Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

LANSIA DENGAN PENYAKIT TERMINAL (GAGAL GINJAL KRONIK)

Disusun oleh:

Atik Nur Apriyanti


P 27220016 058

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2019
A. KONSEP TEORI
1. Pengertian
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan
lagi. Kematian adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba
tanpa peringatan atau mengikuti periode sakit yang panjang.Terkadang
kematian menyerang usia muda tetapi selalu menunggu yang tua. Kondisi
Terminal adalah: Suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi
individu. Pasien Terminal adalah : Pasien –psien yang dirawat , yang sudah
jelas bahwa mereka akan meninggal atau keadaan mereka makin lama
makin memburuk. Pendampingan dalam proses kematian adalah Suatu
pendampingan dalam kehidupan , karena mati itu termasuk bagian dari
kehidupan . Manusia dilahirkan , hidup beberapa tahun , dan akhirnya mati.
Manusia akan menerima bahwa itu adalah kehidupan, dan itu memang akan
terjadi, kematian adalah akhir dari kehidupan.
Jenis-jenis penyakit terminal
a. Diabetes Militus.
b. Penyakit Kanker
c. Congestik Renal Falure
d. Stroke.
e. AIDS 6.
f. Gagal Ginjal Kronik
g. Akibat Kecelakaan Fatal
Gagal ginjal terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah
metabolic tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang
biasanya dieliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan
ekskresi renal dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolic,
cairan, elektrolit, serta asam basa. Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik
dan merupakan jalur akhir yang umum dari berbagai penyakit traktus
urinarius dan ginjal (Saifudin, 2010).
Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron)
yang berlangsung pelahan-lahan karena penyebab berlangsung lama dan
menetap yang mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (toksik uremik)
sehingga ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan biasa lagi dan
menimbulkan gejala sakit. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka
yang berusia dewasa, terlebih pada kaum lanjut usia, perubahan pada fungsi
ginjal seiiring dengan penuaan meningkatkan kerentanan lansia untuk
mengalami gangguan fungsi dan gagal ginjal. Gagal ginjal kronik
merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat, biasanya
berlangsung beberapa tahun. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap
akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth,
2013).
2. Etiologi
a. Penurunan fungsi ginjal mulai terjadi pada saat seseorang mulai
memasuki usia 30 tahun dan pada 60 tahun fungsi ginjal menurun sampai
50% yang diakibatkan karena berkurangnya jumlah nefron dan tidak
adanya kemampuan untuk regenerasi. Pada lansia banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorbsi
oleh ginjal sehingga merupakan predisposisi untuk penyebab terjadinya
gagal ginjal.
b. Selain itu, pada lansia terjadi penurunan beberapa fungsi tubuh secara
fungsional misalnya fungsi jantung, pembuluh darah, serta paru-paru
yang menyebabkan penurunan aliran darah dan oksigen ke ginjal
sehingga merupakan predisposisi untuk penyebab terjadinya gagal ginjal.
c. Kejadian penyakit seperti kekakuan pembuluh darah, hipertensi, gagal
jantung, dan diabetes meningkat seiring dengan bertambahnya usia,
menyebabkan lansia rentan terhadap penyakit ginjal yang
diakibatkannya.
d. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis.
e. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis.
f. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
g. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal.
h. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah:
hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
i. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis.
3. Epidemiologi
Menurut Stevens (2010) angka prevalensi gagal ginjal kronis
meningkat akhir-akhir ini terutama pada populasi lanjut usia. Data
menunjukkan bahwa saat program pengobatan penderita gagal ginjal tahap
akhir (ESRD) didirikan pada tahun 1973 banyak populasi yang datang dari
kalangan pemuda, orang sehat, berpendidikan, dan memliki motivasi yang
tinggi. Berbeda pada empat dekade setelahnya dimana populasi berumur
>60 tahun justru banyak datang untuk mengikuti program terapi tersebut.
Negara berkembang bahkan negara maju sekalipun seperti Amerika Serikat
mengalami kenaikan prevalensi pada populasi usia lanjut mengenai kejadian
gagal ginjal kronik.
Sekarang ditemukan > 300.000 pasien menderita penyakit ginjal
kronik di negara Amerika Serikat. Di negara negara berkembang lainnya,
insiden ini diperkirakan sekitar 40 - 60 kasus perjuta penduduk per
tahunnya. Selain itu mahalnya tindakan hemodialisis masih merupakan
masalah besar dan diluar jangkauan sistem kesehatan.
4. Patofisiologi
Menurut Smeltzer (2013) ginjal akan mengalami penurunan fungi
