Aspal PDF
Aspal PDF
Defenisi :
Jenis Aspal
Berdasarkan cara Aspal Buatan :
mendapatkannya - Aspal Minyah
Merupakan hasil destilasio minyak bumi
- Tar
Merupakan hasil penyulingan batu bara dan kayu
(tidak umum dugunakan, peka terhadap
perubahan temperatur dan beracun)
- Asphaltic base crude oil
Bahan dasar dominan aspaltic
Berdasarkan jenis
bahan dasarnya - Parafin base crude oil
Bahan dasar dominan parafin
Domestic Fuel
Short Residue
Lube Oil Bitumen Feedstock
manifacture
Fuel Oil
Jenis Tungku Destilasi Ter
Pemanas
Pemanas (Suhu 1000° - 1250° C)
OH OH
AROMAT
O- H + O- H +
CRESOL PHENOL
Karen ter bermuatan listrik maka kelekatan
ter lebih baik terhadap agregat dari pada
aspal
Perbandingan sifat aspal dengan ter
Bitument (aspal) Sifat Ter
Coklat - hitam Warna Coklat - Hitam
Cair - padat Bentuk cair
Larut Dalam CS2/CCl4 larut
Tidak larut Dalam Air Tidak Larut
Berbau biasa Bau Berbau khas (Aromat
bersifat harum)
Ada yang bergandengan Aromat tunggal
C Y C LO N
AROM AT
NAPHTENE
Aspal keras (asphalt cemen, AC)
Aspal keras pada suhu ruang (250 – 300 C) berbentuk padat
Aspal keras dibedakan berdasarkan nil;ai penetrasi (tingkat
kekerasannya)
Aspal keras yang biasa digunakan :
- AC Pen 40/50, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 40 – 50
- AC pen 60/70, yaitu aspal keras dgn penetrasi antara 60 – 79
- AC pen 80/100, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 80 – 100
- AC pen 200/300, yaitu aspal keras dengan penetrasi antara 200-300
Cut back aspal dibedakan berdasarkan nilai viscositas pada suhu 600
ex : RC 30 – 60 MC 30 – 60 SC 30 – 60
RC 70 – 140 MC 70 – 140 SC 70 - 140
Makin
Kental
Aspal emulsi
E m u ls ife r
Agent
A ir A spal
A s p a l E m u ls i B e r s ifa t
k o lo id
b u a ta n
( s u s p e n s i)
Emulsifer agent merupakan ion bermuatan listrik
(Elektrolit), (+) Cation ; (-) Annion
Emulsifer agent berfungsi sebagai stabilisator
Partikel aspal melayang-layang dalam air karena partikel
aspal diberi muatan listrik.
Berdasarkan muatan listriknya, aspal emulsi dapat dibedakan atas ;
1. Kationik,
disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang
bermuatan arus listrik posirif
2. Anionik,
disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang
bermuatan negatif
3. Nonionik,
merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti
tidak mengantarkan listrik.
Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal
emulsi anionik dan kationik.
Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas
- Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan
pengemulsi sehingga pengikatan cepat terjadi. Digunakan untuk
Tack Coat
- Medium Setting (MS), Digunakan untuk Seal Coat
- Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap,
Digunakan Sebagai Prime coat
Aspal Buton
ASPHALTENES
RESIN
OILS
Pada aspal buatan maltene lebih dominan
(lebih banyak), maka bentuknya semi solid
Pada aspal alam kebanyakan asphaltene
saja, jadi bentuknya cenderung padat
Sifat aspal minyak juga dipengaruhi minyak
mentah penyusunnya
Sifat Parafinic base crude oil :
a. Mudah teroksidasi
b. Pada suhu panas, leleh dan pada suhu
rendah mengeras dan rapuh
c. Adhesi kecil
d. Dactilitas kecil
Sifat – sifat seperti parafin base crude oil tidak
diingini pada konstruksi jalan
Sifat asphaltene base crude oil bertolak
belakang dengan sifat parafinic crude oil, dan
hal ini menguntungkan untuk dipakai pada
konstruksi jalan.
Fungsi Aspal Dalam Konstruksi Perkerasan Jalan
• Kekerasan aspal
Kekerasan aspal tergantung dari viscositasnya (kekentalannya).
Aspal pada proses pencampurandipanaskan dan dicampur dengan
agregat sehingga agregat dilapisi aspal . Pada proses pelaksanaan
terjadi oksidasi yang mengakibatkan aspal menjadi getas
(Viskositas bertambah tinggi). Peristiwa tersebut berlansung setelah
masa pelaksaan selasai. Pada masa pelayanan aspal mengalami
oksidasi dan polimerisasi yan besarnya dipengaruhi ketebalan aspal
menyelimuti agregat. Semakin tipis lapisan aspal yang menyelimuti
agregat , semakin tinggi tingkat kerapuhan yang terjadi.
Pemeriksaan Aspal
Pemeriksaan penetrasi
Pemeriksaan titik lembek
Pemeriksaan Titik nyala dan titik bakar
Pemeriksaan penurunan berat aspal
Pemeriksaan kelarutan dalam karbon
tetrakolrida
Pemeriksaan daktilitas
Pemeriksaan beratjenis
Pemeriksaan viskositas
Pemeriksaaan Penetrasi
Pemeriksaan Ductility
Pemeriksaan Titik Lembek
Pemeriksan
Kehilangan Berat
Aspal
Pemeruksaan Titik Nyala Titik Bakar
Persyaratan Aspal Keras Pen 60/70
Gsb + Gsa
Gse =
2
Berat Jenis Teoritikal Maksimum dari Campuran (Compacted Mixture):
Pmm
Gmm =
PS Pb
+
Gse Gb
Gmm + Gmb
VIM = 100 x
Gmm
Rongga dalam mineral agregat (Void in the Mineral Aggregate)
dalam persen terhadap total volume:
Gmb .Ps
VMA = 100 −
Gsb
Berat isi atau kepadatan (density)
100 − Pb
CAD = Density.
100
Persen rongga terisi aspal (Voids Filled with Binder)
dalam persen terhadap VMA:
VMA − VIM
VFB = 100
VMA
Pengujian Marshall
• Pengujian marshall untuk mengetahui kinerja beton aspal yang
dikembangkan pertama kali oleh Bruce Marshall dan dilanjutkan
oleh US Corps Engineer.
• Alat marshall merupakan alat tekan yang dilengkapi dengan
proving ring (Cincin penguji) berkapasitas 22.2 KN dan flow
meter. Proving ring digunakan untuk mengukur stabilitas dan
flow meter utnuk mengukur kelelehan plastis
• Benda uji marshall berbentuk silinder dengan diamater 4 inchi
(10,2 cm) dan tinggi 2,5 inchi (6,35 cm)
• Prosedur pengujian marshall mengikuti SNI 06-2489-1991
• Secara garis besar pengujian marshall meliputi :
- persiapan benda uji
- Penentuan berat jenis benda uji
- Pemeriksaan nilai stabilitas dan flow
- Perhitungan sifat volumetrik benda uji
JOB MIX DESIGN
• Rancangan campuran bertujuan untuk mendapatkan resep
campuran dari material yang terdapat dilokasi sehingga
dihasilkan campuran yang memenuhi spesifikasi campuran yang
telah ditetapkan.
• Metoda rancangan berdasarkan pengujian empiris terdiri dari 4
tahap:
1. Menguji Sifat Agregat dan aspal yang akan digunakan sebagai
bahan campuran
2. Rancangan campuran di laboratoriumyang menghasilkan
rumus campuran
3. Kalibrasi hasil rancangan campuran ke instalasi pencampuran
yang akan digunakan.
4. Berdasarkan rumus campuran dilakukan percobaan campuran
dan penghamparan dan pemadatan
Syarat Aspal Keras
Persyaratan
N Pen. 60/70 Pen. 80/100
o Jenis Pengujian Min Max Min Max Satuan
0
1. Penetrasi (25 C, 100 gr, 5 60 79 80 99 0.1 mm
detik)
0
2. Titik Lembek (Ring and Ball) 48 58 46 54 C
0
3. Daktilitas (25 C, 5 cm/menit) 100 - 100 - cm
0
4. Kehilangan Berat (165 C, 5 - 0,8 - 0,1 % berat
Jam)*
0
5. Berat Jenis (25 C) 1 - 1 - -
6. Penetrasi setelah kehilangan 54 - 50 - % semula
berat*
7. Daktilitas setelah kehilangan 50 - 75 - cm
berat*
Syarat Agregat
No. Jenis Pengujian Metode Pengujian Satuan Spesifikasi Bina Marga
Min. Mak.
I. Agregat Kasar
1 Berat Jenis SNI-1969-1990-F
- Berat Jenis Bulk - 2,5
- Berat Jenis SSD - - -
- Berat Jenis Apparent - - -
- Berat Jenis Efektif - - -
- Penyerapan % - 3
2 Pengujian Los Angeles Abrasion SNI 03-2417-1991 % - 40
3 Kelekatan Terhadap Aspal SNI-2436-1991 % 95 -
4 Aggregate Impact Value BS 812: Part 3: 1975 % - -
5 Aggregate Crushing Value BS 812: Part 3: 1975 % - -
6 Indeks Kepipihan BS 812: Part 1: 1975 % - 25
7 Indeks Kelonjongan BS 812: Part 1: 1975 % - -
8 Angka Angularitas BS 812: Part 1: 1975 - - -
II. Agregat Halus
9 Berat Jenis SNI-1969-1990-F
- Berat Jenis Bulk - 2,5
- Berat Jenis SSD - - -
- Berat Jenis Apparent - - -
- Berat Jenis Efektif - - -
- Penyerapan % - 3
10 Sand Equivalent Value SNI 03-4428-1997 % 50 -
FILLER
Bahan filler berasal dari abu batu, terak
dan bahan yang serupa yang bebas
dari bahan – bahan organik dan mempunyai
nilai indeks plastisitas tidak lebih besar dari 4.
Bahan pengisi (filler) harus kering dan bebas dari bahan
lain
yang mengganggu dan apabila dilakukan pengujian
analisa saringan secara basah,
harus memenuhi gradasi seperti pada Tabel sebagai
berikut :
Ukuran Saringan Persentase Berat yang lolos
No. 30 (0,590 mm) 100
No.50 (0,279 mm) 95 – 100
No. 100 (0,149 mm) 90 – 100
No. 200 (0,074 mm) 65 – 100
Macam Gradasi Untuk Laston
Komposisi Agregat
Ps := 100% − Pb
Ps = 0.94
Volume Sampel ;
Va := Bssd − Ba
Va = 533.6 cm3
gram
Gmb = 2.25
cc
Kadar aspal yang terabsorbsi
( Gse − Gsb)
Pab := 100⋅ ⋅ Gb
Gsb⋅ Gse
Pab = 0.557
Pae := Pb −
Pab
⋅ Ps
100
Pae = 0.055
( Gmb⋅ Ps ⋅ 100)
VMA := 100 −
Gsb
VMA = 19.901
Persentase Pori Benda Uji
( Gmm− Gmb)
VIM := 100⋅
Gmm
VIM = 8.051
VFA = 59.543 %
0
Bj Aspal : 1,0374 Bj Bulk Agregat : 2,715 Suhu Pencampuran : 160 C
0
Kalibrasi Alat : 1,26 Bj Apparent Agregat : 2,775 Suhu Pemadatan : 140 C
Bj Effektif Agregat : 2,745
(Compacted Aggregate
Campuran (VIM) (%)
% Aspal Terhadap
Kepadatan Agregat
Berat Isi Benda Uji
Qoutient)(kg/mm)
Isi Benda Uji (ml)
% Rongga Dalam
% Rongga Dalam
Kelelehan (mm)
Stabilitas (Dengan
Density ,CAD)
Pembacaan Arloji
Stabilitas Dengan
No Benda uji
Terkompaksi
Berat Benda Uji
Stabilitas (kg)
Campuran
(VFA) (%)
(Marshall
Kering (gr)
(gr/ml)
(Gmm)
(%)
(kg)
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R
1 5 1249,5 1254,9 728,0 526,9 2,371 2,536 17,013 6,490 61,9 0,96 850,0 1071,0 1028,2 2,80 367,20 2,253
2 5 1248,6 1256,4 724,0 532,4 2,345 2,536 17,929 7,523 58,0 0,96 869,0 1094,9 1051,1 2,80 375,41 2,228
3 5 1239,1 1250,0 720,0 530,0 2,338 2,536 18,185 7,811 57,0 0,96 889,0 1120,1 1075,3 2,90 370,80 2,221
Rata-rata 529,8 2,352 2,536 17,709 7,275 59,0 0,96 869,3 1095,4 1051,5 2,83 371,14 2,234
1 6 1259,4 1261,1 740,0 521,1 2,417 2,498 17,013 3,251 80,9 1,00 913,0 1150,4 1150,4 3,30 348,60 2,272
2 6 1255,5 1260,7 733,0 527,7 2,379 2,498 17,617 4,757 73,0 0,96 946,0 1192,0 1144,3 3,50 326,94 2,236
3 6 1255,0 1258,5 736,0 522,5 2,402 2,498 16,830 3,847 77,1 1,00 955,0 1203,3 1203,3 3,40 353,91 2,258
Rata-rata 523,8 2,399 2,498 17,154 3,952 77,0 0,99 938,0 1181,9 1166,0 3,40 343,15 2,255
1 7 1267,6 1269,3 740,0 529,3 2,395 2,461 17,957 2,694 85,0 0,96 1016,0 1280,2 1229,0 3,40 361,46 2,227
2 7 1269,8 1271,2 743,0 528,2 2,404 2,461 17,643 2,322 86,8 0,96 1035,0 1304,1 1251,9 3,60 347,76 2,236
3 7 1272,4 1274,2 745,0 529,2 2,404 2,461 17,631 2,307 86,9 0,96 1045,0 1316,7 1264,0 3,60 351,12 2,236
Rata-rata 528,9 2,401 2,461 17,744 2,441 86,3 0,96 1032,0 1300,3 1248,3 3,53 353,45 2,233
1 8 1279,6 1279,8 748,0 531,8 2,406 2,425 18,456 0,792 95,7 0,96 950,0 1197,0 1149,1 3,70 310,57 2,214
2 8 1274,7 1275,0 745,0 530,0 2,405 2,425 18,492 0,836 95,5 0,96 810,0 1020,6 979,8 3,80 257,84 2,213
3 8 1268,9 1269,0 742,0 527,0 2,408 2,425 18,401 0,725 96,1 0,96 989,0 1246,1 1196,3 3,90 306,74 2,215
Rata-rata 529,6 2,406 2,425 18,450 0,784 95,7 0,96 916,3 1154,6 1108,4 3,80 291,72 2,214
1 9 1280,9 1281,2 738,0 543,2 2,358 2,391 20,955 1,361 93,5 0,93 779,0 981,5 912,8 4,10 222,64 2,146
2 9 1279,3 1279,6 737,0 542,6 2,358 2,391 20,966 1,375 93,4 0,93 835,0 1052,1 978,5 4,20 232,97 2,146
3 9 1278,9 1279,8 735,0 544,8 2,347 2,391 21,310 1,804 91,5 0,93 815,0 1026,9 955,0 4,40 217,05 2,136
Rata-rata 543,5 2,354 2,391 21,077 1,514 92,8 0,93 809,7 1020,2 948,8 4,23 224,22 2,143
10
5, 0
9
4, 5
8
7 4, 0
Flow (m m )
VIM (%)
6 3, 5
5 3, 0
4
2, 5
3
2, 0
2
1 ,5
1
0 1 ,0
4 5 6 7 8 9 10 4 5 6 7 8 9 10
21 , 0
20, 0
1 9, 0
VMA (%)
1 8, 0
1 7, 0
1 6, 0
1 5, 0
1 4, 0
1 3, 0
1 2, 0
4 5 6 7 8 9 10
500, 0
1 300
1 250
1 200 450, 0
S tabi li tas (Kg)
1 1 50
MQ (Kg/m m )
1 1 00 400, 0
1 050
1 000 350, 0
950
900 300, 0
850
800
250, 0
750
700
650 200, 0
600
550 1 50, 0
500
450 1 00, 0
4 5 6 7 8 9 10 4 5 6 7 8 9 10
Kadar Aspal
No. Kriteria Spesifikasi
5 6 7 8 9
1 VIM (%) 3-5
2 VMA (%) > 13
3 Stabilitas (kg) > 550
4 Flow (mm) 2-4
5 MQ (kg/mm) 200 - 350
6,25 %
Pengolahan Campuran Aspal
Parameter perencanaan
Tekanan Angin =
5.5 kg/cm2
8.16 ton
11 cm
ESAL (Equivalent Standard
Axle Load)
4
L
ESAL = k
8.16
Dengan ;
ESAL = Ekivalensi standard axle load
L = Beban satu sumbu kendaraan
k =1 ; untuk sumbu tunggal
= 0.086 ; untuk sumbu tandem
= 0.021 ; untuk sumbu triple
Lintas Ekivalen
• Lintas ekivalen adalah repetisi beban yang dinyatakan dalam lintas sumbu standar
diterima oleh konstruksi jalan.
• Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) adalah besarnya lintas ekivalen pada saat jalan
tersebut dibuka
LEP = Σ LHRi x Ei x Ci x (1 x i)n
• Lintas Ekivalen Akhir (LEA) adalah besarnya lintas ekivalen pada saat jalan tersebut
membutuhkan perbaikan (akhir umur rencana)
LEA = LEP (1 + r)n
• Lintas Ekivalen Selama Umur Rencana (AE18KSAL/N) adalah jumlah lintasan ekivalen
yang akan melintasi jalan selama masa layandari saat dibuka sampai akhir umur
rencana.
Nilai Kondisi
(NK)
Kondisi NK Peningkatan
Pemeliharaan
Perencan o Rutin dan
aan Ideal Berkala
Rehabilitasi
Masa Layan
N (log)
Pedoman penentuan jumlah Lebar Perkerasan (L) Jumlah Lajur (m)
• CBR segmen
- Cara analitis :
CBR segmen = CBR rata-rata – (CBR mak – CBR min /R
DAFTAR NILAI R SETIAP JUMLAH CBR Segmen
Jumlah Titik R Jumlah Titik R Jumlah Titik R Jumlah Titik R
2 1,41 21 3,18 41 3,18 61 3,18
3 1,91 22 3,18 42 3,18 62 3,18
4 2,24 23 3,18 43 3,18 63 3,18
5 2,48 24 3,18 44 3,18 64 3,18
6 2,67 25 3,18 45 3,18 65 3,18
7 2,83 26 3,18 46 3,18 66 3,18
8 2,96 27 3,18 47 3,18 67 3,18
9 3,18 28 3,18 48 3,18 68 3,18
10 3,18 29 3,18 49 3,18 69 3,18
11 3,18 30 3,18 50 3,18 70 3,18
12 3,18 31 3,18 51 3,18 71 3,18
13 3,18 32 3,18 52 3,18 72 3,18
14 3,18 33 3,18 53 3,18 73 3,18
15 3,18 34 3,18 54 3,18 74 3,18
16 3,18 35 3,18 55 3,18 75 3,18
17 3,18 36 3,18 56 3,18 76 3,18
18 3,18 37 3,18 57 3,18 77 3,18
19 3,18 38 3,18 58 3,18 78 3,18
40 3,18 60 3,18
CBR segmen Metoda Grafis
CBR Ruas : 1
Analisa CBR segmen Metoda Grafis
No CBR (%)
1 7,29 CBR Jumlah > %>
2 3,85 0 15 15/15 * 100 % 100 %
3 3,81 1 12 12/15 * 100 % 80 %
4 0,62
2 11 11/15 * 100 % 73,3333 %
5 6,98
3 10 10/15 * 100 % 66,6667 %
6 3,87
4 5 5/15 * 100 % 33,3333 %
7 3,95
8 7,27 5 5 5/15 * 100 % 33,3333 %
100
90
% SAMA ATAU LEBIH DARI
80
70
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
CBR
2.8 %
Kondisi Lingkungan dan pengaruhnya
terhadap konstruksi perkerasan jalan
• Mempengaruhi sifat teknis konstruksi
perkerasan dan komponen material
perkerasan
• Pelapukan bahan meterial
• Mempengaruhi penurunan tingkat
pelayanan dan tingkat penyamanan
perkerasan jalan.
Faktor lingkungan yang mempengaruhi
• Air Tanah dan hujan, adanya aliran air disekitar
badan jalan mengakibatkan perembesan air ke
badan jalan yang mengakibatkan perlemahan
ikatan antar butiran agregat dengan aspal, dan
perubahan kadar air akan mempengaruhi daya
dukung tanah dasar.
• Kemiringan medan, untuk mempercepat
pengaliran air.
• Perubahan temperatur, bahan aspal adalah
meterial termo plastis.
Perencanaan Tebal
Konstruksi Jalan
Prinsip Dasar
• Pada methode tanpa bahan
pengikat ini dianggap bahwa W=1/2P
P
seluruh kunstruksi perkerasan
terdiri dari butiran-buturan
lepas yang mempunyai sifat
seperti lapisan pasir ialah
meneruskan setiap gaya tekan
kesegala penjuru dengan 0 0
sudut rata-rata 45o terhadap 45 45 h
garis vertikal,sehingga
penyebaran gaya tersebut σt σt
merupakan bentuk kerucut r=h
dengan sudut puncak 90o
• Melihat schema penyebaran gaya tersebut tampak
bahwa bagian perkerasan sebelah atas akan menderita
tekanan yang paling besar. Tekanan ini makin kebawah
semakin kecil karena penyebaran gaya semakit meluas
sehingga pada tebal perkerasan tertentu (h) tekanan dari
atas sudah lebih kecil atau sama dengan daya dukung
tanah dasar yang diperbolehkan atau
σα ≤ (σtnh )
• σα = tekanan dari atas akibat muatan
kendaraan
σt σt
r=h
Hukum keseimbangan
Gaya muatan dari atas karena W harus sama dengan gaya dukung dari
tanah dasar karena γt.
hek :=
P ⋅ ( 1 + 0.7 ⋅ log ( δ⋅ η ⋅ n ) ) − Λ
2 ⋅ π ⋅ 0.8 CBR
dimana : hek = Tebal perkersan dengan agregat CBR min 80% sebagai bahan
perkerasan (cm)
P = Beban sumbu yang diperhitungkan (Kg)
CBR = Nilai CBR tanah dasar (%)
δ = Faktor drainase
η = Faktor kondisi tanah dasar dan curah hujan
n = Jumlah pengulangan beban selama umur rencana
Λ = Jari-jari bidang kontak beban (cm)
Perencanaan Metoda CBR
• Perhitungan tebal perkerasan lentur menggunakan metoda CBR (US Corps
of Engineers). Metoda ini memperhitung beban yang dipikul berupa beban
diam dengan luas bidang tekan tertentu yang akan dipikul oleh perkerasan
berupa lapis agregat denga CBR minimal 80 %.
hek :=
P ⋅ ( 1 + 0.7 ⋅ log ( δ⋅ η ⋅ n ) ) − Λ
2 ⋅ π ⋅ 0.8 CBR
dimana : hek = Tebal perkersan dengan agregat CBR min 80% sebagai bahan
perkerasan (cm)
P = Beban sumbu yang diperhitungkan (Kg)
CBR = Nilai CBR tanah dasar (%)
δ = Faktor drainase
η = Faktor kondisi tanah dasar dan curah hujan
n = Jumlah pengulangan beban selama umur rencana
Λ = Jari-jari bidang kontak beban (cm)
Faktor Drainase (δ)
Kalsifikasi Kondisi Air
No. Jenis Tanah δ
Drainase tanah
1. Bagus Dalam Berbutir kasar 1,0 - 1,5
2. Baik Dalam Berbutir halus 1,6 - 2,5
3. Sedang Tinggi Berbutir kasar 2,5 - 3,5
4. Jelek Tinggi Berbutir halus 3,5 - 5,0
P
Λ :=
2π⋅ Ta
Maka Λ = 11 cm
Tebal lapis perkerasan ekivalen (hek) merupakan tebal perkerasan jika megguna
lapis perkerasan sepenuhnya adalh agregat dengan CBR minimal 80%.
Untuk tebal masing-masing lapis perkerasan dihitung dengan rumus :
hek = (a1*D1)+(a2*D2)+(a3*D3)*(a4*D4)
Dimana :
a1 = Nilai kekuatan relatif Lapis pertama terhadap kekuatan lapis agreg
minimal 80%
D1 = Tebal Lapis perkerasan pertama (Surface Course)
a2 = Nilai kekuatan relatif Lapis kedua terhadap kekuatan lapis agregat
minimal 80%
D2 = Tebal Lapis perkerasan kedua (Base Course)
a3 = Nilai kekuatan relatif Lapis ketiga terhadap kekuatan lapis agregat
minimal 80%
D3 = Tebal Lapis perkerasan ketiga (Sub-Base Course)
Tabel Nilai Relatif Kekuatan bahan di equivalenkan
terhadap kekuatan agregat base CBR > 80 %
Nilai Equivalent terhadap
Jenis Bahan Perkerasan
Base Batu Pecah (ai)
2
Aspal Beton klas A (SM > 750 kg/cm ) 2
2
Aspal Beton klas B (SM > 550 kg/cm ) 1,5 - 1,8
2
Aspal Beton klas C (SM > 350 kg/cm ) 1
Base Course CBR > 80 % 1
Base Course CBR > 20 % 0,75
PERENCANAAN TEBAL
KONSTRUKSI JALAN
METODA ANALISA KOMPONEN
BINA MARGA
• Metoda analisa komponen Bina Marga
merupakan metoda perencanaan tebal
konstruksi perkerasan secara empiris
• Metoda ini merupakan modifikasi dari
metoda AASHTO 1972 yang disesuaikan
dengan kondisi jalan diindonesia.
• Rumus-rumus dasar yang digunakan
adalah rumus AASHTO 1972
Rumus Dasar
IPo − IPt
log
4 .2 − 1 .5 − log 1 + 0.371( DDT − 3)
Log ( LER) = 9.3 log( ITP + 2.54) − 3.9892 +
138072 FR
0.4 +
( ITP + 2.54) 5.19
1 lajur 1,00 1,00 1,00 1,00 5,5 m < L < 8,25 m 2 lajur
2 lajur 0,60 0,50 0,70 0,50
8,25 m < L < 11,25 m 3 lajur
3 lajur 0,40 0,40 0,50 0,48
11,25 m < L < 15,00 m 4 lajur
4 lajur 0,30 0,45
5 lajur 0,25 0,43 15,00 m < L < 18,75 m 5 lajur
6 lajur 0,20 0,40 18,75 m < L < 22,00 m 6 lajur
* Berat Total
< 5 ton
** Berat Total
> 5 ton
DAYA DUKUNG TANAH
• Dengan Pendekatan Persamaan
Kelandaian I (< 6%) Kelandaian II (< 6%-10%) Kelandaian III (> 10%)
Curah hujan % Kendaraan Berat % Kendaraan Berat % Kendaraan Berat
< 30 % >30 % < 30 % >30 % < 30 % >30 %
Iklim I <
0,5 1,0 - 1,5 1,0 1,5 - 2,0 1,5 2,0 - 2,5
900 mm/tahun
Iklim II >
1,5 2,0 - 2,5 2,0 2,5 - 3,0 2,5 3,0 - 3,5
900 mm/tahun
Penentuan Tebal Lapisan
Perkerasan
Rehabilitasi
Masa Layan
N (log)
Penentuan Nilai IP menurut AASHTO
1972
Nilai Kondisi Struktur Perkerasan Lentur Jalan
Gambaran Kondisi Perkerasan Nilai Kondisi
1. Lapis Permukaan
- Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada jalur roda 90 – 100 %
- Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur roda, namun masih tetap stabil 70 – 90 %
- Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda, pada dasarnya masih stabil 50 – 70 %
- Retak banyak dan juga deformasi pada jalur roda, terlihat gejala ketidakstabilan 30 – 50 %
2. Lapis Pondasi
a). Aspal beton atau penetrasi macadam
- Umumnya tidak retak 90 – 100 %
- Terlihat retak halus, namun tetap stabil 70 – 90 %
- Retak sedang, pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan 50 – 70 %
- Retak banya, terlihat gejala ketidak stabilan 30 – 50 %
Perencanaan Tebal
Y = (0.019 − 0.009 × Z ) × (10) ( 0.722+ 0.056×Z )× X + (0.48 + 0.03 × Z ) + 0.001× X 3
Pd .Cam
T = 0.001(9 − RCI ) 4.5
+ + T min
4
TebalLapisTambahan = (t + T )
Keterangan :
D = Lendutan Balik segmen atau lendutan balik
yang digunakan untuk perencaanaan
L = Lintas ekivalen komulatif selama umur
rencana (dalam 106)
Pd = lebar perkerasan (m)
Cam = perubahan kemiringan melintang yg
dibutuhkan untuk menghasilkan
kemiringan melintang yang
direncanakan.
Tmin = tebal minimum berdasarkan ukuran
agregat minimum yang dipergunakan
t = Tebal lapis tambahan untuk mengurangai
lendutan selama umur rencanan
T = Tebal yang dibutuhkan untuk membentuk
permukaan perkerasaan ke nbentuk yang
dikehendaki
RCI Kondisi permukaan jalan secara visuil
8 – 10 Sangat rata dan teratur
7–8 Sangat baik, umumnya rata
6–7 Baik
5–6 Cukup, sedikit sekali atau tidak ada lubang, tetapi
permukaan jalan tidak rata
4–5 Jelek, kadang-kadang ada lubang, permukaan jalan
tidak rata
3–4 Rusak, bergelombang, banyak lubang
2–3 Rusak berat, banyak lubang dan seluruh daerah
perkerasan hancur
≤2 Tidak dapat dilalui, kecuali dengan 4 WD jeep