Anda di halaman 1dari 54

JURNAL FARMASINDO

JURNAL PENELITIAN ILMU FARMASI DAN KESEHATAN


ISSN : 2548-6667
VOLUME 2 Nomor 1, Desember 2016

 PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL


Praptanti Sinung AN.,M.Sc (1-5)

 PRODUKSI SENYAWA STEVIOSIDA DENGAN KULTUR KALUS DAUN STEVIA


(Stevia rebaudiana bertoni)
Ricky Era Liudianto.,M.Si.,Apt (7-16)

 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKALOID PIPERIN DARI BUAH MERICA PUTIH


(Albi fructus )
Hendra Budiman.,M.Si.,Apt (17-22)

 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT


JALAN DI UDPF REGULER INSTALASI FARMASI RSUD DR. MOEWARDI
Siti Maru’fah.,M.Sc.,Apt (23-34)

 COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA


Umi Nafisah.,MM.,M.Sc.,Apt (35-40)

 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE (Zingiber


officinalle Rhizoma)
Aptika T.D.,M.Si (41-45)

i
ISSN : 2548-6667 PENGANTAR

Pembaca yang terhormat

Jurnal Farmasindo merupakan jurnal ilmiah


disiplin ilmu Farmasi dan kesehatan bersifat terbuka
yang memuat hasil penelitian. Jurnal ini diterbitkan
oleh Program studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa
Surakarta. Jurnal akan terbit 1 kali dalam setahun,
yakni bulan Desember.
Dalam terbitan Volume 2 Nomor 1, Desember 2016 ini
memuat 6 artikel hasil penelitian. Artikel pertama
Pemanfaatan limbah kulit pisang sebagai sabun herbal
oleh Praptanti Sinung, M.Sc. Artikel kedua Produksi
JURNAL Senyawa Steviosida Dengan Kultur Kalus Daun
Stevia (Stevia Rebaudiana Bertoni) oleh Ricky Era
FARMASINDO Liudianto, M.Si., Apt. Artikel ketiga Isolasi Dan
Identifikasi Alkaloid Piperin Dari Buah Merica Putih
Penanggung Jawab: (Albi Fructus ) oleh Hendra Budiman, M.Si., Apt.
Umi Nafisah, MM.,M.Sc., Apt Artikel keempat Pengaruh Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan Di UDPF
Reguler Instalasi Farmasi Rsud Dr. Moewardi oleh Siti
Ketua Dewan Editor Ma’rufah, M.Sc., Apt. Artikel kelima Cost Of Illness
Praptanti Sinung AN.,M.Sc. Pasien Hemofilia A Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
oleh Umi Nafisah, MM., M.Sc., Apt. Artikel keenam
Editor Ahli Isolasi Dan Identifikasi Minyak Atsiri Rimpang
1. Hendra Budiman.,M.Si.,Apt Jahe(Zingiber Officinalle Rhizoma) oleh Aptika
Oktaviana T.D., M.Si.
2. Riyan Setiyanto.,S.Farm.,Apt
Ketua Dewan Editor.
Mitra Bestari
1. Dr. Haryoto.,M.Sc
(Fakultas Farmasi UMS)
Ketua Dewan Editor Jurnal FARMASINDO
2. Mufarrihah.,M.Sc.,Apt
Sekretariat UPPM Politeknik Indonusa Surakarta.
(Fakultas Farmasi UNAIR) Kampus Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi No 31 Mangkuyudan Surakarta
Pelaksana Tata Usaha Telp : 0271-743479
UPPM Politenik Indonusa Fax : 0271-743479
Email ke: polinus@poltekindonusa.ac.id
Surakarta

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…......................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL
(Praptanti Sinung AN, M.Sc)............................................................................................1

PRODUKSI SENYAWA STEVIOSIDA DENGAN KULTUR KALUS DAUN


STEVIA (Stevia rebaudiana bertoni)(Ricky Era Liudianto, M.Si.,Apt)...........................7

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKALOID PIPERIN DARI BUAH MERICA


PUTIH (Albi fructus )(Hendra Budiman, M.Si.,Apt)...................................................17

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN


RAWAT JALAN DI UDPF REGULER INSTALASI FARMASI RSUD DR.
MOEWARDI(Siti Marufah, M.Sc.,Apt).........................................................................23

COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA


(Umi Nafisah, MM.,M.Sc.,Apt)......................................................................................35

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI RIMPANG JAHE (Zingiber


officinalle Rhizoma)(Aptika Oktaviana T.D., M.Si).......................................................41

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 iii


PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG
SEBAGAI SABUN HERBAL

PRAPTANTI SINUNG ADI NUGROHO


Praptanti.sinung@gmail.com
Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat hidrofobik karena
bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar). Penggunaan bahan sintetik sabun dapat
berbahaya bagi kulit manusia karena dapat menyebabkan iritasi pada konsumen yang memiliki kulit
sensitif, sehingga diperlukan sebuah inovasi baru produk sabun herbal yang menggunakan bahan
aktif alami sebagai komponen penyusunnya. Kulit pisang diketahui memiliki aktivitas antioksidan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging buahnya.
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan sabun herbal menggunakan kulit pisang dan ekstrak
kulit pisang dengan variasi konsentrasi NaOH 7,2%, 10,4%, dan 13,4%. Syarat mutu sabun mandi
didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI), mencakup sifat kimiawi dari sabun mandi, yaitu
pH, kadar air, asam lemak bebas, alkali bebas, dan minyak mineral (negatif). Semakin meningkat
jumlah NaOH maka kekerasan produk sabun akan semakin meningkat. Pada pengamatan sifat fisik
dan pengujian kualitas sabun yang telah dilakukan, didapatkan data jika produk sabun yang
memenuhi standar adalah sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang dengan variasi NaOH
13,42%.

Kata kunci: limbah, kulit pisang, sabun herbal

PENDAHULUAN

Sabun sudah menjadi kebutuhan primer tigliserida berupa minyak atau lemak, misalnya
untuk semua manusia. Sabun merupakan salah digunakan minyak kelapa sawit, minyak biji katun
satu sarana untuk membersihkan diri dari dan minyak kacang (Oluwatoyin, 2011). Pabrik
kotoran, bakteri, dan kuman. Dewasa ini, sabun yang merupakan produsen terbesar sabun lebih
tidak hanya sekedar berfungsi agar tubuh menjadi mengutamakan menggunakan bahan sintetik (non
bersih, tetapi ada beberapa sabun yang sekaligus herbal) sebagai salah satu komponen
berfungsi untuk menjaga elastisitas kulit, penyusunnya, padahal bahan sintetik mempunyai
melembabkan kulit, dan memutihkan kulit. dampak negatif bagi kulit konsumen yang
Secara kimia, sabun merupakan garam mempunyai kulit sensitif. Penggunaan bahan
alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat sintetik yang berlebihan dapat menyebabkan
hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa iritasi atau peradangan pada kulit.
bersifat hidrofilik (polar). Proses yang terjadi Pemanfaatan buah kulit pisang menyisakan
dalam pembuatan sabun disebut sebagai bahan buangan (limbah) kulit pisang. Kulit pisang
saponifikasi (Girgis, 2003). Alkali yang umumnya hanya digunakan sebagai pakan ternak
digunakan yaitu NaOH, bahan lain yang atau limbah organik yang merupakan sumber
digunakan pada pembuatan sabun mandi yaitu pencemaran lingkungan. Diketahui jika senyawa

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 1


antioksidan yang terdapat pada kulit pisang yaitu Pembuatan Sabun Kulit Pisang dengan Variasi
katekin, gallokatekin dan epikatekin yang NaOH
merupakan golongan senyawa flavonoid (Someya Pada tahap ini dilakukan pembuatan sabun
et al., 2002). Selain itu, menurut Zuhrina (2011) dengan cara melarutkan NaOH dalam berbagai
dalam Supriyanti, dkk. (2015), kandungan unsur macam variasi konsentrasi NaOH. Masing-masing
gizi yang terdapat pada kulit pisang cukup NaOH yang digunakan adalah 7,2%; 10,4%; dan
lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, 13,4%. NaOH dilarutkan dalam akuades.
kalsium, fosfor, zat besi, vitamin B, vitamin C Selanjutnya proses memanaskan VCO (Virgin
dan air. Sehingga kulit pisang memiliki potensi Coconut Oil), minyak kelapa, dan minyak zaitun
yang cukup baik untuk dimanfaatkan sebagai hingga suhunya sama dengan suhu larutan NaOH.
sumber antioksidan. Minyak yang sudah panas dan larutan NaOH
Dari penjabaran di atas, penelitian dengan diaduk menggunakan blender sampai akhir proses
memanfaatkan limbah kulit pisang sebagai bahan saponifikasi (trace). Menambahkan bubur kulit
pembuatan sabun herbal perlu dilakukan, dengan pisang sebanyak 5 gram ke dalam blender, lalu
mempertimbangkan keamanan sabun sesuai mengaduk dengan blender hingga kulit pisang dan
Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-4085-1996 trace tercampur rata. Parfum ditambahkan
mengenai uji kualitas sabun. sebanyak 0,5 gram. Sabun yang masih dalam
bentuk trace dituang ke dalam cetakan dan
METODE PENELITIAN disimpan selama 2 minggu.

Alat Dan Bahan Pembuatan Sabun Ekstrak Kulit Pisang


Alat yang digunakan dalam penelitian ini dengan Variasi NaOH.
antara lain: alat-alat gelas (Merk), kertas saring, Pembuatan sabun ekstrak kulit pisang
buret, hotplate stirrer, shoxlet, waterbath, oven, dilakukan dengan cara melarutkan NaOH dalam
blender, dan cetakan. berbagai macam variasi konsentrasi NaOH.
Bahan yang digunakan antara lain: kulit Masing-masing NaOH yang digunakan adalah
pisang, NaOH, KOH, HCl, minyak VCO, minyak 7,2%; 10,4%; dan 13,4%. NaOH dilarutkan dalam
kelapa, minyak zaitun, alkohol 70%, eter, KOH- akuades. Selanjutnya proses memanaskan VCO
etanol, fragrance, indikator universal, indikator (Virgin Coconut Oil), minyak kelapa, dan minyak
PP, dan akuades. zaitun hingga suhunya sama dengan suhu larutan
NaOH. Minyak VCO yang sudah panas dan
Pembuatan Ekstrak Kulit Pisang larutan NaOH diaduk menggunakan hotplate
Pembuatan ekstrak kulit pisang dilakukan stirrer sampai akhir proses saponifikasi (trace).
dengan metode soxhletasi. Sebanyak 10 gram Menambahkan ekstrak kulit pisang sebanyak 2
kulit pisang diiris-iris kemudian dikeringkan gram, lalu diaduk hingga kulit pisang dan trace
dengan oven. Setelah kering, kulit pisang tercampur rata. Pada tahap akhir, ditambahkan 0,5
disoxhlet dengan pelarut etanol 70% sebanyak 1 L gram parfum. Sabun yang masih dalam bentuk
pada suhu 70 ⁰C. Soxhletasi dilakukan selama 6-7 trace dituang ke dalam cetakan dan disimpan
siklus. Hasil soxhletasi diuapkan di waterbath selama 2 minggu.
hingga pelarut menguap dan hanya tersisa ekstrak
kulit pisang. Uji Kualitas Sabun
Uji kualitas sabun herbal kulit pisang dan ekstrak
kulit pisang ditentukan menggunakan SNI 06-

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 2


3532-1994 berupa uji pH, kadar air, kadar alkali karena struktur gliserol menyerupai struktur
bebas, analisis asam lemak bebas, dan uji minyak molekul minyak.
mineral.
Tabel. Pengujian kualitas sabun berdasarkan SNI Pembuatan sabun kulit pisang dan sabun
06-3532-1994 ektrak kulit pisang dengan variasi konsentrasi
NaOH
No. Pengujian Syarat mutu
Komposisi komponen bahan untuk
1 pH 8-10 membuat sabun akan berpengaruh pada produk
sabun yang dihasilkan. Variasi penambahan
2 Kadar air Maksimal 15% NaOH menyebabkan perbedaan hasil dari ketiga
sampel sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit
3 Alkali bebas Maksimal 0,1% pisang. Perbedaan dapat dilihat pada warna dan
4 Asam lemak bebas Maksimal 2,5% kekerasan dari masing-masing sabun yang
dihasilkan. Adapun perbedaan fisik dari tiga
5 Minyak mineral Negatif formulasi pembuatan sabun kulit pisang
ditampilkan dalam Tabel 1.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil sifat fisik sabun kulit pisang (KP)
Sabun adalah garam alkali asam lemak dan sabun ekstrak kulit pisang (EP)
yang dihasilkan melalui reaksi asam basa. Proses
pembuatan sabun disebut saponifikasi. Formula Warna Kekerasan Homogenitas
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak KP 1 Cokelat Lembek Tidak
tua homogen
dan basa alkali seperti yang terlihat pada reaksi
KP 2 Cokelat Agak Tidak
berikut (Hicks, 1989). tua keras homogen
O KP 3 Cokelat Keras Homogen
CH2 O C R CH2 OH
muda
O O EP 1 Cokelat Agak Homogen
muda keras
CH O C R' + 3 NaOH CH OH + 3 RC ONa
EP 2 Cokelat Agak Homogen
O
muda keras
CH2 O C R'' CH2 OH EP 3 Putih Keras Homogen

asam lemak
alkali gliserol sabun

Reaksi antara lemak dan alkali


menghasilkan produk sabun dan gliserol. Gliserin
atau gliserol [C3H5(OH)3] merupakan hasil
samping reaksi saponifikasi yaitu reaksi
pembentukan sabun. Gliserol adalah senyawa
gliserida yang paling sederhana, dengan hidroksil
KP 1 KP 2
yang bersifat hidrofilik dan higroskopik
(Sunsmart, 1998). Fungsi dari gliserol pada sabun
adalah untuk melembabkan kulit, selain itu
berfungsi untuk mengikat minyak (kotoran)

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 3


Variasi konsentrasi pada produk sabun
dapat mempengaruhi pH, kadar air, kadar alkali,
kandungan asam lemak bebas, dan minyak
mineral. Banyaknya NaOH yang ditambahkan
mempengaruhi proses saponifikasi, sehingga
dapat mempengaruhi kualitas sabun. Uji kualitas
sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang
KP 3 dapat disajikan pada Tabel 2.
Gambar 1. Sabun kulit pisang (KP) dengan Tabel 2. Hasil uji kualitas formulasi variasi NaOH
variasi konsentrasi NaOH pada sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit
pisang
Asam
Alkali
Air lemak Minyak
Formula pH bebas
(%) bebas mineral
(%)
(%)
KP 1 8 18 0,056 4 Negatif
KP 2 8 13,5 0,070 9 Negatif
KP 3 9 12 0,089 2 Negatif
EP 1 8 12 0,067 4,5 Negatif
EP 1 EP 2 EP 2 8 10,5 0,089 3 Negatif
EP 3 9,5 9,5 0,010 2 Negatif
Derajat keasaman (pH) merupakan salah
satu parameter kualitas sabun. Produk sabun
dengan pH sangat rendah atau sangat tinggi akan
menambah daya absorbansi kulit sehingga
menyebabkan kulit dapat mengalami iritasi.
EP 3 Berdasarkan uji yang dilakukan, semua sabun
Gambar 2. Sabun ekstrak kulit pisang (EP) mempunyai kualitas sesuai SNI, yaitu di bawah
dengan variasi NaOH pH 10.
Dari ciri-ciri yang dimiliki setiap formulasi, Kadar air merupakan banyaknya air yang
semakin banyak NaOH yang ditambahkan terkandung dalam sabun. Semakin banyak air
semakin keras sabun yang terbentuk. Penambahan yang terkandung dalam sabun maka akan semakin
NaOH menyebabkan semakin banyak alkali yang meningkatkan daya tengik sabun. Sabun yang
bereaksi dengan minyak, sehingga menambah baik menurut SNI adalah sabun yang mempunyai
tingkat kekerasan produk sabun. Produk sabun kadar kurang dari 15%. Pada pengujian dapat
kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang diketahui jika semakin banyak NaOH yang
disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Dari ditambahkan, maka kandungan air pada produk
pembuatan sabun kulit pisang dan ekstrak kulit sabun semakin berkurang. Dari data dapat dilihat
pisang, dapat dijelaskan jika fungsi NaOH adalah bahwa hanya formula1 (dengan NaOH 7,2%) dari
meningkatkan kekerasan fisik dari produk sabun sabun kulit pisang yang mempunyai kadar air
dan menyebabkan warna sabun semakin terang. yang tidak sesuai dengan standar SNI, yaitu
sebesar 18%.
Uji kualitas sabun kulit pisang dan sabun Kadar alkali bebas menunjukkan bahwa
ekstrak kulit pisang alkali dalam sabun tidak terikat sebagai senyawa.

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 4


Pada pengujian yang telah dilakukan, terdapat DAFTAR PUSTAKA
data bahwa semua produk sabun mempunyai Girgis, A. Y., 2003, Production of High Quality
kadar alkali bebas yang masih diperbolehkan SNI, Castile Soap from High Rancid Olive Oil,
yaitu 0,1%. Gracas y Aceites, 54(3) : 226-233.
Asam lemak bebas merupakan bilangan Hicks, J., 1981, Comprehensive Chemistry SI
yang menunjukkan banyaknya NaOH yang Edition, London: The Macmillan Press Ltd.
dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas
Oluwatoyin SM., 2011, Quality Soaps Using
dalam sabun. Berdasarkan analisis data yang telah Different Oil Blends, Journal of Microbiology
diperoleh, didapatkan bahwa sabun kulit pisang and Biotechnology Research, 1(1), 29-34.
formula 1 dan 2 mempunyai hasil yang melebihi
Someya, S., Y. Yoshiki and K. Okubo, 2002,
ambang batas SNI, yaitu 4% dan 9%. Pada Food Chemistry, 79(3) : 351354.
pembuatan sabun ekstrak kulit pisang, formula 1
dan 2 juga tidak memenuhi standar SNI, karena Sunsmart, 1998, Anatomy of The Skin, J.
Cosmetics and Toiletries, SunSmart Inc., New
mempunyai kadar 4,5% dan 3%. Sehingga, dapat York,.
dikatakan jika yang memenuhi standar pengujian
hanya produk sabun kulit pisang dan sabun Supriyanti, F.M.T., Suanda, H. dan Rosdiana, R.,
2015, Pemanfaatan Ekstrak Kulit Pisang
ekstrak kulit pisang formulasi 3 (NaOH 13,4%).
Kepok (Musa Bluggoe) sebagai Sumber
Minyak mineral adalah minyak-minyak Antioksidan pada Produksi Tahu. Seminar
yang tidak dapat disabunkan. Pengujian kualitatif Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VII.
minyak mineral positif pada sabun akan ditandai Universitas Sebelas Maret.
dengan kekeruhan saat larutan disemprot dengan Zuhrina, 2011, “Pengaruh Penambahan Tepung
air. Pada pengujian ini semua produk sabun tidak Kulit Pisang (Musa paradisiciaca) Terhadap
menunjukkan adanya kekeruhan, sehingga dapat Daya Terima Kue Donat”, Skripsi, Program
dikatakan jika produk sabun tidak mengandung Sarjana, Universitas Sumatera Utara : Tidak
minyak mineral. Diterbitkan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat
diambil kesimpulan jika penambahan NaOH
meningkatkan kekerasan produk sabun. Pada
pengamatan sifat fisik dan pengujian kualitas
sabun yang telah dilakukan, produk sabun yang
memenuhi standar adalah sabun kulit pisang dan
sabun ekstrak kulit pisang dengan variasi NaOH
13,4%.
Saran untuk kemajuan penelitian ini adalah
diperlukan penelitian lanjutan terhadap pengaruh
variasi kulit pisang dan ekstrak kulit pisang yang
digunakan pada pembuatan sabun, diperlukan
pengujian daya antioksidan produk sabun
menggunakan DPPH, dan penambahan pengawet
agar dapat menambah daya tahan sabun.

