Anda di halaman 1dari 28

A.

Pengertian sedian obat mata

a. Menurut Farmakope Indonesia Edisi V Hal 53

Larutan oabt mata adalah larutan steril bebas partikel asing.

Merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa

hingga sesuai digunakan pada mata.

b. Menurut Parrot Hal 290

Preparat obat mata adalah produk untuk diteteskan ke dalam

mata, khususnya diformulasikan dan disiapkan dengan

pertimbangan tonisistas, pH, dan stabilitas.

B. Jenis-jenis sediaan mata

a. Salep mata

1. Menurut Ilmu Resep : 78

Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan

mata dengan menggunakan dasar salep yang cocok.

2. Menurut Formularium Nasional Edisi 2 Hal 334

Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata

menggunakan dasar salep yang cocok.

3. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Hal 20

Salep mata adalah salep steril untuk pengobatan mata

menggunakan dasar salep yang cocok.

4. Menurut Farmakope Indonesia Edisi V Hal 53

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata,

pada pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus,


sediaan dibuat dari bahan yang sudah disterilkan dengan

perlakuan aseptic yang tepat serta memenuhi syarat.

b. Tetes mata

1. Menurut Ansel Hal 541

Larutan mata adalah larutan steril yang dicampurkan

dan dikemas untuk dimasukkan ke dalam mata, sediaan steril

disebut tersebut memerlukan pertimbangan yang cermat

terhadap faktor-faktor yang farmasi seperti kebutuhan bahan

antimikroba, isotonisitas, viskositas, dapar dan pengemasan

yang cocok.

2. Menurut Ilmu Meracik Obat Hal : 155

Tetes mata adalah sediaan steril beruapa larutan atau

suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada

selaput lendir mata, disekitar kelopak mata dan bola mata.

3. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV Hal : 53

Larutan obat mata adalah larutan steril bebas partikel

asing yang dan merupakan sediaan dibuat dan sedemikian

rupa sehingga sesuai untuk digunakan pada mata.

4. Menurut Ilmu Resep Hal 94

Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan

jernih atau suspens bebas partikel yang digunakan untuk mata

dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata

disekitar kelopak mata dan bola mata.


5. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Hal 10

Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau

suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat

pada pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola

mata.

6. Menurut Farmasetika Hal 184

Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan

atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan

obat pada pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan

bola mata.

7. Menurut Formularium Nasional Hal 316

Tetes mata adalah sediaan steril beruapa larutan atau

suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada

selaput lendir mata, disekitar kelopak mata dan bola mata.

C. Syarat-syarat sediaan mata

a. Menurut Ilmu Meracik Obat Hal 155

1. Steril

2. Sedapat mungkin isohidris

3. Sedapat mungkin isotonis

b. Menurut Lachman Hal 1121

1. Harus tidak memiliki rasa

2. Harus steril
3. Bahan-bahan yang digunakan dalam bentuk sediaan semi

padat harus dalam jumlah minimal.

c. Menurut Anief Hal 184

1. Obat harus stabil secara kimia

2. Harus mempunyai aktifitas terapi yang optimal

3. Harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada

mata

4. Harus teliti dan tepat serta jernih

5. Harus bebas dari mokroorganisme yang hidup dan tetap tinggal

demikian selama penyimpanan yang diperlukan

d. Menurut R’Voight

1. Sterilitas atau miskin kuman

2. Jernih (bebas bahan melayang atau miskin bahan melayang)

3. Pengawetan

4. Tonisitas

5. Stabilitas

e. Menurut farmasetika dan Hitungan Hal 104

1. Homogenitas, tidak boleh mengandung bahan kasar yang

dapat teraba

2. Sterilitas, memenuhi syarat uji sterilisasi yang tertera pada uji

keamanan hayati

3. Penyimpanan, dalam tube ditempat sejuk

4. Penandaan pada etiket juga harus tertera “salep mata”


f. Menurut Ilmu Resep Hal 95

1. Harus steril

2. Harus jernih

3. Serta bebas partikel asing, serat dan benang

4. Dapar

g. Menurut Formularium Nasional Hal 316

1. Harus jernih

2. Bebas zarah asing, serat dan benang

h. Menurut Scoville’s

1. Akurasi dan kebersihan dalam persiapan

2. Sterilisasi dalam koloni jadi dan kehadiran agen antimikroba

yang efektif untuk menahan pertumbuhan organism

3. Isotonis

4. pH yang tepat.

