Anda di halaman 1dari 18

PEMANFAATAN METODE KAPILARITAS PADA PERUBAHAN WARNA

MAHKOTA MAWAR PUTIH

Seminar Fisika

Diajukan untuk melengkapi tugas dan syarat-syarat Mata Kuliah

NAMA : NURHANIFAH

NIM : 1606103030057

KELAS : 03

JURUSAN : PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2018
KATA PENGANTAR

Puji beserta syukur kehadirat Allah SWT, yang mana oleh izin-Nya lah akhirnya
penulis dapat menyusun tugasmakalah ini. Shalawat dan salam tidak lupa pula penulis
junjungkan kepada Rasulullah SAW,yang telah membawa umat manusia dari alam
kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
melengkapi tugas Mata Kuliah Seminar Fisika pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Syiah Kuala.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar inilah penulis
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalahini banyak terdapat
kekurangan, oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat konstruktif, sehingga penulisan makalah ini dapat berhasil dengan baik
sebagaimana mestinya.
Demikian yang dapat penulis sampaikan dan selanjutnya atas bantuan semua
pihak, penulis hanya dapat mendoakan semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin.

Banda Aceh,14 Desember 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah ..........................................................................................................1

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................................2

2.1 Pengertian Kapilaritas .........................................................................................................4

2.2 Gejala Kapilaritas...................................................................................................................4

2.3 Ketinggian Pipa Kapiler .........................................................................................................6

2.4 Pengertian Bunga ..................................................................................................................7

2.5 Struktur Bunga.......................................................................................................................7

BAB III METODELOGI PENELITIAN .....................................................................................8

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ..............................................................................................8

3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................................................8

3.3 Prosedur Percobaan ..............................................................................................................8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................................10

4.1 Struktur Bunga.....................................................................................................................11

4.2 Struktur Bunga.....................................................................................................................11

BAB V KESIMPULAN ...............................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam dunia bisnis, banyak acuan yang dijadikan sebagai variabel dalam
penjualan. Mengembangkan sesuatu merupakan hal biasa namun menciptakan hal
baru merupakan hal yang tidak semua orang bisa. Dengan memanfaatkan fisika,
banyak industri dapat menghasilkan rupiah yang tidak sedikit bilangannya. Ada
banyak metode fisika yang dapat diterapkan dalam dunia bisnis. Bisnis tanaman
dapat menjadi variabel yang menonjol dalam penjualan. Fisika dapat
memodifikasi tanaman hingga menjadi hal baru yang diketahui dunia.
Dewasa ini, pemanfaatan metode daya kapilaritas dalam bisnis tanaman
bunga dilakukan oleh beberapa produsen bunga tanpa mengetahui pengaplikasian
fisika yang berlaku pada tanaman bunga tersebut. Mawar putih merupakan salah
satu jenis bunga yang banyak diminati oleh pecinta bunga. Produsen bouqouet
banyak memproduksi bouqouet mawar disamping krisan salju. Memproduksi
Mawar putih menjadi sangat biasa di kalangan masyarakat. Maka dengan
memanfaatkan daya kapilaritas, kini hadir Mawar rainbow dengan aneka ragam
warna.
Kapilaritas merupakan peristiwa naik turunnya air dari permukaan
melalui celah atau pipa kapiler karena adanya tegangan permukaan. Permukaan
zat cair yang membasahi dinding, misalnya air, akan naik. Adapun yang tidak
membasahi dinding, seperti raksa, akan turun. Dalam kehidupan sehari-hari,
contoh-contoh gejala kapiler yaitu Minyak tanah naik melalui sumbu lampu
minyak tanah atau sumbu kompor, dinding rumah basah pada musim hujan, air
tanah naik melalui pembuluh kayu. Peristiwa air membasahi dinding, atau raksa
tidak membasahi dinding dapat dijelaskan dengan memperhatikan gaya tarik-
menarik antar partikel. Gaya tarik-menarik antar partikel sejenis disebut kohesi,
sedangkan gaya tarik menarik antar partikel tidak sejenis disebut adhesi
(Supliyadi dkk, 2006). Gaya kohesi dan gaya adhesi yang menyebabkan
kapilarisasi . Contoh gaya kohesi yaitu partikel minyak dengan partikel minyak,
dan gaya adesi misalnya partikel minyak dengan partikel lain.
Jika adesi lebih besar dari kohesi seperti pada air dengan permukaan kaca
pipa kapiler, air akan berinteraksi kuat dengan permukaan gelas sehingga air
membasahi kaca dan juga permukaan atas cairan akan melengkung (cekung).
Begitu pula sebaliknya, jika kohesi lebih besar dari adesi seperti pada air dengan
permukaan kaca pipa kapiler yang dilapisi dengan lilin, air akan berinteraksi
lemah dengan permukaan gelas sehingga air tidak naik membasahi kaca dan juga

1
permukaan atas cairan akan mencembung (cembung). Keadaan ini dapat
menyebabkan cairan dapat naik ke atas oleh tegangan permukaan yang arahnya
ke atas sampai batas keseimbangan gaya ke atas dengan gaya berat cairan
tercapai. Ketinggian maksimum yang dicapai cairan dalam tabung kapiler
dipengaruhi oleh tegangan permukaan akibat interaksi molekul-molekul zat cair
dipermukaan zat cair. Di bagian dalam cairan sebuah molekul dikelilingi oleh
molekul lain disekitarnya, tetapi di permukaan cairan tidak ada molekul lain
dibagian atas molekul cairan itu. Hal ini menyebabkan timbulnya gaya pemulih
yang menarik molekul apabila molekul itu dinaikkan menjauhi permukaan, oleh
molekul yang ada di bagian bawah permukaan cairan. Sebaliknya jika molekul di
permukaan cairan ditekan, misalnya dalam hal ini dimasukkan pipa kapiler,
molekul bagian bawah permukaan akan memberikan gaya pemulih yang arahnya
ke atas (Hallstensson et al. 2000).
Selain oleh tegangan permukaan, ketinggian yang dicapai suatu cairan
dalam tabung kapiler dipengaruhi pula oleh jari-jari tabung dan densitas cairan.
Untuk kapilarisasi pada bahan berpori, semakin rapat bahan tersebut maka akan
semakin tinggi ketinggian yang dapat dicapai oleh cairan. Hal yang menonjol dari
aliran fluida dalam suatu bahan berpori atau granul adalah pergerakan air atau
minyak dalam dasar, dan mengalir dalam tumpukan granul katalis atau dalam
proses filtrasi. Secara umum, persamaan yang berlaku dirumuskan sebagi berikut:

𝟐.𝜸.𝐜𝐨𝐬 𝜽
h=
𝝆.𝒈.𝒓

Persamaan umum ini menjelaskan bahwa jari-jari pipa kapiler sangat


berpengaruh terhadap proses naik turunnya air disamping ketinggian pipa kapiler.
Semakin kecil jari-jari tabung maka semakin tinggi ketinggian yang dicapai oleh
cairan (Brady & Weil 2004).
Kapilaritas yang terjadi pada proses pengangkutan pada tumbuhan
menganggap pembuluh xylem yang terdapat pada batang dan akar tumbuhan
dianggap sebagai pipa kapiler. Air akan naik melalui pembuluh kayu (xylem)
sebagai akibat dari gaya adhesi antara dinding pembuluh kayu dengan molekul
air. Pada pemanfaatan daya kapilaritas terhadap perubahan warna kelopak Mawar
putih menganggap tangkai mawar sebagai pipa kapiler dan air berwarna akan
naik melalui tangkai sebagai akibat gaya adhesi antara tangakai dan molekul air
yang berwarna.
Dengan melihat banyaknya pemanfaatan daya kapilaritas pada perubahan
warna bunga, maka penulis tertarik untuk meneliti proses kapilaritas yang berlaku
pada tangkai Mawar dengan judul “PEMANFAATAN METODE
KAPILARITAS PADA PERUBAHAN WARNA KELOPAK MAWAR
PUTIH”.

2
1. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh ketinggian tangkai pada kelancaran naik turunnya
molekul air berwarna?