ketika seseorag telah memasuiki umur 30 tahun. Pada usia 60 tahun yang
telah akan memasuki masa lansia, fungsi ginjalnya akan menurun sampai
50% karena berkurangnya julan nefron dan kemampuan untuk
berdegenerasi telah tidak ada. Hal ini yang akan mengakibatkan penurunan
pada prses filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi pada ginjal. Selain itu, adany
apenrunan fungsi dari berbagai system seperti jantung dan pembuluh darah
pada lansia yaitu akan mengalami penurunan kekuatan pompa jantung.
Proses menua juga akan mengakibatkan elatisitas jaringan paru dan dining
dada akan berkurang. Kedua hal inilah yang akan menyababkan suplai darah
dan O2 ke ginjal akan berkurang yang pada akhirnya akan mengganggu
fungsi ginjal. Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein
(yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.
Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala
uremia membaik setelah dialisis.
Pada CKD akan terjadi :
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens
kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh
(BUN) juga akan meningkat.
b. Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
(substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium;
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan
hipertensi.
5. Penanganan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga,
yaitu:
a. Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
b. Dialysis
1) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan
dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut
adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)
2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
b) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke
jantung)
3) Operasi
a) Pengambilan batu
b) transplantasi ginjal
Perubahan fisik, psikologis, dan social yang terjadi akibat dari
penyakit Gagal Ginjal Kronis yang diderita lansia dan akibat dari program
hemodialisa. Pasien yang menjalani HD mengalami berbagai masalah yang
timbul akibat tidak berfungsinya ginjal. Hal tersebut muncul setiap waktu
sampai akhir kehidupan. Hal ini menjadi stresor fisik yang berpengaruh
pada berbagai dimensi kehidupan pasien yang meliputi bio psiko sosio
spiritual.
a. Perubahan fisik
Perubahan fisik yang biasanya terjadi pada lansia yang menjalani HD
adalah kelemahan fisik yang dirasakan seperti mual, muntah, nyeri,
lemah otot, oedema. Selain itu hemodialisa dapat menyebabkan
masalah fisik lainnya yaitu hipotensi, hipertensi, kram, demam,
kedinginan, infeksi, gangguan, cardio pulmoner, anemia, penyakit tulang,
masalah kardio vaskuler, toksisitas alumunium, hiperkalemia,
perdarahan, hiponatremia dan hipernatremia, emboli udara, pruritus,
mual, muntah.
b. Perubahan psikologis
Ketidakberdayaan serta kurangnya penerimaan diri pasien menjadi
faktor psikologis yang mampu mengarahkan pasien pada tingkat stres,
cemas bahkan depresi (Stuart dan Sundeen, 1998). Lansia yang harus
menjalani hemodialisa beberapa kali namun memiliki ekonomi
menengah kebawah , maka itu akan menjadi beban bagi mereka. Jika
hal ini tidak dapat di selesaikan maka akan menambah beban mental
dari lansia sehingga mereka akan merasa stress. Begitu juga dengan
penyakit yang diderita lansia. Pengobatan yang diberikan tentunya akan
membuat lansia cemas. Rasa cemas ini akan semakin memberat jika
pengobatan yang dilakukan tidak berhasil atau bahkan keluhan yang di
alami lansia semakin parah. Hal ini akan semakin membuat lansia
cemas bahkan depresi. Perubahan-psikologis inilah yang perlu di
tangani bahkan kalau bisa di antisipasi pada lansia.
c. Perubahan social
Klien yang mengalami GGK ataupun pasien yang menjalani
hemodialisa biasanya hubungan sosialnya terganggu akibat pengobatan.
Faktor hubungan social tersebut meliputi hubungan sosial antara orang
lanjut usia dengan keluarga, teman sebaya/ usia lebih muda, dan
masyarakat. Dengan penyakit yang diderita lansia mengalami kehilangan
kesempatan untuk social di lingkungan masyarakat. Klien tidak mampu
sepenuhnya melakukan kegiatan yang ada, namun hanya bisa melakukan
beberapa kegiatan saja/ terbatas.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan yang muncul pada
umumnya lansia yang memiliki keluarga masih sangat beruntung karena
anggota keluarga seperti anak, cucu, saudara bahkan kerabat umumnya ikut
membantu memelihara (care) dengan penuh kesabaran. Namun bagi mereka
yang tidak punya keluarga atau saudara karena hidup membujang, atau
punya pasangan hidup namun tidak punya anak dan pasangannya sudah
meninggal, apalagi hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi
terlantar. Sehingga klien akan menarik diri dari lingkungan akibat penyakit
dan pengobatan serta tidak adanya keluarga atau kerabat dekat. Oleh karena
itu perlu di antisipasi hal-hal seperti ini sehingga klien bisa mendapat
perhatian dan pengobatan yang maksimal.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian
Nama Mahasiswa