D. Keuntungan dan kerugian sediaan

a. Keuntungan

1. Menurut Ilmu Resep Hal 97

a) Meningkatkan daya serap

b) Menyediakan kadar zat yang cukup tinggi sehingga

menghasilkan efek obat yang cepat dan efektif

2. Menurut Ansel Hal 563

Menambahkan waktu hubungan antara obat dengan

mata pengkajian telah menunjukkan bahwa waktu kontak mata


antara obat dengan mata 2-4 kali lebih besar apabila dipakai

salep dibandingkan jika dipakai larutan.

3. Menurut Lachman Edisi 2 Hal 1121

Banyaknya variasi dari bahan pembawa utama

tersebut di atas dapat disebabkan oleh avaibilitas bahan baku

yang baru, memungkinkan pada ahli farmasi mengubah-ubah

formulanya.

4. Menurut Lachman Edisi 3 Hal 1317

Formulasi preparat obat mata dengan zat aktif yang

stabil secara terapeutik.

5. Menurut PDF Hal 136

a) Agen terapeutik lansung kesitu aksi memastikan bahwa

agen terapeutik tersedia pada konsentrasi yang lebih tinggi

daripada yang tercapai setelah pemberian oral.

b) Agen terapeutik secara lokal memberikan bahwa insidensi

efek samping minimal.

c) Pemberian sediaan secara lokal dapat mudah dilakukan

pasien.

b. Kerugian

1. Menurut Ansel Hal 541 dan 563

a) Selain steril preparat trsebut memerlukan pertimbangan

yang cermat terhadap faktor farmasi seperti kebutuhan


bahan antimikroba, isotonitas, dapar, viskositas dan

pengemasan yang cocok

b) Kaburnya pandangan yang terjadi begitu dasar salep

meleleh dan menyebar melalui lensa mata.

2. Menurut PDF Hal 136

a) Formulasi okular sretil karena itu fasilitas khusus diperlukan

untuk pembawa bentuk sediaan ini.

b) Efek samping lokal dapat dialami untuk bentuk sediaan

okuler. Biasanya efek utama yang dihadapi oleh pasien

nyeri dan iritasi.

E. Komposisi Sediaan mata

a. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Hal 10

Tetes mata berair umumnya dibuat mengandung cairan

pembawa yang mengandung terutama femika (II) nitrat,

beszalkonium klorida 0,01 % b/v atau klorheksidina asetat 0,01%

b/v yang pemilihan berdasarkan atau pencampurannya zat

pengawet terhadap obat yang terkandung didalamnya selama

waktu tetes mata.

b. Menurut Lachman Edisi 2 Hal 1122

1. Bahan pembawa

Sediaan semipadat untuk mata sering kali

mengandung vaselin, basis salep yang lunak, atau basis yang

larut dalam air.


2. Bahan pengawet

Bahan pengawet ditambahkan pada sediaan

semipadat untuk mencegah kontaminasi dan kerusakan oleh

bakteri serta jamur.

c. Menurut Ansel Hal 542

Pengawet yang tepat dan konsentrasi maksimum dari

pengawet untuk tujuan ini termasuk (a) 0,013% benzalkonium

klorida; (b) 0,01% benzekonium klorida; (c) 0,5% klorobutanol; (d)

0,004% fenijmerkuri asetat; (e) 0,004% fenil merkuri nitrat; (f)

0,01% timerasol.

d. Menurut Ilmu Resep Hal 94

Tetes mata umumnya dibuat menggunakan cairan

pembawa berair yang mengandung zat pengawet terutama fenil

raksa (II) nitrat atau fenil raksa (II) asetat 0,002%b/v, bnezal kanium

klorida 0,01% b/v atau klorheksidina asetat 0,01% b/v. yang

pemilihannya di dasarkan atas kemampuan zat pengawet dengan

obat yang terkandung didalamnya selama waktu tetes mata itu

dimungkinkan untuk digunakan.