2. Tujuan Penelitian
Mengetahui pengaruh ketinggian pipa kapiler pada kelancaran perubahan
warna kelopak mawar putih
3. Manfaat Penelitian
1. Dapat memahami pengaplikasian fisika pada perubahan warna kelopak
mawar
2. Dapat dipelajari oleh produsen dan konsumen bunga dan penjual-penjual
rainbow rose bouqouet.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kapilaritas

Kapilarisasi adalah gejala naiknya suatu fluida yang disebabkan oleh gaya kohesi
atau gaya tari menarik antara partikel yang sejenis, misalnya partikel minyak dengan
partikel minyak, dan gaya adesi atau gaya tarik menarik antara partikel yang berbeda
jenis misalnya partikel minyak dengan partikel lain (Fayala et al. 2004)
Permukaan zat cair yang membasahi dinding, misalnya air, akan naik. Adapun yang
tidak membasahi dinding, seperti raksa, akan turun. Dalam kehidupan sehari-hari,
contoh-contoh gejala kapiler adalah sebagai berikut : Minyak tanah naik melalui sumbu
lampu minyak tanah atau sumbu kompor, dinding rumah basah pada musim hujan, air
tanah naik melalui pembuluh kayu. Peristiwa air membasahi dinding, atau raksa tidak
membasahi dinding dapat dijelaskan dengan memperhatikan gaya tarik-menarik antar
partikel. Gaya tarik-menarik antar partikel sejenis disebut kohesi, sedangkan gaya tarik
menarik antar partikel tidak sejenis disebut adhesi. (Supliyadi dkk, 2006)
Besarnya daya kapilaritas suatu fluida diwakili dengan besar atau kecilnya nilai
tegangan permukaan pada fluida tersebut. Berdasarkan nilai empiris dalam literatur teori
fluida dinyatakan bahwa semakin kecil nilai tegangan permukaan suatu fluida, maka
semakin besar daya kapilaritas fluida tersebut. Sehingga apabila daya kapilaritas
berharga besar, maka fluida akan memiliki kemampuan untuk merambat naik pada celah
sempit dengan baik. Hal ini dikarenakan fluida yang memiliki nilai tegangan permukaan
besar memiliki ikatan antar atom intern yang kuat. Sehingga atom-atom didalamnya akan
saling menarik satu sama lain (kohesi), namun akan menolak atom-atom yang tidak
sejenis. Peristiwa kapilaritas memiliki peluang lebih besar terjadi pada fluida yang
memiliki ikatan adhesi, dimana atom-atom dalam fluida dapat mengikat atom-atom pada
benda yang tidak sejenis. (Roy Hudoyo, 2013)
2.1.1 Gejala Kapilaritas

Kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa kapiler disebabkan oleh adanya tegangan
permukaan (γ) yang bekerja pada keliling persentuhan zat cair dengan pipa.

4
Gambar 1

(a) Jika sudut kontak kurang dari 90°, maka permukaan zat cair dalam pipa kapiler
naik (b) jika sudut kontak lebih besar dari 90°, maka permukaan zat cair dalam
pipa kapiler turun.

Gambar 1 diatas menunjukkan zat cair yang mengalami meniskus cekung. Tegangan
permukaan menarik pipa ke arah bawah karena tidak seimbang oleh gaya tegangan
permukaan yang lain. Sesuai dengan hukum III Newton tentang aksi reaski, pipa akan
melakukan gaya yang sama besar pada zat cair, tetapi dalam arah berlawanan. Gaya
inilah yang menyebabkan zat cair naik. Zat cair berhenti naik ketika berat zat cair dalam
kolam yang naik sama dengan gaya ke atas yang dikerjakan pada zat cair.

w=F

Jika massa jenis zat cair adalah ρ, tegangan permukaanγ, sudut kontak
θ, kenaikan zat cair setinggi h, dan jari-jari pipa kapiler adalah r, maka berat zat cair
yang naik dapat ditentukan melalui persamaan berikut.

w=mg
w=ρVg
w = ρ π r2 h g

Komponen gaya vertikal yang menarik zat cair sehingga naik setinggi h adalah:

