Jurnal Farmasindo Volume 2 Final Web PDF
Jurnal Farmasindo Volume 2 Final Web PDF
i
ISSN : 2548-6667 PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…......................................................................................................i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI SABUN HERBAL
(Praptanti Sinung AN, M.Sc)............................................................................................1
Abstrak
Sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat hidrofobik karena
bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar). Penggunaan bahan sintetik sabun dapat
berbahaya bagi kulit manusia karena dapat menyebabkan iritasi pada konsumen yang memiliki kulit
sensitif, sehingga diperlukan sebuah inovasi baru produk sabun herbal yang menggunakan bahan
aktif alami sebagai komponen penyusunnya. Kulit pisang diketahui memiliki aktivitas antioksidan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan daging buahnya.
Pada penelitian ini dilakukan pembuatan sabun herbal menggunakan kulit pisang dan ekstrak
kulit pisang dengan variasi konsentrasi NaOH 7,2%, 10,4%, dan 13,4%. Syarat mutu sabun mandi
didasarkan pada Standar Nasional Indonesia (SNI), mencakup sifat kimiawi dari sabun mandi, yaitu
pH, kadar air, asam lemak bebas, alkali bebas, dan minyak mineral (negatif). Semakin meningkat
jumlah NaOH maka kekerasan produk sabun akan semakin meningkat. Pada pengamatan sifat fisik
dan pengujian kualitas sabun yang telah dilakukan, didapatkan data jika produk sabun yang
memenuhi standar adalah sabun kulit pisang dan sabun ekstrak kulit pisang dengan variasi NaOH
13,42%.
PENDAHULUAN
Sabun sudah menjadi kebutuhan primer tigliserida berupa minyak atau lemak, misalnya
untuk semua manusia. Sabun merupakan salah digunakan minyak kelapa sawit, minyak biji katun
satu sarana untuk membersihkan diri dari dan minyak kacang (Oluwatoyin, 2011). Pabrik
kotoran, bakteri, dan kuman. Dewasa ini, sabun yang merupakan produsen terbesar sabun lebih
tidak hanya sekedar berfungsi agar tubuh menjadi mengutamakan menggunakan bahan sintetik (non
bersih, tetapi ada beberapa sabun yang sekaligus herbal) sebagai salah satu komponen
berfungsi untuk menjaga elastisitas kulit, penyusunnya, padahal bahan sintetik mempunyai
melembabkan kulit, dan memutihkan kulit. dampak negatif bagi kulit konsumen yang
Secara kimia, sabun merupakan garam mempunyai kulit sensitif. Penggunaan bahan
alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat sintetik yang berlebihan dapat menyebabkan
hidrofobik karena bersifat nonpolar dan COONa iritasi atau peradangan pada kulit.
bersifat hidrofilik (polar). Proses yang terjadi Pemanfaatan buah kulit pisang menyisakan
dalam pembuatan sabun disebut sebagai bahan buangan (limbah) kulit pisang. Kulit pisang
saponifikasi (Girgis, 2003). Alkali yang umumnya hanya digunakan sebagai pakan ternak
digunakan yaitu NaOH, bahan lain yang atau limbah organik yang merupakan sumber
digunakan pada pembuatan sabun mandi yaitu pencemaran lingkungan. Diketahui jika senyawa
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil sifat fisik sabun kulit pisang (KP)
Sabun adalah garam alkali asam lemak dan sabun ekstrak kulit pisang (EP)
yang dihasilkan melalui reaksi asam basa. Proses
pembuatan sabun disebut saponifikasi. Formula Warna Kekerasan Homogenitas
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak KP 1 Cokelat Lembek Tidak
tua homogen
dan basa alkali seperti yang terlihat pada reaksi
KP 2 Cokelat Agak Tidak
berikut (Hicks, 1989). tua keras homogen
O KP 3 Cokelat Keras Homogen
CH2 O C R CH2 OH
muda
O O EP 1 Cokelat Agak Homogen
muda keras
CH O C R' + 3 NaOH CH OH + 3 RC ONa
EP 2 Cokelat Agak Homogen
O
muda keras
CH2 O C R'' CH2 OH EP 3 Putih Keras Homogen
asam lemak
alkali gliserol sabun
Abstrak
Kata kunci : steviosida, kalus daun stevia, 2,4-D, BAP, media New Phalaenopsis (NP).