e. Menurut Formularium Nasional Hal 316

Tetes mata umumnya dibuat menggunakan cairan

pembawa berair yang mengandung zat pengawet terutama fenil

raksa (II) nitrat atau fenil raksa (II) asetat 0,002%b/v, bnezal kanium

klorida 0,01% b/v atau klorheksidina asetat 0,01% b/v. yang


pemilihannya di dasarkan atas kemampuan zat pengawet dengan

obat yang terkandung didalamnya selama waktu tetes mata itu

dimungkinkan untuk digunakan.

f. Menurut Ilmu Meracik Obat Hal 155-156

Pelarut yang penting digunakan adalah larutan 2% asam

benzoat (pH 5), larutan boraks-asam borat (pH 6,5), larutan basa

lemah boraks-asam borat (pH 8), aquadestilata larutan NaCl 0,9%.

g. Menurut Ansel Hal 562

Dasar salep yang dimanfaatkan untuk salep mata harus

bertitik lebur atau titik melumer mendekati suhu tubuh. Dalam hal

campuran dari petrolatum dan cairan petrolatum (minyak mineral)

dimanfaatkan sebagai dasar salep mata. Kadang-kadang zat yang

bercampurbdengan air seperti lanolin ditambahkan.

h. Menurut RPS Hal 1585

1. Dasar salep senyawa hidrokarbon

2. Dasar salep serap

3. Dasar salep yang dicuci dengan air

4. Dasar salep yang dapat larut dalam air

i. Menurut R’Voight Hal 572

Dari sekian banyaknya bahan pengawet yang digunakan

sacara farmasetik digunakan terutama tiomersa (0,002%), garam

fenil merkuri (0,002%), garam alkanium dan garam benzalkonium

(0,002-0,01%), dalam kombinasinya trium adebat (0,1%),


selanjutnya juga kloroheksidin (0,005-0,01%), klorobutanol (0,5%),

dan benzilalkohol (0,5-1%).

j. Menurut Scoville’s Hal 221

Alkaloid garam alkaloidal, antibiotic atau zat yang lain

dimaksudkan untuk berangsur-angsur pada mata.

F. Cara pembuatan obat mata

a. Menurut Ilmu Meracik Obat Hal 156

Cara I :

Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa yang mengandung salah

satu zat pengawet yang cocok dan larutan dijernihkan dengan

penyaringan.

Cara II :

Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung

zat pengawet yang cocok dan disterilkan dengan penyaringan

baktri steril, lalu dimaukkan ke dalam wadah akhir yang steril dan

ditimbang secara aseptik.

Cara III :

Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang mengandung

zat pengawet yang cocok, lalu disaring dan dimasukkan ke dalam

wadah tertutup rapat dan disterilkan dgan cara B, yakni disterilisasi

dengan bakterisida. Pemanasan dilakukan pada suhu 98 o – 100oC

selama 30 menit.
b. Menurut Ilmu Resep Hal 95-96

1. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang

mengandung salah satu zat pengawet tersebut di atas, lalu

larutan dijernihkan dengan penyaringan, masukkan ke dalam

wadah tertutp kedap dan sterilakan dengan cara sterilisai A/B

yang tertera pada injection.

2. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang

mengandung salah satu zat pengawet tersebut di atas,

kemudian larutan disterilisasi dengan cara C yang tertera pada

injection, masukkan dalam wadah steril secara aseptic dan

ditutup kedap.

3. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa tak berair yang steril

(yang disterilisasi pada 150oC dalam oven) dimasukkan dalam

wadah steril secara aseptic dan ditutup kedap.

c. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Hal 10

1. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang

mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat

pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan dengan

penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan

sterilkan dengan cara sterilisasi A.

2. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang

mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat


pengawet lain yang cocok dan larutan disterilkan dengan cara

sterilisasi C.

3. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang

mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat

pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan dengan

penyaringan, masukkan ke dalam wadah tertutup rapat

disterilkan dengan cara sterilisasi B.

d. Menurut Formularium Nasional Hal 316

1. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang

mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat

pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan dengan

penyaringan, masukkan ke dalam wadah, tutup wadah dan

sterilkan dengan cara sterilisasi A.

2. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang

mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat

pengawet lain yang cocok dan larutan disterilkan dengan cara

sterilisasi C.

3. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa berair yang

mengandung salah satu zat pengawet tersebut atau zat

pengawet lain yang cocok dan larutan dijernihkan dengan

penyaringan, masukkan ke dalam wadah tertutup rapat

disterilkan dengan cara sterilisasi B.

e. Menurut Ansel Hal 562-563


Zat obat ditambahkan dalam dasar salep, apakah dalam

bentuk larutan atau dalam bentuk serbuk yang dibuat halus sekali

sampai ukuran micron. Lalu obat dicampurkan sampai sempurna

dengan dasar salep dan biasanya memakai penggiling.

f. Menurut Scoville’s Hal 357

Ketika obat dilarutkan dalam air dan membentuk larutan

stabil, dilarutkan dalam volume minimum air untuk injeksi, resulung

juga kemudian digabungkan dengan basis yang meleleh dan

campuran tersebut diaduk sampai membeku. Ketika obat tidak

mudah larut dalam air, ia direduksi menjadi bubuk yang sangat

halus dengan basis kecil. Campuran yang dihasilkan kemudian

digabungkan dengan sisa basis.

G. Faktor – faktor yang mempengaruhi sediaan mata

a. Menurut Ilmu Resep Hal 96

1. Toksisitas bahan obat

2. Nilai isotonisitas

3. Kebutuhan bahan dapar

4. Kebutuhan bahan pengawet

5. Sterilitas

6. Keamanan yang tepat

b. Menurut Scoville’s Hal 221

1. Bersih dan kelakaratan persiapan sediaan


2. Sterilisasi dalam katoni aktif dan keberadaan agen antimikroba

yang efektif untuk menangkap pertumbuhan organisme

3. Isotonis

4. Laju pH yang tepat

c. Menurut Farmakope Indonesia Edisi V Hal 13-14

1. Nilai isotomisitas, cairan mata isotonik dengan darah dan

mempunyai nilai isotonisasi sesuai dengan larutan natrium

klorida P 0,9 %

2. Pendaparan, banyak obat khususnya garam alkaloid paling

efektif pada pH optimal bagi pembentukan basa bebas tidak

tersidosiasi

3. Bahan pengental, metil selulosa khususnya untuk sediaan

farmasi atau bahan pengental lain

d. Menurut Ansel Hal 552

Faktor – faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi obat mata

mencakup ikatan protein, metabolisme obat dan pengaliran mata

H. Cara penggunaan salep mata

a. Menurut Ansel Hal 554

Jumlah larutan untuk mata yang ditentukan oleh resep harus

diteteskan pada mata atau sekeliling jaringan dengan penetes tadi

waktumemakai obat – obat untuk mata, alat penetes harus

dipegang diatas mata dan dengan tangan lainnya, si pasien

menarik kelopak mata bawah ke bawah lalu obat diteteskan pada


mata sambil melihat ke atas. Pasien harus tetap diam kurang lebih

30 detik sambil matanya tetap terbuka.

