Anda di halaman 1dari 13

Rangkuman

EVOLUSI
TEORI PENDUKUNG PROSES EVOLUSI SEBAGAI PENOLAKAN
TERHADAP PENDAPAT HARUN YAHYA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evolusi oleh dosen
Pengampuh Regina Valentine Aydalina, S.Pd., M.Sc
Disusun Oleh : Kelompok 2
Moh. Rivan Rahim
Ira Mahyuni Nur
Ririrn Pauweni
Rahmi Idrus
Vinarti Mustapa
Risna A. Onu
Novita Meylia Panti
Wawin Laknasa
Tantri Ahmad
Nurlaningsih Mahmud
Desy Permatasri Laima

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah swt, yang telah memberikan kesehatan terutama
kesempatan sehingga dapat menyelesaikan tugas Evolusi dengan judul “Teori
Pendukung Proses Evolusi Sebagai Penolakan Terhadap Pendapat Harun Yahya“
semoga dengan makalah yang yang penulis buat ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dari teman-teman. Di sadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan sarandari semua
pihak, Jika terdapat kesalahan kata dalam penulisan materi ,mohon sekiranya teman-
teman dapat membantu agar kedepannya dapat lebih baik lagi dalam pembuatan
makalah.

Gorontalo, 9 Mei 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Awal Mula Kehidupan Di Bumi
Pemikiran Charles Darwin
Polemik manusia pertama di bumi sebagai nenek moyang manusia menjadi
bahan diskusi para ilmuwan. Memahami jati diri manusia perdana di bumi menjadi
bahan kajian penting karena manusia ingin mengetahui siapa jati diri leluhur dan jati
dirinya. Ilmuwan Barat yang dimotori Charles Darwin menuangkan teori evolusi
yang tertuang dalam bukunya Origin of Species (OS) tahun 1859. Dalam pendekatan
medis dan rasional, Darwin memotret jati diri manusia. Darwin menyatakan bahwa
segala makhluk hidup (termasuk manusia) adalah anak cucu leluhur bersama dengan
kera yang lolos seleksi alam (Pariyanto, P. and Hidayat, T., 2020).
Charles Darwin menetapkan bahwa semua spesies dari kehidupan telah
diturunkan dari waktu ke waktu dari nenek moyang bersama dan dalam publikasi
bersama dengan Alfred Russel Wallace memperkenalkan teori ilmiah bahwa pola
percabangan evolusi dihasilkan dari sebuah proses yang dia sebut seleksi alam, di
mana perjuangan untuk eksistensi memiliki efek yang sama dengan seleksi buatan
yang terlibat dalam pemuliaan selektif.
Nama Darwin “menjulang tinggi” melampaui mereka setelah Darwin
menerbitkan buku “On the Origin of Species”. Hal ini disebabkan karena hipotesis
yang diajukan selama ini tidak pernah diterima oleh dunia ilmu pengetahuan karena
tidak mampu memberi keyakinan mengenai mekanisme dan cara evolusi terjadi
(Sidharta dalam Pariyanto, P. and Hidayat, T., 2020). Evolusi manusia berdasarkan
teori evolusi Darwin, pertama manusia berkarakter sama seperti binatang. Sebelum
diberikan ilmu, makhluk yang dinamakan manusia levelnya sama dengan binatang,
yang bertindak hanya mempergunakan tiga hal: harta (memperkaya diri), tahta
(kekuasaan), wanita (kebutuhan seks) (Rosyid dalam Pariyanto, P. and Hidayat, T.,
2020).
