Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI

Disusun oleh:
Nama : feti Anggraini
Nim : P05150016017
Tingkat : II A

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN DIII ANALIS KESEHATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
sitohistoteknologi tentang sel normal dan sel abnormal.

Makalah sitohistoteknologi ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah sitohistoteknologi tentang sel normal dan
sel abnormal ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bengkulu, 23 Agustus 2017

penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I.PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................................1
1.2. Tujuan.................................................................................................................................2
1.3 Manfaat................................................................................................................................3

BAB II. PEMBAHASAN.........................................................................................................2


2.1. Pengertian sel......................................................................................................................4
2.2. Struktur sel..........................................................................................................................5
2.3. Pembelahan sel normal.......................................................................................................6
2.4. Karateristik sel normal........................................................................................................7
2.5. Karateristik sel kanker(abnormal).......................................................................................8
2.6. Macam-macam sel darah…................................................................................................9

BAB III. PENUTUP.................................................................................................................3


3.1. Kesimpulan........................................................................................................................10
3.2. Saran.................................................................................................................................11

LAMPIRAN..............................................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................5

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam masa pertumbuhan , tubuh kita bertambah besar dan tinggi. Sel- sel penyusun
tubuh makhluk hidup mahkluk hidup mengalami pembelahan sehingga bertambah banyak.
Sel yang membelah disebut sel induk dan turunannya disebut sel anakan . dari pembelahan
sel inilah kita memperoleh penurunan sifat dari kedua orang tua kita. Pembelahan sel yang
normal akan mempertahankan agar individu dapat bertumbuh dengan baik , sebaliknya
dewasa ini banyak terjadinya keganasan pada sel eukariota, karena adanya perubahan
perilaku sel yang abnormal, yaitu mempunyai proliferisasi dan diferensiasi yang sangat
tinggi.
Sel merupakan unit organisasi terkecil yang menjadi dasar kehidupan dalam arti
biologis. Semua fungsi kehidupan diatur dan berlangsung di dalam sel. Karena itulah, sel
dapat berfungsi secara autonom asalkan seluruh kebutuhan hidupnya terpenuhi.
Sel darah merupakan kategori sel jaringan ikat bebas yang tidak terikat pada sel lain atau
tertambat oleh substansi intersel. Mereka dihasilkan oleh jaringan hematopoietic dan setelah
memasuki aliran darah mereka terendam dalam plasma darah, yaitu bagian cairan darah.
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang
warnanya merah. Warna merah keadaannya tidak tetap tergantung pada banyaknya O 2 dan
CO2 di dalamnya. Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya
O2 dalam darah diambil dengan jalan pernapasan, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa
pembongkaran atau metabolisme di dalam tubuh.
Volume darah secara keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan
atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55 % adalah cairan, sedangkan 45 % sisanya dari sel darah. Dan
jumlah ini dinyatakan dalam nilai hematokrit atau volume sel darah yang dipadatkan yang
berkisar antara 40-47. Volume darah dalam kondisi sehat adalah konstan dan sampai batas
tertentu diatur oleh tekanan osmotik dalam pembuluh darah dan dalam jaringan.
Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang
dibentuk dari sel-sel bebas. Darah terdiri dari komponen cair yang disebut plasma dan
berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah. Sel-sel darah terdiri dari

4
eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut oksigen, leukosit atau sel darah
putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel
yang berperan dalam homeostasis.

1.2. Tujuan

 Mahasiswa mampu menjelaskan sel normal dan abnormal


 Mahasiswa mampu menjelaskan Faktor penyebab ketidaknormalan sel abnormal
 Mahasiswa mampu mengetahui apa yang disebut dengan sel darah merah
 Mahasiswa mampu mengetahui apa yang disebut dengan sel darah putih
 Mahasiswa mampu mengetahui apa yang disebut dengan keping darah

1.3. Manfaat

 Agar mahasiswa lebih tau perbedaan sel normal dan sel abnormal
 Agar mahasiswa tau perbedaan eritrosit, leukosit dan trombosit

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Sel


Sel adalah unit pembentuk semua makhluk hidup. Setiap sel adalah suatu sistem
lengkap ( self contained ) yang melaksanakan berbagai fungsi yaitu membentuk dan
menggunakan energy, melakukan respirasi , reproduksi dan ekskresi. Sel- sel bergabung
untuk membentuk jaringan , jaringan – jaringan bersatu untuk membentuk organ, dan organ-
organ membentuk sistem tubuh. Sel juga merupakan unit kehidupan struktural dan fungsional
terkecil dari tubuh. Sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan
berlangsung dalam sel. Sel dan zat intraselular membentuk keseluruhan jaringan tubuh.

2.2 Struktur Sel


Sel terdiri dari struktur- struktur internal yang masing-masing dipisahkan oleh
membran semipermeabel. Meskipun fungsi setiap sel berbeda-beda dalam tubuh, semua sel
memiliki struktur internal yang sama. Bagian dalam setiap sel dapat dibagi menjadi dua
bagian utama, yaitu sitoplasma dan nukleus. Semua struktur internal didalam sitoplasma atau
nukleus.

1, Sitoplasma
Sitoplasma meliputi semua yang terletak didalam sel tetapi diluar inti sel .
Mitokondria adalah sumber energy sel, sedangkkan retikulum endoplasma dan ribosom
adalah struktur sitoplasmik ( organel ) yang penting untuk mensintesis protein . Aparatus
Golgi adalah suatu kompleks membran dan vesikel yang berperan dalam sekresi berbagai
mikrotubulus dan mikrofilamen. Sitoskeleton menyokong sel dari bagian dalam dan
memungkinkan terjadinya pergerakan berbagai bahan di dalam sel. Sitoskeleton ini juga
memungkinan terjadinya gerakan tonjolan tonjolan kebagian luar sel, misalnya tonjolan mirip
rambut yang disebut silia. Mikrotubulus berperan penting dalam pemisahan kromosom
selama pembelahan sel dan membantu mempertahankan intrgrasi struktural.

 Komponen sitoplasma

6
1.Organel
adalah komponen tetap sitoplasma. Sebagian besar organel di bungkus semacam
membrane yang mirip dengan membrane plasma. Membran tersebut memisahkan organel
dari lingkungan sitoplasma di sekitarnya dan memungkinkan pembentukan kompartemen
untuk aktivitas metaboliknya organel – organel tersebut adalah :
a)Mitokondria
Di temukan pada hamper semua sel. Tetapi tidak ditemukan dalam sel darah merah.
Jumlahnya dalam sel berhubungan dengan konsumsi energy se
fungsi dari mitokondria antara lain sebagai pembangkit tenaga sel karena fungsi
terpentingnya adalah memproduksi energy dalam bentuk ATP.
b ). Ribosom
Adalah granula kecil berwarna hitam , yang tersusun dari RNA ribosomal dan hampir
80 jenis protein. RIbosom merupakan tempat sintesis protein untuk dipakai sel itu sendiri.
c). Retikulum Endoplasma
Tersusun dari jaring-jaring rongga (sisterna ) datar yang dilapisi membran, yang
menyambung membrane plasma dan membran nuclear.
 Ada dua jenis retikulum endoplasma :
1). retikulum endoplasma kasar
( granular ), yang membrannya memiliki ribosom , fungsinya adalah untuk membantu
proses sekresi protein.
2). Retikulum endoplasma halus
( arganular ) , yang tidak memiliki ribosom, fungsinya adalah membantu dalam
sintesis lipid dan kolestero serta pemecahan glikogen.
d). Aparatus Golgi
Fungsi dari apparatus golgi adalah merupakan tempat akumulasi , konsentrasi,
pembungkusan , dan modifikasi kimia produk sekretori yang disintesis dalam retikulum
endoplasma kasar. Aparatus golgi memproses protein yang berfungsi secara intraseluler.
Seperti enzim lisosom.
e)Lisosom
Ditemukan padaa sel, kecuali sel-sel darah merah dan sel kulit yang telah
terkarantinisasi sempurna pada permukaan tubuh. Fungsi utama lisosom adalah untuk
pencernaan intraselular. Pada sel fagositik, agen yang berfungsi membahayakan seperti
bakteri , virus atau toksin akan dimakan sel tersebut.

7
1) Nukleus
Nukleus adalan suatu organel besar terbungkus membrane yang mengandung asam
deoksiribonukleat ( DNA, deoxyribonucleic acid), yaitu bahan genetik sel. DNA mengalami
pelipatan pelipatan di dalam nukleus yang bertujuan untuk melindunginya dari kerusakan.
Jenis protein yang berperan dalam pelipatan dan proteksi DNA tersebut disebut histon.
Histon dan DNA ditemukan di bagian nukleus yang disebut nucleolus. Di dalam nukleous
inilah terjadi replikasi DNA , pembelahan sel , dan transkripsi DNA.

2.Membran Sel
Setiap sel dibungkus oleh sebuah membrane sel. Membran sel adalah suatu sawar
semipermeable dan tersusun dari sebuah lapisan ganda ( bilayer ) fosolipid yang
mengambang dan di dalamnya mengandung molekul – molekul protein yang berpencar dan
dapat bergerak bebas. Molekul – molekul protein tersebut memanjang menembus membrane
secara total atau parsial .

2.3. Pembelahan Sel Normal


Pertumbuhan dan perkembangan setiap makhluk hidup bergantung pada perbanyakan
dan pembesaran ukuran dari sel penyusunnya . Perkembangan organisme multiseluler berasal
dari aktivitas pembelahan zigot uniseluler, aktivitas pertumbuhan dan diferensiasi.
Reproduksi seksual maupun reproduksi aseksual bergantung pada pembelahan sel .Kanker
disebabkan oleh pembelahan sel yang tidak terkendali . Pada sel normal , pembelahan akan
berlangsung secara normal dan berhenti setelah keseimbangan jumlah sel terpenuhi.
Reproduksi sel merupakan salah satu ciri utama makhluk hidup. Pada makhluk hidup
bersel satu ( uniseluler), proses tersebut merupakan cara untuk menghindar dari kepunahan.
Adapun pada makhluk hidup bersel banyak ( multiseluler), reproduksi sel bertujuan
memperbaiki jaringan tubuh yang rusak , pertumbuhan dan perkembangan sel. Melalui
pembentukan sel-sel gamet ( sel kelamin), reproduksi sel merupakan cara makhluk hidup
mewariskan sifat kepada keturunannya.
Pembelahan sel terjadi melalui tahap-tahap tertentu. Tujuan adanya tahap-tahap
pembelahan sel adalah untuk mengatur dan menjamin bahwa sel anakan menerima informasi
genetik yang sama persis dengan sel induknya. Jika tidak demikian , akan terjadi kelainan
pada sel- sel anakan yang dihasilkan.

