Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM INDIVIDU

MATA KULIAH ASESMEN KECERDASAN

Oleh :

Titis Nur Latifah (201710230311247)

Sabtu, 11 Mei 2019

DOSEN PENGAMPU : Dian Caesaria Widyasari, S.Psi., M.Sc


ASISTEN : Tifa Kamilla

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2019
Daftar Isi

Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Teori Dasar .................................................................................................... 1

1.2 Kelemahan dan Kelebihan............................................................................. 2

BAB II. HASIL ASESMEN ................................................................................... 3

2.1 Identitas Testee .............................................................................................. 3

2.2 Hasil Asesmen Kecerdasan ........................................................................... 3

2.3 Hasil Observasi .............................................................................................. 5

BAB III. KESIMPULAN ........................................................................................ 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 8

LAMPIRAN ............................................................................................................ 9

ii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Teori Dasar


Binet dan Simon pada tahun 1994 mencetuskan skala intelegensi
pertama yang difokuskan ke anak-anak bertujuan untuk membedakan antara
anak-anak yang mentalnya lemah dan anak-anak yang normal (Saptoto,
2012).
Menurut Alfred Binet dan Theodore Simon, intelegensi terdiri atas
3 komponen yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau perilaku,
kemampuan untuk mengubah perilaku ketika perilaku tersebut telah
dilakukan, dan kemampuan untuk mengkritik diri sendiri (Tamatjita dkk,
2016).
Binet jugaberhasil menemukan cara untuk mengetahui usia mental
pada seseorang. Usia mental mungkin lebih rendah, lebih tinggi, atau sama
dengan usia kronologis (Wulandari dkk, 2018).
Tamatjita (2016), IQ (Intelligence Quotient) adalah skor yang
diperoleh dari alat tes kecerdasan. Adapun cara mengukur IQ menurut
konsep intelegensi Binet-Simon adalah dengan merasiokan umur mental
(Mental Age) dengan umur kronologis (Chronological Age). William Stern
membuat konsep terdapat rasio antara umur mental dan umur kronologis
dengan rumus :

IQ atau Intelligence Quotient = MA atau Mental Age

CA atau Chronological Age

Akan tetapi, perhitungan dengan rumus tersebut selalu menghasilkan angka


desimal, untuk menjadikannya angka bulat maka hasil itu harus dikalikan
dengan 100, dengan begitu rumusnya menjadi :

MA
IQ = x 100
CA

1
Klasifikasi IQ

IQ Kategori
> 140 Very superior
120-139 Superior
110-119 Rata-rata atas (high average)
90-109 Rata-rata
80-89 Rata-rata bawah (low avarage)
70-79 Borderline defective
< 69 Cacat mental (mentally devective)

1.2 Kelemahan dan Kelebihan


Ada beberapa kelemahan dan kelebihan dalam tes binet (Rizkan dkk, 2009),
yaitu:
• Kelemahan
- Pada subtes perbendaharaan kata, tidak semua soal diberikan
tetapi sesuai administrasi tes, yaitu ketika salah 6 kali berturut
turut maka tes dihentikan.
- Proses pelaksanaan membutuhkan waktu yang lama dan
pelaksanaannya dilakukan secara individual dan tidak secara
kelompok
- Validitasnya masih perlu dipertanyakan karena banyak kata-kata
yang susah dipahami oleh anak-anak
- Tidak dapat mengukur kemampuan kreatif
- Terlalu menekankan pada tes verbal dan memori
- Biaya produksi dan peralatan lebih mahal dan kurang efisien
• Kelebihan
- Menjadi alat tes untuk mengetahui kecerdasan yang banyak
digunakan pada saat ini
- Dibuat berdasarkan teori kecerdasan modern
- Dapat digunakan pada usia diatas 2 tahun
- Mengukur beragam area kecerdasan, kemampuan pemahaman,
dan penalaran

2
BAB II. HASIL ASESMEN

2.1 Identitas Testee


Nama : Hafshoh Syalbiyyah Putri Jody
Tempat, Tanggal Lahir : Malang, 23 Maret 2019
Umur : 6 Tahun 2 Bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Jenjang Pendidikan : Taman Kanak-Kanak
Suku Bangsa, Agama : Jawa, Islam
Alamat : Jl. Kenikir, Perum Kenikir Permai II/A8
Olahraga : Lari
Kesenian :-
Hobby : Makan
Cita-cita : Guru

Nama Ayah : Joko Siyono


Suku Bangsa, Agama : Jawa, Islam
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Alamat : Jl. Kenikir, Perum Kenikir Permai II/A8

Nama Ibu : Dwi Setyowatiningsih


Suku Bangsa, Agama : Jawa, Islam
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Kenikir, Perum Kenikir Permai II/A8

Urutan Kelahiran : Anak ke 2 dari 2 bersaudara


No Kakak Usia Sekolah
1 L 14 tahun SMP

2.2 Hasil Asesmen Kecerdasan


A. Tahun Entry
Tahun entry adalah untuk menentukan tahun dimana tester akan
memberikan soal tes. Tahun entry testee adalah:

Testing 2019 05 11
Lahir 2013 03 23
Umur 6 1 18

3
Ketika hari > 15 maka dapat dibulatkan menjadi 1 bulan, ketika
bulan > 6 maka dapat dibulatkan menjadi 1 tahun. Dengan demikian, maka
tahun entry subek menjadi 6 tahun 2 bulan dan dapat dibulatkan menjadi 6
tahun. Oleh karena itu untuk memulai mencari basalnya maka yang pertama
akan dites yaitu soal umur 5 tahun ke bawah, sedangkan untuk memulai
celling pada usia 6 tahun ke atas

B. Tahun Basal
Tahun basal testee adalah tahun ke V. Tahun basal ialah tahun
dimana testee dapat menjawab keseluruhan soal pada subtes
tersebut. Disini, testee dapat menjawab keseluruhan soal yang
berada dalam subtes tahun ke V yang berjumlah 6 soal. Dengan
demikian tahun basal testee adalah tahun ke V.
C. Tahun Celling
Tahun celling testee adalah pada tahun ke VIII. Tahun celling
merupakan tahun dimana testee tidak dapat menjawab dengan benar
satupun item soal pada subtes tersebut. Disini, testee tidak dapat
menjawab satu pun soal yang terdapat di tahun ke VIII tersebut.
Dengan demikian, tahun celling testee berada pada tahun ke VIII
D. Total
Hasil Tes
Catatan :
Umur 6 Tahun 2 bulan
Tahun Skor 1. Pada tahun basal
dan celling tidak
(dalam bulan) dituliskan angka,
V Basal melainkan ditulis
basal atau celling
VI 2x2 = 4 2. Mulai dari tahun
VII 2x2 = 4 ke VI jumlah
kredit dikalikan 2
VIII Celling
Total 8

Untuk mencari IQ maka dapat dihitung melalui rumus:

MA
IQ = x 100
CA

4
a. MA
Untuk mencari MA atau Mental Age maka dapat
menghitung umur basal ditambah dengan kredit yang
diperoleh diatas umur basal
MA = umur basal (dalam bulan) + total
MA = 60 + 8
MA = 68
b. CA
Untuk mencari CA atau Chronological Age yaitu dengan
cara usia testee diubah dalam bulan.
Testing 2018 05 11
Lahir 2013 03 23
Umur 6 1 18
Dari tabel tersebut, umur testee dapat dibulatkan menjadi
6 tahun 2 bulan. Dengan demikian, usia kronologis testee
adalah 74
CA = (6x12) + 2
CA = 74

68
Dengan begitu maka didapat IQ = 74 x 100

= 91, 89
= 92
Dari hasil tes yang dilakukan, maka didapat IQ subjek 92. Jika melihat pada
klasifikasi IQ maka testee termasuk anak dengan kecerdasan rata-rata.

2.3 Hasil Observasi


Pada saat praktikum, testee memakai baju terusan berwarna hijau
dan berjilbab hijau juga. Tinggi badan testee ± 100 cm dan berat badan
testee ± 20 kg. Testee memiliki mata bulat dan besar, bola mata berwarna
hitam, berkulit sawo matang, bentuk wajah bulat, memiliki hidung yang
sedikit mancung dan bibir yang tipis.
Ketika testee memasuki ruangan, ia terlihat ceria dengan senyum
yang menghiasi bibirnya. Ia memundurkan kursinya dan mulai duduk
sambil matanya berbinar melihat sekelilingnya. Ketika tester memulai

5
building raport, testee menjawab dengan semangat dan antusias serta
meletakkan kedua tangannya diatas meja. Testee meminta izin kepada tester
agar memberinya waktu untuk membenarkan jilbabnya. Testee juga
bertanya kepada tester kemana teman-temannya.
Ketika tester memulai memberikan instruksi, testee mendengarkan
dan memperhatikan dengan badan yang agak condong ke depan dan kedua
tangan yang dilipat dan ditaruh diatas meja. Ketika testee diminta untuk
mengerjakan soal menggambar, testee dengan antusias menggambar sambil
mencondongkan badannya kearah buku pengerjaan. Ketika sudah selesai,
testee berkata “sudah mbak” sambil memberikan gambarannya tersebut.
Juga ketika testee diminta untuk menggambarkan segiempat, testee
langsung memajukan kursinya dan mulai menggambar. Selain itu, ketika
testee diminta untuk menggabungkan kartu karton yang berbentuk segitiga
menjadi persegi panjang, testee dapat melakukannya dengan sangat cepat
dan langsung benar. Namun, untuk dalam hal perbendaharaan kata testee
kurang mampu untuk menjawabnya, dalam menjawab soal yang perbedaan
pun testee masih berpikir agak lama terlebih dahulu, ia berkata “mmmm”
sambil pandangan mata keatas. Setelah agak lama, jawaban testee pun juga
belum akurat, terkadang testee juga menjawab “tidak tahu mbak”. Testee
agak lama dalam menyebutkan arti suatu kata dan terkadang karena
perbendaharaan kata yang dimilikinya sedikit, subjek sering berkata tidak
tahu arti dari perkataan yang ada di dalam soal. Dalam subtes angka pun
testee juga masih bingung dalam menjawab dan jawabannya menjadi tidak
akurat. Ketika tester memberi instruksi pada tahun ke VIII, testee sering
menguap dan menyandarkan tubuhnya ke belakang sambil berkata “mbak
masih lama? Aku sudah mengantuk” dan ketika tester menanyakan soal
terakhir, teste dengan buru buru menjawab dan berkata “sudah?” testerpun
mengangguk dan memberikan penutup. Setelah itu testee keluar.

6
BAB III. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan, testee memiliki kategori
kecerdasan Rata-rata dengan IQ 92. Dalam kategori ini testee sudah mampu
memahami perintah dengan baik, kemampuan abstrak testee seperti menggambar
dan melipat origami pun juga cukup baik. tetapi testee kurang mampu dalam hal
verbal, seperti perbendaharaan kata, kesamaan dan perbedaan suatu benda, dan
keanehan gambar. Dalam hal juga memori jangka pendek, testee kurang mampu
menjawab. Seperti ketika diminta untuk mngingat beberapa angka, testee sering
mengatakan lupa dan tidak tahu. Agar dapat memaksimalkan potensinya, testee
harus lebih meningkatkan kemampuannya dalam hal verbal dan kemampuan
memori jangka pendek.

7
DAFTAR PUSTAKA

Rizkan, Shintia, Rita, Hartuti, Pudji. (2009). Pengembangan Norma Tes


Kecerdasan Caloured Progressive Matrices (CPM) pada Siswa Sekolah
Dasar di Provinsi Bengkulu. Laporan Penelitian Fundamental. Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Bengkulu

Saptoto, Ridwan. (2012). Perbedaan Waktu Pemberian Jawaban dan Hasil Tes
Inteligensi Ditinjau dari Perbedaan Lembar Jawaban. Jurnal Psikologi,
39(2), 222-232.

Tamatjita, E. N., Irawati, M., Ramdhani, R. (2016). Sistem Pakar Permainan untuk
Mengukur Tingkat Intelligence Quotient (IQ) Menggunakan Metode Binet-
Simon Berbasis Android. 5(1), 75-84.

Wulandari, T. Y. J., Siagian, S., Sibuea, A. M. (2018). Pengembangan Media


Pembelajaran dengan Aplikasi Macromedia Flash pada Mata Pelajaran
Matematika. Jurnal TIK dalam Pendidikan, 5(2), 195-209.

8
LAMPIRAN

9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai