pengetahuan. Contohnya August Comte yang
membagi tahapan hidup manusia pada tahap primitif atau mitos, metafisik dan
positivistik. Tahapan ini memiliki hubungan dengan perkembangan epistemologi
ilmu sebagai berikut.
1. Tahap Primitif/Mitos
Pada tahap ini, pemikiran manusia didasarkan pada penjelasan
ilahi atau religius. Manusia mencoba menjelaskan fenomena alam dan
sosial melalui mitos, legenda, dan kepercayaan kepada kekuatan
supernatural.
2. Tahap Metafisik
Pada tahap ini, pemikiran manusia bergeser dari penjelasan religius
ke penjelasan filosofis atau metafisis. Manusia mencari pemahaman
tentang alam semesta dan fenomena sosial melalui konsep-konsep abstrak
seperti hukum alam, entitas, dan prinsip-prinsip universal.
3. Tahap Positivistik
Tahap ini merupakan tahap yang paling maju menurut Comte.
Pemikiran manusia didasarkan pada metode ilmiah dan pengamatan
empiris. Manusia mencari pemahaman tentang alam dan masyarakat
melalui pengumpulan data, observasi, dan pengujian hipotesis
secara objektif.

2.6 Aspek epistemologis ilmu pengetahuan dalam Islam


Dalam Islam, aspek epistemologis ilmu pengetahuan didasarkan pada
keyakinan bahwa pengetahuan berasal dari Allah dan bahwa manusia diberi
kebebasan untuk mencari dan memperoleh pengetahuan.
Beberapa prinsip epistemologis yang penting dalam Islam meliputi:
1) Tauhid: Keyakinan akan kesatuan Allah sebagai sumber segala
pengetahuan dan kebenaran.
2) Al-Qur'an dan Sunnah: Al-Qur'an sebagai wahyu Allah dan Sunnah
sebagai ajaran Nabi Muhammad, menjadi sumber utama pengetahuan
dalam Islam.

6
3) Akal dan Penalaran: Islam menghargai akal sehat dan penalaran yang
digunakan dalam memahami dan mengembangkan pengetahuan.
4) Observasi dan Pengamatan: Pentingnya pengamatan dan penelitian dalam
memahami fenomena alam dan mencari kebenaran.
5) Keadilan dan Kebenaran: Islam mendorong pencarian pengetahuan yang
adil dan benar, serta menentang penyebaran pengetahuan palsu atau tidak
bermanfaat.

Dalam Islam, ilmu pengetahuan dihargai sebagai sarana untuk mendekatkan


diri kepada Allah dan untuk memperbaiki kehidupan di dunia ini. Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai bentuk ibadah yang membantu manusia
memahami alam semesta dan memenuhi tugasnya sebagai khalifah di bumi.

2.7 Pengertian Aksiologi


Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari nilai-nilai dan prinsip-
prinsip moral yang mendasari pemikiran, sikap, dan tindakan manusia. Ia
berfokus pada pertanyaan tentang apa yang dianggap baik, benar, atau bernilai
dalam kehidupan manusia, serta bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi
perilaku dan pengambilan keputusan. Aksiologi berusaha untuk memahami sifat
nilai-nilai dan implikasinya dalam konteks moral, sosial, dan budaya.

2.8 Aspek aksiologis ilmu pengetahuan dalam Islam


Dalam Islam, terdapat beberapa aspek aksiologis (nilai-nilai) yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan:
1) Pencarian Kebenaran: Islam mendorong umatnya untuk mencari
pengetahuan dengan niat yang baik dan tujuan yang jelas, untuk
memperoleh kebenaran dan memahami ciptaan Allah.
2) Keterbukaan dan Toleransi: Islam menghargai keragaman pengetahuan
dan mengajak umatnya untuk berinteraksi dengan berbagai budaya dan
pemikiran, dengan menjunjung tinggi sikap keterbukaan dan toleransi
terhadap perbedaan.
3) Akhlak Mulia: Ilmu pengetahuan dalam Islam diharapkan memberikan
dampak positif pada perilaku manusia. Ilmu pengetahuan harus digunakan