A. Karakteristik Demografi
1. Identitas Klien
Nama
Tempat/tgl lahir
Jenis kelamin
Status perkawinan
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat rumah
Diagnose Medis

2. Keluarga yg bisa dihubungi (penanggung jawab)


Nama
Alamat
No.telf
Hubungan dg klien

3. Riwayat Keluarga (Genogram 3generasi)


4. Riwayat kematian dalam keluarga 1 tahun terakhir

Nama
Umur
Penyebab kematian
5. Riwayat Pekerjaan & Status Ekonomi
Pekerjaan saat ini
Pekerjaan sebelumnya
Sumber pendapatan
Jml penghasilan / bulan
Kecukupan pendapatan

6. Aktivitas Rekreasi
Hoby
Bepergian/ wisata
Keanggotaan Organisasi
Lain-lain

B. Pola kebiasaan Sehari-hari


1. Persepsi Lansia
Persepsi lansia terhadap sehat – sakit

2. Nutrisi
Frekuensi makan
Nafsu makan
Jenis makanan
Kebiasaan sebelum makan
Makanan yg tdk disukai
Alergi makanan
Pantangan makanan
Keluhan yg berhubungan dg makanan

3. Eliminasi
a) Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi & waktu
Konsistensi
Keluhan BAB
Pengalaman memakai pencahar

b) Buang Air kecil (BAK)


Frekuensi & waktu
Kebiasaan BAK malam hari
Keluhan BAK

4. Personal Higiene
a) mandi
Frekuensi
Waktu
Pemakaian sabun
b) Oral Higiene
Frekuensi & waktu sikat gigi
Menggunakan pasta gigi

c) Cuci rambut
Frekuensi
Penggunaan shampo (ya/tdk)

d) Kuku & tangan


Frekuensi gunting kuku
Mencuci tangan dg sabun

5. Istirahat &Tidur
Lama tidur malam brapa jam
Terbanguntidur malam brapa jam
Tidur siang brapa jam
Keluhan tidur
6. Kebiasaan mengisi waktu luang
Olah raga
Lihat TV
Berkebun/ memasak
Lain-lain

7. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan (jenis/ frekuaensi/ jumlah/


lama pemakaian)
Merokok (ya/tdk)
Berapa banyak
Minuman keras (ya/ tdk)
Ketergantungan Obat (ya/ tdk)
Lain-lain

8. Kronologis kegiatan sehari-hari (mulai bangun tidur sampai tidur lagi)


No Jenis Kegiatan Lama waktu setiap kegiatan
1
2
3
4
5
6
7
C. Status Kesehatan

1. Status kesehatan saat ini

Keluhan utama

Gejala yg dirasakan

Factor pencetus

Timbul keluhan secara Mendadak/ bertahap/ lain-lain:


Waktu timbulnya keluhan

Upaya mengatasi penyakit Pegi ke Rumah Sakit/ dokter praktek/ bidan/ perawat/ lain-lain:

2. Riwayat kesehatan masa lalu

Penyakit yg pernah diderita


Mulainya kapan
Pengobatan & tindakan medis
Riwayat alergi Obat/ makanan/ debu/ dll:
Riwayat kecelakaan
Riwayat dirawat di Rumah Sakit
Riwayat pemakaian obat

3. Pemeriksaan fisik (inspeksi, auskultrasi, perkusi, dan palpasi)


1). Keadaan umum
Tanda vital
Kesadaran
Tinggi Badan/ B.Badan
2). Kepala
Rambut
Mata
Hidung
Mulut, gigi,bibir
telinga
3). Leher :
4). Dada/ thorak
Dada
Paru-paru
5). Abdomen :
6). Musculoskeletal (tingkat mobilisasi, paralisis, kifosis, ROM) :

7). Neurologis
8). Kulit
9). Ekstremitas atas
10). Ekstremitas Bawah

D. Hasil Pengkajian Khusus (Format terlampir)


1. Masalah kesehatan kronis
2. Fungsi kongnitif
3. Status fungsional
4. Dukungan keluarga

E. Lingkungan Tempat Tingkat


1. Kebersihan & kerapihan ruang
2. Penerangan
3. Sirkulasi udara
4. Keadaan kamar mandi & WC
5. Pembuangan air kotor
6. Sumber air minum
7. Jarak sumberair dg WC
8. Pembuangan sampah
9. Sumber pencemaran
10. Penataan halaman
11. Privasi
12. Resiko injuri

F.Riwayat Psikologis (Aspek sosial Lansia)


G.Aspek Spiritual/ Kultural Lansia
H.Riwayat Psikososial (Aspek Psikososial Lansia)
I.Riwayat terapi
J.Pemeriksaan penunjang
1. Diagnose medis
2. Laboratirium
3. Rontgen
Lampiran Format Pengkajian Khusus

A. Masalah Kesehatan Kronis

No Keluhan Kesehatan/Gejala yg dirasakan Selalu Sering Jarang Tdk pernah


pd 3 bulan terakhir (3) (2) (1) (0)
a Fungsi Penglihatan
1 Penglihatan kabur
2 Mata berair
3 Nyeri pd mata
b Fungsi pendengaran
4 Pendengaran berkurang
5 Telinga berdengung
c Fungsi paru (pernafasan)
6 Batuk lama disertai keringat malam hari
7 Sesak nafas
8 Berdahak (sputum)
d Fungsi Jantung
9 Jantung berdebar-debar
10 Capat lelah
11 Nyeri dada
e Fungsi pencernaan
12 Mual/ muntah
13 Nyeri ulu hati
14 Makan &minum banyak /berlebih
15 Perubahan BAB (diare, sembelit)
g Fungsi pergerakan
16 Nyeri kaki saat berjalan
17 Nyeri pinggang / tulang belakang
18 Nyeri persendian/ bengkak
h Fungsi persarafan
19 Lumpuh/ kelemahan pd kaki/tangan
20 Kehilanagn rasa
21 Gemetar/ tremor
22 Nyeri/ pegal pd tengkuk
i Fungsi saluran kemih
23 BAK banyak
24 Sering BAK malam hari
25 Ngompol
JUMLAH

Analisis Hasil :
Skor < 25 : masalah kesehatan kronis Ringan (tdk ada masalah kesehatan kronis)
Skor 26-50 : masalah kesehatan kronis Sedang
Skor > 51 : masalah kesehatan kronis Berat