PENDAHULUAN
Bumi Indonesia kaya akan berbagai macam tercapainya kemandirian di bidang obat
flora dan fauna yang diantaranya mengandung (Soegihardjo, dkk., 1987).
metabolit-metabolit sekunder, yang memiliki efek Senyawa-senyawa kimia yang terkandung
fisiologik, sehingga hewan atau tumbuhan yang di dalam tumbuhan merupakan sumber utama
mengandung metabolit-metabolit sekunder dapat untuk industri farmasi. Sebagian besar senyawa-
dimanfaatkan sebagai obat alam. Langkah- senyawa kimia tersebut berasal dari species-
langkah yang tepat, bahan-bahan asal nabati species tumbuhan tropis, tetapi karena kualitas
maupun hewani yang mengandung metabolit ketersediaan dan biaya yang mahal, menyebabkan
sekunder tersebut perlu dikembangkan agar dapat sintesis kimiawi tidak ekonomis maka
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk upaya- dikembangkan teknik kultur jaringan tanaman
upaya kesehatan masyarakat serta untuk menuju untuk biosintesis metabolit sekunder (Anonim,
1989).
dengan hati-hati. Proses ini dilakukan sampai tiga Sterilisasi Media NP Sterilisasi Alat Sterilisasi LAF
Subkultur Kalus
Prosentase keberhasilan
Analisis kualitatif dan kuantitatif
Evaluasi Pembentukan Kalus
Analisis kualitatif. Sebelum dilakukan uji Saat eksplan
membentuk kalus
organoleptisnya.
Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif
- Organoleptis - Penentuan kadar senyawa
Steviosida tergolong glikosida diterpen - KLT : Rf, warna bercak secara spektrodensitometer
Subkultur kalus ketiga Hasil isolasi steviosida dari kalus daun stevia
Gambar 5. Kalus daun stevia Penyarian steviosida.
Sebanyak 113,812 gram kalus basah daun stevia
Hasil Isolasi Steviosida
diekstraksi dengan etanol 96 % p.a. sebanyak satu
Hasil isolasi steviosida dari daun stevia
setengah sirkulasi dengan menggunakan metode
Penyarian steviosida.
penyarian dengan alat soxhlet sampai didapatkan
Sebanyak 30,328 gram serbuk kering daun stevia
filtrat yang tidak berwarna, setelah itu filtrat
diekstraksi dengan etanol 96 % p.a. sebanyak satu
disaring dan ekstrak etanol dipekatkan sehingga
setengah sirkulasi dengan menggunakan metode
diperoleh ekstrak yang kental sebanyak 2,757
penyarian dengan alat soxhlet sampai didapatkan
gram. Rendemen yang didapat adalah 2,422 % b/b
filtrat yang tidak berwarna, setelah itu filtrat
disaring dan ekstrak etanol dipekatkan sehingga
Fraksinasi. Ekstrak kental yang terbentuk
diperoleh ekstrak yang kental berwarna hijau
kemudian ditambahkan dengan 20 ml aquadest
kehitaman sebanyak 13,645 gram. Rendemen
dan difraksinasi dengan kloroform sebanyak 20
yang didapat adalah 44,99 % b/b.
ml dikocok dalam corong pisah lalu didiamkan
HENDRA BUDIMAN
hendrabu92@gmail.com
Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta
Abstrak
Ada dua macam merica yang menjadi komoditi perdagangan yaitu merica hitam dan merica
putih.merica hitam diperoleh dengan memetik buah yang masih hijau, mengupasnya, difermentasi untuk
menambah rasa lada, kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, dan rasanya lebih pedas.