Biologi mengenal kata “evolusi” yang berarti bahwa makhluk hidup
mengalami perubahan (modifikasi) dari makhluk hidup sebelumnya. Implikasi
hadirnya Teori evolusi tidak memperkenankan keanekaragaman hayati terjadi melalui
proses revolusi. Teori evolusi sejalan dengan teori asal usul kehidupan yaitu teori
biogenesis dimana makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun demikian, teori evolusi memiliki keterbatasan dalam menjelaskan asal-usul
kehidupan. Teori ini pun sejalan dengan hukum Mendel yang dikemukakan pada
tahun 1920-an mengenai sifat yang diturunkan kepada generasi berikutnya melalui
substansi tertentu (yang akhirnya dikenal dengan sebutan “gen”). Pengurutan gen
pada DNA pada akhir abad ke 20 melahirkan filogenetik molekuler dan merombak
pohon kehidupan menjadi tiga sistem domain. Seiring perkembangan zaman,
pandangan saintis mengenai evolusi terpusat pada gen sebagai “kode kehidupan”
(Campbell dalam Taufik, L.M., 2019 ).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana bukti evolusi sebagai penolakan terhadap pendapat harun yahya
sebagai penentang teori evolusi darwin
2. Bagaimana penolakan pendapat Harun Yahya terhadap Evolusi Manusia dan
catatan fosil
3. Bagaimana penolakan pendapat Harun Yahya terhadap mutasi
4. Bagaimana penolakan pendapat Harun Yahya terhadap evolusi molekuler
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bukti evolusi sebagai penolakan terhadap pendapat harun yahya
sebagai penentang teori evolusi Darwin
2. Mengetahui penolakan pendapat Harun Yahya terhadap Evolusi Manusia
dan catatan fosil
3. Mengetahui penolakan pendapat Harun Yahya terhadap mutasi
4. Mengetahui penolakan pendapat Harun Yahya terhadap evolusi molekuler
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pendapat yang mendukung teori evolusi sebagai penolakan terhadap


pendapat harun yahya dalam menentang teori evolusi Darwin
Teori evolusi Darwin membantu dalam menerangkan pemikiran mengenai
evolusi yang terjadi di dunia saat ini dan merupakan tonggak berkembangnya
berbagai disiplin ilmu melalui inferensi berdasarkan bukti empiris. Teori
evolusi Darwin ditunjang dengan berbagai bukti empiris dan diperkuat dengan
teori lain sehingga mengukuhkan teori Darwin sebagai teori evolusi yang
diyakini hingga saat ini. Berdasarkan teori Darwin, maka kata “evolusi” lebih
tepat digunakan dalam menjelaskan keberagaman makhluk hidup daripada kata
“revolusi” karena menurut teori Darwin, terdapat keterkaitan antara generasi
sebelumnya dan generasi setelahnya melalui proses reproduksi. Proses evolusi
makhluk hidup masih terus berlanjut hingga saat ini dan sejalan dengan seleksi
alam yang terjadi. Untuk itu, perlu adanya tinjauan lebih mendalam mengenai
aksiologi teori darwin. Pada dasarnya teori darwin menitikberatkan pada proses
seleksi alam dan adaptasi makhluk hidup bukan pada perubahan morfologis
manusia. Aksiologi perlu diperdalam terkait isu penggunaanya di tengah
masyarakat agamis (Taufik, 2019).
Teori evolusi Darwin menjadi landasan bagi teori evolusi modern,
termasuk rekayasa genetika. Perkembangan teknologi dewasa ini
memungkinkan saintis untuk melakukan rekaya genetika. Melalui rekayasa
genetik, manusia berkontribusi dalam mempercepat proses evolusi (Campbell,
2003). Genetic Material Organism (GMO) merupakan hasil penggunaan
teknologi terkait proses mutasi genetik yang mengarah pada evolusi suatu
makhluk hidup. Sebelum rekayasa genetic ditemukan, manusia telah melakukan
“rekayasa genetik” melalui peristiwa kawin silang. Perkawinan silang
dilakukan manusia hingga mendapatkan organisme dengan sifat yang
diinginkan manusia. Anjing merupakan contoh perkawinan silang ras serigala.
Jelas penggunaan teori evolusi ditangkap dengan baik oleh para teknolog dalam
rangka merekayasa materi genetika makhluk hidup sesuai keinginan dan
kebutuhan manusi (Taufik, 2019).
Menurut Goessoum, (2011) dalam Hilal,(2018) dilihat dari segi
kedalaman dan orisinalitas, Harun Yahya sebenarnya sarat dengan sesat pikir
dan kekeliruan data. Kebanyakan bahan-bahannya untuk menjelaskan dan
mengkritik teori evolusi Darwin dia comot secara serampangan dari organisasi
kreasionis Amerika berbasis agama Protestan, Institute for Creation Research
(ICR), lalu dia sisipkan beberapa ayat Alquran untuk mendukung
pernyataannya. Selain itu, cara Harun Yahya menampilkan data cenderung
sepotong-potong dan cenderung dilepaskan dari konteks sebenarnya.
