Kelompok 3
1. Tri Sultan (C251180031)
2. Eva Muhajirah (C251180091)
3. Adiara Firdhita Alam Nasyrah (C251180111)
4. Findiani Dwi Astari (C251180171)
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
DAFTAR ISI
Pendahuluan ................................................................................................................ 3
Latar Belakang........................................................................................................... 3
Tujuan ........................................................................................................................ 4
Ruang Lingkup Materi .............................................................................................. 5
Landasan Teori ........................................................................................................... 6
Latar Belakang
PRODUKTVITAS SEKUNDER
Pengertian Umum
Brachionus Keratella
Cladocera
Organisme ini dicirikan oleh adanya stadia dalam siklus hidupnya yaitu
organisme dewasa menghasilkan telur, telur berkembang menjadi stadia muda,
selanjutnya memasuki stadia dewasa kembali. Yang termasuk golongan ini adalah
adalah Moina, Evadne, Daphnia, Podon, Penilia dan Ceriopdaphnia.
Daphnia Penilia
Copepoda
Seperti halnya golongan cladocera, copepoda mempunyai beberapa stadia
dalam siklus hidupnya yaitu stadia dewasa menghasilkan telur, selanjutnya telur
berkembang dalam stadia naupliar, kemudian stadia kopepodit dan selanjutnya
kelambali ke stadia dewasa. Yang termasuk golongan ini adalah Calanoid, Cyclopoid
dan Harpakthocoids.
Calanoid Cyclopoid
2 Faktor Lingkungan
2.1 Temperatur
Produktivitas sekunder adalah salah satu metode untuk
mengkuantifikasi ketersediaan biomassa organisme heterotrof bagi tingkat
trofik selanjutnya dalam suatu rantai makanan. Produktivitas suatu perairan
sangat ditentukan oleh sifat fisika dan kimia serta organisme hidup pendukung
lainnya. Suhu perairan merupakan faktor pembatas dari proses produksi di
perairan. Suhu yang terlalu tinggi dapat merusak jaringan tubuh fitoplankton,
sehingga akan mengganggu proses fotosintesa dan menghambat pembuatan
ikatan-ikatan organik yang kompleks dari bahan organik yang sederhana serta
akan mengganggu kestabilan perairan itu sendiri. Suhu perairan yang berkisar
antara 260C – 300C merupakan pendorong aktivitas mikroorganisme dalam
perombakan bahan organik (Yuningsih et al., 2014). Suhu perairan
mempengaruhi keberadaan zooplankton secara fisiologis, sehingga perbedaan
suhu akan mempengaruhi umur dan ukuran zooplankton, serta komposisi dan
kelimpahan zooplankton. Suhu mempengaruhi proses biologis di dalam tubuh
zooplankton, sehingga akan mempengaruhi sistem metabolisme dan siklus
hidupnya. Hal ini akan berdampak terhadap pertumbuhan populasi.
2.2 Food production, availability and quality
Faktor makanan sangat memegang peranan dalam produktivitas
sekunder pada dinamika zooplankton di ekosistem estuari. Proses suksesi
populasi zooplankton secara alamiah sangat bergantung pada ketersediaan
makanan. Perilaku makan zooplankton memainkan peranan penting dalam
proses aliran energi dalam rantai makanan di estuari. Sebagai contoh perilaku
makan copepoda yang tidak hanya memakan fitoplankton tetapi memakan
naupilus dari copepoda itu sendiri sehingga jaring makanan yang ada
bertambah kompleks. Beberapa jenis copepoda biasanya memangsa larva ikan.
Proses saling makan memakan ini menyebabkan rantai makanan yang ada di
estuari menjadi kompleks (Asriyana dan Yuliana, 2012).
2.3 Konsentrasi oksigen
Kandungan oksigen mempengaruhi produktivitas sekunder pada
zooplankton. Kandungan oksigen yang meningkat akan diikuti meningkatnya
jumlah dan kelimpahan zooplankton. Distribusi zooplankton yang dipengaruhi
oleh ketersediaan oksigen memiliki hubungan dengan faktor lingkungan lain
yaitu temperatur, salinitas dan arus. Semakin tinggi temperatur maka
kandungan oksigen semkain menurun organik (Yuningsih et al., 2014).
Nilai kalori dari materi kering disebagian besar organisme tawar dan
laut berhubungan langsung dengan rasio antara materi organik dan fraksi
mineral dari materi kering dan dinyatakan dalam persamaan:
𝑌
Y = 0,0559 X pada ᵟ 𝑋 = 0,28 kcal.g-1
dengan:
Y = Nilai kalori (kcal/gram berat kering)
X = Persentase materi organik pada sampel
Pn = Bn x (Fn + Mn)
dengan:
Pn = Produksi ikan spesies n
Bn = Rata-rata biomassa spesies n
Fn = Mortalitas penangkapan spesies n
Mn = Mortalitas alami spesies n
= K0,65 x L∞0,279 x Tc0,463
Tc = Suhu rata-rata perairan (oC)
Total fraksi dari Pn yang ditangkap (Yn) atau hasil tangkapan spesies n
dihitung dari persamaan:
Fn
Yn= Fn+Mn = Bn x Mn
Bh = Cf – Ck – Rf - Fh
dengan:
Bh = Biomassa ikan herbivora
Cf = Konsumsi ikan herbivora terhadap fitoplankton
Ck = Konsumsi atau predasi ikan karnivora
Rh = Respirasi ikan herbivora
Fh = Mortalitas penangkapan
Ps = C – F – E – R = A – R
dengan:
Ps = Produksi sekunder
C = Rasio energi yang dikonsumsi dengan bahan organik
F = Energi yang tidak dicerna
E = Energi ekskresi
R = Energi respirasi
A = Energi asimilasi
3. Produktivitas Sekunder Bentik (Wetzel
a. Removal-Summation Method
Metode ini sangat penting dalam identifikasi pertumbuhan berdasarkan
statistik kesamaan populasi, dimana produksi adalah jumlah dari rata-rata
waktu per biomassa individu (bbobot) untuk setiap interval sampel.
P = LN∆W
b. Pembentukan biomassa heterotrofik secara bioenergik
I=A+E
Dimana:
I = Konsumsi
A = Asimilasi
E = Egestion
A=P+R+U
Dimana:
P = Produksi
R = Respirasi
U = Ekskresi
c. Instantaneous Growth Method
P = G(B)
Jika ukuran spesifiknya berbeda berdasarkan tingkat pertumbuhan untuk
sebuah populasi, cara terbaik untuk mengestimasikan produksi dapat
diperoleh dengan P = G1B1+ G2B2+…+(All sizes)
P = Produksi biomassa/area (g/m2)
G = Instantaneous rate of growth during this periode
B = rata-rata biomassa/are (g/m2) sepanjang interval
Sahami, F.M, Hamzah, SN., Panigoro, C., Hasim., 2014. Lingkungan Perairan dan
Produktivitas. Cetakan 1. Yogyakarta: Deepublish, XVI. 177 hlm.
Wetzel, R.G., Likens, D.F., 2000. Linological Analyses. Third Edition. NewYork.