B. Fungsi Intelektual dan Kognitif


Pengkajian fungsional kognitif dilakukan dalam rangka mengkaji kemempuan
Lansia berdasarkan daya orientasi terhadap : waktu, orang, tempat, dan daya
ingat

1. SPMSQ (Short Portable Status Quesioner)


Petunjuk isian pernyataan dibawah ini sesuai respon lansia

Benar Salah
No Item pertanyaan Jawaban
(1) (0)
1 Jam berapa sekarang
2 Tahun berapa sekarang
3 Tahun berapa Bp/Ibu lahir
4 Berapa umur Bp/ibu
5 Dimana alamat Bp/Ibu
6 Berapa Jml anggota keluarga yg
tinggal bersama Bp/Ibu
7 Siapa nama anggota keluarga yg
tinggal bersama Bp/Ibu.
8 Indonesia merdeka tahun berapa
9 Siapa nama presiden RI sekarang
10 Coba hitung terbalik dari angka
20 ke 1
JUMLAH YG BENAR

Analisis Hasil:

Skor 10 : Fungsi Intelektual Utuh


Skor 9-7 : Fungsi Intelektual Kerusakan Ringan
Skor 6-4: Fungsi Intelektual Kerusakan Sedang
Skor 3-0 : Fungsi Intelektual Kerusakan Berat

2. MMSE (Mini Mental State Examinination)/ Kepikunan

Skor Skor yg
No Pertanyaan Jawaban
Tertinggi dicapai
Penilaian Orientasi
Tahun berapa sekarang 1
Musim apa sekarang 1
1
Tanggal berapa sekarang 1
Bulan apa sekarang 1
Hari apa sekarang 1
2 Dimana kita sekarang
Apa nama Negara kita 1
Apa nama propinsi kita 1
Apa nama kota kita 1
Apa nama kecamatan kita 1
Apa nama desa kita 1
3 Penilaian Registrasi Motorik
Sebutkan 3 nama benda (tiap objek
1”, betul nilai 1)
Mangkok nilai : 1 1
Piring nilai : 1 1
Sendok nilai : 1 1
4 Perhatian & kakulasi
Hitung kurangi 7
100-7 1
93-7 1
86-7 1
79-7 1
72-7 1
Atau mengeja terbalik “WAHYU”
U 1
Y 1
H 1
A 1
W 1
5 Pengenalan kembali (Recalling)
Tanyakan nama benda yg sudah
ditanyakan pd no.3
mangkok 1
piring 1
sendok 1
6 Bahasa
Pemeriksa: menunjuk pensil &
kertas bergambar, lansia diminta
menyebut 2 benda yg ditunjuk
pemeriksa (benar nilai 1) contoh:
Pensil nilai : 1 1
Buku nilai : 1 1
7 Lansia diminta mengulang kata-kata 1
pemeriksa: namun, tanpa, apabila
8 Lansia diminta utk melakukan 3
perintah:,
ambil kertas itu dg tangan kanan 1
lipatlah kertas menjadi 2 1
letakkan kertas dilantai 1
9 Lansia diminta utk membaca & 1
melakukan perintah (berikan
tulisan: pejamkan mata anda, lansia
memejamkan mata)
10 Lansia dimanita menulis kalimat 1
secara spontan, 2kata (subjek &
predikat)
11 Lansia diminta menggambar segi 1
lima & berpotongan dg segi lima
membentuk segi empat, disamping
gambar ini
Total skor 30

Interprestasi :
Skor 0 – 10 : demensia berat
Skor 11 – 17 : demensia sedang
Skor 18 – 23 : demensia ringan
Skor 24 – 30 : normal

3. Status Fungsional (Modifikasi Indeks Kemandirian Katz)


Modifikasi Indeks kemandirian Katz

Pengkajian status fungsional berdasarkan kemandirian lansia dlm


menjalankan aktifitas sehari-hari. Kemandirian berarti tanpa
pengawasan, pengarahan/ bantuan orang lain. Pengkajian ini
berdasarkan pada kondisi aktual lansia dan bukan pada kemampuan
(artinya jika klien menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap
tidak melakukan fungsi meskipun sebenarnya mampu).

Mandiri Tergantung
No Aktifitas
(nilai 1) (nilai 0)
1 Mandi dikamar mandi (gosok gigi, membersihkan, dan
mengeringkan badan)
2 Menyiapkan pakaian, membuka & mengenakan pakaian
3 Memakan makanan yg sdh disiapkan
4 Memelihara kebersihan diri utk penempilan diri (menyisir
rambut, mencuci rambut, mencukur kumis)
5 BAB di WC (membersihkan & mengeringkan daerah bokong)
6 Dapat mengontrol pengeluaran feses
7 BAK di kamar mandi (membersihkan & mengeringkan daerah
kemaluan)
8 Dapat mengontrol pengeluaran air kemih
9 Berjalan dilingkungan tempat tinggal tanpa alat bantu (tongkat)
10 Menjalankan ibadah sesuai Agama
11 Melakukan pekerjaan rumah (merapihkan tempat
tidur,memasak, mencucu dll)
12 Belanja utk kebutuhan sendiri/ keluarga
13 Mengelola keuangan (menyimpan, menggunakan sendiri)
14 Menggunakan transpotasi umum utk pergi
15 Menyiapkan obat & minum obat sesuai aturan (dosis, waktu)
16 Merencanakan & mengambil keputusan utk kepentingan
penggunaan uang, aktifitasan social yg dilakukan & kebutuhan
pelayanan kesehatan
17 Melakukan aktifitas di waktu luang (kegiatan keagamaan, social,
rekreasi, olah raga, & menyalurkan hoby)
Jumlah nilai mandiri

Analisa hasil :
Skor 13 – 17 : Mandiri
Skor 0 – 12 : Ketergantungan

Penjelasan Status ”Fungsional”

Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian utk aktivitas kehidupan sehari-hari


yg berdasarkan pd evaluasi fungsi mandiri/ tergantung dari klien dlm hal (makan,
kontinen BAB/BAK, berpindah, kekamar kecil, kamar mandi, berpakaian).

Indeks kemandirian Keterangan


A Kemandirian dlm hal: 1.makan, 2.kontinen (bab/bak), 3.berpindah,
kekamar kecil, 3.mandi, dan4. berpakain
B Kemandirian dlm semua hal, kecuali 1 fungsi tsb
C Kemandirian dlm semua hal,kecuali mandi & 1 fungsi tambahan
D Kemandirian dlm semua hal,kecuali mandi, berpakaian,& 1 fungsi
tambahan
E Kemandirian dlm semua hal,kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, &
1 fungsi tambahan
F Kemandirian dlm semua hal,kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil,
berpindah, & 1 fungsi tambahanketergantungan pd ke6 fungsi tsb.
G Kemandirian dlm semua hal,
Lain-lain Tergantung pd sedikitnya 2fungsi, tetapi tdk dpt diklasifikasikan sbg C,
D, E, & F

Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif,


kecuali secara spesifik akan digambarkan di bawah ini. Pengkajian ini didasarkan pd
kondisi actual klien dan bukan pd kemampuan. Artinya, jika klien menolak utk
melakukan sesuatu fungsi, dianggap sbg tdk melakukan fungsi meskipun ia
sebenarnya mampu.

No Jenis kegiatan Keterangan


1 Mandi Mandi: bantuan hanya pd satu bagian mandi (seperti punggung/
ekstremitas yg tdk mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya
2 Berpakaian Mandiri: mengambil baju dari almari, memakai pakaian, melepas
pakaian, mengancing/ mengikat baju
Bergantung: tdk dpt memakai baji sendiri/ hanya sebagian
3 Ke kamar kecil Mandiri: masuk & keluar dari kamar kecil, kemudian membersihkan
genitalia sendiri.
Bergantung: menerima bantuanutk masuk kekamar kecil &
menggunakan pispot
4 Berpindah Mandiri: berpindah ke & dari tempat tidur utk duduk, bangkit dari
kursi sendiri
Bergantung: bantuan dlm naik/turun dari tempat tidur atau kursi, tdk
melakukan satu atau lebih berpindah
5 Kontinen Mandiri: BAB/BAK seluruhnya dikontrol sendiri
Bergantung: inkontinensia parsial/ total, penggunaan kateter,
pospot, enema, & pampers
6 Makan Mandiri: mengambil makanan dari piring & menyuapinya sendiri
Bergantung: bantuan dlm hal mengambil makanan dari piring &
menyuapinya, tdk makan sama sekali, dan makanan parenteral (NGT).

4. Status psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yasavage, 1983)

No Pertanyakan (1 minggu terakhir) Keterangan Nilai


1 Merasa puas dg kehidupan yg dialami Ya
2 Banyak meninggalkan kesenangan & aktifitas anda Tidak
3 Merasa bahwa kehidupan hampa Tidak
4 Sering merasa bosan Tidak
5 Penuh penghargaan akan masa depan Ya
6 Mempunyai semangat yg baik setiap waktu Ya
7 Diganggu oleh pikiran yg tdk dpt diungkapkan Tidak
8 Merasa bahagia disebagian besar waktu ya
9 Merasa takut sesuatu akan terjadi pada anda Tidak
10 Sering merasa tdk berdaya Tidak
11 Sering merasa gelisah & gugup Tidak
12 Memilih tinggal di rumah dari pada pergi melakukan Tidak
sesuatu yg bermanfaat
13 Sering merasa kawatir akan masa depan Tidak
14 Merasa mempunyai banyak masalah dg daya ingat Tidak
disbanding orang lain
15 Sekarang berfikir bahwa hidup menyenangkan Ya
16 Sering merasa merana Tidak
17 Merasa kurang bahagia Tidak
18 Sangat kawatir dg masa lalu Tidak
19 Merasa hidup ini menggairahkan Ya
20 Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yg baru Tidak
21 Merasa dalam keadaan penuh semangat ya
22 Berfikir keadaan anda tdk ada harapan Tidak
23 Berfikir banyak orang yg lebih baik dari pd anda Tidak
24 Sering kesal dg hal yg sepele Tidak
25 Sering merasa ingin menangis Tidak
26 Merasa sulit berkonsentrasi Tidak
27 Menikmati tidur Ya
28 Memilih menghindar dari pd perkumpulan social Tidak
29 Mudah mengambil keputusan Ya
30 Mempunyai pikiran yg jernih Ya
Jumlah Item yg terganggu

Analisa Hasil:
: Terganggu = nilai 1 Skor 0 – 5 = normal
Skor 6 - 15 = depresi ringan s/p sedang
: Normal = nilai 0 Skor 16 - 30 = depresi berat

5. MFS (Morse Fall Scale) / Skala Jatuh dari Morse


No Pengkajian Skala Nilai Ket
1 Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh dlm 3 bln Tidak 0
terakhir Ya 25
2 Diagnose sekunder: apakah lansia memiliki lebih dari Tidak 0
1 penyakit Ya 15
3 Alat bantu jalan: bed rest/ dibantu perawat 0
Kruk/ tongkat/ wolker 15
Berpegangan pd benda disekitar (kursi,meja) 30
4 Terapi IV: apakah saat ini Lansia terpasang infus Tidak 0
Ya 20
5 Gaya berjalan/ cara berpindah: normal/ bed rest/ 0
immobile (tdk dpt bergerak sendiri)
Lemah tdk bertenaga 10
Ada gangguan/ pincang/ diseret 20
6 Status mental: lansia menyadari kondisi dirinya Tidak 0
Lansia mengalami keterbatasan mental Ya 15
Jumlah skala

Keterangan:
Tingkat resiko Nilai MFS Tindakan
Tidak beresiko 0 - 24 Perawatan dasar
Resiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan Intervensi pencegahan jatuh standar
Resiko tinggi > 51 Pelaksanaan Intervensi pencegahan jatuh resiko tinggi
6. Inventaris depresi Beck
No URAIAN
SKORE
1 KESEDIHAN
Saya sangat sedih tdk bahagia, dimana saya tdk dpt menghadapinya 3
Saya galau/ sedih sepanjang waktu & tdk dpt keluar darinya 2
Saya mersa sedih/ galau 1
Saya tdk merasa sedih 0
2 PESIMISME
Saya merasa masa depan adalah sia-sia & sesuatu tdk dpt membaik 3
Saya merasa tdk punya apa-apa & memendang ke masa depan 2
Saya merasa kecil hati tentang masa depan 1
Saya tidak begitu pesimis 0
3 RASA KEGAGALAN
Saya merasa bener-bener gagal sebagai orang tua (Bapak/ Ibu) 3
Saya melihat kehidupan ke belakang, semua yg saya lihat kegagalan 2
Saya merasa telah gagal melebuhi orang lain pd umumnya 1
Saya tdk merasa gagal 0
4 KETIDAK PUASAN
Saya tidak puas dg segalanya 3
Saya tdk lagi mendapat kepuasan dari apapun 2
Saya tdk menyukai cara yg saya gunakan 1
Saya tdk merasa tidak puas 0
5 RASA BERSALAH
Saya merasa sangat buruk tdk bahagia 3
Saya merasa sangat bersalah 2
Saya merasa buruk tdk berharga ( sebagian dari waktu yg baik) 1
Saya tdk merasa benar-benar bersalah 0
6 TIDAK MENYUKAI DIRI SENDIRI
Saya benci diri saya sendiri 3
Saya muak dg diri saya sendiri 2
Saya tdk suka dg diri saya sendiri 1
Saya tdk merasa kecewa dg diri saya sendiri 0
7 MEMBAHAYAKAN DIRI SENDIRI
Saya akan bunuh diri jika saya punya kesempatan 3
Saya punya rencana pasti tentang tujuan bunuh diri 2
Saya merasa lebih baik mati 1
Saya tdk punya pikiran ttg membahayakan diri sendiri 0
8 MENARIK DIRI DARI SOSIAL
Saya kehilangan semua minat pd orang lain & tdk peduli pd mereka semua 3
Saya kehilangan semua minat pd orang lain, ttp mempunyai sedikit perasaan pd mereka 2
Saya kurang berminat pd orang lain dari pd sebelumnya 1
Saya tdk kehilangan minat pd orang lain 0
9 KERAGU-RAGUAN
Saya tdk dpt membuat keputusan sama sekali 3
Saya mempunyai banyak kesulitan dlm membuat keputusan 2
Saya berusaha mengambil keputusan 1
Saya membuat keputusan yg terbaik 0
10 PERUBAHAN GAMBARAN DIRI
Saya merasa jelek/ tampak menjijikan 3
Saya merasa ada perubahan yg permanen dlm penampilan 2
Saya kawatir Nampak tua/ tdk menarik 1
Saya tdk merasa Nampak lebih buruk dari sebelumnya 0
11 KESULITAN KERJA
Saya tdk melekukan pekerjaan sama sekali 3
Saya telah mendorong diri saya sendiri dg keras utk melakukan sesuatu 2
Saya memerlukan tambahan utk memulai melakukan sesuatu 1
Saya dpt bekerja dg sebaik-baiknya 0
12 KELETIHAN
Saya sangat lelah utk melakukan sesuatu 3
Saya merasa lelah utk melakukan sesuatu 2
Saya merasa lelah dari yg biasa 1
Saya tdk merasa lebih lelah dari biasanya 0
13 ANOREKSIA
Saya tdk lagi punya nafsu makan sama sekali 3
Nafsu makan saya sangat buruk sekarang 2
Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya 1
Nafsu makan saya tdk buruk dari biasanya 0

Keterangan:
0 – 4 : depresi tdk ada/ minimal
5 – 7 : depresi ringan
8 – 15 : depresi sedang
>16 : depresi berat

7. APGAR Keluarga

N0 FUNGSI URAIAN SKORE


1 Selalu Kadang2 Tdk pernah
(2) (1) (0)
1 ADAPTATION Saya puas bahwa saya dpt kembali pd
keluarga /teman-teman saya utk
membantu pd waktu sesuatu
menyusahkan saya
2 PARTNERSHIP Saya puas dg cara klg/ teman-teman
saya membicarakan sesuatu dg saya
dan mengungkapkan masalah pd saya
3 GROWTH Saya puas dg cara keluarga/ temen-
teman saya, menerima & mendukung
keininan saya utk melakukan aktifitas/
arah baru
4 AFECTION Saya puas dg cara keluarga/ teman-
teman saya, mengekpresikan afek &
berespon thdp emosi saya seperti :
marah, sedih, mencintai
5 RESOLVE Saya puas dg cara keluarga/ temen-
temen saya, dpt menyediakan waktu
bersama-sama
Nilai Total

2. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan fisik
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi di tandai dengan anuria
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (nyeri diluka
tusukan) ditandai dengan klien melaporkan nyeri secara verbal
3) PK Hiperkalemia
4) PK Anemia
5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan factor biologis ditandai dengan mual, anoreksia
6) PK Asidosis metabolic
7) Resiko Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan gangguan
kondisi metabolik
8) Nausea berhubungan dengan hipoksia serebral ditandai dengan
klien melaporkan mual
9) Resiko syok berhubungan dengan hipovolemia
10) hipotermia berhubungan dengan medikasi ditandai dengan klien
menggigil
11) resiko perdarahan berhubungan dengan efek samping terkait
terapi(hemodialisa)
12) resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan pemajanan terhadap
patogen
13) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus ditandai
dengan melaporkan perasaan tidak nyaman
14) Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan preload
ditandai dengan edema
15) Ketidak efektifan Perfusi Jaringan perifer berhubungan dengan
penurunan sirkulasi oksigen ke jaringan ditandai dengan
CRT>2detik
16) Resiko cedera berhubungan dengan hipoksia jaringan
b. Diagnosa Keperawatan psikososial
1) ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai
dengan klien gelisah
2) kurang pengetahuan
3) gangguan citra tubuh berhubungan dengan penyakit ditandai dengan
ditandai dengan perubahan dalam keterlibatan social
4) stress berlebihan berhubungan dengan stressor yang tinggi(penyakit
kronis) ditandai dengan menunjukkan peningkatan ketidak
sabaran/marah
5) ketakutan berhubungan dengan berpisah dari system pendukung
yang berpotensi menimbulkan stress(prosedur invasive) ditandai
dengan melaporkan kegelisahan
3. Intervensi
a. Tindakan keperawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dengan GGK dengan hemodialisa, antara lain :
1) Pertahankan keseimbangan cairan
a) Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam
untuk mencegah kelebihan cairan pada pasien GGK.
Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urin, dan pencatatan
keseimbangan cairan. Untuk menentukan asupan natrium, harus
dilakukan pemeriksaan dari urin 24 jam dan biasanya asupan
natrium 2-4 g/hari cukup untuk menjaga keseimbangan natrium.
b) Mengukur intake out put cairan / 24 jam, mengkaji turgor kulit,
mengkaji edema, TTV.
c) Batasi asupan cairan 500 cc / 24 jam.
d) Pantau hasil pemeriksaan laboratorium: Kreatinin natrium,
kalium, ureum, klorida, pH.
2) Pertahankan asupan nutrisi yang adekuat.
a) Mencatat asupan nutrisi, mengkaji pola diet nutrisi klien,
anjurkan cemilan tinggi kalori rendah protein, rendah natrium.
3) Meningkatkan partisipasi klien dalam aktivitas yang dapat
ditoleransi
a) Mengkaji faktor yang menimbulkan keletihan.
b) Anjurkan istirahat setelah dialisis.
c) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang
dapat di toleransi, bantu jika keletihan terjadi
4) Memperbaiki konsep diri
a) Mengkaji respon reaksi pasien dan keluarga terhadap penyakit
dan penanganan, mengkaji koping pasien dan keluarga, ciptakan
diskusi terbuka
5) Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi klien.
a) Mengkaji pemahaman mengenai penyebab gagal ginjal kronik
b) Jelaskan fungsi ginjal sesuai dengan tingkat pemahaman.
c) Diskusikan masalah nutrisi
d) Kepatuhan dalam mengkonsumsi terapi farmakologi.
6) Mempertahankan curah jantung
a) Memantau TD dan frekuensi jantung, nadi perifer, pengisian
kapiler.
b) Kaji aktifitas, respon terhadap aktifitas
c) Kaji adanya hipertensi : awasi TD, perhatikan perubahan
postural : duduk, berdiri, berbaring.
7) Mempertahankan kulit tubuh
a) Inspeksi kulit, memantau cairan dan hidrasi kulit dan membran
mukosa, ubah posisi dengan sering, berikan lotion untuk
perawatan kulit, selidiki keluhan gatal .
b) Inpeksi kulit terhadap perubahan warna, tugor, pruritus.
c) Pantau masukan cairan, membarqan mukosa dan hidrasi kulit
d) Lakukan perawatan kulit.
b. Pendidikan Kesehatan kepada Pasien dan Keluarga Pasien dengan
Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Program Dialisa
1) Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien mengenai Gagal
Ginjal Kronik baik itu pengertiannya, penyebabnya, tanda gejala,
penanganan dan pencegahannya.
2) Menjelaskan kepada pasien dan keluarga mengenai Hemodialisa
baik itu pengertiannya, tujuan, prosedur tindakannya, serta efek
samping yang ditimbulkan dari tindakan tersebut.
3) Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani
hemodialisis mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang
rusak tidak mampumengeksresikan produk akhir metabolism,
substansi yang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum
pasien dan bekerja sebagai racun atau toksin. Gejala yang terjadi
akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala
uremik dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Anjurkan
pasien untuk diet rendah protein, diet ini akan mengurangi
penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan
gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat
mengakibatkan gagal jantung kongestif serta edema paru. Dengan
demikian, pembatasan cairan juga harus dianjurkan pada pasien
dengan hemodialisa.
4) Anjurkan kepada pasien dan keluarga pasien agar rutin untuk
melaksanakan terapi hemodialisa.
Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi
dukungan sosial ke dalam lima bentuk, yaitu :

1. Dukungan instrumental (tangible assisstance)


Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan
langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta
pelayanan. Bentuk
dukungan ini dapat mengurangi stres karena individu dapat langsung
memecahkan
masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instrumental
sangat diperlukan
terutama dalam mengatasi masalah yang dianggap dapat dikontrol.
2. Dukungan informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan
balik tentang
situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong
individu untuk
mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.
3. Dukungan emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman,
yakin, diperdulikan
dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat
menghadapi masalah
dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi
keadaan yang
dianggap tidak dapat dikontrol.
4. Dukungan pada harga diri
Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian
semangat,
persetujuan pada pendapat individu, perbandingan yang positif dengan
individu lain.
Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri
dan kompetensi.
5. Dukungan dari kelompok sosial
Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota dari
suatu kelompok
yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengannya. Dengan
begitu individu
akan merasa memiliki teman senasib.

Kelurga juga dapat memodifikasi lingkungan yang aman untuk lansia yang
mengalami Gagal Ginjal Kronis. Misalnya :

1. Tangga biasanya berisiko tinggi untuk orang tua hanya karena semakin tua
seseorang, semakin sulit menjadi naik atau turun tangga. Bagi lansia yang
mengalami GGK lebih baik dibatasi untuk naik atau turun tangga karena
lansia mengalami kelemahan dan kekuatan otot menurun dalam
beraktivitas. Sehingga mencegah terjadinya resiko jatuh pada lansia
2. Penglihatan pada lansia yang mengalami GGK juga mengalami
penurunan. Pencahayaan yang tepat juga sangat berguna dalam seluruh
rumah. Berbagai koridor dan daerah yang lebih sering dilalui oleh lansia
harus memiliki penerangan yang cukup untuk memastikan bahwa tidak
ada daerah gelap di rumah.
3. Kamar mandi adalah ruangan lain di rumah yang perlu penanganan
khusus. Usahakan letak kamar mandi tidak jauh dari kamar lansia. Agar
memudahkan lansia untuk menuju kamar mandi. Jamban yang digunakan
diusahakan jamban duduk agar memudahkan lansia untuk BAB/BAK
karena lansia yang mengalami GGK bisa saja mengalami diare. Lalu perlu
diingat juga, lantai kamar mandi yang digunakan tidak boleh licin agar
lansia tidak mudah jatuh. Pencahayaan dalam kamar mandi juga harus
tetap terang.
4. Usahakan tempat-tempat yang sering dilalui oleh lansia lantainya dilapisi
oleh karpet anti slip agar mencegah resiko jatuh pada lansia.
5. Jaga lingkungan tetap bersih untuk mencegah terjadinya infeksi.
6. Tingkatkan kebersihan diri pada lansia, agar lansia merasa nyaman dengan
keadaannya walaupun sedang sakit.

Selain itu dalam melakukan perawatan terhadap lansia, lingkungan keluarga


memiliki peranan yang sangat penting. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan
oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia, yaitu:

1. Melakukan pembicaraan terarah


2. Mempertahankan kehangatan keluarga
3. Membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia
4. Membantu dalam hal transportasi
5. Membantu memenuhi sumber-sumber keuangan
6. Memberikan kasih saying
7. Menghormati dan menghargai
8. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia
9. Memberikan kasih sayang, menyediakan waktu serta perhatian
10. Jangan menganggapnya sebagai beban
11. Memberikan kesempatan untuk tinggal bersama
12. Mintalah nasehatnya dalam peristiwa-peristiwa penting
13. Mengajaknya pada acara-acara keluarga
14. Membantu mencukupi kebutuhannya
15. Memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan diluar rumah
termasuk pengembangan hobi
16. Membantu mengatur keuangan
17. Mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka termasuk
rekreasi
18. Memeriksakan kesehatan secara teratur
19. Memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat
20. Mencegah terjadinya kecelakaan, baik di dalam maupun di luar rumah.
21. Pemeliharaan kesehatan usia lanjut adalah tanggung jawab bersama
22. Memberi perhatian yang baik terhadap orang tua yang sudah lanjut, maka
anak-anak kita kelak akan bersikap yang sama

Anda mungkin juga menyukai