MAKALAH PRODuktivitas Perairan
MAKALAH PRODuktivitas Perairan
PENDAHULUAN
A. Latar belakang.
Tujuan pembuatan makalah ini semata-mata hanya untuk memenuhi tugas pada
mata kulia “BUDIDAYA PAKAN ALAMI”, serta untuk memperluas pengetahuan kita
tentangseluk-beluk perairan di mana kita dapat mengetahui apa yang ada dalam
perairan, baik yang hidup maupun yang mati.
B. Rumusan masalah
PEMBAHASAN
A. Produktivitas Primer
Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Primer antara lain suhu, cahaya, air,
curah hujan dan kelembaban, nutrient, tanah, herbivora.
a. Suhu
Berdasarkan gradasi suhu rata-rata tahunan, maka produktivitas akan meningkat dari
wilayah kutub ke ekuator. Namun pada hutan hujan tropis, suhu bukanlah menjadi faktor
dominan yang menentukan produktivitas, tapi lamanya musim tumbuh. Adanya suhu yang tinggi
dan konstan hampir sepanjang tahun dapat bermakna musim tumbuh bagi tumbuhan akan
berlangsung lama, yang pada gilirannya meningkatkan produktivitas. Suhu secara langsung
ataupun tidak langsung berpengaruh pada produktivitas. Secara langsung suhu berperan dalam
mengontrol reaksi enzimatik dalam proses fotosintetis, sehingga tingginya suhu dapat
meningkatkan laju maksimum fotosintesis. Sedangkan secara tidak langsung, misalnya suhu
berperan dalam membentuk stratifikasi kolom perairan yang akibatnya dapat mempengaruhi
distribusi vertikal fitoplankton.
b. Cahaya
Cahaya merupakan sumber energy primer bagi ekosistem. Cahaya memiliki peran yang
sangat vital dalam produktivitas primer, oleh karena hanya dengan energy cahaya tumbuhan
dan fitoplankton dapat menggerakkan mesin fotosintesis dalam tubuhnya. Hal ini berarti bahwa
wilayah yang menerima lebih banyak dan lebih lama penyinaran cahaya matahari tahunan akan
memiliki kesempatan berfotosintesis yang lebih panjang sehingga mendukung peningkatan
produktivitas primer. Pada ekosistem terrestrial seperti hutan hujan tropis memilik produktivitas
primer yang paling tinggi karena wilayah hutan hujan tropis menerima lebih banyak sinar
matahari tahunan yang tersedia bagi fotosintesis dibanding dengan iklim sedang (Wiharto,
2007). Sedangkan pada eksosistem perairan, laju pertumbuhan fitoplankton sangat tergantung
pada ketersediaan cahaya dalam perairan. Laju pertumbuhan maksimum fitoplankton akan
mengalami penurunan jika perairan berada pada kondisi ketersediaan cahaya yang rendah.
c. Air, curah hujan dan kelembaban
Produktivitas pada ekosistem terrestrial berkorelasi dengan ketersediaan air. Air merupakan
bahan dasar dalam proses fotosintesis, sehingga ketersediaan air merupakan faktor pembatas
terhadap aktivitas fotosintetik. Secara kimiwi air berperan sebagai pelarut universal, keberadaan
air memungkinkan membawa serta nutrient yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Air memiliki siklus
dalam ekosistem. Keberadaan air dalam ekosistem dalam bentuk air tanah, air sungai/perairan,
dan air di atmosfer dalam bentuk uap. Uap di atmosfer dapat mengalami kondensasi lalu jatuh
sebagai air hujan. Interaksi antara suhu dan air hujan yang banyak yang berlangsung sepanjang
tahun menghasilkan kondisi kelembaban yang sangat ideal tumbuhan terutama pada hutan
hujan tropis untuk meningkatkan produktivitas. Menurut Jordan (1995) dalam Wiharto (2007),
tingginya kelembaban pada gilirannya akan meningkatkan produktivitas mikroorganisme. Selain
itu, proses lain yang sangat dipengaruhi proses ini adalah pelapukan tanah yang berlangsung
cepat yang menyebabkan lepasnya unsure hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Terjadinya
petir dan badai selama hujan menyebabkan banyaknya nitrogen yang terfiksasi di udara, dan
turun ke bumi bersama air hujan. Namun demikian, air yang jatuh sebagai hujan akan
menyebabkan tanah-tanah yang tidak tertutupi vegetasi rentan mengalami pencucian yang akan
mengurangi kesuburan tanah. Pencucian adalah penyebab utama hilangnya zat hara dalam
ekosistem.