7
dengan adil, jujur, dan bertanggung jawab, serta menginspirasi
pengembangan akhlak mulia seperti kesabaran, kejujuran, dan keadilan.
4) Pelayanan kepada Umat dan Masyarakat: Ilmu pengetahuan dalam Islam
dianggap bernilai jika dapat memberikan manfaat bagi kemaslahatan umat
manusia dan masyarakat. Penerapan ilmu pengetahuan yang bermanfaat
dan relevan dianggap sebagai bentuk ibadah kepada Allah.
5) Menghormati Batasan Ilmu: Dalam Islam, ada pengakuan bahwa manusia
memiliki keterbatasan dalam memahami pengetahuan. Oleh karena itu,
ada kepatuhan pada ajaran agama dan prinsip moral dalam melakukan
penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Pentingnya aspek aksiologis dalam ilmu pengetahuan dalam Islam adalah


untuk memastikan bahwa pengetahuan digunakan dengan cara yang baik,
menghormati nilai-nilai etika dan moral, serta memberikan manfaat yang positif
bagi masyarakat dan umat manusia secara keseluruhan.

2.9 Teori evolusi dan Islam asal usul manusia dalam teori Charles Darwin
Evolusi Islam adalah teori yang mempelajari hubungan antara evolusi dan
Islam. Seiring waktu, beberapa hal mempengaruhi bagaimana evolusi terjadi.
Teori evolusi adalah teori yang mempelajari perubahan, pertumbuhan, dan
perkembangan organisme dari waktu ke waktu. Darwin membahas beberapa topik
bahasan terkenal dalam materi biologi, membahas tentang keanekaragaman hayati
organisme, garis keturunan organisme, pengelompokan, kesamaan, perbedaan,
distribusi geografis, dan adaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

Evolusi mengalami perkembangan lebih pada saat Charles Darwin


menerbitkan salah satu karya ilmiahnya yang berjudul On the Origin of Species,
pada 24 November 1859. Karya ilmiah ini membahas kumpulan kasus yang dapat
dipastikan bahwa evolusi dapat mengaitkan kejadian sebelumnya. Darwin juga
menegaskan jika perkembangan organisme dari masa ke masa tidak hanya
diciptakan sekaligus oleh Tuhan namun dimulai dengan kehidupan mereka yang
bermutasi seiring perubahan waktu.

8
Kemudian sekitar abad ke 20-an, banyak ditemukannya penemuan-
penemuan baru dalam dunia sains. Hal ini tidak mengherankan jika teori asal mula
kehidupan manusia yang selama abad terakhir diteliti setiap waktu yang
menimbulkan beberapa perspektif dalam pandangan tokoh agama (agamawan),
ilmuwan, maupun masyarakat umum sehingga kembali menjadi teori yang hangat
diperbincangkan. Beberapa tokoh ahli seakan ditarik perhatiannya dan terinspirasi
untuk kembali meneliti persoalan mengenai tentang siapa yang muncul untuk
waktu pertama di muka bumi ini secara ilmu pengetahuan dan hal itu dianggap
sebagai kenyataan yang terjadi di hukum alam, dalam Islam disebut dengan
“Sunnatullah”.

Di dalam dunia sains, publik dikejutkan kemunculan seorang filsuf asal


Shrewsbury, Shrosphire (Inggris) yang lahir pada tanggal 12 Februari 1809 ia
adalah Charles Darwin. Beliau merupakan keturunan Yahudi serta berasal dari
keluarga terpandang pada masa itu. Kemudian ia melakukan riset penelitian yang
cukup lama memakan waktu mengenai teori evolusi yang ia tekunin, seperti yang
telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya Charles Darwin menyusun semua hasil
penelitiannya yang dituangkan ke dalam karya ilmiah buatannya yang berjudul
“On the Origin of Species”. Dalam rentang waktu yang sebentar, karya ilmiah
Darwin langsung menjadi topik yang hangat di dalam dunia sains hal tersebut
tidak hanya membuat gempar para ilmuwan saja, namun kalangan masyarakat
umum, filsuf dan agamawan juga ikutan dibuat kaget atas hasil teori yang ia
publikasikan dalam karya ilmiah itu. Namun teori ini, mempunyai masalah
dimana hal tersebut sangat bertolak belakang dengan ajaran beberapa agama
dimana teori ini mengemukakan bahwa manusia berevolusi atau berasal dari
nenek moyang salah satu ordo primata yaitu kera. Hal ini mendapatkan respons
yang keras dari kaum agamawan, khususnya masyarakat yang menganut agama
Islam menjadi sulit untuk menerima atau menolak teori yang telah dibuatnya,
karena tidak sesuai dengan ajaran Islam mengenai asal mula penciptaan manusia
di bumi ini.

Di era modern ini persoalan genetik terus dikembangkan, evolusi sering


dianggap merupakan mutasi gen dimana antara gen leluhur (nenek moyangnya)

9
mengalami perubahan pada keturunannya seiring berjalannya waktu, meskipun
hal ini sangat berbeda jauh untuk dicerna secara agama. Penelitian evolusi banyak
menggunakan atau melihat dari dunia hewan yang dimulai dari zaman purba
(dinosaurus). Dimana ada beberapa hewan dianggap mengalami evolusi yang
mungkin leluhurnya merupakan hewat darat sekarang berevolusi mejadi hewan
yang hidup di laut. Hal ini yang menyebabkan juga teori evolusi mengenai
manusia yang berasal dari kera berkembang.

Namun, dari perspefktif agama teori tersebut sedikit berbeda dengan sudut
pandang agama yang dianut khususnya dalam agama Islam. Dalam QS. Shad: 71

‫ِإْذ َقا َل َر ُّبَك ِلْل َم اَل ِئَك ِة ِإِّني َخ ا ِلٌق َبَش ًر ا ِم ْن ِط ي ٍن‬

dimana dijelaskan jika manusia akan diciptakan berasal dari tanah setelah itu
ditiupkan ruh. Hal ini berbeda dari teori yang dikemukakan oleh Darwin bahwa
manusia berasal dari “kera”. Ada sebagian filsuf islam yang mendukung teori
tersebut seperti Muhammad bin Syakir al-Katabi berpendapat bahwa masa
makhluk sebelum manusia dimulai dari “kera” sama seperti Ibnu Khaldun, ia juga
mempunyai pendapat yang hampir sama.

Ada juga opini dari beberapa tokoh agama lain yang menguatkan teori
Darwin dengan menggunakan QS. An-Nuh:14

‫َو َقْد َخ َلَق ُك ْم َأْطَو ا ًر ا‬

menjelaskan bahwa manusia diciptakan dalam beberapa tingkatan (kejadian). Hal


ini dianggap berkaitan dengan teori evolusi dimana perubahan evolusi
membutuhkan waktu yang lumayan lama dan membutuhkan beberapa tahapan
masa. Namun, ini tidak menjadi masalah yang besar bagi yang ingin menolak atau
mendukung teori tersebut tidak masalah karena hal ini merupakan perspektif
masing-masing orang namun harus tetap dalam konsep penelitian ilmiah bukan
agama.

10
3.0 Teori Aksiden (Terjadinya alam semesta secara tidak sengaja)
Teori kecelakaan (accident) dalam konteks asal usul alam semesta merujuk
pada gagasan bahwa alam semesta terbentuk secara tidak sengaja atau kebetulan,
tanpa adanya niat atau desain dari suatu entitas ilahi atau kekuatan khusus.
Dalam teori ini, alam semesta mungkin timbul melalui serangkaian
peristiwa alamiah yang dipicu oleh hukum-hukum fisika yang ada. Salah satu
teori yang mendukung gagasan ini adalah Teori Ledakan Besar (Big Bang
Theory), yang menyatakan bahwa alam semesta dimulai dari keadaan padat dan
panas yang sangat padat sekitar 13,8 miliar tahun yang lalu.
Namun, penting untuk dicatat bahwa teori ini masih menjadi perdebatan di
antara para ilmuwan, dan ada berbagai teori lain yang mengusulkan mekanisme
dan proses yang berbeda untuk asal usul alam semesta.

3.1 Hubungan teori evolusi dengan teori aksiden


Teori evolusi tidak berkaitan langsung dengan teori aksiden. Teori evolusi
menjelaskan bagaimana kehidupan berkembang seiring waktu melalui proses-
proses biologis yang dapat dijelaskan secara ilmiah. Faktor-faktor seperti seleksi
alam dan pewarisan genetik berperan dalam perubahan spesies dari generasi ke
generasi. Teori evolusi tidak mencoba menjelaskan asal mula alam semesta atau
mengaitkannya dengan kebetulan atau acak.
Teori aksiden lebih berkaitan dengan asal-usul alam semesta secara
keseluruhan dan tidak terkait langsung dengan proses evolusi makhluk hidup.
Teori aksiden berpendapat bahwa alam semesta dan segala isinya termasuk
kehidupan, berasal dari peristiwa-peristiwa acak dan kebetulan yang tidak
memiliki tujuan atau rencana yang disengaja.
Secara keseluruhan, teori evolusi menjelaskan perubahan makhluk hidup
seiring waktu, sementara teori aksiden berkaitan dengan asal-usul alam semesta
secara keseluruhan, termasuk kehidupan di dalamnya.

3.2 Islam menentang teori aksiden dan atheis tetapi tidak menolak
kebenaran teori evolusi

11
Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah ciptaan Allah
dan memiliki tujuan. Oleh karena itu, teori aksiden yang menyatakan bahwa
segala sesuatu terjadi secara kebetulan tanpa adanya rencana atau tujuan, tidak
sesuai dengan keyakinan Islam.
Islam juga mengajarkan kepercayaan pada Allah sebagai satu-satunya
Tuhan yang patut disembah. Oleh karena itu, dalam pandangan Islam,
kepercayaan atheis yang menolak keberadaan Tuhan bertentangan dengan ajaran
agama Islam. Namun, Islam juga menghormati kebebasan beragama dan
mengajarkan sikap yang ramah terhadap non-Muslim. Setiap individu memiliki
hak untuk memilih keyakinan agama atau tidak beragama, meskipun dalam
pandangan Islam keyakinan atheis dianggap salah.
Sementara itu, Islam tidak secara khusus menolak teori evolusi sebagai
mekanisme yang menjelaskan perubahan dan keanekaragaman kehidupan di bumi.
Banyak ulama dan cendekiawan Muslim memandang bahwa evolusi dapat
dijelaskan sebagai proses yang diatur oleh Allah. Mereka berpendapat bahwa
Allah menciptakan makhluk hidup dengan cara yang mengikuti proses evolusi.
Namun, perlu dicatat bahwa ada variasi pandangan di kalangan umat Islam
tentang bagaimana memadukan teori evolusi dengan ajaran agama. Beberapa
Muslim menerima evolusi sepenuhnya, sementara yang lain berpendapat bahwa
beberapa aspek teori tersebut bertentangan dengan keyakinan agama mereka.
Pendekatan individu dan interpretasi terhadap isu ini dapat bervariasi dalam
komunitas Muslim.