1. Pembelahan Mitosis

8
Pertumbuhan dan pembelahan sel merupakan serangkaian kejadian teratur yang
disebut juga siklus sel. Durasi setiap tahap dari siklus sel ini bervariasi tergantung jenis sel.
Sebagian besar waktu sebelum pembelahan sel berada dalam tahap interfase sebelum
replikasi DNA. Mitosis atau fase pembelahan ( kariokinesis ) merupakan sebagian kecil dari
keseluruhan siklus dan terjadi pada sepersepuluhh sel-sel kita setiap harinya.Akhir dari pada
siklus sel adalah Sitokinesis , dimana akhirnya akan terbentuk dua sel terpisah. Kedua sel
tersebut adalah sama : setiap sel memiliki nukleus dengan satu set kromosom yang sama
dengan sel induk dan satu set yang baru di sintesis saat siklus sel.
Mitosis adalah cara untuk membuat lebih banyak sel-sel yang secara genetik sama
dengan sel induk. Hal ini memainkan peran penting dalam perkembangan embrio, dan
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tubuh kita juga. Mitosis menghasilkan sel-sel
baru, dan menggantikan sel-sel yang sudah tua, yang hilang atau rusak. Mitosis terdiri dari
penebalan dan pembelahan kromosom serta sitokinesis, pembelahan aktual sitoplasma untuk
membentuk dua sel anak yaitu mulai dari tahap Interfase , Kariokinesis dan Sitokinesis

Interphase
Pada tahap interfase, sel dianggap istirahat dari proses pembelahan. Meskipun
demikian, sebenarnya tahap interfase merupakan tahap yang aktif dan penting untuk
mempersiapkan pembelahan . Persiapan berupa replikasi DNA . pada umumnya , sebagian
besar waktu hidup sel berada pada tahap ini . Selanjutnya interfase dibagi lagi ke dalam tiga
fase , yaitu : (1) Fase gap-1 (G1) : pada fase G1 sel-sel belum mengadakan replikasi DNA ,
sehingga pada fase sintesis akhirnya menghasilkan 2 salinan DNA dan diploid ; (2) Fase
Sintesis (S) : pada fase ini, kromosom diproduksi kembali . Pada stadium ini sel mensintesis
duplikat DNA dan protein kromosom, jadi memastikan adanya persediaan bahan-bahan
kromosom yang cukup untuk pembelahan sel ; (3) Fase gap-2 (G2) pada fase G2 replikasi
DNA telah selesai , dan sel bersiap- siap mengadakan pembelahan . Pada fase ini kromosom
belum menebal dan masih dalam bentuk benang panjang, kemudian sentriol membelah dan
spindel mitosis , dihasilkan dari serat mikrotubulus sel , mulai terbentuk untuk persiapan
pembelahan nuclear.

Kariokinesis
Kariokinesis adalah tahap pembelahan inti sel. Tahap ini terdiri dari fase atau tahap-
tahap rinci sebagai berikut :
a). Profase

9
Pada tahap profase, DNA mulai dikemas atau dipaket menjadi kromosom. Kromosom
merupakan struktur terpadat dari kemasan DNA. Pada profase awal , kromosom mulai
tampak lebih pendek serta menebal . Pada sel hewan , sentriol dan benang spindle ( benang
mikrotubul ) yang terhubung dari kutub ke kutub. Pada profase akhir, masing-masing
kromosom terlihat terdiri dari dua kromatid yang terikat pada sentromer. Selanjutnya ,
nucleolus hilang dan membrane nukleus hancur. Pada tahap ini kromosom terletak bebas di
dalam sitoplasma.
b). Metafase
Merupakan tahap yang singkat dalam mitosis . Pada tahap ini, kromosom bergerak ke
bidang ekuator benang spindel ( bidang pembelahan ). Kromosom terikat pada benang
spindel melalui sentromer. Kromosom terletak di bidang ekuator dengan tujuan agar
pembagian jumalah informasi DNA yang akan diberikan kepada sel anakan yang baru benar-
benar rata dan sama jumlahnya.
c). Anafase
Selama anaphase , kromatid – kromatid saudari memisah di bagian sentromer dan
tertarik ke kutub- kutub yang berseberangan. Seiring bergeraknya masing-masing kromatid
melalui sitosol yang kental , lengannya bergerak lambat di belakang sentromernya ( yang
melekat ke serabut gelendong melalui kinekotor ), seingga member bentuk khas pada
kromatid tersebut, tergantung pada letak sentromernya. Kromosom –kromosom 7
metasentrik tampak berbentuk V, kromosom – kromosom submetasentrik berbentuk J,
sedangkan kromosom telosentrik tampak seperti batang. Secara singkat dalam mitosis, pada
tahap ini masing- masing sentromer yang mengikat kromatid membelah bersamaan.
Kromatid bergerak menuju kutub pembelahan karena terjadinya kontraksi benang spindel.
Pada saat kontraksi, benang spindel memendek kemudian menarik kromatid menjadi dua
bagian ke dua kutub yang berlawanan. Tahap anaphase menghasilkan salinan kromosom
berpasangan .
d). Telofase
Pada tahap ini kromatid telah disebut kromosom. Membran inti mulai terbentuk dan
nucleolus kembali muncul. Kromosom membentuk benang-benang kromatin. Selanjutnya,
pada tahap telofase akhir terjadi pembelahan sitoplasma dengan proses yang disebut
sitokinesis.

.Sitokinesis

10
Pada tahap sitokinesis terjadi pembelahan sitoplasma yang diikuti dengan
pembentukan sekat sel yang baru. Sekat memisahkan dua inti tersebut menjadi dua sel
anakan. Tahap sitokinesis dimulai saat telofase berakhir. Pada telofase akhir terjadi
penguraian benang-benang spindel. Kemudian segera terbentuk cincin mikrofilamen yang
menyempit di daerah bekas bidang ekuator. Kontraksi kearah dalam ini menyebabkan celah
yang mendalam pada permukaan sel, diikuti dengan pembagian isi dua sel secara terpisah.

2. Pembelahan Meiosis
Kebanyakan sel normal dalam tubuh manusia adalah diloid ; yaitu mereka
mempunyai jumalah kromosom yang haploid , jumlah dalam suatu gamet ( haploid = 23,
diploid = 46). Dalam jalur benih, garis sel adalah untuk pembentukan gamet, sel-sel yang
akhirnya berdiferensiasi menjadi spermatozoa atau ova, mengalami siklus sel mitosis sampai
mereka memasuki meiosis , dua pembelahan unik yang spesial pada garis sel ini. Dalam
meiosis, pemasangan kromosom – kromosom homolog terjadi (kromosom 1 yang berasal dari
ayah dengan kromosom 1 yang berasal dari ibu, kromosom 2 dari ayah dengan kromosom 2
dari ibu , dan seterusnya), dan rekombinasi genetik terjadi melalui proses yang disebut
crossing over , suatu pertukaran dari seluru segmen antara kromosom ayah dan ibu supaya
pembentukan genetic dari masing-masing berubah secara kualitatif.
Meiosis adalah pembelahan sel yang dapat terjadi dalam pembentukan sel-sel
kelamin ( sel telur dan sperma ) . Pembelahan tersebut mengurangi jumlah kromosom
menjadi jumlah haploid (23). Saat pembuahan, gabungan dari sel telur dan sperma
menghasilkan jumlah kromosom diploid (46). Meiosis hanya terjadi pada fase reproduksi
seksual atau pada jaringan nuftah. Pada meiosis, terjadi perpasangan dari kromosom homolog
serta terjadi pengurangan jumlah kromosom induk terhadap sel anak. Disamping itu, pada
meiosis terjadi dua kali periode pembelahan sel, yaitu pembelahan I (meiosis I) dan
pembelahan II (meiosis II). Meiosis I dan meiosis II terjadi pada sel tumbuhan. Demikian
juga pada sel hewan terjadi meiosis I dan meiosis II. Baik pada pembelahan meiosis I dan II,
terjadi fase-fase pembelahan seperti pada mitosis. Oleh karena itu dikenal adanya profase I,
metafase I, anafase I , telofase I, profase II, metafase II, anafase II, dan telofase II. Akibat
adanya dua kali proses pembelahan sel, maka pada meiosis, satu sel induk akan menghasilkan
empat sel baru, dengan masing-masing sel mengandung jumlah kromosom setengah dari
jumlah kromosom sel induk.

 Meiosis I

11
Pada pembelahan Meiosis I. Pembelahann disertai dengan profase yang cukup
panjang dan terjadi percampuran kromosom homolog. Pada pembelahan meiosis
(pembelahan reduksi ) terjadi pewarisan faktor hereditas melalui pembentukan dua sel anak
yang haploid. Pada awal pembelahan meiosis I , nukleis membesar dan menyebabkan
penyerapan air dari sitoplasma oleh inti sel meningkat sampai mencaapai tiga kali lipat .
Perubahan tersebut merupakan awal dari profase I.

 Profase I
terdiri dari 5 sub fase yaitu :
- Leptoten
pada fase ini kromosom mengadakan orientasi yang spesifik yaitu berpasangan
dengan kromosom homolog.
- Zigoten
Kromosom yang homolog berpasangan, dilanjutkan dengan pembentukan ikatan yang
saling melilit. Peristiwa ini dinamakan sinapsis. Sinanpsis merupakan awal perbedaan dari
mitosis.
- Pakiten
Setiap kromosom homolog yang berada dalam keadaan sinnapsis mengadakan
duplikasi , tetapi sentromer masing – masing masih tetap bersatu. Pada saat duplikasi (
penggandaan ), kadang-kadang terjadi pindah silang . kromosom yang homolog semakin
dekat, kromatid semakin jelas sehingga ada empat kromatid yang tersusun sangat berdekatan
, dan arena itu strukturnya disebut tetrad.

- Diploten
: setiap kromosom yang mengadakan sinapsis dan masing-masing melepaskan diri
untuk berpisah tetapi pada bagian tertentu masih saling melekat, titik ini disebut chiasma . di
chiasmalah terjadi pertukaran segmen anatr kromatid, bain antar kromatid yang saudara
maupun kromatid kromosom homolog pasangannya . peristiwa ini disebut pindah silang (
crossing over )

- Diakinesis
: kromosom bivalen ( kromosom rangkap tetapi sentromer masih bersatu ) tampak lebih
memadat dan terditribusi memenuhi inti sel.

12
 Metafase I
: Sebagaimana pada mitosis apparatus spindel juga dibentuk pada profase I ini dan
juga menempal pada sentromer . tetapi karena pasangan homolog masih bersatu karena ada
ciasma maka pada metaphase I kromosom tersusun di tengah bersama kromosom
pasangannya . Dalam susunan ini tidak ada kepastian bahwa kromosom tertentu , misal dari
ayah berada sebelah kiri sedang lainnya berasa disebelah kanan, semua tersusun secara acak.

 Anafase I
: Pada anaphase I terjadi pemendekan mikrotubulus, hal ini menyebabkan ciasma
terputus , bukan sentromer yang terputus . akibatnya adalah kromosom yang masih terdiri
atas dua kromatid bergerak saling menjauh satu sama lain kea rah kutub sel yang terletak
berlawanan.

 Telofase I
: Dengan selesai anaphase I maka dihhasilkan dua sel yang masin –masing mengadung
separuh jumlah kromosom sel awal yaitu pada telofase I.

 Meiosis II
Apabila dilihat dengan mengguinakan mikroskop cahaya, maka terdapat dugaan
bahwa berbagai fase yang berlangsung pada meiosis II ini sama dengan berbagai fase yang
terjadi selama mitosis. Bahkan ada orang yang memiliki anggapan bahwa meiosis II adalah
pembelahan mitosis. Anggapan yang demikian tidak benar sama sekali dikarenakan beberapa
alasan, yaitu:
(a) Kromosom yang double pada profase mitosis merupakan hasil duplikasi dari
bahan genetik selama interfase. Sedangkan kromosom yang terlihat dauble pada profase II
meiosis bukan merupakan hasil duplikasi bahan genetic ;
(b) Kromosom – kromosom yang menyusun kromosom mitosis adalah sister
chromatic, sehingga merupakan kromatid yang identik. Sedangkan kromosom yang
menytusun kromosom profase II meiosis bukan merupakan sister chromatic sempurna oleh
karena adanya crossing over yang terjadi pada meiosis I ;
(c) Meiosis II bertujuan untuk memisahkan kromatid– kromatid yang berbeda dari
tiap kromosomnya;
(d) Meiosis II menghasilkan reduksi yang sempurna ;

13
(e) Meiosis II menghasilkan kombinasi yang baru yang dari gen –gen yang berasal
tetua jantan dan betina pada generasi sebelumnya; (f) Meiosis II sangat penting untuk proses
seksual.

Meiosis II terbagi atas 5 fase , yaitu :

 Profase II
Fase ini dapat dimulai setelah selesainya interfase I yang berlangsung sangat pendek.
Pada beberapa organisme bahkan tidak mengalami interfase, sehingga dari telofase I
langsung dilanjutkan ke profase II, dan kadang – kadang juga terjadi dari telofase I langsung
ke metafase II.

 Metafase II
Pada fase ini, kromosom yang terdiri dari dua kromatid berada di bidang equator.
Benang -benang gelendong yang berasal dari masing –masing kutub mengikat 10 sentromer
masing– masing kromatid. Keadaan kromosom pada metafase II meiosis hampir mirip pada
keadaan kromosom pada metafase mitosis, akan tetapi dengan jumlah kromosom yang hanya
setengahnya saja.

 Anafase II
Pada fase ini, sentromer terbelah menjadi dua. Masing - masing kromatid tertarik oleh
benang –benang gelendong ke kutub yang berlawanan. Pada saat inilah terjadi reduksi
kromosom yang sebenarnya, sehingga reduksi kromosom saat ini sudah sempurna.
Bergeraknya kromatid ke arah kutub yang berlawanan ini seperti yang terjadi pada anafase
mitosis, namun dengan jumlah kromosom yang hanya setengahnya saja.

 Telofase II
Pada fase ini terjadi pembelahan sel, sehingga dihasilkan empat sel anak yang haploid
(n), yang disebut juga tetrad. Setiap inti dari sel –sel tersebut memiliki hanya setengahnya
saja dari jumlah kromosom tetuanya. Pada fase ini pula, terbentuk kembali nukleolus dan
membran nukleus. Membran nukleus mengelilingi ke empat inti hasil pembelahan.
Kromosom pun mulai mengendur kembali. Setelah itu, terjadi modifikasi lebih lanjut untuk
menghasilkan sel gamet. Adapun fase diantara meiosis I dan meiosis II yaitu fase

14
Interkinesis. Interkinesis adalah periode di antara akhir telofase I dan awal profase II. Periode
ini biasanya sangat singkat. DNA yang dihasilkan dari dua inti pada pembelahan meiosis
pertama tidak mengalami replikasi selama fase interkinesis. Selanjutnya meiosis II
mengalami siklus yang sama pada proses pembelahan sel mitosis

2.4.Karakteristik Sel Normal

Sel-sel normal memiliki karakteristik tertentu yang penting bagi berfungsinya


jaringan, organ, dan sistem tubuh. Sel-sel ini memiliki kemampuan untuk bereproduksi,
berhenti bereproduksi bila perlu, tetap tinggal di lokasi tertentu, menjalami fungsi tertentu,
dan merusak diri sendiri bila diperlukan.

Beberapa ciri pertumbuhan sel yang normal :

1. Adanya keseimbangan antara pembentukan sel sel baru ( sel muda ) yang bertumbuh
menjadi sel tua dengan matinya sel tua yang digantikan dengan sel baru.

2. Pertumbuhan sel baru mempunyai ciri ciri yang mutlak sama dengan sel induknya ( sel tua
yang akan digantikannya ) biasa disebut Fenotype dan Genotype.

3. Adanya percepatan dan kecepatan tubuh tiap-tiap sel yang sama pada setiap sel sel yang
membentuk suatu organ. Berikut adalah karakteristik sel normal:

1. Reproduksi Sel

Reproduksi sel diperlukan untuk mengganti sel yang mati, rusak, atau hancur.Sel-sel
normal bereproduksi secara benar dan terkendali. Kecuali sel kelamin, semua sel tubuh
berkembang biak dengan mitosis. Sel kelamin mereproduksi melalui proses yang disebut
meiosis.

2.Komunikasi Sel

Sel berkomunikasi dengan sel lain melalui sinyal kimia. Sinyal ini membantu sel-sel
normal untuk mengetahui kapan waktu harus bereproduksi dan kapan harus berhenti. Sinyal
sel biasanya dihantarkan ke sel melalui protein tertentu.

3. Adhesi Sel

15
Sel memiliki molekul adhesi pada permukaannya yang memungkinkan mereka
menempel pada membran sel lainnya. Adhesi membantu sel untuk berada di lokasi yang tepat
serta membantu menghantarkan sinyal antara sel-sel.

4. Spesialisasi Sel

Sel-sel normal memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi sel khusus. Sebagai
contoh, sel dapat berkembang menjadi sel jantung, sel otak, sel paru-paru, atau sel lain.

5. Kematian Sel

Sel-sel normal memiliki kemampuan untuk merusak diri sendiri ketika terinfeksi atau
rusak. Kemampuan ‘bunuh diri’ ini disebut sebagai apoptosis. Sisa sel lantas dibuang oleh sel
darah putih.

2.5. Karakteristik Sel Kanker

Sel-sel kanker memiliki karakteristik yang berbeda dari sel normal. Berikut
diantaranya:

1. Reproduksi Sel

Sel-sel kanker dikenal memiliki kemampuan reproduksi tak terkendali. Sel-sel ini
mungkin mengalami mutasi gen atau mutasi kromosom yang mempengaruhi sifat-sifat
reproduksi sel-sel kanker berkembang biak tak terkendali serta tidak mengalami penuaan
biologis serta terus bertumbuh.

2.Komunikasi sel

Sel-sel kanker kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi dengan sel lain melalui
sinyal kimia. Mereka juga kehilangan kepekaan terhadap sinyal anti pertumbuhan dari sel-sel
di sekitarnya yang berfungsi membatasi oertumbuhan sel

3. Adhesi sel

Sel-sel kanker kehilangan molekul adhesi yang membuat mereka terikat pada sel
berdekatan. Beberapa jenis sel kanker memiliki kemampuan untuk bermetastasis atau

16
menyebar ke area lain dari tubuh melalui darah atau cairan getah bening.setelah berada dalam
aliran darah, sel-sel kanker melepaskan pesan kimia yang disebut kemokin yang
memungkinkan mereka untuk melewati pembuluh darah ke dalam jaringan sekitarnya.

4. Spesialisasi sel

Sel-sel kanker yang tidak terspesialisasi dan tidak mampu berkembang menjadi sel
jenis tertentu. Serupa dengan selinduk, sel-sel kanker berkembang biak atau mereplikasi
berkali-kali dalam jangka waktu lama. Penyebaran sel kanker berlangsung cepat dan mampu
menyebar ke seluruh tubuh.

5.Kematian sel

Ketika gen dalam sel normal rusak dan tidak bisa diperbaiki, DNA tertentu
memeriksa sinyal untuk memicu mekanisme kerusakan sel. Mutasi yang terjadi pada
mekanisme pemeriksaan gen memungkinkan kerusakan pada sel kanker tidak terdeteksi. Hal
ini menyebabkan hilangnya kemampuan sel kanker untuk menjalani kematian sel terprogram.

 Pembelahan Sel Abnormal

Semua sel kanker berasal dari sel normal, yaitu dari jenis sel labil dan sel stabil.
Perubahan sel normal menjadi sel kanker disebut karsinogenesis, yang prosesnya dibagi
dalam dua tahap, yaitu tahap inisiasi dan promosi. Pada tahap inisiasi, terjadi mutasi (
perubahan fungsi gen) dari sel normal menjadi sel kanker. Mutasi dialami oleh gen yang
mengendalikan perkembangbiakan sel. Mutasi ini bersifat menetap dan disebabkan adanya
agen atau zat yang disebut sebagai inisiator. Dengan adanya suatu agen atau zat yang disebut
promoter, sampailah sel kanker pada tahap promosi, yaitu sel berproliferasi ( berkembang
biak dan tumbuh ) tanpa terkendali. Akhirnya , terjadilah proses keganasan.
Kanker ( dalam bahasa medis disebut Cancer / Carsinoma ) adalah istilah yang
digunakan untuk penyakit di mana sel-sel abnormal membelah tanpa kontrol dan mampu
menyerang jaringan lain. Sel-sel kanker dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh melalui
darah dan sistem limfe. Sel tubuh memang ada secara normal dalam setiap bagian organ
tubuh kita, hanya saja pertumbuhan sel ini menjadi tidak normal dikarenakan berbagai sebab
atau faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya dan cenderung bertumbuh kearah

17
keganasan. Jadi secara sederhana Kanker adalah pertumbuhan sel tubuh yang tidak normal
dan berkembang menjadi ganas.

 Anaplasia
Aplasia berarti “ tidak terjadi pertumbuhan” dan berkaitan dengan situasi kegagalan
pembentukan organ atau struktur selama kehidupan intrauteri. Aplasia terjadi pada struktur
yang berpasangan dan hanya satu pasang struktur yang terbentuk ( mis. Ginjal ). Bentuk
aplasia yang tidak terlalu berat adalah hipoplasia dengan pembentukan organ yang tidak
lengkap dapat menghasilkan struktur yang lebih kecil dari normal dengan kemungkinan
kehilangan fungsi.

 Diplasia
Displasia adalah perubahan ukuran dan bentuk sel yang menutupi dan melapisi
jaringan tubuh ( epithelia). Displasia terjadi akibat iritasi kronik dan umumnya mengenai
kulit , serviks dan esofagus . Perubahan serius ini dapat menyebab kanker . Yang menarik,
bahkan pada tahap ini dapat tetap terjadi
pembalikan spontan ke “ normal “ jika iritasi kronik telah berhenti.

2.6.. Macam-macam sel darah


a. Pengertian sel darah merah

1. Sel Darah Merah (Eritrosit)


Setiap milliliter darah mengandung rata-rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel darah
merah), yang secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah sebagai 5 juta per
millimeter kubik (mm3). Manusia dewasa memiliki sekitar 2-3 × 1013 (20-30 triliun) sel darah
merah pada waktu tertentu, yang terdiri dari kira-kira seperempat dari jumlah sel tubuh total
manusia (wanita memiliki sekitar 4-5 juta eritrosit per microliter (milimeter kubik) darah dan
laki-laki sekitar 5 sampai 6 juta. Orang yang tinggal di dataran tinggi dengan tegangan
oksigen rendah akan memiliki lebih banyak sel darah merah.
Eritrosit adalah sel gepeng berbentuk piringan yang di bagian tengah di kedua
sisinyamencekung, seperti sebuah donat dengan bagian tengah menggepeng bukan berlubang
(eritrosit adalah lempeng bikonkaf dengan garis tengah 7µm, tepi luar lebarnya 2 µm dan
bagian tengah tebalnya 1 µm). bentuk khas ini ikut berperan, melalui dua cara, terhadap

18
efisiensi eritrosit melakukan fungsi mereka mengangkut O2 dalam darah. Pertama, bentuk
bikonkaf menghasilkan luas permukaan yang lebih besar bagi difusi O2 menembus membrane
daripada yang dihasilkan oleh sel bulat dengan volume yang sama. Kedua, tipisnya sel
memungkinkan O2 berdifusi secara lebih cepat antara bagian paling dalam sel dengan
eksteriornya.
Ciri lain dari eritrosit yang mempermudah fungsi transportasi mereka adalah
kelenturan (fleksibilitas) membrane mereka, yang memungkinkan eritrosit berjalan melalui
kapiler yang sempit dan berkelok-kelok untuk menyampaikan kargo O2 mereka ke jaringan
tanpa mengalami rupture dalam prosesnya. Sel darah merah, yang garis tengahnya dalam
keadaan normal adalah 8 µm, mampu mengalami deformasi pada saat merekamenyelinap
satu per satu melalui kapiler yang bahkan bergaris tengah hanya 3 µm.
Hal paling penting eritrosit yang memungkinkan mereka mengangkut O2 adalah
hemoglobin yang mereka miliki. Warna sel-sel darah merah disebabkan karena pigmen
merah yang disebut hemoglobin (Hb). Hemoglobin adalah suatu protein yang terdiri atas dua
bagian : (1) bagian globin, suatu protein yang terbentuk dari empat rantai polipeptida yang
sangat berlipat-lipat, tiap rantai terikat pada bagian heme yang mengandung besi. berat
molekulnya sekitar 64.500.
Unsure besi dalam hemoglobin harus tetap terreduksi dalam bentuk besi fero (Fe++),
sebab bentuk oksidasi hemoglobin yang mengandung besi ferri (Fe+++) tidak mampu
mengangkut oksigen,dan (2) gugus nitrogenosa nonprotein mengandung besi yang dikenal
sebagai gugus hem (heme), yang masing-masing terikat ke satu polipeptida. Setiap atom besi
dapat berikatan secara reversible dengan satu molekul O2; dengan demikian, setiap molekul
hemoglobin dapat mengangkut empat penumpang O2. Karena O2 kurang larut dalam plasma,
98,5% O2 yang diangkut dalam darah terikat pada hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu
pigmen (yaitu, secara alamiah berwarna). Karena kandungan besinya, hemoglobin tampak
kemerahan apabila berikatan dengan O2 dan kebiruan apabila mengalami deoksigenasi.
Dengan demikian, darah arteri yang teroksigenasi sempurna tampak merah, dan
darah yang teroksigenasi sempurna tampak merah, dan darah vena yang telah kehilangan
sebagian O2 nya di jaringan memperlihatkan rona kebiruan. Eritrosit mengandung enzim
methemoglobin reduktase yang mereduksi methemoglobin menjadi hemoglobin-fero. Energy
yang diperlukan untuk ini didapat dari glikolisis. Dalam eritrosit konsentrasi hemoglobin
sangat tinggi, hemoglobin menyusun kurang lebih 33% berat eritrosit. Masing-masing sel
darah merah manusia berisi sekitar 270 juta dari hemoglobin biomolekul, masing-masing
membawa empat kelompok heme; hemoglobin terdiri dari sekitar sepertiga dari volume total

19
sel. Protein ini bertanggung jawab untuk mengangkut lebih dari 98% dari oksigen (oksigen
sisa dibawa larut dalam plasma darah ). Sel-sel darah merah manusia dewasa pria rata-rata
menyimpan kolektif sekitar 2,5 gram zat besi , mewakili sekitar 65% dari total besi yang
terkandung dalam tubuh.
Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk
kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri
aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Sel darah merah atau yang juga disebut
sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang
berarti selubung/sel.
Dalam peredarannya ke seluruh tubuh, darah diikat oleh Hb yang kemudian diberi
nama oksihemoglobin. Selain mengikat O2, Hb juga dapat mengikat CO2 sisa metabolisme
tubuh untuk dibuang melalui organ ekskresi. Hb yang mengangkut CO2 ini disebut
karbominohemoglobin. Pada kasus donor darah, kehilangan darah pada tubuh seseorang akan
bisa cepat diatasi karena sumsum tulang akan menghasilkan dan mengembalikan sel darah
merah menjadi normal kembali. Tetapi pada kasus pendarahan yang hebat misalnya
kecelakaan, apabila hilangnya sel darah merah melebihi laju pembentukannya, akan
mengakibatkan seseorang kekurangan sel darah merah, sehingga dapat mengakibatkan
anemia. Selain pendarahan, anemia juga disebabkan karena gizi buruk dan infeksi kuman
penyakit.
Sel darah merah manusia mengambil rata-rata 20 detik untuk menyelesaikan satu
siklus sirkulasi. Sel-sel darah merah tidak mengandung inti, biosintesis protein saat ini
diasumsikan untuk tidak hadir dalam sel, meskipun penelitian terbaru mengindikasikan
kehadiran semua biomachinery diperlukan dalam sel darah merah manusia untuk biosintesis
protein .
Eritrosit kadang-kadang saling melekat pada permukaan lebarnya dan dengan
demikian membentuk deretan yang menyerupai uang logam. Disebut rouleaux (Perancis:
gulungan), susunan demikian diduga disebabkan adanya tenaga tegangan permukaan. Adanya
bangunan ini dapat menunjukkan kadar globulin plasma yang meingkat, walaupun kadang-
kadang juga dilihat pada tempat- tempat dengan sirkulasi yang lambat. Susunan bertumpuk
itu hanya bersifat sementara, eritrosit penyusunnya melepaskan diri tanpa efek merugikan
apa-apa.
Sel-sel darah merah, yang tidak mempunyai inti, disusun dengan protein pembawa
oksigen, hemoglobin. Di bawah kondisi normal, sel-sel ini tidak pernah meninggalkan system
sirkulasi. Penurunan konsentrasi sel merah dalam darah biasanya disertai dengan anemia.