F = (γ cos θ) (2π r) = F = 2π r γ cos θ

5
Jika nilai F diganti dengan ρ π r2 h g, maka persamaannya menjadi seperti berikut.

Keterangan:

h : kenaikan/penurunan zat cair dalam pipa (m)


γ : tegangan permukaan N/m
θ : sudut kontak (derajat)
ρ : massa jenis zat cair (hg/m3)
r : jari-jari pipa (m)

Gejala kapilaritas banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya,


naiknya minyak tanah melalui sumbu kompor, pengisapan air oleh tanaman (naiknya air
dari akar menuju daun-daunan melalui pembuluh kayu pada batang) dan peristiwa
pengisapan air oleh kertas isap atau kain. Selain menguntungkan gejala kapilaritas ada
juga yang merugikan misalnya ketika hari hujan, air akan merambat naik melalui pori-
pori dinding sehingga menjadi lembap. Dinding yang lembab terjadi karena gejala
kapilaritas.

2.1.2 Ketinggian Pipa Kapiler

Ketinggian maksimum yang dicapai cairan dalam tabung kapiler dipengaruhi oleh
tegangan permukaan akibat interaksi molekul-molekul zat cair dipermukaan zat cair. Di
bagian dalam cairan sebuah molekul dikelilingi oleh molekul lain disekitarnya, tetapi di
permukaan cairan tidak ada molekul lain dibagian atas molekul cairan itu. Hal ini
menyebabkan timbulnya gaya pemulih yang menarik molekul apabila molekul itu
dinaikkan menjauhi permukaan, oleh molekul yang ada di bagian bawah permukaan
cairan. Sebaliknya jika molekul di permukaan cairan ditekan, misalnya dalam hal ini
dimasukkan pipa kapiler, molekul bagian bawah permukaan akan memberikan gaya
pemulih yang arahnya ke atas.
6
Selain oleh tegangan permukaan, ketinggian yang dicapai suatu cairan dalam tabung
kapiler dipengaruhi pula oleh jari-jari tabung dan densitas cairan. Semakin kecil jari-jari
tabung maka semakin tinggi ketinggian yang dicapai oleh cairan. Untuk kapilarisasi pada
bahan berpori, semakin rapat bahan tersebut maka akan semakin tinggi ketinggian yang
dapat dicapai oleh cairan (Kwiatkoswka 2008).
2.2 Pengertian Bunga

Bunga merupakan tempat proses reproduksi seksual tanaman berbunga terjadi yang
merupakan struktur komples yang terdiri dari beberapa bagian. Beberapa bagian bunga
langsung terbawa dalam pembuahan dan produksi benih. Susunan bagian bunga lain
mempunyai fungsi dalam penyerbukan. Ini mungkin mempunyai bentuk yang berbeda,
ukuran warna, dan konfigurasi dari bagian bunga yang merupakan speisies tanaman
berbunga. Faktanya, keistimewaan bunga sering digunakan pada identifikasi tumbuhan.

2.2.1 Struktur Bunga

Walaupun hampir terbatas variasi bentuk dan warna bunga, semua bunga tersusun
sederhana, struktur dasar. Sebuah bunga biasanya tersusun atas empat bagian yaitu
kelopak daun, daun , serbuk sari dan putik.

1. Mahkota

Mahkota menyerupai daun,struktur mahkota biasanya berwarna-warni dalam


bulatan sekitar atas batang .

2. Kelopak

Kelopak juga menyerupai daun, biasanya berwarna hijau, dan mengelilingi


batang bunga dibawah mahkota bunga.