d. Nutrient
Tumbuhan membutuhkan berbagai ragam nutrient anorganik, beberapa dalam jumlah yang
relatif besar dan yang lainnya dalam jumlah sedikit, akan tetapi semuanya penting. Pada
beberapa ekosistem terrestrial, nutrient organic merupakan faktor pembatas yang penting bagi
produktivitas. Produktivitas dapat menurun bahkan berhenti jika suatu nutrient spesifik atau
nutrient tunggal tidak lagi terdapat dalam jumlah yang mencukupi. Nutrient spesifik yang
demikian disebut nutrient pembatas (limiting nutrient). Pada banyak ekosistem nitrogen
dan fosfor merupakan nutrient pembatas utama, beberapa bukti juga menyatakan
bahwa CO2 kadang-kadang membatasi produktivitas. Produktivitas di laut umumnya terdapat
paling besar diperairan dangkal dekat benua dan disepanjang terumbu karang, di mana cahaya
dan nutrient melimpah. Produktivitas primer persatuan luas laut terbuka relative rendah karena
nutrient anorganic khusunya nitrogen dan fosfor terbatas ketersediaannya dipermukaan. Di
tempat yang dalam di mana nutrient melimpah, namun cahaya tidak mencukupi untuk
fotosintesis. Sehingga fitoplankton, berada pada kondisi paling produktif ketika arus yang naik ke
atas membawa nitrogen dan fosfor kepermukaan.
e. Tanah
Potensi ketersedian hidrogen yang tinggi pada tanah-tanah tropis disebabkan oleh
diproduksinya asam organik secara kontinu melalui respirasi yang dilangsungkan oleh
mikroorganisme tanah dan akar (respirasi tanah). Jika tanah dalam keadaan basah, maka
karbon dioksida (CO2) dari respirasi tanah beserta air (H2O) akan membentuk asam karbonat
(H2CO3 ) yang kemudian akan mengalami disosiasi menjadi bikarbonat (HCO3-) dan sebuah
ion hidrogen bermuatan positif (H+). Ion hidrogen selanjutnya dapat menggantikan kation hara
yang ada pada koloid tanah, kemudian bikarbonat bereaksi dengan kation yang dilepaskan oleh
koloid, dan hasil reaksi ini dapat tercuci ke bawah melalui profil tanah (wiharto, 2007). Hidrogen
yang dibebaskan ke tanah sebagai hasil aktivitas biologi, akan bereaksi dengan liat silikat dan
membebaskan aluminium. Karena aluminium merupakan unsur yang terdapat dimana-mana di
daerah hutan hujan tropis, maka alminiumlah yang lebih dominan berasosiasi dengan tanah
asam di daerah ini. Sulfat juga dapat menjadi sumber pembentuk asam di tanah. Sulfat ini dapat
masuk ke ekosistem melalui hujan maupun jatuhan kering, juga melalui aktivitas organisme
mikro yang melepaskan senyawa gas sulfur. Asam organik juga dapat dilepaskan dari aktivitas
penguraian serasah (Jordan, 1985 dalam Wiharto, 2007 ).