b. Menurut Buku Ilmu Resep Hal 94

Digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada

selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata

c. Menurut buku rps hal 1584

1. Cuci tangan

2. Dengan satu tangan, tarik perlahan ke bawah kelopak mata

bawah

3. Jika penetesnya terpisah tekan bola keretnya sekali ketika

penetes dimasukkan ke dalam botol

4. Tempatkan penetes diatas mata, jangan menyentuh penetes

pada mata atau jari

5. Lepaskan penutup, usahakan agar mata tetap terbuka dengan

tidak berkedip paling kurang 30 detik

6. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan

tutup botol

7. Jika penetesnya terpisah, tempatkan penetes dengan ujung

pengaruh ke bawah

8. Jangan pernah menyentuh penetes pada permukaan apapun

9. Jangan pernah mencuci penetes

10. Jika anda mempunyai lebih dari satu jenis botol tetes yang

sama, buka satu tutup botol saja


11. Setelah penggunaan jangan menutup mata terlalu cepat dan

usahakan jangan berkedip lebih sering dari biasanya karena

dapat menghilangkan

Obat dari tempat efektifnya

d. Menurut buku farmasetika hal 184

Digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat mata

pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata

e. Menurut farmakope Indonesia edisi III hal 10

Tetes mata digunakan pada selaput lendir mata di sekitar

kelopak mata dan bola mata

I. Mengapa sediaan mata harus steril

a. Menurut Parrot Hal 290

Sterilisasi diinginkan karena kornea dan jaringan yang

segaris dengan daerah arteria adalah media yang baik untuk

mikroorganisme dan penetasan dan larutan mata yang luka oleh

kecelakaan atau operasi dapat menghasilkan kehilangan

penglihatan

b. Menurut Ansel Hal 542

Semua larutan untuk mata harus dibuat steril jika diberikan

dan bila mungkin ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk

menjamin sterilitas selama pemakaian. Larutan untuk mata yang

dimaksudkan untuk digunakan selama operasi atau pada mata

yang terkena trauma umumnya tidak mengandung bahan


pengawet karena hal ini akan menyebabkan iritasi pada jaringan

di dalam mata

c. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Hal 10

Semua alat yang digunakan untuk pembuatan tetes mata,

begitu jugawadahnya harus bersih betul sebelum digunakan, jika

perlu di sterilkan

d. Menurut R.Voight Hal 524

Penggunaan tetes mata yang berkontaminasi mikrobial akan

kembali terjadi kakus antara yang menyulitkan. Menurut berita dari

literatur setelah pemberian larutan mengandung mikroorganisme

timbul suatu kondisi rangsangan berat, yang dalam banyak kasus

menyebabkan kehilangan daya penglihatan atau tetap terlukanya

mata.

e. Menurut Rps Hal 1588

Basis gram negatif menjadi sumber dari infeksi serius pada

kornea, ini dapat menyebabkan kehilangan pada 24-48 jam pada

konsentrasi yang ditoleransi oleh jaringan mata, menunjukkan

bahwa semua zat antimikroba di sterilkan pada bagian berikut

dapat tidak efektif melawan dari beberapa selain mikroorganisme

ini.

f. Menurut buku formularium sediaan steril hal 109

Karena mata merupakan organ pada manusia yang paling peka,

oleh karena itu sediaan harus steril dan berkualitas tajam.


g. Menurut lachman hal 1316

Berbagai bahan bisa ditambahkan kesuatu formulasi untuk

memberikan kestabilan yang dibutuhkan dan kemanjuran terapi

J. Evaluasi

a. Menurut lachman hal 1310

Wadah dosis tunggal bisa berkisar dari botol larutan

intravena satu liter sampai satu milliliter, atau lebih kecil. Kehendak

untuk mengurangi resiko kontaminasi lebih lanjut, baik kontaminasi

bakteri maupun virus, serta peningkatan kontrol pada pemberian

obat terutama dirumah sakit telah mengakibatkan berkembangnya

dosis tunggal akhir-akhir ini.

b. Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Hal 10

1. Kejernihan memenuhi syarat kejernihan yang tertera pada

injections

2. Sterilitas memenuhi uji sterilitas seperti yang tertera pada uji

keamanan hayati

3. Penyimpanan dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap,

volume 10 ml dilengkapi dengan penetes

4. Penandaan pada etiket harus juga tertera “Tidak boleh

digunakan lebih dari 1 bulan setelah tutup dibuka”

c. Menurut Buku Formularium Nasional Hal 317

Semua alat yang digunakan untuk pembuatan tetes mata,

begitu juga wadahnya harus bersih betul sebelum digunakan jika


perlu disterilkan kejernihan dan sterilisasi. Memenuhi syarat yang

tertera pada injections. Pada farmakope Indonesia. Penyimpanan

dalam wadah kaca atau plastik tertutup kedap volume 10 ml

dilengkapi dengan penetes.

d. Menurut Ansel Hal 553

Larutan untuk mata harus dikemas sehingga dengan muda

ditata dan dijaga sterilitasnya. Kebanyakan larutan untuk mata yang

digunakan dengan cara tetesan, dikemas dalam wadah gelas atau

plastik yang memiliki penetes. Beberapa wadah plastik memiliki

penetes yang tetap dan terpasang serta akan mengeluarkan obat

apabila dipegang pada posisi terbalik.