12
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Ontologi, epistemologi, dan aksiologi adalah tiga aspek penting dalam ilmu
pengetahuan yang saling berkaitan. Aspek ontologis ilmu pengetahuan,
menyangkut realitas dan eksistensi entitas atau fenomena di alam semesta. Ilmu
pengetahuan berusaha memahami dan menjelaskan keberadaan dan sifat-sifat
obyek yang ada. Aspek epistemologis ilmu pengetahuan pun berkaitan dengan
cara atau metode yang digunakan dalam memperoleh pengetahuan. Ilmu
pengetahuan berusaha menggunakan pendekatan ilmiah, berdasarkan observasi,
eksperimen, dan pengujian hipotesis untuk memperoleh pengetahuan yang dapat
diverifikasi. Aspek aksiologis ilmu pengetahuan, menyangkut nilai-nilai, etika,
dan tujuan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berusaha objektif dan tidak
bernilai-nilai, meskipun nilai-nilai seperti akurasi, keterbukaan, dan kebenaran
merupakan aspek penting dalam proses ilmiah.
Teori evolusi oleh Charles Darwin menyajikan penjelasan tentang bagaimana
spesies berubah seiring waktu melalui seleksi alam. Ini berhubungan dengan
aspek ontologis dan epistemologis ilmu pengetahuan karena mencoba
menjelaskan dan memahami proses evolusi spesies dengan menggunakan metode
ilmiah.
Hubungan teori evolusi dengan teori aksiden (terjadinya alam semesta secara
tidak sengaja) dan konsep ateisme merupakan perluasan dari ilmu pengetahuan
evolusi ke domain filosofis dan agama. Teori evolusi tidak langsung berkaitan

13
dengan teori aksiden atau konsep ateisme, karena fokusnya adalah pada perubahan
biologis dalam spesies.
Islam memiliki pandangan yang berbeda terkait dengan teori aksiden dan
ateisme. Islam menentang teori aksiden yang menyatakan bahwa alam semesta
terjadi secara tidak sengaja tanpa adanya pencipta. Islam juga menentang
pandangan ateis yang mengabaikan keberadaan Tuhan. Namun, Islam tidak
menolak kebenaran teori evolusi dalam menjelaskan asal usul manusia. Banyak
umat Islam yang memadukan keyakinan agama mereka dengan teori evolusi,
dengan memandangnya sebagai cara Tuhan menciptakan kehidupan dan proses
yang berlangsung dalam alam semesta.

4.2 Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran, masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak agar dapat menghasilkan makalah yang lebih
baik di kemudian hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Almeida, B., & Costa, R. (2021). OntoAndalus: an ontology of Islamic artefacts


for terminological purposes. Semantic Web, 12(2), 295-311.

Islam, C., Babar, M. A., & Nepal, S. (2019, May). An ontology-driven approach
to automating the process of integrating security software systems. In 2019
IEEE/ACM International Conference on Software and System Processes (ICSSP)
(pp. 54-63). IEEE.

Elsayed, E. K., & Fathy, D. (2019). Evaluation of quran recitation via OWL
ontology based system. Int. Arab J. Inf. Technol., 16(6), 970-977.

Widiawati, N. (2019). Reformulation of the islamic education philosophy; a study


of the epistemological thought of al-farabi. Al-Afkar, Journal For Islamic Studies,
48-63.

Danaher, J. (2021). Axiological futurism: The systematic study of the future of


values. Futures, 132, 102780.

Shi, L., Han, L., Yang, F., & Gao, L. (2019). The evolution of sustainable
development theory: Types, goals, and research prospects. Sustainability, 11(24),
7158.

15
Skinner, M. K., & Nilsson, E. E. (2021). Role of environmentally induced
epigenetic transgenerational inheritance in evolutionary biology: Unified
Evolution Theory. Environmental Epigenetics, 7(1), dvab012.

Scheibe, K. P., & Blackhurst, J. (2018). Supply chain disruption propagation: a


systemic risk and normal accident theory perspective. International Journal of
Production Research, 56(1-2), 43-59.

Perez, S., & Vallières, F. (2019). How do religious people become atheists?
Applying a grounded theory approach to propose a model of
deconversion. Secularism and Nonreligion, 8.

Suriasumantri, Jujun S. 1988. Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer.


Cet. I. Jakarta: Sinar Harapan.

16

Anda mungkin juga menyukai