Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA SEPANJANG DAUR KEHIDUPAN USIA

SEKOLAH, REMAJA, DAN DEWASA SERTA LANSIA

Disusun Oleh :
KELOMPOK II

Helsiana Wati Derosari 2121002


Ramlawati Nebu 2121003
Osiana Mantir 2121015
Priskawati S. Tanua 2121019

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GRMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen
yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan askep dengan judul “Asuhan Keperawatan Jiwa
Sepanjang Daur Kehidupan Usia Sekolah, Remaja, Deawasa Dana Lansia”. Tak ada gading
yang tak retak karenanya kami sebagai tim penulis menyadari bahwa penulisan askep ini masi jauh
dari kata sempurna,baik dari sisi materi maupun penulisannya.Kami dengan rendah hati dan dengan
tangan terbuka menerima berbagai masukan maupun saran yang bersifat membangun yang
diharapkan berguna bagi seluruh pembaca.

Makassar, 30 April 2023

Penulis
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................................


B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................

A. Askep Jiwa Sepanjang Daur Kehidupan Usia Sekolah...........................................


B. Askep Jiwa Sepanjang Daur Kehidupan Remaja....................................................
C. Askep Jiwa Sepanjang Daur Kehidupan Dewasa....................................................
D. Askep Jiwa Sepanjang Daur Kehidupan Lansia......................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................................

A. Kesimpulan .............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai karakteristik
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwaadalah kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh
berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari
stress yang serius (Kusumawati & Hartono, 2011).
Kesehatan jiwa mencakup perkembangan individu di mulai sejak dalam kandungan
kemudian dilanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari bayi (0-18 bulan), masa toddler(1,5-3
tahun), anak-anak awal atau pra sekolah (3-6 tahun), usia sekolah (6-12 tahun), remaja (12-18
tahun), dewasa muda (18-35 tahun), dewasa tengah (35-65 tahun), sehingga dewasa akhir (>65
tahun) (Wong, D.L, 2009).
Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011,yang di kutip dari
Ikrar (2012),penderita gangguan jiwa berat telah menempati tingkat yang luar biasa. Lebih 24
juta mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah penderita gangguan jiwa di dunia, seperti
fenomena gunung es di lautan, yang kelihatannya hanya puncaknya, tetapi dasarnya lebih
banyak lagi yang belum terlacak. Bahkan menurut laporan pusat psikiater Amerika, dibutuhkan
dana sekitar US$ 160 bilyun pertahun. Berarti gangguan jiwa berdampak dalam semua segi
kehidupan,ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan, dan seterusnya.
Menurut data dari Departemen Kesehatan tahun 2007, kasus gangguan jiwa di
Indonesia yaitu 11,6% dari seluruh penduduk Indonesia (19,6 jt orang dari 241 jt). Pada
laporan riset kesehatan dasar tahun2007, ditemukan bahwa sebanyak 11,6% individu yang
berumur 15 tahun keatas melaporkan bahwa mereka memiliki gangguan
emosional (Dimyati, 2010).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana askep sehat jiwa sepanjang rentang kehidupan usia sekolah, remaja, dewasa, dan
lansia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang askep sehat jiwa sepanjang rentang kehidupan
yang meliputi usia sekolah, remaja, dewasa, dan lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Usia Sekolah (Usia 6-12Tahun)


1. Pengkajian
Adalah tahap perkembangan anak usia 6-12 th dimana pada usia ini anak akan
belajar memiliki kemampuan bekerja dan mendapat ketrampilan dewasa, belajar
menguasai dan menyelesaikan tugasnya, produktif belajar, kenikmatan dalam
berkompetisi kerja dan merasakan bangga dalam keberhasilan melakukan sesuatu yang
baik. Bisa membedakan sesuatu yang baik/tidak dan dampak melakukan hal yang
baik/tidak.
 Batasan Karakteristik:
1. Mampu menyelesaikan tugas dari sekolah/rumah
2. Mempunyai rasa bersaing misal ingin lebih pandai dari teman, meraih juara
pertama
3. Terlibat dalam kegiatan kelompok
4. Mulai mengerti nilai mata uang dan satuannya
5. Mampu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga sederhana misal
merapikan tempat tidur,menyapu dll
6. Memiliki hobby tertentu, misal naik sepeda, membaca buku cerita,
menggambar
7. Memliliki teman akrab untuk bermain
8. Tidak ada tanda bekas luka penganiayaan
a) identitas
• Nama
• Umur
• Jenis kelamin
• Agama
• Penanggung jawab
• Nama orangtua sebagau penanggung jawab
• Pendidikan ayah/ibu
• Pendapatan keluarga yang memadai menunjang tubuh kembang anak
karena orang tua dapat menyediakan segala kebutuhan anak
• Alamat
b) Riwayat kesehatan anak masa lalu
Riwayat kesehatan ibu, gizi ibu hamil jelas sebelum terjadinya kehamilan
maupun sedang hamil, akan menghasilkan BBLR atau bayi lahir mati dan
menyebabkan cacat bawaan, juga menghambat pertumbuhan otak janin,
anemia pada BBL, mudah terkena infeksi, abortus dan lain — lain
(soetjiningsih, 1995:2)
c) Riwayat parental
Riwayat kesehatan ibu, gizi ibu hamil jelas sebelum terjadinya kehamilan
maupun sedang hamil, akan menghasilkan BBLR atau bayi lahir mati dan
menyebabkan cacat bawaan, juga menghambat pertumbuhan otak janin,
anemia pada BBL, mudah terkena infeksi, abortus dan lain — lain
(soetjiningsih, 1995:2)
d) Riwayat kelahiran
Bayi baru lahir harus bisa elewati masalah transisi, dari suhu system yang teratur
yang sebagian besar tergantung pada organ — organ ibunya, ke suatu system
yang tergantung pada kemampuan genetic dan mekanisme hemeosttik bayi itu
sendiri. Masa prenatal yaitu masa antara 28 minggu dalam kandungan sampai 7
hari setelah dilahirkan, merupakan masa awan dalam proses tumbuh kembang
anak khususnya tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan
berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang permanen
(soetjiningsih, 1995 :2 )
e) Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga bila ada yang menderita sakit menular dapat menularkan paa
bayinya. Juga faktor genetic merupakan modal besar mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang (soetjiningsih, 1995 : 45)
f) Riwayat tumbuh kembang
Dengan mengetahui ilmu tumbuh kembang, dapat mendeteksi berbagai hal
yang berhubungan dengan segala upaya untuk menjaga dan mengoptomalkam
tumbuh kembang anak baik fisik, mental dan sosial juga menenggakan
diagona dini setiap kelainan tumbuh kembang dan kemungkinan penanganan
yang efektif serta mencegah dan mencari penyebabnya. (soetjiningsih, 1995 :7
)
g) Riwayat imunisasi
Dengan pemberian imunisasi diharapkan anak terhindar dari penyakit tertentu
yang bisa menyebabkan kecacatan atau kematian
h) Pola kebiasaan sehari — hari
• Nutrisi/giizi
Pemberian nutrisi pada anak harus cukup baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya seperti : protein, lemak, karbohidrat, dan mineral serta vitamin
(Ilyas, dkk, 1993 :10 — 11)
• Eliminasi BAK/BAB
Anak umur 1,5 — 2 tahun berhenti mengompol pada siang hari, 2,5 — 3
tahun berhenti mengompol pada malam hari. Anak perempuan lebih dulu
berhenti mengompol, bila umur 3 — 4 tahun masih mengompol, dicari
penyebabnya. Toilet training (latihan defekasi) perlu dimulai penyebabnya
agar evakuasi sisa makanan dilakukan secara teratur yang
mempermudahkan kelancaran pemberian makanan (Abdoerrachman, dkk,
1985 : 55)
• Istirahat dan tidur
Anak yang sudaj mulai besar akan berkurang waktu istirahatnya. Karena
kegiatan fisiknya meningkat seperti bermain. Kebutuhan tidur 2 hingga 3
jam tidur siang dan 7 hingga 8 jam pada saat malam hari (Suryanah,
1996 :80)
• Olahraga dan rekreasi
Olahraga akan meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi dan dimulai
perkembangan otot — otot (Ilyas, dkk, 1993 :16)
- Persolah hygiene
Anak mandi 2kali sehari, keramas 3 kali seminggu, potong kuku 1 kali
seminggu, membersihkan mulut dan gigi
i) Tanda tanda vital
2. Diagnosa dan intervensi keperawatan