3. Serbuk sari

Didalam bulatan daun terdapat serbuk sari. Serbuk sari adalah struktur
reproduksi jantan pada bunga. Pada ujung serbuk sari terdapat kepala sari. Kepala
sari memproduksi serbuk/tepung sari.
7
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian yang berjudul Pemanfaatan Metode Kapilaritas Pada Perubahan Warna


Mahkota Mawar Putih dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2018 di kediaman.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wadah
2. Rol
3. Gunting
4. Tisu

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Mawar Putih
2. Air
3. Pewarna Pakaian
3.3 Prosedur Percobaan
Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan metode kapilaritas pada perubahan
warna mahkota bunga mawar putih dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang di perlukan
2. Potong batang bunga mawar hingga mencapai tinggi yang diinginkan. Gunakan
gunting yang tajam atau pisau yang tajam untuk memotong bagian bawah dari
batang bunga mawar sehingga memiliki ujung yang miring.
3. Untuk menentukan tinggi yang tepat, tentukan berdasarkan pada tinggi wadah
yang akan digunakan untuk pewarnaan atau berdasarkan tinggi dari vas yang
akan digunakan untuk menaruh bunga mawar setelah diwarnai. Batang dari
bunga mawar hanya perlu sedikit lebih tinggi dari vas yang akan digunakan untuk
menaruh bunga-bunga tersebut. Namun tidak boleh terlalu melebihi tinggi wadah
8
yang digunakan untuk mewarnai, atau bunga mawar tidak akan dapat berdiri
dengan seimbang dalam wadah pewarnaan.
4. Belah batang bunga menjadi beberapa bagian. Gunakan silet yang tajam untuk
membelah ujung batang menjadi beberapa bagian. Dapat menggunakan gunting
atau pisau, namun alat apa pun yang dipilih haruslah tajam. Jika batang bunga
mawar cukup keras seperti kayu, dan jika menggunakan pisau yang tumpul, maka
akan dapat merusak batang bunga dan bahkan merusak kuntum bunga. Potongan
pada batang yang dibuat harus dimulai dari ujung batang
5. Belah batang menjadi dua hingga empat bagian. Jika dibelah terlalu banyak,
maka akan membuat batang bunga menjadi lemah. Perhatikan bahwa banyaknya
bagian yang dibuat pada batang bunga akan menentukan banyaknya warna pada
bunga mawar.
6. Campurkan beberapa warna dari pewarna makanan ke dalam wadah berisi air. Isi
beberapa wadah dengan air dan campurkan beberapa pewarna makanan ke
dalamnya. Pilih satu warna untuk setiap wadah. Seperti yang disebutkan di atas,
banyaknya warna harus sesuai dengan banyaknya bagian dari batang yang
dibelah. Semakin banyak pewarna makanan yang digunakan, semakin cerah
warna yang akan dihasilkan pada bunga mawar. Pada penelitian ini, penulis
mengambil empat wrna yaitu merah,kuning, hijau, dan pink. Untuk masing-
masing bunga akan diberikan dua warna berbeda. Bunga 1 akan diberi warna
merah dan kuning sedangkan bunga 2 akan diberi warna hijau dan pink. Wadah
yang terbaik adalah wadah yang kuat dan tidak lebar. Hindari penggunaan wadah
yang memiliki mulut yang lebar karena bagian-bagian dari batang yang telah
dibelah akan ditempatkan ke pada masing-masing wadah, dan mulut wadah yang
terlalu lebar akan membuat penempatan bagian batang menjadi sulit.
7. Tempatkan setiap bagian batang ke dalam wadah yang berbeda. Tempatkan
setiap bagian dengan hati-hati ke dalam wadah-wadah yang telah diberi pewarna,
dan pastikan bahwa ujung-ujung batang telah terendam sepenuhnya. Perhatikan
secara saksama saat menekuk dan menempatkan bagian-bagian batang. Batang
yang telah dibelah akan menjadi lemah, dan jika memindahkan bagian batang
dengan tidak hati-hati, maka dapat membuat bagian tersebut patah tanpa
disengaja.
9
8. Tempatkan wadah-wadah yang telah diberi pewarna berdekatan dengan satu
sama lain untuk menjaga keutuhan bunga dan membatasi jarak yang dibutuhkan
saat meregangkan belahan-belahan tangkai tersebut.
9. Biarkan tangkai bunga mawar terendam selama beberapa jam dan akan dapat
melihat perubahan warna pada 30 menit pertama, namun untuk mendapatkan
bunga mawar yang memiliki warna yang jelas, bunga harus direndam dalam
pewarna untuk beberapa jam. Air yang telah diberi pewarna akan diserap melalui
batang bunga mawar seperti halnya air. Saat air berwarna tersebut dihantarkan
melalui bagian-bagian bunga dan mengalir ke kelopak bunga, pewarna tersebut
akan disimpan pada kelopak bunga. Karena kelopak-kelopak bunga berwarna
putih, maka pewarna akan dengan mudah dapat terlihat.

10
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil penelitian
Setelah melakukan penelitian dan percobaan, sehingga didapatkan hasil data
sebagai berikut :
No Objek penelitian Warna yang 30 menit 30 30 menit 30 menit
digunakan pertama menit ketiga keempat
kedua
1 Mawar putih 9 Merah dan Mulai tampak Muncul Tampak Tampak
cm Kuning merah kuning orange merah
pudar dan dan
seperti kuning kuning
warna cerah lebih
cream pekat

2 Mawar putih 14 Hijau dan Putih Hijau Hjau Hijau


cm Pink pudar toska lebih
pekat

4.2 Pembahasan

Naik turunnya air berwarna pada mawar dipengaruhi oleh ketinggian, tegangan
permukaan, densitas dan viskositas. Namun, pada penelitian ini didapatkan bahwa
terdapat variabel lebih yang mempengaruhi proses naik turunnya air pada tangkai mawar
yaitu suhu. Suhu yang tinggi akan menyebabkan proses kapilarisasi menjadi lebih cepat.
Pada suhu yang tinggi, bunga mengalami dehidrasi sehingga bunga membutuhkan nutrisi
agar tetap segar. Namun, pada penelitian ini suhu yang ditetapkan ialah 5° C karena
bunga mengalami dehidrasi berat sehingga harus tetap dipertahankan kesegaran nya
disamping menyerap fluda berwarna agar tetap utuh dan segar atau tidak layu.
Berdasarkan data yang sudah didapatkan, data menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian
11
antara hasil praktikum dan literatur fluida. Kenaikan atau penurunan zat cair pada pipa
kapiler disebabkan oleh adanya tegangan permukaan (γ) yang bekerja pada keliling
persentuhan zat cair dengan pipa. Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan
permukaan zat cair untuk meregang sehingga permukaannya seolah tertutup oleh lapisan
elastis. Hal ini dikarenakan adanya gaya tarik-menarik antar partikel. Pada penelitian ini,
didapatkan bahwa zat cair mengalami meniskus cekung dimana sudut kontaknya kurang
dari 90°. Ketika zat cair mengalami meniskus cekung, maka permukaan zat cair dalam
pipa kapiler naik. Ini terbukti pada praktikum tangkai mawar yang dimasukkan dalam
wadah berisi air. Air naik ke tangkai hingga mencapai mahkota bunga.

Selain dipengaruhi oleh tegangan permukaan, naik turunnya air juga dipengaruhi
oleh ketinggian pipa kapiler. Pada penelitian ini, tangkai mawar bertindak sebagai pipa
kapiler yang juga menjadi tempat air melewati sampai ke mahkota bunga. Pada mawar 1
dengan ketinggian 9 cm, pada waktu 30 menit pertama warna merah mulai muncul pada
mahkota bunga sedangkan pada mawar 2 dengan ketinggian 14 cm, ketika mencapai
waktu 30 menit pertama, mahkota bunga belum terjadi perubahan warna. Warna
mahkota bunga masih tetap putih. Setelah telah mencapai 30 menit kedua , mawar 1
sudah mengalami perubahan lebih, warna kuning mulai tampak pada mahkota namun
kuning belum sempurna. Kuning yang muncul lebih terlihat seperti warna cream.
Sedangkan pada mawar 2, mahkota bunga juga mengalami peubahan lebih dari
sebelumnya , warna hijau mulai muncul pada mahkota bunga. perubahan warna ini akan
terus mengalami penambahan tingkat pekat nya selama tetap tangkai tetap direndam
dalam air berwarna. Semakin lama tangkai berada dalam wadah air berwarna, maka akan
semakin sempurna hasil yang didapatkan.

Pada penelitian ini, tampaklah bahwa ketinggian pipa kapiler sangat berpengaruh
pada daya kapilaritas tangkai mawar. Tangkai mawar yang lebih pendek menempuh
waktu yang lebih singkat untuk mengalami perubahan warna dibandingkan tangkai
mawar yang lebih panjang. Namun, pada mawar 2 , warna yang muncul hanya satu
warna yaitu hijau. Warna pink tidak terlihat pada mahkota bunga setelah mencapai waktu
24 jam . Dengan kata lain, fluida pink tidak naik/lambat naik ke ke pipa kapiler 2 menuju
mahkota selama waktu 24 jam. Hal ini bisa disebabkan karena tingkat kekentalan fluida
pink yang lebih kental dari pada fluida hijau.
12
Sifat kapilaritas dipengaruhi oleh angka kekentalan. Semakin besar kekentalan fluida
maka akan semakin lambat air bergerak sepanjang tangkai. Disamping itu, kekentalan
juga dipengaruhi oleh suhu sesuai dengan persamaan (Wazeer et al. 1963):

𝐸 1
Log μ = 4,57 - 𝑇

Bertambah tingginya suhu mengakibatkan turunnya angka kekentalan fluida. Dengan


kata lain, semakin tinggi suhu, maka semakin kecil tingkat kekentalan fluida. Namun,
pada penelitian ini, bunga dimasukkan kedalam freezer selama proses kapilaritas terjadi
yaitu dengan suhu rendah 5°C dikarenakan bunga sedang mengalami dehidrasi berat
sehingga harus dijaga dalam suhu tetap yang rendah agar bunga tetap segar dan tidak
rusak. Oleh karena suhu yang rendah menyebabkan tingkat kekentalan fluida meningkat.
Berdasarkan persamaan Lucas-Washburn (Knopka A.E 2001; Hamdaoui & Nasrallah
2007):

𝛾𝑟𝑐𝑜𝑠 𝜃
Z² = = Dt
2𝜇

Semakin kecilnya angka kekentalan (µ) maka ketinggian yang dapat dicapai oleh (z)
semakin tinggi (cepat). Namun, pada penelitian ini kekentalan bertambah besar
dikarenakan faktor suhu. Ketika kekentalan bertambah besar, maka kemampuan fluida
untuk naik ke pipa kapile menjadi berkurang. Dengan kata lain, semakin kental suatu
fluida, maka semakin lambat fluida bergerak menuju mahkota bunga melalui pipa
kapiler. Ini sesuai dengan persamaan Lucas-Washburn diatas. Inilah penyebab fluida
pink tidak naik/lambat naik ke pipa kapiler.

13
BAB V
KESIMPULAN
Dari rangkaian pemanfaatan metode kapilaritas pada perubahan warna mahkota mawar
putih dapat disimpulkan bahwa
1. Tegangan permukaan berpengaruh terhadap naik turnnya air dari wadah ke pipa
kapiler
2. Suhu berpengaruh terhadap kecepatan naiknya fluida sepanjang pipa kapiler
bunga. Semakin tinggi suhu yang dirasakan bunga maka akan semakin cepat
3. Sifat kapilaritas dipengaruhi oleh angka kekentalan. Semakin besar kekentalan
fluida maka akan semakin lambat air bergerak sepanjang tangkai.
4. Kekentalan fluida dipengaruhi suhu. Semakin rendah suhu maka tingkat
kekentalan fluida akan semakin besar.

14
DAFTAR PUSTAKA

Benltoufa S, Fayala F. 2008. Capillary Rise in Macro and Micro Pores of Jeresy Knitting
Structure. Journal of Engineering Fibers and Fabrics.3(3):47-54.

Biggs,Alton.2000.Biology The Dynamic Of Life.New York.Glencoe

Gennes DPG, Wyart FB, Quéré D. 2002. Capillary and Wetting Phenomena — Drops.
Bubbles. Pearls. Waves. Springer. http://en.wikipedia.org/wiki/Surface_tension [10 Juli
2009].

Mohtar.2008. http://mohtar.staff.uns.ac.id/files/2008/08/tegangan-permukaan.doc.

Tuller M, Or D. 2005.Capillarity. Water Resources Research 35(7):155-164.

15

Anda mungkin juga menyukai