20
Peningkatan jumlah sel merah (eritrositosis, atau polisitemia) mungkin merupakan
penyesuaian fisiologis. Ditemukan misalnya pada orang-orang yang hidup di tempat tinggi,
yaitu tempat dengan tekanan oksigen rendah. Polisitemia (Yn. Polys, banyak, +kytos, sel,
+haima, darah), seringkali menyertai penyakit denga derajat keparahan yang bervarisi,
meningkatkan viskositas darah; bila hebat; dapat mengganggu sirkulasi darah melalui kapiler.
Polisitemia lebih tepat dicirikan sebagai peningkatan hematokrit, yaitu peningkatan volume
yang ditempati eritrosit.
Eritrosit sendiri tampak sebagai cakram bikonkaf yang warnanya kuning kejinggaan.
Bentuk yang khas akan tampak jelas dengan mikroskop electron skaning. Eritrosit tidak
bergerak (nonmotil) tetapi dapat berubah bentuk, misalnya waktu melewati kapilar yang
paling kecil sebab eritrosit sangat elastic.
Bila eritrosit tidak beredar, eritrosit mudah berkelompok dalam bentuk tumpukan
yang disebut rouleaux karena perlekatan antara permukaannya yang luas. Fenomena ini
tergantung dari perubahan-perubahan dalam plasma darah, dan tiap kenaikan rangkaian
muatan positif dalam plasma darahmenyebabkan perubahan muatan pada permukaan eritrosit,
sehingga menjadi lebih mudah meleka satu dengan lainnya. Kecenderungan meningkatnya
pembentukan rouleaux secara klinis tampak sebagai peningkatan laju endap darah.
Konsentrasi eritrosit selalu mendekati normal, setiap perubahan dari nilai normal
digunakan sebagai indikator bagi beberapa gangguan . nilai normal konstan konsentrasi
eritrosit menggambarkan kenyataan bahwa laju produksi dan dektruksi sel benar-benar
seimbang. Pengaruh komulatif pemakaian dan perusakan mencapai derajad kritis bagi setiap
sel, pada titik ini eritrosit dirusak dan dibersihkan dari peredaran oleh sel fagosit sistem
retikuloendotelial.
Untuk menjaga jumlah nornal eritrosit, tubuh harus menghasilkan sel dewasa baru
pada kecepatan 2 juta setiap detik. Pada orang dewasa, produksi eritrosit mengambil tempat
di jaringan mieloid yang terletak di sumsum tulang dari tulang kranial, rusuk, dada, korpus
vertebra, epifisis proksimal humerus, dan femur. Proses pembentukan eritrosit disebut
eritropoesis.

2. Peranan Sel Darah Merah


Fungsi eritrosit adalah mengangkut oksigen yang terikat pada hemoglobin. Walaupun
fungsi Hb yang utama adalah membawa oksigen dan karbokdioksida, Hb juga memerankan
bagian penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Ketika eritrosit
berada dalam tegangan di pembuluh yang sempit, eritrosit akan melepaskan ATP yang akan

21
menyebabkan dinding jaringan untuk berelaksasi dan melebar. Eritrosit juga melepaskan
senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk
melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya darah menuju ke daerah
tubuh yang kekurangan oksigen.
Eritrosit berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami
proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan
melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta
membunuhnya. Eritrosit juga dapat mensintesis oksida nitrat enzimatis, menggunakan L-
arginin sebagai substrat, seperti sel-sel endotel . Paparan eritrosit ke tingkat fisiologis
tegangan geser mengaktifkan oksida nitrat sintase dan ekspor oksida nitrat, yang dapat
berkontribusi dengan ketentuan tonus vaskular.
Eritrosit juga dapat menghasilkan hidrogen sulfida , gas isyarat yang bertindak untuk
bersantai dinding pembuluh. Hal ini diyakini bahwa efek cardioprotective dari bawang putih
adalah karena eritrosit merombak senyawa belerang menjadi hidrogen sulfide. Bentuk
eritrosit yang bikonkaf, seperti lempeng, memberi rasio luas permukaan terhadap volemu
sangat besar. Luas permukaan ini memungkinkan pertukaran gas cepat dari interior ke
eksterior dan sebaliknya. Molekul- molekul gas yang terletak di interor tak pernah jauh dari
permukaan sel. Karenanya difusi dapat berlangsung sempurna secara cepat melalui membran-
membran. Bikonkafnya eritrositt juga memungkinkan sel untuk menata ketidakteraturan
osmotik yang dapat ditanggapinya dengan melakukan perubahan volume, menggunakan
sedikit atau tekanan pada membran.
Eritrosit terlibat dalam tranpor oksigen dan karbondioksida ke seluruh tubuh. Di dalam
paru, hemoglobin dalam eritrosit dengan mudah bergabung dengan oksigen dan menjadi
oksihemoglobin. Oksihemoglobin kemudian menyerahkan oksihemoglobin kemudian
menyerahkan oksigennya kepada jaringan tubuh, dan darah yang kehilangan oksigennya
kembali ke paru untuk mendapat oksigen lagi. Eritrosit juga terlibat dalam transport
karbondioksida dari jaringan ke paru; fungsi ini bergantung pada kandungan enzim anhidrase
karbon.

3. Struktur Sel Darah Merah


Eritrosit berbentuk cekung ganda disk fleksibel tidak mempunyai nukleus sel ataupun
organela, dan tidak dianggap sebagai sel dari segi biologi. 2,4 juta eritrosit baru diproduksi
per detik. Sel-sel berkembang di dalam sumsum tulang dan mengedarkan selama sekitar 100-
120 hari dalam tubuh sebelum komponen mereka didaur ulang oleh makrofag . Setiap

22
sirkulasi memakan waktu sekitar 20 detik. Sekitar seperempat dari sel-sel dalam tubuh
manusia adalah sel darah merah.
Eritrosit manusia berbentuk cakram bikonkaf, namun terdapat bentuk lain pada
spesies lain. Pada penyakit tertentu terlihat eritrosit dengan bentuk lain, karena itu
menentukan bentuk eritrosit mempunyai kepentingan diagnostic. Diameter eritrosit biasanya
diukur pada sajian darah. Dalam darah normal, diameter rata-rata eritrosit adalah 7,2µm dan
bervariasi tidak lebih dari 0,5µm dari nilai rata-rata itu. Jadi pengamatan sepintas terhadap
distribusi ukuran eritrosit (yang disebut kurva Price-Jones) sudah mengungkapkan adanya
kelainan ukuran yang mungkin terjadi.

b. Pengertian sel darah putih


Leukosit adalah bagian dari darah yang berwarna putih dan merupakan unit mobil dari
sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi yang terdiri dari granuler dan agranuler. Dimana
granuler meliputi basofil, eosinofol, neutrofil batang dan neutrofil segmen. Sedangkan
agranuler meliputi limfosit, monosit dan sel plasma ( Junqueira dan Carneiro, 1991).
1.Kadar normal leukosit
Leukosit dalam darah jumlahnya lebih sedikit daripada eritrosit dengan rasio 1 : 700
(Frandson, 1992). Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah
putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes.
Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah
putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Jika
jumlahnya lebih dari 11000 sel/mm3 maka keadaan ini disebut leukositosis dan bila jumlah
kurang dari 4000 sel/mm3 maka disebut leucopenia.
2. Pembentukan leukosit
Untuk terbentuknya leukosit terdapat proses terjadinya pembentukan leukosit tersebut,
terdapat dua proses pembentukan leukosit, yaitu :
a. Granulopoeisis
Perkembangan granulopoeisis dimulai dengan keturunan pertama dari hemositoblas
yang dinamakan myeloblas, selanjutnya berdeferensiasi secara berturut – turut melalui tahap ,
promyelosit, myelosit, metamyelosit batang dan segmen.
b. limfopoesis

23
limfosit juga berasal dari sel induk yang potensial seperti sel induk limfosit yang
selanjutnya dengan pengaruh unsur – unsur epitel jaringan limfoid akan berdeferensiasi
menjadi limfosit.
3. Jenis – jenis leukosit
Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear
yaitu:
 Basofil
Basofil terutama bertanggung jawab untuk memberi reaksi alergi dan antigen dengan
jalan mengeluarkan histamin kimia yang menyebabkan peradangan.
 Eosinofil
Eosinofil terutama berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya
eosinofil menandakan banyaknya parasit.
 Neutrofil
Neutrofil berhubungan dengan pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri serta proses
peradangan kecil lainnya, serta biasanya juga yang memberikan tanggapan pertama terhadap
infeksi bakteri; aktivitas dan matinya neutrofil dalam jumlah yang banyak menyebabkan
adanya nanah.
dan dua jenis lain tanpa granula dalam sitoplasma:
 Limfosit

Limfosit lebih umum dalam sistem limfa. Darah mempunyai tiga jenis limfosit:
 Sel B: Sel B membuat antibodi yang mengikat patogen lalu menghancurkannya. (Sel
B tidak hanya membuat antibodi yang dapat mengikat patogen, tapi setelah adanya
serangan, beberapa sel B akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan
antibodi sebagai layanan sistem 'memori'.)
 Sel T: CD4+ (pembantu) Sel T mengkoordinir tanggapan ketahanan (yang bertahan
dalam infeksi HIV) serta penting untuk menahan bakteri intraseluler. CD8+
(sitotoksik) dapat membunuh sel yang terinfeksi virus.
Sel natural killer: Sel pembunuh alami (natural killer, NK) dapat membunuh sel
tubuh yang tidak menunjukkan sinyal bahwa dia tidak boleh dibunuh karena telah terinfeksi
virus atau telah menjadi kanker
 Monosit

24
Monosit membagi fungsi "pembersih vakum" (fagositosis) dari neutrofil, tetapi lebih
jauh dia hidup dengan tugas tambahan: memberikan potongan patogen kepada sel T sehingga
patogen tersebut dapat dihafal dan dibunuh, atau dapat membuat tanggapan antibodi untuk
menjaga.
 Makrofag
Monosit dikenal juga sebagai makrofag setelah dia meninggalkan aliran darah serta
masuk ke dalam jaringan.
4. Fungsi leukosit
Sel darah putih mempunyai beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu :
a. Fungsi defensif : mempertahankan tubuh terhadap benda - benda asing termasuk kuman
penyebab infeksi .
b. Fungsi reparatif : memperbaiki atau mencegah kerusakan terutama kerusakan vaskuler.
Leukosit yang memegang peranan adalah basofil yang menghasilkan heparin. Sehingga
pembentukan trombus pembuluh – pembuluh darah dapat dicegah. ( Anonim, 1989 ).
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap
mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), mereka memakan
bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat
dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu
menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia
dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari
seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat: Mengepung daerah yang terkena infeksi atau
cidera, menangkap organisme hidup dan menghancurkannya,menyingkirkan bahan lain
seperti kotoran-kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai
granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak
jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya. dengan cara ini jaringan yang sakit atau
terluka dapat dibuang dan penyembuhannya dimungkinkan.
Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama
sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah
berisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel
nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan ditambah lagi
dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebut akan
disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.
5. Faktor leukosit abnormal

25
Kadar sel darah putih atau leukosit yang terlalu tinggi atau leukositosis, bisa
mengindikasikan:
* Naiknya produksi leukosit guna melawan infeksi.
* Reaksi obat-obatan.
* Penyakit pada sumsum tulang, sehingga produksi leukosit menjadi abnormal.
* Gangguan sistem imun.
Pemicu spesifik yang meningkatkan kadar sel darah putih, yaitu:
* Leukemia limfositik akut/ kronis.
* Leukemia myelogenous akut/ kronis.
* Alergi parah.
* Obat kortikosteroid dan epinefrin.
* Campak.
* Infeksi bakteri.
* Infeksi virus
* Rematoid artritis.
* Penyakit TBC.
* Batuk rejan.
* Kerusakan jaringan, misalnya akibat luka bakar.
* Stress psikis dan fisik.
* Merokok.
Sementara kadar sel darah putih bisa juga turun di bawah normal ( kurang dari 3.500
sel per mikroliter darah) karena :
* Infeksi virus.
* Kelainan kongenital yang terkait dengan fungsi sumsum tulang.
* Kanker.
* Gangguan autoimun.
* Obat-obatan yang merusak sel darah putih
Pemicu spesifik yang menurunkan leukosit :
* Alergi berat.
* Anemia aplastis.
* Kemoterapi.
* Obat-obatan antibiotik, diuretik, dan prednison.
* HIV/AIDS.
* Hipertiroid.

26
* Penyakit infeksi.
* Penyakit lupus
* Terapi radiasi.
* Rematoid artritis.
* Kekurangan vitamin.
6. Pemeriksaan hitung jumlah leukosit
Hitung jumlah leukosit dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara manual
dan dengan cara mesin ( elektrik ). Menghitung jumlah leukosit baik dengan cara manual atau
elektrik kedua – duanya sama – sama memiliki kebaikan dan kekurangan.
Kebaikan menggunakan cara manual adalah :
1. harga alatnya ( mikroskop ) murah
2. melatih mata untuk selalu teliti
3. tidak bergantung mesin.
Kekurangan menggunakan cara manual adalah membutuhkan waktu yang lama untuk
menghitung. Jadi, ketika mata lelah dapat menghasilkan jumlah hitung leukosit yang salah.
Kabaikan menggunakan mesin adalah dalam proses perhitungannya cepat. Sehingga
analis dapat menghasilkan pemeriksaan yang banyak.
Kekurangan menggunakan mesin adalah alat mesin yang mahal, sehingga
membutuhkan biaya yang banyak dan setiap waktu alat harus dikalibrasi agar hasilnya selalu
tepat.
Pada perhitungan sel darah dengan menggunakan alat, alat yang digunakan adalah :
1. Mikroskop → alat ini digunakan untuk menemukan fokus dan untuk melihat objek yang
diteliti melalui lensa okuler dengan fokus yang ditetapkan dengan lensa objektif.
2. Kamar hitung improved neubeur beserta penutupnya ( cover glass ): alat ini diletakkan di
stage mikroskop di bawah lensa okuler untuk diamati.
Larutan yang digunakan untuk menghitung jumlah leukosit manual adalah
1. Larautan Turk,
Larutan ini mengandung asam asetat 2%, ditambah gentian violet 1% sehingga
menghasilkan warna ungu muda. Penambahan gentian violet bertujuan untuk membari warna
pada leukosit.larutan ini bersifat memecah eritrosit dan trombosit tetapi tidak sampai
memecah leukosit.
2. HCL

27
Merupakan suatu larutan pengencer yang bagus untuk mengerjakan angka leukosit,
karena larutan ini bekerja dengan cepat dan cukup untuk menghemolisiskan semua eritrosit
yang tidak bernukleus. ( Gandra Soebrata, 2006 ).
7. Sumber kesalahan pada hitung sel
a. Tahap pra-instrumentasi
1. Puasa
Dua jam setelah makan 800 kalori volume plasma akan meningkat, sebaliknya setelah gerak
badan volume akan berkurang. Perubahan volume plasma tersebut akan menyebabkan
perubahan jumlah sel/ml darh maupun susunan plasma.
2. Obat
Penggunaan obat – obatan dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi.
3. Posisi waktu pengambilan
Seperti perubahan posisi waktu berdiri menjadi berbaring ataupun sebaliknya dapat
meningkatkan volume darah sebanyak 10 – 15%.
4. Alat
Seperti penggunaan tourniquet ( alat pembendung ) terlalu lama sehingga menyebabkan
hemokonsentrasi atau penampungan sampel yang terkontaminasi dan tidak tertutup rapat. (
Anonim, 1989 ).
b. Tahap instrumentasi
Kesalahn yang ditimbulkan dapat berasal dari alat disebabkan volume tidak tetap karena pipet
tidak dikalibrasi, penggunaan kamar hitung yang kotor, basah dan tidak menggunaka objek
glass ( penutup khusus ) atau kesalahan tekhnik yang disebabkan volume darah tidak tepat,
tidak terjadi pencampuran darah yang homogen dengan antikoagulan dan mengisi kamar
hitung secara tidak benar.
c.Pengertian Trombosit
1. keping-keping darah
Trombosit (keping-keping darah) adalah fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter
2-4 mm yang berasal dari megakariosit. Hitung trombosit normal dalam darah tepi adalah
150.000 – 400.000 /µl dengan proses pematangan selama 7-10 hari di dalam sumsum tulang.
Trombosit dihasilkan oleh sumsum tulang (stem sel) yang berdiferensiasi menjadi
megakariosit. Megakariosit ini melakukan reflikasi inti endomitotiknya kemudian volume
sitoplasma membesar seiring dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatannya, kemudian
sitoplasma menjadi granula dan trombosit dilepaskan dalam bentuk platelet / keping-keping.
Enzim pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoetin yang dihasilkan di hati dan

28
ginjal, dengan reseptor C-MPL serta suatu reseptor lain, yaitu interleukin.
Trombosit atau platelet sangat penting untuk menjaga hemostasis tubuh. Adanya
abnormalitas pada vaskuler, trombosit, koagulasi, atau fibrinolisis akan menggangu
hemostasis sistem vaskuler yang mengakibatkan perdarahan abnormal / gangguan
perdarahan.
Kelainan Perdarahan ditandai dengan kecenderungan untuk mudah mengalami
perdarahan, yang bisa terjadi akibat kelainan pada pembuluh darah maupun kelainan pada
darah. Kelainan yang terjadi bisa ditemukan pada faktor pembekuan darah atau trombosit.
Dalam keadaan normal, darah terdapat di dalam pembuluh darah (arteri, kapiler dan vena).
Jika terjadi perdarahan, darah keluar dari pembuluh darah tersebut, baik ke dalam maupun ke
luar tubuh. Tubuh mencegah atau mengendalikan perdarahan melalui beberapa cara.
Homeostatis adalah cara tubuh untuk mengentikan perdarahan pada pembuluh darah yang
mengalami cedera.
Hal ini melibatkan 3 proses utama:

1. Konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah

2. Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang terdapat di
dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan)
3. Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma).
Kelainan pada proses ini bisa menyebabkan perdarahan ataupun pembekuan yang
berlebihan, dan keduanya bisa berakibat fatal.

2.Fungsi Trombosit

Trombosit memiliki banyak fungsi, khususnya dalam mekanisme hemostasis. Berikut


fungsi dari trombosit : mencegah kebocoran darah spontan pada pembuluh darah kecil
dengan cara adhesi, sekresi, agregasi, dan fusi (hemostasis). Sitotoksis sebagai sel efektor
penyembuhan jaringan.

 Berperan dalam respon inflamasi.

Cara kerja trombosit dalam hemostasis dapat dijelaskan sebagai berikut : Adanya
pembuluh darah yang mengalami trauma maka akan menyebabkan sel endotelnya rusak dan
terpaparnya jaringan ikat kolagen (subendotel). Secara alamiah, pembuluh darah yang
mengalami trauma akan mengerut (vasokontriksi). Kemudian trombosit melekat pada

29
jaringan ikat subendotel yang terbuka atas peranan faktor von Willebrand dan reseptor
glikoprotein Ib/IX (proses adhesi). Setelah itu terjadilah pelepasan isi granula trombosit
mencakup ADP, serotonin, tromboksan A2, heparin, fibrinogen, lisosom (degranulasi).
Trombosit membengkak dan melekat satu sama lain atas bantuan ADP dan tromboksan A2
(proses agregasi). Kemudian dilanjutkan pembentukan kompleks protein pembekuan
(prokoagulan). Sampai tahap ini terbentuklah hemostasis yang permanen. Pada suatu saat
bekuan ini akan dilisiskan jika jaringan yang rusak telah mengalami perbaikan oleh jaringan
yang baru.