1. Risiko cedera berhubungan dengan peningkatan aktivitas


Intervensi
a) Menganjurkan untuk bermain di tempat yang aman

b) Membantu memberikan fasilitas untuk aktivitas yag diawasi

c) Waspadai olahraga yang berbahaya

2. Resiko ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan tentang pemenuhan nutrisi.
Intervensi
a) Meberikan pendidikan kesehatan pada keluarga mengenai pentingnya
mempertahankan dan mengontrol kebiasaan makan anak dan jenis makanan
anak
b) Biasakan sarapan pada pagi hari untuk kebutuhan energi anak dalam berfikir
dan konsentrasi dalam menerima pelajaran
c) Tekankan pada orang tua dan anak mengenai pentingnya makan bersama di
rumah
3. Tindakan keperawatan

1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal

a. Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak

b. Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang

c. Kolaborasi pemberihan vitamin dan vaksinasi ulang (booster)

d. Ajarkan kebersihan diri

2. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus

a. Kaji ketrampilan motorik kasar dan halus anak

b. Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar (kejar-


kejaran, papan seluncur, sepeda, sepak bola, tangkap bola, lompat tali)
c. Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus (belajar
menggambar/melukis, menulis, mewarna, membuat kerajinan tangan seperti
vas, kotak pensil, lampion dsb,)

d. Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain


3. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial

a. Kaji ketrampilan adaptasi psikososial anak

b. Sediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama teman
kelompoknya
c. Berikan dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan

d. Berikan hadiah atas prestasi yang diraih

e. Latih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa

4. Mengembangkan kecerdasan

a. Kaji perkembangan kecerdasan anak

b. Mendiskusikan kelebihan dan kemampuannya

c. Memberikan pendidikan dan ketrampilan yang baik bagi anak

d. Memberikan bahan bacaan dan pemainan yang meningkatkan kreatifitas

e. Bimbing anak belajar ketrampilan baru

f. Libatkan anak melakukan pekerjaan rumah sederhana misalnya masak,


membersihkan mobil, menyirami tanaman, menyapu
g. Latih membaca, menggambar dan berhitung

h. Asah dan kembangkan hobby yang dimiliki anak

5. Mengembangkan nilai-nilai moral

a. Kaji nilai-nilai moral yang sudah diajarkan pada anak

b. Ajarkan dan latih menerapkan nilai agama dan budaya yang positif

c. Ajarkan hubungan sebab akibat suatu Tindakan

d. Bimbing anak saat menonton TV dan membaca buku cerita

e. Berikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak

f. Latih kedisplinan

6. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan


perkembangan
a. Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak

b. Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak

c. Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga

d. Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang

e. Berikan Pendidikan Kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada usia


sekolah
f. Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia sekolah

B. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Remaja (Identity Vs Role Diffusion)


1. Pengkajian
Adalah tahap perkembangan remaja usia 12-18 thn dimana pada saat ini remaja harus
mampu mencapai identitas diri meliputi peran, tujuan pribadi, keunikan dan ciri khas diri.
Bila hal ini tidak tercapai maka remaja akan mengalami kebingungan peran yang
berdampak pada rapuhnya kepribadian sehingga akan terjadi gangguan konsep diri.
a) Identitas

b) Keluhan utama saat masuk rumah sakit

c) Faktor predisposisi

d) Aspek fisik atau biologis

e) Aspek psikososial

f) Status mental

g) Catat pola pertumbuhan dan perkembangan dan bandingkan dengan alat standar

h) Catat bukti pencapaian tugas perkembangan yang sesuai bagi remaja

i) Kaji respon perilaku yang dapat mengindikadikan gangguan pada remaja

j) Observasi adanya bukti — bukti gangguan mood

 Karakteristik perilaku
 Karakteristik Normal
1. Menilai diri secara objektif, kelebihan dan kekurangan diri

2. Bergaul dengan teman

3. Memiliki teman curhat

4. Mengikuti kegiatan rutin (olah raga, seni, pramuka, pengajian, bela diri)

5. Bertanggung jawab dan mampumengambil keputusan tanpa tergantung pada


orang tua
6. Menemukan identitas diri, memiliki tujuan dan cita-cita masa depan

7. Tidak menjadi pelaku tindak antisosial dan tindak asusila

8. Tidak menuntut orang tua secara paksa untuk memenuhi keinginan yang
berlebihan dan negatif
9. Berperilaku santun, menghormati orang tua, guru dan bersikap baik pada
teman
10. Memiliki prestasi yang berarti dalam hidup

2. Diagnosa keperawatan :
Kesiapan peningkatan perkembangan remaja
3. Intervensi perkembangan normal

1. Intervensi generalis :

a. Memfasilitasi remaja untuk mengikuti kegiatan yang positif dan bermanfaat

b. Tidak membatasi atau terlau mengekang remaja melainkan membimbingnya

c. Menciptakan suasana rumah yang nyaman untuk pengembangan bakat dan


kepribadian diri
d. Menyediakan waktu untuk diskusi, mendengarkan keluhan, harapan dan cita-cita
remaja
e. Tidak menganggap remaja sebagai junior yang tidak memiliki kemampuan
apapun
2. Intervensi spesialis
a. Terapi kelompok terapeutik : remaja

C. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Dewasa

1. Pengkajian
Merupakan tahap perkembangan manusia yang berada pada 20-30 tahun dan pada usia
ini individu harus mampu berinteraksi akrab dengan oranglain (Erickson, 1963). Pada masa
ini penekanan utama dalam perkembangan identitas diri untuk membuat ikatan dengan
oranglain yang menghasilkan hubungan intim. Orang dewasa mengembangkan pertemanan
abadi dan mencari pasangan atau menikah dan terikat dalam tugas awal sebuah keluarga.
Levinson (1978) mengatakan bahwa pada masa ini seseorang berada pada puncak
intelektual dan fisik. Selama periode ini kebutuhan untuk mencari kepuasan diri tinggi.
Selain itu masa dewasa awal seseorang berpindah melalui tahap dewasa baru, dari asumsi
peran yunior pada pekerjaan, memulai perkawinan dan peran orangtua dan memulai
pelayanan pada komunitas ke suatu tempat yang lebih senior dirumah, pekerjaan dan di
komunitas. Kegagalan dalam berhubungan akrab dan memperoleh pekerjaan dapat
menyebabkan individu menjauhi pergaulan dan merasa kesepian lalu menyendiri.