K. Anatomi Mata

Keterangan :

a. Selaput Tanduk ( Kornea )


Kornea merupakan mata yang paling depan berbentuk

seperti kubah. Tidak berwarna tetapi warnanya bening, yang sering

kita lihat seolah-olah hitam, coklat atau warna lainnya. Makanya

kornea ini dalam posisinya menutupi iris mata dan pupil, pada

manusia, daya bias kornea mencapai sekitar 43 dioperes.

b. Anak Mata ( Pupil )

Pupil adalah pembuka tengah mata. Cahaya yang masuk

melalui pupil diteruskan melalui lensa mata, yang memusatkan

bayangan ke retina, ukuran pipil dikendalikan oleh otot.

c. Lensa Mata

Lensa mata terletak disegmen anterior mata. Anterior

kelensa adalah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke

mata. Lensa digantungkan ditempat oleh zonular serat.

d. Selaput Pelangi ( Iris )

Iris merupakan membran dalam mata yang bertanggung

jawab untuk mengendalikan dan mengatur ukuran diameter dari

pupil dan jumlah cahaya yang masuk ke mata, otot-otot iris melekat

dan memperluas delah di tengah-tengah iris yang disebut pupil.

e. Selaput Keras ( Skiera )

Skiera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat

berwarna putih buram ( Tidak tembus cahaya ). Fungsinya adalah

melindungi bagian dalam bola mata.

f. Selaput koroid
Selaput Koroid merupakan bagian uvea yang paling luar

terletak antara retina di ( Sebelah Dalam ) dan Skiera ( Di sebelah

Luar ). Koroid berbentuk mangkuk yang tepi depannya berada

dicincin bagian siliar. Koroid adalah saringan vascular yang terdiri

atas ayaman pembuluh darah.

g. Selaput Jala ( Retina )

Retina adalah selapis tipis sel yang terletak pada bagian

belakang bola mata. Retina mengubah cahaya menjadi sinyal

syaraf struktur retina pada manusia adalah 72% seperti bola

dengan diameter sekitar 22 mm.

h. Bintik Kuning

Merupakan tempat yang paling peka terhadap rangsang

cahaya dan paling banyak mengandung sel-sel saraf pengunatan.

i. Otot, Saraf dan pembuluh darah

Dalam mata ada beberapa otot yang bekerjasama dalam

menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf keranial

tertentu. Beberapa saraf itu diantaranya ialah Saraf optikus yang

membawa gelombang saraf yang dihasilkan didalam retina ke otak,

Kemudian saraf Larkrimalis yang merangsang pembentukan air

mata oleh kelenjar air mata.


DAFTAR PUSTAKA

Anief. Moh. 2007. Farmasetika. UGM Press : Yogyakarta

Anief. Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. UGM Press : Yogyakarta

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. UI

Press : Jakarta

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI : Jakarta

Dirjen POM. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Depkes RI : Jakarta

Gennaro. A.R. 1990. Remingtons Pharmautical Scince 18th Edition. Marck

Publishing Company Pesylvania


Liberman, Herbert. 1989. Pharmaceutical Dosage Form. Marcel Dekker

INC : New York

Lachman, Leon. 1994. Teori Praktikum Farmasi Industri 2. UI-Press :

Jakarta

Lachman, Leon. 1994. Teori Praktikum Farmasi Industri 3. UI-Press :

Jakarta

Lukas, stefanus. 2006. Formulasi Sediaan Steril. ANDI Yogyakarta

Parrot, Augend. 1979. Pharmaucetical Teknologi Drugers Publishing

Company. Minnissaphalis

Prawirastuty, Janto Sumarto. 1979. Formularium Nasional Edisi II. Depkes

: Jakarta

Raodatul, Jannah. 2016. Gangguan Kesehatan Mata. Guepedia : Jakarta

Rowe, C. Raymond, dkk. 2009. Handbook Of Pharmaceutical Exipient.