 Mencegah Pendarahan

Pembuluh darah merupakan penghalang pertama dalam kehilangan darah. Jika


mengkerut sehingga aliran darah keluar menjadi lebih lambat dan proses pembekuan bisa
dimulai. Pada saat yang sama, kumpulan darah diluar pembuluh darah (hematom) akan
menekan pembuluh darah dan membantu mencegah perdarahan lebih lanjut. Segera setelah
pembuluh darah robek, serangkaian reaksi akan mengaktifkan trombosit sehingga trombosit
akan melekat di daerah yang mengalami cedera. Perekat yang menahan trombosit pada
pembuluh darah ini adalah faktor von Willebrand, yaitu suatu protein plasma yang dihasilkan
oleh sel-sel di dalam pembuluh darah. Kolagen dan protein lainnya (terutama trombin), akan
muncul di daerah yang terluka dan mempercepat perlekatan trombosit.

Trombosit yang tertimbun di daerah yang terluka ini membentuk suatu jaring yang
menyumbat luka; bentuknya berubah dari bulat menjadi berduri dan melepaskan protein serta
zat kimia lainnya yang akan menjerat lebih banyak lagi trombosit dan protein pembekuan.
Trombin merubah fibrinogen (suatu faktor pembekuan darah yang terlarut) menjadi serat-
serat fibrin panjang yang tidak larut, yang terbentang dari gumpalan trombosit dan
membentuk suatu jaring yang menjerat lebih banyak lagi trombosit dan sel darah.

Serat fibrin ini akan memperbesar ukuran bekuan dan membantu menahannya agar
pembuluh darah tetap tersumbat. Rangkaian reaksi ini melibatkan setidaknya 10 faktor
pembekuan darah. Suatu kelainan pada setiap bagian proses hemostatik bisa menyebabkan
gangguan. Pembuluh darah yang rapuh akan lebih mudah mengalami cedera atau tidak dapat
mengkerut. Pembekuan tidak akan berlangsung secara normal jika jumlah trombosit terlalu
sedikit, trombosit tidak berfungsi secara normal atau terdapat kelainan pada faktor
pembekuan. Jika terjadi kelainan pembekuan, maka cedera yang ringan pun bisa

30
menyebabkan kehilangan darah yang banyak. Sebagian besar faktor pembekuan dibuat di
dalam hati, sehingga kerusakan hati yang berat bisa menyebabkan kekurangan faktor tersebut
di dalam darah.

Vitamin K (banyak terdapat pada sayuran berdaun hijau) sangat penting dalam
pembuatan bentuk aktif dari beberapa faktor pembekuan. Karena itu kekurangan zat gizi atau
obat-obatan yang mempengaruhi fungsi normal vitamin K (misalnya warfarin) bisa
menyebabkan perdarahan. Kelainan perdarahan juga bisa terjadi jika pembekuan yang
berlebihan telah menghabiskan sejumlah besar faktor pembekuan dan trombosit atau jika
suatu reaksi autoimun menghalangi aktivitas faktor pembekuan.

Reaksi yang menyebabkan terbentukan suatu gumpalan fibrin diimbangi oleh


reaksi lainnya yang menghentikan proses pembekuan dan melarutkan bekuan setelah keadaan
pembuluh darah membaik. Tanpa sistem pengendalian ini, cedera pembuluh darah yang
ringan bisa memicu pembekuan di seluruh tubuh. Jika pembekuan tidak dikendalikan, maka
pembuluh darah kecil di daerah tertentu bisa tersumbat. Penyumbatan pembuluh darah otak
bisa menyebabkan stroke; penyumbatan pembuluh darah jantung bisa menyebabkan serangan
jantung dan bekuan-bekuan kecil dari tungkai, pinggul atau perut bisa ikut dalam aliran darah
dan menuju ke paru-paru serta menyumbat pembuluh darah yang besar di paru-paru (emboli
pulmoner).

 Gangguan Perdarahan
Gangguan Perdarahan adalah sebagai berikut:

 Cacat Vaskular

o Purpura sederhana dan senilis (peningkatan fragilitas kapiler, khususnya pada usia lanjut)
o Vaskulitis hipersensitivitas, banyak gangguan autoimun (peradangan)
o Kekurangan vitamin C (skorbut, kolagen defektif)
o Amiloidisis (pembuluh yang gagal berkontriksi)
o Adenokortikosteroid berlebih (terapeutik atau penyakit Cushing)
o Telanglektasia hemoragik herediter (sindrom osler-weber-rendut)
o Penyakit Ehlers-dahlons (kolagen defektif)
o Purpura Henoch-schonlein
o Sindrom marfan (elastin defektif)

31
 Gangguan Trombosit
o Menurun (trombositopenia)
o Fungsi trombosit abnormal

 Gangguan Koagulasi
o Defesiensi faktor koagulasi
o Keberadaan faktor antikoagulan

 Fibrinolisis Berlebihan
o Koagulasi intravaskular diseminata
o Fibrinolisis primer

 Perdarahan ke dalam kulit


o Petekie : perdarahan fokal berukuran sebesar pentul
o Purpura : multipel, berbentuk tidak beraturan atau lesi ungu oval (2-5 mm atau lebih
besar).
o Ekimosis (memar) : purpura konfluen; semuanya menunjukkan perubahan warna
berurutan-merah, ungu, coklat-ketika eritrosit yang terekstavasasi terurai dalam jaringan.
o Hematom : ekimosis meliputi daerah yang luas.
3. Patofisiologi Trombosit

Trombositopenia adalah penurunan jumlah trombosit kurang dari


200.000/mm3 dalam sirkulasi. Kelainan ini berkaitan dengan peningkatan risiko pendarahan
hebat, bahkan dengan cedera ringan atau perdarahan spontan kecil. Trombositopenia primer
dapat terjadi akibat penyakit otoimun yang ditandai oleh pembentukan antibodi terhadap
trombosit.Misalnya pada :

 Penggantian darah yang masif atau transfuse ganti (karena platelet tidak dapat bertahan di
dalam darah yang ditransfusikan)
 Pembedahan bypass kardiopaskuler
 Keadaan-keadaan yang melibatkan pembekuan dalam pembuluh darah (komplikasi
kebidanan, kanker, keracunan darah, akibat bakteri gram negative, kerusakan otak traumatic.
Sebab-sebab Trombositopenia sekunder adalah berbagai obat atau infeksi virus atau
bakteri tertentu. Misalnya pada penyakit:

32
 Infeksi HIV
 Obat-obatan (heparin, kunidin,kuinin, antibiotic yang mengandung sulfa, beberapa obat
diabetesper-oral, garam emas, rifamicin)
 Infeksi berat disertai septicemia (keracunan darah)
 Keukemia kronik pada bayi
 Limpoma
 Purpura trombositopenik idiopatik (ITP)
Trombositosis adalah peningkatan jumlah trombosit diatas 400.000/mm3 dalam
sirkulasi. Dan ini berkaitan dengan peningkatan risiko trombosit dalam system pembuluh.
Apabila terjadi berkepanjangan akan mengalami memar dan perdarahan, karena trombosit
habis terpakai.
Trombositosis dibagi menjadi dua yaitu:

1. Trombositosis primer

Trombositosis primer dapat terjadi pada polisitemia vera atau leukemia


grunulomasitik kronik dimana bersama kelompok sel lainnya mengalami poliferasi abnormal
sel megakariosit dalam sumsum tulang.

2. Trombositosis sekunder

Terjadi akibat infeksi, olahraga, ovulasi, dan stress atau kerja fisik disertai
pengeluaran trombosit dari pool cadangan ( dari limpa) atau saat terjadinya peningkatan
permintaan sumsum tulang seperti pada pendarahan atau pada anemia hemolitik. Jumlah
trombosit yang meningkat juga ditemukan pada orang yang limpanya sudah dibuang dengan
pembedahan. Limpa adalah tempat penyimpanan dan penghancuran utama trombosit,
splenektomi tanpa disertai pengurangan pembentukan sumsum tulang juga dapat
menyebabkan trombositosis.

4. Penyakit Akibat Gangguan Pembekuan Darah

a. Hemofilia

Hemofilia adalah gangguan koagulasi herediter akibat terjadinya mutasi atau cacat
genetik pada kromosom X. Kerusakan kromosom ini menyebabkan penderita kekurangan
faktor pembeku darah sehingga mengalami gangguan pembekuan darah. Dengan kata lain,
darah pada penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal.
Hemofilia tak mengenal ras, perbedaan warna kulit ataupun suku bangsa. Namun
mayoritas penderita hemofilia adalah pria karena mereka hanya memiliki satu kromosom X.

33
Sementara kaum hawa umumnya hanya menjadi pembawa sifat (carrier). Seorang wanita
akan benar-benar mengalami hemofilia jika ayahnya seorang hemofilia dan ibunya pun
pembawa sifat. Akan tetapi kasus ini sangat jarang terjadi. Meskipun penyakit ini diturunkan,
namun ternyata sebanyak 30 persen tak diketahui penyebabnya.

Ada dua jenis utama Hemofilia , yaitu:


1. Hemofilia A :

Disebut Hemofilia Klasik. Pada hemofilia ini, ditemui adanya defisiensi atau tidak
adanya aktivitas faktor antihemofilia VIII, protein pada darah yang menyebabkan masalah
pada proses pembekuan darah.

2. Hemofilia B :

Disebut Christmas Disease. Ditemukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama
Steven Christmas yang berasal dari Kanada. Pada Christmas Disease ini, dijumpai defisiensi
atau tidak adanya aktivitas faktor IX.

Penyakit hemofilia diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu :

1. Hemofilia berat, jika kadar aktivitas faktor kurang dari 1 %.

2. Hemofilia sedang, jika kadar aktivitas faktor antara 1-5 %.


3. Hemofilia ringan, jika kadar aktivitas faktor antara 6-30 %.

Faktor penyebab Hemofilia


1. Faktor Genetik

Hemofilia atau pennyakit gangguan pembekuan darah memang menurun dari


generasi ke generasi lewat wanita pembawa sifat (carier) dalam keluarganya, yang bisa secara
langsung, bisa tidak. Seperti kita ketahui, di dalam setiap sel tubuh manusia terdapat 23
pasang kromosom dengan bebagai macam fungsi dan tugasnya. Kromosom ini menentukan
sifat atau ciri organisme, misalnya tinggi, penampilan, warna rambut, mata dan sebagainya.
Sementara, sel kelamin adalah sepasang kromosom di dalam initi sel yang menentukan jenis
kelamin makhluk tersebut. Seorang pria mempunyai satu kromosom X dan satu kromosom Y,
sedangkan wanita mempunyai dua kromosom X. Pada kasus hemofilia, kecacatan terdapat
pada kromosom X akibat tidak adanya protein faktor VIII dan IX (dari keseluruhan 13
faktor), yang diperlukan bagi komponen dasar pembeku darah (fibrin).

2. Faktor komunikasi antar sel

34
Sel-sel di dalam tubuh manusia juga mempunyai hubungan antara sel satu dengan sel
lain yang dapat saling mempengaruhi. Penelitian menunjukkan, peristiwa pembekuan darah
terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem yang sangat rumit. Terjadi interaksi atau komunikasi
antar sel, sehingga hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan
sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi.. Jalur intrinsik
menggunakan faktor-faktor yang terdapat dalam sistem vaskular atau plasma. Dalam
rangkaian ini, terdapat reaksi air terjun, pengaktifan salah satu prokoagulan akan
mengakibatkan pengaktifan bentuk seterusnya. Faktor XII, XI, dan IX harus diaktivasi secara
berurutan, dan faktor VIII harus dilibatkan sebelum faktor X dapat diaktivasi. Zat prekalikein
dan kiininogen berat molekul tinggi juga ikut serta dan juga diperlukan ion kalsium.
Koagulasi terjadi di sepanjang apa yang dinamakan jalur bersama. Aktivasi faktor X dapat
terjadi sebagai akibat reaksi jalur ekstrinsik atau intrinsik. Pengalaman klinis menunjukkan
bahwa kedua jalur tersebut berperan dalam hemostasis. Pada penderita hemofilia, dalam
plasma darahnya kekurangan bahkan tidak ada faktor pembekuan darah, yaitu faktor VIII dan
IX. Semakin kecil kadar aktivitas dari faktor tersebut maka, pembentukan faktor X dan
seterusnya akan semakin lama. Sehingga pembekuan akan memakan waktu yang lama juga
(terjadi perdarahan yang berlebihan).

3. Faktor epigenik

Hemofilia A disebabkan kekurangan faktor VIII dan hemofilia B disebabkan


kekurabgab faktor IX. Kerusakan dari faktor VIII dimana tingkat sirkulasi yang fungsional
dari faktor VIII ini tereduksi. Aktifasi reduksi dapat menurunkan jumlah protein faktor VIII,
yang menimbulkan abnormalitas dari protein. Faktor VIII menjadi kofaktor yang efektif
untuk faktor IX yang aktif, faktor VIII aktif, faktor IX aktif, fosfolipid dan juga kalsium
bekerja sama untuk membentuk fungsional aktifasi faktor X yang kompleks (”Xase”),
sehigga hilangnya atau kekurangan kedua faktor ini dapat mengakibatkan kehilangan atau
berkurangnya aktifitas faktor X yang aktif dimana berfungsi mengaktifkan protrombin
menjadi trombin, sehingga jiaka trombin mengalami penurunan pembekuanyang dibentuk
mudah pecah dan tidak bertahan mengakibatkan pendarahan yang berlebihan dan sulit dalam
penyembuhan luka.

Patogenesis penyakit hemofilia


Proses kejadian dimulai dari terjadinya cedera pada permukaan jaringan, kemudian
dilanjutkan pada permukaan fosfolipid trombosit yang mengalami agregasi. Ada proses
utama homeostatis pada pembekuan darah

35
1. Fase kontriksi sementara (respon langsung terjadi cedera)
2. Reaksi trombosit yang terdiri dari adhesi, seperti factor III dari membrane trombosit
juga mempercepat reaksi.
3. Pengaktifan factor-faktor pembekuan, seperti factor III dari membrane trombosit, juga
mempercepat pembekuan darah dengan cara ini, terbentuklah sumbatan trombosit
yang kemudian diperkuat oleh protein filamentosa yang dikenal dengan
fibrin.

Dampak Psikologis Penderita


Timbulnya suatu penyakit yang kronis – seperti pada hemofilia – dalam suatu
keluarga memberikan tekanan pada system keluarga tersebut dan menuntut adanya
penyesuaian antara si penderita sakit dan anggota keluarga yang lain. Penderita sakit ini
sering kali harus mengalami hilangnya otonomi diri, peningkatan kerentanan terhadap sakit,
beban karena harus berobat dalam jangka waktu lama. Sedangkan anggota keluarga yang lain
juga harus mengalami “hilangnya” orang yang mereka kenal sebelum menderita sakit
(berbeda dengan kondisi sekarang setelah orang tersebut sakit), dan kini (biasanya) mereka
mempunyai tanggungjawab pengasuhan terhadap anggota keluarga yang mengalami penyakit
hemofilia.

b. Penyakit Von Willebrand

Penyakit von willebrand adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan atau
kelainan pada vaktor von willebrand di dalam darah yang sifatnya diturunkan. Faktor von
willebrand adalah suatu protein yang mempengaruhi fungsi trombosit. Faktor von Willebrand
ditemukan di dalam plasma, trombosit dan dinding pembuluh darah. Jika faktor ini hilang
atau jumlahnya kurang, maka tidak akan terjadi penyumbatan pembuluh darah yang terluka
(proses melekatnya trombosit ke dinding pembuluh yang mengalami cedera). Sebagai
akibatnya, perdarahan tidak akan segera terhenti sebagaimana mestinya, meskipun pada
akhirnya biasanya akan berhenti

Biasanya penderita memiliki orang tua dengan riwayat gangguan perdarahan. Anak
mudah mengalami memar atau mengalami perdarahan yang berlebihan setelah kulitnya
tergores, pencabutan gigi, pengangkatan amandel maupun pembedahan lainnya. Pada wanita,
darah menstruasinya sangat banyak. Di lain pihak, perubahan hormonal, stres, kehamilan
peradangan dan infeksi bisa merangsang tubuh untuk meningkatkan pembentukan faktor von
Willebrand dan untuk sementara waktu bisa memperbaiki pembentukan bekuan.

36
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Sel adalah unit pembentuk semua makhluk hidup. Setiap sel adalah suatu sistem
lengkap ( self contained ) yang melaksanakan berbagai fungsi yaitu membentuk dan
menggunakan energy, melakukan respirasi , reproduksi dan ekskresi. Sel- sel bergabung
untuk membentuk jaringan , jaringan – jaringan bersatu untuk membentuk organ, dan organ-
organ membentuk sistem tubuh. Sel juga merupakan unit kehidupan struktural dan fungsional
terkecil dari tubuh. Sebagian besar reaksi kimia untuk mempertahankan kehidupan
berlangsung dalam sel. Sel dan zat intraselular membentuk keseluruhan jaringan
tubuh.adapun macam-macam sel darah yaitu sel darah merah(eritrosit), sel darah
putih(leukosit), dan keping-keping darah(trombosit). Dan sel juga terbagi menjadi sel normal
dan sel abnormal.

3.2. Saran
Makalah sitohistoteknologi ini telah saya susun dengan semaksimal mungkin, terlepas
dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

37
LAMPIRAN

38
39
Daftar Pustaka

1.Aryulina D, Muslim C, Manaf S, Winarni E. Biologi SMA dan MA untuk kelas xii. 2004 :
penerbit erlangga ; Bandung . h. 105-13 2.

2.Sudiana K. Patobiologi Molekuler Kanker , edisi I. Jakarta : Salemba Medika ; 2008. h. 1 3.

3.Corwin EJ. Patofisiologi : buku saku. Jakarta : EGC ; 2009. h. 3-5. 4.

5.Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula . Jakarta : EGC ; 2003 . h. 34-9. 5.

6.karmana O. Cerdas belajar biologi. Bandung : Grafindo ; 2007. h. 98, 104-5. 6.

7.Ferdinand-P F , Ariebowo M. Praktis belajar biologi. Jakarta : Penerbit Visindo Media


Persada ; 2007 . h. 65-74. 7.

8.James J, Baker C, Swain H. Prinsip-prinsip sains untuk keperawatan. Bandung: Penerbit


Erlangga; 2008. h. 89.

9.The cell cycle , mitosis and meiosis. University of Leicester. Di unduh dari :
http://www2.le.ac.uk/departments/genetics/vgec/highereducation/topics/cellcycle-mitosis-
meiosis 9.

10.Elrod SL, Stansfield WD. Schaum’s outlines teori dan soal


-soal genetika , edisi IV. Bandung : Penerbit Erlangga; 2007. h. 6. 10.

11.Isselbacher KJ, Braunwald E, Martin JB, Fauci AS, Kasper DL. Harrison Prinsip –prinsip
ilmu penyakit dalam , vol.1, edisi 13. Jakarta : EGC ; 1999. h. 415. 11.

12.Mitosis dan Meiosis [Editorial]. Diunduh dari


http://web.ipb.ac.id/~tpb/files/materi/bio100/Materi/mitosis_miosis.html , 15 Desember 2013

13.Priastini R, Hartono B. Buku ajar biologi kedokteran , edisi III. Jakarta : Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2010. h. 130. 13.

14.Jai. Analisis meiosis pada tanaman lili.Institut Pertanian Bogor. Di unduh dari :
http://jai.staff.ipb.ac.id/tag/kromosom-homolog/ , 15 Desember 2013. 14.

40

Anda mungkin juga menyukai