Ketika mengkaji dewasa awal dan tengah, perawat harus mempertimbangkan


perbandingan tugas perkembangan mereka dan juga membedakan tahap serta konsekuensi
perkembangan baik psikologi dan biologis
a) Perkembangan psikologis
Dewasa muda telah melengkapi pertumbuhan fisiknya pada usia 20 tahun.
Pengecualian pada hal ini adalah waita hamil dan menyusui. Perubahan fisik, koognitif
dan psikologis serta masalah kesehatan pada wanita hamul dan keluarga usia subur
sangat luas. Dewasa awal biasanya lebih aktif, mengalami penyakit berat tidak sesering
kelompok usia lebih tua. Cenderung mengakibatkan gejala fisik dan sering menunda
mencari perawatan kesehatan.karakteristik dewasa muda mulai berubah mendekati usia
baya. Temuan pengkajian umumnya dalam batas normal kecuali klien mempunyai
penyakit. Namun demikian klien pada tahap perkembangan ini dapat
mengambil mafaat dari pengkajian gaya hidup pribadi. Pengkajian gaya hidup dapat
membantu perawat dan klien mengidentifikasi kebiasaan yang meningkatkan resiko
penyakit jantung, maligna, paru, ginjal atau penyakit kronik lainnya. Pengkajian gaya
hidup pribadi dewasa awal meliputi pengkajian kepuasan hidup secara umum yaitu
• Hobi dan minat
• Kebiasaan meliputi : diet, tidur, olahraga, perilaku seksual dan penggunaan
kafein, alcohol dan obat terlarang
• Kondisi rumah meliputi : rumah, kondisi ekonomi, jenis asuransi kesehatan dan
hewan peliharaan
• Lingkungan pekerjaan meliputi : jenis pekerjaan, pemajanan terhadap fisik
dan mental
b) Perkembangan koognitif
Kebiasaan berfikir rasional meningkatkan secara tetap pada masa dewasa awal
dan tengah. Pengalaman Pendidikan formal dan informal, pengalaman hidup
secara umum dan kesempatan pekerjaan secara dramatis meningkatkan konsep
individu, pemecahan masalah dan keterampilan motoric. Mengidentifikasi area
pekerjaan yang diinginkan adalah tugas utama dewasa awal. Ketika seseorang
mengetahui persiapan pendidikannya, keahlian, bakat dan karakteristik kepribadian.
Pilihan pekerjaan menjadi lebih muda dan biasanya mereka akan lebih luas dengan
pilihannya. Akan tetapi
banyak dewasa alaawa kekurangan sumber dan system pendukung untuk memfasilitasi
Pendidikan lebih lanjut atau pengembangan keahlian yang diperlukan untuk
berbagai posisi pekerjaan. Akibatnya, beberapa dewasa awal mempunyai pilihan
pekerjaan yang terbatas.
c) Perkembangan psikososial
Kesehatan emosional dewasa awal berhubungan dengan kemampuan individu
mengarahkan dan emmecahkan tugas pribadi dan social. Dewasa awal kadanh terjebak
antara keinginan untuk memperpanjang masa remaja yang tidak ada tanggung
jawab dan memikul tanggung jawab dewasa. Namun pola tertentu atau
kecenderungan relative dapat diperkirakan. Antara usia 23 — 28 tahun, orang dewasa
memperbaiki persepsi diri dan kemampuan berhubungan. Dari usia 29 — 34 tahun
orang dewas mengarahkan kelebihan energinya terhadap pencapaian besar dan
penguasaan dunia sekitarnya. Usia 35 — 43 tahun adalah waktu ujian yang besar dari
tujuan hidup dan hubungan. Perubahan telah dibuat dalam kehidupan pribadi social
dan pekerjaan. Seringkali stress dalam ujian ini mengakibatkan “krisi usia baya” ketika
pasangan dalam pernikahan, gaya hidup dan pekerjaan dapat berubah.
Factor etnik dan jender emmpunyai dampak sosiologis dan psikologis dalam
kehidupan dewasa dan factor tersebut dapat merupakan tantangan yang jelas bagi
asuhan keperawatan. Dewasa awl harus membuat keputusan mengenai karir,
pernikahan dan menjadi orang tua. Meskipun setiap orang membuat keputusan tersebut
berdasarkan factor individu, perawat harus memahami prinsip umum yang tercangkup
dalam aspek perkembangan psikososial dewasa awal.
d) Stress pekerjaan
Stress pekerjaan dapat terjadi setiap hari atau dari waktu ke waktu. Kebanyakan
dewasa awal dapat mengatasi krisis dari hari ke hari. Stress situasi pekerjaan
situasional dapat terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu
hampir dekat, atau seseorang pekerja yang diberi tanggung jawab baru atau besar.
Stress pekerjaan juga terjadi jika seseorang tidak puas pada pekerjaan atau tanggung
jawabnya karena setiap individu menerima pekerjaan yang berbeda, maka setiap
stressor bervariasi pada setiap klien. Pengkajian perawat pada dewasa awal harus
meliputi deskripsi pekerjaan yang biasa dilakukan dan pekerjaan saat ini jika berbeda.
Pengkajian pekerjaan juga meliputi kondisi dan jam kerja, durasi bekerja, perubahan
pada kebiasaan tidur atau makan, dan tanda peningkatan iritabilitas dan kegugupan.
e) Stress keluarga
Setiap keluarga mempunyai berbagai peranan dan pekerjaan yang dapat di prediksi
untuk anggota keluarganya. Peran ini memungkinkan keluarga berfungsi dan menjadi
bagian efektif dalam masyarakat . salah satu peran penting adalah kepala keluarga.
Bagi kebanyakan keluarga, salah satu orang tua adalah pemimpin keluarga atau kedua
orang tua berperan coleader. Dalam keluarga orang tua tunggal, orang tua atau
adakalanya seseorang anggota keluarga besar menjadi kepala keluarga. Ketika
perubahan akibat dari penyakit, krisis keadaan dapat terjadi. Perawat harus mengkaji
factor ligkungan dan keluarga termasuk system pendukung, penguasaan mekanisme
yang biasa digunakan oleh anggota keluarga.
 Karakteristik Perilaku
a. Karakteristik Prilaku Normal
• Menjalin interaksi yang hangat dan akrab dengan oranglian
• Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertenti (pacar, sahabat)
• Membentuk keluarga
• Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan berinteraksi
• Merasa mampu mandiri karena sudah bekerja
• Memperlihatkan tanggungjawab secara ekonomi, sosial dan emosional
• Mempunyai konsep diri yang realistis
• Menyukai diri dan mengetahui tujuan hidup
• Berinteraksi baik dengan keluarga
• Mampu mengatasi strss akibat perubahan dirinya
• Menganggap kehidupan sosialnya bermakna
• Mempunyai nilai yang menjadi pedoman hidupya
b. Karakteristik penyimpangan perkembangan
• Tidak mempuyai hubungan akrab
• Tidak mandiri dan tidak mempunyai komitmen hidup
• Konsep diri tidak realistis
• Tidak menyukai diri sendiri
• Tidak mengetahui arah hidup
• Tidak mampu mnegatasi stres
• Hubungan dengan orangtua tidak harmonis
• Bertindak semaunya sendiri dan tidak bertanggungjawab
• Tidak memiliki nilai dan pedoman hidup yang jelas, mudah
terpengaruh
• Menjadi pelaku tindak antisosial (kriminal, narkoba, tindak asusila)