APWA : London

Scoville’s. 1979. The Art Of Comoauding Mint. Mugraw Hil Book Company

: New York

Syamsuni. 2007. Ilmu Resep. UI-Press : Jakarta

Syamsuni. 2007. Farmasetika dan Hitungan. EGC : Jakarta

Voight. R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press :

Yogyakarta

Tim Medical. 2017. Basic Pharmacology and Drugs Notes. MMSI

Publishing : Makassar
Tjay, Tan Hoan, dkk. 2015. Obat – Obat Penting. Kompas Gramedia :

Jakarta

4. Dasar Formula

Alasan pembuatan sediaan mata

a. Menurut Farmakope Indonesia edisi V hal 53

Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Pada

pembuatan salep mata harus diberikan perhatian khusus. Sediaan

dibuat dari bahan yang sudah di sterilkan dengan perlakuan

aseptic yang tetap serta memenuhi syarat uji sterilisasi.

b. Menurut Formularium nasional edisi II Hal 334


Salep mata adalah sediaan steril untuk pengobatan mata

menggunakan dasar salep yang cocok.

Keuntungan sediaan salep mata

1. Agen terapeutik langsung kesitus aksi memastikan bahwa

agen teapeutik tersedia pada konsentrasi yang lebih tinggi

daripada yang dicapai setelah pemberian oral.

2. Agen terapeutik secara lokal memastikan bahwa insidensi

efek samping diminimalkan.

3. Pemberian secara lokal kemata dapat dengan mudah

dilakukan oleh pasien.

4. Studi Preformuasi

a. Zat Aktif

1. Menurut Basic Pharmacolog and Drug Notes, hal 210

Chloromfenicol umumnya bersifat bakteristatik pada

konsentrasi tinggi kloram. Febicol kadang – kadang bersifat

bakterisial terhadap kuman-kuman tertentu.

2. Menurut

Antibiotikum broodspectrum ini berkhasiat bakteriostatik

terhadap hampir semua kuman gram positif dan sejumlah

kuman gram negatif penggunaan topikal, chloramphenicol

digunakan sebagai salep mata 0,25%.

b. Zat Tambahan

1. Alpha Tocoperol
Sebagai sumber vitamin E dan materi spesifikasi yang

tersedia komersial mencerminkan tujuan ini. Alfa tocoperol juga

menunjukkan antioksidan. Sifat, beta, delta, dan gamma,

tocoperol dianggap menjadi lebih efektif sebagai antibiotik

dengan konsentrasi 0,001 – 0,05% (Exipient, 31).

2. Chlorobutanol

Terutama digunakan dalam dosis optalmik atau parenteral

bentuk sebagai pengawet antimikroba pada konsentrasi hingga

0,5 % w/v. Hcl ini biasanya digunakan sebagai agen antibiotik

untuk larutan epinefrin. Larutan ekstrak hipofisis posterior dan

persiapan mata yang ditujukan untuk pengobatan miosis

(Exipient, 166).

3. Petrolatum

Petrolatum dan salep putih yang berupa petrolatum

dengan 5 % malam tawon. Merupakan contoh khas dari jenis

pembawa yang bersifat hidrofilik bahan baku yang umumnya

paling banyak digunakan sebagai pembawa dalam salep

adalah petrolatum mengingat konsentrasinya, kelunakannya

dan sifat yang netral serta kemampuan penyebaran yang

mudah (Lachman 2, hal 1112).

Petrolatum adalah basis yang paling sering digunakan


dalam salep mata karena petrolatum stabil dan dapat dihasilkan
dengan 2 jam paparan 170°C. Salep mata lunak dapat
diproduksi dengan menambahkan minyak mineral ke
petrolatum dengan konsentrasi hampir 100% (Parrot, 369).

Anda mungkin juga menyukai