2.2.1 Menolak pendapat Harun Yahya terhadap Evolusi Manusia
Harun Yahya
Adnan Hoca atau Adnan Oktar merupakan ilmuan sekaligus seorang
saintis asal Turki yang dikenal dengan nama pena Harun Yahya. Dia adalah
seorang Creationisme yaitu orang-orang yang menentang teori evolusi. Didalam
karyanya "Runtuhnya Teori Evolusi Harun yahya menulis bahwa berdasarkan
catatan fosil, jika teori Darwin benar, maka seharusnya pernah ditemukan
spesies speies peralihan selama masa perubahan yang disebutkan sedemikian
panjang hingga ratusan tahun. Namun pada kenyataannya semua bukti-bukti
fosil yang ditemukan justru memberi bukti bahwa kehidupan dibumi ini ada
secara tiba-tiba dan dalam kondisi yang lengkap dan utuh berdiri sendiri (tidak
bercampur antar spesies sebagai bukti peralihan), seandainya teori Evolusi
benar adanya, maka seharusnya akan ada ditemukan makhluk hidup transisi
bentuk- bentuk yang lainnya (Pariyanto, P. and Hidayat, T., 2020).
Teori neo-Darwinis telah ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak
pernah ditemukan di belahan dunia mana pun “bentuk-bentuk transisi” yang
diasumsikan teori neo-Darwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk
hidup dari spesies primitif ke spesies lebih maju“ (Yahya, H., 2001).

Penolakan terhadap pendapat harun yahya terhadap evolusi manusia


Menurut Taufik, L.M., (2019) Teori dan pemikiran Charles Darwin
mengenai evolusi mahkluk hidup menggunakan kajian secara ontologi dan
epistemologi, karena hasil pemikiran Charles Darwin berdasarkan pengamatan-
pengamatan yang ia lakukan lalu dianalisa dan munculah konsep adaptasi dan
seleksi alam. Darwin menggunakan paradigma positivistik karena teori evolusi
mahkluk hidup berlandaskan data-data empiris, dapat diobservasi secara nyata,
dan dibuktikan secara ilmiah. Dimensi dinamis dalam sains digambarkan oleh
lahirnya teori evolusi makhluk hidup melalui metode ilmiah yang
menggambarkan sains sebagai sebuah proses. Hal ini memberikan produk
berupa teori evolusi Darwin sebagai produk dari pengkajian fenomena alam
secara ilmiah. Sesuai dengan pernyataan Firman (2019) bahwa sains pada
hakikatnya merupakan proses dan produk dimana produk sains adalah hasil dari
proses sains itu sendiri.
Tokoh Islam yang menerima Teori Evolusi. Ibn Khaldun (1332-1406)
dalam kitabnya Al-‘Ibar fi Daiwani Al-Mubtada’i wa Al- Khabar menulis
“Alam binatang meluas sehingga bermacam-macam golongannya dan berakhir
proses kejadiannya pada masa manusia mempunyai pikiran dan pandangan.
Manusia meningkat dari ‘alam kera’ yang hanya mempunyai kecakapan dan
dapat mengetahui tetapi belum sampai pada tingkat menilik dan berpikir”
(Antika, L.T., 2018).
Berdasarkan pendapat harun yahya yaitu salah satu orang yang
menentang teori evolusi. Didalam karyanya "Runtuhnya Teori Evolusi” Harun
yahya menulis bahwa berdasarkan catatan fosil, jika teori Darwin benar, maka
seharusnya pernah ditemukan spesies speies peralihan selama masa perubahan
yang disebutkan. Maka berdasarkan beberapa literature yang di peroleh berikut
bukti adanya penemuan fosil sebagai bukti pendukung proses evolusi manusia :
2.2.1.1 Penemuan Fosil Manusia Purba di Sangiran tahun 1934 oleh Von
Koenigswald
Sejak kedatangan Von Koenigswald ke Sangiran untuk melakukan
penelitian di Sangiran pada tahun 1934. Penelitian yang dilakukan oleh Von
Koenigswald tersebut untuk pertama kalinya telah berhasil menemukan sebuah
fosil tengkorak manusia purba yaitu berupa fragmen rahang bawah (mandibula)
dan diberi kode Sangi- ran 1b (S1b) pada tahun 1936. Tahun beri- kutnya 1937
Von Koenigswald kembali menemukan fragmen tengkorak (S2) di- namakan
Pithecantropus II (S2) (nama Pithe- canthropus I diberikan untuk fosil yang
ditemukan oleh Eugene Dubois di Trinil tahun 1892). Kemudian tahun 1943
Von Koenigswald menemukan fragmen tengkorak (S3) (wawancara dengan
Wiwit Hermanto, tanggal, 23 Februari 2012 dalam Ernifiati, E., 2012 ).
Berbagai fosil manusia purba yang telah ditemukan oleh Von
Koenigswald tersebut menjadi salah satu faktor pen- dorong bagi para ahli baik
dalam negeri maupun luar negeri dari berbagai negara datang ke Sangiran untuk
melakukan penelitian. Sebelum kedatangan Von Koenigswald tersebut Sangiran
merupakan sebuah desa terpencil yang gersang dan tidak banyak diketahui oleh
orang luar. Namun sejak Von Koenigswald telah ber- hasil menemukan fosil
manusia purba pada tahun 1936 tersebut keberadaan Sangiran mulai
diperhitungkan.
Dengan adannya fosil-fosil manusia purba yang telah ditemukan di
Sangiran tersebut dapat diteliti dan memberikan pengetahuan seperti jumlah
volume otak, bentuk dagu, ben- tuk pelipis, bentuk rahang wajah, kemam- puan
berjalan dan lain sebagainya sehingga dapat diketahui tingkat kecerdasan manu-
sia purba dan dapat mengetahui ciri-ciri fisik manusia purba yang hidup pada
saat itu. Hal tersebut dapat memberikan berbagai informasi dan ilmu
pengetahuan baru mengenai ciri-ciri fisik manusia purba sehingga Sangiran
menjadi tempat yang paling tepat untuk media edukasi yaitu se- bagai tempat
evolusi fisik manusia purba (wawancara dengan Rusmulia Djiptadi Hidayat,
tanggal, 23 Februari 2012 dalam Ernifiati, E., 2012).
2.2.1.2 Penemuan fosil-fosil manusia purba oleh Teuku Jacob dan Sartono pada
sekitar tahun 1960-an
Penemuan fosil-fosil manusia purba kembali ditemukan pada masa
berikutnya yang dilanjutkan oleh para ahli dari dalam negeri yaitu Teuku Jacob
dan Sartono pada sekitar tahun 1960-an. Mereka telah berhasil menemukan
fragmen tengkorak bagian belakang dan rahang atas (S4), rahang bawah kanan
(S5 dan S6a), fragmen rahang bawah (S8), rahang bawah (S9), dan tengkorak
(S17). Penemuan S17 merupa- kan penemuan yang istimewa yaitu berupa
tengkorak lengkap dengan gambaran wajahnya yang ditemukan pada tahun
1969. Beberapa penemuan tersebut dibedakan menjadi empat taxon yaitu Pith-
ecanthropus robustus (S4), Pithecanthropus dubius (S5), Pithecanthropus
erectus (S2 dan S3), dan Meganthropus palaeojavanicus (S6a) (Anjarwati
dalam Ernifiati, E., 2012).
Penemuan- penemuan yang disebutkan di atas dibedakan dalam empat
taxon tersebut saat ini lebih dikenal sebagai Homo arkaik dan Homo tipik.
Yang termasuk dalam klasifi- kasi Homo arkaik yaitu Meganthropus palaeo-
javanicus, sedangkan yang termasuk dalam klasifikasi Homo tipik yaitu
Pithecanthropus robustus, Pithecanthropus dubius, dan Pithe- canthropus
erectus (Ernifiati, E., 2012).
2.2.2 Pembuktian Evolusi Melalui Penelitian Molekuler
Berdasarkan pembetulan kesalahan konsep mutasi gen, maka dapat
dinyatakan bukti bahwa mutasi dan rekombinasi berhubungan dengan evolusi.
Sesuai penjelasan Ayala, dkk, (dalam Corebima, 2010) bahwa terbukti evolusi
benar-benar terjadi dalam biologi seluruh organism mulai prokariot dan
eukariot dengan bukti adanya mekanisme pertukaran genetik antar individu
(rekombinasi) dan mutasi. (Ayala, dkk, dalam Corebima 2010).
Perubahan makhluk hidup (Evolusi) terjadi yaitu pada tingkat gen dan
kromosom ( mikroevolusi) dan evolusi pada tingkat populasi. Perubahan di
tingkat gen dan kromosom dapat menghasilkan karakter yang dapat menuju ke
arah perbaikan sifat/keanekaragaman sifat dan keburukan sifat yang merugikan
makhluk hidup yang mengalaminya. Adanya variasi genetik hasil mutasi
merupakan bahan mentah dari proses evolusi yang berlangsung dengan laju
yang sangat lambat (Nusantara, 2012).
Hasil penelitian untuk mengungkap evolusi dengan pendekatan
molekuler telah banyak mengungkap bagaimana proses evolusi berlangsung
pada makhluk hidup. Perkembangan ilmu pengetahuan ke arah molekuler
memberikan informasi baru yang lebih akurat tentang evolusi makhluk hidup.
Pendekatan molekuler untuk menjelaskan evolusi makhluk hidup telah
menggunakan perangkat cerdas RNA, Rybozym, DNA. Penanda molekuler
untuk melacak evolusi yakni RNA ribosomal sebagai penanda molekuler
melacak evolusi perlahan, Sekuensing DNA, Klasifikasi Biologis dan DNA
Mitokondrial sebagai penanda molekuler untuk melacak evolusi. Penerapan
Pendekatan Molekuler melalui analisis DNA telah dapat membuat skema
evolusi pada manusia dan hewan. (Clark, 2005).
Melalui pendekatan molekuler ini terbukti bahwa evolusi memang
terjadi. Evolusi makhluk hidup terjadi akibat mutasi pada DNA, RNA dan
Protein. Evolusi terjadi karena protein-protein yang berbeda berkembang
dengan laju yang berbeda dengan contoh-contoh laju perubahan protein
sehingga berpengaruh pada kecepatan evolusi. Sebagaimana dinyatakan di
bagian awal tentang konsep mutasi yang tidak berperan dalam evolusi karena
mutasi jarang terjadi, tidak menguntungkan, dan tidak berperan dalam
evolusi terbukti tidak benar (Nusantara, 2012).
2.2.3 Menolak pendapat Harun Yahya terhadap mutasi
Stigma buruk mutasi adalah sebagai berikut: mutasi jarang terjadi,
mutasi bersifat acak berarti mutasi tidak teratur sehingga mutasi adalah
mekanisme merusak struktur DNA, mutasi selalu berakibat merugikan, atau
tidak ada satupun mutasi yang bermanfaat. Penjelasan mutasi yang dijelaskan
oleh para penentang evolusi tersebut di atas berakibat pada penolakan teori
evolusi seleksi alam Darwin (Nusantara,2012).
Namun alasan yang dipaparkan para pendukung kreasionisme tersebut
tidak berdasarkan dukungan penelitian ilmiah di tingkat molekuler. Pendekatan
yang digunakan untuk menentang evolusi masih pendekatan klasik dengan
pengamatan melalui fosil yang memaparkan bukti fosil yang ditemukan dari
dulu sama dengan hewan atau tumbuhan yang ditemukan saat ini
(Nusantara,2012).
Walaupun ada sanggahan pada tingkat molekuler yakni menyatakan
bahwa secara molekuler DNA adalah sebuah rancangan cerdas pada tiap spesies
yang tidak akan mengalami perubahan apapun atau tidak akan mengalami
perubahan sedikitpun atau mutasi. Hal inilah yang menimbulkan kesalahan
konsep baik kalangan di awam maupun pengikut kreasionisme sehingga
menentang teori seleksi alam. Akibatnya kesalahan konsep evolusi terus
berkembang terus sampai sekarang. Di sisi lain, penolakan teori evolusi dari
penentang teori evolusi tersebut membuat para pendukung teori evolusi Darwin
juga menjadi sulit menerima bahwa evolusi tidak terjadi (Nusantara,2012).
Sekalipun sebagian besar mutasi tidak menguntungkan, upaya
mengembangkan sifat-sifat yang diinginkan melalui mutasi yang diinduksi
sudah dilakukan para perakit bibit tanaman. Hasilnya adalah bibit rakitan
gandum, tomat, padi serta buah buahan. Tanaman terbukti menghasilkan panen
yang meningkat, kandungan zat (protein dsb) makin sesuai yang diharapkan,
tahan terhadap hama dan penyakit. Misalnya Penicillium menghasilkan
penisilin lebih banyak, bibit itu dihasilkan dari radiasi spora. (Gardner, dkk,
1991).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Darwin di dalam bukunya, On the Origin of Species, menjelaskan bahwa
spesies yang ada saat ini merupakan keturunan dari spesies moyangnya. Darwin tidak
menggunakan istilah evolusi, tetapi modifikasi keturunan (descent with
modification). Gagasan Darwin selanjutnya adalah seleksi alam sebagai mekanisme
modifikasi keturunan. Ketika ahli biologi mengatakan “Teori Evolusi Darwin”,
artinya adalah seleksi alam sebagai penyebab evolusi, bukan fenomena evolusi itu
sendiri. (Amin dalam Antika, L.T., 2018).
Faktanya, ada alasan untuk mempercayai bahwa Tuhan berperan dalam proses
evolusi. Tidak sedikit ilmuwan yang percaya adanya Tuhan dan menerima kebenaran
teori evolusi. Evolusi bahkan dapat dianggap sebagai cara Tuhan dalam menciptakan
keanekaragaman makhluk hidup yang ada saat ini. Darwin yang teorinya mengalami
banyak penolakan sebenarnya mengakui Tuhan yang menciptakan alam semesta
beserta isinya. Kalimat paling akhir pada karyanya yang berjudul The Origin of
Species by Means of Natural Selection (1959) yang intinya menyatakan bahwa segala
yang ada di bumi telah diciptakan oleh Sang Pencipta menjadi beberapa bentuk atau
bentuk tunggal (Amin dalam Antika, L.T., 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Antika, L.T., 2018. Korelasi antara identifikasi miskonsepsi teori evolusi dan hasil
belajar mahasiswa pendidikan biologi.
Ayala, F.J & Kiger, J.A. 1984. Modern Genetics. Menlo Prk California: The
Benyamin/cumings Publishing Company, Inc.
Clark, D.P.2005. Molecular Biologi.Understanding Genetik and Revolution
Molecular Evolution.San Diego California.Elsevier Academic Press.
Corebima, 2010. Genetika Mutasi dan Rekombinasi. Malang: Surya Pena Gemilang.
Ernifiati, E., 2012. Perkembangan museum Situs Sangiran dan Pengaruhnya
Terhadap Ilmu Pengetahuan Tahun 1974-2004. Journal of Indonesian
History, 1(2).
Firman, Harry. 2019. Pengantar Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
Gardner, E.J., Simmons, M.J., dan D.P. Snustad. 1991. Principles of Genetics. Eight
edition. New York: Jhon Wiley & Sons, Inc.Alen.
Hilal, M.2019. RESPONS INTELEKTUAL MUSLIM TERHADAP TEORI
EVOLUSI. Al-Fikra: Jurnal Ilmiah Keislaman, 17(2), 190-204.
Pariyanto, P. and Hidayat, T., 2020. Konsep Missing Link Menstimulasi Pandangan
Generasi Alpha (Asal Usul Manusia). BIOEDUSAINS: Jurnal Pendidikan
Biologi dan Sains, 3(1), pp.50-58.
Russel, P.J. 1992. Genetics.New York:Harper Colins Publishers
Taufik, L.M., 2019. Teori Evolusi Darwin: Dulu, Kini, Dan Nanti. Jurnal Filsafat
Indonesia, 2(3), pp.98-102.
Yahya, H., 2001. Keruntuhan Teori Evolusi. Jakarta. Global.

Anda mungkin juga menyukai