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 5


Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 6
PRODUKSI SENYAWA STEVIOSIDA DENGAN KULTUR KALUS
DAUN STEVIA
(Stevia rebaudiana bertoni)

RICKY ERA LIUDIANTO


liudianto@gmail.com
Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakartaa
Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Tanaman stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) digunakan sebagai antidiabetes, menurunkan


berat badan, antihipertensi, antimikroba, oraltonik, obat sakit pencernaan, dan antikanker. Penelitian
ini bertujuan untuk megetahui kemampuan 2,4-D dan BAP pada medium New Phalaenopsis (NP)
dalam menginduksi kalus daun Stevia dan merangsang pembentukan steviosida dalam kalus daun
Stevia serta mengetahui kadar steviosida yang terkandung di dalam kalus. Pengamatan dilakukan
pada minggu ke-4, dan juga dilakukan evaluasi kalus, pemeriksaan kandungan kimia dengan uji
kualitatif yaitu dengan KLT menggunakan fase gerak kloroform-etanol-air (15:10:1) v/v dan fase diam
Silika gel F254 yang kemudian diamati perubahan warna, menghitung Rf-nya, dan menghitung kadar
kandungan kimianya (steviosida) dengan menggunakan TLC Scanner. Hasil yang didapat dari
penelitian ini adalah waktu induksi kalus daun stevia yang tercepat diperoleh dengan perlakuan
penambahan zat pengatur tumbuh 2,4-D 0,5 mg/l dan BAP 0,5 mg/l, yaitu 14,8 hari dengan prosentase
keberhasilan 96%. Pada analisa steviosida dalam kalus daun stevia dengan menggunakan KLT
didapatkan senyawa steviosida dalam ekstrak kalus daun stevia berupa bercak berwarna kuning coklat
setelah disemprot dengan larutan Lieberman Burchard dan memiliki harga Rf 0,76-0,79. Pada
perhitungan kadar steviosida di dalam kalus daun stevia didapatkan kadar rata-rata 1,00 %.

Kata kunci : steviosida, kalus daun stevia, 2,4-D, BAP, media New Phalaenopsis (NP).
PENDAHULUAN
Bumi Indonesia kaya akan berbagai macam tercapainya kemandirian di bidang obat
flora dan fauna yang diantaranya mengandung (Soegihardjo, dkk., 1987).
metabolit-metabolit sekunder, yang memiliki efek Senyawa-senyawa kimia yang terkandung
fisiologik, sehingga hewan atau tumbuhan yang di dalam tumbuhan merupakan sumber utama
mengandung metabolit-metabolit sekunder dapat untuk industri farmasi. Sebagian besar senyawa-
dimanfaatkan sebagai obat alam. Langkah- senyawa kimia tersebut berasal dari species-
langkah yang tepat, bahan-bahan asal nabati species tumbuhan tropis, tetapi karena kualitas
maupun hewani yang mengandung metabolit ketersediaan dan biaya yang mahal, menyebabkan
sekunder tersebut perlu dikembangkan agar dapat sintesis kimiawi tidak ekonomis maka
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk upaya- dikembangkan teknik kultur jaringan tanaman
upaya kesehatan masyarakat serta untuk menuju untuk biosintesis metabolit sekunder (Anonim,
1989).

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 7


Stevia rebaudiana Bertoni atau Eupatorium ditambahkan dalam medium adalah asam 2,4-
rebaudianum L. merupakan salah satu jenis diklorofenoksi asetat (2,4-D), asam naftalen asetat
tanaman obat di Indonesia, yang termasuk dalam (NAA), asam indol asetat (IAA), asam indol
familia Compositae / Asteraceae (Syamsuhidayat, butirat (IBA), sedangkan golongan sitokinin yang
dkk., 1991). Budidaya tanaman ini adalah dengan sering ditambahkan dalam media antara lain
perbanyakan biji. Cara ini sangat mudah dan adalah kinetin, zeatin, dan benzil amino purin
menghemat biaya, namun jumlah bibit dan (BAP). Pembentukan kalus dan organ-organ
hasilnya sangat sedikit serta memerlukan waktu ditentukan oleh penggunaan yang tepat dari zat
yang lama untuk memperolehnya. Budidaya pengatur tumbuh tersebut (Hendaryono dan
tanaman dengan menggunakan biji tidak akan Wijayani, 1994).
menjadi masalah bila untuk dikonsumsi sendiri, Daun Stevia rebaudiana Bertoni
tetapi jika digunakan untuk tujuan komersial, mengandung steviosida (4-13 % berat kering),
yaitu dengan mengambil senyawa metabolit yang rebaudiosida A (2-4 %), rebaudiosida B,
dikandung dalam tanaman tersebut untuk rebaudiosida C (1-2 %), rebaudiosida D,
digunakan sebagai bahan obat, maka perbanyakan rebaudiosida E, steviolbiosida, dulkosida A (0,4-
dengan menggunakan biji kurang efektif dan 0,7 %). Disamping itu, daun stevia juga
efisien. Dewasa ini telah banyak dikembangkan mengandung protein (6,2 %), lipid (5,6 %),
cara perbanyakan vegetatif, yaitu dengan teknik karbohidrat total (52,8 %), dan senyawa lain
kultur jaringan tanaman atau teknik in vitro, golongan saponin, flavonoid, terpenoid,
sehingga dapat menghasilkan ribuan calon anakan komponen minyak menguap, pigmen, dan
tanaman dalam waktu yang singkat dan polifenol (SCF, 1999). Steviosida memiliki 200-
mempunyai mutu yang homogen (Street, 1977). 300 kali kemanisan sukrosa (gula tebu) dan
Produksi senyawa metabolit sekunder bersifat anti diabetik sehingga dapat digunakan
dengan teknik kultur jaringan tanaman sangat penderita diabetes mellitus sebagai pemanis
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berupa alami. Berdasarkan penelitian yang telah
faktor genetik di dalam kultur, dan faktor dilakukan, stevia dapat digunakan untuk
lingkungan di luar kultur (Anonim, 1989). menurunkan kadar gula darah, menurunkan berat
Keberhasilan kultur jaringan tanaman ditentukan badan, menurunkan tekanan darah, antimikroba,
oleh unsur esensial dalam jumlah dan pencegah bau mulut, obat sakit pencernaan, dan
perbandingan yang benar dalam medium, penghalus kulit (Elkins, 1997).
memenuhi sifat-sifat fisikokimia yang diperlukan
untuk pertumbuhan sel atau jaringan seperti pH. METODE PENELITIAN
Selain itu, juga tergantung dari umur tanaman, Populasi dan Sampel
ukuran eksplan, dan jenis tanaman (Street, 1977). Populasi Stevia rebaudiana Bertoni dari
Zat pengatur tumbuh sangat diperlukan penelitian ini adalah tanaman Stevia rebaudiana
sebagai komponen media pertumbuhan dan Bertoni yang tumbuh di Balai Besar Penelitian
diferensiasi. Tanpa penambahan zat pengatur dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
tumbuh dalam media, pertumbuhan sangat Tradisional, Tawangmangu, Jawa Tengah, dengan
terhambat bahkan mungkin tidak tumbuh sama ketinggian 1200 meter dari permukaan laut.
sekali (Hendaryono dan Wijayani, 1994). Sampel yang digunakan adalah daun Stevia
Golongan zat pengatur tumbuh yang berpengaruh rebaudiana Bertoni dari tanaman yang sehat.
sekali adalah auksin dan sitokinin (Wattimena dan Pengambilan eksplan dilakukan dengan cara
Gunawan, 1991). Golongan auksin yang sering

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 8


mengambil daun yang masih muda terletak pada Bahan dan Alat
daun yang kedua dan ketiga dari ujung tanaman. Bahan
Bahan tanaman. Sebagai sumber eksplan dipakai
Variabel Penelitian daun dari Stevia rebaudiana Bertoni yang tumbuh
Identifikasi variabel utama di daerah Tawangmangu, Jawa Tengah.
Variabel utama pertama adalah zat pengatur Bahan kimia. Bahan-bahan meliputi bahan kimia
tumbuh yang digunakan untuk membentuk kalus penyusun media New Phalaenopsis (NP) dengan
dari eksplan daun stevia, yaitu 2,4-D dan BAP. komposisi tertulis pada lampiran 3, steviosida
Variabel utama kedua adalah kalus yang standar yang bersertifikat analisis dan spesifikasi,
dihasilkan dari eksplan daun stevia dengan teknik steviosida pembanding yang berasal dari serbuk
kultur jaringan tanaman menggunakan media New kering daun Stevia rebaudiana Bertoni, aquadest
Phalaenopsis (NP). steril, pH stick, etanol 96% p.a., kloroform p.a., n-
Variabel utama ketiga adalah kadar butanol p.a., metanol p.a., plat silika gel F254, fase
steviosida dalam kalus daun stevia yang dianalisis gerak kloroform-etanol-air (15:10:1 v/v), hormon
menggunakan Thin Layer Chromatography auksin (2,4-D), hormon sitokinin (BAP), sunclin
Scanner (TLC Scanner). 50 % dan etanol 70 % untuk disinfektan, Dithane
M-45 untuk antifungi dan deterjen, kalium
Definisi operasional variabel utama hidroksida 10%, asam klorida 10%, pereaksi
Pertama, steviosida adalah senyawa semprot Lieberman Burchard.
metabolit sekunder golongan glikosida diterpen
yang pada uji Kromatografi Lapis Tipis tidak Alat
berfluoresensi dengan UV tetapi memberikan Laminair Air Flow ( LAF ), otoklaf, ruang
bercak berwarna kuning kecoklatan bila inkubasi yang dilengkapi dengan penerangan
disemprot dengan pereaksi Lieberman Burchard lampu TL, alat soxhlet dengan vakum evaporator,
seperti yang ditunjukkan oleh steviosida lampu UV, bejana elusi untuk KLT, dan TLC
pembandingnya. Scanner merk Camag S/N 160602.
Kedua, zat pengatur tumbuh adalah zat
organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi Metode Penelitian
kecil dapat mendorong atau menghambat Pengambilan bahan dan deskripsi tanaman
perkembangan dan pertumbuhan dari tanaman. Bahan diambil dari kebun koleksi Balai
Ketiga, waktu induksi kalus adalah saat Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
pertama kali teramati adanya gundukan kalus Obat dan Obat Tradisional, Tawangmangu, Jawa
secara visual. Hitungan dinyatakan dalam hari. Tengah pada bulan Juni 2009. Sebelum dilakukan
Keempat, kalus adalah jaringan tumor tak pengambilan eksplan, terlebih dahulu dilakukan
terorganisir yang biasanya timbul pada luka dari deskripsi terhadap tanaman stevia.
jaringan-jaringan yang telah terdeferensiasi.
Kelima, eksplan adalah bagian dari jaringan Pembuatan media New Phalaenopsis (NP) semi
atau organ tumbuhan yang digunakan untuk padat
memulai suatu kultur jaringan tanaman. Bahan-bahan yang digunakan untuk
membuat media New Phalaenopsis (NP)
disiapkan terlebih dahulu (lampiran 3) meliputi
makronutrien, mikronutrien, sumber besi,
vitamin, mio-inositol yang kesemuanya tersedia

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 9


dalam bentuk stok. Pembuatan media dilakukan Penanaman eksplan. Sebelum mulai penanaman,
untuk formulasi 1 liter media. Kelima macam alat-alat yang dibutuhkan seperti pinset steril,
larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu takar 1 skalpel steril, dan cawan petri steril dimasukkan
liter. Ditimbang sukrosa sesuai dengan ketentuan, ke dalam Laminair Air Flow, kemudian lampu
dilarutkan ke dalam air suling kurang lebih 300 UV dinyalakan dan udara bersih dialirkan ke
ml. Larutan ini ditambahkan dalam labu takar dalam Laminair Air Flow dan dibiarkan kira-kira
yang berisi lima macam larutan stok tersebut yang 10-20 menit. Setelah itu, eksplan daun Stevia
kemudian ditambahkan kombinasi zat pengatur yang telah siap untuk ditanam (sudah steril)
tumbuh dengan konsentrasi yang telah ditentukan. dipotong-potong dengan skalpel di dalam cawan
Air suling ditambahkan dalam labu takar sehingga petri. Potongan-potongan eksplan tersebut
volume campuran mendekati 1 liter. Campuran kemudian dimasukkan ke dalam botol kultur /
kemudian digojok sampai homogen. Setelah erlenmeyer yang berisi media tumbuh, hingga
homogen kemudian diukur pHnya dengan permukaan yang teriris bersentuhan dengan
menggunakan pH stick, pH larutan dibuat antara medium. Selanjutnya, botol kultur / erlenmeyer
5,7-5,8 dengan ditambah kalium hidroksida 10 % tersebut ditutup kembali dengan aluminium foil
b/v jika terlalu asam dan asam sulfat 10 % v/v dan diinkubasikan di dalam ruang inkubator
jika terlalu basa. Jika pH telah sesuai, air suling dengan suhu dan intensitas cahaya disesuaikan
ditambahkan lagi ke dalam labu takar hingga dengan yang dikehendaki.
volume tepat 1 liter. Campuran kemudian dituang
ke beaker glass atau gelas piala, Agar yang sudah Subkultur kalus. Bila medium yang ditumbuhi
ditimbang dicampurkan dan dipanaskan sambil kalus terlihat akan habis atau bila ingin
diaduk sampai larutan mendidih dan menjadi memperbanyak kalus maka perlu dilakukan
jernih. Larutan media ini kemudian dibagi-bagi ke subkultur dengan cara kalus yang akan
dalam botol-botol kultur / erlenmeyer dengan dipindahkan dikeluarkan dari medium kemudian
volume yang sama, ditutup rapat dengan di potong-potong kembali. Potongan kalus
aluminium foil dan diberi label, kemudian tersebut dimasukkan ke dalam botol kultur /
disterilkan dalam otoklaf pada suhu 1210 C erlenmeyer yang berisi media tumbuh yang baru.
dengan tekanan 1 atm selama 15-45 menit. Proses subkultur dilakukan secara aseptis di
dalam Laminair Air Flow. Selanjutnya, ditutup
Sterilisasi, penanaman eksplan, dan subkultur dengan alminium foil dan diinkubasi kembali.
kalus
Sterilisasi eksplan. Daun stevia diambil yang Cara isolasi steviosida
masih muda kira-kira 2-3 ruas batang dari ujung Cara isolasi steviosida pada penelitian ini
tanaman stevia, kemudian dicuci dan direndam mengacu pada buku karangan Dobberstein dan
dalam deterjen selama 3 menit, kemudian setelah Ahmad (1982). Adapun cara isolasinya adalah
itu dicuci dengan aquadest. Kemudian direndam sebagai berikut:
dalam 0,3 % b/v antijamur (Dithane M-45) a. Penyarian steviosida. Serbuk kering
selama 15 menit dan dibilas dengan aquadest atau kalus daun stevia diekstraksi dengan etanol
steril 2 kali, lalu direndam dengan sunclin 50 % 96 % p.a. dengan menggunakan metode penyarian
selama 3-5 menit kemudian dimasukkan ke dalam dengan alat Soxhlet sampai didapatkan filtrat
etanol 70 % selama 10-15 menit dan dicuci yang tidak berwarna, setelah itu filtrat disaring.
dengan aquadest steril sebanyak 3 kali pencucian Ekstrak etanol kemudian dipekatkan dengan
masing-masing selama 3-5-15 menit.