2. Diagnosa keperawatan dan intervensi


a. Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber
psikologi untuk beradaptasi terhadap proses meninggalkan rumah, pilihan karir.
Intervensi
1) Kaji status koping individu saat ini
• Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta — fakta
• Dengarkan dengan cermat dan amati wajah, gerak tubuh, kontak mata,
intonasi, dan intensitas suara
2) Berbicara alternative yang mungkin timbul (mis : membicarakan dengan orang
terdekat)
3) Berikan kesempatan untuk belajar dan menggunakan Teknik pelaksanaan
stress (mis : jogging, yoga)
b. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan pertambahan
anggota keluarga (mis: pernikahan) intervensi
1) Bantu keluarga menghadapi kekhawatiran terhadap masalah tersebut
2) Dorong keluarga untuk mengungkapkan rasa bersalah, marah, menyalahkan diri,
bermusuhan, dan mengenal lebih lanjut perasaannya dalam anggota keluarga
3) Bantu keluarga untuk mengenal peran dan menentukan prioritas untuk
mempertahankan integritas keluarga dan menurunkan stress
4) Bina hubungan saling percaya antara anggota keluarga
c. Risiko kesepian berhubungan dengan pelepasan anak (anak telah menikah dan pergi
dari rumah)
Intervensi
1) Identifikasi factor penyebab dan penunjang
2) Beri dorongan individu untuk membicarakan perasaan kesepian
3) Tingkatkan interaksi social
• Kerahkan system pendukung tetangga dan keluarga individu
• Rujuk pada penyuluhan keterampilan social
• Tawarkan umpan balik tentang bagaimana individu menampilkan diri

D. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Lansia


1. Pengkajian
Perkembangan psikososial lanjut usia adalah tercapainya integritas diri yang utuh.
Pemahaman terhadap makna hidup secara keseluruhan membuat lansia berusaha menuntun
generasi berikutnya (anak dan cucunya) berdasarkan sudut pandangnya. Lansia yang tidak
mencapai integritas diri akan merasa putus asa dan menyesali masa lalunya karena tidak
merasakan hidupnya bermakna.
 Karakteristik Perilaku
1. Mempunyai harga diri tinggi

2. Menilai kehidupannya berarti

3. Menerima nilai dan keunikan orang lain

4. Menerima dan menyesuaikan kematian pasangan

5. Menyiapkan diri menerima datangnya kematiasn

6. Melaksanakan kegiatan agama secara rutin

7. Merasa dicintai dan berarti dalam keluarga

8. Berpartisipasi dalam kegiaan sosial dan kelompok masyarakat

9. Menyiapkan diri ditinggalkan anak yang telah mandiri

a) Identitas

b) Riwayat
Pernah mengalami perubahan fungsi mental sebelumnya ?
Kaji adanya demensia. Dengan alat — alat yang sudah di standardisasi, meliputi
Min Mental Status Exam (MMSE) (menurut Flostein, MS. Dkk, 1995)
1) Orientasi
• Tanyakan hari ini tanggal berapa ?
• Kemudian tanyakan hal — hal terkait, mis sekarang musim apa ?
2) Registrasi
• Bila memungkinkan beri pertanyaan untuk menguji daya ingatnya (memori)
• Ucapkan dengan jelas dan perlahan kata kata seperti BOLA, BENDERA,
POHON. Degan jarak perkata 1 detik. Sesudah itu minta pasien untuk
mengulanginya. Jawaban pertama menentukan skornya, tetapi mintalah
pasien untuk mencoba terus (misalnya hingga 6 kali) bila gagal tes ini
kurang bermakna.
3) Perhatian dan perhitungan
• Minta pasien untuk meghitung mundur daro 100 dengan selisi 7. Berhenti
setelah 5 jawaban. Berilah skor 1 untuk setiap jawabn yang benar.
• Bila pasien tidak mampu menghitung, mintakan padanya untuk mengeja
suatu kata dari arah belakang ( mis: RUMAH…….HAMUR), beri skor 1
untuk setiap huruf yang ditempatkan benar. Catatlah jawaban pasien
4) Daya ingat
Minta pasien untuk mengingat kembali ketiga kata yang ditanyakan
kepadanya diatas tadi
5) Bahasa
• Menyebutkan : perlihatkan arloji anda sambil menanyakan : “apa ini?”
ulangi hal yang sama untuk pensil. Beri skor satu untuk setiap jawaban
yang benar
• Pengulangan : minta pasien untuk mengulangi : “bukan, itu bukan…..!,
tetapi itu……. Dan……! Beri skor 1 point bila pengulangan benar
• Perintah tiga langkah. Beri pasien secarik kertas kosong dan katakana :
“ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipat dua, dan letakan dilantai.”
Beri skor 1 point untuk setiap langkah benar.
2. Data demografi
Ras dan suku apa?
Jenis kelamin?
Riwayat Pendidikan?
3. Diagnose keperawatan dan intervensi keperawatan
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas
Intervensi
• Jangan menganjurkan klien untuk tidur siang apabila berakibat negative terhadap
tidur pada malam hari
• Evaluasi efek obat klien yang mengganggu tidur
• Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan klien
(memberi susu hangat)
• Berikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur
2. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi fisiologis dan koognitif
Intervensi
• Kaji derajat gangguan kemampuan, tingkah laku impulsive dan penurunan persepsi
visual. Bantu keluarga mengidentifikasi risiko terjadinya bahaya yang mungkin
timbul
• Hilangkan sumber bahaya lingkungan
• Alihkan perhatian saat perilaku teragitasi atau berbahaya, seperti memanjat pagar
tempat tidur
• Gunakan pakaian sesuai dengan lingkungan fisik atau kebutuhan klien
• Kaji efek samping obat, tanda keracunan ( tanda ekstrapiramidal, hipotensi
ortostatik, gangguan penglihatan, gangguan gastrointestinal).
3. Kurang perawatan diri : hygiene nutrisi, dan atau toileting berhubungan dengan
ketergantungan fisiologis dan atau psikologis.
Intervensi
• Identifikasi kesulitan dalam berpakaian/ perawatan diri
• Identifikasi kebutuhan akan kebersihan diri dan berikan bantuan sesuai kebutuhan
• Lakukan pengawasan dan berikan kesempatan untuk melakukan sendiri sesuai
kemampuan
• Bantu mengenakan pakaian yang rapi dan indah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pembuatan askep sehat jiwa pengkajian merupakan tahap awal ddan dasar
utama dari proses keperawatan jiwa yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan. Setelah data dikelompokkan baik data subjektif maupun data objektit, maka
masalah dirumuskan dan membuat daftar masalah keperawatan, membuat pohon
masalah, dan menegakkan diagnose keperawatan dengan menetapkan core problem
(masalah utama). Langkah selanjutnya setelah meneggakn diagnose keperawatan adalah :
1. Membuat rencana tindakan keperawatan
2. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan dan
melaksanakan terapi modalitas serta melaksanakan pemberian obat sesuai dengan
intruksi dokter
3. Mengevaluasi keberhasilan pasien dan keluarga
4. Menuliskan pendokumentasian pasien sesuai dengan format yang ada Kesehatan
jiwa mencakup disetiap perkembangan individu di mulai sejak dalam kandungan
kemudian di lanjutkan ke tahap selanjutnya dimulai dari bayi (0 — 18 bulan), masa
toodler (1,5 — 3 tahun), anak — anak awal atau pra sekolah (3 — 6 tahun), usia
sekolah (6 — 12 tahun), remaja (12 — 18 tahun), dewasa muda (18 — 35 tahun),
dewasa tengah (35 — 65 tahun), sehingga dewasa akhir (>65 tahun).
B. Saran

Saran agar mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan sehat jiwa sepanjang
rentang kehidupan di indonesia dan mencari referensi terbaru seputar perkembangan
mengenai asuhan keperawatan sehat jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

1. Potter, Patricia A. And Perry, Anee G. (1985). Iuelmcgetmas ji Eursied


fjefgpt, prjfgss, mel prmftifg. St. Louis : The C.V. Mosby Company

2. Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan tim pengajar spesialis jiwa (2008).
Lrmit Vtmelmr Msuhme Bgpgrmwmtme Prjdrmc Vpgsimais Kiwm.
Kmbmrtm : Progaram Magister Keperawatan Jiwa FIK UI

3. Stolte, K. (2004), Diagnosa Keperawatan Sejahtera. Jakarta: EGC

4. Stuart & Sundeen. 2000. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta :EGC

5. Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

6. Beck, A. T. (1967). Depression: Causes And Treatment. Philadelphia:


University Of Pennsylvania Press

7. Wilkinson, Judith M. Ahern, Nancy R. (2012). Buku Saku Diagnosis


Keperawatan. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai