Anda di halaman 1dari 3

Pasar Modal: Alternatif Pendanaan Modal Perusahaan

Setiap pemilik perusahaan tentu ingin perusahaannya bisa tumbuh besar dan menguntungkan. Namun
hal ini tidaklah mudah. Selain strategi dan kerja keras, tak jarang dibutuhkan pula tambahan modal yang
mesti disiapkan untuk mencapai tujuan tersebut.

Untuk bisa berekspansi, perusahaan dapat mengandalkan tiga alternatif sumber pendanaan. Pertama,
menggunakan pendanaan internal. Sumber pendanaan ini berasal dari dalam perusahaan. Contohnya
adalah laba ditahan (retained earning).

Laba ditahan adalah bagian laba perusahaan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.
Besarnya laba ditahan ini tergantung jumlah laba yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu serta
ditentukan pula oleh hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) mengenai seberapa besar bagian
keuntungan yang akan dibagikan.

Kedua, mengajukan pinjaman ke bank. Pendanaan seperti ini biasanya disebut dengan debt financing
(utang). Dana atau modal yang diperoleh dari bank sering juga dianggap sebagai modal asing. Beberapa
jenis sumber dana dari bank antara lain Kredit UMKM, Kredit Tanpa Agunan, Kredit Pasar Uang, dan
sebagainya.

Konsekuensi yang timbul dari pinjaman bank adalah perusahaan harus membayar bunga pinjaman.
Bunga pinjaman sendiri sebenarnya merupakan biaya atas penggunaan dana bank. Hal ini tentu harus
dijadikan bahan pertimbangan sebelum mengajukan pinjaman. Jangan sampai keuntungan perusahaan
justru banyak tergerus akibat menanggung beban bunga yang tinggi.

Alternatif ketiga adalah mencari pendanaan di pasar modal. Secara sederhana pasar modal diartikan
sebagai suatu mekanisme yang mempertemukan antara pemodal (investor) dengan pihak yang
membutuhkan dana (emiten). Pasar ini tidak berbentuk fisik seperti pasar-pasar yang kita ketahui pada
umumnya, melainkan berbentuk abstrak. Masyarakat mengindentikkan pasar modal dengan Bursa Efek.

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan perusahaan untuk menghimpun dana dari pasar modal, antara lain
melakukan Initial Public Offering (IPO), Right Issue, dan Penerbitan Obligasi. Sekarang mari kita bahas
satu persatu.

1. Initial Public Offering (IPO)

Secara bahasa, Initial Public Offering (IPO) dapat diartikan sebagai Penawaran Umum Perdana.
Maksudnya adalah ketika perusahaan melakukan IPO, inilah waktu di mana perusahaan melaksanakan
penjualan saham untuk pertama kali kepada masyarakat (investor). Setelah proses IPO selesai, maka
otomatis saham perusahaan tersebut akan terdaftar di bursa efek dan dapat diperjualbelikan antar
investor.
IPO merupakan impian bagi banyak perusahaan di seluruh dunia. Mengapa? Karena dengan cara ini
perusahaan dapat memperoleh dana murah dan cepat dari pasar modal. Berbeda jika perusahaan
meminjam uang dari bank dan harus membayar bunga yang tinggi, melalui IPO, perusahaan tidak
memiliki kewajiban dan tidak ada kepastian seberapa besar keuntungan yang mesti diberikan kepada
pemegang saham.

Selain untuk memperoleh dana, tujuan perusahaan melakukan IPO juga untuk memperoleh status
sebagai perusahaan terdaftar di Bursa Efek. Status ini dianggap sangat penting di dunia bisnis. Sebuah
perusahaan yang sudah go-public biasanya akan dianggap terpercaya, memiliki manajemen yang baik,
serta mendapat pengawasan dari berbagai pihak. Harapannya dengan segala kelebihan tersebut,
perusahaan dapat mengembangkan bisnis, mendapat pelanggan baru, dan memperoleh prestise.

2. Right Issue

Right Issue atau HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) adalah Hak bagi pemegang saham untuk
membeli saham baru pada harga tertentu dan dalam jangka waktu tertentu.

Tujuan perusahaan melakukan Right Issue antara lain untuk memperoleh dana yang dapat digunakan
untuk mendanai ekspansi usaha, membangun pabrik baru, menambah jumlah mesin, mendanai riset
pengembangan produk baru, membayar utang, hingga digunakan untuk mengakuisisi perusahaan lain.

Tahukah kamu, apa perbedaan antara Right Issue dengan IPO? Perbedaan utama antara IPO dan Right
Issue adalah kepada siapa penawaran ditujukan. Pada IPO, saham ditawarkan kepada umum. Jadi,
siapapun boleh beli. Sementara pada Right Issue, saham hanya ditawarkan untuk kalangan terbatas,
yaitu orang-orang yang masih tercatat sebagai pemilik saham perusahaan yang melakukan Right Issue.
Right Issue biasa disebut juga dengan Penawaran Umum Terbatas.

3. Penerbitan Obligasi

Obligasi (bond) merupakan sertifikat atau surat berharga yang berisi tentang pengakuan utang oleh
penerbit obligasi kepada investor (pemberi pinjaman). Sebagai penerbit obligasi, pihak perusahaan akan
membayarkan bunga (kupon) secara berkala sesuai dengan tempo yang telah ditetapkan, serta
membayarkan seluruh pokok pinjaman saat tiba masa jatuh tempo.

Pada umumnya obligasi diterbitkan pada rentang waktu tertentu, mulai dari 1 tahun hingga yang paling
lama 30 tahun. Bagi penerbit, obligasi merupakan opsi pendanaan yang menarik karena memiliki jangka
waktu yang relatif panjang dengan biaya yang relatif murah.

Lalu, mengapa banyak perusahaan lebih memilih menerbitkan obligasi ketimbang meminjam uang ke
bank? Pertimbangan selisih suku bunga adalah salah satunya. Seringkali bunga obligasi yang mereka
bayarkan kepada investor lebih rendah dibanding membayar bunga pinjaman ke bank. Dengan
membayarkan bunga rendah, perusahaan dapat menghemat pengeluaran sehingga dapat berinvestasi
pada hal-hal yang mendukung pertumbuhan perusahaan.
Pilihan untuk tidak meminjam uang ke bank juga dikarenakan bank biasanya memberikan berbagai
persyaratan yang dapat membatasi operasional perusahaan. Misalnya bank akan membatasi perusahaan
untuk tidak menarik utang baru atau tidak mengakuisisi perusahaan lain, sampai pinjaman mereka
dilunasi secara penuh.

Anda mungkin juga menyukai