Sedangkan merica putih diperoleh dengan memetik biji masak merah,diremas perlahan-lahan dan
direndam dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum dikeringkan di sinar matahari (Septiatin,
2008).
Aroma dan rasa pedas merica hitam paling tajam di antara semua jenis merica. Rempah ynag
bernilai tinggi ini dapat meningkatkan sekresi atau pengeluaran asam hidroklorik yang berguna
membantu untuk meningkatkan fungsi pencernaan dengan begitu kita dapat terbebas dari resiko sakit
perut, kembung, iritasi, diare, dan sembelit. Selain itu, merica hitam juga bersifat sebagai peluruh
kencing dan meningkatkan produksi keringat. Rempah ini pun memiliki efek antibakteri dan antioksidan.
Merica juga merangsang terpecahnya sel-sel lemak sehingga bisa menjaga tubuh tetap langsing.
Merica mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid piperina,
kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan oleh resin yang
disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung dan air ludah. Selain itu merica
bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran darah.
Piperin berupa Kristal berbentuk jarum berwarna kuning, tidak berbau, tidak berasa lama-lama
pedas, larut dalam etanol, benzene, kloroform dengan titik lebur 125-126oC (Septiatin,2008).
Piperin termasuk golongan alkaloid yang merupakan senyawa amida basa lemah yang dapat
membentuk garam dengan asam mineral kuat. Piperin bila dihidrolisis dengan KOH-etanolik yang
berlebihan dan dalam keadaan panas menyebabkan piperin terhidrolisis dan membentuk kalium
piperinat dan piperidin.
.
Kata kunci : Isolasi, Identifikasi, Alkaloid Piperin, Merica Putih.
PENDAHULUAN
albi fructus, buah yang masak piper nigrum
Piper nigri fructus adalah buah yang
difermentasi selama 2 - 3 hari dan kemudian
belum masak yang dikeringkan dari tanaman
dikupas, setelah dikeringkan akan diperoleh buah
Piper nigrum L. Dari suku Piperaceae
kering yang tidak berwarna ( Sumali W, 2008 ).
(Sudarsono dkk, 1996). Dalam perdagangna Piper
Adapun kandungan kimia piper nigri / piper albi
nigri dibedakan 2 macam, tergantung saat panen
selain mengandung piperin 5 – 9% adalah sebagai
dan cara memprosesnya, yaitu piper nigri fructus
berikut ( Sudarsono dkk, 1996 ):
dan piper albi fructus. Untuk memperoleh piper
ALAT:
Batang pengaduk, Beaker glass, Cawan porselen,
Corong, Erlenmeyer, Flakon, Gelas ukur, Kapiler,
Kompor, Lampu UV 254, Mikroskop & objek
glass, Pipet, Seperangkat alat KLT, Seperangkat
alat soxlet, Statif, Timbangan
BAHAN:
Batu didih, Benzen, Etanol , Etil asetat, H2SO4 p,
Kapas, Kertas saring, KOH etanolik 10%, Plat
silika gel GF 254, Serbuk buah merica putih
CARA KERJA
SITI MARUFAH
Sitimarufah.sm.@gmail.com
Program Studi Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta
Abstrak
Lajunya pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat yang semakin baik
menyebabkan masyarakat lebih selektif memilih jasa pelayanan medis yang akan dimanfaatkan guna
meningkatkan kualitas hidupnya. Oleh karena itu, UDPF dituntut untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang diberikan sehingga kepuasan pasien dapat terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh dimensi Tangible, Reliability, Resposiveness, Assurance, Emphaty
dan Price pada kepuasan pasien.
Penelitian ini merupakan penelitiaan survey dengan menggunakan kuesioner dengan
pengambilan sampel sebanyak 322 responden. Data yang diperoleh dengan menggunakan metode
servqual (Service Quality) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara tingkat kualitas
pelayanan yang didapatkan terhadap tingkat kualitas yang diharapkan pasien di UDPF Reguler Instalasi
Farmasi. Uji Regresi Linier untuk mengetahui apakah dimensi-dimensi kualitas berpengaruh secara
signifikan antara dimensi kualitas (Tangible, Reliability, Resposiveness, Assurance, Emphaty dan Price)
pada kepuasan pasien di UDPF Reguler Instalasi Farmasi.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dimensi kualitas pelayanan Tangible,
Reliability, Resposiveness, Assurance, Emphaty dan Price berpengaruh secara signifikan terhadap
kepuasan pasien sebesar 38,6% sedangkan 61,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diketahui
diluar penelitian. Dimensi Assurance memberikan pengaruh paling besar terhadap kepuasan pasien di
UDPF Reguler Instalasi Farmasi dengan koefisien korelasi sebesar 0,587.
Kualitas mempunyai hubungan yang erat Pertanyaan yang muncul adalah apakah
dengan kepuasan pasien. Kualitas memberikan sistem pelayanan kesehatan Indonesia sudah baik
suatu dorongan kepada pasien untuk menjalin dalam menangani masalah kesehatan Indonesia.
ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Salah satunya permasalahan yang terjadi adalah
Jangka panjang, ikatan seperti ini memungkinkan pelayanan kesehatan di RSUD. Untuk
perusahaan untuk memahami dengan seksama meningkatkan mutu pelayanan adalah dari aspek
harapan pasien serta kebutuhan mereka. Demikian teknis medis yang hanya berhubungan langsung
perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pasien antara pelayanan medis dan pasien saja atau mutu
dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman kesehatan dari sudut pandang sosial dan sistem
pasien yang menyenangkan (Atmawati dkk, 2007) pelayanan kesehatan secara keseluruhan,
1 0,493 Valid
Pelanggan dalam penelitian ini adalah
pasien atau keluarga yang mewakili pasien yang Dime 2 0,651 Valid
telah mendapatkan pelayanan kefarmasian dari
nsi
UDPF Reguler Instalasi Farmasi RSUD Dr. 3 0,636 0,2407 Valid
Moewardi. Data penelitian diperoleh dari Tangi
menyebar kuesioner tentang kepuasan pasien atau ble 4 0,342 Valid
keluarga mewakili pasien terhadap kualitas
pelayanan terhadap kepuasan pasien rawat jalan 5 0,544 Valid
UMI NAFISAH
nafis83_@yahoo.com
Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta
Abstrak
Hemofilia merupakan salah satu penyakit katastropik, suatu penyakit yang berbiaya
tinggi yang secara komplikasi dapat membahayakan jiwa serta membutuhkan rentang waktu
pengobatan yang panjang. Dalam studi cost of illness dilakukan pengukuran beban ekonomi
dari suatu penyakit pada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya penyakit
hemofilia berdasarkan perspektif rumah sakit dan mengetahui adanya pengaruh inhibitor
terhadap biaya penyakit. Penelitian ini merupakan penelitian analitik noneksperimental. Data
yang digunakan diambil secara retrospektif dari rekam medik pasien hemofilia selama periode
September 2014 – Agustus 2015 dan dari bagian keuangan RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Studi ini dilakukan berdasarkan perspektif rumah sakit dengan pendekatan prevalensi. Analisis
deskriptif, digunakan untuk memaparkan besar total biaya penyakit hemofilia, komponen-
komponen biaya yang menyusun dan memiliki kontribusi terbesar pada biaya penyakit hemofilia
Estimasi biaya rawat jalan selama satu tahun pada pasien hemofilia A tanpa inhibitor adalah
Rp 213.033.935,85 ± 116.829.978,92, hemofilia A ringan dengan inhibitor 57,6 BU Rp.
443.233.667,00 , hemofilia A berat dengan inhibitor 23,36 BU Rp. 348.179.400,00. Biaya
Penyakit Hemofilia A dengan inhibitor lebih tinggi dibandingkan tanpa inhibitor.
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit yang Ada kemungkinan pasien telah meninggal
membutuhkan biaya yang tinggi dan sebelum terdiagnosis (Pusat Data dan
membutuhkan rentang waktu pengobatan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik
yang panjang serta secara komplikasi dapat Indonesia, 2015).
membahayakan jiwa adalah hemofilia. Penderita hemofilia membutuhkan
Hemofilia merupakan penyakit kelainan pengobatan sepanjang hidup dengan
pendarahan yang diturunkan, yaitu ketika menggunakan faktor pembekuan darah untuk
pasien mengalami pendarahan maka akan sulit mengelola frekuensi kejadian pendarahan dan
untuk dihentikan. Frekuensi angka kejadian menurunkan resiko kerusakan sendi (serta
hemofilia adalah sekitar 1 berbanding 10.000 kerusakan organ potensial lainnya) yang
angka kelahiran, dimana angka kejadian membutuhkan pembedahan dan atau
hemofilia A lebih banyak daripada hemofilia mengakibatkan mobilitas yang terbatas.
B, yaitu sekitar 80-85% dari total populasi Pencegahan pendarahan dengan menggunakan
hemofilia (Srivastava dkk., 2013). Menurut faktor konsentrat menjadi pedoman standar
Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia dalam pengobatan hemofilia (O’Mahony dkk.,
Indonesia jumlah penderita hemofilia di 2010).
Indonesia telah mencapai dua puluh ribu Hemofilia merupakan penyakit yang
orang, dengan rasio angka kejadian hemofilia berbiaya tinggi, tidak hanya dari sisi biaya
1:10.000 pada tahun 2012 langsungnya saja (biaya pengobatan) tetapi
Ringan
443.233.667 100
dengan 1 37.000.916,67 0
inhibitor
Hemofilia A Sedang
Administrasi 1 264.801 64.268 0,14 Sedang 12 15.825.795,35 8.361.372,22
2
Pelayanan medik 1 1.381.579 377.253 0,73 Berat 7 22.389.994,05 11.320.039,75
2
Tindakan medik 6 2.160.086 2.748.364 1,14
Penunjang medik 3 1.356.333 1.632.022 0,72
APTIKA OKTAVIANA T. D
aptikadewi@gmail.com
Program Studi D3 Farmasi Politeknik Indonusa Surakarta
Jl. KH. Samanhudi 31, Mangkuyudan, Surakarta
INTISARI
Jahe atau zingiber officinale merupakan salah satu tanaman berupa tumbuhan
rumpun berbatang semu. Jahe adalah tanaman rimpang yang sangat populer dikalangan
masyarakat baik sebagai bahan rempah dapur ataupun bahan obat. Memanfaatan jahe oleh
manusia yaitu pada bagian rimpangnya. Rimpang jahe mengandung minyak asitri dimana
didalamnya terkandung beberapa senyawa seperti Zingeron, seskuiterpen, oleoresin,
zingiberen, limonen, kamfena, sineol, zingiberal, sitral, felandren, dan borneol. Selain itu,
terdapat juga damar, pati, vitamin A, B, C, senyawa flavonoid dan polifenol, serta asam
organik seperti asam malat dan asam oksalat.
Pada umumnya minyak atsiri mempunyai titik didih lebih rendah dari air, sehingga
dapat dipisahkan dengan destilasi air. Pada prinsipnya minyak atsiri akan menguap duluan
dan akan mengembun karena adanya pendinginan. Suhu selama proses destilasi diusahakan
dibawah 100 C , agar air tidak ikut menguap. Minyak atsiri sebagai cairan opaque, bau khas,
aromatic, rasa tergantung dari beberapa komponen minyak atsiri, umumnya tidak
berasa.
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan:
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain: Alat-alat gelas, Corong pisah,
Erlenmeyer, Kapiler, Lampu UV 254nm,
Pipet tetes, Seperangkat alat destilasi minyak
atsiri, Seperangkat alat KLT.
Bahan yang digunakan antara lain: Aquadest,
Asam asetat, Butanol, Etil asetat, Daun
sereh, Geraniol PK, Heksana, Rimpang
jahe, Silika Gel GF 254, Sitral PK.
CARA KERJA
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Penulisan Artikel
Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, abstrak ditulis dalam bahasa
Inggris atau bahasa Indonesia. Panjang tulisan 7 – 10 halaman dalam format dua kolom.
Isi artikel termasuk tabel/gambar harus diketik satu spasi pada kertas A4, menggunakan
Penulisan Rujukan
Rujukan yang dijadikan landasan teoritis atau tinjauan pustaka ditulis dengan urutan
nama belakang pengarang, tahun terbit, halaman yang dikutip, Contoh:
Kleden (1999: 156) menegaskan bahwa Bhineka Tunggal Ika rupanya mempunyai
makna yang lebih dalam dari yang sering diduga: dia mengakui heteregonitas etnis,
budaya, agama, dan ras, tetapi menuntut persatuan dalam komitmen politik.
Bhineka Tunggal Ika rupanya mempunyai makna yang lebih dalam dari yang sering
diduga: dia mengakui heteregonitas etnis, budaya, agama, dan ras, tetapi menuntut
persatuan dalam komitmen politik (Kleden, 1999: 156).
Catatan kaki
Rujukan tidak menggunakan catatan kaki. Catatan kaki dapat digunakan untuk
memberi definisi atau menjelaskan konsep dari istilah atau kata yang dianggap
penting. Dalam artikel catatan kaki ditulis dengan nomor. Catatan kaki juga dapat
digunakan untuk menjelaskan singkatan dalam tabel. Contoh:
1
Mindsift merupakan kesadaran intelektual yang menjadi awal bagi upaya
reformasi bidang pendidikan.
Contoh:
Husein, Martani. 1992. Tantangan Marketing Menghadapi Era Globalisasi, di dalam
ramelan (Ed). Manajemen Indonesia Memasuki Era Globalisasi. Jakarta: Pustaka
Binaman Pressindo, Hlm. 183 – 202.
Jurnal/Majalah Ilmiah: nama pengarang, tahun terbit, judul karangan (tidak
diberi tanda petik), nama jurnal, volume, kota dan bulan terbit, halaman.
Contoh:
Suryanto. 2002. Etika dalam Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, Di dalam
Majalah Ragam : Pengembangan Humaniora. 2: 42-50. Semarang, Maret 2002.
Karangan yang dibawakan dalam pertemuan ilmiah, dan sejenisnya: nama
pengarang, tahun, judul karangan,nama pertemuan ilmiah, atau judul laporan
ilmiah, tanggal, kota tempat pertemuan.
Contoh:
Kusumanegara, Moelyono. 2002. Perana Dosen Kewarganegaraan di Abad XXI,
Makalah disampaikan pada Penataran Dosen Kewarganegaraan se-Jabotabek, 19
Desember 2002. Jakarta: Aula Sudirman MAKODAM JAYA.
Website: nama pengarang, tahun, judul karangan, nama website/e-mail,
halaman. Bila tidak ada nama pengarang cantumkan nama institusi atau kata
internet.
Contoh:
Pudjiastutik, Titik. 2002. Katalogisasi Naskah-naskah Nusantara Koleksi Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya UI, Ipui@Ipui.or.id., Desemer 2002.
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. 2002. Katalogisasi Naskah-naskah
Nusantara Koleksi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI, www.Ipui.or.id.,
Desember 2002.