f. Herbivora
Menurut Barbour at al. (1987) dalam Wiharto (2007), sekitar 10 % dari produktivitas vegetasi
darat dunia dikonsumsi oleh herbivora biofag. Persentase ini bervariasi menurut tipe ekosistem
darat. Namun demikian, menurut McNaughton dan Wolf (1998), bahwa akibat yang ditimbulkan oleh
herbivore pada produktivitas primer sangat sedikit sekali diketahui. Bahkan hubunga antar herbivore
dan produktivitas primer bersih kemungkinan bersifat kompleks, di mana konsumsi sering
menstimulasi produktivitas tumbuhan sehingga meningkat mencapai tingkat tertentu yang kemudian
dapat menurun jika intensitasnya optimum. Menurut Jordan (1985) dalam Wiharto (2007)
menyatakan, bahwa, walaupun defoliasi pada individu pohon secara menyeluruh sering sekali
terjadi, hal ini disebabkan oleh tingginya keanekaragaman di daerah hutan hujan tropis. Selain itu,
banyak pohon mengembangkan alat pelindung terhadap herbivora melalui produksi bahan kimia
tertentu yang jika dikonsumsi oleh herbivora memberi efek yang kurang baik bagi herbivora. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi tingkat produktivitas primer perairan dalam ekosistem, faktor
lingkungan berpengaruh terhadap segala aktivitas yang terjadi di lingkungan. Beberapa pengaruh
yang menentukan kandungan klorofil dan produktivitas primer adalah kedalaman, kecerahan,
kecepatan arus, suhu, salinitas, fosfat, dan nitrit. Fitoplankton yang hidup dalam perairan merupakan
penyokong produktivitas primer. Pengukuran tingkat produktivitas primer suatu perairan alami harus
berdasarkan besarnya aktivitas fotosintesis oleh bakteri dan alga (Odum, 1971 dalam Wijayanti dkk,
2009).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Produktifitas perairan merupakan daya dukung produksi bahan organik yang dilakukan oleh
organisme di dalam suatu perairan sehingga menghasilkan produktivitas primer dan produktivitas
sekunder perairan yang digunakan untuk kelangsungan hidup organisme yang berada di dalamnya.
Produktivitas primer merupakan hasil dari proses fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan air
dimana di dalam air akan dihasilkan senyawa organik dan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh
organisme akuatik.
Faktor yang mempengaruhi produktivitas primer antara lain suhu, cahaya, air,
curah hujan dan kelembaban, nutrient, tanah, herbivora. Pengukuran produktivitas
primer pada umumnya didasarkan pada reaksi fotosintesis.
Produktivitas primer dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan metode C14,
metode klorofil, dan metode oksigen.
B. Saran
Kita seharusnya lebih memahami dan menguasai lagi materi ini agar kita lebih
mengetahui lagi tentang budidaya pakan alami.
DAFTAR PUSTAKA
http://my.opera.com/russadyRJ/blog/28-09-11
Mahmuddin. 2009. Produktivitas Primer Ekosistem. http://mahmuddin. Wordpress.com
/2009/09/09/produktivitas-primer eksosistem/
Mahmudi, M. 2005.Produktivitas Peraiaran. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.
Malang
Pratama, M Z. 2009. Aplikasi Dalam Mata Kuliah Ekologi. www. google.com.
Sinurat, Gokman. 2009. Skripsi: Studi Tentang Nilai Produktivitas Primer Di Pangururan
Perairan Danau Toba. Departemen Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Sudaryanti. 2004. Produktivitas Perairan (Sekunder). Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.
Vryzas. 2008. Sejarah dan Ruang Lingkup Ekologi dan Ekosistem. www. google.com.
Wiadnyana, Ngurah Nyoman. 2003. Peranan Plankton Di Dalam Ekosistem Perairan
Indonesia, Lautan Red Tide. Pusat Penelitian Oseanografi (POG) Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI). Jakarta.
Wiryanto, A P. 2001. Produktifitas Primer Perairan Waduk Cengklik Boyolali. www.
google.com.