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 10


menggunakan vakum evaporator sehingga etanol Analisis kuantitatif. Pemeriksaan
menguap dan diperoleh ekstrak yang kental. kuantitatif dari kalus daun stevia dengan
b. Fraksinasi. Ekstrak kental tersebut menentukan kadar steviosida yang terkandung
kemudian ditambahkan dengan 20 ml aquadest, dalam kalus daun stevia pada kombinasi hormon
kemudian difraksinasi dengan pelarut nonpolar yang telah ditentukan dengan metode
(kloroform) sebanyak 20 ml, dikocok, spektrodensitometer dengan TLC Scanner.
dipindahkan ke dalam corong pisah dan Demikian juga dengan steviosida pembandingnya
didiamkan hingga terbentuk dua lapisan (lapisan yang ditentukan kadarnya dengan TLC Scanner.
atas adalah fraksi dalam air dan lapisan bawah Setelah memperoleh kadar masing-masing, maka
adalah fraksi dalam kloroform) kemudian dilakukan pembandingan antara kadar steviosida
dipisahkan dengan hati-hati. Proses ini dilakukan pembanding dengan kadar steviosida dari kalus
sampai tiga kali. Fraksi air setelah dihilangkan daun stevia.
dari sisa-sisa kloroform kemudian ditambah
dengan 20 ml n-butanol, dikocok, dipindahkan Alur Penelitian
dalam corong pisah dan didiamkan hingga Determinasi Tanaman

terbentuk dua lapisan (lapisan atas adalah fraksi


Pengambilan Bahan
butanol dan lapisan bawah adalah fraksi dalam
air). Fraksi butanol dipisahkan dari fraksi air Pembuatan Media NP

dengan hati-hati. Proses ini dilakukan sampai tiga Sterilisasi Media NP Sterilisasi Alat Sterilisasi LAF

kali. Fraksi butanol yang terkumpul kemudian


Sterilisasi Eksplan
dipekatkan dengan alat destilasi vakum
(evaporator). Penanaman Eksplan

Subkultur Kalus
Prosentase keberhasilan
Analisis kualitatif dan kuantitatif
Evaluasi Pembentukan Kalus
Analisis kualitatif. Sebelum dilakukan uji Saat eksplan
membentuk kalus

kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis, -


Isolasi Senyawa steviosida
Penyarian : daun dan kalus
- Fraksinasi : daun dan kalus
dilakukan terlebih dahulu pemeriksaan - Kristalisasi: daun

organoleptisnya.
Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif
- Organoleptis - Penentuan kadar senyawa
Steviosida tergolong glikosida diterpen - KLT : Rf, warna bercak secara spektrodensitometer

yang larut dalam alkohol, maka steviosida


dilarutkan dulu dengan n-butanol, setelah itu HASIL DAN PEMBAHASAN
ditotolkan pada plat KLT yang menggunakan fase Pembuatan media New Phalaenopsis (NP) semi
diam silika gel F254 yang telah diaktifkan. Plat padat
KLT tersebut dielusi dengan menggunakan fase
New Phalaenopsis (NP) adalah media yang
gerak kloroform-etanol-air (15:10:1 v/v). Setelah
tergolong baru dan digunakan khusus untuk kultur
dielusi, komponen yang telah terpisah dengan
jaringan anggrek. New Phalaenopsis (NP)
baik berupa bercak-bercak segera diidentifikasi
memiliki komposisi penyusun media yang hampir
dengan pereaksi semprot Lieberman Burchard
sama dengan Murashige Skoog dan media New
kemudian dihitung harga Rf-nya yang
Phalaenopsis (NP) belum pernah digunakan
dibandingkan dengan steviosida yang berasal dari
untuk kultur jaringan selain anggrek, maka
alam yaitu dari daun stevia dan steviosida
penelitian ini menggunakan media New
standarnya.
Phalaenopsis (NP). Pada media New

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 11


Phalaenopsis (NP) mengandung garam mineral sifat gel dari akar yang kemudian diterangkan
yang cukup, termasuk di dalamnya adalah zat oleh Pierik (1987) yaitu bila pH lebih rendah dari
pengatur tumbuh dengan konsentrasi yang cocok 4,5-4,8 maka medium tidak dapat membentuk gel
sehingga dapat memenuhi kebutuhan untuk dengan sempurna. Wetherel (1982) lebih lanjut
perkembangan sel tanaman dalam kultur. menerangkan bahwa sel-sel tanaman yang
Tumbuhan yang dikulturkan secara in vitro ditumbuhkan secara in vitro mempunyai toleransi
sering kali mengalami pencoklatan setelah yang relatif sempit terhadap nilai pH untuk
ditanam dalam media, bila hal ini terjadi maka pertumbuhannya dengan titik optimum antara 5,0-
pertumbuhan sel akan terhambat kemudian sel 6,0. Menurut George & Sherington (1984), jarak
mati. Kematian sel ini dapat disebabkan oleh efektif pH media adalah 5,7-5,8.
oksidasi senyawa fenol pada jaringan yang dilukai
sehingga terjadi pencoklatan, untuk mencegah hal Sterilisasi ruang, alat, dan media
ini agar tidak terjadi maka pada media Sterilisasi alat dilakukan dengan otoklaf
pertumbuhan dapat ditambahkan senyawa pada suhu 1210 C selama 15 menit, sedangkan
penyerap fenol seperti PVP atau antioksidan, untuk media dilakukan dengan otoklaf pada suhu
misalnya asam askorbik, asam sitrat, dan L-sistein 1210 C selama 20 menit. Peran panas pada proses
hipoklorida (George & Sherington, 1984). sterilisasi sangat dominan. Voight (1995)
George & Sherington (1984) menerangkan menjelaskan bahwa mikroorganisme akan mati
bahwa pertumbuhan dan morfogenik secara in pada suhu tinggi karena proteinnya mengalami
vitro dikendalikan oleh interaksi dan denaturasi.
keseimbangan zat pengatur tumbuh yang tersedia Sterilisasi dengan panas lembab (uap air)
dalam media. Hasil orientasi di atas menggunakan otoklaf lebih efektif jika
memperlihatkan bahwa kebutuhan zat pengatur dibandingkan dengan sterilisasi udara kering
tumbuh yang terbaik dan waktu induksi kalus (oven) sehingga untuk materi-materi yang tahan
yang tercepat menggunakan kombinasi 2,4-D 0,5 pada suhu tinggi sebaiknya disterilisasi dengan
mg/l dan BAP 0,5 mg/l pada media New otoklaf. Voight (1995) menjelaskan bahwa pada
Phalaenopsis untuk menginduksi pertumbuhan keadaan lembab, bahan akan lebih jauh cepat
eksplan daun stevia, sehingga untuk penelitian menerima panas daripada keadaan kering, dengan
selanjutnya menggunakan kombinasi dari demikian koagulasi protein juga berlangsung
keduanya dengan menggunakan media New lebih cepat sebaliknya, udara panas memerlukan
Phalaenopsis. periode waktu yang lebih lama untuk menembus
Kultur jaringan dengan menggunakan media obyeknya.
semipadat, nilai pH dapat mempengaruhi
stabilitas media dan keberhasilan kultur jaringan. Sterilisasi eksplan
Selama berlangsungnya penelitian beberapa kali Eksplan yang diperoleh dari lahan ataupun
ditemukan kondisi seperti ini, eksplan yang rumah kaca merupakan sumber kontaminan yang
ditanam akan tenggelam dan tidak tumbuh potensial. Banyak larutan yang dapat digunakan
membentuk kalus karena area tempat untuk sterilisasi permukaan eksplan, namun
tumbuh kalus yaitu daerah irisan (jaringan yang konsentrasi larutan dan waktu sterilisasi yang
luka) tertutup oleh medium. Selain eksplan tidak diperlukan oleh tiap tanaman agar diperoleh hasil
tumbuh, tenggelamnya eksplan juga sterilisasi yang optimal tidaklah sama untuk setiap
menyebabkan kebusukan eksplan. Wetherel jenis eksplan. Pemilihan waktu sterilisasi dan
(1982) menjelaskan bahwa nilai pH menentukan konsentrasi larutan untuk sterilisasi tergantung

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 12


dari kondisi masing-masing eksplan (Pierik, Hasil sterilisasi eksplan daun stevia
1987). Waktu sterilisasi yang terlalu lama dapat menunjukkan bahwa dengan menggunakan
mengakibatkan kerusakan eksplan, sehingga larutan sunclin 50 % selama 3 menit dan etanol 70
waktu dan konsentrasi yang tepat sebaiknya % selama 10 menit, pada eksplan daun stevia
ditentukan untuk setiap material tanaman yang tidak terjadi pencoklatan tetapi ditumbuhi jamur.
akan diteliti. Hal ini terjadi karena larutan sunclin dan etanol
Eksplan diambil dari bagian tanaman yang hanya mampu mematikan sel-sel bakteri,
masih muda dengan menggunakan pisau yang sedangkan sel-sel jamur masih mampu bertahan
tajam dengan tujuan agar dapat mengurangi hidup sehingga akan tumbuh dan menyebabkan
jumlah jaringan yang rusak akibat pemotongan. eksplan akan mati. Pada sterilisasi eksplan dengan
Proses sterilisasi permukaan eksplan sebagai menggunakan larutan Dithane 0,3 % b/v selama
langkah pendahuluan yaitu mencuci eksplan yang 30 menit, pada eksplan tidak terjadi pencoklatan
baru diambil dari lahan dengan menggunakan air tetapi terkontaminasi bakteri dan jamur. Hal ini
mengalir untuk menghilangkan debu dan kotoran disebabkan karena larutan Dithane hanya
lain yang menempel, kemudian sebelum berfungsi sebagai fungisida dan pada perlakuan
disterilisasi dengan larutan fungisida atau sterilisasi eksplan hanya dengan menggunakan
bakterisida, eksplan sebaiknya direndam terlebih Dithane saja masih ditumbuhi jamur dikarenakan
dahulu dengan larutan deterjen selama 5-10 waktu yang digunakan untuk sterilisasi kurang
menit. Pierik (1987) menjelaskan bahwa lama. Pada sterilisasi eksplan dengan
penambahan deterjen akan menurunkan tegangan menggunakan larutan Dithane 0,3 % b/v selama
permukaan jaringan sehingga kontak antara 45 menit dilanjutkan dengan larutan sunclin 50 %
desinfektan dan permukaan jaringan lebih baik. selama 3 menit dan etanol 70 % selama 10 menit
mampu mensterilkan eksplan sehingga tidak
Tabel 3. Hasil sterilisasi eksplan daun stevia ditumbuhi jamur maupun bakteri.
Sterilisasi Penanaman eksplan
Hasil
dengan larutan Eksplan yang telah disterilisasi selanjutnya
dipotong-potong di atas cawan petri steril dengan
Sunclin 50 %, 3 Terkontaminasi jamur.
luas 1 x 1 cm2. Luas eksplan diusahakan seragam
menit
agar diperoleh hasil pertumbuhan yang optimal.
Alkohol 70 %, Seabrook (1982) menjelaskan bahwa jika ukuran
10 menit eksplan lebih besar maka bahaya kontaminasi
pada mikroba jaringan juga lebih besar, tetapi jika
Dithane 0,3 % Terkontaminasi bakteri ukuran sangat kecil maka pertumbuhannya tidak
b/v, 30 menit dan ditumbuhi jamur. secepat eksplan yang lebih besar.
Penanaman eksplan harus dilakukan dengan
Dithane 0,3 % Eksplan tumbuh dengan
hati-hati dan seaseptis mungkin. Setiap kali
b/v, 45 menit baik tanpa ditumbuhi
sebelum dan selesai digunakan, ujung pinset dan
jamur ataupun bakteri
Sunclin 50 %, 3 dan skapel disterilkan dengan etanol 70% dan
tidak terjadi
menit difiksasi dengan menggunakan api dari lampu
pencoklatan.
spiritus. Hal ini dilakukan untuk mencegah
Alkohol 70 %, perpindahan mikroba kontaminan dari satu
10 menit eksplan ke eksplan yang lain. Botol-botol yang

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 13


telah ditanami eksplan kemudian diinkubasi bakteri, dan terjadinya proses pencoklatan.
selama beberapa hari. Eksplan yang bebas dari Beberapa faktor yang memicu terjadinya
kontaminan akan memperlihatkan gejala-gejala kontaminasi bakteri dan jamur pada eksplan
pertumbuhan yaitu dengan dimulai timbulnya adalah kondisi ruang pada saat penaburan serta
tonjolan-tonjolan di daerah irisan. keterampilan pada waktu kerja.
Kondisi ruang yang steril pada saat
Evaluasi Kalus penaburan sangat penting namun apabila
Prosentase keberhasilan sterilisasi ruang di sebelah ruang penabur rendah
Penentuan prosentase keberhasilan dilakukan maka akan mengurangi sterilisasi yang telah
dengan menghitung jumlah eksplan yang berhasil dicapai sebelumnya. Hal ini terjadi jika terdapat
membentuk kalus dibagi dengan jumlah celah-celah yang memungkinkan terjadi
keseluruhan eksplan yang ditanam dikalikan 100 pertukaran udara, sehingga sebagian kontaminan
%. Prosentase keberhasilan kultur daun Stevia yang berada di luar ruang penabur masuk ke
seperti tertera pada tabel 4. dalam ruang penabur.
Tabel 4. Prosentase keberhasilan kultur kalus
daun stevia pada medium NP Waktu eksplan membentuk kalus
Jumlah Pengaruh pemberian zat pengatur tumbuh
Jumlah Prosentase 2,4-D dan BAP terhadap waktu induksi kalus
Perlakuan eksplan
replikasi keberhasilan daun stevia memperlihatkan gejala pertumbuhan,
hidup
D0B0 25 0 0% yaitu mulai timbulnya tonjolan-tonjolan yang
D0B1 25 22 (tunas) 88 % tidak teratur pada bekas irisan. Hasil rata-rata
D0,5B0,5 25 24 (kalus) 96 % waktu induksi kalus menunjukkan bahwa pada
D1B0 25 21 (akar) 84 % konsentrasi D0,5B0,5 memberikan waktu induksi
Keterangan : kalus 14,8 hari, pada konsentrasi D0B1
B : Konsentrasi BAP dalam mg / liter memberikan waktu induksi kalus 17,4 hari, dan
D : Konsentrasi 2,4-D dalam mg / liter pada konsentrasi D1B0 memberikan waktu induksi
kalus 20,2 hari. Hal ini menunjukkan bahwa pada
Eksplan yang berhasil tumbuh dengan baik pemberian 2,4-D dengan konsentrasi 0,5 mg/l dan
ditandai dengan tidak terjadinya kebusukan pada BAP dengan konsentrasi 0,5 mg/l mempunyai
eksplan, pencoklatan eksplan, atau eksplan waktu induksi lebih cepat bila dibandingkan
menjadi kering serta tidak ditumbuhi jamur atau dengan pemberian 2,4-D dengan konsentrasi 1
bakteri baik pada potongan eksplan atau pada mg/l saja atau pemberian BAP dengan konsentrasi
media sekitar eksplan. Tabel 4 menunjukkan 1 mg/l saja.
bahwa prosentase keberhasilan terbaik eksplan Auksin pada konsentrasi yang tepat
membentuk kalus adalah 96 % pada medium NP berperan dalam menstimulasi pertumbuhan sel,
dengan menggunakan kombinasi hormon 2,4-D tetapi auksin pada konsentrasi yang jauh lebih
(0,5 mg/l) dan BAP (0,5 mg/l). tinggi daripada konsentrasi untuk mendorong
Pertumbuhan dan morfogenetik sel in vitro pertumbuhan maka faktor pertumbuhan ini
dikendalikan oleh interaksi dan keseimbangan zat mengganggu metabolisme dan perkembangan dari
pengatur tumbuh yang tersedia dalam media. sel (Heddy, 1986). Mekanisme kerja pengaruh
Kegagalan pertumbuhan eksplan disamping auksin terhadap perkembangan sel dijelaskan oleh
disebabkan karena tidak adanya zat pengatur Abidin (1987) bahwa auksin dapat meningkatkan
tumbuh juga disebabkan karena adanya jamur, permeabilitas sel terhadap air menyebabkan

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 14


pengaruh tekanan pada dinding sel meningkatkan Fraksinasi.
sintesa protein, meningkatkan plastisitas, dan Ekstrak kental yang terbentuk kemudian
pengembangan dinding sel. ditambahkan dengan 20 ml aquadest dan
difraksinasi dengan kloroform sebanyak 20 ml
dikocok dalam corong pisah lalu didiamkan
hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan tersebut
dipisahkan satu dengan lainnya dengan hati-hati.
Kalus berumur 4 minggu Proses fraksinasi ini dilakukan sampai tiga kali.
Fraksi air setelah dihilangkan dari sisa-sisa
kloroform kemudian ditambahkan dengan 20 ml
n-butanol lalu dikocok di dalam corong pisah dan
didiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Fraksi
butanol dipisahkan dari fraksi air dengan hati-hati.
Subkultur kalus pertama Proses ini dilakukan sampai tiga kali. Fraksi
butanol yang terkumpul kemudian dipekatkan.

Kristalisasi dan rekristalisasi.


Fraksi butanol pekat ditambah metanol p.a.
sebanyak 20 ml dan didiamkan beberapa saat
pada suhu kamar, selanjutnya didinginkan dalam
Subkultur kalus kedua lemari pendingin selama 19 hari. Setelah
terbentuk kristal kuning selanjutnya disaring.
Kristal yang didapat dicuci dengan metanol dan
dikeringkan di dalam oven. Setelah kering, kristal
tersebut ditimbang dan diperoleh kristal sebanyak
598 mg. Rendemen kristal yang didapat adalah
1,97 % b/b.

Subkultur kalus ketiga Hasil isolasi steviosida dari kalus daun stevia
Gambar 5. Kalus daun stevia Penyarian steviosida.
Sebanyak 113,812 gram kalus basah daun stevia
Hasil Isolasi Steviosida
diekstraksi dengan etanol 96 % p.a. sebanyak satu
Hasil isolasi steviosida dari daun stevia
setengah sirkulasi dengan menggunakan metode
Penyarian steviosida.
penyarian dengan alat soxhlet sampai didapatkan
Sebanyak 30,328 gram serbuk kering daun stevia
filtrat yang tidak berwarna, setelah itu filtrat
diekstraksi dengan etanol 96 % p.a. sebanyak satu
disaring dan ekstrak etanol dipekatkan sehingga
setengah sirkulasi dengan menggunakan metode
diperoleh ekstrak yang kental sebanyak 2,757
penyarian dengan alat soxhlet sampai didapatkan
gram. Rendemen yang didapat adalah 2,422 % b/b
filtrat yang tidak berwarna, setelah itu filtrat
disaring dan ekstrak etanol dipekatkan sehingga
Fraksinasi. Ekstrak kental yang terbentuk
diperoleh ekstrak yang kental berwarna hijau
kemudian ditambahkan dengan 20 ml aquadest
kehitaman sebanyak 13,645 gram. Rendemen
dan difraksinasi dengan kloroform sebanyak 20
yang didapat adalah 44,99 % b/b.
ml dikocok dalam corong pisah lalu didiamkan

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 15


hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan tersebut Heddy, S., 1986, Hormon Tumbuhan, CV.
dipisahkan satu dengan lainnya dengan hati-hati. Rajawali, Jakarta, 1-35.
Proses fraksinasi ini dilakukan sampai tiga kali. Hendaryono, D.P.S. & Wijayani, A., 1994, Teknik
Kultur Jaringan Tanaman, Kanisius
Fraksi air setelah dihilangkan dari sisa-sisa
Press, Yogyakarta, 115-125.
kloroform kemudian ditambahkan dengan 20 ml Pierik, R.L.M., 1989, In Vitro Culture of Higher
n-butanol lalu dikocok di dalam corong pisah dan Plants, 2nd Edition, Martinus Nijhoff
didiamkan hingga terbentuk dua lapisan. Fraksi Publishers, Dorarecht, Netherlands, 50-
butanol dipisahkan dari fraksi air dengan hati-hati. 76, 109-126.
Proses ini dilakukan sampai tiga kali. Fraksi Seabrook, J.E.A., 1982, Laboratory Culture, in,
butanol yang terkumpul kemudian dipekatkan Staba, E.J., (Ed), Plant Tissue Culture as
A Source of Biochemicals, CRC Press
Inc., Boca Raton, Florida.
KESIMPULAN DAN SARAN
Street, H.L., 1977, Plant Tissue and Cell Culture,
Pada halaman depan telah disajikan 2nd Edition, University of Californication
secara rinci mengenai hasil penelitian mulai dari Press, Barbely, USA, 220-250.
determinasi tanaman stevia, pengambilan bahan, Soegihardjo, C.J., Pramono, S., Gunawan, D.,
kultur jaringan tanaman sampai uji kuantitatif 1987, Seminar Nasional Metabolit
steviosida yang terkandung dalam kalus daun Sekunder, P.A.U. Bioteknologi
stevia, kendala-kendala yang dihadapi selama Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 5,
125.
melakukan penelitian dan pembahasan / analisa
Syamsuhidayat, S. & Hutapea, J.R., 1991,
terhadap hasil yang diperoleh sehingga hipotesa Inventaris Tanaman Obat Indonesia,
yang telah didapat sebelum dimulainya penelitian Departemen Kesehatan Republik
dapat dibuktikan kebenarannya meskipun Indonesia, Jakarta.
demikian masih ada sebagian kecil hipotesa yang Voight, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi
belum dapat dibuktikan kebenarannya melalui Farmasi, UGM Press, Yogyakarta.
Wattimena & Gunawan, L.W., 1991, Bioteknologi
penelitian ini.
Tanaman, P.A.U. Bioteknologi, Institut
Pertanian Bogor, 1320-1326.
DAFTAR PUSTAKA Wetherel, D.F., 1982, Pengantar Propagasi
Tanaman Secara In Vitro, diterjemahkan
Abidin, Z., 1987, Dasar-dasar Pengetahuan oleh Koensoemardiyah, Avery Publishing
Tentang Zat Pengatur Tumbuh, Penerbit Group Inc., Wayne, New Jersey
Angkasa, Bandung, 3-36, 55-60.
Dobberstein, R.H. & Ahmad, M.S., 1982,
Extraction, Separation and Recovery of
Diterpene Glycosides from Stevia
rebaudiana plants, U.S., Pat, 4, 361, 697.
Elkins, R., 1997, Stevia Nature’s Sweetener,
Woodland Publishing, Inc., Pleasant
Grove, UT, 8-9, 21-23, 27.
George, E.F. & Sherington, T.D., 1984, Plant
Propagation by Tissue Culture, Exegetics
Limited, England, 3-5, 9-11, 236, 285,
288, 541.
Gunawan, L.W., 1995, Teknik Kultur In Vitro
Dalam Holtikultura, Penebar Swadaya
Press, Jakarta, 41-47.

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 16


ISOLASI DAN IDENTIFIKASI ALKALOID PIPERIN DARI BUAH
MERICA PUTIH (Albi fructus )

HENDRA BUDIMAN
hendrabu92@gmail.com
Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Ada dua macam merica yang menjadi komoditi perdagangan yaitu merica hitam dan merica
putih.merica hitam diperoleh dengan memetik buah yang masih hijau, mengupasnya, difermentasi untuk
menambah rasa lada, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, dan rasanya lebih pedas.
Sedangkan merica putih diperoleh dengan memetik biji masak merah,diremas perlahan-lahan dan
direndam dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum dikeringkan di sinar matahari (Septiatin,
2008).
Aroma dan rasa pedas merica hitam paling tajam di antara semua jenis merica. Rempah ynag
bernilai tinggi ini dapat meningkatkan sekresi atau pengeluaran asam hidroklorik yang berguna
membantu untuk meningkatkan fungsi pencernaan dengan begitu kita dapat terbebas dari resiko sakit
perut, kembung, iritasi, diare, dan sembelit. Selain itu, merica hitam juga bersifat sebagai peluruh
kencing dan meningkatkan produksi keringat. Rempah ini pun memiliki efek antibakteri dan antioksidan.
Merica juga merangsang terpecahnya sel-sel lemak sehingga bisa menjaga tubuh tetap langsing.
Merica mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina,
kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh resin yang
disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung dan air ludah. Selain itu merica
bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran darah.
Piperin berupa Kristal berbentuk jarum berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa lama-lama
pedas, larut dalam etanol, benzene, kloroform dengan titik lebur 125-126oC (Septiatin,2008).
Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat
membentuk garam dengan asam mineral kuat. Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik yang
berlebihan dan dalam keadaan panas menyebabkan piperin terhidrolisis dan membentuk kalium
piperinat dan piperidin.
.
Kata kunci : Isolasi, Identifikasi, Alkaloid Piperin, Merica Putih.

PENDAHULUAN
albi fructus, buah yang masak piper nigrum
Piper nigri fructus adalah buah yang
difermentasi selama 2 - 3 hari dan kemudian
belum masak yang dikeringkan dari tanaman
dikupas, setelah dikeringkan akan diperoleh buah
Piper nigrum L. Dari suku Piperaceae
kering yang tidak berwarna ( Sumali W, 2008 ).
(Sudarsono dkk, 1996). Dalam perdagangna Piper
Adapun kandungan kimia piper nigri / piper albi
nigri dibedakan 2 macam, tergantung saat panen
selain mengandung piperin 5 – 9% adalah sebagai
dan cara memprosesnya, yaitu piper nigri fructus
berikut ( Sudarsono dkk, 1996 ):
dan piper albi fructus. Untuk memperoleh piper

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 17


Minyak atsiri berwarna kuning (berbau antioksidan. Merica juga merangsang terpecahnya
aromatis), senyawa berasa pedas (Chavicine), sel-sel lemak sehingga bisa menjaga tubuh tetap
Amilum (karbohidrat), Protein, Vitamin B, langsing.
Resein, dan lain-lain. Piperin merupakan senyawa Merica mengandung minyak atsiri,
kimia amida basa lemah yang dapat membentuk pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid
garam dengan asam mineral kuat. Piperin apabila piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit
dihidrolisis dengan KOH metanolik akan dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh
menghasilkan kalium piperinat dan piperidin. resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine
Piperin berasa pedas, rasa pedas ini masih dapat merangsang cairan lambung dan air ludah.
dapat dirasakan hingga pengenceran 1 : 200.000 Selain itu merica bersifat pedas, menghangatkan
(sudarsono dkk, 1996; Sumali W, 2008). Piperin dan melancarkan peredaran darah.
berupa Kristal berbentuk jarum berwarna kuning Piperin berupa Kristal berbentuk jarum
dengan jarak lebur 129 - 130°C sedikit larut berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa lama-
dalam air. Larut dalam 15 bagian etanol, 36 lama pedas, larut dalam etanol, benzene,
bagian eter, asam asetat, benzene dan kloroform. kloroform dengan titik lebur 125-126oC
Nama lain dari lada adalah pedes (Sunda) (Septiatin,2008).
dan merica (Jawa). Lada dengan nama latin; Piperin termasuk golongan alkaloid yang
Piper Nigrum, sudah dikenal sebagai penyedap merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat
makanan, mengatasi bau badan, rasa makanan membentuk garam dengan asam mineral kuat.
yang beraroma tak sedap, serta pengawet daging Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik
(Septiatin, 2008). yang berlebihan dan dalam keadaan panas
Ada dua macam merica yang menjadi menyebabkan piperin terhidrolisis dan
komoditi perdagangan yaitu merica hitam dan membentuk kalium piperinat dan piperidin.
merica putih.merica hitam diperoleh dengan Khasiat dari buah merica yaitu dapat
memetik buah yang masih hijau, mengupasnya, mengobati kaki bengkak pada ibu hamil, kolera,
difermentasi untuk menambah rasa lada, nyeri haid, rematik, salesma, air mani yang encer,
kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, dan impoten (septiatin, 2008).
dan rasanya lebih pedas. Sedangkan merica putih
diperoleh dengan memetik biji masak SISTEMATIKA TANAMAN
merah,diremas perlahan-lahan dan direndam
Klasifikasi Ilmiah
dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum
Kerajaan :Plantae
dikeringkan di sinar matahari (Septiatin, 2008).
Devisi : Magnoliophyta
Aroma dan rasa pedas merica hitam
Kelas : Magnoliopsida
paling tajam di antara semua jenis merica.
Ordo : Piperales
Rempah ynag bernilai tinggi ini dapat
Famili : Piperaceae
meningkatkan sekresi atau pengeluaran asam
Genus : Piper
hidroklorik yang berguna membantu untuk
Spesies : Piper nigrum
meningkatkan fungsi pencernaan dengan begitu
Nama binomial: Piper nigrum L
kita dapat terbebas dari resiko sakit perut,
kembung, iritasi, diare, dan sembelit. Selain itu,
merica hitam juga bersifat sebagai peluruh
kencing dan meningkatkan produksi keringat.
Rempah ini pun memiliki efek antibakteri dan

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 18


METODE PENELITIAN GAMBAR RANGKAIAN ALAT
Alat dan Bahan:

ALAT:
Batang pengaduk, Beaker glass, Cawan porselen,
Corong, Erlenmeyer, Flakon, Gelas ukur, Kapiler,
Kompor, Lampu UV 254, Mikroskop & objek
glass, Pipet, Seperangkat alat KLT, Seperangkat
alat soxlet, Statif, Timbangan

BAHAN:
Batu didih, Benzen, Etanol , Etil asetat, H2SO4 p,
Kapas, Kertas saring, KOH etanolik 10%, Plat
silika gel GF 254, Serbuk buah merica putih

CARA KERJA

30 gram serbuk buah merica putih masukkan


dalam alat soxletasi yang telah diberi kertas saring
± 250 ml etanol, dan batu didih ekstraksi 2 – 3
jam ( kecepatan sirkulasi 4 – 5 sirkulasi perjam )
HASIL DAN PEMBAHASAN

Saring dengan kertas saring, Sari dipekatkan Organoleptik:


sampai konsistensi kental ( 2 – 3 ml) Makroskopis:
Bentuk : Kristal
Warna : Putih Kekuningan
Rasa : Pedas
+ 10 ml KOH etanolik 10%, aduk sampai
Bau : Menyengat
terbentuk endapan
Rendemen = ∑(Kristal) x100%
∑simplisia
Saring melalui corong dengan kapas
Sari jernih diamkan dalam almari pendingin
sampai mengkristal ( 12 – 24 jam ) ∑simplisia= 2,3 gram x100%
30 gram
= 7,67 %

Saring Kristal cuci dengan etanol 96 %(dingin)


Identifikasi dengan KLT:
Fase diam: silika Gel GF 254
Fase Gerak: Benzen : Etil asetat
Keringkan Kristal dalam almari pengering
( 70 : 30 )
( 40°C, 30 – 45 menit ) Kristal dievaluasi

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 19


Sampel & standart : Larutan 10 mg dalam 1 pemanasan etanolnya menguap semua dan belum
ml Metanol tentu bisa turun jadi ekstraksi bisa berhenti.
Penotolan : 3 – 5 totolan ( sampel & Hasil ekstraksi kemudian disaring dengan
standart ) kertas saring, sari dipekatkan sampai konsistensi
Deteksi : UV 254 nm kental ( 2 – 3 ml). Penambahan KOH-Etanolik
Pereaksi penampak : HCl p 10% untuk memisahkan senyawa resin dengan
: Putih kekuningan meminimalkan pembentukan garam, sehingga
H2SO4 didapatkan alkaloida yang murni.
: Kuning Endapan dipisahkan dengan cara
penyaringan dengan kertas saring, yang
Rf 1 = 0,8/4,6 = 0,17 seharusnya disaring dengan glasswool agar filtrate
bisa tersaring. Jika digunakan kertas saring, susah
Rf 2 = 1,2/4,6 = 0,26 untuk mendapatkan filtratnya karena resin bersifat
lengket jadi menempel di kertas saring.
Rf 3 = 1,7/4,6 = 0,37
Penyaringan dengan glasswool untuk
Rf 4 = 2,2/4,6 = 0,47 meminimalkan kandungan resin yang ikut
tersaring, kemudian didapatkan sari yang jernih.
Rf 5 = 2,8/4,6 = 0,6 Sari didiamkan selama 1 malam sampai diperoleh
Kristal.
Rf 6 = 3,1/4,6 = 0,67 Setelah terbentuk Kristal, dicuci dengan
etanol dingin agar piperin tidak ikut larut, jadi
Rf 7 = 3,6/4,6 = 0,78 senyawa lain (resin dan pengotor lainnya) yang
larut lalu di oven pada suhu 40o C ( 30-45 menit ).
Rf 8 = 4/4.6 = 0,86
Identifikasi kristal piperin dengan metode
KLT menggunakan fase diam berupa Silika gel
PEMBAHASAN
GF 254 dan fase gerak benzen:etil asetat (70:30).
Isolasi piperin yang terkandung dalam
Karena serbuk buah merica putihnya kurang
piperis albi fructus, dengan metode rekristalisasi
bersih, sehingga hasilnya tidak maksimal.
menggunakan soxhlet. Rekristalisasi merupakan
suatu teknik pemisahan zat padat dari suatu zat
KESIMPULAN
pencemar dengan cara mengkristalkan kembali
zat tersebut setelah dilarutkan dengan pelarut
 Rekristalisasi bertujuan untuk Isolasi dan
yang sesuai.
identifikasi senyawa alkaloid piperin dari buah
Ekstraksi dilakukan dengan penambahan
lada serta melakukan analisis kualitatif piperin
pelarut etanol 96%. Pemilihan etanol 96% karena
dalam sampel hasil isolasi.
jika yang dipakai etanol 70% di khawatirkan
 Metode rekristalisasi menggunakan prinsip
banyak amilum yang akan lebih banyak ditarik
perbedaan kelarutan antara pencemar dengan
dibandingkan piperinnya, jadi piperinnya sedikit
zat yang akan diambil.
dan pengotornya yang lebih bnayak.
Penambahan etanol sebanyak satu
setengah kali sirkulasi dengan kecepatan 4-5
sirkulasi per jam. Jika penambahan etanolnya
hanya 1x sirkulasi dikhawatirkan pada saat

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 20


DAFTAR PUSTAKA

Septiatin, Eatin, 2008, Apotek Hidup dari


Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan
Tanaman Liar, CV. Yrama Widya,
Bandung, (60,61,62).
Anonim, 2011, Piperin, available at:
http://en.wikipedia.org/wiki/Piperine,(diaks
es 3 November 2011).
Gembong Tjitrosoepomo, 2000, Taksonomi
Tumbuhan (Spermatophyta), UGM Press,
Yogyakarta, (119).
Sutarno DRS, Agung Andoko, Budidaya Lada si
Raja Rempah-Rempah, Agramedia Pustaka,
Depok.

Hariana, Arief, H, DRS, 2007, Tumbuhan Obat


dan Khasiatnya, Penebar Swadaya, Depok
(73).
Wiryowidagdo, Sumaali, Prof, 2007, Kimia dan
Farmakologi Bahan Alam, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Howard, Ansel, C, 1989, Pengantar Bentuk
Sediaan Farmasi, UI Press, Jakarta.

Sastrohamidjojo, Sudarsono, Hardjono, 1996,


SumberBahan Alam, UGM Press,
Yogyakarta.

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 21


Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 22
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN
RAWAT JALAN DI UDPF REGULER INSTALASI FARMASI RSUD
DR. MOEWARDI

SITI MARUFAH
Sitimarufah.sm.@gmail.com
Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Lajunya pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin baik
menyebabkan masyarakat lebih selektif memilih jasa pelayanan medis yang akan dimanfaatkan guna
meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu, UDPF dituntut untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan sehingga kepuasan pasien dapat terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh dimensi Tangible, Reliability, Resposiveness, Assurance, Emphaty
dan Price pada kepuasan pasien.
Penelitian ini merupakan penelitiaan survey dengan menggunakan kuesioner dengan
pengambilan sampel sebanyak 322 responden. Data yang diperoleh dengan menggunakan metode
servqual (Service Quality) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara tingkat kualitas
pelayanan yang didapatkan terhadap tingkat kualitas yang diharapkan pasien di UDPF Reguler Instalasi
Farmasi. Uji Regresi Linier untuk mengetahui apakah dimensi-dimensi kualitas berpengaruh secara
signifikan antara dimensi kualitas (Tangible, Reliability, Resposiveness, Assurance, Emphaty dan Price)
pada kepuasan pasien di UDPF Reguler Instalasi Farmasi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dimensi kualitas pelayanan Tangible,
Reliability, Resposiveness, Assurance, Emphaty dan Price berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan pasien sebesar 38,6% sedangkan 61,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui
diluar penelitian. Dimensi Assurance memberikan pengaruh paling besar terhadap kepuasan pasien di
UDPF Reguler Instalasi Farmasi dengan koefisien korelasi sebesar 0,587.

Kata kunci: Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien


PENDAHULUAN

Kualitas mempunyai hubungan yang erat Pertanyaan yang muncul adalah apakah
dengan kepuasan pasien. Kualitas memberikan sistem pelayanan kesehatan Indonesia sudah baik
suatu dorongan kepada pasien untuk menjalin dalam menangani masalah kesehatan Indonesia.
ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Salah satunya permasalahan yang terjadi adalah
Jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan pelayanan kesehatan di RSUD. Untuk
perusahaan untuk memahami dengan seksama meningkatkan mutu pelayanan adalah dari aspek
harapan pasien serta kebutuhan mereka. Demikian teknis medis yang hanya berhubungan langsung
perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pasien antara pelayanan medis dan pasien saja atau mutu
dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman kesehatan dari sudut pandang sosial dan sistem
pasien yang menyenangkan (Atmawati dkk, 2007) pelayanan kesehatan secara keseluruhan,

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 23


termasuk akibat-akibat manajemen administrasi, Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi,
keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan lainnya. 2001 dimensi kualitas jasa (SERVQUAL) meliputi
Kualitas pelayanan RS dapat diketahui Tangible, Reability, Responsiveness, Assurance,
dari penampilan profesional personil RS, dan Emphaty. Karena dari kelima dimensi
mewujudkan efisiensi, berkompetisi secara sehat tersebut terdapat kepentingan relatif yang
menjalankan fungsi sosialnya dengan baik dan berbeda-beda, serta menganalisis kepuasan
efektifitas pelayanan serta kepuasan konsumen. pasien, dimana ekspektasi merupakan
Kepuasan konsumen ditentukan oleh keseluruhan harapanyang dimiliki pasien tentang rumah sakit
pelayanan: pelayanan administrasi, peralatan yang dikunjungi dengan kenyataan yang
pengobatan, fasilitas dan estetika RS itu sendiri. didapatkan pasien saat membeli obat di rumah
Ketidakpuasan pasien yang paling sering sakit.
dikemukakan adalah sikap dan perilaku petugas Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
RS, antara lain: pelayanan yang terlambat, tentang kualitas pelayanan kesehatan berpengaruh
petugas yang kurang komunikatif dan informatif pada kepuasanpasien antara lain:
terhadap pasien, aspek pelayanan yang lama di 1. Hasil penelitian Achmad pada tahun 2010
RS, serta ketertiban dan kebersihan lingkungan dengan judul “Analisis Kualitas Pelayanan
RS. Kualitas produk atau jasa, kualitas pelayanan, Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas
harga, biaya, serta tenaga kesehatan gagal III di Rumah SakitUmum Daerah Pandan
berkomunikasi dengan pasien menduduki Arang Kabupten Boyolali”, menujukkan
peringkat tinggi dalam persepsi kepuasan pasien variabel Tangible, Responsiveness,
di RS. Tidak jarang pasien merasa outcome tidak Reliability, Assurance, dan Emphty
sesuai dengan harapannya merasa puas karena berpengaruh secara signifikan terhadap
diberikan pelayanan dengan sikap dan perilaku kepuasan pasien rawat inap kelas III di
yang menghargainya (Jacobalis, 1989). Rumah Sakit.Variasi dalam kepuasan pasien
Kepuasan pasien adalah kebutuhan rawat inap kelas III Rumah Sakit Umum
mendasar bagi penyedia layanan kesehatan. Daerah PandanArang Kabupaten Boyolali
Kepuasan pasien hanya dapat tercapai dengan dijelaskan oleh variabel Tangible,
memberikan pelayanan yang berkualitas kepada Responsiveness, Reliability, Assurance, dan
pasiennya. Pelayanan yang baik sering dinilai Emphaty sebesar 97% dan selebihnya sebesar
oleh konsumen secara langsung dari karyawan 3% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak
sebagai orang yang melayani atau disebut juga terakomodasi dalam model penelitian
sebagai produsen jasa, karena itu diperlukan (gangguan-error).
usaha untuk meningkatkan kualitas sistem 2. Hasil penelitian Rahmulyono (2008) dengan
pelayanan yang diberikan agar dapat memenuhi judul “Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan
keinginan dan meningkatkan kepuasan pasien terhadap Kepuasan Pasien Puskesmas Depok
(Kotler, 2005). 1 di Sleman”, menunjukkan variabel
Pada dasarnya pelayanan rumah sakit reliability, responsiveness, assurance,
diperlukan setiap orang untuk keperluan emphaty dan tangible berpengaruh secara
kesehatannya, maka diharapkan kualitas signifikan terhadap kepuasan pasien dapat
pelayanan yang baik dapat menumbuhkan dan dijelaskan oleh variabel reliability,
mempengaruhi keputusan dan kepercayaan pasien responsiveness, assurance, emphaty dan
untuk menggunakan jasa layanan kesehatan tangible sebesar 46, 4%, sisanya sebesar 53,
RSUD Dr.Moewardi salah satunya. 6% dipengaruhi oleh variabel variabel lain

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 24


yang tidak terakomodasi dalam model kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan
(gangguan-error). oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
3. Hasil penelitian Khasanah (2010) dengan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004). Populasi
judul “Analisa Pengaruh Kualitas Pelayanan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
terhadap Kepuasan Konsumen RS St. seluruh pasien rawat jalan atau pendampingnya
Elisabeth Semarang” menunjukkan reability, yang mendapat pelayanan informasi obat di
reponsiveness, assurance, emphatydan UDPF Reguler Instalasi Farmasi RSUD Dr.
tangible berpengaruh signifikan terhadap Moewardi tahun 2014.
kepuasan konsumen di RS St. Elisabeth
Semarang. Variasi dalam kepuasan terhadap Sampel
loyalitas 71,6% sisanya sebesar 28,4% di Sampel adalah bagian dari jumlah dan
pengaruhi oleh variabel-variabel lain. karekteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap (Sugiyono, 2004). Sampel yang digunakan dalam
kepuasan pasien yaitu bahwa kualitas pelayanan penelitian ini adalah sebagian pasien rawat jalan
sangat mempengaruhi keputusan dalam atau pendampingnya yang mendapat pelayanan
pengambilan sikap. Hal yang menarik untuk informasi obat di UDPF Reguler Instalasi Farmasi
diteliti adalah bagaimana kualitas pelayanan yang RSUD Dr. Moewardi yang terpilih dan bersedia
diberikan tenaga medis dan non medis di UDPF mengisi alat penelitian yang berupa angket atau
Reguler Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi, kuesioner tanpa paksaan dari pihak peneliti tahun
apakah sudah memuaskan harapan pasien. Tidak 2014.
dipungkiri bahwa masyarakat memiliki keputusan
penilaian terhadap kualitas dan kinerja jasa pada Variabel Penelitian
tiap-tiap rumah sakit, yang tentu saja berbeda. Variabel merupakan suatu atribut dari
Berdasarkan latar belakang tersebut guna sekelompok objek yang diteliti, mempunyai
dapat meneliti lebih dalam sudut pandang variasi yang berbeda antara satu dan lainnya
kualitas pelayanan, kepuasan pasien dan nilai dalam kelompok tersebut (Sugiono, 1997).
maka saya merasa tertarik untuk mengajukan
Penelitian. Judul yang dipilih tentang Tabel 1. Indikator variabel penelitian
“PENGARUH KUALITAS PELAYANAN Sumber dari (Lupiyoadi, 2006), (Supriyono,
TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT 1991), (Tjiptono, 2002).
JALAN DI UDPF REGULER INSTALASI
FARMASI RSUD Dr. MOEWARDI”, dengan Variabel Definisi
Indikator
menggunakan dimensi tangible, reliability, Penelitian Operasional
responsiveness, assurance, emphaty dan price. Bukti fisik Kemampuan 1. Fasilitas fisik
(X1) suatu 2. Penampilan
METODE PENELITIAN perusahaan pegawai
dalam 3. Perlengkapan
Uraian Metode Penelitian menunjukkan dan
Populasi eksistensinya peralatan
Populasi adalah sekelompok subjek yang kepada pihak
hendak dikenai generalisasi hasil penelitian eksternal.
(Azwar, 2004). Wilayah generalisasi tersebut
terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 25


Keandalan Kemampuan 1. Pelayanan pasien dengan pelayanan
(X2) suatu yang sama berupaya yang nyaman
perusahaan untuk semua memahami bagi pasien
untuk pasien tanpa keinginan
memberikan kesalahan pasien.
pelayanan 2. Sikap yang Harga jual Jumlah 1. Penetapan
sesuai dengan simpatik (X6) moneter yang harga jual
yang 3. Ketepatan dibebankan 2. Penyesuaian
dijanjikan waktu untuk satu unit harga jual
secara akurat. usaha kepada 3. Perubahan
Daya Suatu 1. Pelayanan pembeli atau harga
tanggap kebijakan yang cepat jasa yang
(X3) untuk dan tepat dijual.
membantu dan 2. Pemberian Kepuasan Merupakan 1. Kesesuain
memberikan informasi pasien (Y) evaluasi purna harapan
pelayanan yang jelas dimana 2. Minat
yang cepat alternatif yang pembelian
dan tepat dipilih ulang
kepada pasien, sekurang- 3. Kesedian
dengan kurangnya untuk
menyampaika memberikan merekomenda
n informasi hasil atau si
yang jelas. melampaui
Jaminan Pengetahuan, 1. Kredibilitas harapan
dan kesopansantun 2. Keamanan pasien.
kepastian an, dan 3. Sopan santun
(X4) kemapuan Klasifikasi Variabel
para pegawai
perusahaan Variabel dalam penelitian ini meliputi :
untuk a. Variabel bebas. Variabel bebas (independent)
menumbuhkan dalam penelitian ini terdiri dari Tangible,
rasa percaya Reliability, Responsiveness, Assurance,
para pasien Emphaty, dan Price.
kepada b. Variabel terikat. Variabel terikat (dependent)
perusahaan. kepuasan pasien terhadap rumah sakit Dr.
Empati (X5) Memberikan 1. Perhatian Moewardi Surakarta.
perhatian yang secara personal
tulus dan 2. Memahami Definisi Operasional Variabel
bersifat kebutuhan
individual atau secara spesifik Dimensi Tangible adalah persepsi
pribadi yang 3. Memiliki pasien terhadap aspek-aspek nyata yang bisa
diberikan waktu dilihat dan diraba, meliputi peralatan medis yang
kepada para pengoperasian lengkap, fasilitas fisik gedung yang bersih dan
Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 26
nyaman, penampilan pegawai yang rapi dan
bersih serta lokasi yang strategis. Orientasi
permasalahan
Dimensi Reliability adalah persepsi
pasien terhadap rumah sakit dalam mewujudkan Pembuatan
jasa sesuai dengan yang telah dijanjikan, meliputi proposal
ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk
semua pasien tanpa kesalahan dan keakuratan Pengambilan
penanganan /pengadministrasian dokumen. sampel try out
penelitian
Dimensi Responsiveness adalah persepsi
pasien terhadap keinginan dalam menyediakan
jasa /pelayanan yang dibutuhkan pasien meliputi Uji validitas
kesedian pegawai dalam membantu pasien dengan
dan reliabilitas
cepat dan kejelasan informasi waktu penyampaian
jasa. Kuesioner
yangvalid dan
Dimensi Assurance adalah persepsi
reliabel
pasien terhadap sumber daya yang dimiliki rumah Pengumpulan
sakit dalam memberikan pelayanan yang sesuai data penelitian
dengan standar, meliputi pengetahuan,
kemampuan, dan sifat dapat dipercaya para Analisis data
petugas di rumah sakit.

Dimensi Emphaty adalah persepsi pasien Uji asumsi Uji asumsi


terhadap kemudahan pelayanan, keramahan, dasar klasik
komunikasi, dan kemampuan memahami regresi
kebutuhan konsumen, meliputi perhatian khusus Uji Uji
kepada pasien, komunikasi yang baik dan normalit multikoline
kemudahan dalam menjalin relasi. as aritas
Uji Uji
Dimensi Price adalah persepsi pasien linieritas heteroskeda
terhadap harga diturunkan dari interpretasi stisitas
mereka terhadap perbedaan harga (secara nyata Uji
dan tidak langsung), dan interpretasi mereka autokorelasi
terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan
isyarat yang ditunjukkan oleh harga secara
kontekstual.Kepuasan Pasien adalah persepsi
pasien tentang pelayanan di rumah sakit meliputi : Pembahasa
Tangible, Reliability, Responsiveness, Assurance, n
Emphaty, dan Price (Kotler dalam Lupiyoadi,
2001). Kesimpulan
dan saran
Gambar 6. Skema Jalannya Penelitian

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 27


Pengumpulan Data Setuju (3), Tidak Setuju (2), Sangat Tidak Setuju
(1).
Alat pengumpulan data pada penelitian
Skala Likert adalah skala yang memuat
ini adalah pedoman observasi terstruktur dengan
tentang pernyataan yang menunjukkan tingkat
metode kuesioner.
persetujuan atau ketidaksetujuan responden.
Pengumpulan data digunakan dengan
menggunakan: Pengamatan (observasi),
Tabel 2. Skala Pengukuran Menurut Likert
pengamatan dilakukan untuk mendapatkan data Skala Pernyataan positif
lingkungan internal yang meliputi sumber daya Sangat setuju 4
manusia, sarana prasarana, kinerja pelayanan. Setuju 3
Alat pengumpulan data adalah pedoman observasi Tidak setuju 2
tidak terstruktur. Sangat tidak setuju 1
Koesioner dilanjutkan untuk pasien yang
sudah mendapatkan pelayanan farmasi. Salah Teknik Sampling
satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak Penelitian ini menggunakan metode
dijadikan sebagai acuan adalah model teknik pengambilan sampel yang tidak
kesenjangan kualitas jasa dengan metode servqual memberikan peluang yang sama bagi setiap
(servive quality) yang dikembangkan oleh anggota populasi untuk dipilih sebagai sampel
Parasuraman, Zeithaml dan Bery (Kotler dan (non probability). Teknik pengambilan sampel
Keller,2006). Servqual dikembangkan atas adanya yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi purposive sampling yaitu teknik penentuan
pasien atas layanan jasa yang nyata mereka terima sampel dengan pertimbangan tertentu.
(perceived service) dengan layanan yang mereka Pasien yang dijadikan sampel harus
harapkan (expected srvice). memenuhi kriteria inklusi yang meliputi:
Metode servqual dikembangkan oleh 1. Pasien rawat jalan atau pendampingnya
Parasuraman 1990. Cara menyatakan bahwa yang menerima pelayanan farmasi di
harapan, kepuasan pasien dan kualitas layanan UDPF Reguler Instalasi Farmasi RSUD
mempunyai hubungan yang dapat diukur dari Dr. Moewardi.
kualitas pelayanannya (service quality), kepuasan 2. Pasien rawat jalan yang proaktif dan
pasien dihitung dengan membandingkan prediksi dapat berkomunikasi dengan baik.
dan persepsi dari pasien. Kuesioner yang disebar 3. Pasien rawat jalan yang mau dijadikan
nantinya akan terdapat penilaian pasien terhadap responden dalam penelitian.
dua bagian penting yaitu ekspektasi dan persepsi 4. Pasien yang pernah menerima pelayanan
pasien. Ekspektasi adalah yang memuat farmasi lebih dari 1 kali.
penyataan-pernyataan untuk mengetahui dengan Pasien yang dijadikan sampel harus
pasti harapan umum (ekspektasi) dari pasien memenuhi kriteria exklusi yang meliputi:
terhadap sebuah jasa dan persepsi adalah yang a. Pasien yang tidak bisa membaca.
memuat pernyataan-pernyataan untuk mengukur b. Bukan merupakan pasien rawat jalan.
pandangan pasien terhadap rumah sakit dengan c. Pasien yang belum pernah mendapatkan
kategori tertentu. pelayanan kesehatan.
Tanggapan pasien dinyatakan dengan
skala Likert, yaitu tentang skala nominal 4 untuk
sangat setuju dan skala nominal 1 untuk sangat
tidak setuju sebagai berikut : Sangat Setuju (4),
Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 28
Desain Penelitian di UDPF Reguler Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Penelitian ini dilakukan dengan cara Moewardi.
survey langsung di lapangan. Data diperoleh
langsung dari responden melalui kuesioner yang Uji Validitas
memuat sejumlah pernyataan yang akan Penelitian ini menggunakan uji validitas
dibagikan kepada responden di UDPF Reguler untuk mengukur ketepatan suatu itemdalam
Instalasi Farmasi RSUD Dr. Moewardi pada kuesioner atau skala, apakah item-item pada
tahun 2014. kuesioner tersebut sudah tepat dalam mengukur
Berdasarkan masalah yang diuraikan dan apa yang diukur. Uji validitas dan uji reliabilitas
tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, maka dalam penelitian ini dilakukan terhadap ketujuh
jenis data yang diperlukan adalah data primer dimensi kualitas pelayanan yang terdiri tangible
yang meliputi: Data tentang karekteristik (bukti fisik), reliability (kehandalan),
responden. Data ini meliputi : jenis kelamin, responsiveness (daya tanggap), assurance
usia, pendidikan, dan pekerjaan responden. (jaminan), emphaty (empati), price (harga jual),
Data tentang penilaian pelayanan di dan kepuasan pasien di UDPF Reguler Instalasi
rumah sakit. Data yang terdiri dari persepsi dan Farmasi RSUD Dr. Moewardi. Setiap dimensi
harapan konsumen tentang bukti fsik, keandalan, terdiri dari lima butir pernyataan alat ukur
daya tanggap, jaminan kepastian, kepedulian, dan kuesioner, sehingga total alat ukur kuesioner
harga jual terhadap pasien. terdapat 35 butir. Penilaian langsung terhadap
koefisien korelasi bisa digunakan batas nilai
Analisis dan Interpretasi Data minimal korelasi 0,2407 untuk uji coba 30
Pengukuran dapat menentukan layak responden. Teknik pengujian yang digunakan
tidaknya suatu instrumen pengukur dapat untuk uji validitas pada program SPSS version17
digunakan. Berdasarkan hal itu, perlu dilakukan yaitu dengan Corrected Item-Total Correlation.
pengujian terhadap validitas dan reliabilitasnya Hasil uji validitas dari butir-butir
(Saifuddin, 2003). Analisis validitas, validitas pernyataan kuesioner adalah sebagai berikut:
adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana a. Alat ukur kuesioner dimensi tangible,
suatu alat pengukur benar-benar dapat mengukur hasil validitas kuesioner sebagai berikut:
apa yang perlu di ukur. Analisis reliabilitas,
reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan Tabel 5. Hasil uji validitas dimensi tangible
sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau Butir
diandalkan. Varia Keter
perny r-hitung r-tabel
bel angan
HASIL DAN PEMBAHASAN ataan

1 0,493 Valid
Pelanggan dalam penelitian ini adalah
pasien atau keluarga yang mewakili pasien yang Dime 2 0,651 Valid
telah mendapatkan pelayanan kefarmasian dari
nsi
UDPF Reguler Instalasi Farmasi RSUD Dr. 3 0,636 0,2407 Valid
Moewardi. Data penelitian diperoleh dari Tangi
menyebar kuesioner tentang kepuasan pasien atau ble 4 0,342 Valid
keluarga mewakili pasien terhadap kualitas
pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat jalan 5 0,544 Valid

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 29


Hasil uji validitas dimensi tangible berdasarkan butir pernyataan tersebut dikatakan valid dan
tabel 5 dapat diketahui bahwa lima butir dapat digunakan untuk pengujian sampel.
pernyataan memiliki nilai r-hitung lebih besar dari
r-tabel (0,2407) maka demikian semua butir d. Alat ukur kuesioner dimensi assurance,
pernyataan tersebut dikatakan valid dan dapat hasil validitas kuesioner sebagai berikut:
digunakan untuk pengujian sampel.
Tabel 8. Hasil uji validitas dimensiassurance
b. Alat ukur kuesioner dimensi reliability,
hasil validitas kuesioner sebagai berikut: Butir
r- r- Keterang
Variable pernya
hitung tabel an
Tabel 6. Hasil uji validitas dimensi reability taan
Butir 1 0,473 Valid
Varia r- Keteran
perny r-tabel Dimensi 2 0,522 Valid
ble hitung gan
ataan Assurance 3 0,294 0,2407 Valid
1 0,538 Valid
4 0,665 Valid
Dimen 2 0,413 Valid
si 3 0,460 0,2407 Valid 5 0,333 Valid
Reliab 4 0,284 Valid
ility 5 0,428 Valid Hasil uji validitas dimensi assurance berdasarkan
Sumber: Data primer yang diolah (2014) tabel 8 dapat diketahui bahwa lima butir
Hasil uji validitas dimensi reliability pernyataan memiliki nilai r-hitung lebih besar dari
berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa r-tabel (0,2407) maka demikian semua butir
pernyataan tersebut dikatakan valid dan dapat
lima butir pernyataan memiliki nilai r-hitung
digunakan untuk pengujian sampel.
lebih besar dari r-tabel (0,2407) maka
e. Alat ukur kuesioner dimensi emphaty, hasil
demikian semua butir pernyataan tersebut
Validitas kuesioner sebagai berikut:
dikatakan valid dan dapat digunakan untuk
pengujian sampel. Butir
Varia r- r- Keter
c. Alat ukur kuesioner dimensi responsiveness, perny
ble hitung tabel angan
ataan
hasil validitas kuesioner sebagai berikut:
1 0,617 Valid
Dimen 2 0,668 Valid
Tabel 7. Hasil uji validitas dimensi responsiveness si 3 0,592 0,2407 Valid
Emph 4 0,401 Valid
Butir aty 5 0,592 Valid
r- r- Keter
Variable perny
hitung tabel angan
ataan Tabel 9. Hasil uji validitas dimensi emphaty
1 0,652 Valid Hasil uji validitas dimensi emphaty berdasarkan
Dimensi 2 0,346 Valid tabel 9 dapat diketahui bahwa lima butir
responsiv 3 0,450 0,2407 Valid pernyataan memiliki nilai r-hitung lebih besar dari
eness 4 0,655 Valid r- tabel (0,2407) maka demikian semua butir
5 0,578 Valid pernyataan tersebut dikatakan valid dan dapat
Hasil uji validitas dimensi responsiveness digunakan untuk pengujian sampel.
berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa lima f. Alat ukur kuesioner dimensi price, hasil
butir pernyataan memiliki nilai r-hitung lebih validitas kuesioner sebagai berikut:
besar dari r-tabel (0,2407) maka demikian semua
Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 30
Tabel 10. Hasil uji validitas dimensi price Farmasi adalah sebesar 0,764 dimana nilainya
Variab Butir r- positif dan lebih dari 0,6 sehingga dinyatakan
r-tabel Ket.
le pernyataan hitung bahwa alat ukur kuesioner untuk kepuasan pasien
1 0,302 Valid di UDPF Reguler Instalasi Farmasi dinyatakan
Dimen 2 0,650 Valid reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian
si 3 0,657 0,2407 Valid
selanjutnya.
Price 4 0,388 Valid
5 0,416 Valid Rumus yang digunakan untuk
menghitung sampel (s) dari populasi yang sudah
Hasil uji validitas dimensi price berdasarkan tabel diketahui jumlahnya dalam penelitian ini adalah
10 dapat diketahui bahwa lima butir pernyataan sebagai berikut:
memiliki nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel 2 . N . P . Q
s 2
(0,2407) maka demikian semua butir pernyataan d N - 1  2 . P . Q
tersebut dikatakan valid dan dapat digunakan
untuk pengujian sampel. Diketahui
N = 4280
Uji Reliabilitas s = jumlah sampel
Tabel 12. Hasil uji reliabilitas alat ukur 2 = dengan dk = 1, taraf kesalahan 5% =
3,481
kuesioner
P = Q = 0,5 (50%) merupakan proporsi
No Alat ukur Cronbac Reliabilit Keterang
populasi
pertanyaan h’s Alpha as Kritis an
d = 0,05
1 Tangible 0,750 0,6 Reliabel 3,481 x 4280 x 0,5 x 0,5
s
2 Reliability 0,663 0,6 Reliabel 0,05 4280 - 1  3,481 x 0,5 x 0,5
2

3 Responsiven 0,764 0,6 Reliabel


3724,67 3724,67
4 ess 0,695 0,6 Reliabel s   322
5 Assurance 0,792 0,6 Reliabel 10,6975  0,87025 11,56775
6 Emphaty 0,718 0,6 Reliabel Berdasarkan hasil perhitungan sesuai
7 Price 0,764 0,6 Reliabel dengan rumus penentuan jumlah sampel maka
diperoleh s = 322, sehingga sampel yang
digunakan untuk penelitian adalah 322 responden.
Hasil uji reliabiltas di atas menyatakan
bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk harapan A. Deskripsi Responden
yang terdiri dari dimensi tangible, reliability, Responden pada pengambilan data
responsiveness, assurance, emphaty, dan price tentang kepuasan pasien yaitu pasien rawat jalan
di UDPF Reguler Instalaasi Farmasi RSUD Dr.
masing-masing memiliki Cronbach’s Alpha
Moewardi sebanyak 322 responden.
sebesar 0,750; 0,663; 0,764; 0,659; 0,792; dan
0,718 dimana nilai positif lebih besar dari 0,6 Jenis Kelamin Responden
sehingga dinyatakan bahwa alat ukur kuesioner
Salah satu karakteristik populasi dapat
dimensi-dimensi kualitas pelayanan dinyatakan
diketahui melalui jenis kelamin responden.
reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian Distribusi jenis kelamin responden dapat dilihat
selanjutnya. pada tabel 13.
Untuk perhitungan reliabilitas juga
menyatakan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk
kepuasan pasien di UDPF Reguler Instalasi

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 31


Tabel 13. Distribusi Responden Menurut Jenis di sekolah ataupun pasien tidak begitu peduli
Kelamin memperhatikan kesehatannya.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Pekerjaan Responden


(%)
Laki-Laki 97 30,2 Distribusi responden berdasarkan
Perempuan 225 69,8 pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 15.
Jumlah 322 100
Tabel 15. Distribusi Responden menurut pekerjaan
Dari data di atas dapat diketahui bahwa Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
jumlah responden perempuan lebih banyak PNS 18 5,6
dibanding responden laki-laki dengan jumlah Pegawai Swasta 131 40,7
responden sebanyak 225 orang dengan persentase Petani 28 8,7
69,8% sedangkan responden laki-laki berjumlah Pelajar/Mahasis 49 15,2
97 orang dengan persentase 30,2% dari jumlah wa
322 responden di UDPF Reguler Instalasi Pedagang 18 5,6
Farmasi. Ini menunjukkan bahwa kemungkinan Lain-lain 78 24,2
lebih banyak perempuan yang lebih perduli Jumlah 322 100
tentang masalah kesehatan yang dialaminya atau Berdasarkan data dari 322 responden,
perempuan lebih memiliki waktu luang dirumah. didapat bahwa responden paling banyak adalah
pegawai swasta dengan persentase 40,7%
Usia Responden dikarenakan orang yang bekerja ditempat
usahanya sendiri dapat meninggalkan
Karakteristik pasien juga dapat dilihat pekerjaannya tanpa ijin dari kepala kantor dan
dari penggolongan usia responden. Distribusi sejumlah 78 responden atau 24,2% mempunyai
responden berdasarkan usia dapat dilihat pada pekerjaan yang lain selain PNS, petani,
tabel 14. pelajar/mahasiswa, dan pedagang.
Tabel 14. Distribusi Responden Menurut Usia
Pendidikan Terakhir Responden
Umur (tahun) Frekuensi Persentase
(%)
Salah satu karakteristik populasi dapat dilihat dari
17-25 58 18,1
distribusi tingkat pendidikan terakhir responden
26-35 107 33,2
dalam tabel 16:
36-45 84 26,1
>45 73 22,6 Tablel 16. Jumlah dan Persentase Responden
Jumlah 322 100 Menurut Pendidikan

Jumlah responden yang digunakan pada Pendidikan Jumlah Persentase


penelitian ini sebanyak 322 orang dan dari (orang) (%)
klasifikasi berdasarkan usia dapat dilihat bahwa SD 39 12,1
usia paling banyak adalah pasien yang berusia SMP 85 26,4
sekitar 26-35 tahun yang berjumlah 107 SMA 136 42,2
responden atau sebesar 33,2% dapat dikarenakan Akademi/Diploma 17 5,3
pasien golongan usia tersebut lebih Sarjana 45 14,0
memperhatikan kesehatan yang sangat penting Jumlah 322 100
untuk alasan pekerjaan. Responden dengan
jumlah paling sedikit adalah responden yang Sumber : Data primer yang telah diolah (2014)
berusia 17-25 tahun sejumlah 58 responden
dengan persentase 18,1% dapat disebabkan pasien Berdasarkan data diatas dapat dilihat
usia tersebut lebih banyak waktunya untuk belajar bahwa responden terbanyak adalah responden

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 32


dengan tingkat pendidikan SMA dengan mendekati normal bila gambar distribusi dengan
persentase 42,2% dan responden paling sedikit titik-titik data yang menyebar di sekitar garis
adalah tingkat Akademi/Diploma dengan diagonal dan penyebaran titik-titik data searah
persentase 5,3%. Banyaknya responden SMA mengikuti garis diagonal. Terlihat dalam diagram
dimungkinkan karena sudah mengertinya P-P plot of regression standardized residual di
masyarakat dengan peranan dan fungsi UDPF atas, data tersebar disekitar dan mengikuti arah
Instalasi Farmasi di sekitarnya. garis diagonal, sehingga dapat disimpulkan
variabel-variabel pengganggu. terdistribusi secara
Hasil Analisis Data normal dengan demikian syarat normalitas bagi
model regresi terpenuhi.
Data dalam penelitian ini dianalisis
dengan metode linier sederhana dan analisis linier Hasil Uji Linearitas
berganda dalam upaya membuktikan hipotesis Uji linieritas, bertujuan untuk
penelitian. Analisis dilaksanakan dengan SPSS mengetahui apakah dua variabel mempunyai
version 17. Hasil analisis dapat di deskripsikan hubungan yang linier atau tidak secara signifikan.
sebagai berikut: Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat
dalam analisis korelasi atau regresi linier.
Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk


mengetahui apakah populasi data berdistribusi KESIMPULAN DAN SARAN
normal atau tidak. Uji ini biasanya digunakan Kesimpulan
untuk mengukur data berskala ordinal, interval, Berdasarkan data penelitian yang telah
atau pun rasio. Normalitas variabel-variabel dianalisis maka dapat disimpulkan sebagai
pengganggu ini dapat dilihat pada diagram berikut:
normal P-P plot of regression standardized 1. Secara parsial assurance, dan price
residual berikut: berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan pasien sedangkan tangible,
reliability, responsiveness dan emphaty tidak
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
pasien rawat jalan di UDPF Reguler Instalasi
Farmasi RSUD Dr. Moewardi.
2. Secara simultan tangible, reliability,
responsiveness, assurance, emphaty, dan
price berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan pasien rawat jalan di UDPF
Reguler Instalasi Farmasi RSUD Dr.
Moewardi.
3. Berdasarkan hasil perhitungan analisis
regresi dapat diketahui nilai Adjusted R
Square sebesar 0,386. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel kepuasan pasien di UDPF
Reguler Instalasi Farmasi ditentukan oleh
Tangible, Reliability, Responsiveness,
Assurance, Emphaty, dan Price sebesar
38,6% dan selebihnya 61,4% dijelaskan oleh
variabel lain diluar yang belum diketahui
Sumber: Data primer yang telah diolah (2014) karena diluar penelitian.
Variabel-variabel pengganggu akan
Saran
dinyatakan terdistribusi secara normal atau

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 33


Berdasarkan analisis data dan Lupiyoadi, Rambat Dan A. Hamdani. 2006.
kesimpulan, maka untuk pengembangan data dan Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta:
peningkatan kepuasan pasien di UDPF Reguler Salemba Empat.
Instalasi Farmasi penulis memberikan saran
sebagai berikut: Lupiyoadi, Rambat.2001.Manajemen Pemasaran
1. Untuk UDPF Reguler Instalasi Farmasi
Jasa.Salemba Empat.Jakarta.
RSUD Dr. Moewardi interval yang rendah
dan sedang harap ditambah kualitasnya
menjadi interval yang kuat. Sugiyono .1997. Statistika II.Bandung : Transito.
2. Hasil positif yang sudah diraih harus
dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya. Sugiyono .2004. Statiska Untuk Penelitian
3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini Bandung : CV. Alfabeta.
dikembangkan dengan indikator lain sesuai
kondisi lingkungan. Sugiyono .2009. Metode Penelitian Kuantitatif
DAFTAR PUSTAKA dan Kualitatif .CV .Alfabeta :Bandung.

Atmawati, Rustika dan Wahyudin.2007.“Analisa Tjiptono, Fandy (2000) . Managemen Jasa


Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap .Yogyakarta : Andi Offset.
Kepuasan Konsumen pada Matahari
Departement Store di Solo Grand Mall” . Tjiptono, F., 2002. Managemen Jasa, Edisi II.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Universitas Cetakan ketiga, Penerbit Andi Offset,
Muhammadiyah Surakarta. Yogyakarta.

Azwar , Saifudin 2004. Metode Penelitian.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar Azwar, S.
(2004) . Metode penelitian. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.

Azwar, Saifudin 2003.Sikap Manusia. Yogyakarta


: Pustaka Pelajar.

Jacobalis, 1989. Menjaga Mutu Pelayanan Rumah


Sakit. Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia (PERSI).

Kotler, P. Dan K. L. Keller. 2009.Manajemen


Pemasaran Edisi Ketiga Belas Jilid 2
(Terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Kotler, P & Keller, K L 2006, Marketing


Management 12e, Pearson Internasional
Edition, USA.

Kotler, Philip.2005.Manajemen Jasa. PT .Indeks.


Jakarta..

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 34


COST OF ILLNESS PASIEN HEMOFILIA A
DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA

UMI NAFISAH
nafis83_@yahoo.com
Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

Abstrak

Hemofilia merupakan salah satu penyakit katastropik, suatu penyakit yang berbiaya
tinggi yang secara komplikasi dapat membahayakan jiwa serta membutuhkan rentang waktu
pengobatan yang panjang. Dalam studi cost of illness dilakukan pengukuran beban ekonomi
dari suatu penyakit pada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya penyakit
hemofilia berdasarkan perspektif rumah sakit dan mengetahui adanya pengaruh inhibitor
terhadap biaya penyakit. Penelitian ini merupakan penelitian analitik noneksperimental. Data
yang digunakan diambil secara retrospektif dari rekam medik pasien hemofilia selama periode
September 2014 – Agustus 2015 dan dari bagian keuangan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Studi ini dilakukan berdasarkan perspektif rumah sakit dengan pendekatan prevalensi. Analisis
deskriptif, digunakan untuk memaparkan besar total biaya penyakit hemofilia, komponen-
komponen biaya yang menyusun dan memiliki kontribusi terbesar pada biaya penyakit hemofilia
Estimasi biaya rawat jalan selama satu tahun pada pasien hemofilia A tanpa inhibitor adalah
Rp 213.033.935,85 ± 116.829.978,92, hemofilia A ringan dengan inhibitor 57,6 BU Rp.
443.233.667,00 , hemofilia A berat dengan inhibitor 23,36 BU Rp. 348.179.400,00. Biaya
Penyakit Hemofilia A dengan inhibitor lebih tinggi dibandingkan tanpa inhibitor.

Kata Kunci : Cost of Illness, perspektif rumah sakit, hemofilia A, inhibitor.

PENDAHULUAN
Salah satu penyakit yang Ada kemungkinan pasien telah meninggal
membutuhkan biaya yang tinggi dan sebelum terdiagnosis (Pusat Data dan
membutuhkan rentang waktu pengobatan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik
yang panjang serta secara komplikasi dapat Indonesia, 2015).
membahayakan jiwa adalah hemofilia. Penderita hemofilia membutuhkan
Hemofilia merupakan penyakit kelainan pengobatan sepanjang hidup dengan
pendarahan yang diturunkan, yaitu ketika menggunakan faktor pembekuan darah untuk
pasien mengalami pendarahan maka akan sulit mengelola frekuensi kejadian pendarahan dan
untuk dihentikan. Frekuensi angka kejadian menurunkan resiko kerusakan sendi (serta
hemofilia adalah sekitar 1 berbanding 10.000 kerusakan organ potensial lainnya) yang
angka kelahiran, dimana angka kejadian membutuhkan pembedahan dan atau
hemofilia A lebih banyak daripada hemofilia mengakibatkan mobilitas yang terbatas.
B, yaitu sekitar 80-85% dari total populasi Pencegahan pendarahan dengan menggunakan
hemofilia (Srivastava dkk., 2013). Menurut faktor konsentrat menjadi pedoman standar
Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia dalam pengobatan hemofilia (O’Mahony dkk.,
Indonesia jumlah penderita hemofilia di 2010).
Indonesia telah mencapai dua puluh ribu Hemofilia merupakan penyakit yang
orang, dengan rasio angka kejadian hemofilia berbiaya tinggi, tidak hanya dari sisi biaya
1:10.000 pada tahun 2012 langsungnya saja (biaya pengobatan) tetapi

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 35


juga dari segi biaya tidak langsung (Zhou Subyek Penelitian
dkk., 2015). Biaya pertahun pada penderita
hemofiia termasuk didalamnya adalah biaya Subyek dalam penelitian ini adalah
konsentrat faktor dan fasilitas kesehatan yang seluruh populasi pasien hemofilia di RSUP
digunakan, pada pasien hemofilia dengan Dr. Sardjito Yogyakarta periode bulan
inhibitor membutuhkan biaya paling tinggi September 2014 – Agustus 2015 yang
dibandingkan dengan pasien hemofilia tanpa memenuhi kriteria inklusi penelitian.
inhibitor (Armstrong dkk., 2014). Rata-rata Kriteria inklusi subyek penelitian
biaya penderita hemofilia dengan inhibitor meliputi :
lima kali lebih tinggi dibandingkan dengan 1. Semua pasien rawat jalan hemofilia A
penderita hemofilia tanpa inhibitor (Guh dkk., 2. Pasien hemofilia dengan atau tanpa
2012). inhibitor
Analisis biaya penyakit (cost of 3. Pasien hemofilia dengan data rekam
illness) merupakan suatu bentuk evaluasi medik dan data pembiayaan yang
beban ekonomi dari suatu penyakit meliputi lengkap.
seluruh sumber daya pelayanan kesehatan Kriteria eksklusi dalam penelitian ini
yang dikonsumsi dan untuk menghitung adalah : Pasien dengan penyakit HIV-AIDS.
berapa jumlah maksimum yang dapat dihemat
ketika suatu penyakit dapat diatasi. Analisis Bahan dan Alat Penelitian
biaya penyakit (cost of illness) dapat 1. Bahan
memberikan gambaran kepada pembuat Bahan yang digunakan dalam
keputusan pada suatu keadaan dimana penelitian ini adalah rekam medik pasien dan
pengeluaran tidak sesuai dengan biaya riil dan rincian biaya medik langsung selama
dapat digunakan untuk merencanakan pengobatan untuk mengetahui biaya
kebijakan cost containment, karena studi ini perawatan pasien hemofilia di RSUP Dr.
memberikan gambaran kepada pembuat Sardjito Yogyakarta periode September 2014
keputusan secara menyeluruh dan lebih – Agustus 2015.
penting lagi komponen biaya utama 2. Alat
(Andayani, 2013; Segel, 2006). Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah :
METODE PENELITIAN a. Lembar pengumpul data pasien
Penelitian ini merupakan penelitian hemofilia yang berisi karakteristik
analitik noneksperimental dengan rancangan pasien, meliputi nomor rekam
penelitian cross sectional. Data yang medis, jenis kelamin, umur, tipe
digunakan diambil secara retrospektif yang hemofilia, adanya inhibitor, cara
berasal dari rekam medik pasien hemofilia pembayaran, kelas perawatan, lama
selama periode September 2014 – Agustus perawatan.
2015 dan dari bagian keuangan di RSUP Dr. b. Lembar pengumpul data biaya
Sardjito Yogyakarta. Cakupan biaya dalam pengobatan pasien hemofilia,
studi yang dilakukan adalah biaya medik meliputi biaya administrasi, biaya
langsung. Studi ini dilakukan berdasarkan jasa pelayanan medik, biaya
perspektif rumah sakit sebagai penyedia tindakan medik, biaya penunjang
layanan kesehatan, dengan menggunakan medik, biaya obat dan barang medik,
pendekatan prevalensi. biaya akomodasi (kelas dan lama
rawat inap).

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 36


Variabel Penelitian > 15 tahun 13 59,09
1. Variabel terikat dalam penelitian ini Tingkat
Keparahan
adalah biaya medik langsung
Ringan 2 9,10
2. Variabel bebas dalam penelitian ini Sedang 12 54,54 22
adalah umur pasien, jenis kelamin, Berat 8 36,36
tipe hemofilia, tingkat keparahan dan Inhibitor
adanya inhibitor pada hemofilia. Ringan 1 50
Sedang 0 0 2
Berat 1 50
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang dilakukan di Biaya Penyakit Hemofilia
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Besaran direct medical cost pada cost
Sardjito Yogyakarta pada pasien penderita of illness pasien hemofilia rawat jalan
hemofilia A dengan kode ICD-10 D-66 merupakan hasil perhitungan dari biaya
mempunyai jumlah pasien yang memenuhi administrasi, biaya pelayanan medik, biaya
kriteria inklusi sejumlah 22 pasien. tindakan medik, biaya penunjang medik, serta
Berdasarkan jenis kelamin, pasien penderita biaya obat dan barang medik dari setiap
hemofilia adalah laki-laki (100%). episode perawatan untuk sekali rawat jalan
Pengelompokan penderita hemofilia pasien hemofilia selama satu tahun. Dalam
berdasarkan umur pasien, didapatkan pasien penelitian ini, diasumsikan bahwa pasien
penderita hemofilia A dengan usia < 15 tahun hemofilia melakukan kontrol rutin
berjumlah 9 orang (40,91%), sedangkan usia penyakitnya setiap bulan, sehingga jika
> 15 tahun berjumlah 13 pasien (59,09). terdapat data pasien hemofilia yang tidak rutin
Karakteristik pasien berdasarkan melakukan kontrol maka data yang diperoleh
tingkat keparahan penyakit, pasien yang akan dibagi dengan jumlah bulan pasien
menderita hemofilia A ringan dengan kadar F melakukan kontrol dan dikalikan dengan 12
VII antara 5 – 40 IU/dl berjumlah 2 orang bulan, kecuali untuk biaya penunjang medik
(9,09%), hemofilia A sedang dengan kadar F (laboratorium) tidak dikalikan dengan 12
VII antara 1 – 5 IU/dl berjumlah 12 orang bulan.
(54,55%), dan hemofilia A berat dengan kadar Berdasarkan tabel 2, estimasi biaya
F VII < 1 IU/dl berjumlah 8 orang (36,36%). administrasi yang merupakan biaya untuk
Jumlah penderita hemofilia dengan inhibitor keperluan administrasi pasien termasuk
sebanyak 2 pasien (5,71%), yaitu dari didalamnya biaya pendaftaran pasien.
kelompok pasien dengan hemofilia A ringan Estimasi biaya jasa pelayanan medik yang
dan hemofilia A berat. meliputi biaya konsultasi dan biaya pelayanan
dokter. Estimasi biaya tindakan medik
Tabel 1. Karakteristik Pasien Penderita merupakan sejumlah biaya yang timbul dari
Hemofilia di RSUP Dr. Sardjito tindakan tenaga medis dalam perawatan
Yogyakarta Periode September 2014 – pasien, meliputi biaya tindakan operatif dan
Agustus 2015 non operatif. Biaya tindakan medik yang
timbul pada pasien hemofilia adalah
Karakteristik Jumlah Total kemoterapi, perawatan luka kompleks,
Persentase
Pasien Pasien Pasien
transfusi, bedah orthopedi, fisioterapi
Jenis Kelamin
Laki-laki 22 100 (rehabilitasi medik), injeksi, dan premedikasi.
Perempuan 0 0 22 Estimasi biaya penunjang medik merupakan
Umur Pasien sejumlah biaya untuk keperluan penegakan
< 15 tahun 9 40,91 22 diagnosa terhadap penyakit hemofilia yang

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 37


meliputi pelayanan patologi klinik Obat dan barang 1 183.708.438 102.154.722 97,27
medik 2
(pemeriksaan darah lengkap otomatis, 188.871.237 100
pemeriksaan faktor VIII dan faktor IX, Ppt, Hemofilia A Berat
Aptt), dan pelayanan radiodiagnostik. Administrasi 7 380.076 92.566 0,14
Pelayanan medik 7 1.903.275 492.285 0,70
Estimasi biaya obat dan barang medik Tindakan medik 4 6.329.977 6.674.091 2,34
merupakan biaya yang terkait dengan Penunjang medik 5 1.107.700 962.461 0,41
penggunaan obat, alat kesehatan dan barang Obat dan barang 7 261.151.862 138.161.435 96,41
medik
medik. 270.872.890 100
Hemofilia A Berat dengan inhibitor
Tabel 2. Estimasi Biaya Medik Langsung Administrasi 1 544.000 0 0,16
Penyakit Hemofilia Tipe A Rawat Jalan Selama Pelayanan medik 1 2.600.000 0 0,75
Satu Tahun di RSUP Dr. Sardjito Periode Tindakan medik 1 13.822.000 0 3,97
September 2014 – Agustus 2015 Penunjang medik 1 175.000 0 0,05
Komponen n Rata-rata SD Persentase (%) Obat dan barang 1 331.038.400 0 95,07
Biaya medik
(Rp) 348.179.400 100

Hemofilia A Ringan Pada penyakit hemofilia, biaya obat dan


Administrasi 1 316.800 0 0,22 barang medik merupakan biaya yang
persentasenya paling tinggi dibandingkan
Pelayanan 1 1.728.000 0 1,20
medik
dengan biaya yang lain, dimana biaya obat
dan barang medik pada pasien penderita
Tindakan medik 1 312.000 0 0,22 hemofilia berada pada 95,07% sampai dengan
Penunjang 1 175.000 0 0,12 98,97%. Hasil penelitian Kodra dkk (2014)
medik menunjukkan bahwa obat yang merupakan
Obat dan barang 1 141.319.320 0 98,24
direct health care costs mengambil persentase
medik terbesar yaitu 98,14% pada pasien hemofilia.
Pada pasien hemofilia A berat dan hemofilia
143.851.120 100 B berat, biaya untuk faktor pembekuan darah
lebih dari 90% dari total biaya pengobatan
Hemofilia A Ringan dengan Inhibitor
(Rocha dkk., 2015).
Administrasi 1 528.000 0 0,12
Tabel 3. Rata-rata Biaya Medik Langsung
Pelayanan 1 2.720.000 0 0,61
medik
Penyakit Hemofilia A Dalam Satu Bulan
Periode September 2014 – Agustus 2015
Tindakan medik 1 430.667 0 0,10

Penunjang 1 900.000 0 0,20


medik
Tipe N Rata-rata (Rp) SD
Hemofilia
Obat dan barang 1 438.655.000 0 98,97
medik Ringan 1 12.008.010,00 0

Ringan
443.233.667 100
dengan 1 37.000.916,67 0
inhibitor
Hemofilia A Sedang
Administrasi 1 264.801 64.268 0,14 Sedang 12 15.825.795,35 8.361.372,22
2
Pelayanan medik 1 1.381.579 377.253 0,73 Berat 7 22.389.994,05 11.320.039,75
2
Tindakan medik 6 2.160.086 2.748.364 1,14
Penunjang medik 3 1.356.333 1.632.022 0,72

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 38


Berat untuk pasien tanpa inhibitor adalah 1,626 ±
dengan 1 29.014.950,00 0 1,684 euros/kg/tahun (Nerich dkk., 2008).
Inhibitor
KESIMPULAN DAN SARAN
Tabel 4. Perbedaan Estimasi Biaya Selama
Kesimpulan
Satu Tahun Penyakit Hemofilia A Tanpa
Hemofilia merupakan penyakit yang
Inhibitor dan Hemofilia A Dengan
mempunyai beban biaya tinggi. Rata-rata
Inhibitor Pasien Rawat Jalan
biaya hemofilia A tanpa inhibitor rawat jalan
dalam satu tahun adalah Rp. 213.033.935,85
Tipe N Rata-rata SD
± 116.829.978,92, hemofilia A ringan dengan
Hemofilia (Rp)
inhibitor 57,6 BU Rp. 443.233.667,00,
Hemofilia A hemofilia A berat dengan inhibitor 23,36 BU
tanpa 20 213.033.935,85 116.829.978,92 Rp.348.179.400,00. Biaya penyakit hemofilia
inhibitor dengan inhibitor lebih tinggi daripada
Hemofilia A hemofilia tanpa inhibitor. Rata-rata biaya pada
dengan 2 395.706.533,50 67.213.516,77 pasien hemofilia A dengan inhibitor adalah
inhibitor Rp. 395.706.533,50 ± 67.213.516,77 dan
hemofilia A tanpa inhibitor adalah
Rp. 213.033.935,85 ± 116.829.978,92.
Estimasi biaya pada pasien hemofilia
A tanpa inhibitor dengan pasien hemofilia A
Saran
dengan inhibitor (tabel 4) menunjukkan
Bagi rumah sakit perlu dilakukan
bahwa biaya penyakit pasien hemofilia A
evaluasi mengenai pelayanan terhadap pasien
dengan inhibitor lebih tinggi dibandingkan
hemofilia terutama pada pemberian obat-
dengan biaya penyakit pasien hemofilia A
obatan hemofilia (konsentrat faktor).
tanpa inhibitor. Biaya yang lebih tinggi pada
Pengambilan konsentrat faktor yang berulang
pasien hemofilia A dengan inhibitor
perlu dipertanyakan kepada pasien penderita
disebabkan karena kadar konsentrat faktor
hemofilia. Hal ini disebabkan karena pasien
yang diperlukan lebih tinggi dibandingkan
benar-benar membutuhkan konsentrat faktor,
dengan pasien hemofilia A tanpa inhibitor.
karena aktivitas fisik pasien penderita
Hasil penelitian Rocha dkk (2015),
hemofilia, karena penyimpanan obat yang
terdapat perbedaan yang signifikan (p-value
tidak tepat sehingga konsentrat faktor rusak,
= 0,03) pada total biaya antara pasien
atau disebabkan oleh faktor yang lain. Selain
hemofilia dengan inhibitor dan pasien
itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
hemofilia tanpa inhibitor. Biaya pada pasien
mengenai biaya penyakit hemofilia di rumah
dengan inhibitor lebih tinggi (€134,032)
sakit lain, untuk dapat dilakukan
dibandingkan dengan pasien tanpa inhibitor
perbandingan dengan di RSUP dr. Sardjito
(€40,138). Hasil penelitian yang lain
Yogyakarta.
menunjukkan bahwa konsumsi obat-obat anti
hemofilia pada pasien dengan inhibitor secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
pasien tanpa inhibitor (p-value = 0,02),
dimana konsumsi obat-obatan untuk pasien
dengan inhibitor adalah 3,110 ± 1,997
euros/kg/tahun dan konsumsi obat-obatan

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 39


DAFTAR PUSTAKA

Andayani, T.M., 2013. Farmakoekonomi


Prinsip Dan Metodologi. Bursa Ilmu,
Yogyakarta.
Guh, S., Grosse, S.D., McALISTER, S.,
Kessler, C.M., dan Soucie, J.M., 2012.
Healthcare expenditures for males with
haemophilia and employer-sponsored
insurance in the United States, 2008.
Haemophilia, 18: 268–275.

Kodra, Y., Cavazza, M., Schieppati, A.,


Santis, M.D., Armeni, P., Arcieri, R.,
dkk., 2014. The Social Burden and
Quality of Life of Patients with
Haemophilia in Italy. Blood Transfus, 12:
.
Nerich, V., Tissot, E., Faradji, A., Demesmey,
K., Bertrand, M.A., dan Lorenzini, J.L.,
2008. Cots-of-illness study of severe
haemophilia A and B in five French
haemophilia treatment centres. Pharm
World Sci, 30: 287–292.
O’Mahony, B., Noone, D., dan Tolley, K.,
2010. An Introduction To Key Concepts
In Health Economics For Hemophilia
Organizations. World Federation Of
Hemophilia, , Hemophilia Organization
Development 11: .
Pusat Data dan Informasi - Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia', , 2015.
URL:
http://www.pusdatin.kemkes.go.id/article
/view/15042000001/hari-hemofilia-
sedunia.html (diakses tanggal 14/9/2015).
Rocha, P., Carvalho, M., Lopes, M., dan
Araújo, F., 2015. Costs and utilization of
treatment in patients with hemophilia.
BMC Health Services Research, 15:
Srivastava, A., Brewer, A.K., Mauser-
Bunschoten, E.P., Key, N.S., Kitchen, S.,
Llinas, A., dkk., 2013. Guidelines for the
management of hemophilia.
Haemophilia, 19: e1–e47.
Zhou, Z.-Y., Koerper, M.A., Johnson, K.A.,
Riske, B., Baker, J.R., Ullman, M., dkk.,
2015. Burden of illness: direct and
indirect costs among persons with
hemophilia A in the United States.
Journal of Medical Economics, 18: 457–
465.

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 40


ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI
RIMPANG JAHE(Zingiber officinalle Rhizoma)

APTIKA OKTAVIANA T. D
aptikadewi@gmail.com
Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta

INTISARI

Jahe atau zingiber officinale merupakan salah satu tanaman berupa tumbuhan
rumpun berbatang semu. Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat populer dikalangan
masyarakat baik sebagai bahan rempah dapur ataupun bahan obat. Memanfaatan jahe oleh
manusia yaitu pada bagian rimpangnya. Rimpang jahe mengandung minyak asitri dimana
didalamnya terkandung beberapa senyawa seperti Zingeron, seskuiterpen, oleoresin,
zingiberen, limonen, kamfena, sineol, zingiberal, sitral, felandren, dan borneol. Selain itu,
terdapat juga damar, pati, vitamin A, B, C, senyawa flavonoid dan polifenol, serta asam
organik seperti asam malat dan asam oksalat.
Pada umumnya minyak atsiri mempunyai titik didih lebih rendah dari air, sehingga
dapat dipisahkan dengan destilasi air. Pada prinsipnya minyak atsiri akan menguap duluan
dan akan mengembun karena adanya pendinginan. Suhu selama proses destilasi diusahakan
dibawah 100 C , agar air tidak ikut menguap. Minyak atsiri sebagai cairan opaque, bau khas,
aromatic, rasa tergantung dari beberapa komponen minyak atsiri, umumnya tidak
berasa.

Kata kunci : Isolasi, Identifikasi, Minyak Atsiri, Jahe

PENDAHULUAN

Jahe atau zingiber officinale merupakan aeruginosa), kencur (Kaempferia galanga),


salah satu tanaman berupa tumbuhan rumpun temu lawak (Cucuma xanthorrizha), lengkuas
berbatang semu. Jahe adalah tanaman rimpang (Languas galangal), dan sebagainya.
yang sangat populer dikalangan masyarakat
baik sebagai bahan rempah dapur ataupun Klasifikasi Dan Ciri Umum Tanaman Jahe:
bahan obat. Klasifikasi Ilmiah
Jahe dipekirakan berasal dari asia Divisi : Spermatophyta.
pasifik yang penyebarannya mulai dari India Sub-divisi : Angiospermae.
hingga wilayah cina. Dari India, jahe mulai Kelas : Monocotyledoneae.
dijadikan sebagai bahan rempah untuk Ordo : Zingiberales.
diperjualbelikan yang jangkauan Famili : Zingiberaceae.
pemasarannya hingga wilayh asia tenggara, Genus : Zingiber.
jepang, tiongkok, hingga wilayah timur Species : Zingiber officinale
tengah.
Jahe masuk kedalam suku temu-temuan Nama Daerah :
(Zingiberaceae), nama imiah jahe berasal dari beeuing (Gayo), jahe (Sunda), bahing (Batak
bahasa yunani zingiberi yang diberikan oleh Karo), halia (Aceh), jahi (Lampung), sipodeh
seseorang bernama William Roxburgh. Minangkabau), jhai (Madura), lain jae (Jawa
Tanaman Ini masih satu famili dengan temu- dan Bali), melito (Gorontalo), dsb
temuan lainnya semisal temu hitam (curcuma
Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 41
Ciri Umum Tanaman Jahe : berwarna ungu, gelap, berbintik-bintik
Tanaman yang bisa bertahan hidup di daerah berwarna putih kekuningan, panjang
tropis dan dikenal memiliki rasa pedas dan 12 – 15 mm ; kepala sari berwarna
hangat pada rimpangnya ini, memiliki ungu, dengan panjang 9 mm, tangkai
beberapa ciri umum yang mudah dikenali, putik berjumlah 2.
yaitu :  Buah berbentuk bulat hingga bulat
panjang, berwarna coklat sedang biji
 Tanaman sejenis herba, tumbuh tegak berbentuk bulat dengan warna hitam.
dengan ketinggian pohon antara 30-60 Tanaman jahe yang nama ilmiahnya Zingiber
cm. officinale Rosc, telah lama dikenal dan
 Akar berbentuk serabut dengan warna tumbuh baik di Negara kita. Jahe merupakan
putih kotor. Rimpang tebal dan agak salah satu rempah-rempah penting yang
melebar, tumbuh bercabang-cabang. rimpangnya sangat luas dipakai. Sifat khas
Warna rimpang kuning pucat. Bagian jahe disebabkan karena adanya minyak atsiri
dalam berserat agak kasar, warna dan oleo resin jahe. Kandungan minyak atsiri
kuning muda dengan bagian ujung dalam jahe kering sekitar 1-3 %. Komponen
berwarna merah muda. Rimpang utama minyak atsiri jahe terdiri atas gingerol
memiliki aroma khas dan rasa pedas. dan zingiberen, shagaol, minyak atsiri dan
Rimpang dapat dibedakan menjadi resin. Pemberi rasa pedas dalam jahe yang
tiga bagian sesuai dengan ukuran dan utama adalah zingerol/pada umumnya jahe
warna yang dimiliki yaitu : Jahe besar dipakai sebagai pencampur beberapa jenis
(jahe gajah/jahe badak), jahe kecil obat yaitu sebagai obat batuk, mengobati luka
(jahe emprit), dan jahe merah (jahe luar dan dalam, melawan gatal(umbinya
sunti). ditumbuk halus), untuk mengobati gigitan
 Batang pohon semu, beralur dan ular,dan candy/permen.
memiliki warna hijau. Memanfaatan jahe oleh manusia yaitu
 Daun tunggal dan berwarna hijau tua, pada bagian rimpangnya. Rimpang jahe
tangkai daun berbulu halus, helai mengandung minyak asitri dimana
daun berbentuk lanset, bagian tepi didalamnya terkandung beberapa senyawa
rata dan bagian ujung runcing serta seperti Zingeron, seskuiterpen, oleoresin,
pangkal daun tumpul. Panjang daun zingiberen, limonen, kamfena, sineol,
antara 20-40 cm dan lebar antara 2-4 zingiberal, sitral, felandren, dan borneol.
cm. Selain itu, terdapat juga damar, pati, vitamin
 Bunga berupa malai tumbuh dari A, B, C, senyawa flavonoid dan polifenol,
dalam tanah berbentuk tongkat atau serta asam organik seperti asam malat dan
bundar telur, panjang malai berkisar asam oksalat.
antara3,5-5 cm dengan lebar 1,5-1,75 Pada umumnya minyak atsiri
cm. Gagang bunga hampir tidak mempunyai titik didih lebih rendah dari
berbulu dengan panjang sekitar 25 air,sehingga dapat dipisahkan dengan destilasi
cm, sisik pada bunga berjumlah 5-7 air.Pada prinsipnya minyak atsiri akan
buah, berbentuk lanset. Letaknya menguap duluan dan akan mengembun karena
berdekatan, panjang sisik 3-5 cm. adanya pendinginan.Suhu selama proses
mahkota bunga berbentuk tabung 2 – destilasi diusahakan dibawah 100 C,agar air
2,5 cm dengan helai agak sempit, tidak ikut menguap. Minyak atsiri sebagai
memiliki bentuk tajam, warna kuning cairan opaque, bau khas aromatic, rasa
kehijauan, panjang sekitar 1,5 – 2,5
mm dengan lebar 3 – 3,5 mm, bibir
Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 42
tergantung dari beberapa komponen minyak UJI KLT:
atsiri. Umumnya tidak berasa.

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan:
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain: Alat-alat gelas, Corong pisah,
Erlenmeyer, Kapiler, Lampu UV 254nm,
Pipet tetes, Seperangkat alat destilasi minyak
atsiri, Seperangkat alat KLT.
Bahan yang digunakan antara lain: Aquadest,
Asam asetat, Butanol, Etil asetat, Daun
sereh, Geraniol PK, Heksana, Rimpang
jahe, Silika Gel GF 254, Sitral PK.

CARA KERJA

Gambar rangkaian alat:

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 43


HASIL DAN PEMBAHASAN labu alas bulat naik dan akhirnya Erlenmeyer
ORGANOLEPTIS yang harusnya menampung minyak atsiri
a.Makroskopis telah tercampur dengan air yang lumayan
Bentuk:larutan banyak,akhirnya erlenemeyer diganti yang
Warna :tak berwarna baru dan proses mengulang dari awal karena
Rasa:pedas sudah terdapat air yang mengkontaminasi
Bau:khas jahe Erlenmeyer yang berisi minyak atsiri.
RENDEMEN Akhirnya minyak atsiri yang
Minyak atsiri yang didapatkan hanya 0.1 ml, padahal seharusnya
diperoleh:∑(ekstrak/kristal) x100% minyak astiri yang terkandung dalam
∑simplisia simplisia sekitar 1-3%, dan dalam percobaan
:0.1mx100% kali ini hanya didapatkan kandungan minyak
200 atsiri sebanyak 0.05%,hal ini disebabkan
:0.05% karena banyak permasalahan dan human error
yang menyebabkan kadar minyak atsiri terlalu
IDENTIFIKASI KLT sedikit.
Fase diam :silica gel GF 254 Kromatografi lapis tipis merupakan
Fase gerak :heksana: etil salah satu analisi kulaitatif dari suatu sampel
Asetat (7:3) yang ingin dideteksi dengan memisahkan
Jarak totol 1:2,1 cm komponen komponen sampel berdasarkan
Jarak totol 2:0.9cm perbedaan kepolaran.
Rf :2.1/5.4 =0.38 Prinsip kerjanya adalah berdasarkan
Rf2 :0.9/5.4 =0.16 adsorbs dan partisi,dimana sampel akan akan
berpisah berdasarkan perbedaan kepolaran
PEMBAHASAN antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
Destilasi adalah suatu proses Prinsip pemisahan noda adalah
pemurnian yang didahului dengan penguapan berdasarkan kepolarannya sehingga
senyawa cair dengan cara memanaskannya menghasilkan kecepatn yang berbeda beda
kemudian mengembunkan uap yang saat terpartisi dan terjadilah pemisahan.Untuk
terbentuk. Prinsip dasar dari destilasi adalah memisahkan nodanya dengan sebaik baiknya
perbedaan titik didih dari zat zat cair dalam maka digunakan kombinasi eluen non polar
campuran cair tersebut sehingga (senyawa) dengan yang polar.
yang memiliki titik didih terendah akan Pada percobaan kali ini dilakukan
menguap lebih dahulu, kemudian apabila isolasi minyak atsiri pada rimpang
didinginkan akan mengembun dan menetes jahe,dimana jahe harus dirajang dengan
sebagai zat murni(destilat). ketebalan lebih kurang 2-3mm,karena jika
Pemisahan minyak atsiri yang terlalu tebal akan susah mimyak atsiri yang
terdapat dalam jahe dengan cara destilasi, keluar dari rajangan jahe ketika
dimana dilakukan pendestilasian dengan didestilasi.dilakukan destilasi air dimana
destilator selama 3-4 jam sampai didapatkan nantinya uap minyak atsiri akan mengembun
minyak atsiri jahe. Pada percobaan kali ini dan didapatkan filtrate yaitu minyak atsiri,
pada saat destilasi sangat lama karena terdapat Seharusnya didapatkan kadar minyak
beberapa masalah yaitu kondensor yang atsiri sebesar 1-3% dalam jahe kering namun
digunakan salah dan harus diganti, setelah pada kenyataanya kadar minyak atsiri yang
diganti kemudian terdapat masalah dimana didapatkan hanya 0,1 ml.
aliran api terlalu besar dan akhirnya air dalam

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 44


Pada pemeriksaan kedua dengan cara Anonim,2013, Farmakope Herbal Indonesia,
KLT(Kromatografi Lapis Tipis)dengan Edisi I, Suplemen III, Kementrian
prinsip teknik pemisahan berdasarkan dengan Kesehatan RI, Jakarta.
adanya perbedaan kecepatan
rambat.kromatografi dalam percobaan kali Vogel.1990. Buku Teks Analisis Anorganik
dibuat dengan sampel minyak atsiri sebagai Kualitatif Makro dan Semimikro.
hasil destilat.penyiapan larutan pengembang Jakarta: PT Kalman media.
dengan menggunakan campuran antara
heksana:etil asetat dengan perbandingan
volume 7:3.
Fase geraknya adalah campuran
heksana dan etil asetat sedangkan fase diam
adalah plat silica. pada saat penotolan
diusahakan agar titik penotolan sekecil
mungkin guna mencegah pelebaran dan juga
hasilnya akan lebih efisien. pada saat lempeng
silica sudah dimasukkan chamber diamati
sampai permukaaan pengembang naik hingga
batas ujung lempeng.
Karena pelarut tersebut polar
sedangkan minyak astiri non polar sehingga
membutuhkan waktu yang agak lama sampai
semuanya terelusi,setelah larutan pengembang
naik baru kemudian dihitung nilai
Rfnya.kromatografi lapis tipis adalah teknik
pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan
rambat.dalam minyak atsiri yang terkandung
dalam jahe mengandung banyak zat.

KESIMPULAN

Kandungan minyak atsiri rimpang jahe


(Zingiber officinalle Rhizoma) 0.05%.
Hasil Rf yang dihasilkan yaitu:
Rf1:0.38
Rf2:0.16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1975. Materia Medika Indonesia,


Jilid 1, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta

Anonim,1977, Materia Medika Indonesia,


Jilid II, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 45


FORMAT PENULISAN ARTIKEL
JURNAL FARMASINDO

Jurnal FARMASINDO adalah jurnal yang mengkaji dan mempublikasikan


berbagai bidang ilmu, terbit secara berkala satu kali setahun (Desember). Jurnal
FARMASINDO berisi artikel hasil penelitian, hasil kajian pustaka dan pengabdian
masyarakat yang belum pernah diterbitkan oleh jurnal atau majalah ilmiah lain.
1. Artikel hasil penelitian: Berisi artikel mengenai hasil penelitian orisinal
dalam berbagai bidang ilmu, selanjutnya disebut artikel penelitian.
2. Artikel hasil penelaahan: merupakan hasil penelaahan, atau hasil kajian
pustaka mengenai berbagai bidang ilmu, selanjutnya disebut artikel ilmiah.
3. Artikel hasil pengabdian masyarakat, merupakan hasil pengabdian
masyarakat dalam berbagai bidang kegiatan.
Format Penulisan
1. Artikel Penelitian: Judul, Abstrak dan kata kunci, Pendahuluan: Berisi
latar belakang, masalah, tujuan, rencana pengembangan, harapan tentang
aplikasi hasil penelitian, dan landasan teoritis, Metode Penelitian: Berisi
metode yang digunakan, tempat dan waktu, populasi dan sampel, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data, Hasil dan Pembahasan: Hasil
dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, atau grafikal. Berikan
kalimat pengantar untuk menjelaskan tabel atau gambar tetapi tidak
mengulang apa yang telah ditampilkan dalam tabel/gambar. Pembahasan
berisi penjelasan hasil-hasil penelitian yang ditemukan dan argumentasi
yang mendukung, Kesimpulan: Berisi pernyataan singkat, padat, dan
relevan dengan hasil penelitian, Saran: Dapat dicantumkan apabila memang
diperlukan berkaitan dengan hasil penelitian dan dipandang berguna bagi
perbaikan atau pengembangan lebih lanjut, Ucapan Terima Kasih: Dapat
dicantumkan apabila memang diperlukan, khususnya pada para profesional
yang membantu pelaksanaan penelitian, penyusunan makalah, termasuk
pemberian dukungan, teknis, dana, dan dukungan umum dari suatu institusi,
Daftar Pustaka.

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 46


2. Artikel Ilmiah: Judul, Abstrak dan Kata Kunci, Pendahuluan: Berisi latar
belakang, masalah tujuan, rencana pengembangan dan harapan tentang
aplikasinya, Tinjauan Pustaka: berisi tentang teori atau kerangka konsep yang
dijadikan landasan berpikir, Pembahasan: berisi pemaparan dan argumentasi
tentang materi yang dibahas. Dapat dicantumkan tabel/gambar yang diperlukan.
Kalimat penjelas tabel/gambar tidak mengulang apa yang telah disajikan dalam
tabel/gambar. Apabila dianggap saling menjelaskan, tinjauan pustaka dan
pembahasan dapat digabung dengan judul pembahasan, Kesimpulan: Berisi
pernyataan singkat, padat dan relevan dengan hasil pembahasan artikel, Saran:
dapat dicantumkan apabila memang diperlukan berkaitan dengan hasil
pembahasan dan dipandang berguna bagi perbaikan atau pengembangan lebih
lanjut, Daftar Pustaka.
3. Artikel Pengabdian Masyarakat, Judul, Abstrak dan kata kunci,
Pendahuluan: Berisi latar belakang, masalah, tujuan, rencana pengembangan,
harapan tentang aplikasi hasil pengabdian, dan landasan teoritis, Metode
Pelaksanaan: Berisi metode yang digunakan, tempat dan waktu, populasi dan
sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data, Hasil dan
Pembahasan: Hasil dapat disajikan dalam bentuk tekstular, tabular, atau
grafikal. Berikan kalimat pengantar untuk menjelaskan tabel atau gambar tetapi
tidak mengulang apa yang telah ditampilkan dalam tabel/gambar. Pembahasan
berisi penjelasan hasil-hasil pengabdian yang ditemukan dan argumentasi yang
mendukung, Kesimpulan: Berisi pernyataan singkat, padat, dan relevan dengan
hasil penelitian, Saran: Dapat dicantumkan apabila memang diperlukan
berkaitan dengan hasil penelitian dan dipandang berguna bagi perbaikan atau
pengembangan lebih lanjut, Ucapan Terima Kasih: Dapat dicantumkan apabila
memang diperlukan, khususnya pada para profesional yang membantu
pelaksanaan pengabdian, penyusunan makalah, termasuk pemberian dukungan,
teknis, dana, dan dukungan umum dari suatu institusi.

Penulisan Artikel
Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, abstrak ditulis dalam bahasa
Inggris atau bahasa Indonesia. Panjang tulisan 7 – 10 halaman dalam format dua kolom.
Isi artikel termasuk tabel/gambar harus diketik satu spasi pada kertas A4, menggunakan

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 47


huruf Times New Romance (11pt). Margin pengetikan kiri 3,0 cm kanan 2,0 cm, atas
3,0 cm dan bawah 2,5 cm.
 Judul
Dibuat singkat, jelas dan informatif diawali dengan kata benda (bold 14 pt). Di bawah
judul dicantumkan nama penulis (bold dan italic 12pt), nama dan alamat lembaga
(italic 11pt). Nama penulis tidak disertai gelar akademik. Untuk artikel hasil
pemikiran dan editorial, dianjurkan agar jumlah penulis dibatasi sampai 2 orang.

 Abstrak dan Kata Kunci


Abstrak dibuat dalam bahasa Inggris/Indonesia dengan jumlah maksimal 200 kata
(italic 12 pt). Artikel hasil penelitian harus berisi permasalahan, tujuan, metode
penelitian, hasil utama, dan kesimpulan utama. Kata kunci termasuk bagian dari
abstrak, dan dicantumkan di bawah abstrak.Tetapkan 3 – 5 buah kata atau free.

 Penulisan Rujukan
Rujukan yang dijadikan landasan teoritis atau tinjauan pustaka ditulis dengan urutan
nama belakang pengarang, tahun terbit, halaman yang dikutip, Contoh:
Kleden (1999: 156) menegaskan bahwa Bhineka Tunggal Ika rupanya mempunyai
makna yang lebih dalam dari yang sering diduga: dia mengakui heteregonitas etnis,
budaya, agama, dan ras, tetapi menuntut persatuan dalam komitmen politik.
Bhineka Tunggal Ika rupanya mempunyai makna yang lebih dalam dari yang sering
diduga: dia mengakui heteregonitas etnis, budaya, agama, dan ras, tetapi menuntut
persatuan dalam komitmen politik (Kleden, 1999: 156).
 Catatan kaki
Rujukan tidak menggunakan catatan kaki. Catatan kaki dapat digunakan untuk
memberi definisi atau menjelaskan konsep dari istilah atau kata yang dianggap
penting. Dalam artikel catatan kaki ditulis dengan nomor. Catatan kaki juga dapat
digunakan untuk menjelaskan singkatan dalam tabel. Contoh:

1
Mindsift merupakan kesadaran intelektual yang menjadi awal bagi upaya
reformasi bidang pendidikan.

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 48


 Penulisan Ilustrasi
Ilustrasi bersifat alat bantu, dibuat untuk menjelaskan sesuatu. Ilustrasi dapat berupa
tabel dan gambar. Berikan kalimat pengantar untuk menampilkan tabel atau gambar
tetapi tidak mengulas apa yang telah ditampilkan dalam tabel atau gambar.
Tabel dan gambar diberi judul, judul tabel ditempatkan di atas tengah dan dicetak
tegak dan judul gambar ditempatkan di bawahnya, disusun menurut urutan penyajian
dan pembahasan dalam teks dan tidak ada tambahan tulisan lain.
 Tabel
Tabel dibuat dan disiapkan dalam halaman terpisah dari teks dan diberi nomor urut
mengikuti angaka arab. Disediakan tiga garis horizontal, yaitu dua pada bagian atas
(judul kolom) dan pada penutup tabel. Garis vertikal tidak ditampilkan. Data sejenis
dikelompokkan dalam satu tabel. Jika tidak mewakili satu halaman, data dibuat dalam
tabel yang berurutan dimulai dengan nomor urut baru.
Sistem penulisan satuan peubah ditabulasikan dalam tanda kurung. Untuk
menunjukan pengaruh utama atau interaksi, diberikan simbol * atau ** untuk P <
0.05 atau P > 0.01. Bila ada singkatan dalam tabel, jelaskan singkatan tersebut dalam
catatan kaki. Bila tabel hasil kutipan, dicantumkan sumbernya di bawah tabel.
 Gambar
Gambar meliputi grafik, foto, diagram, bagan, peta, denah, dan gambar lainnya.
Gambar diberi nomor sesuai urutan dalam teks, mengikuti angka arab dicetak pada
halaman terpisah. Gambar harus jelas posisi atas dan bawahnya. Gambar yang tidak
langsung kelihatan mana atas dan mana bawah ditunjukkan di margin gambar
tersebut dengan pensil. Simbol – simbol yang digunakan dalam gambar dijelaskan
dalam judul tetapi tidak dicantumkan di dalam gambar. Beri judul sumbu x dan y
serta satuannya. Grafik dicetak hitam putih. Kontras gambar seperti hasil foto
langsung atau mikrograf harus jelas dan huruf berkualitas laser.
 Daftar Pustaka
Daftar pustaka ditulis menurut abjad. Acuan yang tidak diketahui pengarangnya
ditulis dengan sebutan Anonimus. Penulisan nama pengarang dimulai dari nama
belakang.
 Buku: nama pengarang, tahun terbit, judul buku, jilid/edisi (bila ada), kota
terbit, nama penerbit.

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 49


Contoh:
Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Penerbit Penanda Media.
 Karangan dalam buku: nama pengarang, tahun terbit, judul karangan, nama
editor, judul buku, jilid/edisi (bila ada), kota terbit, nama perbit, halaman.

Contoh:
Husein, Martani. 1992. Tantangan Marketing Menghadapi Era Globalisasi, di dalam
ramelan (Ed). Manajemen Indonesia Memasuki Era Globalisasi. Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo, Hlm. 183 – 202.
 Jurnal/Majalah Ilmiah: nama pengarang, tahun terbit, judul karangan (tidak
diberi tanda petik), nama jurnal, volume, kota dan bulan terbit, halaman.

Contoh:
Suryanto. 2002. Etika dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, Di dalam
Majalah Ragam : Pengembangan Humaniora. 2: 42-50. Semarang, Maret 2002.
 Karangan yang dibawakan dalam pertemuan ilmiah, dan sejenisnya: nama
pengarang, tahun, judul karangan,nama pertemuan ilmiah, atau judul laporan
ilmiah, tanggal, kota tempat pertemuan.

Contoh:
Kusumanegara, Moelyono. 2002. Perana Dosen Kewarganegaraan di Abad XXI,
Makalah disampaikan pada Penataran Dosen Kewarganegaraan se-Jabotabek, 19
Desember 2002. Jakarta: Aula Sudirman MAKODAM JAYA.
 Website: nama pengarang, tahun, judul karangan, nama website/e-mail,
halaman. Bila tidak ada nama pengarang cantumkan nama institusi atau kata
internet.
Contoh:
Pudjiastutik, Titik. 2002. Katalogisasi Naskah-naskah Nusantara Koleksi Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Ipui@Ipui.or.id., Desemer 2002.
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. 2002. Katalogisasi Naskah-naskah
Nusantara Koleksi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, www.Ipui.or.id.,
Desember 2002.

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 50


 Pengiriman Artikel
Kirimkan sebuah artikel asli berupa soft copy. Tulis nama file dan gunakan
program Microsoft Word 1997/2003/2007. Artikel yang dikirim untuk Jurnal
Farmasindo harus disertai data tentang penulis dan surat pengantar yang
ditandatangani penulis, dan dikirimkan kepada:

Ketua Dewan Editor Jurnal Farmasindo


Sekretariat UPPM Politeknik Indonusa Surakarta.
Kampus Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi No 31 Mangkuyudan Surakarta
Telp : 0271-743479
Fax : 0271-743479
Email ke: polinus@poltekindonusa.ac.id

Jurnal Farmasindo ISSN : 2548-6667 Volume 2, Desember 2016 51

Anda mungkin juga menyukai